Anda di halaman 1dari 16

Refleksi Kasus November 2022

“PENGANIAYAAN”

DISUSUN OLEH :

NAMA : Andi Moch. Ictiar


STAMBUK : N11121038
PEMBIMBING : dr. Asrawati Azis., Sp.F

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK


BAGIAN ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LUWUK
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Andi Moch. Ictiar


No. Stambuk : N 111 21 038
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Bagian : Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal

Judul Kasus : “Penganiayaan”

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal


RSUD LUWUK
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, November 2022

Mengetahui,
Pembimbing Klinik Dokter Muda

dr. Asrawati Azis, Sp. F Andi Moch. Ictiar


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah Negara Hukum, pernyataan itu terkandung dalam
penjelasan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah
negara yang berdasarkan hukum (rechtstaat). Sebagai negara hukum,
Indonesia memiliki aturan dan peraturan yang ada sehingga kepentingan
masyarakat dikatakan makmur jika tingkat ekonomi masyarakat dilindungi.
Pembukaan UUD 1945 merupakan dasar telah menyebutkan bahwa salah satu
tujuan negara adalah untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat.
(Putra,2020)
Penganiayaan berasal dari kata aniaya yang berarti perbuatan bengis. Hal
tersebut dijelaskan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta,
1987:481), yang merumuskan bahwa: “Penganiayaan berarti melakukan yang
sewenang-wenang seperti melakukan penyiksaan dan penindasan.
Berdasarkan batasan tersebut di atas, maka, penganiayaan dapat diartikan
sebagai perbuatan yang dapat mengakibatkan orang lain menderita atau
merasakan sakit”. (Irda, 2017)
Penganiayaan yang merupakan suatu tindakan yang melawan hukum,
memang semuanya perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang
yang berakibat kepada dirinya sendiri. Mengenai penganiayaan biasa ini
merupakan suatu tindakan hukum yang bersumber dari sebuah kesengajaan.
Kesengajaan ini berarti bahwa akibat suatu perbuatan dikehendaki dan ini
ternyata apabila akibat itu sungguh-sungguh dimaksud oleh perbuatan yang
dilakukan itu yang menyebabkan seseorang rasa sakit, luka, sehingga
menimbulkan kematian akan tetapi tidak semua perbuatan memukul atau
lainnya yang menimbulkan rasa sakit dikatakan sebuah penganiayaan.
(Putra,2020)
Di Amerika Serikat Kurang lebih 25% perempuan telah mengalami
berbagai macam bentuk penganiayaan baik fisik ataupun seksual yang
dilakukan pasangan lelakinya.Penelitian di Victoria mengungkapkan bahwa
11 korban dalam rentang usia 15 – 34 tahun meninggal setiap tahunnya dan
5.000 korban dirawat di rumah sakit karena luka yang disebabkan

