Oleh
Kelompok E2
Shintia Katoda
Ayu Anas Silvya
Manggala Senapati
Ayu Asmarita
Un Gerry Namyu
Yosepha V. Hutauruk
Christovel Liempepas
Shaliny Arulnathen
102014094
102010072
102013352
102013390
102014032
102014147
102014153
102014236
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan
Keparahan nyeri bisa ditandai sebagai menyiksa, para, tumpul atau seperti kolik.
Nyeri tumpul, samar-samar yang sukar dilokalisasi menggambarkan suatu proses peradangan
dan lazim presentasi awal apendisitis.2
Mendapatkan riwayat cermat penting dalam evaluasi abdomen akuta. Walaupun lazim
sejumlah derajat demam pada kebanyakan kedaruratan bedah, namun tak biasa pasien
abdomen bedah menampilkan demam dan kedinginan. Gejala sistemik lain yang akan
menyadarkan dokter bagi kemungkinan penyakit medis mencakup diare hebat. Anoreksia,
mual dan muntah merupakan penyerta sering penyakit abdomen akuta. Ia bisa membantu
membedakan penyakit medis dari bedah. Jika mual dan muntah mendahului mulainya nyeri
abdomen, kurang mungkin penyakit bedah.2
Riwayat penyakit dahulu seharusnya mencakup semua rawat inap dan operasi
sebelumnya. Dalam masalah diagnostik sulit, maka pertanyaan seharusnya mencakup riwayat
keluarga yang luas maupun riwayat pengobatan, pemaparan toksin dan perjalanan ke luar
negeri.2
Pada pasien dalam skenario adalah seorang perempuan 35 tahun dengan nyeri hebat
padapert kanan bawahnya sejak 6 jam yang lalu. Sakit sejak 3 hari yang lalu didaerah ulu hati
disertai mual dan tidak membaik setelah minum obat maag.
Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan apendisitis akut tampak kesakitan dan berbaring dengan demam tidak
terlalu tingi. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan bising usus menurun/menghilang, nyeri
tekan dan nyeri lepas (tanda Blumberg) fokal pada daerah apendiks yang disebut titik
Mcburney. Iritasi peritoneum ditandai dengan adanya defans muskular, perkusi, atau nyeri
lepas. 3 Tanda khas yang dapat ditemukan pada apendisitis akut adalah :
1. Tanda Rovsing
Nyeri perut kuadran kanan bawah saat palpasi kuadran kiri bawah;
2. Tanda Psoas
Nyeri perut kuadran kanan bawah saat ekstensi panggul kanan ( menunjukkan
apendiks retrosekal);
3. Tanda Obturator
Nyeri perut kanan bawah saat ritasi internal panggul kanan (menunjukkan appendisitis
pelvis);
4. Tanda Dunphy
Peningkatan nyeri yang dirasakan saat batuk
PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan
Apabila telah terjadi perforasi, nyeri perut semakin kuat dan difus menyebabkan
peningkatan defans muskular dan rigiditas ( tanda peritonitis ). 3
Pada pasien dalam skenario menunjukkan keadaan umum tampak sakit sedang dengan
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik terdapat
nyeri tekan dan nyeri abdomen pada kuadran kanan bawah.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis ringan (10.000-20.000/uL) dengan peningkatan jumlah neutrofil.
Leukositosis tinggi (>20.000/uL) didapatkan apabila sudah terjadi perforasi atau
gangren. Urinalisis dapat dilakukan untuk membedakan kelainan pada ginjal dan
saluran kemih. Pada apendisitis akut didapatkan ketonuria. Pada perempuan, perlu
diperiksa tes kehamilan bila dicurigai kehamilan ektopik sebagai diagnosis banding. 3
2. Ultrasonografi dan CT-Scan
Dapat digunakan dengan penemuan diameter anteroposterior apendiks yang lebih
besar dari 7mm, penebalan dinding, struktur lumen tida dapat dikompresi (lesi target)
atau adanya apendikolit.
termasuk penyakit lainnya yang menunjukkan gejala yang mirip, seperti penyakit
adneksa pada perempuan muda. Meskipun demikian, CT-Scan tampaknya lebih
akurat. CT-Scan abdomen juga berguna dalam kasus dengan dugaan perforasi
apendiks untuk mendiagnosis periapendiceal.5
Working Diagnosis
Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis yang merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Appendisitis merupakan kasus bedah yang paling umum
dalam kedokteran modern. 1,3
Differential Diagnosis
Diagnosis banding apendisitis bergantung pada 4 faktor major seperti lokasi anatomi
dari apendiks yang meradang, fase prosesnya, umur pasien, dan jenis kelamin pasien. Shcarts
PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan
1. Diverkulitis
Merupakan perforasi dari divertikulum yang diikuti oleh infeksi dan inflamasi yang
menyebar ke dinding kolon, epiploic appendage, mesenterium organ-organ sekitar
atau mikro/makro perforasi bebas ke kavum peritonium. Apabila muncul diverkulitis
dan komplikasinya akan muncul nyeri perut pada kuadran kiri bawah, demam,
leukositosis yang merupakan gejala penting walau tida spesifik.
Pada diverkulitis dilakukan upaya intake oral, pemberian cairan/elektrolit
intravena,pemberian antibiotik spektrum luas (termasuk yang dapat meng-cover
bakteri anaerob). Cara tersebut diharapkan dapat mengatasi inflamasi akut
divertikulitis. Apabila komplikasi divertikulitis berlanjut maka tindakan operasi
dilakukan. 4
2. Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik yang menimbulkan abortus atau ruptur sehingga mengakibatkan
penurunan kondisi umum pasien disebut dengan Kehamilan Ektopik Terganggu 3.
