Anda di halaman 1dari 10

Apendisitis pada Perempuan

Oleh
Kelompok E2
Shintia Katoda
Ayu Anas Silvya
Manggala Senapati
Ayu Asmarita
Un Gerry Namyu
Yosepha V. Hutauruk
Christovel Liempepas
Shaliny Arulnathen

102014094
102010072
102013352
102013390
102014032
102014147
102014153
102014236

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab


abdomen akut yang paling sering. Peradangan ini pada umumnya disebabkan oleh infeksi
yang akan menyumbat apendiks.
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus
ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran apendiks yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. Infeksi ini
bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah.
Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal
usus besar atau sekum(caecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak
di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. Radang usus buntu terpicu
karena adanya sumbatan pada usus buntu. Sumbatan mengakibatkan pembengkakan usus
buntu dan lama-lama tekanan intra-lumen apendiks meningkat, mengakibatkan dinding usus
buntu rapuh dan perforasi / pecah. 1
Skenario
Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri hebat pada
perut kanan bawahnya sejak 6 jam yang lalu.
Anamnesis
1. Usia dan Jenis Kelamin
Pada kelompok usia dewasa, wanita lebih mungkin tampil dengan nyeri abdomen
dibanding pria, tetapi pria yang menampilkan gejala ini mempunyai insidens penyakit bedah
yang lebih tinggi. Sistem genitourinarius lazim menyebabkan nyeri abdomen pada wanita.2
2. Nyeri
Nyeri tanda abdomen akuta. Ia bisa ditandai oleh cara mulainya, sifat, faktor pencetus
atau lokalisasinya. Ada tiga jenis mulainya nyeri abdomen: ekplosif, cepat dan bertahap.
Pasien dengan nyeri yang cepat dimulai, yang cepat memburuk mungkin menderita
pankreatitis akuta, trombosis mesenterica atau strangulasi uzus halus. Pasien dengan nyeri
yang dimulai bertahap mungkin menderita peradangan peritoneum, seperti yang terlihatdalam
apendisitis atau divertikulitis.2

PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan

Keparahan nyeri bisa ditandai sebagai menyiksa, para, tumpul atau seperti kolik.
Nyeri tumpul, samar-samar yang sukar dilokalisasi menggambarkan suatu proses peradangan
dan lazim presentasi awal apendisitis.2
Mendapatkan riwayat cermat penting dalam evaluasi abdomen akuta. Walaupun lazim
sejumlah derajat demam pada kebanyakan kedaruratan bedah, namun tak biasa pasien
abdomen bedah menampilkan demam dan kedinginan. Gejala sistemik lain yang akan
menyadarkan dokter bagi kemungkinan penyakit medis mencakup diare hebat. Anoreksia,
mual dan muntah merupakan penyerta sering penyakit abdomen akuta. Ia bisa membantu
membedakan penyakit medis dari bedah. Jika mual dan muntah mendahului mulainya nyeri
abdomen, kurang mungkin penyakit bedah.2
Riwayat penyakit dahulu seharusnya mencakup semua rawat inap dan operasi
sebelumnya. Dalam masalah diagnostik sulit, maka pertanyaan seharusnya mencakup riwayat
keluarga yang luas maupun riwayat pengobatan, pemaparan toksin dan perjalanan ke luar
negeri.2
Pada pasien dalam skenario adalah seorang perempuan 35 tahun dengan nyeri hebat
padapert kanan bawahnya sejak 6 jam yang lalu. Sakit sejak 3 hari yang lalu didaerah ulu hati
disertai mual dan tidak membaik setelah minum obat maag.
Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan apendisitis akut tampak kesakitan dan berbaring dengan demam tidak
terlalu tingi. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan bising usus menurun/menghilang, nyeri
tekan dan nyeri lepas (tanda Blumberg) fokal pada daerah apendiks yang disebut titik
Mcburney. Iritasi peritoneum ditandai dengan adanya defans muskular, perkusi, atau nyeri
lepas. 3 Tanda khas yang dapat ditemukan pada apendisitis akut adalah :
1. Tanda Rovsing
Nyeri perut kuadran kanan bawah saat palpasi kuadran kiri bawah;
2. Tanda Psoas
Nyeri perut kuadran kanan bawah saat ekstensi panggul kanan ( menunjukkan
apendiks retrosekal);
3. Tanda Obturator
Nyeri perut kanan bawah saat ritasi internal panggul kanan (menunjukkan appendisitis
pelvis);
4. Tanda Dunphy
Peningkatan nyeri yang dirasakan saat batuk
PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan

Apabila telah terjadi perforasi, nyeri perut semakin kuat dan difus menyebabkan
peningkatan defans muskular dan rigiditas ( tanda peritonitis ). 3
Pada pasien dalam skenario menunjukkan keadaan umum tampak sakit sedang dengan
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik terdapat
nyeri tekan dan nyeri abdomen pada kuadran kanan bawah.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis ringan (10.000-20.000/uL) dengan peningkatan jumlah neutrofil.
Leukositosis tinggi (>20.000/uL) didapatkan apabila sudah terjadi perforasi atau
gangren. Urinalisis dapat dilakukan untuk membedakan kelainan pada ginjal dan
saluran kemih. Pada apendisitis akut didapatkan ketonuria. Pada perempuan, perlu
diperiksa tes kehamilan bila dicurigai kehamilan ektopik sebagai diagnosis banding. 3
2. Ultrasonografi dan CT-Scan
Dapat digunakan dengan penemuan diameter anteroposterior apendiks yang lebih
besar dari 7mm, penebalan dinding, struktur lumen tida dapat dikompresi (lesi target)
atau adanya apendikolit.

Dapat digunakan untuk mendiagnosis apendisitis tidak

termasuk penyakit lainnya yang menunjukkan gejala yang mirip, seperti penyakit
adneksa pada perempuan muda. Meskipun demikian, CT-Scan tampaknya lebih
akurat. CT-Scan abdomen juga berguna dalam kasus dengan dugaan perforasi
apendiks untuk mendiagnosis periapendiceal.5
Working Diagnosis
Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis yang merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Appendisitis merupakan kasus bedah yang paling umum
dalam kedokteran modern. 1,3
Differential Diagnosis
Diagnosis banding apendisitis bergantung pada 4 faktor major seperti lokasi anatomi
dari apendiks yang meradang, fase prosesnya, umur pasien, dan jenis kelamin pasien. Shcarts
PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan

1. Diverkulitis
Merupakan perforasi dari divertikulum yang diikuti oleh infeksi dan inflamasi yang
menyebar ke dinding kolon, epiploic appendage, mesenterium organ-organ sekitar
atau mikro/makro perforasi bebas ke kavum peritonium. Apabila muncul diverkulitis
dan komplikasinya akan muncul nyeri perut pada kuadran kiri bawah, demam,
leukositosis yang merupakan gejala penting walau tida spesifik.
Pada diverkulitis dilakukan upaya intake oral, pemberian cairan/elektrolit
intravena,pemberian antibiotik spektrum luas (termasuk yang dapat meng-cover
bakteri anaerob). Cara tersebut diharapkan dapat mengatasi inflamasi akut
divertikulitis. Apabila komplikasi divertikulitis berlanjut maka tindakan operasi
dilakukan. 4
2. Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik yang menimbulkan abortus atau ruptur sehingga mengakibatkan
penurunan kondisi umum pasien disebut dengan Kehamilan Ektopik Terganggu 3.
Harus dicurigai pada pasien dengan ketidakteraturan haid, perdarahan pervaginam dan
nyeri abdomen bawah seperti kram. Tes konfirmasi mencakup tes kehamilan, tetapi
tes kehamilan negatif tidak perlu menghalangi diagnosis. Pembantu laboratorium
bermanfaat lainnya mencakup kuldosentesis dan laparoskopi. 2 Tatalaksana operatif
bisa dengan salpingektomi dan laparotomi atau tindakan konservatif seperti
salpingotomi. 3
3. Adneksitis
Disebut juga dengan Pelvic Inflamatory Disease ( PID ) atau salpingitis. PID
merupakan infeksi polimikroba pada saluran atas genitalia yang berhubungan dengan
organisme yang menular secara seksual. Paling sering terjadi pada perempuan muda,
nulipara, dan aktif secara seksual dengan beberapa pasangan. Ditandai dengan sakit
pada perut bagian bawah, menggigil dan demam, gangguan menstruasi, sekret
bernanah dari serviks, dan nyeri pada adneksa serta serviks. Jika dipertimbangkan
mengalami PID harus ditatalaksana dengan antibiotik kecuali ada diagnosis kuat lain
seperti apendisitis atau KET. Tindakan bedah diperlukan pada abses tuba-ovarium.2,5
Epidemiologi
Apendisitis merupakan salah satu keadaan darurat bedah yang umum di kedokteran
modern , dengan tingkat kejadian tahunan sekitar 100 per 100.000 penduduk . Resiko seumur
hidup mengembangkan usus buntu adalah 8,6 % untuk laki-laki dan 6,7 % untuk perempuan ,
dengan insiden tertinggi terjadi pada dekade kedua dan ketiga. Tingkat apendiktomi untuk
apendisitis telah menurun sejak tahun 1950-an di sebagian besar negara. 6
PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan

Anatomi dan Fisiologi


Apendiks memiliki panjang bervariasi sekitar 6 sampai 9 cm. Dasarnya melekat pada
sekum dan ujunganya memiliki kemungkinan beberapa posisi seperti retrosekal, pelvis,
antesekal, preileal, retroileal, dan perikolik kanan. Pada persambungan apendiks dan sekum
terdapat tiga pertemuan taenia coli yang dapat menjadi penanda. Apendiks adalah organ
imunologik yang berperan dalam sekresi IgA karena termasuk dalam komponen gutassociated lympoid tissue (GALT) pada waktu kecil. Namun, sistem imun tidak mendapat
efek negatif bila apendektomi dilakukan.3
Etiologi dan Patogenesis
Etiologi dan patogenesis apendisitis tidak sepenuhnya dipahami . Obstruksi lumen
karena fekalit atau hipertrofi jaringan limfoid diusulkan sebagai faktor etiologi utama dalam
apendisitis akut. Frekuensi obstruksi meningkat dengan tingkat keparahan dari proses
inflamasi . Fekalit dan calculi ditemukan pada 40% kasus apendisitis. 1
Pada kebanyakan pasien dan khususnya dalam kelompok usia lebih muda, apendisitis
karena hiperplasia folikel limfoid submukosa menyebabkan obstruksi lumen appendix
vermiformis. Sekresi mukosa kontinu, walaupun ada lumen tersumbat dan tekanan di dalam
appendix meningkat. Karena tekanan intralumen meningkat, maka aliran limfe tersumbat,
yang menyebabkan edema appendix. Ia stadium apendisitis fokal akuta yang ditandai oleh
ekstravasasi bakteri yang dini. Karena appendix vermiformis dan usus halus mempunyai
persarafan yang sama, maka mula-mula nyeri visera diterima sebagai nyeri tumpul yang
samar didaerah periumbilicus. 1,2
Stadium kedua apendisitis (apendisitis supurativaakuta) ditandai oleh peningkatan
lebih lanjut tekanan intralumen, obstuksi vena, iskemia fokal dan iritasi serosa. Bila tunica
serosa appendix yang meradang dekat dengan peritoneum peritoneal, maka pasien mengalami
perpindahan nyeri periumbilicus ke kuadran kanan bawah. Nyeri somatik terlokalisasi baik
ini menunjukkan ancaman penyediaan darah arteri dan iskemia menyebabkan infark kecil
sepanjang batas antintesenterica appendix.

Stadium apendisitis gangrenosa ini disertai

dengan peningkatan ekstravasasi bakteri dan kontaminasi lokalisasi cavitas peritonealis.


Progresivitas menyebabkan perforasi dan massa periappendix lokalisata atau peritonitis
generalisata. 1,2

PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan

Apendisitis yang berlanjut melalui stadium peradangan, stadium obstruktif, stadium


iskemi dan stadium perforatif, semuanya mencerminkan tanda dan gejala fisik berbeda.
Sayangnya kerangka waktu untuk progresivitas kejadian klinik ini sangat bervariasi.1,2
Pasien apendisftis akuta muncul dengan nyeri abdomen serta lokasi nyeri tergantung
atas stadium penyakit dan lokasi appendix vermiformis. 2 Apendisitis khas tampil dengan
riwayat nyeri epigastrium atau periumbilicus tumpul samar-samar yang disertai oleh
anoreksia (90 persen), mual (80 persen) muntah (65 persen). 5
Insidens kompleks gejala ini hampir identik dalam apendisitis akuta, adenitis
mesenterica, gastroenteritis dan nyeri abdomen yangsebabnya tak diketahui. Diagnosis
apendisitis pada stadium ini sulit ditegakkan. Pasien yang nyerinya tidak terlokalisasi dan
yang lama gejalanya kurang dari 8 jam biasanya dapat dihidrasi dan diamati. Karena penyakit
ini berlanjut dari apendisitis fokal akuta ke apendisitis supurative akuta, maka khas nyeri
terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah.1,2
Mikrobiologi
Apendisitis dapat terjadi dalam rangkaian, menunjukkan asal infeksi. Namun, hubuungan
dengan bakteri dan virus menular hanya ditemukan pada sebagian kecil pasien apendisitis.
Flora apendiks yang meradang berbeda dari apendiks yang normal. Spesimen jaringan dari
dinding apendiks yang meradang ( aspirasi tidak luminal ) hampir semua ditumbuhi oleh
Eschericia coli dan Bacteroides spesies pada kultur. Fusobacterium nucleatum/necrophorum,
yang tidak ada pada flora normal cecal, telah diidentifikasi pada 62% kasus apendisitis.1
Manifestasi Klinik
Apendisitis biasanya dimulai dengan nyeri preumbilikus yang difus dan muntah
karena rangsangan peritoneum viseral. Dalam waktu 2-12 jam seriring dengan iritasi
peritoneal, nyeri perut akan berpindah ke kuadran kanan bawah yang menetap dan diperberat
dengan batuk atau berjalan. Nyeri akan semakin progresif dan dengan pemeriksaan akan
menunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah
anoreksia, malaise, demam tak terlalu tinggi, konstipase, diare, mual dan muntah. 3
Walaupun rasa sakit pada kuadran kanan bawah merupakan salah satu tanda yang
paling sensitif dari apendisitis, rasa sakit di lokasi atipikal atau nyeri yang minimal akan
sering menjadi sering awal. Variasi lokasi anatomi apendik menjelaskan gejala berbeda dari
fase somatik rasa sakit. 1

PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan

Tata Laksana
1. Pre-Operatif
Observasi ketat, tirah baring, dan puasa. Pemeriksaan adomen dan rektal serta
pemeriksaan darah dapat diulang secara periodik. Foto abdomen dan toraks dapat
dilakukan untuk mencari penyulit lain. Antibiotik intravena spektrum luas dan
analgesik dapat diberikan. Pada perforasi apendiks perlu diberikan resusitasi cairan. 3
2. Operatif
Apendektomi terbuka
Dilakukan dengan insisi transversal pada kuadran kanan bawah (DavidRockey) atau insisi oblique (McArthur-McBurney). Pada diagnosis yang

belum jelas dapat dilakukan insisi subumbilikal pada garis tengah.3


Laparoskopi apendektomi
Teknik operasi dengan luka dan kemungkinan infeksi yang lebih kecil.
Ketertarikan mulai tumbuh pada laparoskopi apendektomi dengan insisi
tunggal. Daripada dua atau tiga insisi, insisi tungga dilakukan pada daerah
preumbilikal.1,3

3. Pasca-operatif
Perlu dilakukan observasi tanda vital untuk mengantisipasi adanya perdarahan dalam,
syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Pasien dibaringkan dalam posisi Fower
dan selama 12 jam dipuasakan terlebih dahulu. Pada operasi dengan perforasi atau
peritonitis umum, puasa dilakukan sehingga fungsi usus kembai normal. Secara
bertahap pasien diberi minum, makanan saring, makanan lunak, dan makanan biasa. 3
Komplikasi
Perforasi muncul pada 20% pasien dan harus dicurigai pada pasien dengan sakit yang
lebih dari 36jam, demam tinggi, dan nyeri perut yang difus atau termuan peritoneal, massa
abdomen yang teraba, atau ditandai leukotosis. Perforasi terlokalisir menyebabkan abses,
biasanya dipanggul. Sebuah perforasi dapat mengarah menjadi peritonitis supuratif dengan
toksisitas. Tromboflebitis septik dari sistem vena porta jarang terjadi dan ditandai dengan
demam tinggi, menggigil, bakteremia, dan jaundice.5
Prognosis
Prognosis dubia ad bonam dengan tingkat mortalitas dan morbiditas sangat kecil
dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan. Tingkat mortalitas keseluruhan berkisar
antara 0,2 0,8 % dan disebabkan oleh komplikasi penyakit daripada intervensi bedah. 3
PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan

Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks yang disebabkan oleh obstruksi dan
infeksi. Diagnosis apendisitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Keterlambatan dalam mendiagnosis dan melakukan tindakan dapat
menyebabkan terjadinya abses atau perforasi. Penatalaksanaan appendicitis dilakukan dengan
tindakan appendectomi, yaitu suatu tindakan bedah dengan mengangkat apendiks.

Daftar Pustaka
1. Brunicardi FC,Andersen DK,Billiar TR,et al.Schwartzs principles of surgery:
Appendicitis.10th ed.New York: McGraw-Hill Education;2015.p1231-1259.
2. Townsend CM.Sabitson textbook of surgery: the biological basis of modern surgical
practice.19th ed.Canada: Elsevier Saunders;2012.p1279-1291.
3. Tanto C,Liwang F,Hanifati S,Pradipta EA.Kapita selekta kedokteran.Edisi ke-4.Jilid
2. Jakarta: Media Aesculapius;2014.p213-14.
4. Setiawati S, Alwi I, Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6.
Jilid 2. Jakarta. Interna Oublishing.214.p1865-96.
PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan

5. McPhee SJ, Papadakis MA. Lange : Current medical diagnosis & treatment. 47th ed.
United States of America:The McGraw-Hill;2008p537-8.
6. Longo DL,Kasper DL,Jameson JL,Fauci AS.Harrisons principles of internal
medicine: Acute appendicitis and peritonitis. Philadelphia. United States of America:
McGraw-Hill;2012.p2516-9.

PBL Blok 16 Digestive-2 | Apendisitis pada Perempuan

10

Anda mungkin juga menyukai