penganiayaan pada tahun 2000 hingga 2014. Di kota Bergen, Norwegia 1803
korban penganiayaan tercatat selama kurun waktu 2 tahun. (Putra,2020)
Berdasarkan data kepolisian daerah Sumatera Barat tahun 2011 jumlah
kasus penganiayaan berat di Sumatera Barat sebanyak 743 kasus dan kasus
penganiayaan ringan sebanyak 1.359 kasus. Pada tahun 2016 jumlah kasus
penganiayaan berat meningkat menjadi 747 kasus sedangkan kasus
penganiayaan ringan menurun menjadi 758 kasus. Kasus penganiayaan berat
terus meningkat pada tahun 2013 menjadi 766 kasus sedangkan kasus
penganiayaan ringan kembali mengalami peningkatan yang signifikan menjadi
1.761 kasus. (Putra,2020)
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) itu sendiri
telah menjelaskan dan mengatur tentang penganiayaan beserta akibat hukum
apabila melakukan pelanggaran tersebut, pasal yang menjelaskan tentang
masalah penganiayaan ini sebagian besar adalah pasal 351 sampai dengan
pasal 355, dan masih banyak pula pasal-pasal lain yang berhubungan dengan
pasal tersebut yang menjelaskan tentang penganiayaan. (Irda, 2017)
Dokter , dalam kasus tindak pidana, memiliki peran dalam pembuatan
visum et repertum. Dokter membuat VeR berdasarkan temuan atau kenyataan
yang ditemukan pada korban dan setelah menghubungkan satu dengan yang
lain secara logis lalu kemudian mengambil kesimpulan. Berdasarkan hal ini,
pemberitaan yang ditulis pada VeR harus objektif dan sesuai dengan
kenyataan yang diperoleh (Purba & Silalahi, 2020).
Pengetahuan ini harus dikuasai oleh kalangan kedokteran karena dalam
melaksanakan profesi kesehatan, terutama dalam kepentingan penyidikan.
Disisi lain pengetahuan ini harus juga dikuasai oleh para penegak hukum agar
dapat memahami penjelasan yang diberikan dan disampaikan oleh ahli
kedokteran forensik (Purba,2022)
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian penganiayaan.
2. Mahasiswa diharapkan mampu membuat visum et repertum pada kasus
penganiayaan.
3. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan aspek hukum pada kasus
penganiayaan.
BAB II

KASUS

2.1 Kronologis Kejadian

Pasien laki-laki datang ke RSUD Luwuk Kab. Banggai pada tanggal 20


November pukul 01.25 WITA korban penganiayaan. Penganiayaan terjadi
pada tanggal 19 November 2022 sekitar pukul 19.00 WITA bertempat di
Pustu Desa Baya Kec. Luwuk Timur kab. Banggai.
Korban mengatakan menumpangi mobil truk pengangkut kelapa sawit dari
Boalemo yang akan menuju ke morowali, Saat singgah di desa Baya untuk
meng-angkut kelapa sawit korban tiba-tiba di tarik paksa keluar mobil dan
langsung di cekik pada bagian leher dari arah belakang menggunakan lengan
bagian dalam pelaku kemudian korban di bantingkan ke aspal dengan posisi
belakang yang terbentur pertama dan diikuti siku kiri yang menopang tubuh
korban dan pada saat itu posisi korban tidak memakai baju. Dari keterangan
korban, korban tidak mengetahui penyebab dari insiden tersebut tetapi diduga
karena permasalahan dari supir truk tersebut dengan warga sekitar desa baya.
2.2 Hasil Pemeriksaan

A. Keadaan Umum

Pasien dengan jenis kelamin laki-laki berumur 20 tahun datang ke RSUD


Luwuk dalam keadaan sadar. Pasien datang dengan menggunakan properti
topi berwarna putih, hoodie berwarna kuning hitam, celana jeans panjang
berwarna hitam, sendal jepit berwarna putih. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan tekanan darah 151/97 mmHg, denyut nadi 78 x/menit, pernapasan
20 x/menit, dan suhu tubuh 36,5 0C.
B. Keadaan Bagian Tubuh

Bagian Punggung:

1. Ditemukan luka memar pertama berwarna kemerahan regio punggung


tepat pada garis tengah tubuh bagian belakang berukuran tiga koma lima
sentimeter kali nol koma lima sentimeter
2. Ditemukan luka memar kedua berwarna kemerahan regio punggung tepat
pada garis tengah tubuh bagian belakang berukuran tiga sentimeter kali nol
koma lima dan berjarak dibawah satu sentimeter pada luka memar
pertama.

