7. Kondisi dan posisi tubuh pasien sebelum peristiwa terjadi, saat peristiwa terjadi dan setelah peristiwa
terjadi: pada saat sebelum kejadia korban memasak ayam goreng untuk sahur pukul 02:00 WIB
kemudian suami korban datang kepada korban dan meihat korban memasak ayam goreng yang gosong.
Suami korban merasa kesal, kemudian suami korban pergi ke belakang rumah untuk mengambil parang,
lalu korban melampiaskan kekesalan dengan menebas pohon papaya. Merasa kurang terlampiaskan,
korban masuk ke dalam rumah dan menebas anak korban. Korban yang melihat kejadian tersebut,
melindungi anaknya dengan lengan bawahnya. Lalu, korban dan anak korban lari keluar rumah. Sampai
di depan rumah, pelaku menarik rambut korban dan menebas korban terus menerus. Setelah peritiwa
terjadi korban sudah tidak sadarkan diri
8. Situasi di Tempat Kejadian Perkara: kondisi rumah sepi hanya ada korban, pelaku dan anak korban
9. Pengamatan pasien terhadap benda yang dipakai untuk melakukan kekerasan: benda tajam (Parang)
10. Suami korban merupakan pasien ODGJ dan sudah habis obat selama 1 minggu
IV. DATA REKAM MEDIS
2. DATA HASIL PEMERIKSAAN BENDA-BENDA
A. PAKAIAN, PERHIASAN, BENDA YANG MELEKAT DI TUBUH
PASIEN/KORBAN DAN BENDA LAIN YANG DIANTAR OLEH PENYIDIK
1. Pakaian pasien/korban : Kaos tanpa kerah, lengan pendek, warna dasar putih dengan 2 buah
kancing pada bagian depan atas dan satu buah kantong pada sisi kanan depan bawah, diatas
kantong tersebut terdapat border bergambar beruang. Kaos dalam keadaan basah berlumuran
darah. Celana kulot warna cokelat kehijauan dengan 1 buah kantong pada sisi kanan dan kiri
depan tanpa isi. Bra warna biru keunguan. Celana dalam warna ungu.
2. Perhiasan pasien/korban : Perhiasan Korban tidak ada
3. Benda-benda yang dipakai pasien/korban (selain pakaian dan perhiasan di tubuh) : Benda Benda
yang dipakai korban tidak ada
4. Benda lain yang diantar juga oleh penyidik : Benda lain yang diantar tidak ada
B. FOTO -FOTO : (Pakaian)
2. Penilaian gigi geligi (susunan gigi, jumlah gigi, kelengkapan gigi dan bentuk gigi, dll) :
Gigi geligi Berjumlah
87654321 12345678
87654321 12345678
IV. DATA REKAM MEDIS
3. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (UMUM)
2. BERDASARKAN TANDA IDENTIFIKASI SEKUNDER/ KHUSUS :
1) Kecacatan : Tidak ada
2) Jejas bekas luka atau bekas operasi : Tidak ada
3) Tato: Tidak ada
4) Tanda kenal lahir : Tidak ada
5) Dan hal lain atau tanda khusus lainnya : Tidak ada
C. FOTO-FOTO : (LUKA-LUKA)
C. FOTO-FOTO : (LUKA-LUKA)
C. FOTO-FOTO : (LUKA-LUKA)
C. FOTO-FOTO : (LUKA-LUKA)
C. FOTO-FOTO : (LUKA-LUKA)
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
A. TANDA KEKERASAN :
1. LUKA
1) Jumlah Total Luka di seluruh tubuh : 17 Luka
2) Jumlah Total Luka berdasarkan jenis luka : 14 luka tajam dengan 4 luka sayat , 10 luka
bacok dan 3 luka tumpul dengan jenis luka memar
3) Jumlah Total Luka berdasarkan regio tubuh : 8 (regio facialis, regio parietal, regio
occipitalis, regio frontalis, regio ekstremitas atas, regio ekstremitas bawah, regio
manus, regio thorax anterior, regio thorax posterior.)
