Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN KASUS : PERLUKAAN

Jenis Kekerasan/ Trauma Perlukaan (Jenis luka Trauma Tajam)


Dugaan Peristiwa : KDRT Dalam Bentuk Fisik
TIM KERJA :
1. Regi Wijaya Anggoro Putra, S.Ked NPM :112021145
2. Putu Prayoga Tantra, S.Ked NPM :112020014
3. Aditya Wahyu Pramudita, S.Ked NPM :112020028
4. Maria Marsela Palendeng, S.Ked NPM :112020026
5. Winny Marfika Bittikaka, S.Ked NPM :112021061
6. Tiara, S.Ked NPM :112021120
7. Ajeng Widyapsari, S.Ked NPM :112021114
Pembimbing : dr. Jims Ferdinan P.T,.Sp. FM, M.Ked
Penguji : dr. Chatrina Andryani, Sp.FM, MH (Kes)
KETERAMPILAN KLINIK STASE FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RS BHAYANGKARA LAMPUNG UNIVERSITAS UKRIDA
PERIODE : 10 APRIL 2023 – 13 MEI 2023
III. SURAT “PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK” (PTM)
IV. DATA REKAM MEDIS
1. DATA HASIL PEMERIKSAAN ANAMNESA
A. Anamnesa DATA PRIBADI pasien/korban, keterangan diperoleh dari Bibi Korban
(Allo - Anamnesa) :
1. Nama : Ny. ES
2. Umur : 29 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islama
5. Warga negara : Indonesia
6. Suku : Lampung
7. Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
8. Status pernikahan : Menikah
9. Satus di rumah tangga : Istri
10. Alamat tinggal : Dusun tri rahayu rt/rw 016/008 desa tri rahayu kec. Negeri katon
kab. pesawaran
IV. DATA REKAM MEDIS

B. Anamnesa DATA RIWAYAT KESEHATAN pasien/korban, keterangan diperoleh


dari Bibi Korban (Allo - Anamnesa) :
1. Riwayat Penyakit pasien dahulu : Tidak ada
2. Riwayat Penyakit pasien sekarang :Tidak ada
3. Riwayat Penyakit keluarga : Tidak ada
4. Riwayat Penggunaan obat medis dahulu : Tidak ada
5. Riwayat Penggunaan obat medis sekarang :Tidak ada
6. Riwayat Penggunaan obat atau zat addiktif :Tidak ada
7. Riwayat Alergi terhadap zat tertentu (sebut nama obatnya) :Tidak ada
IV. DATA REKAM MEDIS
C. Anamnesa KRONOLOGIS PERISTIWA (Singkat dan bermanfaat) yang dialami
pasien/korban, keterangan diperoleh dari Penyidik (Allo - Anamnesa) :
1. Kejadian/ Peristiwa yang dialami pasien : KDRT Fisik
2. Keluhan fisik yang dirasakan oleh pasien sekarang : Tidak ada
3. Kesadaran pasien saat peristiwa terjadi : Sadar Penuh
4. Aktifitas yang dilakukan pasien saat awal peristiwa terjadi : Menggoreng ayam untuk
sahur
5. Respon tubuh pasien saat peristiwa terjadi : Mencoba melindungi diri sendiri
6. Pengamatan pasien terhadap pelaku : Pelaku adalah suami korban
IV. DATA REKAM MEDIS
C. Anamnesa KRONOLOGIS PERISTIWA (Singkat dan bermanfaat) yang dialami pasien/korban,
keterangan diperoleh dari Penyidik (Allo - Anamnesa) :

7. Kondisi dan posisi tubuh pasien sebelum peristiwa terjadi, saat peristiwa terjadi dan setelah peristiwa
terjadi: pada saat sebelum kejadia korban memasak ayam goreng untuk sahur pukul 02:00 WIB
kemudian suami korban datang kepada korban dan meihat korban memasak ayam goreng yang gosong.
Suami korban merasa kesal, kemudian suami korban pergi ke belakang rumah untuk mengambil parang,
lalu korban melampiaskan kekesalan dengan menebas pohon papaya. Merasa kurang terlampiaskan,
korban masuk ke dalam rumah dan menebas anak korban. Korban yang melihat kejadian tersebut,
melindungi anaknya dengan lengan bawahnya. Lalu, korban dan anak korban lari keluar rumah. Sampai
di depan rumah, pelaku menarik rambut korban dan menebas korban terus menerus. Setelah peritiwa
terjadi korban sudah tidak sadarkan diri
8. Situasi di Tempat Kejadian Perkara: kondisi rumah sepi hanya ada korban, pelaku dan anak korban
9. Pengamatan pasien terhadap benda yang dipakai untuk melakukan kekerasan: benda tajam (Parang)
10. Suami korban merupakan pasien ODGJ dan sudah habis obat selama 1 minggu
IV. DATA REKAM MEDIS
2. DATA HASIL PEMERIKSAAN BENDA-BENDA
A. PAKAIAN, PERHIASAN, BENDA YANG MELEKAT DI TUBUH
PASIEN/KORBAN DAN BENDA LAIN YANG DIANTAR OLEH PENYIDIK

1. Pakaian pasien/korban : Kaos tanpa kerah, lengan pendek, warna dasar putih dengan 2 buah
kancing pada bagian depan atas dan satu buah kantong pada sisi kanan depan bawah, diatas
kantong tersebut terdapat border bergambar beruang. Kaos dalam keadaan basah berlumuran
darah. Celana kulot warna cokelat kehijauan dengan 1 buah kantong pada sisi kanan dan kiri
depan tanpa isi. Bra warna biru keunguan. Celana dalam warna ungu.
2. Perhiasan pasien/korban : Perhiasan Korban tidak ada
3. Benda-benda yang dipakai pasien/korban (selain pakaian dan perhiasan di tubuh) : Benda Benda
yang dipakai korban tidak ada
4. Benda lain yang diantar juga oleh penyidik : Benda lain yang diantar tidak ada
B. FOTO -FOTO : (Pakaian)

