Anda di halaman 1dari 16

Refleksi Kasus Mei, 2022

“Pengeroyokan”

Disusun Oleh :

Hilda Sari Wahyuni

N 111 21 059

Pembimbing :

dr. Asrawati Azis, Sp. FM

BAGIAN ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Hilda Sari Wahyuni

No. Stambuk : N 111 21 059

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Profesi Dokter

Universitas : Tadulako

Bagian : Forensik dan Medikolegal

Judul Refleksi Kasus : Pengeroyokan

Bagian Forensik dan Medikolegal

RSUD Luwuk Banggai

Program Studi Profesi Dokter

Fakulas Kedokteran Universitas Tadulako

Luwuk, Mei 2022

Mengetahui

Pembimbing Dokter Muda

dr. Asrawati Azis, Sp. FM Hilda Sari Wahyuni

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tingkat kriminalitas masyarakat seiring dengan perkembangan masyarakat itu
sendiri, artinya kejahatan di tengah masyarakat biasanya muncul pada saat negara
melakukan pembangunan yang sangat pesat, akan tetapi tidak berarti bahwa
pembangunan menjadi penyebab meningkatnya kejahatan kerena pembangunan
itu sendiri adalah salah satu bentuk untuk menurunkan kecenderungan kriminal
ditengah masyarakat, bahwa melalui pembangunan tingkat kesejahteraan
masyarakat semakin baik. Salah satu bentuk kejahatan yang paling sering muncul
pada saat itu adalah pemukulan. Aksi pemukulan adalah fenomena yang sulit
dihilangkan dalam kehidupan sosial, karena lebih mudah dilakukan saat terjadi
bentrok antara orang yang satu dengan yang lain. Beberapa jenis pemukulan yang
sering terjadi seperti pemukulan dan kekerasan fisik yang dilakukan bersama
terhadap orang lain sering mengakibatkan cedera pada anggota tubuh korban,
tidak jarang membuat korban cacat fisik seumur hidup bahkan sampai kematian
(Putra, 2020).
Menurut pemaparan Ipda Suparman terjadinya kasus pengeroyokan
ditimbulkan oleh permasalahan kecil atau sesuatu yang tidak penting, motifnya
sangat beragam, seperti kecemburuan, tersinggung, perselisihan paham, atau
sekedar mencari pengakuan dalam kelompok. Permasalahan inilah yang dapat
meluas ke skala yang lebih besar, hal ini dapat berujung terjadinya perkelahian
antar kelompok ataupun antar individu (Adha, 2020).
Tindakan “Mengeroyok” adalah suatu kejahatan yang dilakukan bersama-
sama bertujuan agar orang yang dikeroyok kesakitan. Pengeroyokan merupakan
tindakan melanggar hukum apapun motifnya. Negara telah mengatur hukuman
bagi para pelanggar hukum. Melakukan pengeroyokan yang merugikan orang

3
lain, bahkan sampai menyebabkan luka, menghilangkan nyawa manusia lain,
merupakan tindakan yang melanggar hokum (Marseno, 2019).
Untuk menekan jumlah kasus pengeroyokan di Indonesia, baik masyarakat
maupun aparat penegak hukum perlu melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
a. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan; dengan cara sosialisasi untuk
mengenalkan hukum sejak dini kepada generasi muda, ajakan warga negara
agat mematuhi aturan dan saling kerjasama terhadap warga negara agar
menciptakan masyarakat sadar hukum
b. Tindakan quratif yaitu penegak hukum harus menangkap dan menindak tegas
pelanggar hukum. Dengan harapan upaya tersebut dapat memberi rasa aman
yang dijaminkan dan mengakibatkan peningkatan rasa percaya masyarakat
kepada hukum (Marseno, 2019).

1.2. Tujuan Pembelajaran


a. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian pengeroyokan.
b. Mahasiswa diharapkan mampu membuat visum et repertum pada kasus
pengeroyokan.
c. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan aspek hukum pada kasus
pengeroyokan.

