Anda di halaman 1dari 15

Tanatologi

a. Definisi
Ilmu kedokteran forensik yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang
terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan
tersebut.
b. Tanda pasti kematian
1) Setelah kematian
- Stop sirkulasi -> syok (jantung)
- Stop pernafasan -> asfiksia
- Stop persarafan -> sinkop
2) Setelah beberapa saat kemudian
- Perubahan pada organ luar (mata,kulit,jari)
- Penurunan temperatur tubuh
- Lebam mayat
- Kaku mayat
3) Setelah selang waktu yang lama
- Pembusukan/puterfication
- Saponifikasi/Adiposera
- Mumifikasi
- Penulangan
c. Tes 3 sistem
1) Blood test of circulation
- Magnus test
- Diaphanous test
- Icard test
2) Respiration test of lung
- Chicken feather test
- Mirror test
- Winslow tetst
3) Motoric test of nervous
- Babinski test
- Chaddock test
- Moro test
d. Perubahan luar organ
1) Bola mata berwarna keruh
2) Pupil dilatasi
3) Kulit berwarna putih pucat-lebam kemerahan, dingin,kaku
4) Jari berwarna pucat kebiruan

VER
a. Definisi
Laporan tertulis untuk pengadilan yang dibuat dokter berdasarkan sumpah/janji yang
diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter, memuat berita tentang segala hal
yang dilihat dan dijumpai pada barang bukti berupa tubuh manusia/benda yang
berasal dari tubuh manusia yang diperiksa sesuai pengetahuan dengan sebaik-naiknya
atas permintaan penyidik untuk kepentingan peradilan.
b. Bentuk
1) Berdasarkan sifat
- VER untuk korban hidup
- VER untuk korban mati/jenazah
2) Berdasarkan kasus
- VER perlukaan
- VER psikiatri
- VER kejahatan susila
3) Berdasarkan waktu
- Visum seketika
- Visum sementara
- Visum lanjutan
4) Berdasarkan bentuk
- VER pemeriksaan luar
- VER pemeriksaan luar & dalam
c. Cara pembuatan permohonan
1. Permohonan harus dibuat secara tertulis, tidak boleh lisan,telepon,ataupun lewat
pos.
2. Korban adalah barang bukti maka surat VER harus diserahkan sendiri oleh
penyidik Bersama-sama korban,tersangka atau barang bukti lain kepada dokter
3. Tidak dibenarkan mengajukan VER tentang sesuatu kejadian yang telah lampau
4. Permintaan ditujukan kepada dokter ahli pemerintahan sipil, dokter pemerintahan
sipil, atau ahli kedokteran kehakiman pemerintahan sipil untuk korban hidup
ataupun korban yang meninggal
d. Permasalahan VER
1) Permintaan VER datang terlambat
2) Permintaan VER telah datang sementara korban/keluarga korban belum ada
3) VER yang kurang/tidak lengkap
4) Masalah dari keluarga korban misalnya meminta penyidik untuk memilih damai
dengan tersangka

Traumatologi
a. Klasifikasi trauma
 1. Berdasarkan penyebab
1. Trauma Mekanik
a. Trauma tumpul:
- Luka memar (bruise, contusion)
- Luka lecet (abration)
- Luka robek (laceration)
- Fraktur/dislokasi
b. Trauma tajam:
- Luka sayat/iris (incised wound)
- Luka tusuk/tikam (punctured wound)
- Luka bacok (chopped wound)
c. Trauma tembak
2. Trauma thermis (suhu)
a. Temperatur panas:
- Terpapar suhu panas (heat stroke, heat exhaustion, heat cramp)a
- Benda panas (luka bakar dan scald)
b. Temperatur dingin:
- Terpapar dingin (hipothermia)
- Terpapar panas
3. Trauma kimiawi (Zat korosif dan Zat iritatif)
4. Trauma listrik, radiasi, ledakan, dan petir
2. Berdasarkan derajat kualifikasi luka
3. Berdasarkan aspek medikolegal
4. Berdasarkan waktu kematian
b. Klasifikasi berdasarkan derajatnya
 1. Luka ringan
2. luka sedang
3. luka berat
c. Aspek medicolegal
 1. Perbuatan sendiri (suicide) terkadang dijumpai luka percobaan (tentative
wound)
2. perbuatan orang lain (homicide) terkadang dijumpai luka tangkis (denfence
wound)
3. kecelakaan (accidental)
d. Jenis pemeriksaan
Jumlah luka, Arah luka, Lokasi luka, Ukuran luka, Pinggir luka (Panjang-lebar-
dalam), Bentuk luka, Ante mortem/post mortem, Jembatan jaringan (+/-), Jenis luka,

Infanticide
a. Definisi
Pembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap anak kandungnya, saat anak itu
dilahirkan atau tidak beberapa lama kemudian, karena takut ketahuan bahwa ia
melahirkan anak.
b. Factor penilaian
1. Pelaku ibu kandung
2. Tenggang waktu
3. Keadaan kejiwaan ibu
4. Korban haruslah sudah berbentuk anak yang viable, artinya anak sudah terlepas
dari ketergantungan pada ibu dan sudah keluar sempurna dari tubuh ibunya
5. Korban harus meninggal karena pembunuhan/tindak kriminal
6. Korban harus sudah pernah bernafas diluar kandungan
c. Penyebab kasus
1. Takut diketahui punya anak
2. KDRT
3. Sosio-ekonomi
4. Multigravida (banyak anak)
5. Anak cacat (anomali)
6. Dan lain-lain
d. Aspek medicolegal
1. Suicide : tidak pernah
2. Accident : tidak pernah
3. Homicide : sering

Asfiksia
a. Definisi
Suatu keadaan terjadinya gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal
yang disebabkan oleh karena adanya obstruksi pada saluran pernafasan maupun
karena terhentinya sirkulasi dimana oksigen dalam darah telah berkurang yang
disertai dengan meningkatnya kadar karbondioksida secara bersamaan.
b. Patofisiologi
Asfiksia menyebabkan 2 gangguan pada sistem kerja di aliran darah dan sistem kerja
otot-otot sfringter. Pada sistem aliran darah akan terjadi proses fibrinolisis yang
mengakibatkan darah menjadi encer. Setelah terjadinya asfiksia akan terjadi relaksasi
otot-otot sfringter yang mengakibatkan urin,feses dan cairan sperma keluar otomatis.
Setelah terjadinya asfiksia tersebut akan terjadi ketidaksadaran pada korban dimana
tonus otot makin lama makin berkurang. Kemudian diikuti oleh dilatasi kapiler,
tekanan O2 berkurang kemudian kerusakan pada dinding kapiler & sel endotel dinding
kapiler. Kemudian pada proses dilatasi kapiler terjadi bendungan kapiler yang
menyebabkan organ tersebut membesar (kongesti) dan diikuti oleh peningkatan
tekanan intrakapiler yang berujung pada ruptur pembuluh darah kapiler. Pada
penurunan O2 akan tampak sianosis dengan gambaran darah berwarna ungu yang
diikuti oleh lebam mayat (cherry red). Pada kerusakan pada dinding kapiler & sel
endotel dinding kapiler akan mengakibatkan permeabilitas kapiler meningkat
sehingga muncul bercak tardieu dan transudasi cairan (edema) yang berujung pada
ruptur pembuluh darah kapiler.
c. Klasifikasi
 1. Fisiologi
- anoksik anoksia (hipoksik hipoksia) -> tdk ada atau tdk cukup O2
- anemik anoksia (anemik hipoksia) -> Hb tdk cukup membawa O2
- stagnant anoksia (stagnant hipoksia) -> tdk lancarnya sirkulasi darah membawa
O2
- histotoksik anoksia (histotoksik hipoksia) -> O2 tdk dpt digunakan oleh
jaringan /tubuh secara efektif
2. Etiologi
- alamiah -> missal penyakit yang menyumbat saluran pernafasan seperti
laryngitis, difteri, finrosis paru, dll
- mekanik -> missal trauma yang mengakibatkan emboli udara vena, emboli
lemak, pneumotoraks bilateral, dkk
- keracunan -> missal bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan seperti
barbiturate, narkotika
d. Gambaran pemeriksaan forensic
1. Luar
- Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku
- Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap
- Tampak busa halus pada hidung dan mulut
- Pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva
bulbi
2. Dalam
- Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer
- Busa halus dalam saluran pernafasan
- Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh
- Dijumpai petekie pada mukosa usus halus, epicardium pada belakang jantung
daerah aurikuloventrikular, subpleural viseralis paru terutama di lobus bawah
pars diafragmatika dan fissure interlobaris

Pemeriksaan lab sederhana


Menentukan darah manusia atau bukan:
a. Serologic
b. Mikroskopik
c. Kimiawi
d. Pemeriksaan cairan mani pada sediaan apus sekret vagina
Abortus
a. Pengertian medic
- Medis : memandang dari sudut umur kehamilan dan bagaimana abortus terjadi
(spontan/sengaja/provokatus)
- Hukum : memandang ada/tidak abortus dilakukan
- Forensik : penghentian kehamilan pada masa < 28 mgg
- Obgyn : penghentian kehamilan dalam masa kehamilan < 20 mgg
b. Klasifikasi
1. Abortus alami/spontan : normal, accidental
2. Abortus buatan (provokatus) : terapeutikus (legal) , kriminalis(criminal)
c. Gambaran forensic anak
1. Paru-paru
- Dijumpai tanda emboli (penyumbatan pembuluh darah) & kongesti.
- Bila kematian akibat perdarahan, maka paru-paru akan terlihat pucat.
2. Jantung
- Bilik jantung mungkin terlihat kosong.
- Dijumpai emboli, septicemia, bakterinuria, subendocardial, hemorrhage.
3. Meningen
- Selaput otak bisa mengalami laserasi dan kongesti jika kematian akibat radang
selaput otak.
4. Hati & ginjal
- Hati & kedua ginjal kongesti disertai suatu gambaran kontusio.
- Jika penggunaan obat aborsi secara oral, maka akan terjadi perubahan pada
saluran cerna tergantung dari jenis obat yang digunakan.
d. Gambaran forensic ibu
1. Dijumpai memar, laserasi, kongesti (jalan lahir), atau perdarahan pada alat
kelamin dalam & sekitarnya.
2. Infeksi/sepsis sebagai akibat digunakanya alat-alat yang tidak steril. Jika
digunakan zat kimia secara lokal maka pada liang senggama/cavum uteri akan
ditemukan sisa zat tersebut.
3. Dijumpai pucatnya organ (anemis) & jika digunakan obat-obatan oral/suntikan
maka obat tersebut akan dapat dijumpai melalui pemeriksaan toksikologi.
4. Tampak payudara membesar akibat proliferasi kelenjar susu, areola mamae
menghitam dengan putting susu seperti terpecah/terbelah (montgomerry tubercle).
5. Uterus tampak membesar & kemungkinan ditemukan sisa janin pada aborsi yang
kurang sempurna

Kejahatan seksual
a. Definisi
Segala perbuatan keji atau yang melanggar kesusilaan/kesopanan, dalam upaya
melampiaskan nafsu birahi.
b. Manifestasi perubahan tujuan seks dan pengertian
1. Exhibitionisme : mendapatkan kepuasan seksual dengan memperlihatkan
genetalianya di tempat umum
2. Nimfomania/satriatisme : mempunyai nafsu seks yang tinggi dan tidak dapat
dipuaskan, kadang dilakukan beramai-ramai
3. Algolagni : kepuasan seksual yang diperolah dengan cara meyakti atau disakiti
pasangannya. Aktif/sadism : bila seseorang mendapat kepuasan seksual dengan
menyakiti pasangannya. Pasif/mesokisme : bila seseorang mendapat kepuasan
seksual dengan cara disakiti pasangannya
4. Voyeurisme : mendapatkan kepuasan seksual dengan mengintip seseorangf dalam
keadaan telanjang atau mengintip aktivitas seksual orang lain.
5. Fetishisme : penggunaan benda-benda seksual (fetish) : pakaian, aksesoris atau
alat-alat yang dapat membangkitkan gairah seksual.
6. Troilisme : Tindakan ini dimaksudkan dengan cara membagi pasangan dengan
orang lain, dan menontonnya.
7. Kleptomania : dorongan seksual yang timbul dengan mencuri (barang pribadi
seseorang : saputangan, parfum, pakaian, celana dalam,foto, dll). Dan ia mendapat
kesenangan seksual
8. Pyromania : penderita yang mendapatkan kesenangan seksual dengan membakar
(menyulut api/rokok ke tubuh korban). Kebanyakan motifnya untuk balas
dendam.
9. Corprolalia : mendapatkan kesenangan seks dengan cara megeluarkan kata-kata
kotor. Mendekati dan mengajak berhubungan seksual dengan cara menunjukan
gambar porno (di muka umum),
10. Koprofagia (koprolagnia) kenikmatan seksual yang terkait feses. Dimana pria atau
Wanita akan memakan feses (koprofagia) atau bermain dengan feses (dari dirimya
atau pasangannya)
11. Urolagnia : Merupakan gangguan seksual yang ditandai dengan kepuasan seksual
seseorang bila meminum kencing atau dikencingi oleh pasangannya
c. Manifestasi perubahan objek seks dan pengertian
1. Zoofilia : perbuatan atau fantasi yang suka melakukan hubungan dengan hewan.
2. Pedofilia : perilaku pada seseorang yang suka atau bergairah dengan anak=anak
(biasa heteroseksual atau homoseksual)
3. Oeidius complex : perilaku pada seseorang yang suka atau bergairah dengan
berusia lebih tua darinya
4. Homoseksualitas : Nafsu seksual menyimpang dan melakukan cabul dengan
sesama jenis. Homoseksual : gay dan lesbian serta biseksual.
5. Necrofilia : Kepuasan seksual seseorang bila berhubungan dengan seks dengan
mayat.
6. Incest : Bentuk hubungan seksual antara dua orang yang masih mempunyai
hubungan keluarga dekat.
7. KUNILINGUS, FELATIO DAN ANALINGUS : Pemuasan seksual dengan cara
melakukan kontak mulut / lidah terhadap alat kelamin dan anus, jika : dengan alat
kelamin wanita (kunilingus), dengan kelamin laki-laki (felatio), dengan anus
(analingus)
8. FROTEURISME ATAU FRIKSIONISME : Bila seseorang mendapatkan
kepuasan seksual dengan menggosokkan alat kelaminnya pada bagian tubuh
korban ditempat yang penuh sesak (umum).
d. Manifestasi perubahan peran seks dan pengertian
1. TRANSVESTISME : Perilaku seseorang yang dalam berhubungan harus
memakai pakaian pasangannya (Mis; laki-laki memakai pakaian perempuan atau
sebaliknya).
2. TRANSEKSUALISME : Penderita yang merasa bahwa dirinya terperangkap di
dalam tubuh lawan jenisnya. Pada kasus laki-laki ke perempuan, gejala ini
biasanya didahului dengan tahap homoseksualitas

Toksikologi
a. Pengertian
 Ilmu yang mempelajari sumber,sifat,khasiat,gejala dan pengobatan pada
keracunan, serta kelainan yang didapatkan pada korban yang hidup/meninggal.
b. Jenis-jenis
 1. Pestisida : insektisida (DDT, Thiodane), herbisida, fungisida, rodentisida
2. Bahan industri : asam dan basa kuat, logam berat
3. Rumah tangga : detergen, desinfektan
4. Bahan obat-obatan : hipnotik, sedatif, analgetik, anti depresan
5. Racun (tanaman & hewan) : opium, kurare, bisa ular-kalajengking-laba-laba
c. Mekanisme
 Racun yang masuk ke tubuh ada yang bersifat lokal atau sistemik, kemudian di
serap (absorbs) melalui paru-paru, saluran cerna, kulit dan endokrin/ cairan.
Kemudian racun tersebut akan didistribusikan ke sistem kerja darah, baik
arteri,vena bahkan sampai ke arteriole. Dari pembuluh darah tersebut akan menuju
target sel organ kemudian diekskresikan melalui urin, keringat, feses, paru menuju
ke lingkungan.
d. Gambaran post mortem
 1. Pemeriksaan luar
a. Lebam mayat : cherry pink colour (keracunan CO), merah terang (keracunan
sianida), kecoklatan (keracunan nitrit)
b. Bau
c. Buih dari mulut (keracunan morfin)
2. Pemeriksaan dalam
a. Bau
b. Organ : warna coklat kemerahan gelap (bisa ular, pirogalol,
hidroquinon,arsen)
c. Darah : encer (keracunan sianida, alcohol, klorofom)
d. Tampak mulut,lidah, kerongkongan + organ hiperemi, edema, terbakar
(keracunan zat kerosif)

Identifikasi
a. Pengertian
b. Prinsip
c. Prosedur umum
d. Metode
Sudden death
a. Pengertian
Kematian yang terjadi secara tiba-tiba yang diakibatkan oleh penyakit alamiah yang
diderita korban, dimana sebelumnya korban tidak menunjukkan tanda/gejala penyakit
dalam 24 jam terakhir
b. Penyebab
Cardiovascular, respirasi, endokrin, gastro-intestinal, hemopoetik,
urogenitalia,saraf,anafilatik,anastesi,surgeon
c. Cardiovascular
1. Arteriosclerosis heart disease (coronary artery disease, coronary thrombosis,
coronary occlusion)
2. Congestive heart failure
3. Pulmonary embolism infark
4. Aneurysma aorta
5. Functional heart disease (arrhythmia, atrial fibrillation)
6. Acute myocarditis non-rheumatic
7. Rheumatic myocarditis
d. Respirasi
1. Asma bronchial
2. Hemoptisis (batuk berdarah)
3. Pneumothoraks spontan
4. Tromboembolus arteri pulmonum
5. Pneumonia
6. Epiglottis akut
7. Bronko-pneumonia
8. Benda asing yangh tersumbat
9. Edema paru
10. Edema akut pada glottis
11. Karsinoma apru
12. Laryngitis difteri
13. Emboli udara
14. Tuberculosis paru
15. Pneumonia aspirasi
16. Kolaps jaringan paru yang luas
e. Endokrin
1. Grave disease
2. Toxic multinodular goitre
3. Solitary toxic adenoma
4. Tiroiditis
5. Penyakit troboblastis
6. Extraksi hormone tiroid
7. Hiperyodiumia
8. Kanker pituitari
9. Obat-batan
f. Gastro-intestinal
1. Varises oesophagus
2. Sindroma Mallory Weiss
3. Ulkus gaster
4. Ulkus peptikum
5. Hipertrofi pylorus
6. Karsinoma lambung
7. Penyakit colon
8. Invaginasi (intusepsi)
9. Volvulus (sekum/sigmoid)
10. Karsinoma colon (karsinoma kolorektal)
11. Appendisitis (akut, kronis, vermiformis)
g. Hemopoetik
h. Urogenitalia
1. Nefritis kronic
2. Nephrolithiasis
3. Tuberkulosis of kidney
4. Cancer of kidney
5. Hemorhage uteri ex fibrosis
6. Kidney stones
7. Cystitis
8. Polycystic kidney disease
i. Saraf
1. Aneurisma
2. Stroke
3. Epilepsi
4. Intracerebral-hemorhage
5. Pons & cerebello-hemorhage
6. Subarachnoid hemorhage
7. Thrombo-cerebral
8. meningitis
j. Anafilatik
Reaksi imunologis organ yang didahului dengan terpaparnya allergen yang
sebelumnya sudah tersensitisasi disertai degranulasi sel mast/basophil yang
diperantarai oleh IgE.
1. Keterlambatan diagnosis
2. Tidak menganamnesa penyakit alergi
3. Kelalaian memberikan injeksi epinefrin
4. Kegagalan mendiagnosis penyebab terjadinya anafilatik
5. Tidak melakukan tes alergi terlebih dahulu (cross-reacting drug)
6. Lalai memberikan informed consent sebelum melakukan Tindakan
7. Tidak memberikaan penangan yang tepat (sesuai prosedur penanganan syok
anafilatik)
8. Tidak bersiaga menyediakan emergency kit bila melakukan injeksi
k. Anaastesi
1. Kematian dikarenakan oleh anestesi dan atau cara pelaksanaanya
2. Kematian dikarenakan oleh kecelakaan pembedahan selama anastesi
3. Kemtian dikarenakan oleh penyakit alami Ketika dilakukan pemberian anastesi
l. Surgeon
1. Fase terminal perjalanan penyakit alamiah yang diderita pasien
2. Manifestasi dari salah satu resiko atau komplikasi dari Tindakan medis
3. Akibat kecelakaan medis (medical mishap)
4. Akibat kelalaian medis (medical negligence)
5. Akibat kesengajaan

DROWNING
a. Definisi
Terbenamnya seluruh atau Sebagian tubuh ke dalam air kemudian air terhisap masuk
ke dalam saluran pernafasan sampai alveoli paru yang mengakibatkan tidak terjadi
pertukaran udara di alveoli.
b. Tipe
1. Morfologi paru -> dry drowning, wet drowning
2. Lokasi tenggelam -> air tawar, air laut
3. Klasifikasi lain -> primer, sekunder
c. Cara kematian
Kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan
d. Sebab kematian
Asfiksia (reflkek vagal, spasme laring, edama pulmo, fibrilasi ventrikel)
e. Mekanisme kematian
Setelah tubuh masuk ke air (tenggelam) akan terjadi proses asfiksia kemudian diikuti
oleh inspirasi dalam sehingga air masuk ke paru yang memunculkan refleks batuk.
Kemudian udara dikeluarkan dari paru yang membutuhkan udara yang berujung
rongga pleura dipenuhi oleh air sehingga terjadi asfiksia
f. Pemeriksaan postmortem
1. Menemukan identitas korban
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning
4. Factor yang berperan pada proses kematian
5. Tempat korban pertama kali tenggelam
6. Apakah ada penyakit alamiah lain yang mempercepat kematian
g. Pemeriksaan luar jenazah
1. Mayat dalam keadaan basah berlumuran pasir
2. Busa halus pada hidung dan mulut
3. Kutis anserinus
4. Washer woman hand
5. Cadaveric spasme
6. Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air
7. Penurunan suhu mayat
8. Lebam mayat
9. Ditemukan tanda-tanda asfiksia seperti cyanotic, tardieu spot
h. Pemeriksaan dalam jenazah
a. Jalan nafas terisi buih halus
b. Lambung membesar (air, alga, lumpur)
c. Paru lebih besar sehingga tertekan oleh dinding dada dan tulang iga yang akan
menimbulkan indentasi pada permukaan paru.
d. Pengirisan paru  air, terkadang berbuih
e. Perdarahan otot sternocleidomastoideus & pectoralis,karena gerak pernafasan
paksa
f. Paru “biasa”  cairan sudah masuk ke dalam aliran darah
i. Tes konfirmasi
1. Pemeriksaan diatome
2. Tes kimia darah
3. Tes asal air
4. Tes getah paru

Autopsi
a. Jenis
- Autopsi anatomi
Oleh mahasiswa kedokteran untuk mengetahui susunan jaringan dan organ tubuh
- Autopsi klinis
Untuk menentukan sebab pasti kematian dari pasien yang dirawat di rumah sakit
- Autopsi forensik/medikolegal
Untuk membantu penegak hukum dalam menentukan peristiwa kematian korban
secara medis
b. Teknik pengeluaran organ
1. Teknik Virchow
Pengeluaran organ satu persatu
2. Teknik Rokitansky
Setelah dibuka, organ diperiksa in situ. Kemudian dikeluarkan dalam kumpulan
3. Teknik letulle
Organ dikeluarkan sekaligus (en messe)
4. Tekinik gohn
Setelah dibuka, organ dikeluarkan dalam 3 kumpulan organ (organ leher dan
dada, pencernaan Bersama hati dan limpa, urogenital)

Anda mungkin juga menyukai