Pendahuluan :
Pemberitaan :
Visum hidup harus dicantumkan anamnesis dalam bentuk “kronologis kejadian”,
TTV, dan pada pemberitaan yaitu hasil pemeriksaan dalam bentuk angka
dituliskan dalam bentuk huruf pada visum
Kesimpulan :
Tidak ada kualifikasi luka
Penutup :
Tidak ada pernyataan “berdasarkan keilmuannya”
IDENTIFIKASI FORENSIK
Scenario 5
Sebuah kantong plastik dengan isi ditemukan ditepi sungai oleh pemulung. Pada saat
dibuka berisi tulang panggul dan dilaporkan kekantor polisi. Polisi kemudian membawa tulang
panggul tersebut kebagian kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UHO untuk dikakukan
identifikasi. Pada pemeriksaan didapatkan ramus ischiopubis elevasi, simfisis tinggi bentuk
segitiga, incisura ischiadica bentuk L, arcus pubis 90 derajat, permukaan aurical dengan
granulasi kasar seragam, simfisis pubis sebagian besar halus sekitar fase 7 Todd.
Identifikasi sisa-sisa manusia
1. Umum
Pria
Wanita
Seorang laki-laki 49 tahun yg berprofesi sebagai gojek meninggal setelah gantung diri dikamar.
Jenazah kemudian dibawa ke kamar jenazah RSP UHO Kendari untk dilakukan pemeriksaan. Pada
pemeriksaan didapatkan kesan gizi kurang dan tanda mati lemas.
Cara kematian
Mekanisme kematian
Mati lemas/asfiksia
Waktu kematian
pada skenario tidak dapat ditentukan karena tidak dipaparkan, harusnya :
- lebam mayat (livor mortis) pada daerah eksremitas dan distal serta daerah skrotum.
- kaku mayat (rigor mortis): Lebih cepat karena pada skenario disebutkan bahwa jenazah
mengalami gizi kurang.
PENGANIAYAAN
SKENARIO 4
Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke RS ingin meminta Visum karena telah
dianiaya suami temannya. Pada pemeriksaan terdapat luka terbuka pada bibir dan tonjolan pipi
kiri
Jenis kekerasan : kekerasan tumpul (sering terjadi luka pada penonjolan tulang)
Kualifikasi luka
Luka sedang (minimal luka robek, apalagi pada bibir karena dapat menghalangi untuk
makan )
Bubyek hukum
PENGANIAYAAN
SKENARIO 3
Jenis Kasus :
penganiayaan
Jenis Kekerasan :
Kekerasan tajam
Jenis Luka :
Kualifikasi Luka :
Aspek Hukum :
KUHP 351
Pasal 1: Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,
Pasal 2: Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun.
KUHP 353
Pasal 1: penganiayaan dengan bencana terlebih dahulu diancam dengan pidan penjara paling
lama empat tahun
Pasal 2: jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun
KUHP 354
Pasal 1: barangsiapa yang sengaja melukai berat orang laindiancam karena melakukan
penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun
KUHP 355
Pasal 1: penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun
KEKERASAN SEKSUAL
SKENARIO 4
Seorang anak perempuan berusia 4 tahun dibawa ke RS dengan keluhan demam dan nyeri BAK.
Pasien dikonsulkan ke forensik pada aloanamnesis diketahui sempat mengalami kekerasan
seksual oleh ayah kandung yang dalam kondisi mabuk 1 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan
didapatkan hiperemis pada introitus vagina, robekan selaput dara arah jam 6, warna kemerahan,
swab vagina (+) sperma.
Jenis kekerasan : KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), kekerasan terhadap anak
(KtA)
Tanda persetubuhan :
Tidak langsung = -
Waktu persetubuhan
Sperma dalam liang vagina masih dapat bergerak pada waktu 4-5 jam post coital; sperma
masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekitar 24-36 jam post coital, dan bila
wanitanya mati masih akan dapat ditemukan sampai 7-8 hari.
Perkiraan saat terjadinya persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses penyembuhan
dari selaput dara yang robek, yang pada umumya penyembuhan tersebut akan dicapai
dalam waktu 7-10 hari post coitus
Tanda kehamilan : -
Aspek medikolegal :
UU No 23 Tahun 2004
ETIKA KEDOKTERAN
Aspek hukum
(1) Dngan tdk mengurangi ketentuan-ketentuan dlm kitab undang-undang hokum pidana dn
peraturan perundang-undangan yg lain maka terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan
tindakan-tindakan administrative dlm hal sebagai berikut:
A. Melalaikan kewajiban
B. Melakukan sesuatu hal yg seharusnya tdk boleh diperbuat oleh seorang tenaga kesehatan,
baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingan sumpah tenaga kesehatan
1. Barang siapa karena kehilafan me nyebabkan org luka berat dipidana dngn pidana penjara
selama-lamanya 1 thn
2. Barang siapa dngn kehilafan menyebabkan org luka sedemikian rupa sehingga org itu
menjadi sakit sementara atau tdk dpt menjalankan jabatan atau pekerjaannya sementara,
dipidana dngn pidana penjara selama-lamanya 9 bln atau pidana dngn pidana kurungan
selama-lamanya 6 bln atau pidana denda setinggi-tingginya 4.500 rupiah.
- beneficient
Melanggar kodeki
Malpraktik pidana karena kealpaan (negligence), misalnya terjadi cacat atau kematian
pda pasien aktibat tindakan dokter yg kurang hati” dngan tertinggalnya alat-alat oprasi
didalam rongga tubuh pasien.
• Kelalaian medik:
Seseorang tidak melakukan apa yang seorang biasa, wajar, dan berhati-hati akan
melakukan, atau justru melakukan apa yang orang wajar tidak akan melakukan dalam
situasi yang meliputi keadaan tersebut.
Malpraktik
kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menerapkan tingkat keterampilan dan
pengetahuannya didalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap
seorang pasien yang lazimnya diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau
terluka dilingkungan wilayah yang sama.