Kaos tanpa kerah lengan pendek warna dasar warna


putih, dengan 2 buah kancing pada bagian depan. Kaos
Kantong berwarna orange berukuran dalam keadaan basah berlumuran darah. Celana kulot
190x96cm, pada bagian depan warna coklat kehijauan dengan 1 kantong pada sisi kanan
bertuliskan INAFIS dan kiri depan.
IV. DATA REKAM MEDIS
3. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (UMUM)
A. PENILAIAN KEADAAN UMUM BERDASARKAN :
1. TANDA PASTI KEMATIAN :
1) Refleks cahaya pada mata kanan dan kiri negative
2) selaput bening mata jernih, teleng mata bulat diameter empat milimeter, tirai mata
cokelat, selaput kelopak ata dan selaput bola mata pucat
3) Bunyi jantung tidak terdengar
4) Denyut jantung tidak teraba
5) Tidak ada gerak pernafasan dan suara nafas
6) Kulit pucat, ujung jari tangan dan kaki pucat
7) Terdapat lebam mayat yang tidak begitu tegas atau jelas di daerah punggung
belakang,leher dan paha belakang yang sudah menetap
8) Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh dan sukar dilawan
IV. DATA REKAM MEDIS
3. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (UMUM)
2. PENILAIAN LAINNYA :
1) Keluhan dan ekspersi wajah: tidak dapat dinilai
2) Emosional dan prilaku: tidak dapat dinilai
3) Status gizi (IMT): tidak dapat dinilai
4) Tingkat nyeri (Wong Baker Pain): tidak dapat dinilai
5) Fungsi indera penglihatan: tidak dapat dinilai
6) Fungsi indera pendengaran: tidak dapat dinilai
7) Fungsi indera penciuman: tidak dapat dinilai
8) Fungsi indera pengecapan: tidak dapat dinilai
9) Fungsi indera perasa (kulit) di daerah sekitar luka: tidak dapat dinilai
10) Fungsi reflek otot (motorik): tidak dapat dinilai
IV. DATA REKAM MEDIS
3. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (UMUM)
B. IDENTIFIKASI BERDASARKAN :
1. BERDASARKAN TANDA IDENTIFIKASI UMUM :
1) Jenis kelamin : Perempuan
2) Perkiraan batasan umur berdasarkan penilaian : 20 – 30 Tahun
3) Warna kulit : Sawo Matang
4) Tinggi badan : 157 Cm
5) Berat badan : -
6) Ras bangsa : Malayan Mongoloid
7) Bentuk wajah : Oval
8) Penilaian Rambut (bentuk, warna dan panjang rambut) : Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh
lurus, lebat, Panjang 50cm

2. Penilaian gigi geligi (susunan gigi, jumlah gigi, kelengkapan gigi dan bentuk gigi, dll) :
Gigi geligi Berjumlah

87654321 12345678
87654321 12345678
IV. DATA REKAM MEDIS
3. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (UMUM)
2. BERDASARKAN TANDA IDENTIFIKASI SEKUNDER/ KHUSUS :
1) Kecacatan : Tidak ada
2) Jejas bekas luka atau bekas operasi : Tidak ada
3) Tato: Tidak ada
4) Tanda kenal lahir : Tidak ada
5) Dan hal lain atau tanda khusus lainnya : Tidak ada
C. FOTO-FOTO : (LUKA-LUKA)
C. FOTO-FOTO : (LUKA-LUKA)
C. FOTO-FOTO : (LUKA-LUKA)
C. FOTO-FOTO : (LUKA-LUKA)
C. FOTO-FOTO : (LUKA-LUKA)
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
A. TANDA KEKERASAN :
1. LUKA
1) Jumlah Total Luka di seluruh tubuh : 17 Luka
2) Jumlah Total Luka berdasarkan jenis luka : 14 luka tajam dengan 4 luka sayat , 10 luka
bacok dan 3 luka tumpul dengan jenis luka memar
3) Jumlah Total Luka berdasarkan regio tubuh : 8 (regio facialis, regio parietal, regio
occipitalis, regio frontalis, regio ekstremitas atas, regio ekstremitas bawah, regio
manus, regio thorax anterior, regio thorax posterior.)

2. TANDA PATAH TULANG DAN LEPAS SENDI


1) Lokasi : Terdapat patah tulang dan lepas sendi jari telunjuk kiri ruas ketiga
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
A. TANDA KEKERASAN
3. PERDARAHAN
1) Lokasi : kepala bagian atas ,kiri dan kanan. dahi bagian kiri, pipi kanan, lengan atas
sebelah kiri, lengan bawah kiri, jari telunjuk kiri, dada bagian kanan dan punggung
belakang kanan.
2) Perkiraan sumber perdarahan :kepala bagian atas ,kiri dan kanan. dahi bagian kiri, pipi
kanan, lengan atas sebelah kiri, lengan bawah kiri, jari telunjuk kiri, dada bagian kanan
dan punggung belakang kanan.

4. KERUSAKAN ATAU RUPTURE ORGAN


1) Lokasi : tidak ada
2) Jenis organ : tidak ada
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
1.
• Pada daerah dahi bagian kiri 1,5 cm dari garis tengah dan setinggi
tulang atap bola mata terdapat luka tajam dengan jenis luka bacok.
Luka terbuka dengan tepi rata, kedua sudut lancip dasar tulang
tengkorak, berbatas tegas, bentuk beraturan, berbentuk garis
miring dari kanan bawah ke kiri atas, ukuran panjang luka 6 cm.
• Pada daerah dahi sisi kiri 1,5 dari garis tengah terdapat luka tajam
dengan jenis luka bacok. Luka terbuka dengan tepi rata, kedua sudut
lancip, dasar tulang tengkorak, berbatas tegas, bentuk beraturan
dengan bentuk garis mendatar, ukuran panjang luka 3 cm.
• Pada daerah pipi sisi kanan 6 cm dari garis tengah dan 1 cm dibawah
sudut mata luar terdapat luka tajam dengan jenis luka bacok. Luka
terbuka dengan tepi rata, kedua sudut lancip, dasar tulang berbatas
tegas dengan bentuk beraturan berbentuk garis mendatar melintasi
garis tengah sampai kepipi kiri, ukuran panjang luka 10 cm.
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
2.