Harus dicurigai pada pasien dengan ketidakteraturan haid, perdarahan pervaginam dan
nyeri abdomen bawah seperti kram. Tes konfirmasi mencakup tes kehamilan, tetapi
tes kehamilan negatif tidak perlu menghalangi diagnosis. Pembantu laboratorium
bermanfaat lainnya mencakup kuldosentesis dan laparoskopi. 2 Tatalaksana operatif
bisa dengan salpingektomi dan laparotomi atau tindakan konservatif seperti
salpingotomi. 3
3. Adneksitis
Disebut juga dengan Pelvic Inflamatory Disease ( PID ) atau salpingitis. PID
merupakan infeksi polimikroba pada saluran atas genitalia yang berhubungan dengan
organisme yang menular secara seksual. Paling sering terjadi pada perempuan muda,
nulipara, dan aktif secara seksual dengan beberapa pasangan. Ditandai dengan sakit
pada perut bagian bawah, menggigil dan demam, gangguan menstruasi, sekret
bernanah dari serviks, dan nyeri pada adneksa serta serviks. Jika dipertimbangkan
mengalami PID harus ditatalaksana dengan antibiotik kecuali ada diagnosis kuat lain
seperti apendisitis atau KET. Tindakan bedah diperlukan pada abses tuba-ovarium.2,5
Epidemiologi
Apendisitis merupakan salah satu keadaan darurat bedah yang umum di kedokteran
modern , dengan tingkat kejadian tahunan sekitar 100 per 100.000 penduduk . Resiko seumur
hidup mengembangkan usus buntu adalah 8,6 % untuk laki-laki dan 6,7 % untuk perempuan ,
dengan insiden tertinggi terjadi pada dekade kedua dan ketiga. Tingkat apendiktomi untuk
apendisitis telah menurun sejak tahun 1950-an di sebagian besar negara. 6
PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan
Tata Laksana
1. Pre-Operatif
Observasi ketat, tirah baring, dan puasa. Pemeriksaan adomen dan rektal serta
pemeriksaan darah dapat diulang secara periodik. Foto abdomen dan toraks dapat
dilakukan untuk mencari penyulit lain. Antibiotik intravena spektrum luas dan
analgesik dapat diberikan. Pada perforasi apendiks perlu diberikan resusitasi cairan. 3
2. Operatif
Apendektomi terbuka
Dilakukan dengan insisi transversal pada kuadran kanan bawah (DavidRockey) atau insisi oblique (McArthur-McBurney). Pada diagnosis yang
3. Pasca-operatif
Perlu dilakukan observasi tanda vital untuk mengantisipasi adanya perdarahan dalam,
syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Pasien dibaringkan dalam posisi Fower
dan selama 12 jam dipuasakan terlebih dahulu. Pada operasi dengan perforasi atau
peritonitis umum, puasa dilakukan sehingga fungsi usus kembai normal. Secara
bertahap pasien diberi minum, makanan saring, makanan lunak, dan makanan biasa. 3
Komplikasi
Perforasi muncul pada 20% pasien dan harus dicurigai pada pasien dengan sakit yang
lebih dari 36jam, demam tinggi, dan nyeri perut yang difus atau termuan peritoneal, massa
abdomen yang teraba, atau ditandai leukotosis. Perforasi terlokalisir menyebabkan abses,
biasanya dipanggul. Sebuah perforasi dapat mengarah menjadi peritonitis supuratif dengan
toksisitas. Tromboflebitis septik dari sistem vena porta jarang terjadi dan ditandai dengan
demam tinggi, menggigil, bakteremia, dan jaundice.5
Prognosis
Prognosis dubia ad bonam dengan tingkat mortalitas dan morbiditas sangat kecil
dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan. Tingkat mortalitas keseluruhan berkisar
antara 0,2 0,8 % dan disebabkan oleh komplikasi penyakit daripada intervensi bedah. 3
PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan
Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks yang disebabkan oleh obstruksi dan
infeksi. Diagnosis apendisitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Keterlambatan dalam mendiagnosis dan melakukan tindakan dapat
menyebabkan terjadinya abses atau perforasi. Penatalaksanaan appendicitis dilakukan dengan
tindakan appendectomi, yaitu suatu tindakan bedah dengan mengangkat apendiks.
Daftar Pustaka
1. Brunicardi FC,Andersen DK,Billiar TR,et al.Schwartzs principles of surgery:
Appendicitis.10th ed.New York: McGraw-Hill Education;2015.p1231-1259.
2. Townsend CM.Sabitson textbook of surgery: the biological basis of modern surgical
practice.19th ed.Canada: Elsevier Saunders;2012.p1279-1291.
3. Tanto C,Liwang F,Hanifati S,Pradipta EA.Kapita selekta kedokteran.Edisi ke-4.Jilid
2. Jakarta: Media Aesculapius;2014.p213-14.
4. Setiawati S, Alwi I, Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6.
Jilid 2. Jakarta. Interna Oublishing.214.p1865-96.
PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan
5. McPhee SJ, Papadakis MA. Lange : Current medical diagnosis & treatment. 47th ed.
United States of America:The McGraw-Hill;2008p537-8.
6. Longo DL,Kasper DL,Jameson JL,Fauci AS.Harrisons principles of internal
medicine: Acute appendicitis and peritonitis. Philadelphia. United States of America:
McGraw-Hill;2012.p2516-9.
10