Anda di halaman 1dari 6

REFLEKSI KASUS MATI

PENGANIAYAAN

Pembimbing :

dr. Wikan Basworo, Sp.F.M. (K)

Dibuat Oleh :

Natalia Wijaya 030.13.138

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
PERIODE 29 JULI – 21 AGUSTUS 2020
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR SARDJITO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
I. Deskripsi Kasus
A. Identitas Korban
• Nama : An. P
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 14 tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Pelajar SMP
• Alamat : Jln. Tawakal, Jakarta Barat
• Tanggal pemeriksaan : 10 Agustus 2020
• Jam pemeriksaan : 12.00 WIB
• Peristiwa : Penyerangan

B. Kronologi

Pada tanggal 10 Agustus 2020 terjadi penyerangan pada korban bernama An.P oleh temanya Pada pukul
12.00. Serangan klitih sedang membabi-buta selama beberapa hari terakhir. Seorang pelajar SMP
bernama Deni, 14 tahun diserang sekelompok klitig yang membawa senjata logam panjang. Deni pingsan
setelah serangan dan langsung dibawa ke RS. Setelah beberapa jam dirawat, akhirnya Deni
menghembuskan napas terakhir. Jenazah korban dibawa ke Bagian Instalasi Forensik RS Budhi Asah dan
dilakukan pemeriksaan oleh Tim Kedokteran Forensik Dr. N beserta dokter yang lainnya dengan hasil
sebagai berikut :

1. Keadaan jenazah : Di atas meja otopsi, tidak terbungkus kantung jenazah, jenazah
tidak berlabel
2. Kaku Jenazah : Terdapat kaku jenazah yang sulit digerakkan pada rahang,
kedua bahu dan kedua lutut.
3. Bercak Jenazah : Berwarna merah keunguan yang hilang dengan penekanan pada
punggung tangan kiri
4. Pembusukan jenazah : Tidak terdapat pembusukan jenazah.
5. Pemeriksaan Luar : Terdapat kaku sendi pada sendi rahang, kedua bahu dan kedua
lutut yang sulit digerakkan.
Terdapat luka robek pada kepala dan dahi kanan akibat kekerasan tumpul. Terdapat luka
memar pada kedua kelopak mata akibat kekerasan tumpul. Terdapat luka lecet geser pada dada
kanan, lengan kanan atas, lengan kiri bawah, tangan kiri dan punggung akibat kekerasan
tumpul. Terdapat tatto bergambar di atas bokong, diatas pusat, bagian jari-jari tangan kanan
dan punggung tangan kiri, serta adanya tatto tungkai atas kanan

Pemeriksaan Laboratorium :

a) Golongan darah B

Kesimpulan hasil pemeriksaan :

a) Jenazah Laki-laki, Panjang Badan 175 cm, Berat Badan 75 kg


b) Golongan darah B
c) Terdapat luka robek pada kepala, dan dahi kanan akibat kekerasan tumpul
d) Terdapat luka lecet geser pada dada kanan akibat kekerasan tumpul
e) Terdapat luka lecet geser pada lengan kanan atas, lengan kiri bawah, tangan kiri dan
punggung akibat kekerasan tumpul
f) Terdapat luka robek pada kepala dapat berhubungan dengan sebab kematian tanpa
mengesampingkan penyebab lain. Sebab kematian pasti tidak dapat ditentukan karena
tidak dilakukan pemeriksaan dalam.
g) Saat kematian diperkirakan delapan sampai dua belas jam sebelum pemeriksaan.

II. Perasaan terhadap pengalaman


Saya merasa senang dan tertarik karena dapat menambah pengalaman saya di stase forensik ini,
namun dengan hanya diberikannya kasus virtual saya merasa sedih karena tidak bisa melihat
otopsi kasus ini secara langsung.

III. Permasalahan yang akan diangkat


a. Pada kasus ini, apa yang menyebabkan kematian pada jenazah tersebut ?
b. Aspek medikolegal

IV. Analisa Kasus


Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati,
berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi forensik merupakan upaya
1

yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang.
Penentuan dalam identitas personal sering dianggap sebagai suatu masalah dalam siding perdana
maupun perdata. Penentuan identitas personal ini sangat penting, karena kekeliruan akan
berakibat fatal dalam proses peradilan. Untuk itu proses pencocokan juga sangat penting untuk
2

dilakukan. Identifikasi tersebut penting dilakukan terhadap korban meninggal karena merupakan
suatu perwujudan HAM dan merupakan suatu penghormatan kepada yang sudah meninggal. 3

Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan
memberikan hasil yang positif (tidak meragukan). Penentuan identitas korban dilakukan dengan
memakai metode identifikasi sebagai berikut 2,3 :

1. Visual
Metode ini sederhana dan mudah dikerjakan yaitu dengan memperlihatkan tubuh, terutama
wajah korban kepada orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau
temannya. Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk sehinggan masih
mungkin dikenalai wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang. Hal ini perlu
diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk
membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.
2. Dokumen
Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM. Paspor, kartu pelajar dan tanda pengenal
lainnya) yang kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat
membantu mengenali jenazah serta dapat dipakai untuk menentukan identitas. Perlu diingat
bahwa pada kecelakaan massal, dokumen yang terdapta dalam tas atau dompet yang berada
dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.
3. Gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi serta
rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi
dan sebagainya. Seperti halnya sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang
khas. Dengan demikian, dapat dilakukan identifikasi dengan cara membandingkan data
temuan data pembanding antemortem.
4. Medis
Merupakan metode yang mempunyai nilai yang tinggi dalam ketepatannya jika korban
mempunyai status medis yang baik. Kondisi medis umum meliputi jenis kelamin, perkiraan
umur, tinggi dan berat badan serta warna rambut dan mata. Sedangkan yang sifatnya lebih
khusus meliputi bentuk cacat fisik, bekas operasi, tato, dan lain-lain
5. Perhiasan
Merupakan metode identifikasi yang baik. Bila tubuh korban sudah tidak utuh lagi, inisial
yang etrdapat pada cincin atau perhiasan dapat memberikan informasi tentang identitas
korban.
6. Pakaian
Pencatatan yang baik dan teliti dari pakaian yang dikenakan korban seperti model, bahan
yang dipakai, merek penjahit dan label dapat memberikan petunjuk siapa pemiliknya.
7. Sidik jari
Metode ini dapat menentukan identitas korban secara pasti karena sifat kekhususannya.
Metode ini dapat digunakan jikan sebelumnya korban pernah dilakukan pengambilan sidik
jari yaitu dengan membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari
antemortem.
8. Serologi
Prinsipnya adalah dengan menentukan golongan darah jenazah. Penentuan golongan darah
jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.
9. Ekslusi
Metode ini digunakan pada kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat
diketahun identitasnya, mislanya penumpang pesawat udara, kapal laut dan sebagainya.
Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan
metode-metode identifikasi lain, sedangkam sisa korban tidak dapat ditentukan dengan
metode-metode tersebut di atas, maka sisa korban diidentifikasi menurut daftar
penumpang.

Kematian adalah berhentinya fungsi biologis yang mempertahankan kehidupan


seseorang. Kematian dapat terjadi perlahan-lahan mengikuti perjalanan pernyakit, namun juga
dapat terjadi secara mendadak. Pemeriksaan kematian mendadak sering dilakukan oleh dokter
ahli forensik, mengingat pada kasus kematian mendadak dapat timbul kecurigaan apakah ada
unsur-unsur tindak pidana.

Pada kasus ini, penyidik dan keluarga korban hanya meminta untuk dilakukannya
pemeriksaan luar dan untuk data berupa rekam medis korban selama hidup tidak disertakan,
sehingga sebab kematian akibat penyakit yang diderita selama hidup tidak dapat dinilai.
Luka adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tubuh akibat kekerasan. Luka akibat benda
tumpul terjadi akibat benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang dapat terjadi berupa
luka memar, luka lecet maupun luka robek. Pada cedera kepala dapat menyebabkan perdarahan
dalam rongga tengkorak dan bila kekerasan tersebut cukup kuat dapat menyebabkan patah
tulang.

Pada kasus ini, terjadi kekerasan akibat benda tumpul berupa senjata logam panjang dan
menyebabkan adanya luka robek pada kepala dan dahi kanan korban. Selain itu, pada
pemeriksaan juga didapatkan adanya luka lecet geser pada dada kanan, lengan kanan atas,
lengan kiri bawah, tangan kiri dan punggung akibat kekerasan tumpul. Selain itu, memar pada
kedua kelopak mata korban dapat menjadi salah satu tanda adanya tulang tengkorak yang patah,
karena memar pada suatu tempat tidak selalu mengindikasikan lokasi terjadinya trauma karena
perdarahan akan mengalir ke jaringan yang lebih longgar.

VI. Kesimpulan

Identifikasi pada kasus ini dilakukan dengan tujuan mencocokan data yang diperoleh
antemortem dengan dara yang diperoleh postmortem. Hal ini sangat penting karena jika
kekeliruan terjadi akan mengakibatkan hal yang fatal. Selain itu, identifikasi juga dilakukan
dalam rangka menegakkan HAM. Identifikasi juga dilakukan untuk kepentingan visum et
repertum yang akan diterbitkan setelah pemeriksaan jenazah selesai dilakukan. Identitas
seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil yang
positif.

VII. Referensi

1. Chadka, PV.1995. catatan kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi (Hand book of Forensic
& Toxicology Medical Jurispudence). Jakarta : Penerbit Widya Medika
2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian
Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Idries, Abdul Muin dan Tjiptomartono, Agung L. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran
Forensik Dalam Proses Penyidikan. Jakarta : Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai