Anda di halaman 1dari 22

TUGAS FORENSIK

KELOMPOK 3

NAMA KELOMPOK :

Apriani Sumartono Rumasara K1A1 14 124

Nurmawadha Safaad K1A1 16 013

Muhammad Zul Iman S. K1A1 16 063

Rahmah Dwiyani K1A1 16 096

Anita Paramatisari Nur K1A1 16 121

PRODI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2019
VISUM ET REPERTUM
Identifikasi Kesalahan Dalam Visum Et Repertum

a. Pemberitaan
 Pada pemberitaan yang bertanda tangan adalah BRIPKA sebagaimana
diketahui pembantu penyidik yang terendah harus berpangkat BRIPDA
sedangkan alangkah lebih baik jika yang bertanda tangan telah berpangkat
IPDA.
 Pada nama korban tertulis AMIR alias PACE, nama pasien harus
berdasarkan KTP atau identitas asli korban
 Tidak tertulis alasan dilakukannya visum
b. Pemberitaan
Tidak ada kesalahan pada pemberitaan
c. Kesimpulan
Tidak tertulis adanya tanda-tanda kekerasan atau keracunan
d. Penutup
Pada penutup wajib menuliskan “ Demikian visum et repertum ini di buat
berdasarkan sumpah dan keilmuan yang setinggi-tingginya”.
IDENTIFIKASIFORENSIK

Skenario 6

Terjadi bencana tanah longsor dikonawe utara dengan ratusan korban. Tim DVI polda sultra
dating ke TKP untuk membantu proses evakuasi dan identifikasi. Proses evakuasi terkendala
cuaca buruk hingga korban dapat ditemukan setelah beberapa hari. Jenazah sebagian besar
sudah dalam kondisi membusuk dan harus di identifikasi. Dokter yang ikut membantu
bingung apa saja yang harus dilakukan dan bagaimana caranya.

 Analisis skenario

Fase utama identifikasi massal adalah :

1. Fase 1 TKP
2. Fase 2 Kamar Jenazah
3. Fase 3 Mengumpulkan data ante-mortem
4. Fase 4 Rekonsiliasi

Pada fase 1 tim awal yang datang ke TKP melakukan pemilah anantara
korban hidup dan mati juga mengamankan barang. Pada korban mati diberikan label
penanda yang memuat informasi tim pemeriksa ,lokasi penemuan , dan nomor
tubuh/mayat.

Padafase 2 dilakukan pengumpulan data post-mortem oleh dokter forensik,


dokter gigi forensik dan para ahli identifikasi, pemeriksaan terhadap jenazah yaitu:

1. Identifikasi primer yang terdiridari DNA, gigi, dan sidik jari.


2. Identifikasi sekunder dibagi menjadi dua yaitu :
- property :dompet, cincin, perhiasan, gelang ,anting dan kartu tanda
pengenal.
- Tattoo dan tanda-tanda medik seperti plat dan ring jantung.

Padafase 3 dilakukan pengumpulan data ante-mortem. Mengumpulkan dan


mencari nama-nama orang yang diduga menjadi korban, mengumpulkan data dari
keluarga yang menjadi korban yang dapat berupa pakaian yang terakhir kali dipakai,
ciri khusus seperti tanda lahir, tattoo, bekas operasi, tahi lalat,dll. Data rekam medis
dari dokter keluarga dan dokter gigi korban, data sidik jari dari pihak yang berwenang
Pada fase 4 yaitu fase rekonsiliasi bila terdapat kecocokan antara data ante-
mortem dan post-mortem dengan kriteria minimal 1 macam identifikasi primer dan 2
macam identifikasi sekunder.
THANATOLOGI

Skenario 4

Seorang laki-laki paruh baya ditemukan meninggal dalam kamar kostnya.


Jenazah kemudian dibawa ke kamar mayat untuk dilakukan pemeriksaan luar. Pada
pemeriksaan didapatkan lebam mayat pada tengkuk, dada, punggung, pinggang,
bokong, anggota gerak atas dan bawah warna kebiruan, tidak hilang dengan penekanan;
kaku mayat tidak ada; tampak warna kuning kehijauan pada perut dan perut
menggembung.