4
BAB II

KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. A. T. B.
Usia : 36 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen

2.2 Kronologi Kejadian


Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Luwuk pada tanggal
31 Desember 2021 sekitar pukul 04:04 WITA. Pasien datang dengan membawa
Surat Permintaan Visum et Repertum karena mengaku telah dilakukan
pengeroyokan terhadap dirinya pada tanggal 31 Desember 2021 pukul 02.30
WITA. Keterangan dari korban bahwa ia hendak kembali ke rumahnya dan saat
dalam perjalanan tiba-tiba dihadang oleh 5 orang dan meminta uang serta kunci
motor korban akan tetapi korban tidak memberikan dan mencoba untuk
melanjutkan perjalanannya sehingga korban dikeroyok ditempat.

2.3 Hasil Pemeriksaan


2.3.1 Keadaan Umum
Pasien dengan jenis kelamin laki-laki berusia 36 tahun datang ke IGD
RSUD Luwuk dalam keadaan sadar. Pasien datang dengan menggunakan
properti baju kaos warna putih, celana jeans pendek motif loreng berwarna
hitam abu-abu dengan ban pinggang warna coklat, menggunakan jam
tangan dan gelang berwarna hitam. Pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan tekanan darah 97/75 mmHg, denyut nadi 106x/menit,
Pernapasan 21x/menit, suhu 37,1°C, dan saturasi oksigen 98%. Pasien di
rawat inap selama satu hari.

5
2.3.2 Keadaan Bagian Tubuh
a) Foto seluruh tubuh

Keterangan:
Pasien datang dengan menggunakan properti baju kaos warna putih,
celana jeans pendek motif loreng berwarna hitam abu-abu dengan ban
pinggang warna coklat, menggunakan jam tangan dan gelang berwarna
hitam.

b) Mata:
1. Ditemukan luka memar di kelopak mata bagian atas sebelah kiri
ukuran lima koma empat kali empat centimeter terletak dua koma
enam centimeter dari garis pertengahan tubuh bagian depan.
2. Ditemukan luka robek di kelopak mata bagian atas sebelah kiri
ukuran nol koma dua kali satu koma dua centimeter terletak empat
koma tujuh centimeter dari garis pertengahan tubuh bagian depan.

6
c) Telinga:
Ditemukan luka iris di belakang telinga sebelah kanan dengan ukuran
tiga koma lima kali nol koma lima centimeter.

d) Kaki
Ditemukan luka robek di bawah lutut sebelah kiri dengan ukuran dua
kali nol koma lima centimeter.

7
SPVER

8
PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK &
MEDIKOLEGAL
Jalan Imam BonjolNo. 14 /  ( 0461 ) 21820, E-Mail : rsud_luwuk@yahoo.co.id

VISUM ET REPERTUM
PRO JUSTITIA
No. Reg/Rm : 00 - XXX
Sehubungan dengan surat saudara: -------------------------------------------------------------
Nama: SAFRIN Pangkat: BRIGPOL NRP: 91090199 Jabatan: an. Kepala Kepolisian
Resor Banggai KA SPKT u.b BAMIN I SPKT, Nomor : VER/ 86/ III / 2022/Sulteng/
Res-Bgi, Alamat: Kel. Mendono, Kec. Kintom Kab. Banggai. Tertanggal 31
Desember 2021, Perihal: Permintaan Visum et Revertum, yang kami terima pada
tanggal: 31 Desember 2021 Pukul 04.04 WITA. ---------------------------------------------
-------------------
Maka kami:-----------------------------------dr.Asrawati Azis, Sp FM -----------------------
Sebagai dokter forensik pada Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD
Kabupaten Banggai, menyatakan telah dilakukan pemeriksaan terhadap korban pada
hari Rabu, tanggal 31 Desember 2021 Pukul 04:04 WITA, di Instalasi Gawat Darurat
RS Umum Daerah Kabupaten Banggai atas korban yang menurut surat Saudara: ------
Nama : LAODE SUPRIANTO BUTON----------------------------------------------
Umur : 36 TAHUN ----------------------------------------------------------------------
Kelamin : Laki – Laki ----------------------------------------------------------------------
Agama : Kristen ---------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Damkar ----------------------------------------------------------------------
Alamat : Kel. Mendono, Kec. Kintom Kab. Banggai---------------------------------
Laki- laki tersebut korban tindak Pidana Pengeroyokan yang terjadi pada hari Jum’at
tanggal 31 Desember 2021 sekitar jam 02.30 WITA, bertempat di kompleks ALL
Swalayan Kel. Kilongan Kec. Luwuk Utara Kab Banggai. Korban tiba di Instalasi
Gawat Darurat RS Umum Daerah Kab. Banggai pada hari Jum’at tanggal 31
Desember 2021 pukul 04:04 WITA -----------------------------------------------------------