• Pada daerah kepala sisi kanan 3,5 cm dari garis


tengah, 15 cm di atas liang telinga terdapat luka
tajam dengan jenis luka bacok. Luka terbuka dengan
tepi rata, kedua sudut lancip, dasar tulang tengkorak,
berbatas tegas, beraturan dengan bentuk garis
miring dari kiri atas kekanan bawah dengan ukuran
Panjang luka 8 cm.
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
3.

• Pada daerah kepala sisi kiri tepat digaris tengah 15


cm diatas liang telinga terdapat luka tajam dengan
jenis luka bacok. Luka terbuka dengan tepi rata,
kedua sudut lancip, dasar tulang tengkorak, berbatas
tegas, beraturan dengan bentuk garis miring dari kiri
atas ke kanan bawah, ukuran panjang luka 7 cm.
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
4.

• Pada daerah kelapa sisi kiri 8 cm dari garis tengah, 10


cm diatas liang telinga terdapat luka tajam dengan
jenis luka sayat. Luka terbuka dengan tepi rata,
kedua sudut lancip, dengan dasar otot, berbatas
tegas, beraturan dengan bentuk garis miring dari
kanan atas kekiri bawah, ukuran panjang luka 4 cm.
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
5.
• Pada daerah kepala sisi kiri 19 cm dari garis tengah, 3
cm diatas liang telinga terdapat luka tajam dengan
jenis luka bacok. Luka terbuka dengan tepi rata,
kedua sudut lancip, dengan dasar tulang tengkorak,
berbentuk garis mendatar, ukuran panjang luka 6 cm.

• Pada daerah kepala sisi kiri, 1 cm diatas luka diatas


terdapat luka tajam dengan jenis luka bacok. Luka
terbuka dengan tepi rata, kedua sudut lancip dengan
dasar tengkorak, beraturan berbentuk garis
mendatar, ukuran panjang luka 5 cm
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
6.

• Pada daerah tangan kiri sisi luar 14 cm diatas lipat


siku terdapat luka tajam dengan jenis luka sayat.
Luka terbuka dengan tepi rata, kedua sudut lancip,
dengan dasar otot, berbentuk teratur garis miring
dari kiri atas kekanan bawah, ukuran panjang luka 9
cm.
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
7.

• Pada daerah tangan kiri sisi luar 8 cm dibawah lipat


siku terdapat luka tajam dengan jenis luka bacok.
Luka terbuka dengan tepi rata, kedua sudut lancip,
dengan dasar tulang, berbatas tegas dengan bentuk
beraturan berbentuk garis miring dari kiri atas
kekanan bawah, ukuran panjang luka 8 cm.
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
8.

• Pada daerah ruas ketiga jari telunjuk kiri terdapat luka


tajam dengan jenis luka bacok. luka terbuka dengan tepi
rata, dasar tulang, berbatas tegas dengan bentuk
beraturan berbentuk garis miring dari kiri atas kekanan
bawah, ukuran panjang luka 2,5 cm.
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
9.

• Pada daerah dada sisi kanan 10 cm dari garis tengah,


7,5 cm dibawah putting terdapat luka tumpul dengan
jenis luka memar. Luka berwarna merah keunguan,
tidak teratur, batas tegas, ukuran luka memar
3,5cmx5cm.
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
10.

• Pada daerah puncak bahu kanan 12 cm dari garis


tengah terdapat luka tumpul dengan jenis luka
memar. Berwarna ungu, tidak teratur, batas tegas,
ukuran luka 1,5cmx1cm.
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
11.

• Pada derah dada sisi kanan 21 cm dari garis tengah


setinggi putting terdapat luka tajam dengan jenis
luka sayat. luka terbuka tepi rata, kedua sudut lancip
dengan dasar otot. Luka berbentuk teratur garis
tegak lurus, ukuran panjang luka 2,5cm.
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
12.

• Pada daerah punggung sisi kanan 12cm dari garis


tengah, 15,5cm dibawah puncak bahu terdapat luka
tajam dengan jenis luka bacok. Luka terbuka tepi
rata, kedua sudut lancip dasar rongga dada, berbatas
tegas, bentuk beraturan dengan bentuk garis miring
dari kiri bawah kekanan atas, ukuran luka 2,5cm.
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
13.

• Pada daerah punggung sisi kanan 3 cm dari garis


tengah, 23 cm dibawah puncak bahu terdapat luka
tajam dengan jenis luka bacok. Luka terbuka dengan
tepi rata, kedua sudut lancip dasar tulang iga,
berbatas tegas, bentuk beraturan dengan bentuk
garis miring dari kiri atas kekanan bawah, ukuran
Panjang luka 7 cm.
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
B. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)
14.

• Pada daerah tepi lutut kanan sisi luar terdapat luka


tumpul dengan jenis luka memar. Berwarna merah
keunguan, bentuk tidak teratur, batas tegas, ukuran
1,5cmx1cm.
IV. DATA REKAM MEDIS
5. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
”TANDA KELAINAN KLINIS (SIGN)”
A. TANDA KELAINAN KLINIS (SIGN)
- Mata kanan dan kiri terbuka 5 mm dan dan selaput bening mata jernih, teleng mata
bulat diameter 4mm, tirai mata coklat
- Selaput kelopak mata dan selaput bola mata kanan dan kiri tampak pucat (Anemis)
- Kuku jari tangan terlihat Pucat (Anemis)
Ikterus (-), Turgor kulit (-) , Oedema prebitia (-), Tumor (-), Penyakit kulit (-),
Haemorroid (-), Petechiae (-), Sianosis (-), Peristaltik usus meningkat (-), Ronchii (-),
Suara bising jantung (-), Asites (-), Hepatomegali (-), Melena (-), Haematemesis (-),
Epiktasis (-), Emesis (-), Hiperemis Conjunctivitis (-), dll
B. FOTO-FOTO
IV. DATA REKAM MEDIS
6. DATA HASIL PEMERIKSAAN TAMBAHAN
A. PEMERIKSAAM TAMBAHAN UMUM (BESERTA FOTO) :
1) Hasil Pemeriksaan Darah : Tidak Dilakukan
2) Hasil Pemeriksaan Urin : Tidak Dilakukan
3) Hasil Pemeriksaan Feaces :Tidak Dilakukan
4) Hasil Pemeriksaan lainnya seperti uji atau test panca indera : Tidak Dilakukan
IV. DATA REKAM MEDIS
6. DATA HASIL PEMERIKSAAN TAMBAHAN