 Tanda-tanda pasti kematian:


1. Livor mortis (lebam mayat) : warna kebiruan, tidak hilang dengan penekanan
>8-12 jam
2. Rigor mortis (kaku mayat) : tidak ada kaku mayat sebab kematian lebih dari
24 jam
3. Algor mortis (penurunan suhu) : kecepatan penurunan suhu dapat
dipengaruhi oleh suhu sekitar, aliran dan kelembapan udara, bentuk tubuh,
posisi tubuh, pakaian. Dari skenario tidak terdapat aspek yang spesifik untuk
penilaian penurunan suhu.
4. Decomposition (pembusukan) : pembusukan mulai tampak berupa warna
kehijauan pada perut dan perut menggembung

 Manner Of Death/Cara kematian : Wajar

 Cause Of Death/Sebab kematian


Tidak bisa dipastikan akan tetapi menurut dugaan kami sebab kematiannya
dikarenakan penyakit kardiovaskuler (jantung).

 Mecanishm Of Death/Mekanisme penyakit


Tidak bisa dipastikan akan tetapi jika karena penyakit kardiovaskuler, diduga
mekanismenya Anoksia Stagnan.

 Time Of Death/Waktu kematian


>24 jam dilihat dari pembusukan mayat yang terjadi pada korban.
TRAUMA MEKANIK DAN FISIKA

SKENARIO

Seorang laki-laki berusia 55 tahun ditemukan meninggal di depan rumah warga. Jenazah
kemudian di bawa ke RSP UHO Kendari untuk dilakukan pemeriksaan. Pada pemeriksaan
didapatkan luka terbuka di perut kanan atas, bentuk mengangaukuran 10x5~,kedua sudut
lancip, tidak terdapat jembatan jaringan, terdapat ekor luka.

Jenis Kekerasan : Trauma tajam

Jenis Luka : Luka bacok ( kedalaman luka kurang lebih sama dengan panjang luka)

Pada skenario ditemukan :

 Jumlah luka : 1
 Lokasi luka : perut kanan atas
 bentuk : luka menganga
 ukuran : panjang 10 sentimeter dengan lebar 5 sentimeter, dan dalamnya
belum dapat ditentukan pada pemeriksaan luar.
 sifat luka :
- garis batas luka
- kedua sudut lancip
- daerah didalam garis batas luka
- tidak ada jembatan jaringan
- terdapat ekor luka

Akibat kekerasan tajam mengakibatkan :

- Pendarahan

- Kerusakan organ vital

- Infeksi dan sepsis


Peristiwa kejadian :

- Pembunuhan

Aspek medikolegal :

KUHP 338

1. Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

2. KUHP 340

Barang siapa dengan sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu


merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan berencana, dengan pidana
mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu
paling lama dua puluh tahun.

TRAUMA BALISTIK
SKENARIO 3

Seorang jenazah ditemukan meninggal digudang. Pada pemeriksaan didapatkan luka terbuka
bentuk bintang dipelipis.

Cara Kematian : Tidak wajar

Sebab Kematian : Luka tembak masuk tempel/kontak

 Soft kontak
Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan/densitas
jaringan yang berada dibawahnya.Didapatkan jelaga dan kelim lecet, tidak ada
tattoase. contohnya :

- Luka tembak tempel didaerah dahi : luka berbentuk bintang dan


terdapat jejas laras

- Luka tembak tempel didaerah pelipis : luka berbentuk bundar dan


terdapat jejas laras.

Jarak : Tempel

Berbentuk bintang : jika mengenai dasar tulang terdapat tahanan yang kuat.

ASFIKSIA
Skenario 4

Seorang kakek ditemukan meninggal saat makan bakso. Pada pemeriksaan didapatkan bakso
pada tenggorokan dan keluar cairan putih dari kemaluan.

Cara kematian : Tidak wajar (accidental chocking)

Mekanisme kematian : Asfiksia mekanik oleh karena penutupan lubang saluran pernapasan
bagian atas.

Penyebab : Penyumbatan saluran napas (chocking) sehingga terjadi sumbatan


pada laringofaring.

Stadium asfiksia

I fase dispneu

Takipneu ,takikardi ,tekanan darah tinggi, dan mulai tampak tanda sianosis terutama tangan
dan muka

II. Fase konvulsi

akibat CO2 naik timbul kejang dan pupil alami dilatasi

III. Fase apneu

depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan dapat
berhenti.Kesadran menurun dan akibatkan relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan
sperma ,urin dan tinja

1V. Fase akhir/terminal

terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap

KEMATIAN MENDADAK
Skenario 6

Seorang anak laki-Laki berusia 14 tahun meninggal dirumah setelah sebelumnya beradumulut
dengan temannya. Pada pemeriksaan post mortem didapatkan luka lecet pada bibir, tidak
didapatkan kekerasan pada tubuh lainnya, bibir dan jaringan dibawah kuku kebiruan ,
pelebaran pembuluh darah pada otak, Autopsi verbal diketahui pasien sering kejang sejak
usia 4 tahun.

Pemeriksaan luar: - luka lecet pada bibir

- tidak didapatkan kekerasan pada tubuh lainnya

- bibir dan jaringan dibawah kuku kebiruan

Pemeriksaan dalam : pelebaran pembuluh darah pada otak

Cara Kematian : Wajar

Mati mendadak ? : Ya

Penyebab :epilepsi

Sistem yang terkena : Saraf Pusat karena pada pemeriksaan dalam didapatkan
pelebaranpembuluh darah

• Mekanisme :

INFANTICIDE
Skenario 2

Seorang bayi laki-laki beserta ari-arinya ditemukan dalam tempat pemakaman umum
di Kota Kendari. Bayi tersebut kemudian dibawa ke Instalasi Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSP UHO untuk dilakukan otopsi. Pada pemeriksaan luar didapatkan panjang
badan 46,5cm, berat badan 2550 gram, kuku melewati ujung jari, putting susu terlihat jelas,
testis sudah turun ke dalam skrotum, memar tepat di pertengahan kepala, kulit kebiruan.

Aborsi atau Infanticide : Infanticide

Viabilitas : Tidak bisa ditentukkan

Mature : Ya

Tanda Perawatan : tidakadakarenabayiditemukanbesertaariarinya

Lama Hidup di luar kandungan : Tidak dapat ditentukan di perkirakan segera setelah
lahir.

Sebab Kematian : Pembunuhan dengan kekerasan tumpul dikepala

Aspek medikolegal : KUHP 341

Kinder doodslag : pembunuhan anak sendiri yang


dilakukan tanpa rencana.

KUHP 342

Kinder moord : pembunuhan anak sendiri yang


dilakukan dengan rencana.

TOKSIKOLOGI
Skenario 3

Perempuan berusia 27 tahun tiba-tiba meninggal tidak lama setelah meminum kopi disebuah
cafe, pada pemeriksaan luar jenazah didapatkan lebam mayat merah terang, bintik perdarahan
pada wajah.

Jenis keracunan : sianida padat

Cara kematian :tidakwajar

Sebabkematian :keracunansianida

Mekanismekematian :anoksiahistotoksikekstraseluller
id
S
a
m
e
K
n
ti
Takaran atau dosis sianida :

Pemeriksaan luar:
-
-
-
-
Asamhidrosianik 2.500-5.000 mg
Sianogenklorida : 11.000 mg
Intravena : 1.0
Mengiritasikulit : 100 mg

 Lebam mayat merah terang.

 Bintik perdarahan pada wajah.

 Ditemukan sianosis pada wajah dan bibir

 Busa keluar dari mulut

 Tercium bau amandel pada daerah mulut dan hidung

Pemeriksaan dalam :

 Rongga kepala : tidak ada kelainan

 Leher : tidak terdapat kelainan

 Rongga dada : tercium bau amandel pada saat membuka rongga dada

 Paru : warna merah terang


 Rongga perut : tercium bau amandel pada saat membuka rongga perut

Pemeriksaan penunjang:

Uji kertas saring

- Reaksi Guajacol : positif (akan terbentuk warna biru-hijau pada kertas saring

- Reaksi Prussian Blue (Biru Berlin) : akan terbentuk endapan Fe(OH)3 sampai endapan larut
kembali dan terbentuk biru berlin.

- Cara Gettler Goldbaum : positif (terjadi perubahan warna kertas saring menjadi biru).

Chromatographi
ETIKA KEDOKTERAN DAN MEDIKOLEGAL

SKENARIO

Seorang laki-laki berusia 21 tahun datang ke praktik dokter ingin meminta surat keterangan
sakit karena tidak masuk kuliah selama 3 hari namun tidak periksa ke dokter.pada
pemeriksaan kondisi pasien sudah membaik. Dokter tetap memberikan walau tidak
memeriksa sejak awal sakit.

ANALISIS

1. ETIKA PENELITIAN
Tindakan etik : melanggar kodeki dalam kewajiban umum pasal 7:
“Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya.”
Penjelasan Pasal
Pemberian surat keterangan dan/atau pendapat ahli merupakan sisi lain dari
tugas profesi seorang dokter yakni untuk kepentingan bukan kesehatan, tetapi
kepentingan hukum/medikolegal dalam arti luas dan peradilan. Tugas pemberi
sertifikasi dokter berdasarkan sumpah jabatan merupakan lingkup utama dan khas
ilmu kedokteran forensik dan medikolegal sebagaimana Pasal 1 KODEKI, cakupan
pasalnya butir 1.3 beserta penjelasannya masing-masing. Sumpah dan pemeriksaan
medis dalam lingkup dan menggunakan ilmu kedokteran yang dilakukannya sendiri
menjamin kebenaran terhadap apa yang diterangkannya. Dalam penerbitan surat
keterangan dan/atau pendapat ahli dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku sehingga harus memperhatikan kewenangan pihak berwenang
yang memintanya serta klien/pasien yang akan diperiksanya. Bila antar keduanya
terdapat perbedaan kepentingan, dokter harus bersikap adil, imparsial dan independen
dan menjaga jarak antar keduanya. Dokter harus memahami bahwa fungsi sebagai
dokter pengobat pasien dan dokter pemeriksa berbeda walaupun sama-sama dapat
dimintakan membuat surat keterangan dan/atau pendapat ahli.
2. DISIPLIN PENDIDIKAN DOKTER
Melanggar disiplin dokter sebagaimna dalam peraturan konsil kedokteran indonesia
no.4 Thn 2011 Tentang Disiplin profesional dokter dan dokter gigi:
“Membuat keterangan medis yang tidak di dasarkan kepada hasil pemeriksaaan yang
di ketahuinya secara benar dan patut.”
Penjelasan
a) Sebagai profesional medis, Dokter dan Dokter Gigi harus jujur dan dapat
dipercaya dalam memberikan keterangan medis, baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan.
b) Dokter dan Dokter Gigi tidak dibenarkan membuat atau memberikan keterangan
palsu.
c) Dalam hal membuat keterangan medis berbentuk tulisan (hardcopy), Dokter dan
Dokter Gigi wajib membaca secara teliti setiap dokumen yang akan ditandatangani
3. MORAL DASAR
Melanggar kaidah moral dasar Beneficience:
Prinsip moral adalah kewajiban moral untuk melakukan suatu tindakan atau
pemanfaatan untuk memberi manfaat orang lain atau pasien.yang mengutamakan
kebaikan pasien perbuatan yang sisi baiknya lebih besar daripada sisi buruknya.
4. ASPEK MEDIKOLEGAL
Aspek hukum
KUHP pasal 267
1. Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang
ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun
3. Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat
keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.
PENGANIAYAAN

SKENARIO

Seorang perempuan berusia 19 tahun datang ke RS ingin meminta visum karena


disiram minyak panas pada tangannya oleh majikan. Pada pemeriksaan didapatkan
gelembung isi cairan dengan sekitar luka kemerahan.

ANALISIS

 Kasus : KDRT khusus


 Jenis kekerasan : Trauma fisika (suhu tinggi)
 Jenis luka : luka bakar derajat IIA
 Kualifikasi luka :

- Ringan : tidak menimbulkan penyakit atau menghalangi pekerjaan korban

- Sedang: sebabkan penyakit atau menghalangi pekerjaan korban sementara waktu

- Berat : jatuh sakit atau luka tidak sembuh atau membawa bahaya maut, kecacatan berat ,
hilang salah satu panca indra, gugur atau matinya kandungan seorang perempuan ,terganggu
daya pikir selama empat minggu atau lebih ,menderita sakit lumpuh, tidak mampu terus
untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan

 Rule of nine
 Pada tangan luas luka bakar : 1 %
 Derajat Luka Bakar :
1. Derajat I : hiperemis , hyperestesia
2. Derajat II : bulla , merah , hyperestesia
3. Derajat III : kering , an estesia
4. Derajat IV : hitam (alami karbonisasi)
 Aspek Hukum
Uu No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Pasal 44 ayat 1
“Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup
rumah mana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 15.000.000 (lima belas juta
rupiah)”
KEKERASAN PADA ANAK
SKENARIO
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dibawa oleh orang tuanya ke RS ingin meminta
visum karena telah dipukuli oleh guru mengaji. Pada pemeriksaan didapatkan luka bentuk
garis mendatar warna kecoklatan pada punggung dan kedua tungkai tungkai.

ANALISIS
Kasus : Kekerasan pada anak
Bentuk kekerasan : kekerasan fisik
Jenis kekerasan : trauma tumpul
Jenis luka : luka lecet
Kualifikasi luka : luka sedang
 UU No. 23 thn 2002 - UU No. 35 thn 2014 è Perlindungan Anak
Belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Pasal 80 ayat 1
 Setiap orang yang melakukan kekeaman ,kekerasan atau ancaman kekerasan atau
penganiayaa terhadap anak ,dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun 6
bulan dan atau denda paling banyak 72.000.000,00

KUHP 352
KEJAHATAN SEKSUAL

SKENARIO

Seorang perempuan berusia 15 tahun dibawa oleh Polisi ke RS untuk visum. Korban
mengaku sering disetubuhi dan dimasukkan jari ke dalam kemaluannya oleh ayah tirinya
sejak 14 tahun dan diberikan obat-obatan. Pada pemeriksaan didapatkan robekan selaput dara
arah jam 3,5,6,7,9 warna sama dengan jaringan sekitar, tes urin kehamilan 1 garis, tes urin
narkoba 1 garis.

ANALISIS

Tanda-tanda kehamilan : Tidak ada

Tanda IMS : Tidak dapat ditentukan

Jenis Kekerasan : KtA dan KDRT

Bentuk kekerasan : Kekerasan seksual

Tanda-tanda persetubuhan : Tidak ada

Dikatakan persetubuhan apabila ada penetrasi penis ke dalam Vagina baik


sebagian maupun total ke dalam vagina, yang disertai maupun tidak disertai dengan
ejakulasi

Pemeriksaan Penunjang :

1. Lakukan penapisan (screening) penyakit kelamin

2. Tes kehamilan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kehamilan

3. Pemeriksaan mikroskop adanya sperma dengan menggunakan NaCl.

4. Apabila diperlukan lakukan pengambilan darah dan urin untuk pemeriksaan


kandungan NAPZA, usapan rugae untuk pemeriksaan adanya sperma.

Kandungan narkoba yang dapat ditemukan dalam urin : tergantung dari jenis
narkoba banyaknya digunakan ,tetapi biasanya meliputi 5 macam obat yaitu :
amfetamin ,kanabinoid, kokain opiat dan PCP.

Aspek Medikolegal

KDRT

UU No 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah


Tangga.

UU No. 17 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Anak

Anda mungkin juga menyukai