Anda di halaman 1dari 34

F40 – F48.

Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan


Gangguan yang berkaitan dengan Stress

PEMBIMBING: DR. REZA, SP.KJ

Rini Sintya – 112019128


Jevon Javier – 112019196
F40 – F48
 Agora fobia dengan/ tanpa panik

Gangguan Anxietas Fobik  Fobia sosial


 Fobia spesifik
 Gangguan panik
 Gangguan cemas menyeluruh
 Gangguan campuran cemas depresi
Gangguan Anxietas Lainnya
 Gangguan obsesif-kompulsif
 Reaksi terhadap stress yang berat dan
gangguan penyesuaian
 Post traumatic stress disorder
Reaksi terhadap stress berat dan
 Gangguan disosiasi (konversi)
gangguan penyesuaian
 Gangguan somatoform
 Trikotilomania
F40 - Gangguan Anxietas Fobik

• F40.0 – Agorafobia
.00 – Tanpa gangguan panik
.01 – Dengan gangguan panik
• F40.1 – Fobia sosial
• F40.2 – Fobia khas (terisolasi)
• F40.8 – Gangguan anxietas fobik lainnya
• F40.9 – Gangguan anxietas fobik YTT
F40.0 - Agorafobia

• Ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta adanya kesulitan untuk segera menyingkir
ke tempat aman.
• Prevalensi: 2%- 6%
• Wanita >>
• Onset pada usia dewasa muda
• Jenis:
- Agorafobia tanpa gangguan panik
- Agorafobia dengan gangguan panik
Kriteria Diagnosis Agorafobia :

• Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan


manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain
seperti misalnya waham atau pikiran obsesif.

• Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam hubungan
dengan) setidaknya dua dari situasi berikut:
- banyak orang/keramaian
- tempat umum
- bepergian keluar rumah
- bepergian sendiri

• Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol
(penderita menjadi “house bound”)
F40.1 – Fobia sosial F40.2 - Fobia spesifik

 Rasa takut yang nyata dan menetap terhadap satu


atau lebih situasi sosial
 Rasa takut berlebihan yang nyata,
menetap, tidak beralasan, terhadap
 Pajanan terhadap situasi sosial yang ditakuti suatu objek atau situasi spesifik
hampir selalu menentukan ansietas yang dapat
berupa serangan panik terikat secara situasional.  Pajanan terhadap stimulus fobik hampir
 Orang tersebut menyadari rasa takutnya selalu mencetuskan respons ansietas
berlebihan atau tidak beralasaan  Orang tersebut menyadari rasa takutnya
 Menghindari situasi sosial atau dihadapi dengan berlebihan atau tidak beralasaan
ansietas maupun penderitaan yang intens.  Situasi fobik dihindari atau dihadapi
 Penghindaran yang ditakuti mengganggu fungsi dengan ansietas ataupun penderitaan
rutin normal yang intens.
 Rasa takut atau menghidar tidak disebabkan efek  Penghindaran, antisipasi ansietas atau
fisiologis langsung penggunaan zat.
distress pada situasi yang ditakuti
 Jika terdapat keadaan medis umum atau mengganggu fungsi normal
gangguan jiwa lain, rasa takut pada kriteria A
tidak terkait dengannya.  Pada usia di bawah 18 tahun durasi
sedikitnya 6 bulan
 Penghindaran fobik yang berkaitan
dengan objek atau situasi spesifik tidak
disebabkan gangguan jiwa lain
F40 – Gangguan anxietas fobik

Penatalaksanaan secara umum terapi fobia:


• Terapi psikologik
(a) Terapi perilaku dan kognitif perilaku
(b) Terapi pemaparan
(c) Lain-lain: hypnotherapy, psikoterapi suportif, terapi keluarga

• Farmakoterapi
(a) Agorafobia: anti ansietas, antidepresan
(b) Fobia sosial: SSRI
(c) Fobia spesifik: anti ansietas
F41 – Gangguan Anxietas Lainnya

 F41.0 – Gangguan panik


 F41.1 – Gangguan anxietas menyeluruh
 F41.2 – Gangguan campuran anxietas dan depresif
 F41.3 – Gangguan anxietas campuran lainnya
 F41.8 – Gangguan anxietas lainnya YDT
 F41.9 – Gangguan anxietas YTT
F41.0 – Gangguan panik

Suatu periode disikret rasa takut atau ketidaknyamanan yang intens, dengan tiba-tiba muncul empat (atau lebih) gejala berikut dan
mencapai puncaknya dalam 10 menit.

1. palpitasi, jantung berdebar, atau denyut jantung meningkat.


2. berkeringat
3. gemetar
4. rasa napas pendek atau tercekik
5. rasa tersedak
6. nyeri atau tidak nyaman di dada
7. mual atau gangguan abdomen
8. rasa pusing atau pingsan
9. derealisiasi atau depersonalisasi
10. rasa takut menjadi gila
11. rasa takut mati
12. parestesi
13. rona merah di wajah atau mengigil
Kriteria Diagnosis Gangguan Panik :

 Gangguan panik baru ditegakan sebagai diagnose utama bila tidak ditemukan
adanya gangguan anxietas fobik (F40.-)

 Untuk diagnosa pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas
berat dalam kira-kira 1 bulan :

(a) Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya
(b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat di duga
sebelumnya.
(c) Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di
antara serangan-serangan panik
F41.0 – Gangguan panik

Penatalaksanaan:
 Farmakoterapi: SSRI, alprazolam
 Psikoterapi:
(a) terapi relaksasi
(b) terapi kognitif perilaku
F 41.1 – Gangguan anxietas menyeluruh

 Anxietas berlebihan, tidak rasional, menyeluruh dan menetap


 Berlangsung minimal 6 bulan
 Gejala : iritabilitas, gelisah, ketegangan otot → gangguan fungsi sosial &
pekerjaan
Kriteria Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh

 Penderita harus menunjukan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap
hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya bersifat
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja.

 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :


• Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
• Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
• Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas,
keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb.).

 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance)
serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol

 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi,
tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh.
Penatalaksanaan

 Farmakoterapi: benzodiazepin, buspiron, SSRI


 Psikoterapi:
(a) Terapi kognitif perilaku
(b) Terapi suportif
(c) Psikoterapi berorientasi tilikan
F41.2 – Gangguan campuran anxietas dan
depresi

 Bila terdapat gejala anxietas maupun depresi, di mana masing-masing


tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan
diagnosis tersendiri.

 Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka
harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan
anxietas fobik.
F41.2 – Gangguan campuran anxietas dan
depresi

 Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan.

 Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus
digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian
F42 – Gangguan obsesif-kompulsif

 F42.0 – Predominan pikiran obsesional atau pengulangan


 F42.1 – Predominan tindakan kompulsif
 F42.2 – Campuran tindakan dan pikiran obsesional
 F42.8 – Gangguan obsesif-kompulsif lainnya
 F42.9 – Gangguan obsesif-kompulsif YTT
F42 – Gangguan obsesif-kompulsif

• Gejala obsesi atau kompulsi berulang yang cukup berat hingga


menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang yang mengalaminya.
• Laki-laki=wanita
• Onset pada masa kanak atau dewasa muda
Kriteria Diagnosis Gangguan obsesesif kompulsif :

 Untuk menegakan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesi atau Tindakan kompulsif, atau kedua-duanya harus ada
hampir setiap hari sedikit nya dua minggu berturut-turut.

 Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita

 Gejala-gejala obsesif harus mencangkup hal-hal berikut :


(a) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
(b) Sedikitnya ada satu pikiran atau Tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi
dilawan oleh penderita
(c) Pikiran untuk melakukan Tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau
kesenangan
(d) Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan

 Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi.

 Gejala obsesif “sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan mental
organic harus dianggap bagian dari kondisi tersebut.
Penatalaksanaan

 Farmakoterapi: Clomipramine, SSRI


 Psikoterapi:
(a) Psikoterapi suportif
(b) Terapi perilaku
(c) Terapi kognitif perilaku
F43 – Reaksi terhadap stress berat dan
gangguan penyesuaian

 F43.0 – Reaksi stres akut


 F43.1 – Gangguan stres pasca trauma
 F43.2 – Gangguan penyesuaian
.20 – Reaksi depresif singkat
.21 – Reaksi depresif berkepanjangan
.22 – Reaksi campuran anxietas dan depresif
.23 – Dengan predominan gangguan emosi lainnya
.24 – Dengan predominan gangguan tingkah laku
.25 – Dengan gangguan campuran dari emosi dan tingkah laku
.28 – Dengan gejala predominan lainnya YTT
 F43.8 – Reaksi stres berat lainnya
 F43.9 – Reaksi stres berat YTT
F43.0 – Reaksi stres akut

• Respon terhadap stress fisik/mental yang luar biasa


• Ada kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya pengalaman
stressor dengan onset dari gejala
• Menghilang dalam beberapa jam/hari
• Stressor berupa pengalaman traumatik
• Gejala: reaksi terpaku/bengong, disorientasi, penyempitan perhatian
F43.1 – Gangguan stres pasca trauma

 Gangguan yang terjadi oleh karena konsekuensi langsung


dari suatu stress akut yang berat atau trauma
berkelanjutan.
F43.1 – Gangguan stres pasca trauma

 Timbul dalam waktu 6 bulan sejak situasi traumatik berat.


 Harus didapatkan bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatic tersebut
secara berulang-ulang kembali (flashback).
 Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat
mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
 Sequeale menahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar biasa.
F43.1 – Gangguan stres pasca trauma

 Tatalaksana: Komprehensisif → medikasi, psikoterapi serta edukasi,


dukungan psikososial, teknik untuk meredakan kecemasan dan juga
modifikasi pola hidup.
F43.2 – Gangguan penyesuaian

 Keadaan stres yang subjektif dan gangguan emosional yang


mengganggu kinerja dan fungsi
 Manifestasi bervariasi:
 afek depresif (putus harapan, mudah menangis)
 Anxietas (gelisah, tidak tenang)
 Perasaan tidak mampu menghadapi & menyesuaikan, merencakan masa depan,
 Disabilitas dalam kinerja kegiatan rutin sehari-hari,
 gangguan tingkah laku (membolos, mencuri)

 Onset: satu bulan setelah peristiwa terjadi, usia remaja>>


 Penatalaksanaan : Psikoterapi, Farmakoterapi
F44 – Gangguan disosiatif (konversi)

 F44.0 – Amnesia disosiatif


 F44.1 – Fugue disosiatif
 F44.2 – Stupor disosiatif
 F44.3 – Gangguan trans dan kesurupan
 F44.4 – Gangguan motorik disosiatif
 F44.6 – Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif
 F44.7 – Gangguan Disosiatif (Konversi) campuran
 F44.8 - Gangguan Disosiatif (Konversi) lainnya
 .80 – Sindrom Ganser
 .81 – Gangguan kepribadian multiple
 F44.9 – Gangguan Disosiatif (Konversi) YTT
F44 Gangguan Disosiatif

Kehilangan sebagian/seluruh dari integrasi normal, seperti: ingatan


masa lalu, kesadaran akan identitas,dan kendali terhadap gerakan
tubuh.

Pedoman Diagnosik Gangguan Disosiatif :


 Gangguan klinis sesuai masing-masing gangguan F44
 Tidak ada gangguan fisik yang berkaitan
 Ada penyebab psikologis dalam bentuk hubungan kurun waktu
yang jelas dengan masalah dan kejadian yang stressful.
Jenis Gangguan Pedoman Diagnostik
Disosiatif

Amnesia Disosiatif Hilangnya daya ingat yang baru terjadi, tidak ada gangguan mental organic,
intoksikasi, dan kelelahan.

Fogue Disosiatif Amnesia Disosiatif + melakukan perjalanan, kemampuan dasar mengurus diri
dan interaksi social sederhana masih ada.

Stupor Disosiatif Hilang atau berkurangnya gerakan volunter dan respon terhadap rangsangan
luar, tidak ada gangguan fisik.

Gangguan Trans & Kehilangan aspek penghayatan akan identitas diri dan kesadaran akan
Kesurupan lingkungan, berperilaku seolah dikuasai kekuatan gaib, tidak ada gangguan
organic.
Gangguan Motorik Tidak mempu menggerakan seluruh tubuh atau sebagaian anggota gerak.
Disosiatif
Konvulsi Disosiatif Mirip kejang epilepsy, tidak didapai kehilangan kesadarn.

Anestesia & Biasanya berupa anestesi pada kulit, gangguan penglihatan, tuli, dan
Kehilangan Sensorik anosmia.
Disosiatif
F45 Gangguan Somatoform

 F45.0 - Gangguan somatisasi


 F45.1 - Gangguan somatoform tak terinci
 F45.2 - Gangguan hipokondriasis
 F45.3 - Disfungsi otonomik somatoform
.30 - Jantung dan sistem kadiovaskular
.31 - Saluran pencernaan bagian atas
.32 - Saluran percernaan bagian bawah
.33 - Saluran pernafasan
.34 - Sistem genitourinaria
.38 - Sistem atau organ lainnya
 F45.4 - Gangguan nyeri somatoform menetap
 F45.8 - Gangguan somatoform lainnya
 F45.9 - Gangguan somatoform YTT
F45 Gangguan Somatoform

 Ciri utama adalah keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang disertai hasil
pemeriksaan medis yang negative.
 Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat
dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2
tahun
 Tidak mau menerima nasehat dan penjelasan dari dokter bahwa tidak ada kelainan
fisik
 Terdapat disabilitas dalam fungsi nya di masyarakat dan keluarga.
Jenis Gangguan Pedoman Diagnostik
Somatoform

Gangguan Somatisasi Gejala fisik multiple/bermacam-macam selama minimal 2 tahun, tidak mau menerima
nadihat dokter, ada disabilitas dalam fungsi di masyarakat dan keluarga.

Gangguan Somatoform Tak Keluhan fisik bersifat multipel/bervariasi, ada/tidak penyebab psikologis, peneybab fiisik
Terinci tidak ada.

Gangguan HIpokondrik preokupasi seorang mengnai rasa takut menderita, atau yakin memiliki penyakit berat.
Terdapat satu penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhan, tidak endengar
nasihat dokter.

Disfungsi Otonomik Ada gejala bangkitan otonomik, Gejala mengacu pada organ/system tapi tidak khas,
Somatoform gangguan organ tidak terbukti.

Gangguan Nyeri Somatoform Keluhan utamanya nyeri menetap, berkaitan dengan konflik emosinal yang cukup jelas,
Menetap dampaknya meningkatkan perhatian , dukungan medis dan personal.

Gangguan Somatoform Keluhan spesifik pada bagian atau system tertentu saja, tidak ada hubungan dengan
Lainnya kerusakan jaringan
F63 Gangguan Kebiasaan dan Impuls

F63.3 Trikotilomania
 Pasien mengalami kerontokan rambut kepala yang jelas karena sering dicabut
 Tidak disebabkan oleh peradangan kulit kepala, respon waham atau halusinasi, dan
bukan gangguan gerakan sterotipi mencabut rambut.

Anda mungkin juga menyukai