Anda di halaman 1dari 52

TONSILITIS KRONIK

Pembimbing:
dr. Ni Made Tirta Sanjiwani, Sp.THT-KL
dr. I Gusti Aju Lakshmi Damajanti

Oleh:
dr. Marsha Desica Arsanta
dr. Heinz Purwadi Gunawan Schoeck
dr. Kent Pradana
dr. Yohannes Kurniawan S
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

• Nama : AIA
• Umur :15 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Ds.Batu Agung
• Suku : Bali
• Tanggal pemeriksaan : 07 Maret 2018
ANAMNESIS

Keluhan Utama

• Nyeri Menelan

Riwayat Penyakit Sekarang

• Pasien datang dengan keluhan nyeri saat menelan yang bersifat hilang
timbul sejak 2 bulan SMRS. Keluhan juga disertai adanya rasa kesulitan
untuk bernapas. Pada saat keluhan muncul pasien menjadi sulit untuk
makan sehingga pasien hanya makan sedikit sedikit. Demam juga
dirasakan oleh pasien dan bersifat hilang timbul bersamaan dengan
munculnya keluhan nyeri menelan, pasien mengukur panas badan
dengan menggunakan perabaan. Batuk, hidung tersumbat, nyeri
disekitar mata, rasa nyeri ditelinga, nyeri kepala, riwayat trauma
disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan rutin disangkal.
• Pasien memiliki riwayat penyakit amandel dan sempat berobat ke UGD
RSU Negara sebanyak 3 kali karena pasien merasa sulit bernapas.
Pasien memiliki kebiasaan pola makan yang kurang baik, sering
mengkonsumsi makanan yang berminyak dan gorengan, serta makanan
pedas. Pasien juga sering mengonsumsi minuman dingin. Konsumsi
alkohol (-) rokok (-) terpajan paparan debu yang berlebihan (-).
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat batuk lama disangkal


• Riwayat darah tinggi disangkal
• Riwayat kencing manis disangkal
• Riwayat stroke disangkal
• Riwayat serangan jantung disangkal
• Riwayat keganasan disangkal
• Riwayat trauma disangkal
• Riwayat Tonsilitis 3 kali (Januari 2018)

Riwayat Pengobatan

• Azitromisin 1 x 500 mg
• Parasetamol 3 x 500 mg
• Vit C 1 x 30 mg
ANAMNESIS

Riwayat Keluarga

• Tidak ada keluarga pasien yang


mengalami gejala dan keluhan
serupa.

Riwayat Sosial Ekonomi

• Pasien sehari-hari tidak sekolah.


Pasien tinggal bersama kedua
orangtuanya
PEMERIKSAAN FISIK
Status Keadaan umum tampak sakit sedang

Present Kesadaran Compos mentis

GCS E4 V5 M6

Tekanan darah 120/70 mmHg

Nadi 80 x/menit, reguler, isi cukup

Respirasi 20 x/menit

Suhu axilla 36°C

Status Kepala Normocephali, rambut hitam


General

Mata
PEMERIKSAAN THT (Telinga)
• Dekstra • Sinistra
• Inspeksi : • Inspeksi :
Aurikula : deformitas (-), laserasi Aurikula : deformitas (-), laserasi
(-), sekret (-), serumen (-), sekret (-), serumen
(-) (-)
Retroaurikuler: sikatriks (-), Retroaurikuler: sikatriks (-),
tanda inflamasi (-) tanda inflamasi (-)
• Palpasi : Nyeri tekan tragus • Palpasi : Nyeri tekan tragus
(-) (-)
• Otoskopi : • Otoskopi :
Kanalisa akustikus eksternus Kanalisa akustikus eksternus
tampak hiperemis (-), edema(-), tampak hiperemis (-), edema(-),
discharge (-), serumen (-), discharge (-), serumen (-),
• Membran timpani : • Membran timpani :
Intak, tampak mengkilat, cone of Intak, tampak mengkilat, cone of
light : Tidak tampak hiperemis light : Tidak tampak hiperemis
ataupun edema, Tidak tampak ataupun edema, Tidak tampak
retraksi/bulging. retraksi/bulging
PEMERIKSAAN THT (Hidung)
• Dekstra • Sinistra
• Inspeksi : deformitas (-), • Inspeksi : deformitas (-),
perdarahan (-) perdarahan (-)
• Palpasi : krepitasi (-), • Palpasi : krepitasi (-),
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
• Rinoskopi anterior: • Rinoskopi anterior:
Concha tampak livide dan Concha tampak livide dan
edema -/-, Sekret -/- edema -/-, Sekret -/-
deviasi septum (-), deviasi septum (-),
perdarahan (-) perdarahan (-)
• Rinoskopi posterior: tidak • Rinoskopi posterior: tidak
dilakukan dilakukan
PEMERIKSAAN THT (Tenggorokan)

• Mukosa bibir : basah


• Post nasal drip : (-)
• Rongga mulut : stomatitis (-), hiperemis (-), karies
dentis (-)
• Lidah : laserasi (-), permukaan kasar, tidak
kotor
• Uvula : ditengah
• Faring : hiperemis (-), edema (-),
pseudomembran (- ),kering (+)
• Tonsil Palatina : hiperemis (+), edema (+), ukuran
T3/T3
(−)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan
Darah
Lengkap (12
Desember
2017)
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan Rontgen Thorax
RESUME

• Perempuan 15 tahun datang dengan keluhan nyeri saat


menelan yang bersifat hilang timbul sejak 2 bulan SMRS.
Keluhan ini disertai dengan adanya demam, rasa sulit
untuk bernapas, dan nafsu makan yang menurun apabila
sedang kambuh. Pasien memiliki kebiasaan pola makan
yang kurang baik, sering mengkonsumsi makanan yang
berminyak dan gorengan, makanan pedas, dan konsumsi
air dingin.
• Pemeriksaan Fisik :
• Tonsil hiperemis, edema, derajat III (T3/T3)
DIAGNOSIS KERJA

• Tonsilitis Kronis
PENATALAKSANAAN
• Preventif
• Menjaga pola makan dengan mengurangi konsumsi makanan
berminyak, manis, kopi, dan makanan pedas.
• Menjaga kebersihan mulut (oral hygine).
• Memperbanyak olahraga.
• Mengurangi penggunaan suara yang berlebihan.
• Medikamentosa
• Azitromisin 1 x 500 mg (05-03-2018)
• Parasetamol 3 x 500 mg (05-03-2018)
• Vit C 1 x 30 mg (05-03-2018)
• Ceftriaxon 1gr IV  antibiotik pre op
• Puasa 8 jam pre op
• Definitif
• Pro Tonsilektomi
Prognosis
• Quo ad Vitam : bonam
• Quo ad Functionam : dubia ad bonam
• Quo ad Sanationam : bonam
FOLLOW UP PASIEN
7/3/2018
•S: Nyeri menelan +
•O: TTV = TD 110/70 mmHg, HR 80x/menit, RR
20x/menit, Suhu 36 C
PF THT
-Telinga kanan & kiri : MAE lapang, membran timpani
intak, sekret –
- Cavum nasi kanan & kiri : konkha lapang, sekret –
-Tenggorokan : Tonsil T3/T3
7/3/2018
•A : Tonsilitis kronis
•P : Pro tonsilektomi tanggal 8/3/2018
8/3/2018
•S: Nyeri menelan +
•O: TTV = TD 110/70 mmHg, HR 80x/menit, RR
20x/menit, Suhu 36 C
PF THT
-Telinga kanan & kiri : MAE lapang, Membran
timpani intak, sekret –
- Cavum nasi kanan & kiri : konkha lapang, sekret –
-Tenggorokan : Tonsil T0/T0
8/3/2018
•A : Tonsilitis kronis post tonsilektomi
•P : -Pasien BPL
-Cefixime 2x100 mg
-Asam mefenamat 3x500 mg
ANALISA KASUS
Definisi
Teori Kasus

Definisi
 Tonsilitis akut biasa ditandai dengan nyeri
 Pasien sudah sempat mengalami
tenggorok, demam, odinofagia, dan
tonsillitis sebanyak 3 kali sebelumnya
malaise, dapat disetai dengan limfadenopati
sejak bulan Januari 2018 dan pernah
servikal dan skin rashes.
 Kemudian akan tampak tonsil yang ke ugd akibat sesak napas
hipertrofi, eritema, dan eksudat pada  Pada pemeriksaan fisik THT pasien
permukaan tonsil. Terkadang dapat ditemukan adanya tonsil yang
ditemukan pula pembesaran kripta tonsil hipertrofi dan eritema. Belum
yang berakumulasi menjadi debris, eritema
ditemukan kripta yang melebar dan
persisten pada tonsil, dan dilatasi pembuluh
detritus
darah pada permukaan tonsil.
Klasifikasi
Teori Kasus