B. PEMERIKSAAN TAMBAHAN KHUSUS (BESERTA FOTO) :


1) Hasil Pemeriksaan EKG : Tidak Dilakukan
2) Hasil Pemeriksaan X-Ray : Tidak Dilakukan
3) Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi : Tidak Dilakukan
4) Hasil Pemeriksaan lainnya seperti toksikologi, endoscopi, colonoscopi, MRI, USG
dll :Tidak Dilakukan
V. LEMBARAN VISUM ET REPERTUM
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ANALISA KASUS
1. Berdasarkan kasus diatas maka jenis visum et repertum yang dibuatkan untuk pasien tersebut oleh penyidik
adalah visum et repertum pemeriksaan luar jenazah dengan alasan/argumentasi karena pasien telah
meninggal dunia. Jenis peristiwa Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) Fisik karena pada tubuh korban
terdapat luka, teknik pemeriksaan luar dikarenakan pemeriksaan yang kami pakai berupa inspeksi dan palpasi
tanpa insisi.

2. Berdasarkan kasus diatas, maka dapat dinyatakan bahwa peristiwa tersebut dengan jenis kasus atau jenis
kekerasan atau jenis trauma yang dialami pasien tersebut dengan trauma tajam dan trauma tumpul
alasan/argumentasi : Dari hasil pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda pasti kematian jenazah/mayat
tersebut berupa kaku mayat , ditemukan juga tanda-tanda kekerasan berupa luka tajam dengan luka sayat di
kepala sisi kiri, dada sisi kanan , lengan atas sisi kiri dan punggung kiri belakang. luka bacok pada daerah
kepala, dahi, pipi, dada, punggung, dan tangan kiri. serta luka memar pada bahu kanan, dada kanan, dan
lutut kanan akibat kekerasan tumpul.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ANALISA KASUS
3. Tindak pidana ver perlukaan tersebut, peristiwa kejadiannya merupakan penganiayaan
A. Tindakan pidana ver KDRT fisik, argumentasi : terdapat unsur perlukaan/kekerasan fisik yang dilakukan
oleh suami korban.
B. Peristiwa KDRT Fisik, argumentasi : ditemukan unsur perlukaan/kekerasan fisik, luka yang
ditemukan, dengan luka di daerah kepala , wajah, lengan dan jari kiri, dada , punggung yang dilakukan oleh
suami korban.

4. Perkiraan waktu kematian adalah lebih dari dua belas jam dari saat pemeriksaan dengan alasan/argumentasi
kaku mayat sudah sukar dilawan (menetap) dan lebam mayat tidak begitu tegas atau jelas di daerah
punggung belakang,leher dan paha belakang yang sudah menetap

5. Perkiraan (berdasarkan pemeriksaan luar) sebab kematian jenazah/mayat tersebut adalah tidak dapat
dipastikan secara langsung dengan alasan/argumentasi karena diperlukan pemeriksaan dalam untuk
mengetahui sebab pasti kematian, namun diduga luka menyebabkan perdarahan hebat sehingga korban
mati akibat kekurangan darah
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
SARAN :
1. Bagi Mahasiswa/ Coass/ Dokter Muda : Diharapkan kedepannya Coass/Dokter
Muda membuat data pasien lebih lengkap dan komplit sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP) visum.
2. Bagi Penyidik : Diharapkan untuk kedepannya surat permintaan Visum Et Repertem
selalu dibawa ke RS dengan tepat waktu dan tidak menyusul, untuk meningkatkan
citra, kinerja, dan profesionalitas dan jika terdapat barang bukti di TKP dapat
diberitahukan kepada dokter pemeriksa.
3. Rumah Sakit : Diharapkan dapat memfasilitasi alat-alat untuk pemeriksaan pasien,
seperti alat petunjuk identifikasi, kamera yang lebih baik agar kualitas foto lebih
baik.
4. Universitas/Akademis : Diharapkan agar kedepannya dapat memperbaiki dan
melengkapi sarana dan fasilitas fisik yang dapat digunakan oleh coas/dokter muda
dalam menjalankan pembelajaran ilmu forensik dan medikolegal.

5. Bagi Masyarakat : Diharapkan masyarakat harus waspada dengan peristiwa/kejadian


sekitar dikarenakan setiap peristiwa memiliki kemungkinan untuk menyebabkan
kekerasan dan perlukaan. Jika ingin dilakukan pembuatan visum hidup/mati, diharapkan
agar masyarakat selalu melapor ke polisi terlebihi dahulu untuk dibuatkan surat
permintaan visum sebelum mengajukan untuk dilakukan visum.
VISUM ET REPERTUM
• Terminologi visum et repertum berasal dari kata-kata visum atau
“visual” yaitu melihat, et yaitu dan dan repertum yaitu melaporkan.
• Definisi visum et Refertum adalah keterangan tertulis yang dibuat
dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan
medis terhadap seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun
bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan interpretasinya,
dibawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan.

Sumber: Aflanie I, Nirmalasari N, Arizal MH.2020. Ilmu kedokteran forensik & medikolegal. Rajawali pers. Depok.
FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 6 Tahun 2009 Tentang OTOPSI JENAZAH

• 1. Pada dasarnya setiap jenazah harus dipenuhi hak-haknya, dihormati keberadaannya dan tidak boleh dirusak. 

• 2. Otopsi jenazah dibolehkan jika ada kebutuhan yang ditetapkan oleh pihak yang punya kewenangan untuk itu

• 3. Otopsi jenazah sebagaimana dimaksud angka 2 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 

• a. otopsi jenazah didasarkan kepada kebutuhan yang dibenarkan secara syar’i (seperti mengetahui penyebab kematian untuk

penyelidikan hukum, penelitian kedokteran, atau pendidikan kedokteran), ditetapkan oleh orang atau lembaga yang berwenang dan

dilakukan oleh ahlinya. 

• b. otopsi merupakan jalan keluar satusatunya dalam memenuhi tujuan sebagaimana dimaksud pada point a. 

• c. jenazah yang diotopsi harus segera dipenuhi hak-haknya, seperti dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan dikuburkan. 

• d. Jenazah yang akan dijadikan obyek otopsi harus memperoleh izin dari dirinya sewaktu hidup melalui wasiat, izin dari ahli waris,

dan/atau izin dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan


Jenis-Jenis Visum Et Repertum
• Jenis Visum et Repertum berdasarkan kondisi korban:

• Visum korban hidup

• Visum jenazah

Tata cara pelayanan Visum et Repertum


– Penerimaan korban yang dikirim oleh penyidik

– Penerimaan surat permintaan keterangan ahli/visum et repertum

– Pemeriksaan korban secara medis

– Penyerahan benda bukti yang telah selesai diperiksa

– Masukan data ke rekam medik

– Penyerahan surat visum et repertum sambil di tanda tangani oleh dokter

– Penyerahan surat keterangan ahli ke penyidik


Tata cara penulisan Visum et Repertum
1. Dibuat secara tertulis dan diketik

2. Terdapat KOP surat, institusi kesehatan sesuai surat permintaan visum

3. Ada nomor dan tanggal surat

4. Ditanda tangani, nama jelas, stemple instansi

5. Dalam Bahasa Indonesia yang singkat dan benar tanpa ada singkatan

6. Harus terdapat kata Pro-Justitia

7. Sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan, diberi penjelasan dalam Bahasa Indonesia

8. Harus mencamtumkan tiga kata pertama dari halam berikutnya di bagian bawah kanan jika terdiri lebih dari satu halaman

9. Setiap lembar diberi nomor visum (umumnya pada sisi kanan atas)

10. Mencantumkan nomor halaman dan jumlah total halaman

11. Dalam visum, tidak boleh dituliskan pembunuhan, perkosaan, kecelakaan, bunuh diri, penganiayaan
Bagian atau Isi dari Visum et Repertum
– Pro-Justitia

– Pendahuluan

– Hasil Pemeriksaan/Pemberitaan

– Kesimpulan

– Penutup
Definisi Traumatologi
Traumatology adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena
adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejak. (Alfanie I,
2020)
Luka Menurut Ilmu Kedokteran (Medis)
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya
kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi
jaringan yang rusak atau hilang. (Kaplan NE, 2006)
Luka Menurut Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan atau juga gangguan pada
ketahanna jaringan tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal,
berupa potongan atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan oleh cedera atau
operasi. (Nirmalasari N, 2020)
Kekerasan Menurut Hukum
Kekerasan dalam Pasal 89 KUHP adalah membuat orang menjadi
pingsan atau tidak berdaya lagi (lemah) dijelaskan bahwa melakukan
kekerasan artinya memepergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak
kecil secara tidak sah, misalnya memukul dengan tangan atau dengan
segala macam senjata, menyepak, menendang dan sebagainya. (Safitry
O, 2014)
Kekerasan Menurut Ilmu Kedokteran (WHO)
Kekerasan adalah "penggunaan kekuatan atau kekuasaan fisik yang disengaja,
terancam atau aktual, terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok
atau komunitas, yang mengakibatkan atau memiliki kemungkinan besar untuk
mengakibatkan cedera, kematian, bahaya psikologis, gangguan
perkembangan, atau kerugian". (WHO,2020)
- Penganiayaan Berdasarkan KBBI:
• Penganiayaan merupakan perlakuan yang sewenang-wenang (penyiksaan, penindasan, dan sebagainya) yang tidak boleh dibiarkan untuk terus berlangsung.
Penganiayaan juga merupakan perbuatan kekerasan yang dengan sengaja dilakukan terhadap seseorang sehingga mengakibatkan cacat badan atau kematian. (KBBI,
2022)

- Pengeroyokan Berdasarkan KBBI:


• Pengeroyokan merupakan proses, cara, perbuatan mengeroyok yang merupakan suatu serangan yang dilakukan secara beramai-ramai atau perkelahian beramai-
ramai. (KBBI, 2022)
- Deskripsi Luka

• Deskripsi luka merupakan penjelasan mengenai luka-luka pada tubuh korban hidup maupun mati yang dijelaskan dengan lengkap dan baik untuk mengetahui jenis
kekerasan yang dialami. (Nirmalasari, 2020)
- Derajat Kualifikasi Luka

• Derajat kualifikasi luka merupakan orientasi dan paradigma yang digunakan dalam merinci luka dan kecederaan untuk membantu merekontruksi peristiwa
penyebab dan memperkirakan keparahan luka. (Kelwulan, 2020)
Klasifikasi/Jenis-jenis Peristiwa Perlukaan berdasarkan Undang-Undang KUHP
Penganiayaan (Safitry O, 2014)
Penganiayaan Biasa sebagaimana diatur dalam pasal 351 KUHP.

Pasal 351
(1)Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,–.
(2)Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, sitersalah dihukum penjara selama-lamanya lima tahun. Jika perbuatan itu menjadikan mati orangnya, dia
dihukum penjara selama- lamanya tujuh tahun.

(3)Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang dengan sengaja.


(4)Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat dihukum
 
Penganiayaan Ringan sebagaimana diatur dalam pasal 352 KUHP Pasal 352 KUHP:
(5) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan
atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
(6) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana

Penganiayaan Berencana sebagaimana diatur dalam pasal 353 Pasal 353 KUHP:
(7)Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
(8)Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(9)Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian yang bersalah diancam dengan pidana penjara penjara paling lama Sembilan tahun.
Penganiayaan Berat sebagaimana diatur dalam pasal 354 KUHP

Pasal 354 KUHP:


(1) Barangsiapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan
tahun.

Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun. Penganiayaan Berat

Berencana sebagaimana diatur dalam pasal 355 KUHP Pasal 355 KUHP:

(2)Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(3)Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Penganiayaan terhadap orang yang berkualitas tertentu pasal 356 Pasal 356 KUHP:
(4) Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah dengan sepertiga:

1. Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya atau anaknya;
2. Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena menjalankan tugasnya yang sah;
3. Jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.
4. Pengeroyokan (Safitry O, 2014) 
Pengeroyokan (Safitry O, 2014)
Pasal 170 KUHP 
(1)Barangsiapa yang dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang
atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2)Yang bersalah diancam :
1. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika
kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka;

2. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat pada tubuh
3. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.
(3)Pasal 89 tidak diterapkan.
Jenis-jenis/ Klasifikasi Trauma (Peristiwa Kekerasan) berdasarkan Penyebabnya. (Budiyanto A, 1997; Ferdinan, 2012)
Mekanik
 Kekerasan oleh benda tajam
 Kekerasan oleh benda tumpul
 Tembakkan senjata Api
Fisik
 Suhu
 Listrik
 Petir
 Audiotorik
 Radiasi
Kimiawi
 Asam
 Basa
 Intoksikasi
Mekanisme/Cara Terjadinya Trauma (Peristiwa Kekerasan) Mekanik, Tumpul dan Tajam
 
- Mekanisme terjadinya Trauma Mekanik

Jenis kekerasan yang terjadi karena disebabkan oleh alat atau senjata/benda dengan berbagai bentuk alami ataupun dibuat oleh
manusia seperti benda tumpul (luka memar,luka lecet, luka robek dan patah tulang), benda tajam (luka iris, luka tusuk dan luka
bacok) dan akibat senjata api (luka tembak masuk dan luar). (Amir A, 2005)
- Mekanisme terjadinya Trauma Tajam

Kekerasan tajam disebabkan pisau, pedang silet, gunting, kampak, bayonet dan lain-lain. Senjata ini dapat menyebabkan luka sayat,
tikam dan bacok. (Amir A, 2005)
- Mekanisme terjadinya Trauma Tumpul

Trauma tumpul dapat menyebabkan perdarahan internal atau eksternal tergantung pada lokasi dan mekanisme. Benda tumpul yang
sering mengakibatkan luka antara lain: batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Kekerasan tumpul dapat terjadi karena dua
sebab yakni alat atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak. (Amir A, 2005)
Jenis-Jenis Luka (Definisi atau Mekanisme/Cara Terjadinya Serta Ciri) akibat Trauma (Peristiwa Kekerasan) Tumpul
1. Abration (luka lecet)

Suatu keadaan berupa hilang atau rusaknya epitel sel pembungkus kulit (epidermis) atau membrana mukosa diakibatkan tekanan benda keras, tumpul, atau kasar.
Kerusakan tubuh hanya terbatas pada lapisan kulit terluar/kulit air. Berdasarkan mekanisme terjadi luka lecet. (Panduri GA, 2017; Apuranto H, 2007; Idries
AM,1997)
- Luka lecet geser

Terjadi apabila objek tumpul yang lebar dan kasar permukaannya bergeser dengan permukaannya bergeser dengan permukaan tubuh.
- Luka lecet gores

Abrasi yang terjadi akibat geseran benda runcing seperti duri, kuku dan benda sejenisnya.
- Luka lecet tekan

Abrasi akibat hentakan benda tumpul ke tubuh korban (atau sebaliknya) dengan sudut tegak lurus yang akan menghasilkan corak/bentuk objek yang mengenainya.
2. Contutio (Luka memar)

Suatu keadaan dimana terjadinya penggumpalan darah dalam jaringan sewaktu orang masih hidup, oleh karena pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan
atau ruda paksa. (Panduri GA, 2017; Apuranto H, 2007; Idries AM,1997)
3. Laceration (Luka robek)

Laceration merupakan keadaan dimana permukaan tubuh terkena benda, sehingga menimbulkan reaksi tertarik dan tegang permukaan tubuh sampai
melampau batas elasitisitasnya dan tekanan benda itu akan merobeknya bagian yang terpenting. (Panduri GA, 2017; Apuranto H, 2007; Idries AM,1997)
4. Fraktur (patah tulang)