Bagian Lengan :

1. Ditemukan luka memar pada tangan kiri bagian lengan bawah sisi luar
dengan ukuran lima sentimeter kali nol koma lima dengan jarak satu
sentimeter dari siku.
PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK &
MEDIKOLEGAL
Jalan Imam BonjolNo. 14 /  ( 0461 ) 21820, E-Mail : rsud_luwuk@yahoo.co.id

VISUM ET REPERTUM

PRO JUSTITIA
No. Reg/Rm
Sehubungan dengan surat
saudara:---------------------------------------------------------------------------
Nama: Sofyanto Lalona Pangkat: BRIPKA NRP: 8811030 Jabatan: an. Kepala
Kepolisian Resor Banggai KA SPKT, Nomor : VER/ 261 / XI / 2022/Sulteng/
Res-Bgi, Alamat: Tertanggal : 19 November 2022, Perihal: Permintaan Visum et
Revertum, yang kami terima pada tanggal: 20 November 2021 Pukul 01.25
WITA.------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Maka kami:-----------------------------------dr. Asrawati Azis, Sp FM------------------------------------
Sebagai dokter forensik pada Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal
RSUD Kabupaten Banggai, menyatakan telah dilakukan pemeriksaan terhadap
korban pada hari Jumat, tanggal 20 November 2022 Pukul 01.25 WITA, di
Instalasi Gawat Darurat RS Umum Daerah Kabupaten Banggai atas korban yang
menurut surat Saudara:-----------------------------------------------------------------------------------------
Nama : AM---------------------------------------------------------------------------------------
Umur : 20 Tahun--------------------------------------------------------------------------------
Kelamin : Laki-laki -------------------------------------------------------------------------------
Agama : Islam-------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Petani------------------------------------------------------------------------------------
Alamat : Desa Longkoga Kec. Bualemo Kab. Banggai ------------------------------------
Laki-laki tersebut korban tindak Pidana Penganiayaan yang terjadi pada hari
Sabtu tanggal 19 Desember 2021 sekitar jam 19.00 wita, bertempat di pustu desa
baya kec. Luwuk Timur kab. Korban tiba di Instalasi Gawat Darurat RS Umum
Daerah Kab. Banggai pada hari Minggu, tanggal 20 November 2021 pukul 01.25
WITA.------------------------------------------------------------------------------------------------------------
HASIL PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Luar: -------------------------------------------------------------------------------------------
1. Kesadaran baik, tekanan darah seratus lima puluh satu per sembilan puluh
tujuh millimeter air raksa, denyut nadi tujuh puluh delapan kali per menit,
pernapasan dua puluh kali per menit, suhu badan tiga puluh enam koma lima
derajat celcius. --------------------------------------------------------------------------------------------
2. Korban berjenis kelamin laki-laki, umur dua puluh tahun.------------------------------------------
3. Properti : Korban datang dengan menggunakan topi berwarna putih, hoodie
berwarna kuning hitam, celana jeans panjang berwarna hitam, sendal jepit
berwarna putih.--------------------------------------------------------------------------------------------
4. Kepala:------------------------------------------------------------------------------------------------------
a. Bentuk: Oval,simetris. Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan.-----------------------------------------------------------------------------------------------
b. Pelipis:. Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan---------------------------------
c. Dahi : Kiri luka lecet berukuran tiga koma lima sentimeter kali satu koma
dua sentimeter terletak tiga sentimeter dari garis pertengahan depan tubuh.------------------
d. Pipi: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.------------------------------------
e. Hidung : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.-------------------------------
f. Dagu: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.-----------------------------------
g. Mata : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan
h. Mulut: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.----------------------------------
i. Leher : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.---------------------------------
5. Dada: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.---------------------------------------
6. Perut: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.--------------------------------------
7. Pundak : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. ----------------------------------
8. Punggung : Terdapat dua buah luka memar di bagian punggung, luka memar
pertama berwarna kemerahan tepat pada garis tengah tubuh bagian belakang
berukuran tiga koma lima sentimeter kali nol koma lima sentimeter, luka
memar kedua berwarna kemerahan tepat pada garis tengah tubuh bagian
belakang berukuran tiga sentimeter kali nol koma lima dan dan berjarak
dibawah satu sentimeter pada luka memar pertama.--------------------------------------------------
9. Pinggang: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.----------------------------------
10. Panggul:Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.------------------------------------
11. Pantat : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.-------------------------------------
12. Anggota gerak atas kanan dan kiri : Ditemukan luka memar pada tangan kiri
bagian lengan bawah sisi luar --------------------dengan ukuran lima sentimeter kali nol koma
lima dengan jarak satu sentimeter dari siku.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
13. Anggota gerak bawah kanan dan kiri : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-
tanda kekerasan.-------------------------------------------------------------------------------------------
14. Alat kelamin: Tidak dilakukan pemeriksaaan--------------------------------------------------------
15. Dubur:Tidak dilakukan pemeriksaan.------------------------------------------------------------------
Tindakan/Terapi :---------------------------------------------------------------------------------------------
1. Dilakukan pemeriksaan terhadap korban. ---------------------------------------------------------