9
HASIL PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Luar: -----------------------------------------------------------------------------


1. Kesadaran baik, denyut nadi seratus enam kali per menit, pernapasan dua puluh
satu kali permenit, tekanan darah sembilan puluh tujuh per tujuh puluh lima
milimeter air raksa, saturasi oksigen sembilan puluh delapan persen, suhu badan
tiga puluh tujuh koma satu derajat celcius. ----------------------------------------------
2. Korban berjenis kelamin laki- laki umur tiga puluh enam tahun. --------------------
3. Properti : Korban datang dengan menggunakan properti baju kaos warna putih,
celana jeans pendek motif loreng berwarna hitam abu-abu dengan ban pinggang
warna coklat, menggunakan jam tangan dan gelang berwarna hitam.----------------
4. Kepala: ----------------------------------------------------------------------------------------
a. Bentuk: Oval simetris. Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan--
b. Pelipis: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan --------------------
c. Dahi : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan----------------------
d. Pipi: Tidak ditemukan kelainan dan tanda- tanda kekerasan ----------------------
e. Hidung : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. -----------------
f. Dagu: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan ---------------------
g. Mata: Ditemukan luka memar di kelopak mata bagian atas sebelah kiri ukuran
lima koma empat kali empat centimeter terletak dua koma enam centimeter
dari garis pertengahan tubuh bagian depan. Ditemukan luka terbuka di
kelopak mata bagian atas sebelah kiri ukuran nol koma dua kali satu koma dua
centimeter terletak empat koma tujuh centimeter dari garis pertengahan tubuh
bagian depan.----------------------------------------------------------------------
h. Telinga : Ditemukan luka terbuka di belakang telinga sebelah kanan dengan
ukuran tiga koma lima kali nol koma lima centimeter.-----------------------------
i. Mulut: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.--------------------
j. Leher : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. -------------------
5. Dada: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. ------------------------
6. Perut: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. ------------------------
7. Pundak : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. --------------------
8. Punggung : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. ------------------
9. Pinggang: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. -------------------
10. Panggul:Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. ----------------------
11. Pantat : Tidak dievaluasi. ------------------------------------------------------------------
12. Anggota gerak atas kanan dan kiri : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan -------------------------------------------------------------------------------------
13. Anggota gerak bawah kanan dan kiri: Ditemukan luka terbuka di bawah lutut
sebelah kiri dengan ukuran dua kali nol koma lima centimeter.-----------------------
14. Alat kelamin: Tidak dievaluasi -----------------------------------------------------------
15. Dubur: Tidak dievaluasi --------------------------------------------------------------------

10
Tindakan/Terapi : Dilakukan observasi selama satu hari di IGD dengan diberi
tindakan penjahitan luka serta pemberian terapi obat.

KESIMPULAN
1. Korban laki- laki umur tiga puluh enam tahun ------------------------------------------
2. Pada pemeriksaan ditemukan:
a. Luka memar dan luka robek pada kelopak mata atas sebelah kiri akibat
kekerasan benda tumpul.---------------------------------------------------------------
b. Luka robek di bawah lutut sebelah kiri akibat kekerasan benda tumpul. -------
c. Luka iris di belakang telinga sebelah kanan akibat kekerasan benda tajam.----
3. Kualifikasi luka tersebut/di atas luka yang menimbulkan penyakit,
gangguan/halangan untuk menjalankan pekerjaan /jabatan atau pencahariannya
untuk sementara waktu---------------------------------------------------------------

Demikian Visum et Repertum ini dibuat menurut pengetahuan sebaik-baiknya


pada waktu itu dan dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan. ---------

Dokter Pemeriksa,

dr. Asrawati Aziz, Sp. FM

11
BAB III
PEMBAHASAN

Tindakan pengeroyokan adalah bentuk perbuatan yang dapat merugikan orang


lain terhadap fisik bahkan dapat berimbas pada hilangnya nyawa orang lain.
Pengeroyokan adalah proses, cara, perbuatan mengeroyok memiliki pengertian bahwa
barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan
kekerasan terhadap orang atau barang (Sari, 2016). Menurut KBBI Online,
“pengeroyokan” berasal dari kata keroyok, mendapat awalan “me-“ menjadi
mengeroyok yang artinya menyerang beramai-ramai (orang banyak) (Marseno,
2019). Pengeroyokan merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma hukum
sehingga dilarang oleh undang-undang.
Dasar hukum tindak pidana pengeroyokan yang dilakukan secara bersama-
sama dan mengakibatkan mati sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 170 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai berikut:
1. Barangsiapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan
kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling
lama limatahun enam bulan.
2. Yang bersalah diancam:
a. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja
menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan
luka-luka;
b. Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan
mengakibatkanluka berat;
c. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan
mengakibatkanmaut.
3. Pasal 89 tidak diterapkan.
Pasal 358 KUHP sebagai dasar hukum bagi tindak pidana pengeroyokan yang
dilakukan oleh beberapa orang (lebih dari dua orang), yang akibatnya ada korban di

12
salah satu atau kedua belah pihak, dimana korban tersebut menderita luka parah atau
mati. Begitu banyaknya orang yang terlibat (massa), sehingga tidak dapat diketahui
siapa yang telah melukai atau membunuh orang itu. Mereka yang terlibat ataupun
melibatkan diri dalam pengeroyokan, selain dapat didakwakan dengan pasal 359
KUHP juga dapat pula dikenakan pasal-pasal penganiayaan pasal 351 KUHP
(Prastyanto, 2015).
Visum et Repertum merupakan salah satu alat bukti yang sah sebagaimana
tertulis dalam pasal 184 KUHAP. Maka dari itu pada waktu memberi laporan
pemberitaan dari VeR itu harus yang sesungguh-sungguhnya dan seobyektif mungkin
tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada waktu pemeriksaan (Kelwulan, 2020).

Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwewenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia,
hidup maupun mati, ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan
keilmuannya dan di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum
juga memiliki peran dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap
kesehatan dan jiwa manusia (Handayani, 2020).

Kejahatan yang memerlukan Visum et Repertum sebagai alat bukti surat


adalah kejahatan terhadap tubuh, seperti pengeroyokan. Bantuan seorang ahli yang
diperlukan dalam suatu proses pemeriksaan perkara pidana, baik pada tahap
pemeriksaan dipenyidik kepolisian dan pada tahapan memberikan kesaksian di siding
pengadilan, mempunyai peran dalam membantu aparat yang berwenang untuk
membuat terang suatu perkara pidana, mengumpulkan bukti-bukti yang memerlukan
keahlian khusus, memberikan petunjuk yang lebih kuat mengenai pelaku tindak
pidana, serta pada akhirnya dapat membantu hakim dalam menjatuhkan putusan
dengan tepat terhadap perkara yang diperiksanya (Handayani, 2020).

Pada kasus perlukaan korban hidup, seorang dokter diharapkan dapat


memberikan informasi mengenai identitas korban, jenis luka, jenis kekerasan yang

13
menyebabkan luka, dan menentukan derajat luka atau kualifikasi luka yang nantinya
akan ditulis dalam bentuk VeR, sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang
bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan suatu tindak pidana (Kelwulan, 2020).

Penentuan derajat luka sangat penting dilakukan untuk mengetahui jenis


penganiayaan atau pengeroyokan yang dilakukan dan berat ringannya ancaman
hukuman terhadap pelaku (Kelwulan, 2020).

Penentuan derajat luka atau kualifikasi luka dapat dilihat pada bagian
kesimpulan VeR yang ditulis dokter menurut rumusan pasal 351, 352, dan 90 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Rumusan ketiga pasal tersebut secara
implisit membedakan derajat perlukaan yang dialami korban menjadi luka ringan,
luka sedang, dan luka berat. Secara hukum, ketiga keadaan luka tersebut
menimbulkan konsekuensi pemidanaan yang berbeda bagi pelakunya. Meskipun pada
simpulan VeR tidak menyebutkan derajat luka secara eksplisit, namun rumusan
simpulan tetap menunjukkan derajat lukanya (Kelwulan, 2020).

Derajat luka ringan biasanya dituliskan sebagai “luka yang tidak


menimbulkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan, jabatan atau
pencahariannya”, sedangkan derajat luka sedang biasanya dituliskan “yang
menimbulkan penyakit yang mengakibatkan halangan dalam melakukan pekerjaan,
jabatan atau pencahariannya untuk sementara waktu ...”, dan derajat luka berat “yang
menimbulkan penyakit yang mengakibatkan halangan dalam melakukan pekerjaan,
jabatan atau pencahariannya, dan menimbulkan luka berat sebagaimana yang sudah
diatur dalam pasal 90 KUHP” (Kelwulan, 2020).

Kesalahan dalam penentuan derajat luka dapat menimbulkan ketidakadilan


bagi korban maupun pelaku tindak pidana. Ketidak tepatan penentuan derajat luka
akan berdampak pada ketentuan pidana yang akan diterapkan pada kasus, yang
kemudian akan memengaruhi besarnya ancaman pidana yang akan dikenakan
terhadap pelaku (Kelwulan, 2020).

14
BAB IV

KESIMPULAN

1. Pengeroyokan merupakan tindakan melanggar hukum apapun motifnya. Negara


telah mengatur hukuman bagi para pelanggar hukum. Tindakan pengeroyokan
adalah bentuk perbuatan yang dapat merugikan orang lain terhadap fisik bahkan
dapat berimbas pada hilangnya nyawa orang lain
2. Pengeroyokan adalah tindakan melanggar Pasal 170 KUHP yang menyatakan
terkait siapapun yang secara nyata serta menggunakan tenaga bersama-sama
dalam melakukan kekerasan kepada orang/barang akan dihukum penjara
maksimal 5 tahun 6 bulan.
3. Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia
hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia
berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah untuk kepentingan peradilan.
4. Keterkaitan dokter dengan penyelidikan tindak pidana adalah seorang dokter
menjadi tenaga ahli dalam melakukan pemeriksaan terhadap korban tindak
pidana.
5. Pada kasus perlukaan korban hidup, seorang dokter diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai identitas korban, jenis luka, jenis kekerasan yang
menyebabkan luka, dan menentukan derajat luka atau kualifikasi luka yang
nantinya akan ditulis dalam bentuk VeR, sehingga dapat digunakan sebagai alat
bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan suatu tindak pidana.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adha,M.Y. 2020. Penegakan Hukum Atas Tindak Pidana Kekerasan Yang Dilakukan
Anak Di Wilayah Hukum Polresta Yogyakarta. LEX Renaissance. Vol 5 (2).
Viewed on 1 April 2022. From https://jurnal.uns.ac.id

Handayani, T.A., 2020. Peranan Visum et Repertum Pada Tahap Penyidikan Dalam
Mengungkap Tindak Pidana Pengeroyokan. Jurnal Hukum. Vol. 2(2).
Viewed on 1 April 2022. From http://ojs.ejournalunigoro.ac.id

Kelwulan, J.E., Siwu, J.F., Mallo, J.F., 2020. Penentuan Derajat Luka pada
Kekerasan Mekanik di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode
Januari-Juli 2019. E-Clinic. Vol 8(1). Viewed on 2 April 2022. From
https://ejournal.unsrat.ac.id

Marseno,S.D., Zamroni,M., Supangkat,A. 2019. Ancaman Pidana Tindak


Pengeroyokan di Wilayah Kecamatan Taman Sidoarjo. Jurnal Reformasi
Hukum. Vol 2 (2). Viewed on 1 April 2022. From https://e-
journal.umaha.ac.id

Prastyanto, A.Y., Hendrawati, H., 2015. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap


Pelaku Tindak Pengeroyokan. Varia Justicia. Vol. 11(1). Viewed on 2 April
2022. From https://journal.unimma.ac.id

Sari,V.K. 2016. Penyidikan Tindak Pidana Pengeroyokan Oleh Anak di Wilayah


Hukum Kepolisian Sektor Pekanbaru Kota. JOM Fakultas Hukum. Vol 3 (2).
Viewed on 1 April 2022. From https://googlescholar.com

16

Anda mungkin juga menyukai