“Pengeroyokan”
Disusun Oleh :
N 111 21 059
Pembimbing :
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tadulako
Mengetahui
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tingkat kriminalitas masyarakat seiring dengan perkembangan masyarakat itu
sendiri, artinya kejahatan di tengah masyarakat biasanya muncul pada saat negara
melakukan pembangunan yang sangat pesat, akan tetapi tidak berarti bahwa
pembangunan menjadi penyebab meningkatnya kejahatan kerena pembangunan
itu sendiri adalah salah satu bentuk untuk menurunkan kecenderungan kriminal
ditengah masyarakat, bahwa melalui pembangunan tingkat kesejahteraan
masyarakat semakin baik. Salah satu bentuk kejahatan yang paling sering muncul
pada saat itu adalah pemukulan. Aksi pemukulan adalah fenomena yang sulit
dihilangkan dalam kehidupan sosial, karena lebih mudah dilakukan saat terjadi
bentrok antara orang yang satu dengan yang lain. Beberapa jenis pemukulan yang
sering terjadi seperti pemukulan dan kekerasan fisik yang dilakukan bersama
terhadap orang lain sering mengakibatkan cedera pada anggota tubuh korban,
tidak jarang membuat korban cacat fisik seumur hidup bahkan sampai kematian
(Putra, 2020).
Menurut pemaparan Ipda Suparman terjadinya kasus pengeroyokan
ditimbulkan oleh permasalahan kecil atau sesuatu yang tidak penting, motifnya
sangat beragam, seperti kecemburuan, tersinggung, perselisihan paham, atau
sekedar mencari pengakuan dalam kelompok. Permasalahan inilah yang dapat
meluas ke skala yang lebih besar, hal ini dapat berujung terjadinya perkelahian
antar kelompok ataupun antar individu (Adha, 2020).
Tindakan “Mengeroyok” adalah suatu kejahatan yang dilakukan bersama-
sama bertujuan agar orang yang dikeroyok kesakitan. Pengeroyokan merupakan
tindakan melanggar hukum apapun motifnya. Negara telah mengatur hukuman
bagi para pelanggar hukum. Melakukan pengeroyokan yang merugikan orang
3
lain, bahkan sampai menyebabkan luka, menghilangkan nyawa manusia lain,
merupakan tindakan yang melanggar hokum (Marseno, 2019).
Untuk menekan jumlah kasus pengeroyokan di Indonesia, baik masyarakat
maupun aparat penegak hukum perlu melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
a. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan; dengan cara sosialisasi untuk
mengenalkan hukum sejak dini kepada generasi muda, ajakan warga negara
agat mematuhi aturan dan saling kerjasama terhadap warga negara agar
menciptakan masyarakat sadar hukum
b. Tindakan quratif yaitu penegak hukum harus menangkap dan menindak tegas
pelanggar hukum. Dengan harapan upaya tersebut dapat memberi rasa aman
yang dijaminkan dan mengakibatkan peningkatan rasa percaya masyarakat
kepada hukum (Marseno, 2019).
4
BAB II
KASUS
5
2.3.2 Keadaan Bagian Tubuh
a) Foto seluruh tubuh
Keterangan:
Pasien datang dengan menggunakan properti baju kaos warna putih,
celana jeans pendek motif loreng berwarna hitam abu-abu dengan ban
pinggang warna coklat, menggunakan jam tangan dan gelang berwarna
hitam.
b) Mata:
1. Ditemukan luka memar di kelopak mata bagian atas sebelah kiri
ukuran lima koma empat kali empat centimeter terletak dua koma
enam centimeter dari garis pertengahan tubuh bagian depan.
2. Ditemukan luka robek di kelopak mata bagian atas sebelah kiri
ukuran nol koma dua kali satu koma dua centimeter terletak empat
koma tujuh centimeter dari garis pertengahan tubuh bagian depan.
6
c) Telinga:
Ditemukan luka iris di belakang telinga sebelah kanan dengan ukuran
tiga koma lima kali nol koma lima centimeter.
d) Kaki
Ditemukan luka robek di bawah lutut sebelah kiri dengan ukuran dua
kali nol koma lima centimeter.
7
SPVER
8
PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK &
MEDIKOLEGAL
Jalan Imam BonjolNo. 14 / ( 0461 ) 21820, E-Mail : rsud_luwuk@yahoo.co.id
VISUM ET REPERTUM
PRO JUSTITIA
No. Reg/Rm : 00 - XXX
Sehubungan dengan surat saudara: -------------------------------------------------------------
Nama: SAFRIN Pangkat: BRIGPOL NRP: 91090199 Jabatan: an. Kepala Kepolisian
Resor Banggai KA SPKT u.b BAMIN I SPKT, Nomor : VER/ 86/ III / 2022/Sulteng/
Res-Bgi, Alamat: Kel. Mendono, Kec. Kintom Kab. Banggai. Tertanggal 31
Desember 2021, Perihal: Permintaan Visum et Revertum, yang kami terima pada
tanggal: 31 Desember 2021 Pukul 04.04 WITA. ---------------------------------------------
-------------------
Maka kami:-----------------------------------dr.Asrawati Azis, Sp FM -----------------------
Sebagai dokter forensik pada Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD
Kabupaten Banggai, menyatakan telah dilakukan pemeriksaan terhadap korban pada
hari Rabu, tanggal 31 Desember 2021 Pukul 04:04 WITA, di Instalasi Gawat Darurat
RS Umum Daerah Kabupaten Banggai atas korban yang menurut surat Saudara: ------
Nama : LAODE SUPRIANTO BUTON----------------------------------------------
Umur : 36 TAHUN ----------------------------------------------------------------------
Kelamin : Laki – Laki ----------------------------------------------------------------------
Agama : Kristen ---------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Damkar ----------------------------------------------------------------------
Alamat : Kel. Mendono, Kec. Kintom Kab. Banggai---------------------------------
Laki- laki tersebut korban tindak Pidana Pengeroyokan yang terjadi pada hari Jum’at
tanggal 31 Desember 2021 sekitar jam 02.30 WITA, bertempat di kompleks ALL
Swalayan Kel. Kilongan Kec. Luwuk Utara Kab Banggai. Korban tiba di Instalasi
Gawat Darurat RS Umum Daerah Kab. Banggai pada hari Jum’at tanggal 31
Desember 2021 pukul 04:04 WITA -----------------------------------------------------------
9
HASIL PEMERIKSAAN
10
Tindakan/Terapi : Dilakukan observasi selama satu hari di IGD dengan diberi
tindakan penjahitan luka serta pemberian terapi obat.
KESIMPULAN
1. Korban laki- laki umur tiga puluh enam tahun ------------------------------------------
2. Pada pemeriksaan ditemukan:
a. Luka memar dan luka robek pada kelopak mata atas sebelah kiri akibat
kekerasan benda tumpul.---------------------------------------------------------------
b. Luka robek di bawah lutut sebelah kiri akibat kekerasan benda tumpul. -------
c. Luka iris di belakang telinga sebelah kanan akibat kekerasan benda tajam.----
3. Kualifikasi luka tersebut/di atas luka yang menimbulkan penyakit,
gangguan/halangan untuk menjalankan pekerjaan /jabatan atau pencahariannya
untuk sementara waktu---------------------------------------------------------------
Dokter Pemeriksa,
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
salah satu atau kedua belah pihak, dimana korban tersebut menderita luka parah atau
mati. Begitu banyaknya orang yang terlibat (massa), sehingga tidak dapat diketahui
siapa yang telah melukai atau membunuh orang itu. Mereka yang terlibat ataupun
melibatkan diri dalam pengeroyokan, selain dapat didakwakan dengan pasal 359
KUHP juga dapat pula dikenakan pasal-pasal penganiayaan pasal 351 KUHP
(Prastyanto, 2015).
Visum et Repertum merupakan salah satu alat bukti yang sah sebagaimana
tertulis dalam pasal 184 KUHAP. Maka dari itu pada waktu memberi laporan
pemberitaan dari VeR itu harus yang sesungguh-sungguhnya dan seobyektif mungkin
tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada waktu pemeriksaan (Kelwulan, 2020).
Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwewenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia,
hidup maupun mati, ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan
keilmuannya dan di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum
juga memiliki peran dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap
kesehatan dan jiwa manusia (Handayani, 2020).
13
menyebabkan luka, dan menentukan derajat luka atau kualifikasi luka yang nantinya
akan ditulis dalam bentuk VeR, sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang
bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan suatu tindak pidana (Kelwulan, 2020).
Penentuan derajat luka atau kualifikasi luka dapat dilihat pada bagian
kesimpulan VeR yang ditulis dokter menurut rumusan pasal 351, 352, dan 90 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Rumusan ketiga pasal tersebut secara
implisit membedakan derajat perlukaan yang dialami korban menjadi luka ringan,
luka sedang, dan luka berat. Secara hukum, ketiga keadaan luka tersebut
menimbulkan konsekuensi pemidanaan yang berbeda bagi pelakunya. Meskipun pada
simpulan VeR tidak menyebutkan derajat luka secara eksplisit, namun rumusan
simpulan tetap menunjukkan derajat lukanya (Kelwulan, 2020).
14
BAB IV
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Adha,M.Y. 2020. Penegakan Hukum Atas Tindak Pidana Kekerasan Yang Dilakukan
Anak Di Wilayah Hukum Polresta Yogyakarta. LEX Renaissance. Vol 5 (2).
Viewed on 1 April 2022. From https://jurnal.uns.ac.id
Handayani, T.A., 2020. Peranan Visum et Repertum Pada Tahap Penyidikan Dalam
Mengungkap Tindak Pidana Pengeroyokan. Jurnal Hukum. Vol. 2(2).
Viewed on 1 April 2022. From http://ojs.ejournalunigoro.ac.id
Kelwulan, J.E., Siwu, J.F., Mallo, J.F., 2020. Penentuan Derajat Luka pada
Kekerasan Mekanik di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode
Januari-Juli 2019. E-Clinic. Vol 8(1). Viewed on 2 April 2022. From
https://ejournal.unsrat.ac.id
16