KESIMPULAN
1. Korban laki-laki berumur dua puluh tahun---------------------------------------------------------
2. Pada pemeriksaan ditemukan :
a. Luka memar pada punggung dan pada bagian tangan kiri lengan bawah. -------------------
Luka tersebut diatas akibat kekerasan tumpul ----------------------------------------------------
3. Kualifikasi luka tersebut di atas TIDAK menimbulkan penyakit, gangguan
atau halangan untuk menjalankan pekerjaan/jabatan atau pencahariannya.-------------------

Demikian Visum et Repertum ini dibuat menurut pengetahuan sebaik-baiknya


pada waktu itu dan dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan. -----------------------

Dokter Pemeriksa,
BAB III
PEMBAHASAN

Penganiayaan diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana


(KUHP) pasal 351 sampai dengan pasal 358. Pasal 351 memuat tentang
penganiayaan biasa. Penganiayaan ini dilakukan oleh seseorang dengan sengaja
untuk mengakibatkan luka dan rasa sakit. Kegiatan melukai tidak semuanya
bermakna kejahatan. Setiap orang yang telah memperoleh izin, seperti dokter
bedah, demi tujuan merawat pasien tidak mengandung arti kekerasan. Pasal 352
memuat mengenai penganiayaan ringan. Penganiayaan ringan yaitu penganiayaan
yang dilakukan secara sengaja dan membuat keterbatasan aktivitas. Pasal 353
memuat mengenai penganiayaan berencana. Penganiayaan ini dilakukan dengan
membuat rencana terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan. Pasal 354 memuat
mengenai penganiayaan berat. Penganiayaan berat merupakan tindakan
penganiayaan yang dilakukan kepada korban sehingga menimbulkan luka berat
bagi korbannya. Pasal 355 memuat mengenai penganiayaan berencana.
Penganiayaan ini menggabungkan antara penganiayaan berat dan penganiayaan
yang telah direncanakan. Pasal 356 mengatur mengena penganiayaan kekerasan di
dalam rumah tangga. Penganiayaan ini dilakukan oleh keluarga inti ( Suma &
Widia, 2021).

Penganiayaan biasa berdasarkan KUHP pasal 351 dihukum dengan


hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan dengan denda Rp
4.500. Jika perbuatan yang dilakukan membuat luka berat, pelaku diancam dengan
hukuman selama lamanya lima tahun.. Jika perbuatan menimbulkan kehilangan
nyawa, pelaku dihukum selama lamanya tujuh tahun. Penganiayaan ringan yang
tidak menimbulkan penyakit atau kehilangan kemampuan untuk menjalankan
kegiatan maka dipidana selama lamanya tiga bulan atau dengan denda empat ritus
lima ratus rupiah. Penganiayaan yang direncanakan lebih dulu direncanakan lebih
dahulu diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Jika korban
mendapat luka berat maka pelaku dapat diancam paling lama tujuh tahun. Jika
perbuatan menyebabkan kematian maka dipenjara paling lama sembilan tahun.
Penganiayaan berat sebagaimana yang dimaksud KUHP pasal 354 dapat dihukum
seberat beratnya delapan tahun penjara. Jika perbuatan ini mengakibatkan matinya
orang maka pelaku dihukum selama lamanya sepuluh tahun (Umar & Irda, 2017).

Pasien datang tanggal 31 Desember 2021 pukul 01.25 WITA, ke IGD


RSUD Luwuk ditemani seorang penyidik, Pasien membawa surat permintaan
Visum et Repertum karena pasien mengaku dirinya dianiaya di pustu desa baya
kec luwuk timur Kab. Banggai sekitar jam 19.00 WITA kemudian dilakukan
pemeriksaan terhadap korban.

Pada kasus ini, luka korban adalah luka memar yang berada pada
punggung korban dan tangan. Luka memar merupakan salah satu luka yang
disebabkan oleh adanya trauma benda tumpul yang menyebabkan kerusakan
jaringan tanpa disertai diskontinuitas pembuluh darah dan jaringan di bawah kulit
tanpa adanya kerusakan pada kulit. Luka ini disebabkan oleh adanya kerusakan
pada kapiler darah sehingga darah yang keluar akan meresap di jaringan
sekitarnya. Pasien juga datang dengan keadaan umum yang baik, dan dapat
beraktivitas seperti biasa sehingga dari penilaian dan pemeriksaan yang ditemukan
derajat luka pasien adalah derajat luka ringan. Disebut derajat luka ringan karena
tidak menimbulkan halangan dalam melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-
hari. Luka dapat disebut sebagai luka berat jika luka tersebut menimbulkan
penyakit yang mengakibatkan terjadinya halangan dalam melakukan aktivitas
pekerjaan, jabatan, atau pencaharian untuk sementara waktu. Penentuan derajat
luka ini menjadi penting karena setiap derajat luka dapat menjadi pertimbangan
dalam pengambilan keputusan oleh hakim ( Kelwulan et al, 2020).

Dari kasus ini dilanjutkan dengan pembuatan visum et repertum


berdasarkan hasil pemeriksaan yang didapatkan setelah sebelumnya membawa
surat permintaan visum dari pihak kepolisian. Permintaan visum didasari pada
ketentuan hukum KUHP pasal 133 ayat (1) yang menyebutkan bahwa penyidik
dalam kepentingan menangani korban baik itu luka, keracunan, maupun mati yang
diduga merupakan tindak pidana, berhak untuk meminta keterangan ahli kepada
bagian kedokteran Forensik/ Kehakiman. Pembuatan surat permintaan visum ini,
menurut KUHP pasal 7 ayat (1) butir H dan KUHP pasal 11, dibuat oleh penyidik
dan penyidik pembantu. Penyidik merupakan Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia yang menurut PP No. 27 Tahun 1983 berpangkat serendah-rendahnya
Pembantu Letnan Dua, sedangkan pada wilayah kepolisian tertentu yang
komandannya adalah seorang bintara, maka ia adalah penyidik karena jabatan
tersebut. Permintaan visum ini harus dibuat secara tertulis dengan menggunakan
formulir permintaan yang sesuai dengan kasus yang saat ini sedang ditanda
tangani. Pada surat permintaan harus ditulis dengan jelas mengapa korban dibawa
ke dokter sehingga hal ini untuk memudahkan pemeriksaan. Pada surat
permintaan visum harus ditulis identitas lengkap dari korban dan identitas lengkap
dari peminta VeR ( Aflanie et al, 2017).

Visum et Repertum harus dibuat berdasarkan hasil analisis objektif dari


pemeriksa. Bagian pembukaan VeR diawali dengan kata “Pro Justicia” yang
berarti untuk peradilan dan menjadikan surat tersebut sah dan rahasia. Identitas
penyidik, surat permintaan, dan korban harus dijelaskan di pendahuluan. Selain
itu, identitas peristiwa seperti waktu kejadian dan tempat kejadian perlu
dicantumkan juga pada pendahuluan. Tidak lupa juga untuk mencantumkan
identitas pemeriksa. Pada bagian pelaporan dicantumkan mengenai temuan yang
secara objektif dilihat oleh pemeriksa. Bagian pelaporan harus memuat mengenai
anamnesis pasien dan temuan apa saja yang ditemukan pada pasien. Bahasa yang
digunakan menggunakan bahasa komunikatif. Kesimpulan didasarkan pada
pendapat subjektif medis sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh dan hasil
pemeriksaan medis.

Kesimpulan ini dibuat dengan dasar untuk memberikan informasi kepada


penyidik, dibuat berdasarkan ilmu kedokteran forensik dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah medis. Bagian penutup dari VeR harus
berisi mengenai pernyataan kejujuran dengan mengingat sumpah jabatan yang
pernah diperoleh dan diikutkan dengan nama serta tanda tangan serta cap instansi
di mana dokter tersebut bekerja (Aflanie et al, 2017).
BAB IV
KESIMPULAN
1. Penganiayaan berarti melakukan yang sewenang-wenang seperti melakukan
penyiksaan dan penindasan atau penganiayaan dapat diartikan sebagai
perbuatan yang dapat mengakibatkan orang lain menderita atau merasakan
sakit.
2. Penganiayaan diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP)
pasal 351 sampai dengan pasal 358 memuat penganiayaan biasa, ringan , berat
terencana, dan penganiayaan yang terjadi di dalam rumah tangga.
3. Derajat luka yang ditemukan pada kasus ini adalah derajat luka ringan, karena
tidak menimbulkan halangan dalam melakukan kegiatan, aktivitas sehari- hari
disbalitas/ cacat permanen dan mengancam nyawa.
4. Visum et Repertum harus dibuat berdasarkan hasil analisis objektif dari
pemeriksa yang diawali dengan “Pro Justitia”. VeR terdiri dari pembukaan,
pendahuluan ,pelaporan, kesimpulan dan terakhir penutup. Pembuatan VeR
dapat dilakukan setelah memperoleh adanya surat permintaan visum dari pihak
kepolisian.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, N.P.M., Sujana, I.N.., Widyantara, I.M.M. 2021. Visum et Repertum


Sebagai Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Penganiayaan. Jurnal Analogi Hukum,
3(1) : 122-128.

Zilvia, R., Haryadi. 2020. Disparitas Pidana Terhadap Pelaku Kasus Tindak
Pidana Penganiayaan. Journal of Criminal , 1(1) : 96-105.

Tompodung, H.R.R. 2021. Kajian Yuridis Tindak Pidana Penganiayaan yang


Mengakibatkan Kematian. Lex Crimen , 10(4) : 67-72.

Purba, O., Silalahi, R. 2020. Peran Ilmu Kedokteran Forensik dalam Pembuktian
Tindak Pidana Penganiayaan. Jurnal Retenrum, 1(2) : 127-133

Nurmansyah, G., Hartono, B., Rapita, M. 2021. Implementasi


Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Para Mahasiswa Sebagai Pelaku
Penganiayaan yang Mengakibatkan Kematian ( Studi Putusan Nomor 13/Pid.B/
2020/PN.GDT). Pakuan Law Review, 7(2) : 160- 173.

Suma, I.K.B.P., Rideng, I.W., Widia .I.K. 2021. Sanksi Pidana Terhadap Pidana
Penganiayaan yang Mengakibatkan Luka Berat. Jurnal Analogi Hukum, 3(2) :
225- 229.

Kelwulan, J.E., Siwu, J.F., Mallo, J.F. 2020. Penentuan Derajat Luka pada
Kekerasan Mekanik di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari –
Juli 2019. e-Clinic, 8(1): 172- 176.

Alifia, D., Budyatmojo, W. 2018. Analisis Perlindungan Hukum Bagi Anak


Sebagai Korban Kekerasan Ayah Kandung ( Studi Putusan Nomor
242/PID.SUS/2015/PN.PDG). Recidive , 7(1) : 1-9.

Aflanie, I., Nirmalasari, N., Arizal, M.H. 2017. Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Depok : Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai