Anda di halaman 1dari 4

Peran Muhammadiyah dalam bidang politik

Muhammad Din Syamsuddin mengkategorisasikan politik Muhammadiyahsebagai “politik


alokatif”, yaitu pola gerakan dengan cara mendistribusikan subsatansinilai-nilai Islami ke dalam
proses politik sebagai dakwah amar ma’ruf nahi munkar,yaitu usaha untuk mengajak manusia
kepada kebenaran dan meninggalkan kemungkaran, dengan selalu aktif dan responsif dalam
mempengaruhi dan memantau jalannya proseskebijakan dan kepemerintahan, baik secara
kelembagaan maupun melalui elite-eliteMuhammadiyah itu sendiri. Konsep alokasi nilai ini bisa
juga dikenal dengan high  politics.

Muhammadiyah memposiskan dirinya sebagai kelompok kepentingan (interestgroup), dan juga


kelompok penekan (pressure  group). Berbeda dengan partai politikyang dalam mempengaruhi
jalannya pemerintahan dengan mengajukan calon-calon untuk jabatan politik, kelompok
kepentingan atau penekan lebih memilih cara yang persuasive
dan bersifat propaganda dalam usaha mempengaruhi pemerintah.Keberadaan Muhammadiyah
sebagai kelompok kepentingan oleh sebagian kalangan lebih efektif mewakili aspirasi rakyat,
bila dibandingkan partai politik.

“Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari dakwah amar
ma;ruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses dan kebiajakan negara agar tetap
berjalan sesuai konstitusi dan cita-cita luhur bangsa.Muahammadiyah secara aktif menjadi
perekat bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju kehidupan
nasional yang damai dan berkeadilan.”

Muhammadiyah sebagai kelompok kepentingan (interst group) mempunyai


tugas besar untuk permasalahan bangsa ini. Isu aktual dalam perpolitikan Indonesia pasakejatuha
n Orde Baru misalnya masalah korupsi, kolusi dan neptisme (KKN), dominasi kepemilikan aset
bangsa oleh asing, dan berbagai konflik yang terjadi. Muhammadiyah yang memiliki misi
dakwah yang jelas tidak bisa hanya melihat bahkan diam ketika terjadi masalah-masalah yang
merugikan bangsa dan negara. Muhammadiyah melalui peran politiknya harus memainkan peran
aktif dalam membangun bangsa yang lebih baik.
Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan suatu keniscayaan terlepas dari
pergulatan politik, lebih-lebih ini menyangkatan kemaslahatan umat. Walaupun Muhammadiyah
tidak didesain untuk mengurusi masalah kenegaraan atau politik, tetapi Muhammadiyah
memiliki kewajiban untuk memperbaiki bangsa dalam mewujudkan Indonesia yang lebih
berkemajuan. Hal yang terpenting untuk dilakukan oleh Muhammadiyah adalah menjalankan
misi dan nilai-nilai Islam untuk mewarnai perpolitik nasional. Oleh karenanya, perjalanan
panjang Muhammadiyah dari masa penjajajahn Hindia Belanda hingga saat ini patut diketahui,
sehingga dapat diketahui begitu pentingdan urgent -nya Muhammadiyah untuk terlibat dalam
perpolitik nasional dalam upaya menyalamatkan bangsa dan negara.

Peran Muhammadiyah dalam bidang pendidikan

Berdirinya Muhammadiyah juga didasari oleh faktor pendidikan. Sutarmo, Mag dalam bukunya
Muhammadiyah, Gerakan Sosial, Keagamaan Modernis mengatakan bahwa Muhammadiyah
didirikan oleh KHA. Dahlan didasari oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan ajaran Islam itu sendiri secara menyeluruh
dan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar Islam. Maka pendidikan
Muhammadiyah adalah salah satu faktor internal yang mendasari Muhammadiyah didirikan. Kita
ketahui bahwa pada masa awal berdirinya Muhammadiyah, lembaga-lembaga pendidikan yang
ada dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar sistem pendidikan.

 Yang menjadi dasar pendidikan Muhammadiyah, adalah:

a)      Tajdid, ialah kesediaan jiwa berdasrkan pemikiran baru untuk mengubah cara berpikir dan
cara berbuat yang sudah terbiasa demi mencapai tujuan pendidikan.
b)      Kemasyarakatan, antara individu dan masyarakat supaya diciptakan suasana saling
membutuhkan. Yang dituju ialah keselamatan masyarakat sebagai suatu keseluruhan.

c)      Aktivitas, anak didik harus mengamalkan semua yang diketahuinya dan menjadikan pula
aktivitas sendiri sebagai suatu keseluruhan.

d)      Kreativitas, yaitu sianak didik harus mempunyai kecakapan atau keterampilan dalam
menentukan sikap yang sesuai dan menetapkan alat-alat yang tepat dalam menghadapi situasi-
situasi baru.

e)      Optimisme, anak didik harus yakin bahwa dengan keridhaan Tuhan, pendidikan akan dapat
membawanya kepada hasil yang dicita-citakan, asal dilaksanakan dengan penuh dedikasi dan
tanggung jawab, serta menjauhkan diri dari segala sesuatu yang menyimpang dari segala sesuatu
yang digariskan oleh agama islam

 Sedangkan lembaga pendidikannya berfungsi sebagai berikut:

a) Alat dakwah ke dalam dan luar anggota-anggota Muhammadiyah. Dengan kata lain,
untuk seluruh anggota masyarakat.
b) Tempat pembibitan kader, yang dilaksanakan secara sistematis dan selektif, sesuai
dengan kebutuhan Muhammadiyah khususnya dan masyarakat islam pada umumnya.
c) Gerak amal anggota, penyelnggaraan diatur secara berkewajiban terhadap
penyelenggaraan dan peningkatan pendidikan itu, dan akan menyekolahkan anak-anak
mereka disekolah.

Dari segi pertama KH. Ahmad Dahlan mengingatkan bahwa cita-cita pendidikan
islam adalah untuk membentuk manusia muslim yang baik budi, alim dalam agama,
luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan serta bersedia berjuang
untuk kemajuan masyarakat. Sedangkan pembaruuan segi yang kedua berkaitan
dengan cara-cara penyelenggaraan pengajaran. Dengan mengambil unsur-unsur
yang baik dari sistem barat dan sistem pendidikan tradisional, Muhammadiyah
berhasil membangun sistem pendidikan sendiri seperti sekolah model baru, tetapi
dimasukan materi pelajaran agama didalamnya, sedangkan sekolah agama dengan
menyertakan pelajaran sekuler.

Peran Muhammadiyah dalam bidang kesehatan

Anda mungkin juga menyukai