Klasifikasi Tonsilitis viral kronis, karena pasien


• Tonsilitis Akut
sudah mengalami tonsillitis akut yang
a.Tonsilitis Viral
b.Tonsilitis Bakterial tidak pernah diobati secara adekuat,
• Tonsilitis Membranosa dan ditemukan adanya rasa
• Tonsilitis Kronis
mengganjal pada tenggorokan,
disertai adanya tonsil membesar
berwarna merah dan adanya kripta
yang melebar walaupun tidak terisi
oleh detritus
Derajat tonsil
Teori Kasus

Derajat tonsil : • +3: 50-75% tonsil menempati


• 0 : tonsil palatina berada di
dalam fossa orofaring
• +1: < 25% tonsil menempati
orofaring
• +2: 25-50% tonsil menempati
orofaring
• +3: 50-75% tonsil menempati
orofaring
• +4: > 75% tonsil menempati
orofaring
Penegakan Diagnosa
Teori Kasus

Penegakkan Diagnosa
• Anamnesa: serangan nyeri
• Pada pasien deitemukan serangan
tenggorokan berulang atau
berulang sebanyak 3 kali dalam 2
tonsilitis akut berulang, iritasi
bulan berupa nyeri tenggorokan.
kronis tenggorokan dengan batuk,
• Tonsil pasien membesar dengan
rasa tidak enak di mulut dan bau
ukuran T3/T3
mulut yang tidak sedap (halitosis)
• Pada pasien tidak dilakukan
akibat dari pus di kripta, suara
pemeriksaan swab dan rapid
yang parau, sulit menelan dan
antigen karena terkendala
suara tersedak pada malam hari
keterbatasan sarana dan
(ketika tonsil besar dan obstruktif)
prasarana di RSU Negara
• PF: Tonsil terlihat membesar
• Modified Centor Score pasien 3
dengan berbagai ukuran
• Penunjang: Pemeriksaan rapid
antigen atau kultur
Tata Laksana
Teori Kasus

 Tata laksana suportif berupa anti • Pasien diberikan terapi suportif


inflamasi, analgesia, hidrasi, dan berupa paracetamol, hidrasi dan
istirahat
istirahat
 Antibiotik
• Antibiotik terpilih pada pasien ini
 Tonsilektomi
adalah azitromisin
o Indikasi Absolut • Tonsilektomi dilakukan karena
o Indikasi Relatif pada pasien ini tonsillitis yang
dialami sudah terjadi > dari 3 kali
per tahun yang merupakan
indikasi relatif untuk dilakukan
pembedahan. Pasien juga
mengalami obstruksi
Indikasi Absolut dan Relatif
• Indikasi Absolut
• Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas,
disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner
• Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan
drainase
• Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
• Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi
• Indikasi Relatif
• Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi
antibiotik yang adekuat
• Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian
terapi medis
• Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak
membaik dengan pemberian antibiotik β-laktamase resisten
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Tonsil
Anatomi Tonsil
• Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina
asendens, cabang tonsil a.maksila eksterna, a.faring
asendens, dan a.lingualis dorsal. incin Waldeyer.
• Fungsi utama tonsil:
1) menangkap dan mengumpulkan bahan
asing dengan efekti
2) sebagai organ utama produksi antibody
dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen
spesifik.
Definisi Tonsilitis
• Tonsilitis : infeksi pada tonsila palatina, faring, atau
keduanya.
• Penyebaran melalui udara (air borne droplets), tangan,
dan ciuman.
Epidemiologi Tonsilitis
• Berdasarkan survei epidemiologi penyakit THT di 7
provinsi (Indonesia) tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis
kronis sebesar 3,8% tertinggi kedua setelah nasofaring
akut (4,6%).
• Berdasarkan data rekam medis tahun 2010 di RSUP dr.
M. Djamil padang bagian THT-KL sub bagian laring faring
ditemukan tonsilitis sebanyak 465 dari 1110 kunjungan di
poliklinik sub bagian laring faring dan menjalani
tonsilektomi sebanyak 163 kasus, sedangkan jumlah
kunjungan baru penderita tonsilitis kronik di RS Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode Juni 2008-Mei 2009
sebanyak 63 orang.
• Insiden tonsilitis kronis di RS. Dr. Kariadi Semarang
23,26%
Etiologi Tonsilitis
Virus (70%)
• common cold virus (adenovirus, rhinovirus, influenza, coronavirus, dan
respiratory syncytial virus).
• Epstein-Barr Virus
• Coxsackie Virus
• Herpes Simplex Virus
• Sitomegalovirus
• Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Bakteri (30%)
• GABHS (Group A β-Hemolytic Streptococcus)
• Staphylococcus aureus
• Streptococcus pneumoniae
• Mycoplasma pneumoniae
• Chlamydia pneumoniae.
Tanda dan Gejala Tonsilitis
nyeri tenggorok, demam,
odinofagia, dan malaise, tonsil yang hipertrofi,
dapat disetai dengan eritema, dan eksudat
limfadenopati servikal dan pada permukaan tonsil
skin rashes

pembesaran kripta tonsil


yang berakumulasi
menjadi debris, eritema
persisten pada tonsil, dan
dilatasi pembuluh darah
pada permukaan tonsil.
Klasifikasi Tonsilitis

Tonsilitis Akut
• Tonsilitis Viral
• Tonsilitis Bakterial
Tonsilitis Membranosa
• Tonsilitis Difteri
• Tonsilitis Septik
• Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulsero Membranosa)
• Penyakit Kelainan Darah

Tonsilitis Kronik
Derajat Tonsil
Patofisiologi Tonsilitis
• Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau
mulut  invasi ke faring  reaksi inflamasi lokal 
menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka
jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. 
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear  korpus tonsil yang berisi bercak kuning
yang disebut detritus.
• Tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang
yang mengakibatkan tonsil tidak dapat membunuh semua
kuman sehingga kuman kemudian menginfeksi tonsil..
Diagnosis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesa
Fisik Penunjang
Anamnesa
Nyeri tenggorokan berulang / tonsilitis akut berulang

Iritasi kronis tenggorokan dengan batuk

Rasa tidak enak di mulut dan halitosis

Suara yang parau

Sulit menelan

Suara tersedak pada malam hari


Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Tatalaksana
Suportif

Antibiotik
• Usia 3 - 14 tahun:
• Penisilin V (100.000 IU/kg/hari dibagi kedalam 3 dosis untuk 7 hari)
,atau
• Eritromisin (40 mg/kg/hari dibagi kedalam 3 dosis untuk 5 hari), atau
• Sefalosporin generasi pertama (misal: cefadroxil 50 mg/kg/hari dibagi
dalam 2 dosis untuk 5 hari)
• Usia 15 tahun atau lebih
• Penisilin V (3x0,8-1,0 juta unit/hari untuk 7 hari), atau
• Eritromisin (3x500 mg/hari untuk 5 hari), atau
• Sefalosporin generasi pertama (misal: cefadroxil 2 x 1.000 mg untuk
5 hari)

Tonsilektomi
Indikasi Tonsilektomi
Absolut Relatif

• Pembengkakan tonsil yang • Terjadi 3 episode atau lebih


menyebabkan obstruksi infeksi tonsil per tahun dengan
saluran napas, disfagia berat, terapi antibiotik yang adekuat
gangguan tidur dan komplikasi • Halitosis akibat tonsilitis kronik
kardiopulmoner yang tidak membaik dengan
• Abses peritonsil yang tidak pemberian terapi medis
membaik dengan pengobatan • Tonsilitis kronik atau berulang
medis dan drainase pada karier streptokokus yang
• Tonsilitis yang menimbulkan tidak membaik dengan
kejang demam pemberian antibiotik β-
• Tonsilitis yang membutuhkan laktamase resisten
biopsi untuk menentukan
patologi anatomi
Kriteria Paradise
Frekuensi minimum dari nyeri ≥ 7 kejadian pada tahun itu, atau
tenggorokan ≥ 5 kejadian per tahun pada 2 tahun terakhir,
atau
≥ 3 kejadian per tahun pada 3 tahun terakhir
Gejala (nyeri tenggorokan dengan  Suhu > 38.3°C, atau
satu atau lebih gejala lain)  Limfadenopati leher dengan nyeri (> 2
cm), atau
 Eksudat tonsil
 Kultur positif dari Steptococcus β-
hemolyticus grup A
Pengobatan Telah diberikan antibiotik dengan dosis yang
cukup pada kasus terbukti atau dicurigai
akibat streptokokus
Dokumentasi  Kejadian nyeri tenggorokan dan gejala lain
tercatat pada rekam medis, atau
 Bila tidak tercatat sepenuhnya, kejadian-
kejadian tersebut diobservasi oleh klinisi
minimal 2 kejadian infeksi tenggorokan
dengan pola frekuensi dan gejala yang
konsisten dengan riwayat sebelumnya
Komplikasi

Abses
Abses Peritonsil Abses Parafaring
Intratonsilar

Demam
Tonsilolith Kista Tonsilar Reumatik dan
Glomerulonefritis

Anda mungkin juga menyukai