Anda di halaman 1dari 44

Rangkuman Forensik ► Dokter berkoordinasi dengan penyidik → terutama

PEMERIKSAAN DOKTER DI TKP (TEMPAT KEJADIAN team Labfor.


PERKARA) ► Dokter membantu mencari barang bukti, misal
Peran Dokter: Ahli – wewenang penyidik (KUHAP pasal 7 racun, anak peluru dll.
ayat 1 sub h, KUHAP pasal 120 ayat 1, Pasal 189 ayat (1).f ► Segala yang ditemukan diserahkan pada penyidik.
UU No 36 Tahun 2009 tentang Keehatan) ► Dokter dapat meminjam barang bukti tersebut →
Hasil pemeriksaan → visum et repertum TKP serah terima peminjaman secara tertulis.
Manfaat: ► Selesai pemeriksaan, TKP ditutup misal selama 3 X
1. Menentukan saat kematian. 24 jam.
2. Menentukan pada saat itu sebab akibat tentang ► Korban dibawa ke RS dengan disertai permohonan
luka visum et repertum.
3. Mengumpulkan barang bukti kesimpulan Pemeriksaan TKP berisi :
4. Menentukan cara kematian  Perkiraan saat kematian :
Prosedur - Tergantung pengalaman dokter.
 Permintaan lisan/telpon → tertulis. - Diperlukan data:
 Transportasi disediakan penyidik o Lebam mayat (livor mortis)
 Didampingi penyidik min. pangkat o Kaku mayat ( rigor mortis)
“letnan/inspektur dua” o Penurunan suhu tubuh (algor mortis).
Yang perlu dicatat Dokter o Pembusukan
o Umur larva Ialat pada jenasah
Dokter bila menerima permintaan harus mencatat :
o jam jenazah ditemukan dan Jam orang
1. Tanggal dan jam dokter menerima permintaan
tersebut terlihat hidup
bantuan
 Sebab akibat luka - benda apa yang
2. Cara permintaan bantuan tersebut ( telpon atau
menyebabkan luka, misal benda tajam,
lisan)
tumpul atau senjata api dll.
3. Nama penyidik yang minta bantuan
 Cara kematian (Manner of death)
4. Jam saat dokter tiba di TKP
- Penyidik minta bantuan dokter untuk
5. Alamat TKP dan macam tempatnya (misal : sawah, menentukan mati wajar atau tidak wajar.
gudang, rumah dsb.)
- Sehingga penyidik dapat melakukan tindakan
6. Hasil pemeriksaan selanjutnya dan dapat menghemat tenaga dan waktu.
Yang dikerjakan dokter di TKP 1. Wajar
1. berkoordinasi dengan penyidik.  Pada pemeriksaan sepintas lalu dari luar saja pada
2. Menentukan korban masih hidup → diselamatkan korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.
atau sudah mati → dibiarkan asal tidak  Keadaan TKP rapi;
mengganggu lalu lintas dan Jangan memindahkan  dalam almari ditemukan obat-obatan dan rongent
jenasah sebelum seluruh pemeriksaan TKP selesai. foto yang menandakan korban sakit paru-paru.
3. TKP diamankan oleh penyidik agar dokter dapat  Cara kematian korban diduga adalah wajar.
memeriksa dengan tenang dan Yang tdk 2. Bunuh Diri
berkepentingan dikeluarkan dari TKP, Dicatat 1. Jika dokter kebetulan melihat sendiri peristiwa.
identitas orang yang sebelumnya berada di TKP. dokter → saksi, bukan ahli. “Jelas suatu kejadian
4. Dokter memeriksa mayat dan sekitarnya dan bunuh diri”
mencatat : 2. keadaan TKP rapi dan luka-luka pada tubuh korban
- Lebam mayat adalah luka-luka klasik bunuh diri. “Peristiwa
- Kaku mayat . tersebut biasanya merupakan peristiwa bunuh diri”
- Suhu tubuh korban. 3. keadaan TKP rapi dan luka-luka pada korban adalah
luka-luka tidak klasik bunuh diri, ia dapat
- Luka-luka
berkesimpulan “Peristiwa ini lebih mendekati
- membuat Sketsa atau foto bunuh diri dari pembunuhan”
3. Pembunuhan
Mencari dan Mengumpulkan Barang Bukti (Trace Evident)
keadaan TKP porak-poranda +luka-luka pada korban
tidak sesuai dengan luka-luka klasik bunuh diri.
“Peristiwa tersebut merupakan pembunuhan”

4. Kecelakaan
keadaan TKP rapi dan di atas meja terdapat alat
seterika yang dibongkar, sedangkan dalam tangan
korban terdapat kawat listrik yang bocor yang
berhubungan dengan arus listrik. “Peristiwa tersebut
menurut dugaan adalah suatu kecelakaan”
5. Tidak jelas
Dari pemeriksaan TKP dan pemeriksaan luar pada korban
belum dapat diambil kesimpulan tentang cara kematian.
• Untuk menentukan sebab pasti kematian → mutlak
harus dilakukan otopsi.
• Pemeriksaan TKP harus dilakukan sendiri oleh
dokter, tdk boleh diwakilkan.
• Dokter yang melakukan pemeriksaan TKP yang
harus menandatangani Visum et Repertum TKP.
Traumatologi
Luka: Rusaknya suatu jaringan tubuh yang disebabkan oleh
trauma
JENIS TRAUMATOLOGI
o KEKERASAN BERSIFAT MEKANIK / FISIK
• KEKERASAN TUMPUL :
- LUKA MEMAR
- LUKA LECET : LECET TEKAN & LECET GESEK
- LUKA ROBEK
• KEKERASAN TAJAM: LUKA TUSUK, LUKA IRIS, LUKA
BACOK
• TEMBAKAN SENJATA API
- LTM : JARAK JAUH, JARAK DEKAT, SANGAT DEKAT
- LUKA TEMBAK TEMPEL
o KEKERASAN BERSIFAT ALAM
• LUKA AKIBAT SUHU : NYALA API, BENDA CAIR PANAS,
Hypothermis
• LUKA AKIBAT LISTRIK : LISTRIK & PETIR
• Barotrauma
o KEKERASAN BERSIFAT KIMIAWI
• LUKA AKIBAT ASAM KERAS
• LUKA AKIBAT BASA KUAT
Luka Akibat Benda Tajam  Tidak mengenai tulang
Benda Tajam:  Panjang > dalam luka
 BERMATA TAJAM :  Bisa untuk mengiris
 BERUJUNG RUNCING:  Bisa untuk menusuk CIRI - CIRI LUKA IRIS LUKA RETAK / robek
Ciri Luka Akibat Benda Tajam:
1. Tepi luka Rata Tak rata
 Tepi luka rata
2. Sudut luka Lancip Tak lancip
 Sudut luka tajam 3. Jembatan Jar (-) (+)
 Rambut ikut terpotong 4. L.Memar sekitar (-) (+)
 Jembatan jaringan ( - ) 5. Rambut Terpotong Tdk Terpotong
 Memar/lecet di sekitarnya ( - ) 6. Lokalisasi Dimana- Daerah yg di bwh
mana ada tulang
Cara melukis luka:
1. Dipotret
2. Lokasi : a. ordinat b. absis Luka iris bunuh diri Luka Iris pada
3. Ukuran: panjang: merapatkan kedua tepi; Pembunuhan : Biasanya
kedalaman: menyebut kerusakan alat-alat tubuh korban lebih lemah/tidak
yang dilalui luka, dasar luka berdaya
4. Jumlah luka Lokasi luka pada daerah Lokasi luka sembarang
5. Bentuk luka: tubuh yang dapat dicapai tempat → tidak mungkin
korban sendiri. dicapai tangan korban
o tepi luka, sudut luka,
o jembatan jaringan, memar, luka lecet,  leher
o rambut ikut terpotong  pergelangan tangan
o sesuatu yang keluar dari luka  lekuk siku, lekuk lutut
6. Benda asing  pelipatan paha
7. Terjadinya intravital/post mortal “Luka Iris Percobaan” (+) “Luka Iris Percobaan” ( – )
8. Luka tersebut menyebabkan kematian/tidak sejajar dengan luka yang
9. Cara kejadian luka:kecelakaan/bunuh fatal & kedalaman tidak
diri/pembunuhan sama
Sebab Kematian Luka Akibat Benda Tajam : “Luka Tangkisan” (-) “Luka Tangkisan” (+)
anggota gerak
1. - Perdarahan
- Kerusakan organ vital
- Emboli udara Pakaian robek (-) → Pakaian robek (+)
disingkirkan dahulu
- Aspirasi darah
2. Sepsis / infeksi
3 Macam Luka Akibat Benda Tajam: II. LUKA TUSUK
 Luka Iris (Incisied Wound) Batasan :
 Luka Tusuk (Stab Wound) Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam
atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus
 Luka Bacok (Chop Wound)
atau serong pada permukaan tubuh.
I. LUKA IRIS
Contoh:
Luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka
-Belati, bayonet, keris
oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ
ringan kemudian digeserkan sepanjang kulit. -Clurit
Ciri luka iris -Kikir
 Tepi luka rata -Tanduk kerbau
 Sudut luka tajam Ciri luka tusuk
 Rambut ikut terpotong  Tepi luka rata
 Jembatan jaringan ( - )  Sudut luka tajam, sisi tumpul kurang tajam
 Memar/lecet di sekitarnya ( - )  Rambut ikut terpotong pada sisi tajam
 Memar/lecet di sekitarnya ( + ) bila sampai  Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar,
pangkal pisau aberasi
 Panjang < dalam luka
LUKA AKIBAT BENDA TUMPUL
Identifikasi Senjata pada LUKA TUSUK: BENDA TUMPUL :
1. Panjang Luka : ukuran maksimal dari lebar senjata - Tidak bermata tajam
2. Dalam luka : ukuran minimal dari panjang senjata - Konsistensi keras / kenyal
 DADA (Stabil) - Permukaan halus / kasar
 Perut sangat elastis → tidak dapat diambil kesimpulan SEBAB KEMATIAN :
panjang senjatanya  Kerusakan organ vital
Contoh: Korban ♂, luka tusuk di dada, panjang luka 5 cm,  Perdarahan
dalam luka 20 cm.  Shock
a. Pisau panjang 20 cm lebar 7 cm  Thrombosis
b. Pisau panjang 25 cm lebar 3 cm  Emboli
c. Pisau panjang 15 cm lebar 3 cm  Infeksi / sepsis
Luka tusuk bunuh diri Luka Iris pada CARA KEMATIAN :
Pembunuhan - Tersering kecelakaan
Lokasi luka pada alat tubuh Lokasi luka sembarang - Pembunuhan
penting tubuh yang dapat tempat → tidak mungkin
- Jarang bunuh diri
dicapai korban sendiri. : dicapai tangan korban
Pembagian Menurut Ukuran tubuh yang terkena
dada, perut
1. Localized: Sebagian kecil tubuh; Benda dengan luas
“Luka Iris Percobaan” (+) “Luka Iris relative kecil
luka tusuk bergerombol Percobaan”/tentative stabs a. Serangan Manusia: ditinju, dipukul kayu;
dekat dengan luka tusuk (–) b. Serangan Hewan: ditendang kuda, tertindih
utama dengan kedalaman binatang
yang berbeda c. Tabrakan, jatuh
“Luka Tangkisan” (-) “Luka Tangkisan” (+) 2. Generalized: Seluruh / sebagian besar tubuh
Jumlah luka fatal biasanya Jumlah luka bisa lebih dari - Terlempar: Kecelakaan Lalu Lintas (KLL), terjatuh
satu satu dari tempat tinggi → trauma direct (tempat
Pakaian robek (-) → Pakaian robek (+) kontak) dan indirect (bukan tempat kontak)
disingkirkan dahulu - Tergilas/tertindih: KLL, tertimpa bangunan →
Trauma direct
Cadaveric spasm pada Cadaveric spasm (-)
- Terkoyak: KLL → Kekerasan Tangensial
tangan yang memegang
senjata Pembagian MENURUT JARINGAN/ORGAN YANG TERKENA
1. KULIT : - Luka Lecet (abrasion)
III. LUKA BACOK - Luka Memar (contusion)
Luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam - Luka Robek (laceration)
atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan 2. KEPALA : - Tengkorak
disertai tenaga yang cukup besar - Intracranial: Selaput Otak, Otak
Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal 3. LEHER dan TULANG BELAKANG
Ciri LUKA BACOK : 4. DADA : - Tulang
 Luka biasanya besar - Organ dalam dada
 Pinggir luka rata 5. PERUT : - Organ Parenchym
 Sudut luka tajam - Organ berongga
 Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada 6. ANGGOTA GERAK :
tulang, dapat memutuskan bagian tubuh yang - tulang, sendi
terkena bacokan - Jaringan lunak
Kekerasan Benda Tumpul Pada Kulit
I. LUKA LECET 4. Biru kehijauan → coklat → menghilang 1- 4 minggu
Luka akibat kekerasan benda yang bepermukaan kasar III. LUKA ROBEK
sehingga epidermis sebagian / seluruh lapisannya kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit
hilang. - Mudah terjadi pada kulit yang ada tulang di
- Benda kasar : terseret di jalan aspal bawahnya
- Tali tampar : gantung diri - Biasanya pada penyembuhan, meninggalkan
- Benda runcing : duri, kuku jaringan parut
- Meninggalkan bekas : ban mobil Cara terjadi
Ciri – ciri luka lecet A. Persentuhan dengan benda keras pada kulit di atas
- Sebagian / seluruh epitel hilang tulang. Contoh: kepala membentur meja. → luka
- Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering retak: luka pada kulit daerah tubuh yang ada
(crusta) tulang tepat di bawahnya: kepala, tulang kering
- Reaksi radang → timbunan sel PMN CIRI - CIRI LUKA IRIS LUKA RETAK / robek
- jaringan parut (-), biasanya
Ante mortem Post mortem 1. Tepi luka Rata Tak rata
2. Sudut luka Lancip Tak lancip
Coklat kemerahan → Mengkilap, kekuningan
3. Jembatan Jar (-) (+)
eksudasi 4. L.Memar sekitar (-) (+)
Mikroskopis: sisa2 Mikroskopis: epidermis 5. Rambut Terpotong Tdk Terpotong
epithelium & tanda-tanda terpisah sempurna dari 6. Lokalisasi Dimana- Daerah yg di bwh
intravital (+) dermis & tanda-tanda mana ada tulang
intravital (-)
Pada penonjolan tulang, B. Persentuhan dengan arah miring/tangensial
umumnya dengan benda kasar → merobek kulit → luka lecet
Umur luka lecet dan luka memar di tepinya, biasanya. pada kepala,
1. Hari 1 – 3 : coklat kemerahan → eksudasi darah & wajah, ekstremitas, sering.
cairan lymfe C. Persentuhan dengan benda berputar contoh: roda
2. Hari 2 / 3 : pelan2 bertambah suram dan lebih → luka robek sirkuler
gelap D. Patah tulang → menembus kulit
3. 1 – 2 minggu: pembentukan epitel baru Kekerasan Benda Tumpul Pada Kepala
4. Beberapa minggu: penyembuhan lengkap 1. TENGKORAK :
II. LUKA MEMAR - Fraktur Basis Cranii
kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah Gejala:
(kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan
- Keluar darah dari mulut, hidung, telinga
sekitarnya, kulit tidak perlu rusak, menjadi bengkak,
- Brill hematoma: pendarahan di sekitar bola mata
berwarna merah kebiruan.
→ atap bola mata patah
Mudah pada kulit tipis dan mempunyai jaringan lemak di
- Fraktur Calvaria
bawahnya
Bentuk fraktur:
LUKA MEMAR LEBAM MAYAT
A. Fraktur linier / fissure: garis tunggal dimulai dari
1. Di sembarang tempat 1. Bagian tubuh yang tempat trauma dan menjalar
2. Pembengkakan (+) terendah B. Fraktur compositum: garis fraktur lebih rumit dari
3. Tanda Intravital (+) 2. (-) fraktur linier. Rekrontuksi urutan pukulan: garis patah
4. Ditekan tidak 3. (-) tulang yang kedua berhenti pada garis patah tulang
menghilang 4. Menghilang pertama
5. Diiris: tidak menghilang 5. Diiris: dibersihkan dengan C. Depressed fraktur: impresi bentuk penampang senjata
kapas  bersih D. Ring fracture: tulang sekitar foramen magnum, jatuh
Umur Luka memar: umur pasti sulit ditentukan dari atas kepala atau jatuh dari atas tumit.
1. Pembengkakan 2. OTAK :
2. Merah kebiruan - Contusio Cerebri
3. Hari 1-3 : biru kehitaman
Perdarahan-perdarahan kecil di daerah SUBSTANTIA ALBA -a. Meningica Media (tersering)
dan SUBSTANTIA GRISEA. -a. Meningica ant, a. Meningica post, Sinus Lateralis
- Laceratio Cerebri (jarang)
Kerusakan jaringan otak (white and grey mater) disertai Jumlah yang mematikan kurang lebih 125 gram.
robeknya ARRACHNOID. Ada : “PERIODE LATENT”
2 macam : Pada anak-anak/bayi : jarang dapat terjadi Epidural
1. Direct Laceration (Coup) → sisi trauma Haemorrhage → duramater masih melekat pada tulang
- Fraktur tengkorak → tepi2nya merusak arachnoid Incidence → 20 -40 th
dan jar. Otak, kadang2 (tidak selalu) duramater ikut - Sub dural Haemorrhage
robek
Perdarahan di bawah selaput tebal otak
- Sering: parietal, temporal
2. Countre Coup Laceration → berlawanan sisi trauma Mekanisme terjadinya :
- Benturan → acelerasi + decelerasi → Oscilasi 1. Laceratio jaringan otak & arachnoid
(getaran) otak → membentur duramater sisi yang 2. Pecahnya P.darah di permukaan otak
berlawanan 3. Perlukaan kembali dari lacerasi lama
- kepala dalam keadaan bergerak / kepala bebas 4. Fraktura daerah parietal dan temporal yg merobek
bergerak duramater dan meningica media
- Sering: parietal dan occipital Jumlah perdarahan yang mematikan + 60 gram
- Kelainan counter coup > coup
- Sub arachnoid Haemorrhage
Perdarahan di bawah selaput laba-laba otak. → V. Cerebri
- Oedema Cerebri superior
Tanda-tandanya : Tipe ringan primer: bercak pada daerah parieto occipital
- Permukaan gyri menjadi lebih rata uni/bilateral, tepi posterior cerebellum, daerah vermis.
- Sulci menjadi lebih dangkal Trauma berat: pendarahan menyeluruh
- Otak bertambah berat Dapat diakibatkan karena :
- Ventrikel-ventrikel mengecil 1. Trauma
- Karena adanya kompresi → bekas cetakan 2. Penyakit/spontan  pecahnya ANEURYSMA CIRCULUS
‘Foramen Magnum’ pada Cerebellum bagian WILLISI
bawah
- Mikroskopis terdapat timbunan cairan intra Kekerasan Benda Tumpul Pada Leher dan tulang belakang
cellular, peri cellular, dan peri vascular
Leher:
- Commotio Cerebri
- local: pendarahan dalam otot atau patah tulang2 leher
Gangguan fungsi otak akibat trauma kepala, tanpa dapat
Sebab kematian:
ditentukan kelainan anatomisnya pada otak.
1. Shock berat
gejala :
2. Laryngeal spasme
1. Pingsan : sebentar s/d 15 menit 3. Vagal reflex
2. Muntah 4. Robekan trachea/larynx → empysema meluas ke
3. Amnesia leher dan mediastinum → asphyxia
4. Pusing kepala - Generalized: robekan larynx, trachea, oesophagus,
5. Tidak ada kelainan neurologi otot, saraf, pembulkuh darah
Sebab kematian:
3. SELAPUT OTAK : 1. Shock
- Epidural Haemorrhage 2. Infeksi sekunder
3. Obstructive asphyxia
Perdarahan di atas selaput tebal otak
Tulang belakang
Penyebabnya : Fraktura tengkorak yang merobek
Pembuluh Darah di luar duramater → Darah merembes di Langsung → fraktur / luxation pada sisi trauma
antara tulang dan duramater → membeku → Timbul gejala Tidak langsung → fraktur / dislokasi akibat tarikan /
kompresi otak. tekukan
Kekerasan Benda Tumpul Pada Dada
1. Tulang
A. Tulang iga
- Transverse fracture → trauma langsung
- Oblique fracture → crushing (terjepit), bending
(tertekuk), grinding (tergilas)
Kematian:
- Shock
- Hematothorax
- Pneumothorax
- Deformitas dada → ateclasis dan secondary
pneumonia
- Sepsis → abses dinding dada
B. Sternum
- Patah tulang manubrium → benturan depan
dada
- Fractura sternum di antara costa 2-4 →
kekerasan tidak langsung
- Robekan pericardium atau jantung
C. Scapula: jarang terjadi
D. Clavicula:
- dislokasi sendi di sternum atau acromion,
- tidak menyebabkan kematian
- langsung atau tidak langsung
2. organ dalam dada
- lepas dari fixasi
- chrushed/contused
- robek
- pecah / burst open
- lacerasi akibat costa yang patah
A. pericardium
- robek akibat patah tulang costa atau sternum
- robek pada samping akibat tekanan pada sisi dada
B. jantung → kerusakan hebat

C. paru-paru
D. diafragma

Kekerasan Benda Tumpul Pada Perut


Kekerasan Benda Tumpul Pada Ekstrimitas
Luka Tembak 1. CONTACT ENTRY BALLISTIC WOUND / LUKA
BALLISTIC TRAUMA VICTIM EXAMINATION TEMBAK KONTAK : Hard Contact Entry Ballistic
1. Pengamanan dan pengumpulan barang bukti Wound ; Soft Contact Entry Ballistic Wound
2. suatu luka tembak 2. CLOSE RANGE ENTRY BALLISTIC WOUND / LUKA
TEMBAK JARAK DEKAT
3. luka tembak masuk dan keluar
3. DISTANT RANGE ENTRY BALLISTIC WOUND / LUKA
4. Jumlah dan lokasi luka pada pakaian/tubuh
TEMBAK JARAK JAUH
5. jarak dan arah/sudut tembakan
• EXIT BALLISTIC WOUND / LUKA TEMBAK KELUAR
6. Jumlah tembakan
7. Tanda khas bunuh diri, pembunuhan, kecelakaan
CONTACT ENTRY BALLISTIC WOUND
8. luka yang fatal
o Skin to muzzle barrel range : 0 cm, pressure
9. Mencari anak peluru/gotri dan benda asing lainnya included in hard contact
dari tubuh korban
o Wound shape : circle, oval if it angled shot, star-
10. Pemeriksaan khusus: sidik jari, golongan darah, shape/torn if there is bone under the skin
histo patologi
o Wound edge : contusion ring, burnt tissues & hair,
11. VISUM ET REPERTUM soot, tattooage/stippling, stippling can be
embedded in subcutaneus tissues & inside the
Pemeriksaan TKP : Menentukan Cara Kematian wound, muzzle imprint
1. Mengamankan Barang Bukti Wound colour : pinkish-red (CO)
2. Mendokumentasikan Hasil Pemeriksaan CLOSE RANGE ENTRY BALLISTIC WOUND
3. Mengumpulkan Barang Bukti o Skin to muzzle barrel range : < 60 cm
4. Memberi Petunjuk pada Penyidik o Wound shape : mostly oval
o Wound edge : contusion ring,
Pemeriksaan Luka Tembak : Menetukan Mekanisme & burnt tissues & hair in range < 15 cm, soot in range < 30
Penyebab Kematian cm, tattooage/stippling in range < 60 cm
1. Jumlah Luka Tembak DISTANT RANGE ENTRY BALLISTIC WOUND
2. Luka Tembak Masuk & Keluar o Skin to muzzle barrel range : > 60 cm
3. Tipe Luka Tembak Masuk : Kontak/Dekat/Jauh o Wound shape : mostly oval,
4. Lokasi Luka Tembak circle in sniper shot
5. Sudut & Arah Tembakan o Wound edge : contusion ring
6. Pengeluaran Anak Peluru
7. Perkiraan Tipe Senjata Api STEPS IN BALLISTIC TRAUMA EXAMINATION
FIREARM PROJECTILE EFFECT 1. COMPLETE PICTURE & DOCUMENT OF THE ENTIRE
1. Flame Effect : Burnt / Efek Nyala Api : Luka Bakar PROPERTIES & BODY
2. Smoke Effect : Soot / Efek Asap : Jelaga 2. COLLECT SAMPLE TO EXECUTE PARAFFIN TEST
3. Ammunition Effect : Tattooage/Stippling / Efek 3. COLLECT SAMPLE TO EXECUTE FIRING TEST (THE
Mesiu : Tatoase PROJECTILE)
4. Metal Effect : Fouling / Efek Metal : Fouling 4. CLEAN THE BODY
5. Barrel Effect : Muzzle Imprint on Ballistic Contact 5. COMPLETE PICTURE & DOCUMENT OF THE ENTIRE
Entry Wound / Efek Moncong Laras : Cetakan BODY AGAIN
Moncong pada Luka Tembak Masuk Kontak 6. X-RAY EXAMINATION
6. Projectile Effect : Ballistic Entry & Exit Wound / 7. BALLISTIC ENTRY & EXIT WOUNDS
Efek Anak Peluru : Luka Tembak Masuk & Keluar DETERMINATION
BALLISTIC TRAUMA CLASSIFICATION / KLASIFIKASI LUKA 8. TYPE OF ENTRY WOUNDS
TEMBAK 9. LOCATION OF BALLISTIC WOUNDS
• ENTRY BALLISTIC WOUND / LUKA TEMBAK MASUK 10. ANGLE & DIRECTION OF SHOTS
: 11. PROJECTILES EXTRACTION
12. LOCATION OF WOUNDS HAVE TO BE PRECISELY • Determine The Direction & Angle Of
MEASURE WITH AXIS, ORDINATE, & FROM Shot/Menentukan Arah & Sudut Tembakan
CALCANEUS TO DETERMINE THE DIRECTION AND • Determine The Range Of Shot/Menentukan Jarak
ANGLE OF SHOT Tembakan
• Document Safe Keep/Penyimpanan Dokumen
DIFFERENCE BETWEEN SUICIDAL & HOMICIDAL GUN SHOT
WOUND PARAFFIN TEST/TES PARAFIN : DERMAL NITRATE
TRAITS SUICIDAL HOMICIDAL TEST/TES NITRAT KULIT : DIPHENYLAMINE TEST/TES
DIPHENYLAMINE
To test whether there is residue of nitrate from the gun
Site Of Entry Head, Heart, Anywhere/Di Mana powder from fired gun on the hand that pull the firearm
Wound/Lokasi Mouth/Kepala, Saja
trigger/Untuk menentukan apakah ada sisa mesiu dari
Luka Masuk Jantung, Mulut
senjata yang ditembakkan pada tangan yang menarik
Shot Contact, Any Range/Jarak pelatuk  can be false +, it is consider to be obsolete test
Distance/Jarak Close/Kontak, Mana Pun now-a-day
Tembak Dekat

Direction/Arah Upward, Forward, Usually


Backward/Ke Atas, Upward/Biasanya
Ke Depan, Ke Ke Atas
Belakang

Number One/Satu One To Many/Satu


/Jumlah Hingga Banyak

Hand Pressing Gun Powder None/Tidak


Trigger/Tangan Residue Terdapat
Yang Present/Terdapat
Memegang Residu Bubuk
Pelatuk Mesiu

Position Of At The Scene/Di Not At The


Weapon/Posisi Lokasi Scene/Tidak Ada Di
Senjata Lokasi

Scene Of At One House/Di Any


Crime/TKP Rumah Seseorang Place/Sembarang
Tempat NEUTRON ACTIVATION ANALYSIS/ANALISIS AKTIFASI
NEUTRON :
Motive/Motif Insanity, Incurable Fudes, Revenge,
• To identified holes on properties/Identifikasi
Illness, Financial Robbery/Pertikaian,
Loss, Unbearable Balas Dendam, lubang di pakaian
Mental Perampokan • Determine range of shot/Menentukan jarak
Pressure/Kejiwaan, tembakan
Sakit Yang Tidak • Determine the projectiles from the Pb
Dapat level/Menentukan anak peluru dari kadar Pb
Disembuhkan,
Kegagalan • Determine whether one had fired gun from Pb,
Keuangan, Antimoni, & Barium/Menentukan apakah
Tekanan Mental seseorang telah menembakan senjata dengan
Berat deteksi Pb, Antimony, dan Barium pada tangan
PROJECTILE EXAMINATION/PEMERIKSAAN ANAK PELURU
RADIOLOGY EXAMINATION/PEMERIKSAAN RADIOLOGI : :
• Locate The Projectiles/Menemukan Anak Peluru • Graphic Documentation/Dokumentasi Visual
• Determine The Amount Of Projectiles/Menentukan • Weight & Diameter Documentation/Pencatatan
Jumlah Anak Peluru Berat & Diameter
• Caliber Determinant/Penentuan Kaliber • Semi Auto
• Scratch Examination/Pemeriksaan Goresan • Auto
• Firing Test/Tes Firing  Determine Range Of
Shot/Penentuan Jarak Tembakan & Firearm BULLET = PROJECTILE FROM RIFFLED/GUNS & PELLET =
Identification/Identifikasi Senjata Api PROJECTILE FROM SMOOTH BORED/SHOTGUNS
HOW TO EXTRACT THE PROJECTILE/
BAGAIMANA CARA MENGAMBIL ANAK PELURU :
Preparation/ Persiapan : Gloves, Scalpel/Lancet
Extraction/ Pengambilan :
• Small incision next to skin mound/ Pengirisan kecil
di sebelah gundukan kulit (not on top of the
mound)
• Push the bullet/pellet out with both thumbs or
index finger/ Dorong anak peluru dengan kedua
ibu jari atau jari telunjuk
• Do not use any sharp equipment in projetile direct
extraction/ Jangan menggunakan peralatan tajam
pada pengambilan langsung anak peluru
HOW TO SEND THE PROJECTILE TO FORENSIC
LABORATORY/BAGAIMANA CARA MENGIRIM ANAK
PELURU KE LABFOR :
• Inscription On Projectile With Number , Date,
Initial & Not To Damaged The Marking/Inskripsi
Pada Anak Peluru Dengan Nomor, Tanggal, Initial &
Tidak Merusak Goresan Yang Perlu Untuk
Identifikasi
• Cotton Wrapped/Bungkus Dengan Kapas
• In To A Cardboard & Wrapped
Accordingly/Masukkan Dalam Kotak Karton Dan
Bungkus Rapi
• Bundle The Box, Labelling , & Seal/Ikat Kotak, Beri
Label, & Segel
• Made Bundling Report/Buat Berita Acara
Pembungkusan
CLASSIFICATION OF FIREARM :
FROM BORE/INNER SURFACE OF BARREL :
1. RIFFLED/GUNS
2. SMOOTH BORED/SHOTGUNS
1. Guns-from Velocity :
• Low Velocity : Revolver
• Medium Velocity : Pistol
• High Velocity : 3not3
2. Shotguns :
• Single Barrel
• Double Barrel
• Slide Action
• Liver Action
• Bolt Action
• Pump Action
Luka Thermik  keracunan akut gas CO / gas toksik lainnya.
Trauma thermic yang terjadi baik pada suhu tinggi maupun Pada korban yang meninggal karena keracunan gas CO →
suhu rendah saturasi COHb dalam darahnya dapat sampai 40% - 60%.
Trauma thermik terdiri dari :
1. Hyperthermis Gradasi luka bakar
2. Hypothermis – Luasnya area yang terbakar
Hyperthermis – Tinggi rendahnya temperatur/panas yang membakar
Kematian karena luka bakar biasanya terjadi karena tersebut → kedalaman luka bakar
kecelakaan. →semua golongan umur, orang tua dan anak- – Lamanya kontak dengan kulit.
anak (lebih sering).
Rule of Nine dari Wallace
pembunuhan dan bunuh diri.
- Permukaan kepala dan leher 9%
Klasifikasi luka bakar:
1. Luka bakar thermis - Permukaan dada 9%
2. Luka bakar kimia - Permukaan punggung 9%
3. Luka bakar listrik - Permukaan perut 9%
Luka bakar thermis: kelainan akibat kontak permukaan luar - Permukaan pinggang 9%
dan dalam tubuh dengan panas fisik - Permukaan extremitas atas kanan 9%
Penyebab luka bakar thermis ada 2 yaitu : - Permukaan extremitas atas kiri 9%
1. Luka bakar oleh panas kering (burns/dry heat) - Permukaan extremitas bawah kanan 18%
misalnya : - sinar matahari - Permukaan extremitas bawah kiri 18%
- Nyala api
- Permukaan alat kelamin 1%
- Benda padat yang panas
2. Luka bakar oleh panas basah (scalds/moist heat)
Patofisiologi korban luka bakar :
1. Sembuh tanpa bekas
luka bakar erythema / vesikel & kerusakan jaringan bawah
kulit (-).
2. Sembuh dengan bekas (jaringan parut)
kerusakan seluruh tebal kulit & kerusakan jaringan bawah
kulit.
3. Berakhir dengan kematian.
perubahan-perubahan yang terjadi pada korban luka
bakar:
“Rule of nine” DEWASA
 Panas  permeabilitas kapiler darah ↑ → cairan
Modifikasi “Rule of nine” pd anak-anak
tubuh {air, elektrolit (Na & Cl), protein} akan keluar
dari jar. Intravask.  jar. interstitial.
 Untuk 1 % luas luka bakar  maka cairan tubuh
yang keluar ke interstitial = 0,5 - 1 % dari blood
volume.
 Bila blood volume hilang sampai 20 %  tekanan
darah ↓ → cardiac failure →shock
 panas  Erytrocit rapuh dan pecah.
 akut renal failure oleh karena : Shok & timbunan
Hb dari pecahnya eritrosit
 Cortison release meningkat.
 curling ulcers pada lambung & akut
dilatasi/paralise usus.
 Rasa nyeri yang hebat → neurogenic shock
 Udara panas/sangat panas yang terhirup → larynx
oedema  asphyxia.
Tingkat luka bakar menurut Boyer (1814) : b.Dewasa -luka bakar Tk II (15-30)%
1. Tingkat I : hanya mengenai epidermis. -luka bakar Tk III (2-10)%
2. Tingkat IIa : superficial, mengenai epidermis & lapisan III.Ringan
atas corneum. a.Anak-anak -luka bakar Tk II < 10%
3. Tingkat IIb : Dalam, mengenai epidermis dan lapisan -luka bakar Tk III < 2%
dalam corneum. b.Dewasa -luka bakar Tk II < 15%
4. Tingakat III : mengenai seluruh tebal kulit, subcutan, -luka bakar Tk III < 2%
otot dan tulang.
PEMERIKSAAN KEMATIAN PADA KORBAN LUKA BAKAR.
Pemeriksaan pada (TKP).
– Menentukan apakah korban masih hidup atau sudah
meninggal.
– Menentukan perkiraan saat kematian.
– Menentukan sebab/akibat dari luka bakar.
– Membantu mengumpulkan barang bukti.
– Menentukan cara kematian
Menentukan sebab/akibat dari luka bakar.
a.Luka bakar oleh cairan ( scalds)
-derajat I : hyperemia
-derajat II : vesikula
b.Luka bakar kering ( dry heat )
Bisa derajat I sampai IV, tergantung dari tingkat panas dan
lama kontak, kemerahan sampai dengan hangus.
Cara kematian pada luka bakar
Tk. Luka
bakar
Klinis Tusukan jarum  Kecelakaan : sering
 Pembunuhan : jarang
I Hyperemia Hyperaesthesia  Bunuh diri : jarang
II.A Basah, Bulla (+) Hyperaesthesia Untuk menentukan cara kematian korban perlu
diperhatikan bbrp hal:
Basah, Bulla, 1. Penyakit yg mungkin menimbulkan kecelakaan.
II.B Hypoaesthesia
keputihan
2. Keadaan barang barang disekitar korban.
III Kering, putih, hitam Aesthesia 3. Adanya tanda kekerasan yg lain.
Sebab kematian pada luka bakar
Pembagian gradasi luka bakar (American College of Syok - hipovolumik ( gangguan cairan tubuh )
Surgeon) - Neurogenik
I. Kritis. 2.Kegagalan saluran pernapasan
a. Anak-anak : - luka bakar Tk.II>15% menghisap udara panas -oedema larynx,laringospasme
- luka bakar Tk.III>10%  asphyxia
b. Dewasa : - luka bakar Tk.II>30% 3.Keracunan CO atau gas toksik lain akibat bahan yang ada
di lokasu yang terbakar
- luka bakar Tk III>10%
Wool / sutra → ammonia atau HCN
c. Luka bakar Tk III pada tangan,kaki,wajah atau yg
memberi komplikasi pada trac.respiratorius / ada fraktura Nitrocellulose film dan bahan2 kulit imitasi → N02 & NO4
tulang. 4.Ulcus curling
5. Infeksi -- Pseudomonas, sepsis, pneumonia
II. Sedang 6.Gagal ginjal akut
a.Anak-anak: -luka bakar Tk II (10-15)%
-luka bakar Tk III ( 2-10)%
 Dehidrasi - hemokonsentrasi- gangguan  akut :
vaskularisasi glomerulus- ischemic ginjal-- -kulit warna merah kebiruan ok capillary congestion dan
irreversible keradangan ringan
 Kerusakan tubulus ginjal karena penumpukan  khronic :
myoglobin( necrosis otot masive) dan pigmen - nodule yg kemerahan
hemoglobin ( hemolisis eritrocyte )
- ulcerasi
OTOPSI KORBAN LUKA BAKAR
- hemorhage
- Kelainan bisa mengenai seluruh organ.
- jaringan parut
- Pada pemeriksaan luar : terdapat kelainan pada kulit tgt
Derajat:
derajatnya,bisa juga tjd heat stiffening,sedang lebam
mayat kadang2 sukar dilihat. Derajat I: hipertermi & edema
-Pada pemeriksaan dalam : tidak ada kelainan yg Derajat II: nekrosis kulit sampai subcutis
patognomonis. Derajat III: nekrosis kulit sampai subcutis, nyeri dan bila
sembuh → keropeng
- Perlu dilakukan pemeriksaan saluran nafasnya,adakah
tanda2 jelaga. Derajat IV: kerusakan seluruh jaringan
HEAT STROKE
 Terjadi :
 dibawah terik matahari
 diruangan yg panas dan tidak
ada ventilasi
 Gejala :
- dapat pingsan dengan tiba2 atau didahului dgn panas,
pusing, menguap, bintik kemerahan pada kulit
- keluar keringat yg banyak
- kemudian korban jatuh dalam keadaan circulatory collaps
sbg akibat dilatasi pembuluh darah perifer dan kegagalan
central
- korban tidak sadar dan dapat meninggal
HYPOTHERMIS
-Systemic hipothermi
-Local hypothermi
Suhu kritis bagi manusia 27 derajat Celcius
Pada suhu 25-28 derajat Celcius → fibrilasi ventrikel.
1.SYSTEMIC HIPOTHERMI
-bila suhu kurang dari 35 derajat C
-situasi yg dapat mempengaruhi :
a.iklim
b.alkohol, obat
c.penyakit
-sebab kematian : fibrilasi ventrikel
-cara kematian : -
-kecelakaan-sering
-pembunuhan, bunuh diri jarang
-hasil otopsi :
-lebam mayat berwarna merah
-kulit berwarna merah agak merah muda
terutama pada anggota gerak
2.LOCAL HYPOTHERMI
Luka Listrik 1) Tanda listrik terkecil sebesar kepala jarum dengan
Arus listrik ialah : warna kemerahan
muatan listrik yang bergerak dari tempat yang 2) Gelembung berisi cairan, seperti kulit yang terkena
berpotensial tinggi ketempat yang berpotensial rendah. api rokok
Arus listrik terdiri dari : 3) Kulit hangus arang, rambut terbakar, tulang
meleleh dengan pembentukan butir kapur (kalk
1. Arus listrik searah (direct current = DC)
parels) – Calcium Phosphat
2. Arus listrik bolak-balik (alternative current = AC) 4) Electric metalisasi - Kawat listrik menguat dan
Tedeschi et.al. menggambarkan bbp variasi aliran arus mengkondesir di jaringan tubuh. panas yg
listrik yg masuk kedalam tubuh korban ditimbulkan sedemikian besar → ion-ion asam
jaringan bereaksi dengan ion-ion logam dari kawat
atau kabel membentuk garam dan menyebar di
jaringan
Pemeriksaan dalam
• Otak → pendarahan kecil-kecil → paling banyak
ventrikel III dan IV
• Jantung → fibrilasi → berhenti pad afase diastole
→ dilatasi jantung kanan
• Paru → edema, congesti, Custer: puncak lobus
salah satu paru terbakar, pneumothorax
• Organ viscera → kongesti yang merata
• Petechie / perdarahan mukosa Tractus GI
CARA KEMATIAN ditemukan pada 1 dari 100 kasus fatal akibat listrik
> Kecelakaan --> paling sering. • hati didapat lesi yang tidak khas
> Pembunuhan / bunuh diri --> jarang. • tulang →tulang mempunyai tahanan listrik yang
SEBAB KEMATIAN besar → aliran listrik → panas → Tulang menjadi
1. Ventrikuler fibrilasi leleh → butiran-butiran calcium phosphat yang
2. Respiratory paralysis menyerupai mutiara atau pearl like bodies.
3. Paralyse pusat pernapasan Pemeriksaan Tambahan
PEMERIKSAAN KORBAN pemeriksaan Patologi Anatomi pada current mark :
1. Pemeriksaan di TKP • Ada bagian sel yg memipih, pengecatan dgn metoxy
2. Pemeriksaan Jenazah : lineosin akan berwarna lebih gelap dari yang normal.
a. Pemeriksaan Luar • Sel2 stratum corneum menggelembung & vacum
b. Pemeriksaan Dalam • Sel dan intinya dari stratum basalis menjadi lonjong
dan tersusun secara pallisade
c. Pemeriksaan Tambahan
• Ada sel yg mengalami karbonisasi dan ada pula bagian
Pemeriksaan di TKP
sel-sel yang rusak dari stratum corneum.
> Langkah pertama kali → mematikan aliran listrik atau
PETIR
menjauhkan kawat listrik dengan kayu kering.
• Petir yang diketahui secara umum adalah pelepasan
> Pastikan korban apakah masih hidup atau sudah
energi potensial atmosfir diantara awan dan awan.
meninggal.
• Sedangkan serangan petir (lightning stroke) adalah
> Bila lebam mayat (-), maka mungkin mati suri dan perlu
pelepasan energi potensial antara awan dan benda
pertolongan segera sampai timbul tanda kematian pasti.
bumi
Pemeriksaan luar :
Faktor-faktor yg mempengaruhi gambaran serangan petir:
Ditemukan luka listrik : Current Mark
1. Efek langsung dr pelepasan energi listrik
- Bentuk oval,
> tanda korban meninggal akibat listrik.
- Warna kuning, coklat keputihan, coklat kehitaman,
abu-abu kekuningan > Tegangan & Intensitas yg tinggi sekali → panas → LUKA
- Dikelilingi daerah kemerahan dan edema → menonjol BAKAR
dari jaringan sekitar
Derajat current mark:
> Pada kulit korban → gambaran pohon gundul /
“arborescent marking” → akibat dilatasi pembuluh darah
perifer.
2. Efek mekanik
> Terjadi oleh karena dorongan udara yang terdesak sekitar
cahaya petir akibat panas
3. Efek kompresi
> Perpindahan udara → suara ledakan.
> Korban dpt terlempar, pakaian menjadi koyak dan kotor
→ mirip gelandangan.
> Luka yg terjadi akibat persentuhan dengan
benda tumpul → abrasio, contusio, lacerasio dan avulsio,
bahkan fraktur ekstremitas.
> Pada kepala dpt terjadi fraktur tengkorak, epidural
bleeding, subdural bleeding, contusio dan lacerasio otak.
Cara kematian
> Pasti kecelakaan.
> Tidak mungkin pembunuhan & bunuh diri.
> perlu diperhatikan pada waktu pemeriksaan korban
adalah apakah korban meninggal karena petir atau bukan.
Luka Kimia As. cenderung berikatan Larutan basa kuat
 2 JENIS LUKA dgn protein  koagulasi menembus dinding sel 
- ASAM [ asam kuat : pH < 2] protein plasma. kelainan intra sel: reaksi
- BASA [ basa kuat : pH > 11.5] Nekrosis koagulasi oleh penyabunan
 TERJADINYA TRAUMA KIMIA protein denaturasi
- Kecelakaan >>>> Koagulasi protein → barrier
yg membatasi penetrasi &
- Pembunuhan <<<
kerusakan lebih lanjut
- Bunuh Diri <<
Luka hanya terbatas pada luka menembus dinding sel
 ANGKA KEJADIAN TERSERING AKIBAT ASAM permukaan luar saja.
ETIOLOGI Kecuali: Asam Hidroflorida,
BAHAN ASAM : BAHAN BASA : → asam lemah yg dgn
- As. Sulfat - Amnomium Hidroksida cepat menembus membran
- As. Hidroclorida [HCl] - Potasium Hidroksida sel
- As. Asetat [CH3COOH] - Sodium Hidroksida Asam kuat bersifat Kulit terkena basa kuat 
higroskopis warna kelabu kekuningan,
- As. Kromat [Cr2O3] - Kalsium Hidroksida
Kulitmenarik air dari menimbul dan licin
- As. Hidroflorida - Magnesium Hidroksida
jaringan kulit mengering
dan mencekung, teraba
kaku,warna coklat
TEMPAT TERJADINYA TRAUMA KIMIA kehitaman (LUKA ETSA)
• DI RUMAH
• TEMPAT KERJA [PABRIK/INDUSTRI] Luka bakar  krusta atau
• SEKOLAH [LABORATORIUM] keropeng
• DLL Kertas lakmus → dapat Kertas lakmusdapat
PRODUK INDUSTRI MENGANDUNG ASAM ditunjukkan reaksi asam ditunjukkan reaksi basa
• As. Sulfat : pembersih toilet- logam, cairan baterai & pada luka yang terjadi pada luka
pupuk
• As. Nitrat : pemurnian logam, pupuk Bila asam kuat masuk Bila basa kuat masuk
• As. Hidrofluorik : penghilang karat, pembersih ban – melalui mulut terjadi melalui mulutterjadi
ubin - kaca, semikonduktor, pendingin & kerusakan sepanjang kerusakan sepanjang
pembuatan pupuk saluran cerna dan dapat saluran cerna, dapat terjadi
timbul perforasi perforasi
• As. Klorida : pembersih toilet - logam, pembuatan
pewarna, pengawetan logam, pemasangan pipa,
pembersih kolam renang & bahan kimia laboratorium CIRI LUKA BAKAR AKIBAT CIRI LUKA BAKAR AKIBAT
• As. Fosfat : pembersih logam, desinfektan, deterjen, ASAM : BASA :
dan pembuatan pupuk - Batas tegas - Batas tegas
• As. Asetat : pewarna, desinfektan - Kering dan keras - Nampak casah/kotor
• As. Format : lem pesawat dan pembuatan selulosa - Edema ringan - Lebih parah
PATOFISIOLOGI LUKA
DERAJAT LUKA AKIBAT BAHAN KIMIA TERGANTUNG :
- Kekuatan & Konsentrasi
- Kuantitas
- Lamanya kontak
- Luas penetrasi oleh bahan kimia
PATOFISIOLOGI BAHAN PATOFISIOLOGI BAHAN
ASAM BASA/ALKALI
DAMPAK TRAUMA KIMIA PADA ORGAN TUBUH
 MATA
- Asam / Basa
- disemprot / disiram pada wajah
- Gejala : ringan – berat [ buta]
 KULIT
- Luka bakar
- Cacat  Scar
- Gejala : gatal, nyeri, pengelupasan, eritema dll
 PARU
- Inhalasi
- Tersering As.Hidrocloric
- Gejala : edema sal. Nafas, gangguan nafas,
keracunan CO (akibat oksidasi Hb)
 SALURAN CERNA
- Tertelan / ditelan
- Deterjen / bhn korosif
- Gejala : nyeri, muntah, luka bakar pada bibir
Barotrauma PATOFISIOLOGI BAROTRAUMA SAAT MENYELAM
DEFINISI: cedera akibat kegagalan utk menyamakan BAROTRAUMA PENURUNAN (squeeze)
tekanan antara rongga berudara pd tubuh dgn lingkungan  Telinga Luar
sekitar. • akibat obstruksi pada telinga luar (ec pemakaian
Terutama → rongga tubuh yg tertutup: tuba esutachius, tudung kepala yg ketat, serumen, penggunaan penutup
telinga tengah, sinus paranasal, atau paru telinga)
 tek.lebih ↑ pd telinga luar tidak dapat diteruskan
ETIOLOGI & KLASIFIKASI langsung ke membrane timpani  tuba eustachius
 Barotrauma dapat terjadi pada keadaan: membuka sehingga udara masuk ke telinga tengah untuk
• Saat menyelam: menyamakan tekanan dari luar telinga
- saat turun ke dalam air (squeeze),  efeknya terjadi bulging membran timpani kearah luar,
dapat terjadi rupture membrane timpani disertai
- saat naik ke permukaan air secara cepat (reverse
perdarahan, swelling dan hematom pada kulit yang
squeeze atau overpressure)
melapisi saluran telinga bagian luar
• Saat penerbangan:
 Telinga Tengah
- pesawat take off (barotrauma ascending)
- Jika penyelam terus turun ke dalam air dgn cepat
- saat landing (barotrauma descending) disertai disfungsi tuba maka akan terjadi
 Berdasarkan letak anatomis : ketidakseimbangan tekanan
1. Barotrauma telinga - Saat menyelam makin dalam, tekanan diluar lingk.
• Barotrauma telinga luar menjadi makin ↑ tuba eustachius yg mengalami
• Barotrauma telinga tengah disfungsi / blockade tidak mampu menyamakan tek. antara
• Barotrauma telinga dalam telinga tengah dgn tek. Lingk.  tek. telinga tengah
2. Barotrauma sinus paranasalis menjadi tek. negatif, shg terjadi ekstravasisasi cairan dari
pembuluh darah mukosa telinga tengah, juga membrane
3. Barotrauma pulmonal
timpani retraksi ke dalam
- Jika terus menurun, selain membrane timpani dapat
BAROTRAUMA TELINGA ruptur sehingga air dapat masuk ke dalam telinga tengah
PROSES PATOLOGIS untuk menyamakan tekanan, dapat pula terjadi pecahnya
 TERSERING telinga tengah  rumitnya fgs tuba pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan ke dalam
eustachius telinga tengah yang juga berfungsi untuk menyamakan
• Δ tek. pd kedalaman 17 kaki di bwh air = Δ tek. pd tekanan.
ketinggian 18.000 kaki di atas bumi  Δ tekanan • Namun barotrauma pada telinga tengah terjadi
Lingkungan tjd lebih cepat pd saat menyelam dibandingkan tidak harus disertai dengan pecahnya membran
dg saat terbang  insidensi barotrauma pada telinga timpani.
tengah pada saat menyelam lebih tinggi • Telinga Dalam:
• Barotrauma telinga tengah terjadi sekitar 30% pada Teori Implosif :
saat menyelam pertama kali dan 10 % pada penyelam ‘ tek. diteruskan dari telinga luar melalui retraksi
yang telah sering melakukan penyelaman membran timpani ke dalam  menyebabkan tulang
 Barotrauma dijelaskan oleh hukum Boyle & Henry pendengaran bergerak menuju telinga dalam pada tingkap
• Hkm Boyle ; “suatu penurunan / peningkatan tek. Lingk. lonjong Tekanan ini diteruskan ke telinga dalam
akan memperbesar / menekan (secara berurutan) suatu menyebabkan pendorongan pada tingkap bundar
volume gas dalam ruang tertutup” atau P1 x V1 = P2 x V2, P
[tekanan] & V [volume] • Jika penyelam melakukan manuver politzer dan tuba
• Jika perbedaan tekanan ~90 mmHg, maka m.tensor veli eustachius terbuka secara tiba-tiba, tek. telinga tengah
palatini yg normal tidak mampu membuka tuba eustachius meningkat dengan sangat cepat dan menyamakan tek.
• Jika perbedaan tekanan mencapai 90 -100 mmHg, maka diluar telinga
bagian kartilaginosa dari tuba eustachius akan sangat  Hal ini menyebabkan tulang pendengaran kembali ke
kolaps tuba eustachius tidak dapat menyeimbangi posisi semula, sehingga tingkap bundar tertarik
perubahan tekanan pada telinga tengah  BAROTRAUMA masuk ke dalam (implosif)
Teori ekslosif
Penyelam tidak dapat membuka tuba eustachius dengan  Gejala : nyeri pada sinus yang terkena dan
manuver politzer  tek. intrakranial terus meningkat pendarahan dari hidung yang berasal dari sinus
selama penyelam melakukan manuver politzer yang terkena
Karena cairan otak berhubungan dengan cairan pada MANIFESTASI KLINIS
telinga dalam, maka tekanan ini akan diteruskan ke telinga Gejala klinis :
dalam  menyebabkan tingkap bundar ataupun tingkap efek pada telinga maupun sinus,
lonjong telinga dalam pecah (eksplosif) sehingga terbentuk
penyakit dekompresi, dan
fistula
emboli gas arteri
BAROTRAUMA SAAT NAIK (reverse Squeeze/overpressure)
 Efek pada telinga:
• Telinga Tengah
• Nyeri pada telinga
Peregangan & ruptur membran timpani dapat
terjadi dan mengakibatkan nyeri yang sama dengan • Rasa tidak nyaman pada salah satu /kedua telinga
squeeze • Penurunan pendengaran ringan
Sebagai tambahan, dapat terjadi facial baroparesis • Rasa penuh pada telinga
dimana peningkatan tekanan mengakibatkan kurangnya  Jika kondisi memburuk dan berlangsung lama:
suplai darah pada nervus facialis. • Nyeri yang ekstrim pada telinga
Dibutuhkan overpressure selama 10 sampai 30 menit • Merasa ada tekanan dalam telinga
untuk gejala dapat terjadi, dan fungsi nervus facialis • Penurunan pendengaran sedang-berat
kembali ke • Tinitus
normal setelah 5 - 10 menit setelah penurunan • Pusing (vertigo)  akibat terbentuk fistula labirin pada
overpressure barotrauma telinga tengah tipe eksplosif atau akibat
PATOFISIOLOGI BAROTRAUMA SAAT PENERBANGAN masuknya air ke telinga bagian dalam setelah ruptur
BAROTRAUMA PENERBANGAN SAAT TAKE OFF membran timpani
• Keluar darah/cairan dari telinga  akibat membran
• atau Barotrauma ascending timpani ruptur
• Saat lepas landas, tek. udara di atmosfir ↓[neg.] & Penyakit dekompresi atau Decompression Sickness (DCS)
gas dalam telinga tengah mengembang sesuai dgn  Karena terbentuknya gelembung udara akibat
hukum Boyle. perubahan tekanan yang cepat (hukum Henry),
 Jika tuba eustachius tidak terbuka, maka tek. dalam
telinga tengah menjadi ↑ [positif] relative shg membran dimana gelembung udara tersebut dapat beredar ke
timpani akan terdorong keluar (bulging) bagian tubuh manapun sehingga menyebabkan berbagai
BAROTRAUMA PENERBANGAN SAAT LANDING penyakit.
Penyakit dekompresi ada 2 tipe.
• Atau Barotrauma descending Tipe I : berupa nyeri di otot dan sendi dan pembengkakan
• Pada saat pesawat hendak mendarat, tek. kelenjar getah bening.
atmosfer di lingkungan ↑ scr cepat shg vol. telinga Tipe II : memiliki gejala yang serius dan mengakibatkan
tengah menjadi ↓ [negatif] kematian dengan manifestasi pada sistem pernapasan,
kardiovaskular dan yang tersering penurunan saraf perifer
• Tuba eustachius yg edema saat terjadi infeksi
mencegah aliran udara ke telinga tengah  dan saraf pusat.
menyebabkan retraksi membrane timpani ke
dalam, dan pembuluh darah pada telinga tengah
dapat ruptur dan mengalami perdarahan kemudian
menyebabkan hemotimpanum.
• Hal ini dapat berlangsung hingga berhari-hari.
BAROTRAUMA SINUS PARANASALIS

 Terjadi bila jalan yg menghubungkan sinus &


ruangan lainnya tertutup krn mukosa maupun
jaringan
Asphyxia • Wajah pucat – tenang; Oedema – cyanosis
Bahasa: (-); petichie – congesti (-); reflek
 Greek: “Pulseless” = “Absence of pulse” pengosongan (-)
 Generelized hypoxia
 Mati lemas (Bahasa indonesia) PERUBAHAN ANTE – POST MORTEM
Definisi: FISIOLOGIS
Keadaan Kekurangan Oksigen karena terganggunya saluran 1. Struggle
pernapasan 2. Quiescence
3. Convulsion : 2 mt
GANGGUAN OXYGENASI = HYPOXIA/ANOXIA
4. Apnea : 1 mt
 Gangguan transportasi O2 ke paru
 Gangguan supply O2 ke jaringan

Anoxia: kegagalan oksigen mencapai sel-sel tubuh


Hypoxia: Kegagalan sel melangsungkan metabolisme yang
effisien
1. HYPOCIX Hypoxia
• Kegagalan O2 mencapai paru
• Intra luminal
BIOKIMIA
• Ekstra luminal
↓ O2
2. ANEMIC Hypoxia
↑ CO2
• Kegagalan darah angkut O2
↓ PK
3. STAGNAN Hypoxia
↑ Blood sugar mt
• Kegagalan sirkulasi darah
 PATHOLOGIS
4. HISTOTOXIC
• Kegagalan sel manfaatkan O2
1. CYANOSIS
• Ekstra seluler
 Kulit & mukosa Dark blue  Akibat kurangnya
• Peri seluler
oksigen darah
• Substrat
 Min 5g/100 ml reduced Hb / deoksihemoglobin
• Metabolit
 Signifikans (< 24 jam) Hypoxia  Asphyxia
MEKANISME KEMATIAN ASPHYXIA
 Mati wajar  Coronary insufficiency
• Cerebral Hypoxia
2. CONGESTION
• Mekanisme paling sering  penekanan V.
 Pembendungan sistemik  Wajah, paru
Jugularis
 Kurangnya tekanan oksigen  dilatasi kapiler 
• Kematian dalam beberapa menit
Pathology  Hypoxic  shock  mati wajar
• Hypoxic Hypoxia
• Mekanisme paling sering pada hanging 
penekanan os. Hyoid  penekanan
pharing dan laring  gangguan O2
• Cardia Rhytmia
• Penekanan >> sinus caroticus  vagal
reflek  brady cardi  Cardiac arrest
3. OEDEMA  MEKANIK
 Wajah, lidah, laring Gangguan oxygenasi karena faktor phisik
1. Os. Hyioid  Fr. Cornu mayor ‒ Obstruksi respirasi eksternal (Suffocation)
2. Os. Thyroid  Fr. Cornu Superior ‒ Obstruksi respirasi internal (Choking)
3. Os. Cricoid  Fr. Ring shaped ‒ Kompresi leher (Hanging/Garoting)
4. A. Carotid  Tidak sadar Kompresi dada (Traumatic)
5. N. Vagus  Sudden death  reflek inhibition
 Peningkatan tekanan hydrostatik  Venous
Congestion
 Peningkatan permeabilitas vaskuar  Hypoxia

4. PETECHIAE (Tardieu’s Spots)


 Umumnya dibentuk oleh Hipoxia lokal  P intra
kapiler meningkat  congestion venous
 Wajah & leher
‒ Kulit sekitar mata
‒ Conjungtiva
‒ Belakang telinga
‒ Kel Thymus
 Pleura visceralis
 Epicardium
 NON MEKANIK
Gangguan oxygenasi karena faktor fisiologi/kimiawi /proses
5. Fluidity of blood penyakit
 Wajah & leher  >> asphyxial death ‒ Lingkungan (1)
 Aktivitas enzyme fibrinolysin ‒ Toxicologi (7)
 Wajah & leher ‒ Pathologi
‒ Iatrogenic
6. PENGOSONGAN Jantung sisi kiri IV. INVESTIGASI
Tidak spesifik  Preliminary steps
Congestive death lain  P Venous meningkat ‒ Informasi melihat terakhir hidup
‒ Foto dari berbagai angels
‒ Perhatian dokumentasi dari ikatan, simpul
dan barang bukti lain terkait
 TKP
‒ Mati /hidup ?
‒ Saat kematian
‒ Cara kematian
‒ Pengumpulan barang bukti
 PENGUMPULAN BARANG BUKTI
‒ Penerangan yang cukup
‒ Kaca pembesar
‒ Pemindaian flurosense jika ditemukan
bercak dari genetalia
‒ Kumpulkan kuku tangan, rambut yang
tercabut dan pakaian
‒ Photo dan ukur marker ikatan sebelum
II. TAKSONOMI dilepas, pemeriksaan sisa fiber jika perlu
‒ Jatuhnya cairan seminal karena gravitasi 2. Tidak mungkin bunuh diri
bukan indikasi aktivitas sexsual  AUTOPSY
antemortem 1. Memar tekanan ujung jari
‒ Tubuh korban dibersihkan difoto ulang dan 2. Bekas kuku  lecet bulan sabit
pemeriksaan detail
3. Memar di leher dan soft tissue
 MECHANIC ASPHYXIA DEATH
4. Umumnya frakture tulang hyoid atau
I. SUFFOCATION - OBSTRUKSI RESPIRASI EKSTERNAL tulang rawan thyroid
 SMOTHERING /BEKAP
‒ Obstruksi hidumg dan mulut
‒ BURKING 2. GAROTTING/ LIGATURE STRANGGULATION/JERAT
‒ GAGGING/SUMBAT 1. Pengikatan dengan gaya langsung dari
 “OVERLYING”/NINDIH ikatan selain berat badan
2. Tali, kencangkan, tarik
 MEKANISME KEMATIAN :  MEKANISME KEMATIAN :
‒ Hypoxic hypoxia 1. Cerebral hypoxia
 CARA KEMATIAN 2. Hypoxic hypoxia
‒ Kecelakaan : bayi, anak, dewasa, orang tua 3. Cardiac inhibition
‒ Pembunuhan : bayi, anak  CARA KEMATIAN
‒ Bunuh diri : jarang ‒ >> pembunuhan
 AUTOPSY ‒ Bunuh diri
‒ Memar ‒ Kecelakaan
‒ Pucat kebiruan
II . CHOKING – OBSTRUKSI RESPIRASI  AUTOPSY
 Corpus alineum (sedak) 1. Bekas alur jerat  horisontal, uniform,
 Laryng oedema tercetak lecet
 Laryngspasm 2. Bekas jari
MEKANISME KEMATIAN : 3. Memar di soft tissue
 Hypoxic hypoxia 4. Umumnya frakture tulang hyoid,
CARA KEMATIAN perdarahan otot leher
 Kecelakaan : bayi, anak, dewasa, orang tua
 Pembunuhan : bayi, anak 3. HANGING /SUSPENSTION STRANGGULATION /
 Bunuh diri : jarang GANTUNG
AUTOPSY 1. Pengikatan dengan gaya tidak langsung
akibat beban tubuh
 Memar
2. Sexual Asphyxia/auto erotic hanging 
 Pucat kebiruan
Kecelakaan Hanging
II. STRANGULASI – KoMPRESi leher)
 MEKANISME KEMATIAN :
1. THROTTING/ MANUAL STRANGULATION/CEKIK
1. Hypoxic hypoxia
‒ Penggunaan tekanan dari tangan / lengan bawah
2. Cardiac inhibition
‒ Beda cengkeram, beda pola
3. Fracture / dislokasi C2-C3  medula
‒ Perampokan oblongata
 CARA KEMATIAN
 MEKANISME KEMATIAN : 1. >> Bunuh diri
1. Cerebral hypoxia 2. Pembunuhan jarang
2. Hypoxic hypoxia
3. Kecelakaan tidak umum
3. Cardiac inhibition  AUTOPSY
 CARA KEMATIAN 1. Bekas alur jerat
1. >> pembunuhan
2. Memar di soft tissue ‒ >> kecelakaan
3. Frakture tulang hyoid, Tidak umum ‒ Pembunuhan jarang
frakture tulang rawan thyroid  AUTOPSY
4. Distribusi lebam mayat di bawah semua ‒ Tidak ada tanda cedera luar,
alat gerak ‒ Kadang – kadang memar pada dada
 ROPE TENSION REQUIRED TO OCCLUDE TUBULAR ‒ Kerusakan soft tissue (otot pernapasan)
STRUCTURE IN THE NECK ‒ Patah tulang rusuk
Tension (kg) Tension (Lb) iv. DROWNING/IMERSI/TENGGELAM
Structure

Jugular veins 2 4.4  TYPE


a. Dry Drowning
Carotid arteries 5 11 ‒ Aspirasi sampai saluran napas
bawah
Trachea 15 33 ‒ Vagal refflek
‒ Laryngeal spasm
Vertebral arteries 30 66
b. Wet Drowning
Least Tension needed to ‒ Asprasi sampai sistem pernapasan
5-10 11-22 ‒ Tenggelam air tawar
occlude all the neck structures
‒ Tenggelam air asin
Greatest Tension needed to
20-40 44-88 MEKANISME KEMATIAN
occlude all the neck structures
 Vagal refflek
 Hypoxic hypoxia
 Ventricular fibrilasi (air tawar)

 CARA KEMATIAN
‒ Bunuh diri
‒ Kecelakaan
‒ AUTOPSI
‒ Cadaveric spasme ??
‒ Kulit : bleached, washer woman’s, cutis
ancerina, wrinkling
‒ Saluran respirasi : buih di hidung dan
mulut, corpus alineum, perubahan paru
‒ Corpus alineum di GIT
‒ Corpus alineum the hands
‒ Memar bahu, tubuh
 AIR TAWAR
‒ Hipotonic dibanding plasma
III. Traumatic/potitional – KOMPRESI dada ‒ Air ke sirkulasi
‒ Traumatik immobilisasi pada dada yang mengakibatkan ‒ Hemodilusi – hemolysis (Eritrosit lysis)
respirasi berhenti ‒ Hiperkalemia, hiponatremia, hipoklorida
‒ Umumnya terjadi pada kecelakaan lalulintas, bencana ‒ Senitisasasi otot jantung
‒ Tanda aphyxial : kemerah-merahan ‒ Ventricular fibrilasi
‒ Paru besar-ringan, bentuk biasa, merah
 MEKANISME KEMATIAN : pucat, emfisematous, krepitasi ada, busa
‒ Hypoxic hypoxia banyak
 CARA KEMATIAN ‒ Mati dalam 5 mt, 40 ml.kg BB
 AIR ASIN III. pathology
‒ Hypertonik dibanding plasma  Laringitis difteri
‒ Ekstraksi air dari darah ke alveoli  Fibrosis paru
‒ Hemokonsentrasi - Paru menjadi besar  Tumor paru
‒ Hypoxic hypoxia  Oedema glotis
‒ Hipokalemia, hipernatremia, hiperklorida
‒ Mati dalam 5 – 10 menit, 20 ml/kgBB IV. iatrogenic
 DRAWNING TEST
 Getah paru /lonset proef
 Diatome test/destruction test
 Gettler test (kimia darah - Clorida plasma)
 Magnesium plasma
 Durlacher test BJ darah

NON MECHANIC ASPHYXIA DEATH


I. ENVIROMENTAL ASPHYXIA
 Oksigen atmosfer rendah atau tidak ada
 Kapal selam, penyelaman, anasthesia bedah,
pendingin ekspired
 Toksikologi tidak signifikans
 Keadaan mematikan

II. Toxicology
 SUFFOCATION INHALATION
Korban menghisap gas tertentu dalam jumlah berlebihan
sehingga kebutuhan O2 tidak terpenuhui.
 CARA KEMATIAN
 Kecelakaan
 Pembunuhan
 Bunuh diri

 Gas CO
 Kebakaran
 BJ lebih ringan udara
 Lebam mayat merah terang
 Tes Alkakli Dilution
 Gas CO2
 sumur tua, bawah tanah daerah
tambang
 BJ = 1,52X lebih berat dari udara
 Test Ca (OH)2  keruh Ca(CO3)2
 Gas H2S
 industri pemrosesan kulit, selokan
tertutup, septik tank
 BJ = 1,19x lebih berat dari udara
 test Pb Asetat
Tanatologi • Mata  dlm 4 jam  ditetesi Atropin 
ilmu pengetahuan yang mempelajari perubahan- midriasis
perubahan pada tubuh seseorang yang telah meninggal Tanda-tanda kematian yang dapat diperiksa dalam stadium
Fungsi: somatic death :
 Menentukan apakah seseorang benar-benar telah  Hilangnya pergerakan dan sensibilitas.
meninggal atau belum.  Berhentinya pernapasan.
 Menentukan berapa lama seseorang telah  Berhentinya denyut jantung dan peredaran darah.
meninggal.
 Membedakan perubahan-perubahan post mortal Pemeriksaan:
dengan kelainan-kelainan yang terjadi pada waktu  Hilangnya sensibilitas  EEG (electro
korban masih hidup Enchephalograpy).
 Berhentinya pernapasan :
Kapan seseorang dikatakan meninggal ? Fungsi sistem • Auscultatoir : dengan stetoskop didaerah
pernapasan & system peredaran darah Berhenti secara larynx dan didengarkan terus menerus
lengkap dan permanen selama 5 sampai 10 menit.
DECLARATION OF SYDNEY - 1968 • Test dari WINSLOW : Gelas berisi air
 Penentuan seseorang telah meninggal harus diletakkan didaerah epigastrium  bila
berdasarkan atas pemeriksaan klinis, dan bila perlu permukaan air bergerak, berarti korban
dibantu dengan pemeriksaan laboratoris. masih hidup.
 Apabila hendak dilakukan transplantasi jaringan, • Mirror test letakkan sebuah cermin
maka penentuan bahwa seseorang telah meninggal didepan lubang hidung dan mulut, bila
harus dilakukan oleh 2 orang dokter atau lebih, dan cermin menjadi buram, berarti korban
dokter ini bukanlah dokter yang akan mengerjakan masih bernafas.
transplantasi nanti  Berhentinya denyut jantung dan peredaran darah:
• Auscultatoir  stetoskop pada precardial
 dengar terus-menerus selama 5 sampai
10 menit.
• Test MAGNUS : Jari tangan diikat dengan
seutas tali  aliran darah venous (-), tetapi
aliran darah arterial (+),  bendungan
distal dari ikatan  syanotic & pada
daerah ikatan tampak pucat. Sebaliknya
bila tidak terjadi perubahan warna, berarti
peredaran darah sudah tidak ada.
• Test ICARD  dengan menyuntikkan
larutan icard  secara subcutan. Bila
SOMATIC DEATH circulasi masih ada, maka daerah sekitar
 Fungsi pernapasan dan peredaran darah berhenti suntikan berwarna kuning kehijauan.
anoxia yg lengkap dan menyeluruh dalam • Arteri Radialis diincisi. Bila circulasi masih
jaringan. ada, maka darah akan keluar secara
 Akibatnya proses aerobik dalam sel-sel berhenti, pulsatif
sedangkan proses anaerobic masih berlangsung. MATI SURI/APPARENT DEATH
 Beberapa jaringan yg masih dapat hidup terus Terjadi karena proses vital dalam tubuh menurun sampai
selama beberapa waktu al. : taraf minimum untuk kehidupan  klinis sama dengan
• Sel-sel syaraf  masih hidup selama 5 orang mati.
menit. • Terkena aliran listrik atau petir.
• Jaringan otot  3 jam setelah orang • Kedinginan
meninggal masih dpt dirangsang  • Tenggelam
mekanik / elektrik. • Mengalami anestesi yang dalam
• Mengalami acute heart failure
• Mengalami neonatal anoxia  Jenazah dgn posisi telungkup  lebam mayat
• Menderita catalepsy ditemukan pada bagian :
• Dahi, Pipi & Dagu
• Dada
• Perut
Tanda-tanda cellular death : • bagian extensor tungkai
1. Menurunnya suhu mayat (ARGOR MORTIS ).  Kadang-kadang stagnasi darah demikian hebat,
Setelah seseorang meninggal : sehingga pembuluh darah dalam rongga hidung
pecah  perdarahan dari hidung.
 Produksi panas berhenti
 Pada korban yang menggantung  lebam mayat
 Pengeluaran panas berlangsung terus
terdapat pada bagian :
→ suhu jenasah akan turun
• ujung extremitas atas
Dipakai untuk memperkirakan saat kematian
• Ujung extremitas bawah
yaitu dengan memakai rumus berikut :
• genitalia externa (scrotum)
98,40 F – suhu rectal jenasah (0F)1,50F
 4 jam setelah meninggal  hemolysa  pigmen
faktor-faktor yang Kecepatan penurunan suhu jenasah: darah keluar dan masuk ke dalam jaringan
 Suhu Udara sekitarnya  lebam mayat akan menetap.
 Pakaian  Lebam mayat dapat juga ditemukan pada Organ-2
 Aliran udara dan kelembaban. tubuh, misalnya :
 Keadaan tubuh korban • Bagian belakang otak
 Aktifitas. • Bagian belakang paru
 Sebab kematian • Bagian belakang hati
• Bagaian belakang lambung
2. Timbulnya lebam mayat (LIVOR MORTIS ).  Keadaan ini perlu dibedakan dengan keadaan
 Orang meninggal  peredaran darahnya stop  patologis seperti Pneumonia atau lambung yang
timbul stagnasi. mengalami keracunan.
 Gaya gravitasi  darah mencari tempat yang Warna
terendah  mengendap  terlihat bintik-bintik  Lebam mayat  warna merah kebiruan.
berwarna merah kebiruan (LEBAM MAYAT)  Korban yg meninggal krn keracunan CO/HCN 
 Pada umumnya lebam mayat sudah timbul dalam lebam mayatnya berwarna cherry red.
waktu 15 sampai 20 menit setelah orang  Pada korban yang meninggal karena keracunan
meninggal. Nitro Benzena atau Potassium Chlorat  maka
 Lebam mayat  mirip dengan luka memar (harus lebam mayatnya berwarna chocolate brown
dibedakan)  Pada korban yang meninggal akibat asphyxia 
LUKA MEMAR LEBAM MAYAT lebam mayatnya mendekati kebiruan.
 Dan jenasah yang disimpan dalam kamar pendingin
1. Di sembarang tempat 1. Bagian tubuh yang  lebam mayatnya berwarna merah terang atau
2. Pembengkakan (+) terendah pink
3. Tanda Intravital (+) 2. (-)
4. Ditekan tidak 3. (-)
menghilang 4. Menghilang
5. Diiris: tidak menghilang 5. Diiris: dibersihkan dengan 3. Terjadinya kaku mayat (RIGOR MORTIS )
kapas  bersih

 Jenasah dgn posisi terlentang  lebam mayat  Orang meninggal, terjadilah perubahan dari ATP 
ditemukan pada bagian : ADP.
• Kuduk  Selama dalam tubuh ada glycogen, masih dapat
• Punggung terjadi resintesa ADP  ATP, sehingga otot-otot
• Pantat masih dalam keadaan lemas.
• bagian flexor tungkai  Bila persediaan glycogen habis, maka resintesa
ADP  ATP tidak ada,
 Akibatnya semua ATP dirobah menjadi ADP, maka otot-otot lemas akibat mencairnya kembali bekuan cairan
terjadilah kaku. synovial

1. Primary flaccidity. 4. Perubahan pada kulit


 Dalam fase ini otot-otot lemas, dan masih dapat
dirangsang secara mekanik, maupun elektrik.  Hilangnya elastisitas kulit
 Terjadi dalam stadium somatic death.  Adanya lebam mayat yang berwarna merah
 Berlangsung selama 2 sampai 3 jam. kebiruan
2. Rigor mortis.  Terdapatnya kelainan yang dikenal sebagai CUTIS
 Dalam fase ini otot-otot tidak dapat berkontraksi ANSERINA sebagai akibat kontraksi Mm. Erector
meskipun dirangsang secara mekanik maupun Pillae
elektrik.
 Terjadi dalam stadium cellular death 5. Perubahan pada mata
3. Secondary Flaccidity (fase lemas)
Fase rigor mortis ini dibagi dalam 3 bagian :  Refelex cornea dan reflex cahaya hilang
1. Kaku mayat belum lengkap.  Cornea menjadi keruh.
Mula-mula kaku mayat terlihat pada Mm. Orbicularis  Bulbus Oculi melunak dan mengkerut akibat
occuli, kemudian otot-otot rahang bawah, otot-otot leher, turunnya tekanan intra oculer.
extremitas atas, thoraxs, abdomen dan extremitas bawah.  Pupil dapat berbentuk bulat, lonjong atau ireguler
Fase ini berlangsung 3 jam. sebagai akibat menjadi lemasnya otot-otot iris.
2. Kaku mayat lengkap.  Perubahan pada pembuluh darah retina  Tanda
Kaku mayat lengkap ini dipertahankan selama 12 jam. ini timbul beberapa menit setelah orang meninggal
3. Kaku mayat mulai menghilang.
Urut-urutan hilangnya kaku mayat sama seperti pada
waktu timbulnya, terkecuali otot rahang bawah yang paling 6. Proses pembusukan dan kadang-kadang ada proses
akhir menjadi lemas. mummifikasi dan adipocere
Fase ini berlangsung selama 6 jam. PEMBUSUKAN (DECOMPOSITON/PUTREFACTION
 Proses pembusukan disebabkan oleh pengaruh
Fakto-faktor yang mempengaruhi terjadi enzim proteolitik dan micro organisme.
rigor mortis :  Umumnya proses pembusukan dimulai 18 sampai
 Suhu sekitarnya 24 jam setelah seseorang meninggal
 Keadaan otot saat meninggal tanda-tanda pembusukan :
 Umur dan gizi  Warna kehijauan pada dinding perut daerah
Keadaan yang mirip dengan rigor mortis : caecum, yang disebabkan reaksi haemoglobin
dengan H2S menjadi Sulf-met-hemoglobin
1. Heat stiffening
 Wajah dan bibir membengkak
koagulasi protein otot akibat suhu yang tinggi.
 Scrotum dan vulva membengkak
heat stiffening → rigor mortis (x)
 Abdomen membengkak  akibat adanya gas
rigor mortis → heat stiffening (V)
pembusukan dalam usus, sehingga mengakibatkan
Heat stiffening terdapat pada : keluarnya faeces dari anus dan keluarnya isi
 korban yang mati terbakar lambung dari mulut dan lubang hidung.
 korban yang tersiram cairan panas  Vena-vena superfisialis pada kulit berwarna
 jenasah yang dibakar kehijauan dan disebut MARBLING.
 Pembentukan gas-gas pembusukan di bawah
2. Freezing (cold stiffening) lapisan epidermis sehingga timbul BULLAE.
kaku sendi disebabkan cairan synovial membeku.  Akibat tekanan gas-gas pembusukan, maka gas
sendi digerakkan → terdengar suara crepitasi. dalam paru akan terdesak sehingga menyebabkan
Membedakan dengan rigor mortis: jenasah darah keluar dari mulut dan hidung.
diletakkan dalam ruangan dengan suhu yang lebih tinggi →
 Bola mata menonjol keluar akibat gas pembusukan  Terjadinya  proses hydrogenisasi dari asam
dalam orbita. lemak tak jenuh  asam lemak jenuh, dan asam
 Kuku dan rambut dapat terlepas, serta dinding lemak jenuh ini bereaksi dengan alkali membentuk
perut dapat pecah. sabun.
Alat-alat dalam tubuh juga mengalami proses pembusukan  Syarat untuk terjadinya adipocere :
 Golongan yang cepat membusuk : • Tempat harus basah, artinya harus
• jaringan otak mengandung air
• lambung dan usus • Tempat harus mengandung alkali
• uterus yang hamil atau post partum Tanda-2 yang tampak :
 Golongan yang lambat membusuk : • Tubuh berwarna putih sampai putih
kekuningan
• Jantung - paru
• Bila diraba terasa seperti sabun
• Ginjal - diafragma
• Pada pemanasan akan meleleh
 Golongan yang paling lambat membusuk :
• Berbau tengik
• prostat
Kepentingannya untuk kedokteran forensic :
• uterus yang tidak hamil
• Untuk kepentingan identifikasi
Faktor-2 yg mempenagruhi pembusukan
• Adanya tanda-tanda kekerasan masih
 Sterilitas
dapat ditemukan
 Suhu sekitar
PENENTUAN SAAT KEMATIAN
 Kelembaban
 Sampai sekarang belum ada cara yang dapat
 Medium  Udara : air : tanah = 1 : 2 : 8
dipakai untuk menentukan dengan tepat saat
 Faktor dari dalam kematian seseorang, → “range” hanya saja makin
 Umur sempit “range” ini makin baik.
 Keadaan tubuh pada waktu meninggal  saat kematian seorang korban terletak diantara
 Sebab kematian saat korban terakhir dilihat dalam keadaan masih
 Jenis kelamin hidup dan saat korban ditemukan keadaan mati.
MUMMIFIKASI Tanda-tanda yg dapat dipakai untuk memperkirakan saat
 Mummifikasi adalah proses pengeringan dan kematian
pengisutan alat-alat tubuh akibat penguapan.  Penurunan suhu mayat.
 Syarat untuk dapat terjadi mummifikasi :  Lebam mayat
• Suhu udara harus tinggi  Kaku mayat
• Udara harus kering  Proses pembusukan
• Harus ada aliran udara yang terus menerus  Hal-hal lain yang ditemukan baik pada pemeriksaan
 Proses mummifikasi lengkap dalam waktu 1 sampai di TKP maupun pada waktu melakukan otopsi.
3 bulan, dan jenasah yang mengalami mummifikasi Yang dapat ditemukan di TKP
ini dapat bertahan lama sekali. Pemeriksaan TKP dalam ruangan :
Gejala-gejala yang tampak : • Tanggal pada surat pos atau surat kabar
• Tubuh kurus,kering dan mengkerut • Keadaan sisa makanan yang ditemukan
• Warna coklat muda - coklat kehitaman. • Derajat coagulasi susu dalam botol
• Kulit melekat erat pada jaringan • Keadaan parasit pada tubuh korban
dibawahnya  Kutu pada mayat dapat hidup 3 – 6
• Susunan anatomi alat-2 tubuh masih baik hari
Kepentingannya bagi kedokteran forensic :  Bila semua kutu sudah mati,
• Untuk identifikasi korban, sebab bentuk berarti korban sudah mati lebih
wajahnya hampir tidak berubah dari 6 hari dari saat kematian
• Tanda-2 kekerasan masih tetap ada. Pemeriksaan TKP di ruang terbuka :
ADIPOCERE ATAU SAPONIFICATION • Tanaman/rumput dibawah jenasah bila
tampak pucat ( warna chlorophil atau hijau
daun menghilang)  lebih dari 8 hari.
Yang dapat ditemukan pada waktu Otopsi :
1. Larva lalat
• Siklus :
 Telur  (8 – 14 jam)
 Larva  (9 – 12 hari)
 Kepompong  ( >12 hari)
 Lalat dewasa.
• Syarat pemeriksaan :
 Tidak boleh ada kepompong
 Dicari larva lalat yang paling besar
1. Larva lalat
• Bila umur larva sudah ditentukan maka
dapat ditentukan berapa lama korban
telah meninggal.
Misalnya :
Didapatkan larva yang berumur 3 hari.
Saat kematian korban adalah :
(3 hari + 1 hari) = 4 hari yang lalu
2. Proses pencernaan makanan dalam
lambung.
• Bila ditemukan :
 Lambung tak berisi makanan
 Rectum penuh dengan feces
 Kandung seni penuh
Diperkirakan korban meninggal waktu
masih pagi sebelum bangun
• Bila lambung ditemukan berisi makanan
kasar berarti korban meninggal dalam
waktu 2 – 4 jam setelah makan terakhir.
• Bila ditemukan lambung tak terisi
makanan, duodenum dan ujung atas usus
halus berisi makanan yang telah tercerna,
berarti korban meninggal dalam waktu > 2
- 4 jam setelah makan terakhir
3. Rambut dan jenggot
• Harus diketahui saat terakhir korban
mencukur rambut/jenggotnya.
• Rambut pada orang hidup mempunyai
kecepatan tumbuh 0,5 mm/hari dan
setelah meninggal tidak tumbuh lagi.
• Pemeriksaan ini hrs dilakukan dlm 24 jam
pertama  bila > 24 jam kulit mengkerut
dan rambut dapat lebih muncul diatas kulit
sehingga seolah-2 rambut masih tumbuh.
• Rambut lepas setelah 14 hari
4. Keadaan kuku :
kuku akan terlepas setelah 21 hari
Kematian Mendadak
Kasus Mati Tak Wajar:
 Keelakan Lalu lintas
 Mati Mendadak
 Lain-lain

Banyak kematian dari kasus yg wajar terjadinya tak dpt


diramalkan → Sering terjadi / menimpa pd orang yg
sebelumnya tampak dlm keadaan sehat.

Forensic: setiap kematian mendadak = kematian yang tak Cardiovasc.


44,9%
wajar, sebelum dapat dibuktikan bahwa tidak ada bukti yg
mendukungnya.
sebab kematian → otopsi, pemeriksaan penunjang Respiratory
Lain-lain
(HistoPA, Toxicologi) Trac.
4,4% Otopsi 2030
Kepentingan otopsi: 23,1%
kasus (New
1. menjelaskan sebab kematian York 1937-
2. Melindungi yg lain agar dpt terhindar dari 1943)
penyebab kematian yg sama
Alasan dilakukannya pemeriksaan pada kematian GI &UG
Syaraf
mendadak Trac
17,9%
9,7%
1. Peran tindak kejahatan?
2. penyakit/kecelakaan?
3. Keracunan?
Cardiovascular System
4. klaim asuransi
Oklusi arteri koroner :
5. epidemiologi penyakit
- Arteriosklerosis koroner
- Trombosis arteri koroner
Sudden death/kematian mendadak:
- Emboli arteri koroner
• Instantaneous death
- Stenosis ostium arteri koroner
Sehat → meninggal
Lesi miokard, katup jantung, endokardium & pericardium :
• Unexpected death
- Miokarditis
Sakit ringan, aktivitas normal → meninggal
- Infarc miokard
• Unwitness death
- Ruptur spontan dari infark miocard/
Tidak ada saksi, tinggal sendirian
aneurisma
Penanganan mati mendadak:
- Hipertropi ventrikel kiri
1. Semua keterangan tentang korban: usia, penyakit,
- Endokarditis
pengobatan, tingkah laku
2. Keadaan korban dan sekitarnya - Perikarditis
3. Sebelum kematian Lesi pd Aorta :
4. Asuransi - Ruptur spontan aortaCoartation aorta
5. Tanda-tanda kekerasan dan hal mencurigakan - Aneurisma aorta
- Trombosis oklusi aorta
CORONARY ARTERY DISEASE
 Merupakan sebab kematian terbanyak dari
cardiovascular system ( 67% )
 Thrombus : (-): 75 %, (+) 25 %
 Keadaan yg mempengaruhi Infarct Myocard:
- Kegiatan fisik
- Rangsangan emosi  - Kelainan darah hemofilia
Sistem saraf pusat :  - Kelainan Metabolic DM
 Perdarahan serebral spontan  - Status Limphatikus
daerah basal ganglia STATUS LYMPHATICUS
 Perdarahan spontan pons & serebelum  Pada Otopsi :
 akibat pecahnya aneurisma serebelar - Kelenjar lympa membesar
 Perdarahan Subaraknoid spontan - Thymus membesar & hyperplasia
 pecahnya aneurisma cabang sirkulasi - Kel.Lympa dari spleen, gastro intestinal
Willisi tract, tonsil, lidah & lymphonodes dari
SPONTANEOUS CEREBRAL HEMORRHAGE mesentrium hyperplasia.
( CEREBRAL APOPLEXY) - Cardiovascular sistem hypoplasia
 Umur biasanya lebih 40 thn - Adrenal gland tipis & hypoplasia
 Cerebral arteriosclerosis & arterial hypertension - Alat kelamin perkembangan terlambat
a. Lenticulostriate pecah SUDDEN INFANT DEATH SYNDROME (SIDS)
 Perdrhn paling sering basal ganglia, jarang pons &  Crib death / Cot death
cerebellum
 ialah kematian mendadak pd bayi yg khas didahului
Spontan Hemorrhage Traumatic Hemorrhage sakit ringan : pilek, batuk, gangguan sal.
pencernaan ringan.
Lokasi : Basal ganglia Semua Tempat
 Resiko
Trauma kepala (-) (+)
Hypertensi (+) (-)  Usia : 2 minggu – 2 tahun (sering 2 bln – 7
bln, puncak 3 bln)
SPONTANEOUS SUBARACHNOID HEMORRHAGE
 BBLR & Prematur  resiko tinggi
 Ruptur aneurisma dari Circulus Willisi.
 ♂ :♀ = 1 : 1,3
 Aneurisma a. cerebral sebenarnya congenital.
 Kembar
Spontan Hemorrhage Traumatic Hemorrhage  Iklim : dingin (infeksi sal. nafas  triger
SIDS)
Trauma kepala (-) (+)
 Keadaan sosial ekonomi rendah
Ruptur Aneurisma (+) (-)
Perdarahan Difus Tergantung trauma

Sistem Pencernaan
 Karsinoma
 Ulkus peptikum
 Varises esophagus
 Ruptur pd kehamilan ectopic
 Pankreatitis akut

Sistem Urogenital
 Kehamilan ekstra uterin  ruptur
 Miofibroma subserosa, abortus
 Toksemia gravidarum
 Nefritis, nefrolitiasis
 Peritonitis
 Kista ovarium
 Hernia inkarserata dgn ruptur intestinal
 Sebab lain :
 - Penyakit Adison’s
Visum et Repertum (Ve t R) • Keracunan --> dokter Internis.
• Visum et Repertum: Hasil pemeriksaan dokter → • Kekerasan pada mata → dokter spesialis mata
dilaporkan secara tertulis kepada pihak peminta visum • Sedangkan korban mati --> dokter Forensik
(penyidik)
• tugas dan profesi dokter → ahli, pemeriksaan / Defenisi Visum et Repertum :
perawatan korban suatu tindak pidana, baik korban
laporan tertulis untuk Justisi yang dibuat oleh dokter atas
hidup / mati & terhadap Barang bukti lain dari tubuh
sumpah, tentang segala sesuatu yang diamati (terutama
manusia
yang dilihat dan ditemukan) pada benda yang diperiksa
• visum et repertum → sebagai ganti Barang Bukti.
berdasarkan pengetahuan sebaik-baiknya.
karena barang bukti - tubuh manusia (luka, mayat atau
bgn tubuh) → segera berubah (sembuh atau busuk)
( Visum = dilihat, Repertum = ditemukan ).\
• visum et repertum --> alat bukti yang sah. KUHAP →
tidak mencantum kata visum et repertum.
Prosedur permintaan VetR korban hidup
Bantuan dokter pada penyidik : 1. Permintaan harus secara tertulis, tdk dibenarkan
1. Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP). secara lisan / telepon / via pos.
2. Pemeriksaan korban hidup 2. Korban = Barang bukti, → permintaan VetR harus
3. Pemeriksaan korban mati diserahkan sendiri oleh polisi bersama-sama
4. Penggalian mayat korban/tersangka.
5. Menentukan umur seorang korban / terdakwa. 3. Tidak dibenarkan permintaan V et R ttg sesuatu
6. Pemeriksaan jiwa seorang terdakwa peristiwa yang telah lampau, mengingat rahasia
7. Pemeriksaan barang bukti lain (trace evidence). kedokteran (Instruksi Kapolri No.Ins/E/20/IX/75).
Prosedur permintaan VetR korban mati (mayat) :
Pemeriksaan dokter tersebut sesuai dengan jenis tindak 1. Permintaan harus diajukan secara tertulis, tidak
pidananya, yg diatur dalam KUHP : dibenarkan melalui telepon, lisan atau pos.
Buku kesatu ( Aturan umum ) : 2. Mayat diantar bersama-sama SPVR oleh polisi
1. Bab III pasal 44 – 45, tentang hal yang menghapus, 3. Mayat harus diikatkan label yang memuat Identitas
mengurangi atau memberatkan pidana. mayat ( KUHAP psl 133 ayat 3). Dilak dan diberi materai
Buku kedua ( kejahatan ) : (segel) → birokrasi
2. Bab XIV pasal 284 –290 / 292 – 295, tentang BENTUK SPVR (Surat Permintaan V et R)
kejahatan kesusilaan. 1. Sudut kanan atas → alamat tujuan SPVR (Rumah sakit
3. Bab XIX pasal 338 – 348, tentang kejahatan atau dokter), dan tgl SPVR.
terhadap nyawa. Rumah sakit (Direktur) & tujuannya:
4. Bab XX pasal 351 – 355, tentang penganiayaan. * Kepala bagian / SMF Bedah
5. Bab XXI pasal 359 – 360, tentang meyebabkan mati * Kepala bagian / SMF Obsgyn
atau luka karena kealpaan. * Kepala bagian / SMF Penyakit dalam
Yang berhak meminta visum et repertum adalah : * Kepala bagian I.K.Forensik.
1. Penyidik 2. Sudut kiri atas --> alamat peminta VetR, nomor surat, hal
Penyidik: aipda / ajudan inspektur dua, dan lampiran.
penyidik pembantu: bripda / brigadier dua 3. Bagian tengah :
2. Hakim pidana * Disebutkan SPVR korban hidup / mati
3. Hakim perdata * Identitas korban (nama, umur, kelamin,
3. Hakim agama kebangsaan, alamat, agama dan pekerjaan).
Yang berhak membuat visum et repertum. (KUHAP Pasal * Peristiwanya (modus operandi) antara lain
133 ayat 1) : - Luka karena . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
1. Ahli kedokteran kehakiman → keterangan ahli - Keracunan (obat/racun . . . . . . . . . .).
2. Dokter atau ahli lainnya. → keterangan - Kesusilaan (perkosaan/perzinahan/cabul).
Ketentuan tersebut diatas tidak sesuai dengan keadaan - Mati karena (listrik, tenggelam, senjata api/tajam/tumpul
sebenarnya untuk korban : dsb.).
• Luka --> diperiksa oleh dokter spesialis bedah * Permintaan pengobatan/perawatan.
• Kejahatan kesusilaan --> dokter Obsgyn. * Permintaan untuk melaporkan kepada penyidik bila
korban sembuh, pindah dokter/rumah sakit lain, pulang
paksa, melarikan diri atau meninggal 5. PENUTUP.
* Kolom untuk keterangan lain kalau perlu. - Memuat kata “Demikianlah visum et repertum ini dibuat
4. Kanan bawah : Identitas penyidik (peminta VetR): dengan mengingat sumpah pada waktu menerima
tentang nama, pangkat, kesatuan, NRP dan alamat. jabatan”.
Kemudian tanda tangan penyidik dan stempel dinas. - Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.
5. Kiri bawah : Identitas penerima SPVR (petugas RS): Macam-macam visum et repertum.
nama, tanda tangan, tanggal dan jam SPVR diterima.
1. Visum et Repertum korban hidup :
Bentuk V et R a. Visum et repertum.
1. PRO JUSTISIA. Setelah diobati/diperiksa → tidak terhalang menjalankan
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas → tidak perlu pekerjaannya
bermaterai, (pasal 136 KUHAP) b. Visum et Repertum sementara. Setelah diperiksa:
2. PENDAHULUAN. - perlu dirawat/diobservasi
- Identitas pemohon visum et repertum. - terhalang menjalankan pekerjaannya
- Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et c. Visum et Repertum lanjutan. Setelah
repertum. diperiksa/diobservasi:
- Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah - sembuh
sakit X Surabaya). -pindah rumah sakit atau dokter lain
- Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan. -pulang paksa atau melarikan diri
- Identitas korban. -meninggal
- Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, 2. Visum et Repertum mayat.
dimana korban dirawat, waktu korban meninggal. (Harus dibuat berdasarkan hasil autopsi lengkap).
- Keterangan mengenai orang yang menyerahkan / 3. Visum et Repertum pemeriksaan TKP.
mengantar korban pada dokter dan waktu saat korban 4. Visum et Repertum penggalian mayat.
diterima dirumah sakit. 5. Visum et Repertum mengenai umur.
3. PEMBERITAAN. 6. Visum et Repertum Psikiatrik.
- Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, 7. Visum et Repertum mengenai BB.
Jenis kel,TB/BB), serta keadaan umum. Pencabutan SPVR
- Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada Penyidik dibenarkan mencabut SPVR
korban. (Instr. Kapolri No.Pol:INS/E/20/IX/75):
- Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan. - Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan
- Hasil pemeriksaan tambahan. visum et repertum bedah mayat, maka adalah kewajiban
dari petugas Polri cq.
Syarat-syarat :
- Pemeriksa untuk secara persuasif memberikan penjelasan
- Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang
perlu dan pentingnya autopsi untuk kepentingan penyidik,
awm.
kalau perlu ditegakkannya pasal 222 KUHP”.
- Angka harus ditulis dengan hurup, (4 cm ditulis empat
- Pada dasarnya penarikan/pencabutan kembali visum et
sentimeter).
repertum tidak dapat dibenarkan.
- Tidak dibenarkan menulis diagnose luka, (luka bacok, luka - Bila terpaksa visum et repertum yang sudah diminta
tembak dll). harus diadakan pencabutan/penarikan kembali, →
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata Komandan Kesatuan paling rendah setingkat Komres dan
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang untuk kota besar hanya oleh Dantabes.
dilihat dan ditemukan). VISUM ET REPERTUM PSIKIATRIK
4. KESIMPULAN. Menurut Permenkes No.1993/Kdj/U/70, tentang
- Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang perawatan penderita penyakit jiwa pasal 15 ayat 2
memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan sesuai dgn kesaksian ahli jiwa ada 2 macam yaitu :
pengetahuan yang sebaik-baiknya. 1. Keterangan dokter
- Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca 2. Visum et Repertum Psikiatrik
indera (pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman Keterangan dokter.
dan perabaan). -Definisi: keterangan yang diberikan pleh dokter atas
- Sifatnya subjektif.
permintaan jaksa, polisi atau pamong praja dalam 6. Terganggu daya pikirnya selama 4 minggu lebih.
pemeriksaan pendahuluan suatu perkara pengadilan. 7. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
- Yang berhak membuat keterangan: dokter (tidak harus
Psikiater). Prinsipnya: Setiap dokter yang terdaftar pada
DepKes dan telah mendapat ijin bekerja dari MenKes,
berhak membuatnya.
Syarat pembuatan keterangan dokter (psikiatrik).
- Harus selesai dalam waktu 3 x 24 jam.
- Bila ada kekuatiran penderita/terdakwa akan lari, dapat
ditempuh pemeriksaan secara jalan dalam waktu yang
sama 3 x 24 jam.
- Bila ternyata penderitan/terdakwa benar sakit jiwa,
maka kepala tempat perawatan harus membuat laporan
kepada hakim PN (keterangan bahwa pdrta/terdakwa
menderita sakit jiwa dan perlu perawatan dan pengobatan
segera).
Visum et Repertum Psikiatrik:
Definisi: suatu persaksian tertulis dalam perkara pidana /
perkara perdata, yang dibuat atas permintaan hakim
Ketua Pengadilan dan mengingat sumpah dokter.
Persaksian → tentang keadaan kesehatan jiwa
penderita/terdakwa yang berperkara atau yang telah
melanggar hukum.
Yang berhak meminta: Hakim Ketua Pengadilan Negeri
Yang berhak membuat: ahli kedokteran jiwa suatu
tempat perawatan penderita penyakit jiwa yang ditunjuk
pengawas/Kepala DinKes Propinsi.
KUALIFIKASI LUKA
Pada kesimpulan visum et repertum untuk orang/korban
hidup, yaitu pada visum et repertum lanjutan, harus
dilengkapi dengan kualifikasi luka.
Kualifikasi luka → memudahkan hakim untuk menjatuhkan
pidana.
Kualifikasi luka (KUHP) terdiri dari :
1. Luka yang tergolong luka yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan tau pencaharian (Pasal 352)
2. Luka yg tergolong luka yg menimbulkan penyakit atau
halangan utk menjalankan pekerjaan atau pencaharian
(Pasal 351 ayat 1).
3. Luka yang tergolong luka berat (Pasal 351 ayat 2).
LUKA BERAT (Pasal 90 KUHP)
1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi
harapan akan sembuh sama sekali atau yang menimbulkan
bahaya maut.
2. Tidak mampu secara terus menerus untuk
menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian.
3. Kehilangan salah satu panca indera.
4. Mendapat cacat berat.
5. Menderita sakit lumpuh.
Kejahatan Seksual Tanda persetubuhan pasti → perkiraan waktu
Definisi: Kejahatan yang menyangkut tubuh, kesehatan dan persetubuhan
nyawa manusia yang berhubungan dengan persetubuhan  Spermatozoa Bergerak di liang vagina: 4-5 jam post
Upaya Forensik dalam pembuktian Kejahatan Seksual: coital
1. Tanda persetubuhan  Spermatozoa Ditemukan tidak Bergerak di liang
2. Tanda kekerasan vagina: 24-36 jam
3. Perkiraan Umur  Bila Korban Meninggal → spermatozoa ditemukan:
4. sudah pantas dikawin atau tidak 7-8 hari
Persetubuhan yang merupakan kejahatan terhadap  Penyembuhan luka-luka pada hymen: 7-10 hari
kesusilaan Faktor waktu dan keaslian barang bukti:
 Waktu lebih cepat
 Baju belum diganti
Pembuktian Kekerasan
Luka lecet
Luka memar
Luka bekas gigitan
Lokasi:
 Mulut
 Bibir
 Leher
 Putting susu
Definisi Persetubuhan:  Pergelangan tangan
Suatu peristiwa terjadinya penetrasi penis ke dalam vagina,  Pangkal paha sekitar alat kelamin
penetrasi tersebut lengkap atau tidak lengkap, dan dengan Perkiraan Umur:
atau tanpa disertai ejakulasi  Ciri2 seks sekunder
Faktor – factor yang mempengaruhi upaya pembuktian  Perkembangan fisik
persetubuhan  Pertumbuhan gigi
 besarnya penis  Fusi tulang → tulang tengkorak
 derajat penetrasi  Pemeriksaan radiologi
 bentuk dan elastisitas selaput dara (hymen) Waktunya dikawin
 ada tidaknya ejakulat dan keadaan ejakulat Biologis → Menstruasi
 posisi persetubuhan
UU Perkawinan → 16 tahun
 waktu pemeriksaan
Pemeriksaan pada Pelaku Kejahatan Seksual
Tanda-tanda langsung
Tertangkap basah → epitel vagina pada penis
 Robeknya selaput dara akibat penetrasi penis
Pemeriksaan Laboratorium
 Lecet atau memar akibat gesekan penis
 Adanya sperma akibat ejakulasi 1. Menentukan adanya spermatozoa
 Bahan pemeriksaan: Vagina
Tanda-tanda tidak langsung
Hasil yang diharapkan: spermatozoa
 Terjadi Kehamilan → tanda pasti  Bahan pemeriksaan: pakaian (Malachite green)
 Terjadi penularan penyakit kelamin → baru konta Hasil yang diharapkan: Kepala sperma → merah,
dengan laki-laki ekor → biru muda. Kepala sperma tampak
Robekan Hymen → tanda benda masuk ke dalam vagina menempel pada serabut benang yang bergerak-
Ejakulat di Vagina → Spermatozoa → tanda pasti gerak
persetubuhan 2. Menentukan adanya air mani
tidak ada Spermatozoa → Pemeriksaan Semen: Cairan Vagina:
 Enzim Asam Fosfatase  Asam fosfatase → ungu
 Kristal Spermin  Kristal Kholin →Florence Test → kristal khlorin
 Choline peryodia: jaru-jarum coklat
 Kristal Spermin → Metode Berberio → kristal
spermin pikrat: rhomboik / jarum kuning kehijauan
Pakaian:
 Asam fosfatase → ungu
 Sinar ultra violet → flouresensi
 Visual, taktil, penciuman
Aborsi - Injeksi 10 unit oxytosin intra uterin
Definisi: pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium  Abdominal : Sectio Caecaria
perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap indikasi medik yg dapat dipertimbangkan antara lain :
tercapai (38-40 minggu). → 20 % kehamilan  Faktor kehamilannya sendiri :
 Abortus dengan penyebab yang wajar (abortus
 Ectopic pregnancy yang terganggu
Spontanea) → 50% - 60%
 Kehamilan yang sudah mati
 Abortus yang sengaja dibuat (abortus provocatus)
 Mola hydatidosa
 Abortus Provocatis Medicinalis (APM)
 Kelainan plasenta
 Abortus Provocatus Criminalis (APC)
 Penyakit diluar kehamilannya :
 Patut diduga terjadi abortus spontan bila mengenai :
 pasangan suami istri yang belum mempunyai anak  Ca. Cervix
 Ibu yang sudah mempunyai anak tapi masih  Ca. Mamma yang aktif
mendambakan anak  Penyakit sistemik si ibu :
 Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada :  Toxaemia gravidarum
 Wanita hamil diluar pernikahan  Penyakit ginjal
 Kehamilan yang tidak dikehendaki  Diabetes berat
Abortus Provokatus Kriminalis (APC)
Penyebab abortus yang spontan :  40% kasus aborsi
 Kelainan uterus  Pelaku APC biasanya adalah :
 Kelainan ovarium  wanita bersangkutan
 Penyakit sistemik ibu  Dokter / tenaga medis lain (demi
 Hormonal keuntungan atau demi rasa simpati)
 Rhesus factor  Orang lain yang bukan tenaga medis yang
karena suatu alasan tidak mengahendaki
 Psychogenik instability
kehamilan seorang wanita
Abortus provokatus atas indikasi medik
Cara-cara melakukan APC
Di Indonesia ya→ indikasi medik → demi menyelamatkan
1. Kekerasan mekanik :
nyawa ibu.
 Umum
 Syarat-syaratnya :
 Lokal
 Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
2. Kekerasan kimiawi / obat-obatan atau bahan-bahan
keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu
yang bekerja pada uterus
seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi Kekerasan mekanik :
 Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain,  Umum :
agama, hukum, psikologi) Harus ada persetujuan  Latihan olahraga berlebihan
tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga  Naik kuda berlebihan
terdekat  Mendaki gunung, berenang, naik turun
 Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga / tangga
peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh  Tekanan / trauma pada abdomen
pemerintah  Lokal :
 Prosedur tidak dirahasiakan  Memasukkan alat-alat yang dapat
 Dokumen medik harus lengkap menusuk kedalam vagina : pensil, paku,
jeruji sepeda
Cara-cara yang dipakai untuk melakukan abortus atas  Alat merenda, kateter atau alat
indikasi medik adalah : penyemprot untuk menusuk atau
menyemprotkan cairan kedalam uterus
 Vaginal :
untuk melepas kantung amnion
- Ketuban dipecah
 Alat untuk memasang IUD
- Dilatasi Cervix
 Alat yang dapat dilalui arus listrik
Penyebab kematian :  Pemeriksaan post mortem korban abortus
1. Immediate (seketika) : kriminalis bertujuan :
 Vagal reflek  Mencari bukti dan tanda kehamilan
 Emboli Udara (10cc)  Mencari bukti abortus dan kemungkinan adanya
 Perdarahan tindakan kriminal dengan obat-obatan atau
instrumen
 Keracunan Anastesi
 Menentukan kaitan antara sebab kematian dengan
2. Delayed (beberapa saat setelah tindakan abortus)
abortus
 Septicaemia (alat-alat kotor/kontaminasi
 Menilai setiap penyakit wajar yang ditemukan
dari anus)
Pemeriksaan Ibu :
 Pyaemia
 General Peri tonitis 1. Identifikasi umum :
 Toxemia TB/BB, Umur, pakaian, tanda-tanda kontak dgn
suatu cairan, terutama pd pakaian dalam.
 Tetanus
1. Catat suhu badan, warna dan distribusi lebam
 Perforasi uterus dan viscera abdomen
jenasah.
 Emboli lemak (penyemprotan lisol)
2. Periksa dgn palpasi uterus  kepastian kehamilan.
3. Remote (lama sekali setelah tindakan abortus)
3. Cari tanda-2 emboli udara, gelembung sabun,
 Jaundice cairan pada :
 Renal failure  arteria coronaria
 Bacterial endocarditis  ventricle kanan
 Pneumonia, emphysema  arteria pulmonalis
 Meningitis  arteria dan vena dipermukaan otak
Kekerasan kimiawi/obat-obatan  vena-vena pelvis.
Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus 4. Vagina dan uterus diinsisi pada dinding anterior →
al. : menghindari jejas kekerasan yang biasanya terjadi
 Emmenagogum : obat untuk melancarkan haid pada dinding posterior, misalnya perforasi uterus.
 Purgativa/Emetica :obat-obatan yang menimbulkan Cara pemeriksaan : uterus direndam dalam larutan
kontraksi GI tract formalin 10 %, selama 24 jam, kemudian direndam
 Ecbolica : menimbulkan kontraksi uterus secara dlm alkohol 95 % selama 24 jam, iris tipis untuk
langsung melihat saluran perforasi. Periksa juga tanda-tanda
 Garam dari logam : biasanya sebelum mengganngu kekerasan pada cervix (abrasi, laserasi)
kehamilannya sudah membahayakan keselamatan ibu 5. Ambil sampel semua organ  pemeriksaan
Pemeriksaan korban hidup histopalogis
 Ibu : 6. Buat swab dinding uterus  pemeriksaan
mikrobiologi
 Tanda-tanda kehamilan :
7. Ambil sampel :untuk pemeriksaan toksikologis :
 striae gravidrum
 isi vagina
 uterus yang membesar
 isi uterus
 hiperpigmentasi areola mammae
 darah (v.cava inf & ventricle)
 tes kehamilan ( GM, Pack tes )
 urine
 Tanda-tanda Partus :
 lochia  isi lambung
 keadaan ostium uteri  rambut pubis
 Golongan Darah 8. Periksa golongan darah
 Janin : Pemeriksaan janin :
 Umur janin  Umur janin
 Golongan darah Berdasarkan panjang badan :
Pemeriksaan korban mati Umur Panjang Badan (cm)
(Bulan) (Puncak kepala – tumit)
1 1x1=1

2 2x2=4

3 3x3=9

4 4 x 4 = 16

5 5 x 5 = 25

6 6 x 5 = 30

7 7 x 5 = 35

8 8 x 5 = 40

9 9 x 5 = 45

10 10 x 5 = 50

Berdasarkan pertumbuhan bagian-bagian tubuh : :


Umur Ciri-ciri Pertumbuhan
Kehamilan
(bulan )

2 Hidung, telinga, jari mulai terbentuk (belum sempurna),


kepala menempel ke dada

3 Daun telinga jelas, kelopak mata masih melekat, leher mulai


terbentuk, belum ada deferensiasi genetalia

4 Genetalia externa terbentuk dan dapat dikenali, kulit merah


dan tipis sekali

5 Kulit lebih tebal, tumbuh bulu lanugo

6 Kelopak mata terpisah, terbentuk alis dan bulu mata, kulit


keriput

7 Pertumbuhan lengkap/sempurna

Berdasarkan inti penulangan


Calcaneus :  5 – 6 bulan
Talus :  7 bulan
Femur distal :  8 – 9 bulan
Tibia proximal :  9 – 10 bulan

 Golongan darah
ABORTUS DITINJAU DARI SEGI HUKUM
Menurut KUHP :
Setiap usaha untuk mengeluarkan hasil konsepsi sebelum
masa kehamilan yang lengkap tercapai adalah suatu tindak
pidana, apapun alasannya
Pembunuhan anak / infanticide 3. Bila masih mengapung maka diambil dari masing2
Batasan & Pengertian Pembunuhan Anak lobus dari diapungkan ke dlm air.
• Pembunuhan yg dilakukan oleh seorang ibu 4. Bila masih mengapung maka diambil lagi bagian
terhadap anak kandungnya pada saat lahir atau kecil yg masih mengandung beberapa alveoli
tdk lama kemudian krn takut ketahuan telah kemudian ditaruh diantara 2 kasa & dilakukan
melahirkan anak. penekanan terhadapnya dgn beban berat tubuh
• Dengan demikian, persyaratan yg hrs dipenuhi dlm pemeriksa & diapungkan lagi.
kasus pembunuhan anak : 5. Bila hal ini masih mengapung → test apung paru
- Pelaku : ibu kandung positif → bayi lahir pernah bernafas, krn masih ada
udara residu dlm alveoli akibat pernafasan.
- Korban : Anak kandung
- Alasan : Takut ketahuan telah melahirkan anak Paru belum bernafas Paru sudah bernafas
- Waktu : Pada waktu melahirkan atau beberapa saat
setelah melahirkan 1 Volume kecil, kolaps, Volume 4-6x lebih besar,
menempel vertebrata, sebagian menutupi
• LAHIR HIDUP :
konsistensi padat, tdk ada jantung, konsistensi spt
Ialah bila setelah bayi terpisah lengkap/sama sekali dari krepitasi karet busa (ada
si ibu, menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti krepitasi).
jantung yg aktif, pernapasan, pergerakan anggota tubuh,
menangis dsb. 2 Tepi paru tajam Tepi paru tumpul
• LAHIR MATI :
Ialah keadaan bila setelah bayi terpisah lengkap/sama 3 Warna homogen, merah Warna merah muda
sekali dari si ibu tidak bernafas ataupun menunjukkan kebiruan/ungu
tanda2 kehidupan lain.
Tanda-tanda kehidupan 4 Kalau diperas dibawah Gelembung gas yang
permukaan air tdk keluar keluar halus & rata
1. Pernapasan :
gelembung gas, atau bila ukurannya
- Paru mengembang. sudah ada pembusukan
- Udara dlm lambung atau usus gelembungnya besar, tak
2. Menangis rata
3. Pergerakan otot
5 Tdk tampak alveoli yg Tampak air sac, kadang2
4. Sirkulasi darah & denyut jantung serta perubahan Hb.
berkembang (air sac) pd terpisah sendiri2
5. Isi usus permukaan.
6. Keadaan tali pusat.
PERNAPASAN 6 Kalau diperas hanya keluar Bila diperas keluar byk
• rangsangan atmosfer & adanya gangguan sirkulasi darah sedikit & tdk berbuih darah berbuih walaupun
placenta → perubahan penting yg permanen pada paru (kecuali .bila sudah ada belum ada pembusukan
→ Pernapasan spontan. pembusukan) (volume drh 2x volume
sblm nafas)
• Pernapasan dpt terjadi dlm vagina (vagitus vaginae)
atau bernafas dlm uterus (vagitus uterinus). 7 Berat paru +/- 1/70 bb Berat paru 1/35 bb
• Berat jenis paru sebelum pernapasan 1,04 – 1,05. →
tenggelam dlm air. Paru akan mengapung bila berta
jenisnya kurang dari 1,00 dan hal ini dpt terjadi akibat 8 Seluruh bagian paru Bagian2 paru yg
pernafasan, artificial inflation atau pembusukan. → tenggelam dlm air mengembang terapung
untuk membedakan: test hydrostatik (DOCIMASIA dlm air
HYDROSTATIKA PULMONUM) Penilaian terhadap percobaan apung paru
Percobaan Apung Paru → Sebaiknya paru belum 1. Bila percobaan apung positif : sudah pernah
membusuk bernafas.
1. Paru-paru bersama dgn jantung & thymus diambil 2. Bila percobaan apung negatif :
sbg kesatuan kemudian diapungkan ke dlm air. - Belum pernah bernafas
2. Bila masih mengapung maka paru kanan & kiri - Pernafasan lemah & udara diresorbsi kembali.
dipisahkan kemudian masing2 diapungkan juga.
- Atelectase
- Pneumonia • Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yg
MENANGIS hanya dapat masuk akibat reflek menelan, maka ini
• Bernafas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi merupakan bukti kehidupan (lahir hidup)
menangis tdk dpt terjadi tanpa bernafas. • Udara dalam lambung & usus dapat terjadi akibat
• Suara tangis yg terdengar belum berarti bayi tsb pernafasan wajar, pernafasan buatan atau tertelan.
lahir hidup krn tangisan dpt terjadi dlm uterus atau Keadaan2 tersebut tidak dibedakan
dlm vagina. • Cara pemeriksaan :
• Yang merangsang bayi menangis dlm uterus - Oesophagus diikat, dikeluarkan bersama lambung yg
adalah: diikat pada jejunum pertama, kemudian dimasukkan ke
- Masuknya udara dlm uterus. dalam air.
- Kadar oksigen dlm drh menurun & atau kadar CO2 dlm - Makin jauh udara masuk ke dalam usus, makin kuat
darah meningkat. dugaan adanya pernafasan
PERGERAKAN OTOT • 24-48 jam post mortem meconeum sudah keluar
seluruhnya dari usus besar.
• Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata,
karena post mortem tidak dapat dibuktikan. ISI USUS & LAMBUNG
• Kaku jenasah dapat terjadi pada bayi yang lahir • Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yg
hidup kemudian mati maupun yang lahir mati. hanya dapat masuk akibat reflek menelan, maka ini
merupakan bukti kehidupan (lahir hidup)
PEREDARAN DARAH, DENYUT JANTUNG & PERUBAHAN
PADA HEMOGLOBIN • Udara dalam lambung & usus dapat terjadi akibat
pernafasan wajar, pernafasan buatan atau tertelan.
Meliputi bukti fungsional & bukti anatomic :
Keadaan2 tersebut tidak dibedakan
• Bukti fungsional : denyut tali pusat & detak
• Cara pemeriksaan :
jantung (harus ada saksi mata).
- Oesophagus diikat, dikeluarkan bersama lambung yg
• Bukti anatomis : Perubahan2 pada Hb, dalam
diikat pada jejunum pertama, kemudian dimasukkan ke
duktus arteriosus Bottali, foramen ovale & dalam
dalam air.
duktus venous (cab. Vena umbilicalis & langsung
masuk vena cava inferior) - Makin jauh udara masuk ke dalam usus, makin kuat
dugaan adanya pernafasan
• Bila ada yg menyaksikan denyut tali pusat/detak
jantung pd bayi yg sudah terlahir lengkap → bukti • 24-48 jam post mortem meconeum sudah keluar
suatu kelahiran hidup. seluruhnya dari usus besar.
• Foramen ovale tertutup → telah terjadi pernafasan KEADAAN TALI PUSAT
& sirculasi ( 1 hr sampai beberapa minggu) • Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah :
• Ductus arterious perlahan-lahan menjadi jaringan - Ada atau tidak adanya denyut tali pusat setelah kelahiran.
ikat (paling cepat dlm 24 jam). → saksi mata
• Ductus venosus menutup dlm 2 – 3 hr sampai -Pengeringan tali pusat, letak & sifat ikatan, bagaimana tali
beberapa minggu. pusat itu diputus (secara tajam atau tumpul )
• Perubahan pada Hb (Barcrofft) : • 18 – 24 jam post natal : pengeringan tali pusat di
- Waktu lahir : Hb 20 %, 80 % Foetal Hb, Erythrocyt 6,2 daerah melekatnya tali pusat pada dinding
juta. abdomen.
- Hari ke 8 : Hb 18 %, foetal Hb menurun, Erytrocyt 5,4 • 30-36 jam post natal : kemerahan melingkari pusat
juta. • 5 – 8 hari post natal : tali pusat terlepas.
- Bulan ke 3 : foetal Hb 7 –8 % • 10 –12 hari post natal : penyembuhan tempat
- Bulan ke 6 : foetal Hb habis. bekas melekatnya tali pusat pada dinding
abdomen.
• Foetal Hb & adult Hb berbeda dlm hal :
KEADAAN KULIT
- Selubility
• Tidak satupun keadaan kulit yg dpt membuktikan
- Bentuk
adanya kehidupan setelah bayi lahir.
- Sifat isoelektrik
• Tanda yg dpt memastikan bahwa bayi tsb tidak
- Spectrogram lahir hidup  maceration.
- Inti sel darah merah hilang setelah 24 jam • Terjadi bila bayi sudah mati in utero beberapa hari
ISI USUS & LAMBUNG (8-10 hr).
• Harus dibedakan dgn proses pembusukan  pd Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan
maceration tdk terbentuk gas krn terjadi secara anak, pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian,
steril. dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam
• Bila bayi yg mengalami macerasi dibiarkan dlm karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara
udara terbuka akan mengalami proses paling lama tujuh tahun
pembusukan biasa. PASAL 342 KUHP
• Bayi yg mati waktu dilahirkan belum sempat Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang
kemasukan bakteri dlm paru atau GI tractnya, shg ditentukan karena takut akan ketahuan melahirkan anak,
proses pembusukan terjadi lambat, seringkali pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan
terjadi mummifikasi. sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena
Bukti kematian dalam kandungan melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun
• Adanya ante partum rigor mortis  sering
menimbulkan kesulitan waktu melahirkan. PASAL 343 KUHP
• Maceration dengan ciri-ciri : Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 342 KUHP diartikan sebagai
- Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya
pembunuhan atau pembunuhan berencana
hijau)
- Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan
kemerahan.
- Tulang2 lentur & lepas dari jaringan lunak.
- Tidak ada gas, baunya khas.

Cara-cara korban (bayi) menemui ajalnya


1. Karena kelalaian :
- Inhalasi air ketuban/darah/ terbenam dlm air.
- Perdarahan dari tali pusat.
- Suffocation
- lalai membuat hangat, tidak memberi minum
2. Karena Kekerasan :
- kekerasan dalam uterus
- kekerasan selama proses kelahiran
- kekerasan yg terjadi setelah kelahiran lengkap
ASPEK HUKUM
• Seorang ibu dapat dinyatakan bersalah melakukan
kejahatan “ PEMBUNUHAN ANAK”, walaupun yg
ditemukan bukan tubuh bayi yang utuh/lengkap.
• Kasus-kasus ‘ PEMBUNUHAN ANAK’ dapat
dihubungkan dengan pasal 341, 342 & 343 KUHP.
PASAL 341 KUHP

Anda mungkin juga menyukai