Fraktur adalah suatu diskonuitas tulang, akibat tekanan dari luar. (Panduri GA, 2017; Apuranto H, 2007; Idries AM,1997)
Jenis-Jenis Luka (Definisi atau Mekanisme/Cara Terjadinya Serta Ciri) akibat Trauma (Peristiwa Kekerasan) Tajam
1.Luka iris/ inciseal wound (Nirmalasari N, 2020)
Luka iris adalah luka yang diakibatkan karena alat untuk memotong dengan mata tajam dengan cara menekan dan menggeser pada permukaan kulit, tenaga
menggeser lebih besar dari pada tenaga menekan. Contoh benda tajam: pisau, pecahan kaca.
Ciri-ciri luka iris yaitu:
oPanjang luka lebih besar daripada dalamnya luka
oTepi luka tajam dan rata, pada lipatan kulit tepi luka tajam dan berliku-liku
oUjung luka runcing
oRambut ikut teriris
oTidak ada jembatan jaringan
Luka sayat tidak begitu berbahaya, kecuali luka sayat mengenai pembuluh darah yang dekat ke permukaan seperti dileher, siku bagian dalam, pergelangan
tangan, dan lipat paha. Luka iris pada percobaan bunuh diri:
oLokasi pada tempat tertentu, antara lain: leher, pergelangan tangan, perut, dan lekuk lutu, irisan leher biasanya tidak sampai ruas belakang tulang
leher
oTerdapat luka iris yang sejajar, pertama dangkal dinamakan irisan percobaan, kemudian timbul keberanian untuk mengiris lebih dalam
oPakaian biasanya disingkirkan sebelum melakukan irisan
oTidak ditemukan luka tangkisan
oTKP rapih tidak porak poranda
• Usia luka sayat diperkirakan sebagai berikut: 
o Masih segar: darah masih ada, daerah tepi luka masih segar, hematom ada
o 12 jam: pinggir luka merah, bengkak serta ada perlengketan darah dan cairan limfe
o 24 jam: lapisan epidermis kulit menuutupi permukaan luka, diatasnya terdapat krusta
(kropeng) yang merupakan bekuan darah
o 36 jam: mulai terbentuk jaringan kapiler
o 48-72 jam: sel epidermis makin tumbuh ke dalam luka yang nantinya akan membentuk
jaringan penyambung
o 3-5 hari: bersamaan dengan pembuluh darah baru juga terbentuk jaringan fibrin, pembuluh
darah yang terbentuk menunjukan penebalan dari obliterasi
o 1-2 minggu: jaringan parut mulai terbentuk
Luka tusuk (Nirmalasari N, 2020)
Luka tusuk adalah luka yang disebabakan oleh karena alat dengan ujung-ujung runcing, mata tajam atau tumpul atau alat dengan ujung runcing dengan penampang bulat,
segitiga dengan cara manusukan sehingga masuk kedalam jaringan tubuh. Contohnya pisau, keris, pecahan kaca, kikir dengan penampang bulat, segitiga, obeng, dll.
Luka tusuk ada 2 jenis yaitu:
a. Penetrasi 
Pada luka ini, benda menyebabkan penetrasi yang merobek kulit dan jaringan yang lebih dalam, lalu masuk ke rongga tubuh, seperti pada rongga thorax, abdomen, dll.
Dengan demikian bahwa luka hanyalah tempat masuk.
b. Perforasi 
Jika luka merobek jaringan tubuh manusia sampai menembus dari satu sisi ke sisi lainnya. Penyebab kematian pada luka tusuk adalah:
o Cedera pada organ vital tubuh
o Perdarahan dari pembuluh darah yang mengenai cedera
o Infeksi
Penyebab kematian yang paling sering adalah cedera organ vital tubuh. Cici-ciri luka tusuk:
o Kedalaman luka lebih besar dibandingkan panjang antara lebarnya
o Tepi luka tajam atau rata
o Rambut terpotong pada sisi tajam
o Sekitar luka terkadang ada luka memar (kontusio), ekimosis karena tusukan sampai mengenai tangkai pisau
o Sudut luka tajam namun kurang tajam pada sisi tumpul
Cara Membuat Deskripsi Luka
Deskripsi luka meliputi:
1. Jumlah luka
2. Lokalisasi luka (letak luka terhadap garis koordinat pada tubuh)
3. Bentuk luka, meliputi:
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan

4. Ukuran luka. Meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau millimeter.
Sifat-sifat luka, meliputi:
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi:
i. Batas (tegas atau tidak tegas)
ii. Tepi (rata atau tidak rata)
iii.Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah didalam garis batas luka, meliputi:
i. Jembatan jaringan (ada atau tidak)
ii. Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terbagi oleh apa)
iii. Dasar luka
c. Daerah disekitar garis batas luka, meliputi:
 Memar (ada atau tidak)
 Lecet (ada atau tidak)
Pada luka memar hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Patofisiologi / mekanisme terbentuknya : suatu kekerasan tumpul yang relative lunak dapat tidak mengakibatkan cedera pada kulit / epidermis. Namun kekerasan

tersebut telah dapat mencederai pembuluh darah kapiler dibawahnya sehingga terjadinya perdarahan dibawah epidermis (kulit ari), dibawah dermis

(kulit) ataupun di jaringan dan otot

2. Marginal Hemorrhage” : memar terjadi di tepi daerah yang terkena trauma, terjadi karena tekanan yang besar. Memar jenis ini bisa menggambarkan bentuk

benda penyebabnya, misalnya jejas ban, jejas pukulan cambuk / tongkat dsb

3. Lokasi memar tak selalu sama dengan lokasi trauma. Contoh : trauma pada dahi yang jaringanikat dibawahnya jarang memar dapat terjadi di daerah kelopak mata.

Dengan demikian adanya brill – haematome belum menunjukkan letak

traumanya. Trauma pada betis, memar dapatterlihat di pergelangan kaki

4. Warna, sesuai dengan waktu penyembuhan luka (Memar menghilang dengan perubahan warna; biru – hijau – coklat – kuning – hilang). Adanya warna kuning di

sekitar warna memar menunjukkan bahwa memar telah berusia lebih dari 18 jam

5. Memar merupakan salah satu tanda intravitalitas trauma, yang berarti bahwa trauma terjadi semasa korban hidup 

6. Bila letaknya di daerah atau di dekat lebam mayat, memar kadang – kadang harus dibedakan dengan lebam mayat.
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain :

1. Terjadinya penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan

kesadaran, bahkan kematian

2. Terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan

ganggren dan kematian jaringan

3. Memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah

sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan

clostridium yang dapat memproduksi gas gangren.


Memperkirakan umur luka memar :

- Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan

- Hari ke 2 – 3 : warna biru kehitaman

- Hari ke 4 – 6 : biru kehijauan – coklat

- > 1 minggu – 4 minggu : menghilang / sembuh


Hal yang harus diingat bahwa luka memar yang disebabkan oleh serangan benda tumpul tidak dapat dilihat dengan segera. Dapat terlihat
jejas sepanjang jaringan tubuh atau dapat meluas jika terdapat pada bagian – bagian tubuh yang bergantung pada grafitasi. Penampakan
tempat dan waktu dari perubahan warna harus dinilai secara teliti sebelum membuat diagnosa pasti. Luka memar yang jelas terlihat pada
muka , leher, tungkai bawah, dan di sekitar mata kaki dan kaki semua itu merupakan daerah – daerah yang rawan salah diagnosa. Selain itu
tidak semua luka memar disebabkan oleh serangan, luka memar karena serangan dan yang bukan karena serangan dapat bercampur jadi
diperlukan penekanan untuk membedakan antara lesi yang lama dengan yang baru ketika memeriksa sebuah kasus yang dicurigai karena
serangan. Inilah yang membedakan antara luka memar dan lebam mayat.
Definisi
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Istilah KDRT2 sebagaimana
ditentukan pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU
PKDRT) tersebut seringkali disebut dengan kekerasan domestik. Kekerasan domestik sebetulnya tidak hanya menjangkau hubungan antara
suami dengan istri dalam rumah tangga, namun termasuk juga kekerasan yang terjadi pada pihak lain yang berada dalam lingkup rumah
tangga. Pihak lain tersebut adalah 1) suami, isteri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri); 2) orang-orang yang mempunyai
hubungan keluarga dengan suami, istri dan anak karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian yang menetap
dalam rumah tangga tersebut. 3) orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.3 Dalam konvensi
HAM Internasional “Universal Declaration of Human Rights (“UDHR”), the International Covenant on Civil and Political Rights
(“ICCPR”), dan the International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (“ICESCR”)telah diatur konsensus bersama yang
menjadi standart umum mengenai Hak Asami Manusia, bahawa KDRT merupakan sebuah permasalahan dunia, yang mana setiap negara
yang meratifikasinya harus memiliki komitmen kuat untuk pencegahan terhadap berbagai potensi.
Penutup
•Telah diperiksa orang mati (jenazah/mayat) yang dikenal, jenis kelamin perempuan, umur berkisar 20-30 tahun, warna kulit sawo
matang, tinggi badan seratus lima puluh tujuh sentimeter, perawakan gizi cukup, rambut sepanjang lima puluh sentimeter, bentuk lurus,
warna hitam sesuai surat permintaan Visum et repertum dari penyidik.
•Dari hasil pemeriksaan luar dan pemeriksaan tambahan (jika dilakukan) ditemukan tanda-tanda pasti kematian jenazah/mayat
tersebut berupa kaku mayat , ditemukan juga tanda-tanda kekerasan berupa luka sayat pada daerah kepala, dahi, pipi, dada, punggung,
dan tangan kiri akibat kekerasan tajam serta luka memar pada bahu, dada, dan lutut akibat kekerasan tumpul.
•Perkiraan (berdasarkan pemeriksaan luar) sebab kematian jenazah/mayat tersebut adalah tidak dapat dipastikan secara langsung oleh
karena diperlukan pemeriksaan dalam, namun diduga luka menyebabkan perdarahan hebat sehingga korban mati akibat kekurangan
darah.
•Perkiraan waktu kematian adalah lebih dari dua belas jam dari saat pemeriksaan
VII. DAFTAR PUSTAKA
LEARNING LANJUTAN
LANJUTAN
ISSUE
LANJUTAN DAN 1
2
37
6 DO KNOW

LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN 4 5
8
9
Aflanie I, Nirmalasari N, Arizal MH.2020. Ilmu kedokteran forensik & medikolegal. Rajawali pers. Depok.
• Kaplan, NE & Hentz, VR, 2006, Emergency management of skin and soft tissue wounds: an illustrated guide, Little
Brown, Boston.
• Nirmalasari N, 2020, Forensik bicara tentang luka traumatologi, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
• Safitry O. 2014. Kompilasi peraturan perundang-undangan terkait praktik kedokteran. Departemen ilmu kedokteran
forensik dan medikolegal fakultas kedokteran Indonesia. Jakarta.
• World health organization.2020. Violence, health and sustainable development. World health organization regional
office for Europe. Copenhagen.
• Kamus besar Bahasa Indonesia. Penganiayaan. Diunduh dari : https://kbbi.web.id/aniaya.html, pada tanggal 8 Mei 2023
• Kamus besar Bahasa Indonesia. Pengoroyokan. Diunduh dari : https://kbbi.web.id/keroyok, pada tanggal 8 Mei 2023
• Kelwulan JE, Siwu JF & Mallo JF, 2020, ‘Penentuan derajat luka pada kekerasan mekanik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Periode Januari – Juli 2019, E-Clinic, vol 8, No1, h 172-76.
• Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S & et al, 1997, Ilmu kedokteran forensik, Bagian Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

Sumber dari : ……………………………………


Sumber
Sumber
Sumber dari
dari
dari ::: ……………………………………
……………………………………
……………………………………
Sumber
Sumberdari
dari: :……………………………………
……………………………………
• Ferdinan J, Ritonga M. Penilaian Alur Luka untuk Menentukan Penyebab Kematian. Medan: Departemen
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP H.
1. Adam
BUKU Malik Medan. 2012.
RUJUKAN
• Amir A, 2005, Rangkaian ilmu kedokteran forensik, Edisi 2, Bagian ilmu kedokteran forensik dan
2. JOURNAL
medikolegal fakultas kedokteran USU, Medan
3.
• ARTIKEL
Parinduri GA. Trauma Tumpul.Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Sumatera Utara : Ibnu
4. MAKALAH
Sina Biomedika. 1 (II). 2017.H. 29-31
• Apuranto H, Asphyxia. In : Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya: Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2007.
• Idries AM. 1997.Pedoman ilmu kedokteran forensik. Binarupa aksara. Jakarta.
• Burhan Bungin, (2008). Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial
Lainnya, Jakarta: Kencana.
• Dwi Heru Sukoco, (2007). Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pengelolaanya, Jakarta: Badan Pelatihan
dan Pengembangan Sosial Depsos.
• Edi Suharto, (2007). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan,
Bandung: Rafika Aditama.
TERIMA KASIH
FOTO DOKTER MUDA

Anda mungkin juga menyukai