2. Berdasarkan kasus diatas, maka dapat dinyatakan bahwa peristiwa tersebut dengan jenis kasus atau jenis
kekerasan atau jenis trauma yang dialami pasien tersebut dengan trauma tajam dan trauma tumpul
alasan/argumentasi : Dari hasil pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda pasti kematian jenazah/mayat
tersebut berupa kaku mayat , ditemukan juga tanda-tanda kekerasan berupa luka tajam dengan luka sayat di
kepala sisi kiri, dada sisi kanan , lengan atas sisi kiri dan punggung kiri belakang. luka bacok pada daerah
kepala, dahi, pipi, dada, punggung, dan tangan kiri. serta luka memar pada bahu kanan, dada kanan, dan
lutut kanan akibat kekerasan tumpul.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ANALISA KASUS
3. Tindak pidana ver perlukaan tersebut, peristiwa kejadiannya merupakan penganiayaan
A. Tindakan pidana ver KDRT fisik, argumentasi : terdapat unsur perlukaan/kekerasan fisik yang dilakukan
oleh suami korban.
B. Peristiwa KDRT Fisik, argumentasi : ditemukan unsur perlukaan/kekerasan fisik, luka yang
ditemukan, dengan luka di daerah kepala , wajah, lengan dan jari kiri, dada , punggung yang dilakukan oleh
suami korban.
4. Perkiraan waktu kematian adalah lebih dari dua belas jam dari saat pemeriksaan dengan alasan/argumentasi
kaku mayat sudah sukar dilawan (menetap) dan lebam mayat tidak begitu tegas atau jelas di daerah
punggung belakang,leher dan paha belakang yang sudah menetap
5. Perkiraan (berdasarkan pemeriksaan luar) sebab kematian jenazah/mayat tersebut adalah tidak dapat
dipastikan secara langsung dengan alasan/argumentasi karena diperlukan pemeriksaan dalam untuk
mengetahui sebab pasti kematian, namun diduga luka menyebabkan perdarahan hebat sehingga korban
mati akibat kekurangan darah
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
SARAN :
1. Bagi Mahasiswa/ Coass/ Dokter Muda : Diharapkan kedepannya Coass/Dokter
Muda membuat data pasien lebih lengkap dan komplit sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP) visum.
2. Bagi Penyidik : Diharapkan untuk kedepannya surat permintaan Visum Et Repertem
selalu dibawa ke RS dengan tepat waktu dan tidak menyusul, untuk meningkatkan
citra, kinerja, dan profesionalitas dan jika terdapat barang bukti di TKP dapat
diberitahukan kepada dokter pemeriksa.
3. Rumah Sakit : Diharapkan dapat memfasilitasi alat-alat untuk pemeriksaan pasien,
seperti alat petunjuk identifikasi, kamera yang lebih baik agar kualitas foto lebih
baik.
4. Universitas/Akademis : Diharapkan agar kedepannya dapat memperbaiki dan
melengkapi sarana dan fasilitas fisik yang dapat digunakan oleh coas/dokter muda
dalam menjalankan pembelajaran ilmu forensik dan medikolegal.
Sumber: Aflanie I, Nirmalasari N, Arizal MH.2020. Ilmu kedokteran forensik & medikolegal. Rajawali pers. Depok.
FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 6 Tahun 2009 Tentang OTOPSI JENAZAH
• 1. Pada dasarnya setiap jenazah harus dipenuhi hak-haknya, dihormati keberadaannya dan tidak boleh dirusak.
• 2. Otopsi jenazah dibolehkan jika ada kebutuhan yang ditetapkan oleh pihak yang punya kewenangan untuk itu
• 3. Otopsi jenazah sebagaimana dimaksud angka 2 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
• a. otopsi jenazah didasarkan kepada kebutuhan yang dibenarkan secara syar’i (seperti mengetahui penyebab kematian untuk
penyelidikan hukum, penelitian kedokteran, atau pendidikan kedokteran), ditetapkan oleh orang atau lembaga yang berwenang dan
• b. otopsi merupakan jalan keluar satusatunya dalam memenuhi tujuan sebagaimana dimaksud pada point a.
• c. jenazah yang diotopsi harus segera dipenuhi hak-haknya, seperti dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan dikuburkan.
• d. Jenazah yang akan dijadikan obyek otopsi harus memperoleh izin dari dirinya sewaktu hidup melalui wasiat, izin dari ahli waris,
• Visum jenazah
5. Dalam Bahasa Indonesia yang singkat dan benar tanpa ada singkatan
7. Sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan, diberi penjelasan dalam Bahasa Indonesia
8. Harus mencamtumkan tiga kata pertama dari halam berikutnya di bagian bawah kanan jika terdiri lebih dari satu halaman
9. Setiap lembar diberi nomor visum (umumnya pada sisi kanan atas)
11. Dalam visum, tidak boleh dituliskan pembunuhan, perkosaan, kecelakaan, bunuh diri, penganiayaan
Bagian atau Isi dari Visum et Repertum
– Pro-Justitia
– Pendahuluan
– Hasil Pemeriksaan/Pemberitaan
– Kesimpulan
– Penutup
Definisi Traumatologi
Traumatology adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena
adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejak. (Alfanie I,
2020)
Luka Menurut Ilmu Kedokteran (Medis)
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya
kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi
jaringan yang rusak atau hilang. (Kaplan NE, 2006)
Luka Menurut Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan atau juga gangguan pada
ketahanna jaringan tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal,
berupa potongan atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan oleh cedera atau
operasi. (Nirmalasari N, 2020)
Kekerasan Menurut Hukum
Kekerasan dalam Pasal 89 KUHP adalah membuat orang menjadi
pingsan atau tidak berdaya lagi (lemah) dijelaskan bahwa melakukan
kekerasan artinya memepergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak
kecil secara tidak sah, misalnya memukul dengan tangan atau dengan
segala macam senjata, menyepak, menendang dan sebagainya. (Safitry
O, 2014)
Kekerasan Menurut Ilmu Kedokteran (WHO)
Kekerasan adalah "penggunaan kekuatan atau kekuasaan fisik yang disengaja,
terancam atau aktual, terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok
atau komunitas, yang mengakibatkan atau memiliki kemungkinan besar untuk
mengakibatkan cedera, kematian, bahaya psikologis, gangguan
perkembangan, atau kerugian". (WHO,2020)
- Penganiayaan Berdasarkan KBBI:
• Penganiayaan merupakan perlakuan yang sewenang-wenang (penyiksaan, penindasan, dan sebagainya) yang tidak boleh dibiarkan untuk terus berlangsung.
Penganiayaan juga merupakan perbuatan kekerasan yang dengan sengaja dilakukan terhadap seseorang sehingga mengakibatkan cacat badan atau kematian. (KBBI,
2022)
• Deskripsi luka merupakan penjelasan mengenai luka-luka pada tubuh korban hidup maupun mati yang dijelaskan dengan lengkap dan baik untuk mengetahui jenis
kekerasan yang dialami. (Nirmalasari, 2020)
- Derajat Kualifikasi Luka
• Derajat kualifikasi luka merupakan orientasi dan paradigma yang digunakan dalam merinci luka dan kecederaan untuk membantu merekontruksi peristiwa
penyebab dan memperkirakan keparahan luka. (Kelwulan, 2020)
Klasifikasi/Jenis-jenis Peristiwa Perlukaan berdasarkan Undang-Undang KUHP
Penganiayaan (Safitry O, 2014)
Penganiayaan Biasa sebagaimana diatur dalam pasal 351 KUHP.
Pasal 351
(1)Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,–.
(2)Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, sitersalah dihukum penjara selama-lamanya lima tahun. Jika perbuatan itu menjadikan mati orangnya, dia
dihukum penjara selama- lamanya tujuh tahun.
Penganiayaan Berencana sebagaimana diatur dalam pasal 353 Pasal 353 KUHP:
(7)Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
(8)Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(9)Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian yang bersalah diancam dengan pidana penjara penjara paling lama Sembilan tahun.
Penganiayaan Berat sebagaimana diatur dalam pasal 354 KUHP
Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun. Penganiayaan Berat
Berencana sebagaimana diatur dalam pasal 355 KUHP Pasal 355 KUHP:
(2)Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(3)Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Penganiayaan terhadap orang yang berkualitas tertentu pasal 356 Pasal 356 KUHP:
(4) Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah dengan sepertiga:
1. Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya atau anaknya;
2. Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena menjalankan tugasnya yang sah;
3. Jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.
4. Pengeroyokan (Safitry O, 2014)
Pengeroyokan (Safitry O, 2014)
Pasal 170 KUHP
(1)Barangsiapa yang dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang
atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2)Yang bersalah diancam :
1. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika
kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka;
2. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat pada tubuh
3. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.
(3)Pasal 89 tidak diterapkan.
Jenis-jenis/ Klasifikasi Trauma (Peristiwa Kekerasan) berdasarkan Penyebabnya. (Budiyanto A, 1997; Ferdinan, 2012)
Mekanik
Kekerasan oleh benda tajam
Kekerasan oleh benda tumpul
Tembakkan senjata Api
Fisik
Suhu
Listrik
Petir
Audiotorik
Radiasi
Kimiawi
Asam
Basa
Intoksikasi
Mekanisme/Cara Terjadinya Trauma (Peristiwa Kekerasan) Mekanik, Tumpul dan Tajam
- Mekanisme terjadinya Trauma Mekanik
Jenis kekerasan yang terjadi karena disebabkan oleh alat atau senjata/benda dengan berbagai bentuk alami ataupun dibuat oleh
manusia seperti benda tumpul (luka memar,luka lecet, luka robek dan patah tulang), benda tajam (luka iris, luka tusuk dan luka
bacok) dan akibat senjata api (luka tembak masuk dan luar). (Amir A, 2005)
- Mekanisme terjadinya Trauma Tajam
Kekerasan tajam disebabkan pisau, pedang silet, gunting, kampak, bayonet dan lain-lain. Senjata ini dapat menyebabkan luka sayat,
tikam dan bacok. (Amir A, 2005)
- Mekanisme terjadinya Trauma Tumpul
Trauma tumpul dapat menyebabkan perdarahan internal atau eksternal tergantung pada lokasi dan mekanisme. Benda tumpul yang
sering mengakibatkan luka antara lain: batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Kekerasan tumpul dapat terjadi karena dua
sebab yakni alat atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak. (Amir A, 2005)
Jenis-Jenis Luka (Definisi atau Mekanisme/Cara Terjadinya Serta Ciri) akibat Trauma (Peristiwa Kekerasan) Tumpul
1. Abration (luka lecet)
Suatu keadaan berupa hilang atau rusaknya epitel sel pembungkus kulit (epidermis) atau membrana mukosa diakibatkan tekanan benda keras, tumpul, atau kasar.
Kerusakan tubuh hanya terbatas pada lapisan kulit terluar/kulit air. Berdasarkan mekanisme terjadi luka lecet. (Panduri GA, 2017; Apuranto H, 2007; Idries
AM,1997)
- Luka lecet geser
Terjadi apabila objek tumpul yang lebar dan kasar permukaannya bergeser dengan permukaannya bergeser dengan permukaan tubuh.
- Luka lecet gores
Abrasi yang terjadi akibat geseran benda runcing seperti duri, kuku dan benda sejenisnya.
- Luka lecet tekan
Abrasi akibat hentakan benda tumpul ke tubuh korban (atau sebaliknya) dengan sudut tegak lurus yang akan menghasilkan corak/bentuk objek yang mengenainya.
2. Contutio (Luka memar)
Suatu keadaan dimana terjadinya penggumpalan darah dalam jaringan sewaktu orang masih hidup, oleh karena pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan
atau ruda paksa. (Panduri GA, 2017; Apuranto H, 2007; Idries AM,1997)
3. Laceration (Luka robek)
Laceration merupakan keadaan dimana permukaan tubuh terkena benda, sehingga menimbulkan reaksi tertarik dan tegang permukaan tubuh sampai
melampau batas elasitisitasnya dan tekanan benda itu akan merobeknya bagian yang terpenting. (Panduri GA, 2017; Apuranto H, 2007; Idries AM,1997)
4. Fraktur (patah tulang)
Fraktur adalah suatu diskonuitas tulang, akibat tekanan dari luar. (Panduri GA, 2017; Apuranto H, 2007; Idries AM,1997)
Jenis-Jenis Luka (Definisi atau Mekanisme/Cara Terjadinya Serta Ciri) akibat Trauma (Peristiwa Kekerasan) Tajam
1.Luka iris/ inciseal wound (Nirmalasari N, 2020)
Luka iris adalah luka yang diakibatkan karena alat untuk memotong dengan mata tajam dengan cara menekan dan menggeser pada permukaan kulit, tenaga
menggeser lebih besar dari pada tenaga menekan. Contoh benda tajam: pisau, pecahan kaca.
Ciri-ciri luka iris yaitu:
oPanjang luka lebih besar daripada dalamnya luka
oTepi luka tajam dan rata, pada lipatan kulit tepi luka tajam dan berliku-liku
oUjung luka runcing
oRambut ikut teriris
oTidak ada jembatan jaringan
Luka sayat tidak begitu berbahaya, kecuali luka sayat mengenai pembuluh darah yang dekat ke permukaan seperti dileher, siku bagian dalam, pergelangan
tangan, dan lipat paha. Luka iris pada percobaan bunuh diri:
oLokasi pada tempat tertentu, antara lain: leher, pergelangan tangan, perut, dan lekuk lutu, irisan leher biasanya tidak sampai ruas belakang tulang
leher
oTerdapat luka iris yang sejajar, pertama dangkal dinamakan irisan percobaan, kemudian timbul keberanian untuk mengiris lebih dalam
oPakaian biasanya disingkirkan sebelum melakukan irisan
oTidak ditemukan luka tangkisan
oTKP rapih tidak porak poranda
• Usia luka sayat diperkirakan sebagai berikut:
o Masih segar: darah masih ada, daerah tepi luka masih segar, hematom ada
o 12 jam: pinggir luka merah, bengkak serta ada perlengketan darah dan cairan limfe
o 24 jam: lapisan epidermis kulit menuutupi permukaan luka, diatasnya terdapat krusta
(kropeng) yang merupakan bekuan darah
o 36 jam: mulai terbentuk jaringan kapiler
o 48-72 jam: sel epidermis makin tumbuh ke dalam luka yang nantinya akan membentuk
jaringan penyambung
o 3-5 hari: bersamaan dengan pembuluh darah baru juga terbentuk jaringan fibrin, pembuluh
darah yang terbentuk menunjukan penebalan dari obliterasi
o 1-2 minggu: jaringan parut mulai terbentuk
Luka tusuk (Nirmalasari N, 2020)
Luka tusuk adalah luka yang disebabakan oleh karena alat dengan ujung-ujung runcing, mata tajam atau tumpul atau alat dengan ujung runcing dengan penampang bulat,
segitiga dengan cara manusukan sehingga masuk kedalam jaringan tubuh. Contohnya pisau, keris, pecahan kaca, kikir dengan penampang bulat, segitiga, obeng, dll.
Luka tusuk ada 2 jenis yaitu:
a. Penetrasi
Pada luka ini, benda menyebabkan penetrasi yang merobek kulit dan jaringan yang lebih dalam, lalu masuk ke rongga tubuh, seperti pada rongga thorax, abdomen, dll.
Dengan demikian bahwa luka hanyalah tempat masuk.
b. Perforasi
Jika luka merobek jaringan tubuh manusia sampai menembus dari satu sisi ke sisi lainnya. Penyebab kematian pada luka tusuk adalah:
o Cedera pada organ vital tubuh
o Perdarahan dari pembuluh darah yang mengenai cedera
o Infeksi
Penyebab kematian yang paling sering adalah cedera organ vital tubuh. Cici-ciri luka tusuk:
o Kedalaman luka lebih besar dibandingkan panjang antara lebarnya
o Tepi luka tajam atau rata
o Rambut terpotong pada sisi tajam
o Sekitar luka terkadang ada luka memar (kontusio), ekimosis karena tusukan sampai mengenai tangkai pisau
o Sudut luka tajam namun kurang tajam pada sisi tumpul
Cara Membuat Deskripsi Luka
Deskripsi luka meliputi:
1. Jumlah luka
2. Lokalisasi luka (letak luka terhadap garis koordinat pada tubuh)
3. Bentuk luka, meliputi:
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka. Meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau millimeter.
Sifat-sifat luka, meliputi:
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi:
i. Batas (tegas atau tidak tegas)
ii. Tepi (rata atau tidak rata)
iii.Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah didalam garis batas luka, meliputi:
i. Jembatan jaringan (ada atau tidak)
ii. Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terbagi oleh apa)
iii. Dasar luka
c. Daerah disekitar garis batas luka, meliputi:
Memar (ada atau tidak)
Lecet (ada atau tidak)
Pada luka memar hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Patofisiologi / mekanisme terbentuknya : suatu kekerasan tumpul yang relative lunak dapat tidak mengakibatkan cedera pada kulit / epidermis. Namun kekerasan
tersebut telah dapat mencederai pembuluh darah kapiler dibawahnya sehingga terjadinya perdarahan dibawah epidermis (kulit ari), dibawah dermis
2. Marginal Hemorrhage” : memar terjadi di tepi daerah yang terkena trauma, terjadi karena tekanan yang besar. Memar jenis ini bisa menggambarkan bentuk
benda penyebabnya, misalnya jejas ban, jejas pukulan cambuk / tongkat dsb
3. Lokasi memar tak selalu sama dengan lokasi trauma. Contoh : trauma pada dahi yang jaringanikat dibawahnya jarang memar dapat terjadi di daerah kelopak mata.
4. Warna, sesuai dengan waktu penyembuhan luka (Memar menghilang dengan perubahan warna; biru – hijau – coklat – kuning – hilang). Adanya warna kuning di
sekitar warna memar menunjukkan bahwa memar telah berusia lebih dari 18 jam
5. Memar merupakan salah satu tanda intravitalitas trauma, yang berarti bahwa trauma terjadi semasa korban hidup
6. Bila letaknya di daerah atau di dekat lebam mayat, memar kadang – kadang harus dibedakan dengan lebam mayat.
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain :
1. Terjadinya penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan
2. Terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan
3. Memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah
sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan