“Paijo Malang”
Disusun oleh
Kelompok 3 Blok 17
Pertemuan I
Moderator : Atika Widyaningrum (H2A018039)
Sekretaris : Iqli Matussayyidati S.A (H2A018030)
Pertemuan II
Moderator : Iqli Matussayyidati S.A (H2A018030)
Sekretaris : Rahma Hidayati Nurdiana (H2A018038)
Anggota:
1. Aliyah ari juliani (H2A018031)
2. Bhre Dharnaratti Kasatu (H2A018032)
3. Dian Arya (H2A018033)
4. Muhammad Rijal Albar (H2A018034)
5. Febbika Dwi Agung H. (H2A018035)
6. Muhammad Ilham Gandi (H2A018036)
7. Titania Pingkan (H2A018037)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
Skenario 1.
Paijo malang
STEP 1
STEP 3
STEP 4
Pemeriksaan lab
forensik
Perawatan
setelah autopsi
AIK
STEP 5
1. Jenis luka
2. Diskripsi luka
3. Visum et Repertum
4. Otopsi (syarat, alur, implikasi)
5. Pemeriksaan laboratorium forensic
6. Otopsi dalam pandangan islam
STEP 7
1. Jenis-jenis luka
Traumatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera
serta berhubungan dengan kekerasan. Ada beberapa jenis-jenis luka,
diantaranya1 :
a. Luka akibat kekerasan benda tumpul
- Luka memar : perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat
pecahnya kapiler dan vena.
- Luka lecet : diakubatkan oleh cedera epidermis yang
bersentuhan dengan benda dengan permukaan kasar. Luka lecet
dibedakan menjadi luka lecet gores, luka lecet serut, dan luka
lecet geser
- Luka robek : luka terbuka akibat trauma benda tumpul
sehingga kuliat teregang ke suatu arah. Ciri khas : tepi dan
dasar tidak rata, terlihat jembatan jaringan, sering ditemukan
luka lecet atau memar di sekitarnya.
b. Luka akibat kekerasan benda tajam
Memiliki gambaran khas yaitu, tepi dan dinding luka rata, berbentuk
garis, tidak ada jembatan jaringan, dasar luka berbentuk garis/titik
c. Luka akibat tembakan senjata api
d. Luka akibat suhu
e. Luka akibat trauma listrik
Gambaran jejas listrik kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka
bakar, tepi menonjol, sekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi
kulit hiperemis
f. Luka akibat Petir
Ciri khas nya adalah dengan ditemukan aboresent mark (kemerahan
seperti cabang pohon), magnetisasi (benda yang dipakai berubah
menjadi magnet)
g. Luka akibat perubahan tekanan udara
h. Luka akibat truma bahan kimia
- Luka akibat asam : luka korosi yang kering dan keras
- Luka akibat basa : luka basah , licin, berlanjut semakin kedalam
2. Deskripsi Luka
Luka-luka yang ditemukan harus dideskripsikan dengan jelas,
lengkap dan baik, hal ini penting untuk mengetahui jenis kekerasan yang
telah dialami oleh korban. Bila perlu gunakan gambar dan dimasukkan
dalam berkas rekam medis. Deskripsikan luka secara sistematis dengan
urutan sebagai berikut : regio, koordinat, jenis luka, bentuk luka, tepi luka,
dasar luka, keadaan sekitar luka, ukuran luka, jembatan jaringan, benda
asing dan sebagainya.12
Perlu dijelaskan bahwa deskripsi luka harus seobjektif mungkin
sebagai dasar untuk kita membuat kesimpulan,meliputi:13
a) Jumlah luka
b) Lokasi luka, meliputi:
- Lokasi berdasarkan regio anatomiknya
- Lokasi berdasarkan garis absis dan garis ordinat.
Garis absis adalah garis hayal yang mendatar melalui
umbilikus atau papilla mammae atauujung skapula. Garis
ordinat adalah garis hayal yang melalui garis tengah tubuh.
c) Ukuran luka, meliputi:
- Ukuran sebelum dirapatkan
- Ukuran sesudah dirapatkan
Ukuran luka kita tentukan dengan mengukur panjang luka
dan kedalaman luka. Sebelum panjangluka kita ukur, kita mesti
merapatkan luka korban terlebih dahulu. Kita harus
menyebutkan alat tubuh apasaja yang dilalui luka tersebut saat
kita melakukan pengukuran kedalaman luka korban. Misalnya
lukamengenai kulit dinding perut, otot perut dan jaringan hati
sejauh 5 cm.
d) Sifat-sifat luka, yaitu:
- Garis batas luka, meliputi: Tepi (rata atau tidak) dan Sudut luka
(ada atau tidak, jumlahnya berapa dan bentuknya runcing atau
tidak)
- Daerah di dalam garis batas luka, meliputi: Tebing luka (rata
atau tidak serta terdiri dari jaringan apa saja), Antara kedua
tebing ada jembatan jaringan atau tidak, Dasar luka (terdiri atas
jaringan apa, warnanya, perabaannya, ada apa di atasnya)
- Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi: Memar (ada atau
tidak), Stipling/Tatoagee (ada atau tidak), Jelaga (ada atau
tidak), Bekuan darah (ada atau tidak), Lain-lain ada atau tidak.
3. Visum et Repertum
Visum et repertum berkedudukan sebagai salah satu alat bukti yang sah
dalam proses pembuktian perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa
manusia. Dalam VeR terdapat uraian hasil pemeriksaan medis yang tertuang
dalam bagian pemberitaan, yang karenanyadapat dianggap sebagai pengganti
barang bukti. VeR juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai
hasil pemeriksaan medis yang tertuang dalam bagian kesimpulan.12
Tahap pembuatan visum et-repertum :
a) Penerimaan korban yang dikirim oleh Penyidik.
b) Penerimaan surat permintaan keterangan ahli/visum et revertum
Harus membawa surat permintaan V et R, namun jika ga ada bisa
dilakukan px sesuai kriteria :
- Setiap pasien dengan trauma
- Setiap pasien dengan keracunan/diduga keracunan
- Pasien tidak sadar dengan riwayat trauma yang tidak jelas
- Pasien dengan kejahatan kesusilaan/perkosaan
- Pasien tanpa luka/cedera dengan membawa surat permintaan visum
c) Pemeriksaan korban secara medis
Ada kemungkinan didapati benda bukti dari tubuh korban misalnya
anak peluru, dan sebagainya. Benda bukti berupa pakaian atau lainnya
hanya diserahkan pada pihak penyidik
d) Pengetikan surat keterangan ahli/visum et repertum
e) Penandatanganan surat keterangan ahli / visum et repertum
Dalam hal korban ditangani oleh hanya satu orang dokter, maka
yang menandatangani visum yang telah selesai adalah dokter yang
menangani tersebut (dokter pemeriksa).
f) Penyerahan benda bukti yang telah selesai diperiksa
g) Penyerahan surat keterangan ahli/visum et repertum.
Indikasi umum
a. Kematian diduga karena sebab tidak wajar:
b. Pembunuhan
c. Bunuhdiri
d. Kecelakaan
e. Belumdiketahui (undetermined)
Indikasi Lain
a. Kematian diduga terkait keracunan
b. Mati mendadak, jika sebelumnya orang tersebut diketahui
dalamkondisi sehat
(medically unexplained death)
c. Kematian akibat sebab yang dapat mengancamkesehatan masyarakat
d. Kematian disebabkan penyakit, cedera, atau racun yang terkait
pekerjaan
e. Kematian terkait dengan prosedur diagnostik atau terapi
f. Kematian terkait aborsi ilegal
g. Kematian pada narapidana, individu yang tengah
diinterogasi/ditahan oleh
aparat negara
h. Jenazah yang akan dikremasi atau dikubur di laut
i. Jenazah tidak dikenal atau tidak diklaimoleh keluarga
j. Kematian operator transportasi publik (pilot/ko-pilot, masinis, supir
bus, dll)
yang meninggal saat bertugas
k. Kematian bayi atau anak yang tidak dapat dijelaskan dan tidak
terduga
l. Kematian tidak diduga pada pejabat negara
m. Jenazah yang diketahui tengah dipindahkan antar wilayah hukum
tanpa surat
kematian
n. Kematian diduga akibat penelantaran oleh diri sendiri atau orang lain
o. Kematian terjadi ketika dilakukan operasi atau sebelum bangun dari
efek
anestesi
13. DiMaio VJ, DiMaio D. Blunt Trauma Wounds. In: DiMaio VJ, DiMaio D,
editors. Forensic Pathology. 2 ed: CRC; 2001. p. 110-35.
15. P.B. Baker, A.T. Bennet, J.J. Berman, K.E. Bove, P. Brown, et al.Autopsy
Performance & Reporting. [ed.] Grover M. Hutchins Kim A. Collins. 2nd.
Northfield, Illinois : College of American Pathologists; 2003
18. Tim penyusun biomedik. Buku petunjuk Praktikum Biomedik Blok 17.
Semarang : Lab Biomedik FK Unimus ; 2021
19. Hatta M, Zulfan, Srimulyati. Autopsi ditinjau dari perspekif hukum positif
Indonesia dan hukum Islam. Jurnal Wacana Hukum Islam dan
Kemanusiaan. 2019; 19(1): 27-51.