Presentan:
1. Qintana Dianissa Sutomo 12100122510
2. Afifah Kamelia Ma’ruf 12100122664
3. Muhammad Ilham Tahd 12100122668
Definisi
Otopsi adalah evaluasi lengkap atas kematian seseorang dan keadaan di sekitar kematian
otopsi” menyiratkan tersebut. Ini mencakup pemeriksaan menyeluruh terhadap jenazah, dan otopsi disebut
“melihat sendiri” sebagai “ultimate physical examination”.
bahasa Yunani –
- auto Riwayat medis dan Posisi dan jejak pada Foto dan deskripsi
untuk diri sendiri dan penyebab kematian dan sekitar tubuh luka
- opsy
untuk melihat –
Pemeriksaan luar Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam mikroskopis
bahasa Latin, tubuh
- autopsia,
“melihat dengan mata
sendiri” Pemeriksaan lab dan
Laporan tertulis
toksikologi
2
Jenis-jenis Otopsi
3
Otopsi Klinis
Tujuan
Otopsi klinis Diagnosis klinik yang Korelasi penyakit
Sebab Perjalanan
adalah otopsi dibuat sesuai dengan dengan gejala dan
kematian penyakit
yang dilakukan diagnosis postmortem diagnosis
terhadap
jenazah dari Efektivitas Pendidikan
penderita pengobatan mahasiswa Lengkap: membuka rongga tengkorak,
penyakit yang dada, dan pertu/panggul, serta
melakukan pemeriksaan terhadap
dirawat dan
seluruh alat-alat dalam/organ
kemudian
meninggal
dunia di rumah Parsial: Terbatas pada satu
sakit atau dua rongga badan
tertentu
4
Otopsi Forensik
• Dilakukan pada
kasus kematian
mendadak,
Penentuan Sebab pasti kematian, cara Benda bukti
mencurigakan atau Identitas kematian, saat kematian penentuan
tidak wajar. identitas benda
• Diperlukan suatu penyebab dan
Laporan Melindungi orang yang pelaku
Pembuatan visum et kejahatan
tertulis tidak bersalah
repertum dari pihak
penyidik
• Mutlak diperlukan
pemeriksaan lengkap
5
Dasar Hukum Otopsi
KUHAP 133 KUHAP 134 KUHAP 222
Ayat 1 tentang
Ayat 1 tentang pemberitahuan Tentang hukuman
apabila menghalangi
kepentingan penyidik kepada tindakan pembedahan
peradilan keluarga korban jenazah
untuk otopsi
Ayat 2 tentang
Ayat 2 tentang hasil
penjelasan penyidik
pemeriksaan secara
terhadap keluarga
tertulis
korban
6
Sebab, Cara, dan Mekanisme Kematian
● Sebab kematian
● Penyakit atau cedera/luka yang bertanggungjawab atas terjadinya kematian
● Cara kematian
● Macam kejadian yang menimbulkan penyebab kematian
● Mekanisme kematian
● Gangguan fisiologik dan atau biokimiawi yang ditimbulkan oleh penyebab kematian
sedemikian rupa sehingga seseorang tidak dapat terus hidup
7
Rules Of Medicolegal Otopsi
Aturan Otopsi
➔ Otopsi hanya dilakukan apabila mendapatkan permintaan legal dari pihak yang berwenang.
➔ Otopsi dilakukan oleh seorang dokter yang berwenang dan otopsi harus segera dilakukan.
➔ Mayat yang akan dilakukan otopsi harus dilengkapi dengan inquest report (daftar permintaan) dan dead
body challan.
➔ Mayat di identifikasi dengan didampingi oleh polisi, tidak boleh ada orang lain yang ikut serta dalam
otopsi tersebut kecuali pihak yang berwenang.
8
Teknik Otopsi
Dilaksanakan tanpa melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah.
Bertujuan :
❖ Tujuan dari pemeriksaan luar adalah untuk mengidentifikasi jenazah dan secara resmi mendokumentasikan
temuan yang relevan terkait dengan penyakit atau cedera alami.
❖ Pemeriksaan permukaan luar tubuh memberikan informasi pendukung untuk korelasi klinisopatologis
selanjutnya, dan mungkin (dengan sendirinya) membantu menentukan penyebab kematian.
9
Peralatan Otopsi
1. Kamar autopsi
2. Meja outopsi
3. Peralatan autopsi
4. Peralatan untuk pemeriksaan
tambahan
5. Peralatan tulis menulis dan
fotografi
10
Instrumen
➢ Scalpel of different size
➢ Dissection knife
➢ Dissection scissors
➢ Large scissors
➢ Enterotome
➢ Saw – hack saw/councilman’s saw/rachiotomy
saw
➢ Chisel
➢ Hammer
➢ Bone rongeur
➢ Brain knife
➢ Cartilage knife
➢ Rib shears
➢ Probe
➢ Needle
➢ Autopsy table/ autopsy workstation
11
Prosedur otopsi
Pemeriksaan Pemeriksaan
Luar Dalam
12
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan → dilakukan dengan (cermat)
● Meliputi : Yang terihat, tercium & teraba Sistematika pemeriksaan:
Termasuk benda → Pakaian, perhiasan & sepatu 9. Identifikasi khusus
Pemeriksaan harus dilaksanakan secara → 10. Pemeriksaan rambut
sistematika 11. Pemeriksaan mata
Sistematika pemeriksaan:
12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung
1. Label mayat
2. Tutup mayat 13. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut
3. Bungkus mayat 14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang
4. Pakaian pelepasan Lain-lain
5. Perhiasan 16. Pemeriksaan terhadap tanda-tanda
6. Benda di samping mayat kekerasan/luka
7. Tanda kematian 17. Pemeriksaan terhadap patah tulang
8. Identifikasi umum
13
14
Label mayat
1. Mayat yang dikirimkan untuk pemeriksaan kedokteran forensik
seharusnya diberi label dari pihak kepolisian, biasanya
merupakan sehelai karton yang diikatkan pada ibu jari kaki
mayat serta dilakukan penyegelan pada tali pengikat label
tersebut, untuk menjamin keaslian dari benda bukti.
2. Perlu dicatat warna dan bahan label tersebut. Dicatat pula
apakah terdapat meterai/segel pada label ini, yang disertai cap
dari kantor kepolisian yang mengirim mayat.
15
Tutup mayat
● Catatlah jenis/bahan, wama serta corak
dari penutup ini.
● Bila terdapat pengotoran pada
penutup, catat pula letak pengotoran
serta jenis/bahan pengotoran tersebut. Bungkus mayat
Bungkus Mayat
● Bungkus mayat ini harus dicatat
jenis/bahannya, warna, corak, serta
adanya bahan yang mengotori.
● Dicatat pula tali pengikatnya bila ada,
jenis/bahan tali tersebut, maupun
cara pengikatan serta letak ikatan
16 tersebut.
Pakaian Benda di samping mayat
· Pakaian mayat dicatat dengan teliti, mulai dan pakaian yang
· Bersamaan dengan pengiriman mayat,
dikenakan pada bagian tubuh sebelah atas sampai tubuh sebelah
kadangkala disertakan pula pengiriman benda di
bawah, dari lapisan yang terluar sampai lapisan yang terdalam .
· Pencatatan meliputi: bahan, warna dasar, warna dan corak/motif dari samping mayat, misalnya bungkusan atau tas.
tekstil, bentuk/model pakaian, ukuran, merk/penjahit, cap binatu,
monogram/inisial serta tambalan bila ada. Bila terdapat pengotoran
atau robekan pada pakaian, maka ini juga harus dicatat dengan teliti Perhiasan
dengan mengukur letaknya yang tepat menggunakan koordinat, serta · Perhiasan yang dipakai oleh mayat harus
ukuran dari pengotoran dan atau robekan yang ditemukan.
dicatat pula dengan teliti.
· Pencatatan meliputi jenis perhiasan, bahan,
· Pakaian dari korban yang mati akibat kekerasan atau yang belum wama, merk; bentuk serta ukiran nama/inisial
dikenal, sebaiknya disimpan untuk barang bukti. pada benda perliiasan tersebut
· Bila ditemukan saku pada pakaian, maka saku ini harus diperiksa dan
dicatat isinya dengan teliti pula.
17
Tanda Kematian
Lebam mayat (livor mortis)
● Terhadap lebam mayat, dilakukan pencatatan letak/ distribusi lebam,
adanya bagian tertentu di daerah lebam mayat yang justru tidak
menunjukkan lebam (karena tertekan pakaian, terbaring di atas benda
keras dan lain-lain).
● Warna dari lebam mayat serta intensitas lebam mayat (masih hilang
pada penekanan sedikit menghilang atau sudah tidak menghilang
sama sekali).
b. Kaku Mayat (rigor mortis)
● Catat distribusi kaku mayat serta derajat kekakuan pada beberapa
sendi (daerah dagu/tengkuk, lengan atas, siku, pangkal paha, sendi
lutut) dengan menentukan apakah mudah atau sukar dilawan.
● Apabila ditemukan adanya spasme kadaverik (cadaveric spasm) maka
ini harus dicatat dengan sebaik-baiknya, karena spasme kadaverik
memberi petunjuk apa yang sedang dilakukan oleh korban saat terjadi
kematian . 18
C. Suhu tubuh mayat
● Sekalipun perkiraanan saat kematian menggunakan kriteria penurunan suhu
tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan, namun pencatatan suhu
tubuh mayat kadang masih dapat membantu dalam hal perkiraanan saat
kematian.
● Pengukuran suhu mayat dilakukan dengan menggunakan termometer
rektal.
● Jangan lupa juga melakukan pencatatan suhu ruangan pada saat yang
sama
D. Pembusukan
● Tanda pembusukan yang pertama tampak berupa kulit perut sebelah kanan
bawah yang berwama kehijau - hijauan.
● Kadang-kadang mayat diterima dalam keadaan pembusukan yang lebih
lanjut, merupakan mayat dengan kulit ari yang telah terkelupas, terdapat
gambaran pembuluh superfisial yang melebar berwama biru-hitam, ataupun
tubuh yang telah mengalami penggembungan akibat pembusukan lanjut.
19
b. Jaringan parut.
1. Identifikasi umum
· Catat seteliti mungkin jaringan parut yang ditemukan, baik yang
· Catat tanda umum yang menunjukkan identitas
timbul akibat penyembuhan Iuka maupun yang terjadi sebagai
mayat, seperti: jenis kelamin, bangsa atau ras, umur, akibat tindakan bedah.
wama kulit, keadaan gizi, tinggi dan berat badan, c. Kapalan (callus).
keadaan zakar yang di sirkumsisi, adanya striae · Dengan mencatat distribusi callus, kadangkala dapat diperoleh
keterangan yang berharga mengenai pekerjaan mayat yang
albicantes pada dinding perut.
diperiksa semasa hidupnya.
2. Identifikasi khusus
· Pada pekerja/buruh pikul, akan ditemukan kapalan (callus) pada
Catat segala sesuatu yang dapat digunakan untuk daerah bahu, pada pekerja kasar lainnya akan ditemukan kapalan
penentuan identitas secara khusus. pada telapak tangan atau kaki.
a. Rajah/tatoo. d. Kelainan pada kulit.
· Adanya kutil, angioma, bercak hiper atau hipopigmentasi,
· Tentukan letak, bentuk, wama serta tulisan tatoo
eksema dan kelainan lain sering kali dapat membantu dalam
yang ditemukan. Bila perlu, buatlah dokumentasi foto.
penentuan identitas.
e. Anomali dan cacat pada tubuh.
· Kelainan anatomis berupa anomali atau defonnitas akibat
penyakit atau kekerasan perlu dicatat dengan seksama.
20
Pemeriksaan Rambut
● Pencatatan dilakukan terhadap distribusi, warna, keadaan tumbuh serta sifat
dari rambut tersebut baik dalam hal halus kasarnya atau lurus ikalnya.
● Bila pada tubuh mayat ditemukan rambut yang mempunyai sifat yang
berlainan dari rambut mayat, rambut-rambut ini harus diambil, disimpan dan
diberi label, untuk pemeriksaan laboratorium lanjutan bila ternyata diperlukan
di kemudian hari.
21
Pemeriksaan Mata
● Periksa apakah kelopak mata terbuka atau tertutup. Pada
kelopak mata, diperhatikan pula akan adanya tanda-tanda
kekerasan serta kelainan lain yang ditimbulkan oleh
penyakit dan sebagainya.
● Periksa pula keadaan selaput lendir kelopak mata,
bagaimana warnanya, adakah pembuluh darah yang
melebar, adakah bintik perdarahan atau bercak perdarahan
.
● Terhadap bola mata, dilakukan pula pemeriksaan terhadap
kemungkinan terdapatnya tanda kekerasan, pemakaian
mata palsu clan sebagainya.
22
Pemeriksaan Telinga
23
Pemeriksaan Rongga Mulit & Gigi
Pemeriksaan meliputi bibir, lidah, rongga mulut serta gigi geligi.
● Catat kelainan atau tanda kekerasan yang ditemukan. Periksa dengan teliti keadaan
rongga mulut akan kemungkinan terdapatnya benda asing (pada kasus penyumbatan
misalnya).
● Tethadap gigi geligi, pencatatan harus dilakukan selengkap - lengkapnya meliputi jumlah
gigi yang terdapat, gigi geligi yang hilang/patah/mendapat tambalan/bungkus logam, gigi
palsu, kelainan letak, pewamaan (staining) dan sebagainya.
● Data gigi geligi merupakan alat yang sangat berguna untuk identifikasi bila terdapat data
pembanding.
24
Pemeriksaan Alat Kelamin
Pada mayat laki-laki, catat apakah alat kelamin mengalami sirkumsisi .
● Catat kelainan bawaan yang mungkin ditemukan (epispadia, hypospadia), adanya manik-manik yang
ditanam di bawah kulit, juga keluamya cairan dari lubang kemaluan serta kelainan yang ditimbulkan oleh
penyakit atau sebab lain.
25
Pemeriksaan Dalam
26
Termasuk pembedahan dan pemeriksaan tiga rongga
tubuh utama dan isinya, yaitu:
● Rongga tengkorak/tengkorak (Skull/cranial cavity)
● Rongga dada (Thoracic cavity)
● Rongga perut(Abdominal cavity)
27
Pembedahan Rongga Tengkorak (Cranial Cavity)
1. Insisisi scalp
28
2. Buka tulang tengkorak
langkah-langkah:
29
· biarkan kedua garis bertemu pada sudut 120° di atas
mastoid process dan kemudian lepaskan skull cap, terlihat
dura mater (Gambar 14.3B dan C).
30
3. Buka lapisan duramater
Dengan menggunakan gunting tajam, buat torehan di kedua sisi garis tengah anterior dan perpanjang dengan
memotong sejajar dengan garis tengah anteroposterior dan kemudian potong sepanjang bidang koronal di kedua
sisi. Dura mater kemudian direfleksikan menjadi empat flaps (Gambar 14.4A dan B, Gambar 14.5A dan B).
31
4. Angkat bagian otak
Pengangkatan otak adalah prosedur penting dan terdiri dari langkah-langkah berikut (Gambar 14.6A dan B).
• Masukkan empat jari tangan kiri di antara lobus frontal dan tengkorak
• Tarik lobus ke belakang secara gentel dan potong saraf optik, lalu saraf dan pembuluh lainnya dengan tangan kanan saat keluar dari tengkorak.
• Potong tentorium cerebelli sepanjang superior border of petrous bone dan sepanjang perlekatannya di posterior cranial fossa.
• Potong spinal cord, cervical nerves pertama dan vertebral arteries serendah mungkin melalui foramen magnum.
32
5. Lakukan pembedahan pada otak
• Dengan menggunakan pisau otak, letakkan di sulkus longitudinal, cerebral hemispheres dipotong di kedua sisi, tepat di
atas korpus kalosum, memperlihatkan ganglion basal, ventrikel lateral, choroid plexus, dan foramen interventrikular.
(Gambar 14.7A dan B)
33
• potong forniks dan corpus callosum dan
refleksikan ke belakang. Periksa talamus
dan caudate nucleus.
• Kapsul interna dan eksterna serta ganglia basalis sekarang terlihat dan
diperiksa.
• Buat potongan melalui pons, medula, dan cord yang tersisa (Gambar 14.9).
34
• expose dentate nucleus dengan memotong cerebellar hemispheres (Gbr. 14.10).
· Scalp injury
· Skull injury
35
Pembedahan Rongga Dada (Thora cic Cavity dan Rongga Perut (Abdominal
Cavity)
Prosedur:
1) Sayatan(Incisions)
36
· Sayatan berbentuk I
Ø Memanjang dari simfisis mentii hingga simfisis pubis (Gbr. 14.12A), melengkung ke arah kiri di
sekitar umbilikus.
37
· Sayatan berbentuk Y
38
· Modified Y-Shaped Incision
39
2. Removing the abdominal and thoracic viscera enmass (Letulle’’s method)
Pada bagian thorax dan abdomen harus diperiksa kemungkinan kelainan seperti adanya luka, lesi patologis, perdarahan
atau cairan. Selama pemeriksaan bagian organ dalam rongga abdomen perlu diperhatikan adanya luka, lesi patologis
memeriksa dari ukuran, bentuk, permukaan, konsistensi, dan warna dari organ tersebut.
3. Menutup tubuh
4. Menyerahkan jenazah
40
Prosedur Khusus untuk Kasus Tertentu
• Keracunan
• Luka bakar
• Aborsi kriminal
• eksumasi
41
INVESTIGASI LABORATORIUM
● Saat melakukan otopsi, mungkin memerlukan pemerikssan laboratorium untuk
menentukan kesimpulan
● Jenis investigasi yang dapat dilakukan :
1. Toksikologi
2. Histopatologi
3. Mikrobiologi
4. Biokimia
5. Studi Enzim
6. Biologi Molekular
7. Studi imunologi
8. Profil DNA
9. Radiologi
10. Fotografi Forensik
42
Perawatan mayat setelah autopsi
1. Setelah otopsi selesai, semua organ tubuh dimasukkan ke dalam rongga tubuh.
2. Lidah dikembalikan ke dalam rongga mulut sedangkan jaringan otak
dikembalikan ke dalam rongga tengkorak.
3. Jahit kembali tulang dada dan iga yang dilepaskan pada saat membuka rongga
dada.
4. Jahit kulit dengan rapi menggunakan benang yang kuat, mulai dari bawah dagu
sampai ke daerah simfisis.
5. Atap tengkorak diletakkan kembali pada tempatnya dan difiksasi dengan
menjahit otot temporalis, baru kemudian kulit kepala dijahit dengan rapi.
6. Bersihkan tubuh mayat dari darah sebelum mayat diserahkan kembali pada pihak
keluarga.
43