I. PENGKAJIAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik adalah : bagian integral dari segala upaya kita memperoleh data tentang
keadaan kesehatan diri klien dan lingkungan/keluarganya.
2. TUJUAN
Untuk mendapatkan data-data tentang klien yang akan memberikan gambaran mengenai
keadaan kesehatan klien, agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
3. PERSIAPAN KLIEN :
Memberikan penjelasan kepada klien tentang maksud pemeriksaan fisik
Memberikan penjelasan kepada klien tentang beberapa posisi klien pada waktu
dilakukan pemeriksaan.
4. PERSIAPAN ALAT :
Pen light/senter
Stetescope
Otoscope
Reflex hummer
Thermometer
Garputala
Meteran
Timbangan
Kapas alcohol
Sarung tangan
Speculum hidung
5. PEMERIKSAAN RUANGAN
Pencahayaan yang cukup
Dapat menjaga privacy klien
Kondisi ruangan yang aman dan nyaman
6. METODE PEMERIKSAAN FISIK
1) Inspeksi ( melihat )
2) Palpasi ( meraba )
3) Perkusi ( mengetuk )
4) Auskultasi ( mendengar )
INSPEKSI
1. Mengamati tingkah laku klien
2. Mengobservasi tubuh klien dilakukan pada saat pertama kali bertemu dengan klien &
mendeteksi perubahan-perubahan, gejala, kelainan-kelainan yang berhubungan dengan
status fisik.
3. Cara kerja :
a) Cukup cahaya untuk penerangan dalam ruangan
b) Suasana nyaman, suhu ruangan yang nyaman
c) Membuka pakaian diwilayah pemeriksaan
d) Gunakan alat bantu ( kaca pembesar, senter )
e) Perhatikan keadaan klien meliputi :
o Tingkah laku
o Ekspresi
o Postur tubuh
o Penampilan umum
f) Dilakukan secara sistematis dan membandingkan bagian sisi tubuh dengan lainnnya.
PALPASI
1. Dengan menggunakan perabaan pada bagian yang akan diperiksa
2. Cara kerja
a) Tentukan daerah yang akan dilakukan palpasi
b) Menjelaskan pada klien tentang hal-hal yang akan dilakukan
c) Gunakan jari 2,3,4 untuk mendeteksi bentuk dan struktur organ yang diperiksa.
Contoh bagian abdomen digunakan telapak dengan tekanan ringan, dengan dua
telapak tangan bila perlu
d) Perhatikan ekspresi wajah selama melakukan palpasi.
PERKUSI
1. Pemeriksaan dengan cara mengetuk :
a) Untuk mengetahui batas-batas organ
b) Mengetahui ada/tidaknya kelainan misalnya ada udara, cairan dan sebagainya
2. Cara kerja :
a) Membuka pakaian sesuai dengan kebutuhan
b) Jari tangan kiri dengan kuat pada permukaan yang akan diperkusi
c) Lenturkan jari tengah kanan dan pertahankan kelenturan pada pergelangan tangan
d) Ketukkan jari tengah kanan pada jari tengah kiri pertahankan gerakan pada
pergelangan tangan
AUSKULTASI
Pemeriksaan dengan menggunakan alat ( stetoscope ) untuk memperjelas pendengaran
misalnya :
a) Bunyi jantung
b) Bunyi / suara paru
c) Bising usus
d) Denyut jantung
e) Tekanan darah
I. BIODATA :
II.
III.
Keterangan :
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Ringan, sedang, berat
2. Tingkat kesadaran :
Kompos mentis : sadar penuh
Apatis :klien tampak segan berhubungan dengan sekitarny, tampak acuh tak acuh
Samnolen, letargi/hypersonia : klien dapat dibangunkan dengan rangsangan dan akan
membuat respon motorik dan verbal yang layak, klien akan tertidur lagi bila rangsangan
dihentikan.
Delirium : ketidaksadaran terhadap sekitarnya disertai kacau motorik
Stupor atau semi koma :Keadaan tidak sadar menyerupai koma, tetapi respon terhadap
rangsangan nyeri masih ada, refleks-refleks masih dapat ditimbulkan., Biasanya sudah
ada inkontinensia
Koma :
o Keadaan tidak sadar yang terendah
o Tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri
o Reflek tendon, kornea, pupil, batuk menghilang
o Terdapat inkontinensia urin dan alvi
o Lengan/tungkai bawah flat foot
3. Tanda-tanda vital :
o Tekanan darah :
o Denyut nadi :
o Suhu badan :
o Pernapasan :
4. Berat badan :
5. Tinggi badan :
6. Kulit badan :
Keadaan kulit : biasanya dilakukan bersama-sama pada saat
pengkajian/pemeriksaan bagian-bagian tubuh yang lain.
Inspeksi
Lesi, lecet, jaringan parut
Kebersihan kulit
Kelainan-kelainan pada kulit. Misalnya : mokula, papula, ulkus, eritema, fistula,
eksoreasi
Palpasi
Kulit : dingin, hangat, panas
Kelembaban kulit : kering berkeringat lebih banyak
Tekstur kulit : halus lembut/lunak lentur
Turgor kulit
Oedema
7. Keadaan kepala
Inspeksi
Kesimetrisan bentuk muka dan tengkorak kepala
Penyebaran/distribusi rambut
Tidak ada luka pada kulit kepala
Kebersihan ramput
Palpasi
Pembengkakan/benjolan
Nyeri tekan
Massa
8. Muka
Inspeksi
Simetris/tidak :
Bentuk wajah :
Gerakan abnormal :
Ekspresi wajah :
Palpasi :
Nyeri tekan/tidak :
Data lain :
9. Keadaan mata
Inspeksi
Palpebrae : cedema/tidak cedema, Radang/tidak radang
Sclera : icterus/tidak
Conjictiva : radang/tidak, Anemis/Anisokor
Pupil :
o Isokor/anisokor
o Mysis/mydriasis
o Refleks pupil terhadap cahaya
- Posisi mata :
Simetris/tidak :
o Gerakan bola mata :
o Penutupan kelopak mata :
o Keadaan visus :
o Penglihatan :
- Kabur/tidak
- Diplpcia/tidak
Palpasi
Nyeri tekan
Tekanan intra okuler ( TIO )
Palpasi
Nyeri tekan
Benjolan/tumor
12. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : kebersihannya/lengkap atau tidak
- Karang gigi/karien
- Pemakaian gigi palsu
b. Gusi
Merah radang/tidak radang
c. Lidah
Kotor/tidak
d. Bibir
- Cianosis/pucat/tidak
- Basah/ kering pecah
- Mulut berbau/tidak
- Kemampuan bicara
13. Tenggorokan
a. Warna mukosa : kemerahan/pucat
b. Nyeri tekan
c. Nyeri menelan
14. Leher
Inspeksi
a. Kelenjar thyroid : membesar/tidak
b. Apakah ada pembengkakan atau benjolan
c. Apakah ada distensi vena jugularis
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : teraba/tidak
b. Kaku kuduk/tidak : ………………..
c. Kelenjar limfe : membesar/tidak
d. Apakah ada benjolan atau massa
e. Mobilisasi leher
Cara melakukan :
o Perawat berdiri dibelakang pasien
o Palpasi pernafasan dengan menggunakan jari 2, 3
o Anjurkan klien menelan pastikan ukuran, konsistensi, bentu ( bila Nampak ada
benjolan )
15. Trachea
- Mengetahui kedudukan trachea
Posisi dari arah atas, ke bawah, ke samping
- Perhatikan pergerakan/mobilisasi leher
Antefleksi Rotasi kanan dan kiri
Dorsofleksi Lateralfleksi
17. Jantung
Inspeksi
ictus cordis : denyutan dinding toraks oleh karena kontraksi ventrikel kiri ditemukan
pada ICS 5 linea medio clavicularis kiri untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran
jantung.
Palpasi
o Melakukan palpasi dengan menggunakan jari 2,3,4 dan rasakan denyutan nadi perhatikan
kekuatan getaran normal 1 cm persegi.
o Dapat dihitung frekuensi jantung ( HR ) selama 1 menit penuh
Perkusi
o Menentukan batas-batas jantung misalnya : adanya pembesaran ventrikel kiri hasil
perkusi didapatkan bunyi pekak pada daerah dada kiri agak ke bawah
Auskultasi
o Mendengarkan bunyi jantung
Bising jantung : murmur – fibrasi/getaran yang terjadi di dalam jantung atau pembuluh
darah besar yang diakibatkan oleh bertambahnya arus turbulensi darah.
19. Abdomen
Inspeksi
o Membusung/membuncit
o Umbilicus menonjol/tidak
o Pembendungan pembuluh darah vena
o Adanya benjolan
o Warna kulit
Palpasi
o Apakah ada rasa nyeri
o Benjolan/massa
o Turgor kulit
o Pembesaran pada organ hepar
Perkusi : - bunyi normal – tympani
o Bunyi pekak ( hepar, asites, massa )
o Bias didapatkan asites dilakukan
Pemeriksaan sebagai berikut :
v Posisi dari tengah abdomen dengan posisi pasien terlentang
v Menyusuri dindeing abdomen – kemudian daerah lateral
v Pasien dimiringkan – bila cairan ada tentu akan berpindah ke bagian bawah sesuai gaya
gravitasi
v Perubahan suara dari tympani ke pekak --- batas cairan asites
v Penimbunan cairan/udara --- natas hepar
Untuk perkusi daerah ginjal :
o Dinding abdomen belakang pada sudut costa vertebralis dengan dialas telapak tangan
o Bila ada infeksi – rasa nyeri
Auskultasi
o Mendengar suara peristaltic usus normal terdengar setiap 5 sampai 20 detik dengan durasi
kurang atau lebih dari satu detik, hal ini dipengaruhi oleh tidaknya isi usus
o Peristaltic keras dan panjang borborigmy – gastroenteritis dan obstruksi usus
peristaltic lemah – ileus paralitik
Organ-organ dalam 4 kwadran
1. Kwadran kanan atas
a. Hati
b. Kandung empedu
c. Duodenum
d. Pancreas bagian atas
e. Lobus atas ginjal kanan
f. Pleksus hati pada kolon
g. Kolon asendens
h. Kolon transversal
2. Kwadran kiri atas
a. Lobus kiri hati
b. Lambung
c. Limpa
d. Lobus atas ginjal kiri
e. Pancreas
f. Kelenjar adrenal kiri
g. Pleksus limpa pada kolon
h. Kolon transversal
i. Kolon desendens
3. Kwadran kanan bawah
a. Lobus bawah ginjal kanan
b. Cecum
c. Apendiks
d. Kolon asendens
e. Ovarium kanan
f. Tuba fallopi kanan
g. Ureter kanan
h. Saluran sperma kanan
i. Bagian uterus kanan
j. Kandung kemih kanan
4. Kwadran kiri bawah
a. Lobus bawah ginjal kiri
b. Kolon sigmoid
c. Kolon desenden
d. Ovarium kiri
e. Tuba fallopi kiri
Ø Sensori
- Nyeri :
- Rangsang suhu :
- Rasa raba
Ekstremitas atas :
Ø Motorik
- Gaya berjalan :
- Kekuatan kanan/kiri :
- Tonus otot kanan/kiri :
Ø Refleks :
- KPR kanan/kiri :
- KPR kanan/kiri :
- Bebinski kanan/kiri :
Ø Kekuatan otot :
0 : otot sama sekali tidak mampu bergerak/berkontraksi-jatuh (100%) pasif.
1 : Tampak kontraksi dsn sedikit gerakan dan tahanan sewaktu jatuh
2 : Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya gravitasi, tetapi dengan
sentuhan akan jatuh
3 : Mampu menahan tegak walaupun sedikit di dorong tetapi tidak mampu melawan
tekanan/dorongan
4 : Kekuatan yang kurang --- dibandingkan dengan sisi yang lain.
5 : Kekuatan utuh
Ø Penilaian refleks :
O = bila tidak ada kontraksi otot
+ = hiporefleksi berarti ada kontraksi otot tetapi tidak terjadi gerakan yang pada
sendinya
+ = refleks normal
++ = hyper refleksi bila kontraksi dan gerakan sendi berlebihan
FORMAT PENGKAJIAN PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM
PENGKAJIAN FISIK
No Kegiatan
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
f. Mempersiapkan alat
Sebuah nampan yang berisikan
- Satu botol berisikan desinfektan ( dettol 1:40/savlon 1:20)
- Satu botol berisikan air
- Thermometer (siapkan thermometer rectal,axial, oral)
- Satu mangkuk kecil berisikan cotton bud
- Kantung kertas/ piala ginjal (paper/bag/kidney tray)
- Pulpen
- Lembar grafik/bagan grafik/kertas
- Pelumas (bila nantinya diperlukan metode rectal)
apabila menggunakan lebih dari satu thermometer, gunakan 3 botol (2 botol berisikan
larutan antiseptic dan satu botol berisikan air).
3 Fase Kerja
1. Pastikan metode pengukuran sahu yang akan dilakukan dan jelaskan prosedur tindakan
kepada pasien serta instruksikan pasien apa yang harus dilakukan agar prosedur tersebut
dapat terlaksana.
a. Untuk metode oral, pastikan bahwa pasien tidak mengkonsumsi makanan dan
minuman panas atau dingin atau merokok dalam waktu 15-30 menit sebelum prosedur
tindakan.
b. Untuk metode rectal pastikan pasien mendapatkan privasi dan posisikan pasien dalam
posisi sim. Pada anak-anak yang masih kecil posisikan secara lateral dengan lutut di
tekuk atau telungkup di atas pangkuan.
c. Untuk metode aksila, paparkan aksila dan keringkan dengan handuk. Jangan sampai
menggosok secara berlebihan.
2. Cuci tangan
3. Persiapkan alat.
a. Bila thermometer kaca berada dalam larutan desinfektan, pindahkan ke dalam wadah
yang berisi air dengan menggunakan tangan yang dominan.
b. Lap thermometer sampai kering dengan cotton bud bersih dari bagian kepala sampai
ke bagian batang secara memutar.
c. Kibas-kibaskan thermometer agar air raksa turun (bila diperlukan) dengan cara
memegang thermometer di antara ibu jari dan jari telunjuk pada bagian ujung batang.
Kibaskan sampai air raksa berada dibawah 35 derajat celcius.
4. Memeriksa suhu
a. Untuk metode oral
i. Letakkan bagian kepala thermometer pada dasar lidah disamping flenulum pada
bagian kantung sublingual posterior.
Untuk mebukur suhu oral (thermometer diletakkan di bawah lidah).
ii. Instruksikan pasien untuk menutup bibirnya dan bukan gigi di sekitar thermometer.
iii. Biarkan thermometer berada di tempatnya selama 2-3 menit.
b. Untuk metode rectal
i. Pakai sarung tangan bersih
ii. Oleskan pelumas pada bagian kepala thermometer dengan menggunakan bola kapas.
iii. Paparkan anas pada bagian bokong bagian atas dengan menggunakan tangan yang
tidak dominan.
iv. Instruksikan pasien untuk menarik nafas, kemudian masukkan thermometer ke dalam
anus.
3,5-4 cm pada orang dewasa
1,5 cm pada bayi
2,5 cm pada anak-anak
Jangan masukkan thermometer secara paksa
v. Tahan thermometer pada tempatnya selama 1-2 menit.
c. Untuk metode aksila.
i. Letakkan bagian kepala thermometer di tengah-tengah aksila
ii. Kepit lengan dengan erat diatas dada untuk menahan thermometer pada tempatnya.
iii. Tahan thermometer pada tempatnya selama 3-5 menit.
5. Mengambil kembali thermometer.
Lap bagian kepala sampai batang secara memutar dengan menggunakan bola kapas.
6. Baca suhu yang tertera dengan memegang thermometer setinggi mata dan putar-putar
thermometer sampai bacaan suhu terlihat dan bacalah dengan akurat.
7. Kibas-kibaskan thermometer agar ketinggan air raksa turun.
N
Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
f. Mempersiapkan alat
- Sebuah Sfigmomanometer terdiri dari :
a. Kantung penekan/kantung karet yang dapat mengembang yang terbungkus di
dalam manset kain ( ukuran yang sesuai).
b. Bola karet pengembang (berfungsi menaikkan tekanan)
c. Sebuah manometer (air raksa) untuk melihat tekanan.
d. Katup seperti mur untuk mengembangkan dan mngempiskan (pengatur tekanan)
- Stetoskop
- Bagan pasien untuk pencatatan
- Pulpen hitam/biru untuk mencatat.
3 Fase Kerja
1. Periksa instruksi dokter, rencana asukan keperawatan dan rekam medis.
2. Jelaskan prosedur tindakan dan tenangkan pasien. Pastikan pasien tidak merokok,
mengkonsumsi kafein, atau melakukan aktivitas fisik dan mental yang berat dalam 30
menit sebelum pelaksanaan prosedur tersebut.
3. Cuci dan keringkan tangan.
4. Bantu pasien untuk duduk atau berbaring dan pastikan tungkai tidak menyilang.
5. Ambil dan periksa alat.
6. Memposisikan sfigmomsnometer kurang lebih setinggi jantung pasien memastikan
tinggi air raksa pada angka nol.
7. Pilih manset yang sesuai ukurannya,
8. Paparkan lengan atau memastikan tidak ada lengan baju yang menekan di atas manset.
9. Pasang manset kurang kurang lebih 2,5 cm di atas titik dimana arteri brakialis dapat
diraba. Manset harus dipasang dengan rapid an kencang dengan bagian tengah kantung
karet berada tepat di atas arteri.
10. Stabilkan posisi manset dengan menyelipkan ujungnya dibawah atau merekatkan
pengencang Velcro.
11. Posisikan seluruh lengan setinggi jantung pasien.
12. Pastikan lengan relaks dan ditopang.
13. Posisikan diri anda dalam posisi yang nyaman.
14. Hubungkan selang manset ke selang manometer dan kemudian tutup katup bola karet
pengembang.
15. Raba denyut nadi radialis dan kembangkan manset sampai denyut nadi hilang.
16. Kembangkan kantung penekan lebih lanjut sebesar 20-30 mmHg kemudian kempiskan
manset perlahan-lahan. Perhatikan saat dimana denyut nadi muncul kembali. Buka
kembali katupnya.
17. Raba arteri brakialis dan letakkan stetoskop secara ringan di atas arteri brakialis.
Pastikan bahwa bagian telinga dari stetoskop berada dalam posisi yang tepat (sedikit
miring ke depan dan pastikan selangnya menggantung secara bebas). Naikkan tinggi
air raksa 20-30 mmHg di atas titik tekanan sistolik dengan cara meraba.
18. Buka kembali katup dari bola karet penegmbang sehingga tinggi air raksa turun
dengan kecepatan 2-4 mmHg/detik.
19. Ketika bunyi pertama terdengar, pertahankan tinggi air raksa tinggi tersebut
menandakan tekanan sistolik.
20. Lanjutkan pengempisan manset, perhatikan tinggi air raksa pada manometer saat bunyi
menghilang. Tinggi ini merupakan tekanan diastolic.
21. Kempiskan manset secara total. Cabut selang yang terhubung dan lepaskan manset dari
lengan pasien.
22. Ulangi lagi prosedur ini setelah satu menit bila ada keraguan terhadap hasil bacaan
tekanan darah.
23. Pastikan pasien merasa nyaman.
24. Rapikan peralatan dan bersihkan bagian telinga dari stetoskop dengan apusan alcohol.
C. PEMERIKSAAN NADI
Pengertian Memeriksa kecepatan, irama, volume denyut nadi, dll untuk menilai kondisi sirkulasi.
Tujuan 1. Untuk mendapatkan data awal.
2. Untuk memeriksa abnormalitas kecepatan, irama, dan volume.
3. Untuk memantau perubahan apapun yang terjadi pada status kesehatan pasien.
4. Untuk memeriksa sirkulasi perifer.
N Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
f. Mempersiapkan alat
- Jam tangan dengan jarum detik.
- Pulpen (warna sesuai kebijakan masing-masing institusi).
- Bagan dan lembar tanda vital.
3 Fase Kerja
1. Jelaskan prosedur tindakan ke pasien dan periksa apakah pasien baru saja selesai
menjalani aktivitas apapun. Bila ya, biarkan pasien beristrahat terlebih dahulu selama 10
menit sebelum pemeriksaan denyut nadi.
2. a. Pilih lokasi pengukuran denyut nadi,
b. Bantu pasien untuk berada dalam posisi yang nyaman. Untuk pemeriksaan denyut
nadi radialis, posisikan lengan diatas dada atau di samping dengan telapak tangan
menghadap ke bawah. Pada posisi duduk, posisika lengan di atas pasa dan telapak
tangan menghadap ke bawah.
3. raba dan periksa denyut nadi
a. Letakkan 3 ujung jari selain ibu jari secara ringan pada lokasi pengukuran denyut
nadi.
b. Setelah mendapatkan denyut nadi secara teratur, hitung kecepatan denyut nadi
selama 1 menit penuh dengan melihat jarum detik pada jam tangan.
c. Lakukan penilaian terhadap kecepatan, irama, dan volume denyut nadi dan kondisi
pembuluh darah.
4. Catat dan laporkan data tersebut dalam catatan.
5. Cuci tangan.
4 Fase Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien
b. Merapikan alat/pasien
c. Membuat kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
d. Mencuci tangan
e. Mendokumentasikan kegiatan
D. PEMERIKSAAN PERNAFASAN
N
Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
f. Mempersiapkan alat
- Jam tangan dengan jarum detik, lembar grafik, pulpen (warna sesuai kebijakan
institusi).
3 Fase Kerja
1. Pastikan pasien dalam keadaan relaks, periksa tanda vital lain seperti denyut nadi atau
suhu sebelum menghitung laju pernafasan.
2. Periksa apakah ada factor yang dapat mempengaruhi pernafasan.
3. Tunggu 5-10 menit sebelum menilai pernafasan bila pasien beraktivitas sebelumnya.
4. Posisikan pasien dalam posisi duduk atau terlentang dengan kepala dielevasi 45-60
derajat.
5. Letakkan jari-jari tangan anda pada pergelangan tangan seperti ketika memeriksa
denyut nadi, dan posisikan tangan pasien di atas dada bawah atau perutnya.
6. Amati satu siklus pernafasan inspirasi-ekspirasi penuh.
7. Lakukan penilaian terhadap laju, kedalaman, irama, dan sifat pernafasan.
8. Hitung laju pernafasan selama 1 menit penuh.
9. Cuci tangan.
10. Catat hasilnya dan laporkan kelainan yang ditemukan.
4 Fase Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien
b. Merapikan alat/pasien
c. Membuat kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
d. Mencuci tangan
e. Mendokumentasikan kegiatan
PENGERTIAN
1. Resusitasi jantung paru suatu sistem/metode untuk mengatasi henti jantung dan/atau henti
nafas.
2. Henti jantung adalah berhentinya kontraksi jantung yang ditandai tak terabanya denyut
jantung, denyut nadi dan/atau denyut arteri karotis.
3. Henti nafas adalah berhentinya gerakan pernafasan dan ditandai dengan tak terasanya
hembusan nafas dari kedua lubang hidung.
TUJUAN : Agar nyawa penderita henti jantung dan/atau henti paru segera bisa diselamatkan dan
tidak memberikan gejala sisa.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR.
1. Periksa respon:
o Petugas segera memeriksa ada tidaknya cedera dan tentukan ada respon atau
tidak.
o Tepuk atau guncangkan secara halus, panggil atau tanya.
o Bila diduga ada trauma kepala atau leher, pasien tak boleh digerakkan kecuali bila
benar-benar diperlukan.
2. Aktifkan sistem pelayanan emergensi yang ada:
c) Posisi korban :
a. Tempatkan korban pada posisi terlentang, pada tempat yang keras dan datar.
b. Bila korban telungkup, balikkan korban dalam satu kesatuan sehingga kepala,
bahu dan badan bergerak serentak hingga tak ada yang terputar. Kepala dan leher
harus berada pada satu bidang, lengan berada di samping badan.
d) Posisi petugas/penolong:
a) Letakkan satu tangan pada dahi korban, tekan dengan telapak tangan hingga kepala
menjungkit ke belakang. Letakkan jari-jari tangan yang sebelah lagi di bawah tulang
rahang bawah dekat dagu. Angkat rahang dan dagu ke depan.
b) Jangan menekan bagian lunak di bawah dagu dan jangan menggunakan ibu jari untuk
mengangkat dagu. Buka mulut sehingga memungkinkan pernafasan spontan dan
memungkinkan bantuan nafas dari mulut ke mulut. Bila gigi korban goyah atau ada gigi
palsu, maka gigi tsb harus lepaskan.
6. BREATHING (Pernafasan):
o Tempatkan telinga penolong dekat mulut dan hidung korban sambil tetap
membuka jalan nafas. Sambil memperhatikan dada korban lakukan:
(1) Look: lihat ada tidaknya pergerakan dada;
(2) Listen: dengar ada tidaknya hembusan nafas;
(3) Feel: rasakan adanya hembusan
o Prosedur pemeriksaan ini tak boleh lebih dari 10 detik.
o Bila korban tak berespon/tak sadar dengan nafas normal, tak ada cedera tulang
belakang, posisikan penderita pada posisi mantap, jaga jalan nafas terbuka.
o Bila korban tak berespon dan tak bernafas, lakukan bantuan nafas 2 kali. Bila tak
dapat dilakukan pemberian bantuan nafas awal, atur ulang posisi kepala dan ulang
lagi usaha ventilasi.
o Bila tetap tak berhasil memberikan ventilasi hingga dada mengembang, tenaga
terlatih harus melakukan manuver untuk mengatasi sumbatan jalan karena benda
asing (Heimlich manuver atau abdominal thrust/back thrust).
o Pastikan dada korban turun naik pada tiap bantuan nafas yang diberikan.
o Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi.
7. CIRCULATION (Sirkulasi)
o Setelah pemberian bantuan nafas awal, periksa adanya pernafasan normal, k atau
gerakan dari korban sebagai respon terhadap bantuan nafas yang diberikan.
Sekaligus periksa ada tidaknya nadi karotis jangan lebih dari 10 detik.
o Periksa denyut nadi arteri karotis adalah dengan mempertahankan posisi kepala
(head tilt) dengan satu tangan. Raba trakhea dengan 2 atau 3 jari tangan yang lain,
geser jari-jari tersebut ke lateral sisi penolong hingga celah antara trakhea dan
otot.
o Gunakan tekanan yang lembut saja sehingga tidak menekan arterinya. Bila denyut
arteri karotis tak teraba lakukan kompresi dada.
b) Kompresi dada:
iii) Taruh salah satu pangkal tangan pada bagian separuh bawah sternum, dan taruh
tangan yang satu lagi di atas punggungn tangan yang pertama, sehingga tangan dalam
keadaan paralel. Pastikan sumbu pangkal tangan tepat pada sumbu sternum.
iv) Jari-jari tangan dapat dibiarkan terbuka atau saling mengunci satu sama lain tetapi
jangan menekan dada.
v) Usahakan mendapatkan posisi yang tepat di sternum dengan cara meletakkan pangkal
tangan penolong diantara ke dua papilla mammae.
vi) Lakukan kompresi yang efektif dengan memperhatikan hal- hal sebagai berikut:
o Posisi siku tidak menekuk, posisi lengan tegak lurus dengan dada korban.
o Tekan di tengah sternum.
o Lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi normal agar darah masuk ke
dada dan jantung, posisi tangan tetap menempel di sternum.
o Lakukan 30 kali kompresi dada, pastikan dada kembali ke posisi semula diantara
dua kompresi. Buka lagi jalan nafas dan berikan lagi 2 kali bantuan nafas,
masing- masing 1 detik. Bila sudah dilakukan intubasi kompresi dada dan
ventilasi dapat dilakukan kontinyu dan tidak perlu sinkron.
8. REASSESSMENT:
a) Evaluasi ulang korban, bila tetap tak ada tanda-tanda sirkulasi ulangi RJP dengan
dimulai dari kompresi dada. Bila tanda-tada sirkulasi sudah tampak, periksa pernafasan.
b) Bila ada nafas, tempatkan dalam posisi mantap dan awasi nafas dan sirkulasi.
c) Bila tak ada nafas tapi ada tanda-tnda sirkulasi, berikan bantuan nafas 10-12 kali/menit
dan awasi adanya tanda-tanda sirkulasi tiap menit.
d) Bila tak ada tanda sirkulasi teruskan kompresi dada dan ventilasi dengan rasio 30
kompresi 2 ventilasi.
e) Berhenti dan periksa tanda-tanda sirkulasi dan adanya pernafasan spontan tiap menit.
j) Bila didapatkan adanya pernafasan yang adekuat dan adanya tanda-tanda sirkulasi,
pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan posisikan dalam posisi mantap; dengan cara:
Pengertian ; Pemberian cairan kedalam aliran darah lewat kateter intravena atau jarum bersayap
yang dimasukkan ke dalam vena perifer yang mengganti cairan yang hilang,
memberikan masukan kalori atau sebagai larutan pembawa obat.
Tujuan 1. Memberikan cairan elektrolit untuk menjaga keseimbangan di dalam tubuh.
2. Memberikan glukosa yang dibutuhkan untuk metabolisme.
3. Member vitamin dan mineral yang larut dalam air.
4. Memberikan pertolongan pada kasus gawat darurat.
5. Memberikan obat.
6. Memberikan darah dan produk darah.
N
Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
f. Perangkat Alat
- Set infuse
- Cairan I.V.
- Plester
- Sarung tangan bersih
- Turniket
- Swab antiseptic
- Salep antiseptic
- Kanul I.V, (angiocath/jarum bersayap)
- Perban kasa steril atau pembalut tahan air transparan
- Bidai lengan
- Duk/Alas
- Perlak/alas tahan air
- Nampan ginjal.
3 Fase Kerja
i. Periksa instruksi dokter terkait jenis cairan, jumlah yang diberikan, kecepatan aliran, dll
ii. Identifikasi pasien, periksa tanda vital, turgor kulit, alergi terhadap plester atau povidon
iodine, kecenderungan perdarahan, penyakit / cedera pada ekstremitas kondisi vena.
iii. Periksa apakah ada kontraindikasi penusukan vena atau tidak, seperti fistula arterio-venosa,
lengan pada sisi yang sama dengan sisi mastektomi, flebitis, infiltrasi, sklerosis.
iv. Persiapkan pasien.
a. Jelaskan prosedurnya kepada pasien, bahwa penusukan vena akan menimbulkan
rasa tidak nyaman selam beberapa detik, akan tetapi begitu cairan mengalir, rasa
tidak nyaman akan hilang. Jelaskan kepada pasien berapa lama infuse akan
berlangsung.
b. Jelaskan kepada pasien untuk tidak banyak bergerak ( pasang bidai pada pasien
anak).
c. Pastikan pakaian pasien dapat dilepas setelah infuse terpasang atau berikan jubah
untuk pasien.
v. Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
vi. Buka dan siapkan alat infuse
a. Periksa bungkus infuse terkait sedimen, kekeruhan, perubahan warnadan tanggal
kadaluwarsa,
b. Keluarkan selang dari bungkusnya dan luruskan
c. Geser klem rol di sepanjang selang tepat ke bagian bawah tabung tetesan. Tutup
klem.
d. Biarkan ujung selang ditutup plastic sampai infuse di mulai.
7. Tusuk botol cairan
a. Buka penutup kantong botol IV.
b. Masukkan obat bila diperlukan dengan memakai spuit dan jarum.
c. Buka penutup taji penusuk.
d. Tusuk wadah cairan.
8. Temple label obat pada wadah cairan jika ada penambahan obat. Campurkan rata
dengan cairan. Temple label secara terbalik.
9. Tempelkan label pada wadah cairan yang tertuliskan waktu ketika infuse dimulai dan
kecepayan aliran.
10. Gantung wadah cairan pada tiang infuse. Tiang harus diatur sedemikian rupa agar wadah
cairan berada 90 cm di atas kepala pasien.
11. Isi sebagian botol tetesan dengan memerasnya sampai terisi setengah penuh.
14. Pastikan aliran infuse yang sesuai lewat pompa atau dengan mengatur klem rol dan
perhatikan respon pasien.
15. Buang semua peralatan sekali pakai, bersihkan dan simpan kembali alat yang dapat
digunakan kembali.
16. Cuci tangan.
17. Catat data yang relevan seperti tanggal dan waktu cairan infuse dimulai, jumlah dan
jenis cairan yang digunakan termasuk obat, kecepatan tetesan, jenis dan ukuran jarum
serta respon pasien.
18. Posisikan pasien dengan nyaman.
19. Periksa secara berkala apakah ada bengkak, nyeri, kepucatan, dingin pada kulit sekitar,
kebocoran atau perdarahan dari lokasi penusukan dan perubahan kecepatan tetesan atau
tidak.
4 Fase Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien
b. Merapikan alat/pasien
c. Membuat kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
d. Mencuci tangan
e. Mendokumentasikan kegiatan
5. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBIDAIAN
Pengertian Bidai atau splak adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang
patah tidak bergerak (immobilisasi) memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.
Tujuan Tujuan pembidaian dapat dilihat dari prinsip pembidaian adalah:
a. Lakukan pembidaian di tempat dimana anggota badan mengalami cidera (korban
dipindahkan)
b. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang
c. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan
NO TINDAKAN
TAHAP PRE INTERAKSI
1 Mengecek catatan medik : inspeksi adanya tanda dan gejala yang dicurigai adanya fraktur
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat :
1. Papan bidai
2. Kapas
1. Mitella
2. Perban / kassa gunung
3. Plester
4. Kassa steril
TAHAP ORIENTASI
4 Memberi salam,panggil nama klien dan memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur dan lama tindakan
6 Memberi kesempatan untuk bertanya
TAHAP KERJA
7 Memeriksa bagian tubuh yang akan di bidai / cedera
8 Memilih dan mempersiapkan papan bidai (lapisi papan bidai dengan kapas dan di balut
dengan kassa gulung) yang sesuai dengan anggota tubuh yang akan di bidai dengan prinsip
melewati dua sendi.
9 Jika ada luka terbuka pada anggota tubuh yang akan di bidai, bersihkan luka dengan larutan
desinfektan kemudian tutup dengan kassa steril dan di plester
10 Hasil pembidaian :
a. Harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas, dan bagian bawah tempat yang
patah.
b. Tidak terlalu kendor / tidak terlalu kencang
11 Rapikan alat
TAHAP TERMINASI
12 Mengevaluasi respon klien dan hasil yang dicapai : kendor, terlalu kencang, kaji posisi di
bawah daerah yang dibalut)
13 Mencuci tangan
14 Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan
6. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN ELEKTOKARDIOGRAM
(EKG)
NO KEGIATAN
TAHAP PRE INTERAKSI
10 Perawat cuci tangan (menyampaikan dengan lisan dan melakukan gerakan mencuci tangan
, urutan cara mencuci tangan tidak di nilai)
11 Cara Menempatkan Elektroda :
a. Beri jelly pada tempat pemasangan eletroda
b. Elektroda ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah
dengan telapak tangan
c. Elektroda ekstremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah
dalam (posisi pada pergelangan ini tidak mutlak, bila perlu dapat dipasang pada bahu
kiri dan kanan atau dipangkal paha kiri dan kanan)
d. Kemudian kabel-kabel dipasang :
- Merah (RA/R) : lengan kanan
- Kuning (LA/L) : lengan kiri
- Hijau (LF/F) : tungkai kiri
- Hitam (RF/N) : tungkai kanan
e. Pasang elektroda dada :
- V1 : ruang intercostal IV garis sternal kanan
- V2 : ruang intercostal IV garis sternal kiri
- V3 : Pertengahan antara V2 dan V4
- V4 : ruang intercosta V garis midclavicula kiri
- V5 : sejajar V4 garis axilla depan
- V6 : sejajar V5 garis axilla tengah
Sandapan tambahan :
- V7 : sejajar V4 garis axilla belakang
- V8 : sejajar V4 garis scapula
- V9 : sejajar V4 batas kiri dari columna vertebra
- V3R – V9 R : posisinya sama dengan V3 – V9, tetapi pada sebelah kanan.
12 Cara merekam EKG :
a. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan
b. Periksa kembali standarisasi EKG yaitu :
- Kalibrasi 1mv (10 mm)
- Kecepatan 25mm/dtk
Setelah itu lakukan kalibrasi sebanyak 2-3 kali berturut-turut.
c. Pindahkan lead selector kemudian rekam secara berturut – turut yaitu : Lead I, II,
III, aVR, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, dan V6. Setelah itu perekaman tutup kembali
dengan kalibrasi sebanyak 2-3 kali berturut – turut lalu matikan mesin EKG
d. Bersihkan bekas jelly, rapikan pakaian pasien dan alat – alat
e. Catat pada bagian kiri atas kertas EKG :
- Nama pasien
- Umur
- Tanggal
- Jam
- Yang membuat perekaman (pada kiri bawah kertas EKG)
f. Tulis nama masing – masing lead pada bagian bawah secara berurutan.
13 Hal – hal yang perlu diperhatikan :
a. Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan
b. Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG
c. Perekaman setiap lead dibuat 2-4 kompleks PQRST
d. Kalibrasi dapat dipakai ½ mv bila gambar terlalu besar atau 2 mv bila gambar
terlalu kecil
e. Anjurkan klien untuk tidak bergerak selama perekaman.
TAHAP TERMINASI
Pengertian Terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium
tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama
yang maladaptive.
NO TINDAKAN
TAHAP PRE INTERAKSI
1 Memilih klien sesuai indikasi : perubahan sensori persepsi halusinasi
2 Membuat rencana kegiatan dan kontrak dengan klien
3 Mempersiapkan ala daan tempat pertemuan
TAHAP ORIENTASI
4 Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam
5 Evaluasi validasi : terapis menanyakan perasaan peserta hari ini
6 Kontrak :
a. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
b. Terapis menjelaskan aturan main
- Masing – masing klien memperkenalkan diri : nama dan nama panggilan
- Jika ada klien yang meninggalkan kelompok harus meminta izin pada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
TAHAP KERJA
7 a. Terapis memperkenalkan diri
b. Terapis meminta klien memperkenalkan diri secara berurutan, searah jarum jam
mulai dari peserta sebelah kiri terapis
8 Terapis mejelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu masing – masing klien membagi
pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan menceritakan :
a. Isi halusinasi
b. Waktu terjadinya halusinasi
c. Frekuensi halusinasi
d. Perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi
9 Meminta klien menceritakan halusinasi yang dialami secara berurutan searah jarum jam
dimulai dari klien di sebelah kiri terapis
10 Saat seorang klien menceritakan pengalaman halusinasi, setelah cerita selesai, terapis
mempersiapkan klien lain untuk bertanya maksimal 3 pertanyaan
11 Lakukan kegiatan 2 sampai semua klien mendapat giliran
12 Setiap kali klien dapat menceritakan halusinasinya, terapis memberikan reinforcement positif
TAHAP TERMINASI
13 Evaluasi :
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
14 Rencana tindak anjut
Terapis menganjurkan kepada peserta jika mengalami halusinasi segera menghubungi
perawat atau teman lain
15 Kontrak yang akan datang
a. Terapis membuat kesepakatan dengan klien, TAK berikutnya yaitu belajar
mengontrol halusinasi
b. Terapis membuat esepakatan dengan klien waktu dan tempat TAK berikutnya
NO TINDAKAN
TAHAP PERSIAPAN
b. Kolaborasi
- Berikan O2
- Pemeriksaan laboratorium analisa gas darah
b.Kolaborasi
- Pemberian O2 sesuai kebutuhan pasien
- Pemeriksaan laboratorium / analisa gas darah
- Pemeriksaan rontgen thorax
- Intubasi bila pernafasan makin memburuk
- Pemasangan oro paringeal
- Pemasangan water seal drainage / WSD
- Pemberian obat-obatan sesuai indikasi
b. Kolaborasi
- Pemeriksaan laboratirum lengkap
- Pemberian cairan infus sesuai indikasi
- Pemeriksaan radiology
- Perekaman EKG
- Pemberian obat-obatan sesuai indikasi
b. Untuk membedakan tanggung gugat perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya.
c. Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah diberikan
kepada klien.
d. Sebagai data yang dibutuhkan secara administratif dan legal formal.
f. Untuk memberikan data yang berguna dalam bidang pendidikan dan penelitian.
b) Diagnosis
Perawat menganalisis data hasil pengkajian guna menentukan diagnosa.
Kriteria Ukur :
Diagnosis diturunkan dari pengkajian data.
Diagnosa valid dengan kondisi pasien
Diagnosa dapat terdokumentasikan sehingga dapat memfasilitasi pembuatan hasil yang
diharapkan dan penyusunan intervensi keperawatan.
e) Implementasi
Perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan sesuai dengan rencana asuhan
yang telah dibuat
Kriteria Ukur :
Intervensi konsisten sesuai dengan yang telah direncanakan
Intervensi yang dilakukan lebih aman
Intervensi terdokumentasikan
f) Evaluasi
Perawat mengevaluasi perkembangan pasien kedepan sesuai kriteria hasil yang
diharapkan
Kriteria Ukur :
Evaluasi dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan
Respon pasien pada setiap intervensi didokumentasikan
Keefektifan intervensi dievaluasi sesuai dengan kriteria hasil
Data pengkajian lanjut digunakan untuk merevisi diagnosa, kriteria hasil, rencana
asuhan sesuai dengan kebutuhan
Revisi diagnos, kriteria hasil dan rencana intervensi didokumentasikan
Pasien dan keluarga/ dan pemberi kesehatan dapat melakukan proses evaluasi
10. FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
b. Anak
1). Nama : Ny. S
2). Alamat : Desa Jatimulya RT 4 RW 3 Lebaksiu
3). Hidup/mati : Hidup
3. Riwayat Pekerjaan
Klien mengatakan saat masih muda bekerja sebagai petani dengan suami, sekarang ini
klien hanya tinggal dirumah tidak bekerja seperti sebelumnya dikarenakan kondisi fisiknya
yang semakin melemah serta faktor usia yang semakin tua.
Pengertian Kateteriasasi Urin adalah memasukkan selang karet atau plastic melalui uretra ke
dalam kandung kemih
Tujuan a. Menghilangkan distensi kandung kemih
b. Mendapatkan specimen urin
c. Mengkaji residue urine, jika kandung kemih tidak sepenuhnya dikosongkan
No Kegiatan
b. Menutup sampiran
e. Pakaian bawah klien dikeataskan / dilepas, dengan posisi klien litotomi (kaki ditekuk
dan kaki sedikit dibuka). Bengkok diletakkan di dekat bokong klien
f. Buka bak instrument, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril lalu bersihkan alat
g. Bersihkan genetalia dengan cara : dengan tangan non dominan perawat membuka vulva
kemudian tangan kanan memegang pinset dan mengambil satu buah kapas sublimat.
Selanjutnya bersihkan labia mayora dari atas ke bawah di mulai dari sebelah kiri lalu
kanan, kapas dibuang dalam bengkok, kemudian bersihkan labia mayora, klitoris, dan
anus. Letakkan pinset pada bengkok
h. Ambil kateter kemudian olesi dengan jeli. Masukkan kateter kedalam uretra kira – kira
10cm secara perlahan – lahan dengan menggunakan pinset sampai urin keluar.
Masukkan cairan Nacl 0,9% 20-30 cc atau sesuai ukuran yang tertulis dikateter. Tarik
sedikit kateter. Apabila pada saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah
masuk pada kandung kemih
i. Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urin bag. Lalu ikat di sisi tempat tidur
j. Fiksasi kateter pada bagian sisi dalam paha klien
k. Klien dirapikan kembali
l. Alat dirapikan kembali
m. Mencuci tangan
n. Melaksanakan dokumentasi
b. Prosedur kerja Pada Pria
a. Mencuci tangan
b. Mengatur posisi klien supine dan kedua kaki dilebarkan
c. Melakukan perineal hygiene
d. Menempatkan penutup di atas kedua paha
e. Memasang urinal bag di sisi tempat tidur
f. Memasang sarung tangan steril
g. Meletakkan duk lubang steril di atas perineal
h. Mengolesi kateter dengan jeli
i. Menyambung kateter dengan urine bag sebelum kateter dimasukkan ke dalam uretra
j. Memegang penis (tangan kiri ) dan menegakkan
k. Menarik penis sedikit kebawah jika agak sulit memasukkan kateter
l. Memasukkan kateter kedalam uretra sampai dengan pangkal kateter
m. Menampung urine pada botol steril untuk pemeriksaan dan menampung sisanya pada
tempat yang disediakan
n. Mencabut kateter jika urine sudah habis atau menggembungkan balon kateter dengan
menggunakan spuit berisi Nacl 0,9% sebanyak yang ditentukan
o. Menarik sedikit kateter urine sampai ada tahanan sedikit
p. Memfiksasi kateter urine ke abdomen bawah
q. Mdokumentasikan hasil pemasangan kateter
4 Fase Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien
b. Merapikan alat/pasien
c. Membuat kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
d. Mencuci tangan
e. Mendokumentasikan kegiatan
I. DATA DEMOGRAFI
A. Biodata
Nama ( nama lengkap, nama panggilan ) :
Usia / tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Alamat ( lengkap dengan no.telp ) :
Suku :
Status pernikahan :
Agama :
Pekerjaan :
Diagnosa medik :
No. medical record :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
Therapy medic :
B. Penanggung jawab
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Hubungan dengan klien : :
II. KELUHAN UTAMA
Keluhan klien sehingga dia membutuhkan perawatan medik, jika klien tidak mempunyai
keluhan utama, lakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui penyebab sakitnya.
VII. AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. Nutrisi
- Selera makan :
- Menu makan dalam 24 jam :
- Frekuensi makan dalam 24 jam :
- Makanan yang disukai dan makanan pantangan :
- Pembatasan pola makanan :
- Cara makan ( bersama keluarga, alat makan yang digunakan ) :
- Ritual sebelum makan :
B. Cairan
- Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam :
- Frekuensi minum :
- Kebutuhan cairan dalam 24 jam :
C. Eliminasi ( BAB & BAK )
- Tempat pembuangan :
- Frekuensi ? Kapan ? Teratur ? :
- Konsistensi :
- Kesulitan dan cara menanganinya :
- Obat-obat untuk memperlancar BAB/BAK :
D. Istirahat Tidur
- Apakah cepat tertidur :
- Jam tidur (siang/malam) :
- Bila tidak dapat tidur apa yang dilakukan :
- Apakah tidur secara rutin :
E. Olahraga
- Program olahraga tertentu :
- Berapa lama melakukan dan jenisnya :
- Perasaan setelah melakukan olahraga :
F. Rokok / alkohol dan obat-obatan
- Apakah merokok ? jenis ? berapa banyak ? kapan mulai merokok ?
- Apakah minum minuman keras ? berapa minum /hari/minggu ? jenis minuman ? apakah
banyak minum ketika stress ? apakah minuman keras mengganggu prestasi kerja ? :
- Kecanduan kopi, alkohol, tea atau minuman ringan ? berapa banyak /hari ? :
- Apakah mengkonsumsi obat dari dokter (marihuana, pil tidur, obat bius) :
G. Personal hygiene
- Mandi (frekuensi, cara, alat mandi, kesulitan, mandiri/dibantu) :
- Cuci rambut :
- Gunting kuku :
- Gosok gigi :
H. Aktivitas / mobilitas fisik
- Kegiatan sehari-hari :
- Pengaturan jadwal harian :
- Penggunaan alat bantu untuk aktivitas :
- Kesulitan pergerakan tubuh :
I. Rekreasi
- Bagaimana perasaan anda saat bekerja ? :
- Berapa banyak waktu luang ? :
- Apakah puas setelah rekreasi ? :
- Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang ? :
- Bagaimana perbedaan hari libur dan hari kerja ? :
VIII. TEST DIAGNOSTIK
Laboratorium (tulis nilai normalnya) :
Ro foto :
CT Scan :
MRI, USG, EEG, ECG, dll.
IX. Therapy saat ini (tulis dengan rinci)
DATA FOKUS
NAMA PASIEN : ……………….
NO.REKAM MEDIK:
RUANG RAWAT : ………………………….
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : …………………
NO.REKAM MEDIK :
RUANG RAWAT : ………………………….
N
DATA ETIOLOGI MASALAH
O
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
RENCANA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN :
NO.REKAM MEDIK :
DIAGNOSA MEDIK :
NAMA PASIEN :
NO.REKAM MEDIK :
RUANG RAWAT :
Pengertian Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil selama kehamilannya
Tujuan 1. Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas serta
mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat
2. Memantau kemungkinan adanya risiko – risiko kehamilan, dan
merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko
tinggi
3. Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal
NO KEGIATAN
TAHAP PRE INTERAKSI
29 Meletakkan ujung alat ukur (mid line) di batas atas simphisis pubis
30 Mengukur sepanjang garis tengah fundus uteri hingga batas atas mengikuti kurve fundus
(atau tanpa mengikuti kurve fundus bagian atas)
31 Menentukan tinggi fundus uteri
32 Menghitung perkiraan usia kehamilan dengan menggunakan rumus Mc. Donald’s
PENGHITUNGAN DJJ
33 Menentukan lokasi untuk mendengarkan DJJ dengan memastikan posisi punggung janin
atau pada area garis tengah fundus 2-3 diatas simphisis pubis terus kearah kuadran bawah
kiri
34 Meletakkan fetescope / pinard’s stethoscope di area yang telah ditentukan untuk
mendengarkan DJJ
35 Menghitung DJJ dan memastikan kesannya
TAHAP TERMINASI
Pengertian Pemasngan selang plastik lunak melalui nasofaring klien kedalam lambung. Selang
mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan secret gastric
dan pemasukan cairan kelambung
Tujuan Memberikan suplemen cairan nutrisi / makanan ke lambung untuk pasien yang tidak
dapat menelan, decompensasi mengeluarkan secret dangas-gas dari saluran
pencernaan, untuk mencegah terjadinya distensi, lavage mengirigasi lambung oleh
karena perdarahan lambng, keracunan, dan dilatasi lambung, mengambil cairan
lambung untuk analsia laboratorium
NO KEGIATAN
TAHAP PRE INTERAKSI
1 Mengecek catatan medik
2 Mencuci tangan
3 Siapkan lingkungan : Jaga privacy klien dengan menutup pintu dan jendela/ korden, dan atur
penerangan
4 Menyiapkan alat :
5 TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam, dan memperkenalkan diri
2. Memperkenalkan diri pada klien / keluarga klien
3. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
5. Mengeksplor perasaan klien / keluarga klien
6. Mempersiapkan alat :
a. Selang NGT dengan ukuran yang sesuai
b. Handskun (sarung tangan)
c. Spuit dengan ukuran 20-50 cc
d. Bengkok
e. Jelly
f. Stetoskop
g. Plester
h. Tissue
i. Handuk kecil
j. Normal salin/Nacl
6 TAHAP KERJA
1. Mendekatkan alat kesisi kien dan mudah untuk dijangkau oleh perawat
2. Menutup sampiran untuk menjaga privasi klien
3. Mencuci tangan dan memasang sarung tangan (handskun)
4. Posisikan klien dengan posisi semifowler
5. Periksa salah satu lubang hidung klien, dan pilih lubang hidung yang bebas secret dan
sirkulasi lancer
6. Memasang handuk diatas dada klien
7. Buka pembungkus selang NGT, kemudian lakukan pengukuran selang NGT, dengan
cara menempati ujung selang dari hidung klien ke ujung telinga atas, lalu lanjutkan
sampai prosesus xiphoideus
8. Beri tanda pada ujung selang hasil engukuran untuk memudahkan perawat,
mengingat panjang selang NGT yang harus dimasukkan
9. Masukkan selang NGT melalui lubang hidung klien secara perlahan-lahan, jika klien
batuk, bersin, hentikan dulu lalu ulangi kembali memasukkan selang NGT tersebut.
Anjurkan klien untuk menelan
10. Jika selang NGT tidak dapat masuk karena adanya tahanan, tarik selang NGT secara
perlahan – lahan, kemudian masukkan kembali selang NGT tersebut
11. Setelah selang NGT telah masuk, masukkan sesuai dengan ukuran panjang yang telah
ditentukan, sambungkan selang NGT dengan dispo, lalu tempatkan stetoskop pada
kuadran kiri abdomen klien, masukkan 10-20 ml udara dengan cepat sambil
mendengar bunyi yang bising yang terdapat didalam lambung
12. Jika selang telah masuk ke dalam lambung, akan terdengar suara bising pada saat
dilakukan auskultasi
13. Lepas kembali dispo yang disambungkan pada selang NGT tadi
14. Fiksasi selang NGT pada salah satu bagian hidung klien, agar selang tidak mudah
tercabut / terlepas
15. Bantu klien untuk memberikan posisi yang nyaman, atau tempatkan kembali klien
pada posisi semula
7 TAHAP TERMINASI
a. Menanyakan perasaan klien
b. Merapikan alat/pasien
c. Mencuci tangan
d. Membuat kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
e. Mencuci tangan
f. Dokumentasikan semua tindakan
No Kegiatan
TANGGAL TERBIT :
MENGETAHUI
DI BUAT OLEH KEPALA LABORATORIUM
TIM SOP
BAHAN :
- ATK
Instruksi Kerja 1. Persiapan
Menentukan maksud dan tujuan penyuluhan
Menentukan sasaran pendengar
Mempersiapkan materi
Topik yang dikemukakan hanya satu masalah sesuai dengan
kebutuhan kelompok sasaran
Mempersiapkan alat peraga
Absensi peserta
Mempersiapkan tempat dan waktu yang tepat
Mempersiapkan bahan bacaan ( jika diperlukan )
2. Pelaksanaan
Perkenalan diri
Mengemukakan maksud dan tujuan
Menjelaskan point-point isi penyuluhan
Menyampaikan penyuluhan dengan suara jelas dan irama yang tidak
membosankan
Tujukan tatapan mata pada setiap pendengar dan tidak tetap duduk
di tempat
Selingi dengan humor segar
Pergunakan bahasa sederhana
Ciptakan suasana relax ( santai ), pancinglah pendengar agar turut
berpartisipasi
Jawab setiap pertanyaan secara jujur dan meyakinkan
Sediakan waktu untuk tanya jawab
Menyimpulkan penyuluhan sebelum mengakhiri penyuluhan
Tutuplah penyuluhan anda dengan mengucapkan terima kasih
Bila ada bahan bacaan sebaiknya dibagikan setelah penyuluhan
selesai
Rawat jalan
Unit terkait Rawat inap
UGD
17. FORMAT PENGKAJIAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
I. Biodata
Klien sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit labuang baji ( 2 bulan yang lalu ) dan
pulang atas instruksi dokter – klien bisa berobat jalan ( dapat pengobatan selama 6 bulan ),
namun klien putus obat , pengobatan hanya dilakukan selama 2 bulan karena merasa
kondisi anaknya sudah bagus, setelah itu muncul keluhannya kembali seperti Batuk batuk
berdahak sejak 8 hari yang lalu ( 11 mei 2003 ) sekitar jam 23.00 , keluhan muncul
berangsur-angsur dari batuk –batuk , batuk berlendir disertai sesak nafas, tidak mau makan,
badan lemah, demam, klien sudah dibawa kedokter dan di berikan obat dari dokter ,
namun keluhan bertambah parah/ tidak hilang sehingga orang tua membawa klien ke
rumah sakit labuang baji.
- Kondisi saat dikaji :
P : Batuk berlendir dan berbunyi sehingga membuat klien susah bernafas , hal yang
memperberat keadaan apabila cuaca dingin, posisi telentang.
Q : Gejala dirasakan langsung oleh klien dan gejala tersebut membuat klien terhambat
aktivitasnya., dan lebih parah dari keadaan sebelumnya
R: Gejala sangat dirasakan pada bagian pernafasan bawah ( pada paru sebelah kanan ),
terjadi penumpukan secret pada bronkus dan lobus paru.
S: Skala keperahan , termasuk parah
T: gejala muncul sejak 8 hari yang lalu , jenis : bertahap, frekuensi sering, durasi :
gejala dirasakan sudah 2 bulan yang lalu.
- Penyakit anggota keluarga : TBC ( neneknya ) telah berobat jalan selama 6 bulan.
- Genogram
Keterangan
IV. Riwayat imunisasi
No Jenis Waktu Reaksi setelah
Imunisasi pemberaian pemberian
1. BCG 1X Panas
2. DPT 3X Panas
3. Polio 4X -
4 Campak 1X Panas
5. Hepatitis 1X -
Lain – lain
( diberikan susu botol sejak lahir , selang seling dengan ASI sampai umur 2 tahun ,
selanjutnya menggunakan gelas)
D. Pola perubahan Nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Ibunya membawa anaknya ke RS karena telah berobat ke dokter dan diberi obat tapi
keadaan anaknya tidak ada perubahan malah keadaannya tambah berat.
Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : ya
Bagaimana perasaan orang tua saat ini : cemas, khawatir karena kondisi anaknya masih
lemah dan sesak
Orang tua selalu mengunjungi anaknya (bapaknya), setiap pulang kerja.
Siapa yang akan tinggal dengan anak : neneknya sedang ibu dan bapak (setelah pulang
kerja pada hari libur sabtu dan minggu dan kadang mengunjungi anaknya ke pangkep)
A. Nutrisi :
Sebelum sakit : makan nasi , sayur dan lauk, Selera makan baik, frekwensi 3 X sehari dan
bila klien mau.
Saat sakit : makan nasi , sayur dan lauk, Selera makan sudah mulai membaik, frekwensi 3
X sehari dan bila klien mau.
B. Cairan :
Sebelum sakit : susu dan minum air biasa, frekusnsi bila klien mau, kalu susu pagi, siang
dan malam , cara pemberian di minum pakai gelas.
Saat Sakit : Susu , air hangat kebutuhan, frekuensi bila klien mau dan bila klien mulai
batu-batuk, Infus Dex 5 % dan Nacl 2,5 %, kebutuhan cairan klien :
Tempat pembuangan : WC
Frekwensi : tidak teratur
Konsistensi : lembek
Pada saat pengkajian klien sudah BAB, BAB sering.
D. Istirahat tidur : tidak teratur : karena sesak dan batuk terutama malam hari
G. Rekreasi
A. Pengertian
Beberapa pengertian diare:
a. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setenga
cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal
yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
b. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari.
c. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
B. Penyebab
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia,
T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
3. Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap
jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
C. Patofisiologi
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi,
air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen
usus.
D. Manifestasi Klinis
E. Penatalaksanaan
Prinsip Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
3. Memberikan terapi simtomatik
4. Memberikan terapi definitif.
G. Konsep Keperawatan
1) Prenatal : Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post
matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-
obat yang dimakan serta imunisasi.
2) Natal : Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang
menolong persalinan, penyulit persalinan.
3) Post natal : Berat badan nomal 2,5 Kg – 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm,
kondisi kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital.
4) Feeding : Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal
makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-
badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin
dan mineral atau suplemen lain.
5) Penyakit sebelumnya : Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit,
penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon
emosi terhadap rawat inap sebelumnya.
6) Alergi : Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang,
tumbuh-tumbuhan, debu rumah
7) Obat-obat terakhir yang didapat : Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan
pemberian.
8) Imunisasi : Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun,
reaksi yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma
globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.
9) Tumbuh Kembang : Berat waktu lahir 2, 5 Kg – 4 Kg. Berat badan bertambah 150
– 200 gr/minggu, TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan.
Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan
bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.
d. Riwayat Psikososial
Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya dan
sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah belajar
bermain dengan teman sebaya.
e. Riwayat Spiritual
Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.
f. Reaksi Hospitalisasi
1. Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang dikenal,
perasaan tidak aman, cemas dan sedih
2. Perubahan pola kegiatan rutin
3. Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
4. Kehilangan otonomi
5. Takut keutuhan tubuh
6. Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya
kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya
g. Aktivitas Sehari-Hari
1. Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari
2. Output cairan :
(a) IWL (Insensible Water Loss)
(1) Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam
(2) Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh – 36,8 oC)
(b) SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati, misalnya berupa
kencing dan faeces. Yaitu :
(1) Urine : 1 – 2 cc / Kg BB / 24 jam
(2) Faeces : 100 – 200 cc / 24 jam
3. Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training.
h. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda vital
Suhu badan : mengalami peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi nafas meningkat
Tekanan darah : menurun
b) Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan,
dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.
c) Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas
tambahan.
d) Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
e) Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat,
anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer
f) Perkemihan
Volume diuresis menurun.
g) Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
h) Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
i) Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.
J) Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
k) Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.
l) Neorologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
2) Motorik Halus
Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
3) Personal Sosial
Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake
terbatas (mual).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan
peristaltik usus.
c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
5. Rencana Keperawatan
Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi Rasional
Berikan cairan oral dan parenteral Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang
sesuai dengan program keluar bersama feses.Memberikan informasi status
rehidrasiPantau intake dan output. keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan
cairan pengganti.
Kaji tanda vital, tanda/gejala Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan
dehidrasi dan hasil pemeriksaan asam basa
laboratorium
Kolaborasi pelaksanaan terapi Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah
definitif penyebab diare diketahui
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan
Intervensi Rasional
Pertahankan tirah baring dan Menurunkan kebutuhan metabolic
pembatasan aktivitas selama fase
akut.
Pertahankan status puasa selama fase Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama
akut (sesuai program terapi) dan fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga
segera mulai pemberian makanan per terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan
oral setelah kondisi klien sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien
mengizinkan memungkinkan.
Bantu pelaksanaan pemberian Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
makanan sesuai dengan program diet
Kolaborasi pemberian nutrisi Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan
parenteral sesuai indikasi mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut
Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
Intervensi Rasional
Atur posisi yang nyaman bagi klien, Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan
misalnya dengan lutut fleksi. mengurangi nyeri
Lakukan aktivitas pengalihan untuk Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian
memberikan rasa nyaman seperti kliendan meningkatkan kemampuan koping
masase punggung dan kompres
hangat abdomen
Bersihkan area anorektal dengan Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah
sabun ringan dan airsetelah defekasi iritasi
dan berikan perawatan kulit
Kolaborasi pemberian obat analgetika Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik
dan atau antikolinergik sesuai untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan
indikasi sesuai indikasi klinis
Kaji keluhan nyeri dengan Visual Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan
Analog Scale (skala 1-5), perubahan intervensi selanjutnya
karakteristik nyeri, petunjuk verbal
dan non verbal
Intervensi Rasional
Dorong keluarga klien untuk Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan
membicarakan kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
berikan umpan balik tentang
mekanisme koping yang tepat.
Tekankan bahwa kecemasan adalah Membantu menurunkan stres dengan mengetahui
masalah yang umum terjadi pada bahwa klien bukan satu-satunya orang yang
orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang demikian
mengalami masalah yang sama
Ciptakan lingkungan yang tenang, Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu
tunjukkan sikap ramah tamah dan peningkatan kecemasan
tulus dalam membantu klien.
18. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
3. GENOGRAM
4. TIPE KELUARGA
Tipe keluarga Tn.A adalah keluarga inti yaitu dalam satu keluarga terdiri dari ayah,
ibu dan anak
5. SUKU BANGSA
Keluarga klien berasal dari suku jawa atau Indonesia, kebudayaan yang dianut
tidak bertentangan degan masalah kesehatan sedangkan bahasa sehari-hari yang
digunakan adalah bahasa jawa.
6. AGAMA
Seluruh anggota Tn A adalah beragama islam dan taat beribadah, sering mengikuti
pengajian yang ada di RT serta berdoa agar Ny. S dapat sembuh dari penyakit
yang dideritanya.
3. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
A. KARAKTERISTIK RUMAH
1) Luas : 8 X 20 M2
2) Jenis : Permanen
3) Sirkulasi udara: : cukup baik
4) Pemanfaatan ruangan rumah : perabot tertata rapi
5) Kebersihan ruangan : bersih
6) lantai : keramik
7) jarak septic tank dengan sumur : > 10 meter
8) Sumber air minum : tandon air hujan
9) Pembuangan limbah : melalui selokan
10) Halaman dimanfaatkan dengan tanaman hias
a. keadaan pekatangan bersih
11) Pembuangan sampah dibakar
B. DENAH RUMAH
1. KARAKTERISTIK TETANGGA DAN KOMUNITAS
Hubungan antar tetangga Tn. A baik, saling membantu, bila ada tetangga yang
membangun rumah dikerjakan saling gotong-royong.
2. MOBILITAS GEOGRAFIS KELUARGA
Keluarga Tn. A selama ini sebagai penduduk asli Dsn. Sumberporong dan tidak
pernah pindah rumah.
4. STRUKTUR KELUARGA
1. POLA KOMUNIKASI
Anggota keluarga berkomunikasi langsung dengan bahasa jawa, dan mendapat
informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan informasi lainnya didapat dari
televisi dan radio.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Ny. S
Keadaan umum: cukup, TD: 180/140 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 20 X/mnt,
BB:58 kg dan TB: 154 cm.
Kepala : Rambut bersih, warna hitam beruban, rontok, wajah
pucat
Mata :Conjungtiva merah muda, sklera putih, terdapat gambaran
tipis pembululuh darah
Hidung: Pernafasan spontan
Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis, terdapat caries bibir,
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan bendungan
vena jugularis
Dada : tidak ada tarikan intercostae, vokal fremitus dada kanan dan
kiri sama. Suara paru sonor pada semua lapang paru, suara jantung
pekak, suara nafas vesikuler, S1 S2 tunggal.
Perut : bulat datar, bising usus 12 x/ menit, hepar dan lien tak teraba.,
suara perut timpani.
Ekstrimitas : tidak ada odema pada ekstrimitas baik ekstrimitas
bagian atas maupun ekstrimitas bagian bawah.
8. HARAPAN KELUARGA
keluarga berharap pada petugas kesehatan agar selalu meningkatkan mutu
pelayanan dan membantu masalah Ny. “S”
ANALISA DATA
N DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF MASALAH TTD
O
1 2 3 4 5
1. - Ny. “S” - Ny.n “ S” terlihat Nyeri
mengatakan sering sering memegangi
mengeluh sakit kepala bagian
kepala belakang
- Ny. “S” - Wajah Ny.”S”
mengatakan nyeri kadang-kadang
skala 2 terlihat
- Keluarga menyeringai
mengatakan kurang - TD : 180/140
memahami cara mmHg
merawat - N : 88x/mnt
- Makanan Ny.”S” - RR: 20 x/mnt
sama dengan
2. keluarga yang lain Cemas
- Pola tidur Ny.”S”
tidak sesuai dan
kurang dari
kebutuhan - Ny. “S” terlihat
- Kontrol secara bingung
teratur - Wajah Ny. “:S”
- Ny “S” kadangf –kadang
mengatakan terlihat pucat
khawatir tensinya - TD : 180/140
semakin tinggi mmHg
- Keluarga kurang - N : 88x/mnt
memahami cara - RR: 20 x/mnt
mengenal masalah
Ny “S” yang
khawatir tensinya
akan bertambah
tinggi
- Keluarga
mengatakan kurang
memahami cara
merawat Ny.”S”
- Makanan Ny.”S”
sama dengan
keluarga yang lain
- Pola tidur Ny.”S”
tidak sesuai dan
kurang dari
kebutuhan
- Kontrol secara
teratur
SKALA PRIORITAS
MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
2
masalah- 2 dengan mematuhi diet
masalah tidak yang dianjurkan dapat
perlu ditangani mengrangi rasa cemas
Ny”S”
Jumlah 2 5
6
2) Gangguan rasa aman (cemas ) terhadap kompliksi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
dam mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi yang ditandai dengan :
DS :
- Ny“S” mengatakan khawatir tensinya semakin tinggi dan stroke semakin parah
- Keluarga kurang memahami cara mengenal masalah Ny “S” yang khawatir tensinya akan bertambah tinggi
- Keluarga mengatakan kurang memahami cara merawat Tn”S”
Makanan Ny”S” sama dengan keluarga yang lain
Pola tidur Ny”S” tidak sesuai dan kurang dari kebutuhan
Kontrol secara teratur
DO :
- Ny“S” terlihat bingung
- Wajah Ny “:S” kadangf –kadang terlihat pucat
- TD : 180/140 mmHg
- N : 88x/mnt
- RR: 20 x/mnt
INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA
3. Anjurkan
pada
keluarga
untuk
jadwal tidur
Ny. S
4. Anjurkan
kepada
keluarga
memeriksak
an Ny S
secara
teratur
Dx T
N Tang
Kepera Catatan Perkembangan T
o gal
watan D
1 I S :Keluarga mengatakan sudah
. memahami tentang cara
mengurangi/mencegah terjadinya
nyeri kepala
O : Keluarga dapat mengungkapkan
kembali cara mengurangi/mencegah
terjadinya nyeri kepala
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Anjurkan NY. S dan keluarga
melakukan teknik relaksasi
- Anjurkan Ny. S dan keluarga
menghindari perubahan posisi
secara mendadak
- Anjurkan Ny. S dan keluarga
untuk mengkonsumsi makanan
sesuai diet hipertensi
- Anjurkan pada Ny. S dan
keluarga untuk mengatur jadwal tidur
- Anjurkan pada keluarga
mengontrol secara teratur
I : Melaksanakan tindakan sesuai
intervensi
E : Masalah teratasi sebagian
R : -
2 II S : Keluarga mengatakan sudah memahami
. tentang cara merawat keluarga
dengan hipertensi dengan
memperhatikan diet, pola tidur dan
control secata teratur
O : - Keluarga dapat mengungkapkan
kembali cara merawat keluarga
hipertensi dengan
memperhatikandiet, pola tidur dan
control teratur
- Makanan yang disajikan untuk Ny. S
sama dengan anggota keluarga yang
lain
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Anjurkan Ny. S dan keluarga
untuk mengkonsumsi sesuai diet
hipertensi
- Anjukan pada Ny. S dan keluarga
untuk mengatur jadwal tidur Ny. S
- Anjurkan pada keluarga
mengontrol secara teratur
I : Melaksanakan tindakan sesuai
intervensi
E : Masalah teratasi sebagian
R : -
I S : Keluarga mengatakan Ny. S sering
melakukan teknik relaksasi
O : - Ny. S dapat menjawab,
mendemonstrasikan teknik relaksasi
- T : 160/100 mmHg
- N : 88x/menit
- Wajah Ny. S tampak lebih relaks
A : Tujuan Tercapai sebagaian
P : Lanjutkan Intervensi
Anjurkan pada keluarga untuk
mengontrolkan Ny. S secara teratur
I : Melaksanakan tindakan sesuai
intervensi
E : Masalah teratasi sebagian
R : -
II S : - Keluarga mengatakan sudah
menyendirikan makanan Ny. S
dengan anggota keluarga
- Ny. S mengatakan sudah tidak takut
lagi dengan tensinya
O : - Makanan yangdisajikan untuk Ny. S
nasi, sayur asam, lauk tahu, tempe
garing
- Makanan untuk Ny. S dan anggota
keluarga yang lain tersendiri
- Wajah Ny. S tamapak lebih relaks
A : Tujuan tercapai
P : Lanjutkan Intervensi
- Anjurkan Ny. S dan keluarga
mengkonsumsi diet hipertensi
- Anjurkan pada Ny. S dan
keluarga mengatur pola tidut Ny. S
I : Melaksanakan tindakan sesuai
intervensi
E : Masalah teratasi
R : -
NO TINDAKAN
TAHAP PRE INTERAKSI
1 Mengecek catatan medik
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat :
a. Spuit 1cc
b. Gabus / karet / torniquet
c. Alkohol 70%
d. Bethadine
e. Heparin 0,1cc
f. Lidi kapas steril
g. Formulir laboratorium untuk pemeriksaan AGD
h. Thermometer
i. Sarung tangan
j. Bengkok (Nierbekken)
TAHAP ORIENTASI
4 Memberi salam,panggil nama klien dan memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur
6 Memberi kesempatan untuk bertanya
TAHAP KERJA
7 Mengukur suhu tubuh
8 Mencuci tangan
9 Memakai sarung tangan
10 Mengisi spuit dengan heparin 0,1cc
11 Prioritas pemilihan lokasi
12 Palpasi arteri yang akan dipungsi
13 Mendisinfeksi lokasi pungsi dengan bethadine dan alcohol
14 Menusuk jarum tepat arteri dengan sudut 90 derajat untuk arteri femoralis, 45 – 90
derajat untuk arteri radialis dan brakialis
15 Mengambil darah arteri ½ - 1 cc
16 Mencabut jarum dan keluarkan udara yang ada di dalam spuit, posisi jarum diatas
tegak lurus
17 Menekan tempat tusukan dengan kapas alcohol selama 5- 10 menit sampai darh tidak
keluar lagi
18 Observasi adanya hematom
19 Memberikan etiket pada spuit
20 Menulis jam pengambilan, lokasi, suhu badan, Hb terakhir, penggunaan O2 dalam
formulir
TAHAP TERMINASI
21 Mengevaluasi respon klien
22 Mencuci tangan
23 Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan
Kesetimbangan Asam-Basa
Persamaan ini akan membantu anda mengingat konsep dasar kesetimbangan asam basa.
Nilai normal
Nilai Analisis Gas Darah (AGD) biasa disebutkan dalam pH, pO 2, pCO2, HCO3-, BE, dan
SaO2. Nilai-nilai ini memberikan gambaran homeostasis dari kesetimbangan asam basa,
perbedaan basa, dan oksigenasi darah. AGD bisa didapatkan dari arteri, vena, maupun kapiler.
Namun yang umum digunakan adalah darah arteri.
Interpretasi
Interpretasi AGD secara praktis mutlak diperlukan terutama di ruang emergensi. Berikut
pendekatan praktis langkah demi langkah menggunakan metode Henderson-Hasselbach.
Gunakan persamaan
Bagian kanan dari persamaan tidak boleh berbeda lebih dari 10% dengan persamaan sebelah kiri.
Jika angkanya tidak sesuai maka AGD ini tidak layak baca dan sebaiknya AGD diulang.
Cara praktis:
(iii) tiap perbedaan naik atau turun 0.3 dari pH 7.40 maka [H+] menjadi dua kali atau
setengahnya. Dengan demikian pH 7.1; [H+]=80, sementara pH 7.7; [H+]=20.
Perhatikan apakah terjadi asidosis (pH <> 7.44) ataukah justru pH normal (pH normal tidak
berarti tidak ada gangguan asam basa).
Contoh ini menunjukkan adanya asidosis dengan komponen utamanya respiratorik. Dimana
peningkatan pCO2 jauh lebih besar dibandingkan penurunan HCO3-.
Langkah 4: tentukan derajat kompensasinya apakah sesuai dengan yang diharapkan atau
ada kelainan campuran
Untuk mengetahui apakah kompensasi sudah sesuai atau belum, anda perlu mengingat tabel
berikut.
Pada kasus ini terdapat asidosis respiratorik akut, untuk menentukan kompensasi metabolic yang
diharapkan, gunakan:
1. jika kompensasi kurang atau melebihi secara signifikan dari yang diharapkan maka
kemungkinan ada dua kelainan
2. pH normal tapi
d. pCO2, HCO3, dan AG normal memang tidak ada gangguan, atau bisa saja asid
metab non AG + alkalosis metab
3. jelas tidak mungkin terjadi asidosis respiratorik (hipoventilasi) dengan alkalosis respiratorik
(hiperventilasi) bersamaan
Langkah 5: hitung anion gap (AG). Jika terdapat peningkatan lanjut langkah 6
∆AG = AGhitung-AGdiharapkan
∆HCO3 = 24 - HCO3
Petugas kesehatan seringkali kesulitan dalam membaca hasil analisa gas darah (BGA).
Kesalahan dalam menginterpretasinya seringkali menyebabkan kesalahan diagnosis. Berikut
terdapat beberapa cara mudah dalam membaca hasil BGA:
1. Lihat pH
Langkah pertama adalah lihat pH. pH normal dari darah antara 7,35 – 7,45. Jika pH darah di
bawah 7,35 berarti asidosis, dan jika di atas 7,45 berarti alkalosis.
2. Lihat CO2
Langkah kedua adalah lihat kadar pCO2. Kadar pCO2 normal adalah 35-45 mmHg. Di bawah 35
adalah alkalosis, di atas 45 asidosis.
Langkah ketiga adalah lihat kadar HCO3. Kadar normal HCO3 adalah 22-26 mEq/L. Di bawah
22 adalah asidosis, dan di atas 26 alkalosis.
Langkah selanjutnya adalah bandingkan kadar pCO2 atau HCO3 dengan pH untuk menentukan
jenis kelainan asam basanya. Contohnya, jika pH asidosis dan CO2 asidosis, maka kelainannya
disebabkan oleh sistem pernapasan, sehingga disebut asidosis respiratorik. Contoh lain jika pH
alkalosis dan HCO3 alkalosis, maka kelainan asam basanya disebabkan oleh sistem metabolik
sehingga disebut metabolik alkalosis.
Langkah kelima adalah melihat apakah kadar pCO2 atau HCO3 berlawanan arah dengan pH.
Apabila ada yang berlawanan, maka terdapat kompensasi dari salah satu sistem pernapasan atau
metabolik. Contohnya jika pH asidosis, CO2 asidosis dan HCO3 alkalosis, CO2 cocok dengan
pH sehingga kelainan primernya asidosis respiratorik. Sedangkan HCO3 berlawanan dengan pH
menunjukkan adanya kompensasi dari sistem metabolik.
Langkah terakhir adalah lihat kadar PaO2 dan O2 sat. Jika di bawah normal maka menunjukkan
terjadinya hipoksemia.
Untuk memudahkan mengingat mana yang searah dengan pH dan mana yang berlawanan, maka
kita bisa menggunakan akronim ROME.
Respiratory Opposite : pCO2 di atas normal berarti pH semakin rendah (asidosis) dan
sebaliknya.
Metabolic Equal : HCO3 di atas normal berarti pH semakin tinggi (alkalosis) dan sebaliknya.
21.ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
1. Pengkajian
Data biografi
Riwayat keluarga
Riwayat pekerjaan
Riwayat lingkungan hidup
Riwayat rekreasi
System pendukung
Deskripsi kekhususan
Status kesehatan
Aktivitas hidup sehari-hari
Pemeriksaan fisik (head to toe/tinjauan system
Pemeriksaan status kognitif/afektif/social
Pemeriksaan penunjang
2. Diagnose keperawatan
Fisik / biologis
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
Psikologis
Isolasi social
Harga diri rendah
Spiritual
Reaksi berkabung atau berduka sehubungan dengan ditinggal pasangan
3. Intervensi keperawatan
Melibatkan klien
Bekerja sama dengan profesi kesehatan lain
Tentukan prioritas
Cegah timbulnya masalah
Sediakan cukup waktu untuk memahami masukan
Tulis semua rencana dan jadwal
Tujuan intervensi keperawatan, lebih diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar,
antara lain :
A.Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu
tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations)`
B.Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal.
Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta
diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses
keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka.
C. KOMPETENSI
1.Komunikasi terapeutik
Samatoterapi:psikofarmka,ETC
Psikoterapi suppotrif;Bimbingan penyuluhan,TAK.
FORMAT PENGKAJIAN JIWA
1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tanggal Pengkajian:
Umur : No RM :
Informan:
4.Pelaku/Usia Korban/Usia
Aniaya Seksual :
Tindakan Kriminal :
Masalah Keperawatan :
Ya Tidak
Hubungan Keluarga :
Gejala :
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
IV. FISIK
Jelaskan :
Masalah Keperawatan:
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
2. Konsep diri
a.Citra Tubuh :
b.Identitas :
c.Peran :
d.Ideal Diri :
e.Harga diri :
Masalah Keperawatan :
3. Hubungan Sosial:
a. Orang Terdekat :
b. Peran Serta dalam Kegiatan Kelompok :
c. Hambatan dalam Berhubungan dengan Orang Lain:
4. Spritual:
a.Nilai dan Keyakinan :
b.Kegiatan Ibadah:
VI.STATUS MENTAL
1.Penampilan
2.Pembicaraan
Membisu
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
3. Aktivitas Motorik :
Lesu Tegang
Gelisah Agitas
Tik Grimasen
Tremor Kompulsif
4.Alam Perasaan:
Sedih Ketakutan
Gembira Berlebihan
Masalah Keperawatan :
5.Afek
Tidak Sesuai
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
6.Istirahat dan Tidur :
7. Penggunaan Obat :
Bantuan Minimal
Bantuan Total
Mempersiapkan Makanan
Mencuci Pakaian
Mengatur Keuangan
Belanja
Transportasi
Lain-Lain
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
Adaftif
Maladaptif
Minum Alkohol
Teknik Relokasi
Bekerja Berlebihan
Aktifitas Konstruktif
Menghindar
Olahraga
Mencederai Diri
Lainnya
Masalah Keperawatan;
Masalah Lainnya,Uraikan
Koping Obat-obatan
Masalah Keperawatan ;
X.ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik:
Terapi Medik:
XII.DIAGNOSA KEPERAWATAN :
23. ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
SKENARIO KASUS
Ny. P Post partum normal hari pertama, Ny.P Masih mengeluh nyeri jahitan di perineum. Pasien
mengatakan ASI belum keluar, pasien belum pernah mempunyai pengalaman menyusui
sebelumnya. Didalam keluarga pasien masih ada budaya nganyeb atau mutih setelah
melahirkan.
Nama Pengkaji :
Tanggal Pengkajian :
Ruangan / RS :
DATA IDENTITAS
1. Identitas Klien
- Nama :
- Umur :
- Jenis kelamin :
- Alamat :
- Status :
- Agama :
- Suku :
- Pendidikan :
- Pekerjaan :
- Tanggal masuk RS :
- No RM :
- Diagnosa Medik :
- Nama :
- Umur :
- Jenis kelamin :
- Alamat :
- Status :
- Agama :
- Suku :
- Pendidian :
- Pekerjaan :
3. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama :
A. GENOGRAM
Keterangan:
: Laki laki
: perempuan
: pasien
: Tinggal serumah
B. RIWAYAT GINEKOLOGI
C. RIWAYAT KB
1
2
3
4
F.RIWAYAT PERSALINAN
Jenis persalinan :
Perdarahan : ........................................
Masalah dalam persalinan :.............................
2. Pola nutrisi-metabolik :
3. Pola eliminasi :
4. Pola latihan-aktivitas:
6. Pola istirahat-tidur :
H. PEMERIKSAAN FISIK
status obstertik :
Keadaan umum :
Kesadaran :
BB :
TB :
TTV :
N: RR:
S : TD:
1.Kepala Leher
- Kepala :
- Mata :
- Hidung :
- Telinga :
- Leher :
- Masalah khusus :
2. Dada
ü Jantung
- I :............... /..................
- P :
- P :
- A :
ü Paru
- I :
- P :
- P :
- A :
ü Payudara
- I :
- P :
ü Puting susu :
ü Pengeluaran ASI :
ü Masalah khusus :
3.Abdomen
ü Involusi Uterus
- TFU =
ü Kandung kemih :
ü Fungsi pencernaan :
ü Masalah khusus :
Vagina :
Integritas kulit :
Perineum :
R : Kemerahan ( )
E : Bengkak ( )
A : Aproximate ( )
5. Ekstremitas
- Masalah khusus :
I. KEADAAN MENTAL
- Adaptasi psikologis :
- Masalah khusus :
J .KEMAMPUAN MENYUSUI
K. OBAT – OBATAN
Hemoglobin
Hemotoklit
Trombosit
Lekosit
Eritrosit
M. PROGRAM TERAPI
N.ANALISA DATA
K.INTERVENSI KEPERAWATAN
IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada
dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
- Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan
kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
- Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi
semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat ada his,
bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
- Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran
- Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
- Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring
terlentang).
- Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
- Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
- Menganjurkan asupan cairan per oral.
- Menilai DJJ setiap lima menit.
- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2
jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
- Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman. Jika
ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada
puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setalah 60 menit
meneran, merujuk ibu dengan segera.
EVALUASI
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk
menatalaksanaan atonia uteri.
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia
lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa
kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
- Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan.
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan keamanan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan
ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga
untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5%
dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam
ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
N
Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
b. Memberikan salam pada klien
c. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
d. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
f. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
g. Mempersiapkan alat
Satu buah manpan berisi
- Kain lap 2 buah
- Satu buah mangkuk atau baskom dengan larutan desinfeksi
- Nampan ginjal.
Kursi atau bangku untuk meletakkan kain linen
Keranjang untuk kain linen kotor
Kain linen, seprei pengangkut, sarung bantal, seprei bersih (opsional)
Perlak
Kantung /ember linen untuk kain linen kotor
3 Fase Kerja
A. Nilai kondisi umum pasien
B. Jelaskan pada pasien perlunya dan tujuan merapikan ranjang dan apa yang
harus dilakukan pasien
C. Periksa apakah perlu mengganti kain linen dan ambil kain linen bersih sesuai
keperluan
D. Berikan privasi
E. Geser perabotan menjauhi tempat tidur
F. Tempatkan nampan pada lemari di samping ranjang. Letakkan keranjang linen
di samping ranjang.
G. Tempatkan kursi di bagian ujung kaki ranjang dan letakkan kain linen bersih
diatasnya dengan urutan yang terbalik
H. Bantu pasien untuk keluar dari tempat tidur (bila tidak ada kontraindikasi) dan
duduk nyaman pada kursi atau bangku di dekat ranjang
I. Turunkan bagian kepala ranjang. Posisikan ranjang dalam posisi datar dan
turunkan jeruji di bagian pinggir ranjang
J. Lepaskan jam tangan dan cuci tangan
L. Pindahkan bantal dan letakkan di atas kursi atau bangku dengan ujung yang
terbuka berlawanan dengan arah pintu masuk kamar.
M. Pindahkan barang-barang pasien dari atas ranjang, dari dalam sarung bantal,
dari bawah ranjang, dll
N. Berdiri di samping ranjang
O. Lepas seprei dari semua sisi ranjang dimulai dari bagian kepala sampai kaki
ranjang. Bergeraklah ke sekeliling ranjang secara sistematis
P. Bungkus kain linen satu persatu dan letakkan ke dalam keranjang linen kotor
bila tidak akan digunakan kembali
Q. Bila kain linen akan digunakan kembali
- Lepaskan selimut mulai dari bagian kaki ranjang, kibaskan, lipat dan
letakkan diatas kursi
- Angkat handuk, kibaskan, dan letakkan dengan rapi di atas kursi.
- Ambil bantal, pegang dengan bagian ujung yang terbuka menghadap ke
bawah, kibaskan dan letakkan diatas kursi. Bila sarung bantal kotor,
lepaskan dan letakkan kedalam keranjang kotor.
- Lipat seprei atas di atas ranjang menjadi empat lipatan. Pegang kedua
ujung suprei, kibaskan secara perlahan ke dalam keranjang kotor kemudian
letakkan di atas kursi.
- Lepaskan sprei pengangkut, kibaskan dan lipat menjadi empat bagian dan
letakkan di atas kursi
- Bersihkan perlak dengan kain lap dari bagian atas sampai bawah, gulung
dan letakkan diatas kursi
- Lipat seprei bawah secara memanjang dengan kedua ujung bagian kepala
saling menyentuh dan kedua ujung kaki saling menyentuh sehingga
menjadi 4 bagian.
R. Bersihkan permukaan atas matras dengan kain lap kering dari bagian kepala
sampai bagian kaki dan buang kotorannya ke dalam nampan ginjal
S. Lipat matras dari atas ke bawah dan bersihkan permukaan dasar matras
dengan kain lap kering
T. Bersihkan bagian kepala dan setengah badan dipan dengan kain basah
U. Sekarang lipat matras dari bawah keatas bersihkan permukaan dasar matras
dan badan dipan dari bagian tengah kebagian kaki seperti yang sudah
disebutkan di atas
V. Simpan lap dan posisikan matras kembali ke posisi datar
X. Buka sprei bawah dan buat sematan pada setiap ujungnya mulai dari bagian
ujung-ujung kepala sampai kebagian ujung-ujung kaki lalu selipkan pada sisi
tersebut dari bagian kepala sampai kaki. Lebarkan kaki sedikit dan tekuk lutut
anda ketimbang membungkukkan badan ketika menyelipkan sprei ke bawah
ranjang.
Y. Buka perlak dan letakkan seprei pengangkut diatasnya. Selipkan keduanya
pada sisi tempat anda berdiri. Selipkan bagian tengah terlebih dahulu lalu
bagian ujung kepala dan terakhir bagian ujung kaki
Z. Pindah kesisi lain ranjang, kencangkan sprei bawah dan buat sematan pada
ujung-ujung kepala dan kaki (jika sprei tidak cukup panjang, sematan hanya
dibuat pada ujung kepala. Biarkan ujung kaki sprei sejajar dengan ujung kaki
ranjang ) ketika menyelipkan sprei dengan kedua tangan
AA.Selipkan perlak dan sprei pengangkut bersamaan pada pinggir ranjang
BB.Letakkan sprei atas dalaam bentuk empat lipatan di atas ranjang, dengan
bagian ujung kepala sprei berada sejajar dengan ujung kepala ranjang. Buka
sprei tersebut.
CC. Letakkan selimut di atas sprei atas, 15-20 cm di bawah ujung atas matras.
Tutupi selimut dengan bagian sprei
DD. Buatlah lipatan untuk jari kaki sekitar 15 cm dari bagian bawah matras
EE.Selipkan sprei atas dan selimut secara bersamaan pada bagian kaki ranjang
dan buat sematan dan dimodifikasi yang memungkinkan bagian pinggirnya
untuk menggantung bebas
FF. Ganti sarung bantal dan posisikan bantal dengan bagian ujung yang terbuka
berlawanan arah dengan posisi pintu masuk kamar
GG. Letakkan atau ikatkan handuk pada bagian ujung kepala ranjang ( handuk
mandi, waslap, dan handuk muka)
HH. Bersihkan bagian dalam dan luar lemari dan rapikan barang-barang
N
Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
f. Mempersiapkan alat
Satu buah nampan pembasuh mulut yang berisi
Handuk muka
Gelas minum yang berisi air
Sikat gigi dengan bulu sikat halus
Pasta gigi/serbuk gigi/bahan lainnya yang tersedia
Larutan pembersih mulut (mulut kesukaan dan kemampuan pasien)
- Sodium klorida
- Timol
- Larutan potasium permanganate yang diencerkan 1 : 1000
- Listerin
- klorheksidin
kapas uap/bola-bola kapas
pelembab dalam wadah-Gliserin, paraffin cair, Vaselin, minyak kelapa
Baskom-K / baskom muntahan – 2
Perlak kecil
Sarung tangan bersih
3 Fase Kerja
a. Periksa kondisi pasien, mulutnya dan tingkat kesadaran.
b. Inspeksi keutuhan bibir, gigi, mukosa bukal, gusi, palatum, dan lidah.
h. Posisikan pasien dalam posisi fowler tinggi/ semi fowler sesuai toleransi pasien
k. Oleskan pasta gigi pada sikat gigi. Sambil memegang sikat gigi di atas baskom-
K, tuangkan sedikit air diatas pasta gigi
l. Instruksikan pasien untuk memegang sikat gigi pada sudut 45 derajat terhadap
garis gusi. Sikat permukaan dalam dan luar gigi atas dan bawah dengan
menyikat dari arah gusi kea rah gigi
m. Bersihkan permukaan koronal gigi dengan gerakan maju dan mundur dengan
terlebih dahulu menyikat gigi yang lebih jauh baru kemudian gigi yang lebih
dekat serta gigi rahang atas terlebih dahulu baru kemudian gigi rahang bawah.
n. Instruksikan pasien untuk memegang sikat gigi pada sudut yang sama (45
derajat) pada lidah, kemudian sikat secara lembut pada permukaanya secara
horizontal dan jangan sampai merangsang reflex muntah
p. Izinkan pasien untuk membilas mulutnya dengan cairan pembasuh mulut sesuai
keinginannya.
N
Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
f. Mempersiapkan alat
Perlak kecil dan handuk wajah
Forcep arteri
Pinset
Mengkuk kecil dengan larutan pembersih mulut NaCL 0,9%
Nampan ginjal
Pelembab
Spatula
Sarung tangan bersih
Kapas usap
Jar kecil berisi air
Alat penahan mulut
Perangkat alat pengisap
Potongan kasa berbentuk bujur sangkar ( 5 x 5cm)
3 Fase Kerja
a. Periksa hygiene oral pasien
b. Lakukan penilaian terhadap ada tidaknya refleks muntah dengan meletakkan
spatula pada setengah belakang lidah.
v. Posisikan pasien kembali pada posisi yang nyaman. Naikkan jeruji, turunkan
ranjang.
w. Rapikan kembali alat-alat setelah membuang sampah melepas sarung tangan,
membuangnya serta cuci tangan.
x. Catat tanggal, waktu, larutan yang digunakan, kondisi mulut, dan kelainan
apapun, seperti perdarahan / inflamasi.
4 Fase Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien
b. Merapikan alat/pasien
c. Membuat kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
d. Mencuci tangan
e. Mendokumentasikan kegiatan
Pengertian ; Membersihkan seluruh tubuh pasien yang tidak dapat turun dari ranjang
Tujuan ; 1. Menyingkirkan mikro-organisme, produk sekresi, ekskresi tubuh, serta
sel-sel kulit mati
2. Merangsang sirkulasi
3. Memberikana perasaan segar pada pasien
4. Memberikan rasa relaks dan nyaman
5. Meningkatkan harga diri
6. Mencegah atau menghilangkan bau tidak sedap
N
Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
f. Mempersiapkan alat
Pispot/ urinoir
Baskom
Jar berisi air hangat dan dingin ( air bersuhu 43-45 derajat celcius untuk orang
dewasa 38-41 derajat Celsius untuk anak-anak)
Meja atau troli
Handuk basar
Sarung tangan
Waslap (2)
Sabun
Handuk (2)
Losion bedak, deodorant (opsional)
Sprei pengganti (1 set)
Baju pengganti ( 1 set)
3 Fase Kerja
1. Persiapan pasien dan lingkungan sekitar
a. Jelaskan prosedurnya pada pasien dan keluarganya serta dorong pasien atau
keluarganya untuk ikut berpartisipasi.
b. Tutup jendela dan pintu untuk memastikan bahwa kamar terbebas dari aliran
udara serta matika kipas angin/AC.
c. Berikan privasi dengan menutup tirai dan pintu.
d. Berikan pispot atau urinoir bila pasien memerlukannya.
2. Rapikan ranjang dan posisikan pasien dengan benar
a. Letakkan handuk secara memanjang di bawah lengan yang jauh dari anda
b. Cuci, gosokkan sabun, bilas dan keringkan lengan dengan menggunakan
pijatan memanjang dari daerah distal kearah proksimal.
c. Keringkan dengan cara menepuk-nepuk dengan menggunakan handuk
kedua. Jangan digosok.
d. Bilas aksila. Lakukan dengan hati-hati bila terdapat jalu infuse pada lengan.
e. Letakkan handuk yang dilipat di atas ranjang di bawah tangan, dan letakkan
baskom di atasnya. Perhatikan ruang anta jari. Rendam tangan diatas
baskom dan bantu pasien mencuci tangan
f. Ulangi keseluruhan prosedur pada lengan yang lain
11. Bersihkan dada dan perut
a. Lipat handuk besar sampai kedaerah pubis. Letakkan handuk di atas dada
dan perut
b. Cuci, bilas, dan keringkan dada serta perut dan jangan lupa lipatan-lipatan
kulit di bawah payudara.
c. Tutupi dada dan perut dan gunakan pijatan memanjang dalam
membersihkan daerah tersebut. Pada wanita, bersihkan dada dan perut
secara terpisah.
12. Ganti air bila dingin, kotor, atau bersabun
13. Bersihkan punggung pasien
a. Letakkan handuk secara memanjang di bawah tungkai yang jauh dari anda
b. Tekuk lutut, sambil menahan tungkai, instruksikan pasien untuk bertahan
dalam posisi tersebut. Jika pasien tidak mampu melakukannya, mintalah
bantuan perawat lain atau anggota keluarga untuk menahan tungkai pasien.
c. Pijat secara memanjang untuk membersihkan mulai dari bagian distal ke
proksimal / dari pergelangan kaki ke lutut dan dari lutut ke paha. Jangan
menggunakan pijatan memanjang pada pasien yang mempunyai bekuan
darah pada ekstremitas bawah. Sebagai contoh : pada pasien DVT karena
dapat melepaskan bekuan darah tersebut.
d. Cuci, bilas, dan keringkan ekstremitas.
e. Lipat handuk dan letakkan dibawah kaki pasien. Letakkan baskom berisi air
di bawah kaki dan bersihkan dengan waslap.
f. Pindahkan kaki dan keringka ekstremitas.
g. Buang air.
h. Ulangi keseluruhan prosedur pada tungkai yang lain.
17. Dorong pasien untuk membersihkan daerah perineum dangan waslap. Buang
waslap kedalam nampan ginjal.
18. Posisikan pasien pada posisi yang aman
19. Oleskan pelembab atau losion badan jika pasien menyukainya atau jika kulit
kering.
20. Bantu pasien memakai baju.
21. Sisir rambut.
N
Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
f. Mempersiapkan alat
Baskom pencuci
Waslap
Handuk wajah
Pemotong kuku dengan gerinda kuku
Air hangat
Sabun di dalam wadah sabun
Losion badan
Sarung tangan bersih sekali pakai
Kantung kertas/nampan ginjal
Satu buah mangkuk berisi kapas usap
Mangkuk berisi larutan antiseptic
Mangkuk dengan kapas usap yang direndam dalam larutan antiseptic.
3 Fase Kerja
1. Lakukan pengamatan pada semua permukaan jari-jari tangan, jari kaki, kaki,
dan kuku. Perhartikan lebih apakah ada daerah kering, inflamasi, dan kulit
yang pecah. Amati pula di area di antara jari-jari kaki, tumit, dan telapak kaki.
2. Periksa warna dan suhu jari-jari kaki, kaki dan jari-jari tangan. Periksa waktu
pengisian kapiler kuku, palpasi denyut nadi radialis dan ulnaris dari setiap
tangan dan denyut nadi dorsalis pedis, perhatikan karakteristik denyut
nadinya.
3. Perhatikan cara berjalan pasien. Instruksikan pasien untuk berjalan di lorong
rumah sakit atau berjalan lurus (bila mampu)
4. Tanyakan pasien wanita apakah mereka sering memakai kutex dan pembersih
kutex atau tidak.
5. Periksa jenis alas kaki yang digunakan pasien
6. Identifikasi pasien yang mempunyai risiko mengalami gangguan pada kaki dan
kuku.
a. Dewasa tua
b. Pasien diabetes
c. Pasien gagal jantung dan penyakit ginjal
d. Pasen penyakit serebrovaskular atau stroke.
7. Periksa jenis obat rumahan yang digunakan pasien untuk mengobati
gangguan pada kakinya.
a. Obat cair yang dibeli bebas untuk mengobati kalus
b. Memotong kalus dengan pisau pencukur atau gunting.
c. Pemakain plester
8. Periksa kemampuan pasien untuk merawat kuku atau kaki, adanya gangguan
penglihatan, kelelahan, kelemahan musculoskeletal. Dll.
9. Nilailah pengetahuan pasien terkait cara melakukan perawatan kaki dan kuku.
10. Jelaskan prosedurnya pada pasien termasuk proses perendaman yang
memerlukan waktu beberapa menit. Pada pasien yang tidak sadar, rendam
kuku dengan kapas basah. Pada pasien diabetes, perendaman hanya
dilakukan hanya beberapa menit.
11. Cuci tangan dan atur alat pada meja di atas ranjang
12. Tutup tirai disekitar ranjang atau tutup pintu kamar.
13. Bantu pasien yang dapat bermobilisasi untuk duduk dikursi di samping
ranjang.
14. Isi baskom dengan air hangat. Ukur suhu air dan buat suhunya menjadi sekitar
43-44 derajat celcius.
15. Letakkan baskom di atas handuk dan bantu pasien meletakkan kaki nya dalam
baskom untuk merendam kuku-kuku jari kaki. Letakkan bel pemanggil di
dalam jangkauan pasien.
16. Turunkan posisi meja di atas ranjang dan posisikan di atas pangkuan pasien
( pasien dapat duduk dikursi atau berbaring diranjang )
17. Isi baskom dengan air hangat dan letakkan baskom diatas handuk pada meja
di atas ranjang untuk merendam kuku-kuku jari tangan.
18. Instruksikan pasien untuk meletakkan jari-jari tangannya di dalam baskom
dan letakkan lengan pada posisi yang nyaman.
19. Biar kan kaki dan kuku-kuku jari tangan direndam selama 10-20 menit dan
hangatkan kembali air setelah 10 menit bila perlu.
20. Kringkan tangan dengan handuk.
21. Gunting kuku-kuku jari tangan secara lurus dan simetris dengan menggunakan
gunting kuku. Rapikan kuku dengan gurinda kuku. Lap setiap ujung kuku
kapas yang sudah dicelup kedalam larutan antiseptic.
22. Pindahkan meja dari hadapan pasien.
23. Pakai sarung tangan sekali pakai dan gosok area berkalus pada kaki dengan
waslap.
24. Angkat kaki dari baskom dan keringkan seluruh kaki.
25. Bersihkan dan potong dan kuku-kuku jari kaki. Jangan menghaluskan sudut-
sudut kuku-kuku jari kaki.
26. Oleskan losion pada kaki dan tangan serta bantu pasien kembali ke ranjang
dan posisi yang nyaman.
27. Buang sarung tangan sekali pakai ke dalam wadahnya. Bersihkan dan rapikan
peralatan serta perlengkapan kembali ke tempatnya. Buang sprei yang kotor
ke dalam keranjang. Cuci tangan.
28. Inspeksi kuku-kuku dan permukaan kulit di sekitarnya setelah merendam dan
menggunting kuku. Letakkan gunting kuku dalam sebuah mangkuk berisi
larutan antiseptic selama 20-30 menit kemudian cuci, keringkan, dan rapikan.
29. Catat prosedurnya dan observasi (mis : luka pada kulit, inflamasi, ulserasi, dll
serta respon pasien).
30. Laporkan setiap luka pada kulit atau ulserasi kepada perawat penaggung
jawab atau dokter.
4 Fase Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien
b. Merapikan alat/pasien
c. Membuat kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
d. Mencuci tangan
e. Mendokumentasikan kegiatan
I. PERAWATAN GENITAL
4. Periksa alat kelamin apakah ada tanda inflamasi, luka pada kulit, infeksi atau
kontaminasi dengan bahan feses.
5. Bila ada feses, bungkus di dalam kertas atau tissue toilet lalu buang. Bersihkan
bokong dan anus dengan menggunakan kain pembersih atau tissue sekali
pakai, cebok dari depan ke belakang. Bersihkan, bilas, dan keringkan area
secara menyeluruh. Angkat dan buang perlak, ganti dengan yang baru.
8. Lipat seprei atas ke bawah ke arah kaki ranjang dan lipat pakaian pasien di atas
area genital.
9. Tutupi pasien dengan metode bentuk berlian dengan cara meletakkan handuk
besar/sprei atas dengan salah satu sudutnya di antara tungkai pasien dan di
bawah pinggul.
11. Letakkan baskom pencuci dan tissue toilet pada meja di atas ranjang, letakkan
waslap di dalam baskom.
a. Turunkan jeruji ranjang dan bantu pasien untuk terlentang. Perhatiakan bila
ada keterbatasan gerak.
d. Cuci bagian atas penis pada bagian meatus uretra terlebih dahulu dengan
gerakan memutar. Bersihkan dari bagian meatus kemudian mengarah keluar.
Buang waslap dan ulangi dengan kain lap baru yang bersih sampai penis
menjadi bersih. Bilas dan keringkan secara perlahan.
e. Kembaliakan kulit khitan ke posisi awal.
f. Cuci batang penis secara perlahan tetapi mantap dengan usapan ke arah
bawah. Perhatikan daerah permukaan bawah penis secara menyeluruh.
Instruksikan pasien untuk sedikit melebarkan tungkainya.
g. Bersihkan skrotum secara perlahan. Angkat skrotum dan cuci lipatan kulit
bawah. Bilas dan keringkan.
13. Lipat handuk besar diatas perineum pasien dan bantu pasien berputar ke posisi
miring.
14. Jika pasien mengalami inkontinesia urine atau usus, oleskan tipis gel minyak
pada kulit sebagai sawar kulit.
16. Lepas sarung tangan dan buang ke dalam tempat sampah yang sesuai.
17. Bantu pasien kembali ke posisi yang nyaman dan selimuti dengan sprei atas.
18. Lepas handuk besar, buang semua sprei kotor dan simpan kembali alat yang
tidak di gunakan ke tempat penyimpanan.
19. Catat prosedur dan kelainan apapun yang ditemukan. Mis : ciri dan jumlah
secret serta kondisi genitalia.
20. Laporkan kelainan yang ditemukan pada perawat penanggung jawab dan
dokter.
4 Fase Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien
b. Merapikan alat/pasien
d. Membuat kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
e. Mencuci tangan
f. Mendokumentasikan kegiatan
TOTAL
KETERANGAN :
1. 25% Jika tindakan tidak dilakukan / bahan tidak disiapkan
2. 50% Jika dilakukan tapi salah / bahan atau alat tidak lengkap
3. 75% Jika dilakukan tapi tidak berurutan
4. 100% Jika dilakukan dengan sempurna
R = Total Penilaian
, Nilai A : 3.25 – 4.00
Jumlah Kegiatan B : 2.75 – 3.24
C : 2.51 – 2.74
D : < 2.50 / tidak lulus
N
Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
f. Mempersiapkan alat
Handuk mandi 2 buah
Waslap dan handuk wajah
Perlak 2 buah
Bola-bola kapan yang tidak menyerap air
Handuk besar
Minyak (opsional)
Shampo atau sabun cair
Sisir rambut
Nampan ginjal
Baskom
Ember
Mug
Jar 2 buah
Bangku pendek
Kain linen bersih
Koran.
3 Fase Kerja
1. Periksa instruksi dokter apakah ada perhatian khusus terkait pergerakan dan
memposisikan pasien.
2. Periksa kondisi umum pasien, kulit kepala, rambut, dan butuh tidaknya
shampo.
3. Tanyakan shampoo atau sabun kesukaan pasien
4. Jelaskan prosedurnya pada pasien.
5. Atur ketinggian ranjang yang memberikan kenyamanan kerja.
6. Tutup jendela dan matikan kipas angin.
7. Tutup tirai
8. Lipat sprei atas sampai ke kaki ranjang dan biarkan handuk besar menyelimuti
tubuh pasien..
9. Buat cekungan dengan menggunakan perlak atau gunakan alas Kelly jika ada.
10. Kecuali bila ada kontraindikasi, posisikan kepala pasien di ujung ranjang dan
posisikan pasien secara diagonal dengan kepala di dalam cekungan.
11. Letakkan bantal di bawah bahu pasien sehingga kepala sedikit di tekuk ke
belakang.
12. Lindungi bantal dengan perlak dan handuk.
13. Letakkan ember di atas bangku pendek di dekat tepi ranjang.
14. Tutup telinga de bola-bola kapas yang tidak menyerap air, mencegah
shampoo masuk ke dalam telinga.
15. Letakkan waslap atau handuk di atas mata
16. Cuci tangan
17. Lepaskan rambut yang kusut
18. Campurkan air dingin dan air panas serta periksa suhunya dengan punggung
tangan.
19. Mulai pembersihan dari garis rambut dan di lanjutkan ke arah belakang kepala
secara simetris dengan menggunakan shampoo.
20. Gosokkan shampoo dan pijat kulit kepala dengan baik.
21. Bilas secara menyeluruh dengan menggunaka air.
22. Ulangi pencucian dan pembilasan sampai rambut menjadi bersih. Peras
kelebihan air yang ada di rambut.
23. Instruksikan pasien untuk memberitahukan pada perawat bila merasakan
ketidaknyamanan atau nyeri.
24. Keringkan rambut dengan handuk kedua.
25. Angkat cekungan dan letakkan ke dalam ember. Buang penyumbat telinga ke
dalam baskom-K.
26. Posisikan kembali pasien ke posisi lurus.
27. Tebarkan rambut di atas perlak dan handuk yang di letakkan di atas bantal
serta biarkan mengering.
28. Ganti sprei bila basah
30. Bawah semua alat ke kamar peralatan dan bersihkan. Desinfeksi handuk,
perlak, baskom, dan ember. Kirimkan sprei yang kotor ke laundry. Cuci
tangan.
31. Kembali ke tepi ranjang bila rambut sudah kering. Sisir dan rapika rambut.
Angkat perlak dan handuk dari atas ranjang. Buatlah agar pasien merasa
nyaman.
Meskipun pemberian obat melului mulut, serta disukai oleh klien akan tetapi ada
beberapa klien tidak diperkenankan melakukanya. Pemberian obat melalui oral
tidak diperbolehkan pada klien yang memiliki gangguan fungsi gastrointestinal,
mutilitas menurun ( misalnya setelah anastesi general ), serta pasca operasi
system gastrointestinal. Selain itu medikasi oral juga tidak diperkenankan pada
klien dengan gastricsuction.
Kerugian yang terdapat pada medikasi oral adalah klien yang tidak sadar
sepenuhnya, tidak dapat menelan atau meletakan obat dibawah lidah. Medikasi
oral dapat menimbulkan rasa tidak enak dan dapat merusak lintasan
gastrointestinal perubahan warna gigi.
2. Parenteral
Pemberian obat melalui parenteral merupakan pemberian melalui jaringan tubuh.ada
beberapa cara pemberian obat parenteral :
a. Subkutan ( SC ), obat disuntikan melalui jaringan antara dermis dan kulit.
b. Intrdermal ( ID ) obat disuntikan melalui dermis, dibawah epidermis.
c. Intra muscular ( IM ), obat disuntukan kejaringan otot
d. Intravena obat disuntikan melalui vena
N
Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
1. Persiapan alat
- Spuit dengan ukuran yang sesuai
- Obat yang diperlukan
- Kapas alcohol
- Bengkok
- Alas
- Baki tempat obat
- Menyiapkan obat yang sesuia, mencocokan aturan pengobatan
dengan label obat
- Menghitung volume obat yang akan diberikan
- Membuka bungkus spuit tanpa mengkontaminasi jarumnya
- Mengambil obat dari placon
Mengambil tutup dari metal (flacon)
Membersihkan diagfragma karet denga kapas alcohol
Mengambil tutup jarum dan meletakan ditempat yang aman dan
bersih
Memegang spuit sejajar mata dengan tangan kiri dan tarik
udara sesuai dengan volume obat yang diinginkan
Mengambil jarum dari flacon, jika dalam spuit ada udara
berlebihan, pegang spuit vertical tegak lurus dan keluarkan
udara dengan hati-hati.
Mencocokkan keamanan dan label obat dengan aturan
pengobatan
Simpan obat dibaki obat
3 Fase Kerja
- Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien dan mencari
daerah penyuntikan
- Menutup pintu untuk privasi klien
- Menyiapkan daerah penyuntikan
- Memasang pengalas dibawah area penyuntikan
- Memegang kulit area penyuntikan dengan tangan kiri
- Membersihkan area penyuntikan dengan kapas alcohol dan biarkan
kering, gerakan melingkar dari pusat ke tepi, pegang kapas dengan jari
lain atau letakkan pada kulit pasien
- Melepaskan tutup jarum, letakkan ditempat yang aman
- Memasukkan jarum dalam muskulo dengan sudut 90°
- Melakukan aspirasi dan observasi darah dalam spuit
- Memasukkan obat perlahan-lahan
- Mencabut jarum sambil menekan tempat tusukan dengan kapas
alcohol, massage bagian tersebut.
- Mengobservasi perdarahan suvervisial
- Menutup jarum dan membuangnya kedalam bengkok, mengambil
pengalas
- Mengembalikan klien pada posisi yang nyaman
- Membereskan alat
- Mencatat implementasi yang telah dilakukan dengan lengkap
- Mencuci tangan.
4 Fase Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien
b. Merapikan alat/pasien
c. Membuat kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
d. Mencuci tangan
e. Mendokumentasikan kegiatan
N
Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
1. Persiapan alat
- Spuit dengan ukuran yang sesuai
- Obat yang diperlukan
- Kapas alcohol
- Bengkok tourniquet
- Perlak kecil
- Plester
- Gunting
- Baki tempat obat
- Alat dokumentasi
3 Fase Kerja
- Menyiapkan obat yang sesuai, mencocokan aturan pengobatan dengan
label obat.
- Menghitung volume obat yang akan diberikan
- Memilih ukuran spoit yang sesuai untuk obat yang akan diberikan
- Membuka bungkus spoit tanpa mengkontaminasi jarumnya
- Mengambil obat dari flacon :
Mengambil tutup dari metal ( flacon )
Membersihkan diafragma karet dengan kapas alcohol
Mengambil tutup jarum dan meletakan ditempat yang aman dan
bersih
Memegang spoit sejajar mata dengan tangan kiri dan tarik udara
sesuai dengan volume obat yang diinginkan
Mengambil jarum dari flacon, jika dalam spoit ada udara
berlebihan, pegang spoit vertical tegak lurus dan mengeluarkan
udara dengan hati – hati
Mengembalikan tutup jarum dang anti jarum dengan yang baru
Mencocokan keamanan dan label obat dan aturan pengobatan
Simpan obat dibaki obat
- Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien dan mencari
daerah penyuntikan
- Menutup pintu untuk privasi klien
- Memasang perlak dibawah area penyuntikan
- Memasang tornikuet dan menganjurkan klien untuk mengepal tangan
- Melakukan palpasi didaerah penyuntikan
- Membersihkan area penyuntikan dengan kap[as alcohol dan biarkan
kering, gerakan melingkar dari pusat ke tepi, pegang kapas dengan jari
lain atau letakan pada kulit pasien
- Melepaskan tutup jarum, letakan jarum ditempat yang aman
- Memasukan jarum kedalam vena dengan posisi 45°
- Melakukan aspirasi dan observasi darah dalam spoit
- Buka kepalan tangan pasien dan tornikuet, masukan suntikan obat 3-4ml
/dt
- Mencabut jarum sambil menekan tempat tusukan dengan kassa steril
kurang lebih 2-5 menit ( hindarkan melengkungkan siku bila area
penusukan diantekubital
- Memasang band-aid atau plester pada tempat tusukan sesudah
pendarahan berhenti
- Menutup jarum dan membuangnya kedalam bengkok, mengambil perlak
dan tornikuet
- Mengembalikan klien pada posisi yang nyaman
- Membereskan alat
- Mencatat implementasi yang telah dilakukan dengan lengkap
4 Fase Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien
b. Merapikan alat/pasien
c. Membuat kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
d. Mencuci tangan
e. Mendokumentasikan kegiatan
N
Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
1. Persiapan alat
- Spuit dengan ukuran yang sesuai
- Obat yang diperlukan
- Kapas alcohol
- Bengkok
- Alas
3 Fase Kerja
- Menyiapkan obat yang sesuai, mencocokan aturan pengobatan dengan
label obat.
- Menghitung volume obat yang akan diberikan
- Memilih ukuran spoit yang sesuai untuk obat yang akan diberikan
- Membuka bungkus spoit tanpa mengkontaminasi jarumnya
- Mengambil obat dari flacon :
Mengambil tutup dari metal ( flacon )
Membersihkan diafragma karet dengan kapas alcohol
Mengambil tutup jarum dan meletakan ditempat yang aman dan
bersih
Memegang spoit sejajar mata dengan tangan kiri dan tarik udara
sesuai dengan volume obat yang diinginkan
Mengambil jarum dari flacon, jika dalam spoit ada udara
berlebihan, pegang spoit vertical tegak lurus dan mengeluarkan
udara dengan hati – hati
Mengembalikan tutup jarum dang anti jarum dengan yang baru
Mencocokan keamanan dan label obat dan aturan pengobatan
Simpan obat dibaki obat
- Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien dan mencari
daerah penyuntikan
- Menutup pintu untuk privasi klien
- Memasang perlak dibawah area penyuntikan
- Memegang kulit area prnyuntikan dengan tangan kiri
- Membersihkan area penyuntikan dengan kapas alcohol dan biarkan
kering, gerakan melingkar dari pusat ke tepi, pegang kapas dengan jari
lain atau letakan pada kulit pasien
- Melepaskan tutup jarum, letakan jarum ditempat yang aman
- Memasukan jarum kedalam kulit sampai daerah subcutan dengan sudut
45°
- Melakukan aspirasi dan observasi darah dalam spoit
- Masukkan obat pelan-pelan.
- Mencabut jarum sambil menekan tempat tusukan dengan kapas alcohol,
tidak boleh melakukan massage pada bagian tersebut.
- Mengobservasi perdarahan superficial
- Menutup jarum dan membuangnya kedalam bengkok, mengambil
pengalas
- Mengembalikan klien pada posisi yang nyaman
- Membereskan alat
- Mencatat implementasi yang telah dilakukan dengan lengkap
4 Fase Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien
b. Merapikan alat/pasien
c. Membuat kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
d. Mencuci tangan
e. Mendokumentasikan kegiatan
KETERANGAN :
1. 25% Jika tindakan tidak dilakukan / bahan tidak disiapkan
2. 50% Jika dilakukan tapi salah / bahan atau alat tidak lengkap
3. 75% Jika dilakukan tapi tidak berurutan
4. 100% Jika dilakukan dengan sempurna
R = Total Penilaian
, Nilai A : 3.25 – 4.00
Jumlah Kegiatan B : 2.75 – 3.24
C : 2.51 – 2.74
D : < 2.50 / tidak lulus
D. SKIN TEST
Pengertian ; Memberikan obat melalui suntikan intracutan/ intradermal adalah suatu
tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam
jaringan kulit atau intra dermis.
N
Kegiatan
o
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan lingkungan klien
b. Membaca catatan medis klien
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
a. Memberikan salam pada klien
b. Memperkenalkan diri pada klien/keluarga kllien
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e. Mengeksplor perasaan klien/keluarga klien
E. Perangkat Alat
a. Obat-obatan yang sesuai program pengobatan dokter.
b. Daftar obat pasien.
c. Spuit 1 cc atau 0,5 cc disposible.
d. Jarum sesuai kebutuhan, gergaji ampul bila perlu.
e. Perlak dan alas.
f. Kapas alkohol atau kapas yang sudah dibasahi NaCl 0,9% dalam
tempatnya.
g. Handschoen.
h. Nierbeken.
3 Fase Kerja
a. Berdiri di sebelah kanan/kiri pasien sesuai kebutuhan.
b. Cek daftar obat pasien untuk memberikan obat
c. Membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien sambil mencocokkan nama
pada tempat tidur dengan nama pada daftar obat.
d. Meenginjeksi pasien sesuai dengan nama pada daftar obat
g. Menentukan lokasi injeksi yaitu 1/3 atas lengan bawah bagian dalam.
h. Membersihkan lokasi tusukan dengan kapas normal saline atau kapas alcohol
bila diperlukan, kulit diregangkan tunggu sampai kering.
i. Lubang jarum menghadap keatas dan membuat sudut antara 5-15 0 dari
permukaan kulit.
j. Memasukan obat perlahan-lahan sampai berbentuk gelembung kecil, dosis
yang diberikan 0,1 cc atau sesuai jenis obat.
k. Setelah penyuntikan area penyuntikan tidak boleh didesinfeksi.
l. Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan pada
area penyutikan dengan melingkari area penyuntikan dengan diameter kira kira
1inchi atau diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah
penyuntikan. Nilai positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi
daerah yang sudah ditandai, artinya pasien alergi dengan antibiotik tersebut.
m. Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test tuberkulin test, dapat dinilai hasilnya
dalam 2 sampai 3 kali 24 jam, positif bila terdapat rubor dolor kalor melebihi
diameter 1 cm pada area penyuntikan.
n. Beri penjelasan pada pasien atau keluarga untuk tentang penilaian pada daerah
penyuntikan dan anjurkan untuk tidak menggaruk, memasage atau memberi
apapun pada daerah penyutikan. Menyimpan obat obat sisa dan daftar obat
pasien ketempatnya.
o. Mengobservasi keadaan umum pasien.
p. Melepaskan handschoen, mencuci tangan.
q. Membuat pendokumentasian mencakup: Tindakan dan respon pasien, Nama
jelas perawat yang melakukan tindakan, waktu penyuntikan dan waktu
penilaian, dan lokasi penyuntikan.
4 Fase Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien
b. Merapikan alat/pasien
c. Membuat kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
d. Mencuci tangan
e. Mendokumentasikan kegiatan
A. Persiapan
B. Tahap Pelaksanaan
C. Tahap Evaluasi
D. Dokumentasi
Nama KK : Pekerjaan :
Umur : Pendidikan :
Suku : Alamat/ Dusun :
Agama : Desa/ Kelurahan :
Hubungan Pendidi
Nama Umur L/P Agama Suku Pekerjaan Ket
Dgn KK Kan
15. Vector penular penyakit yang banyak disekitar rumah dan dapat membahayakan
kesehatan :
( ) Lalat ( ) Nyamuk ( ) Kucing ( ) Anjing
( ) Burung ( ) Kecoa ( ) Ayam ( ) Lain-lain
B. SUMBER AIR
1. Sumber air minum :
( ) Sumur pompa ( ) Sumur gali ( ) Sungai ( ) Mata air
( ) Air hujan ( ) Empang ( ) PAM ( ) Lain-lain
2. Apakah air untuk minum dimasak terlebih dahulu ? ( ) Ya ( ) Tidak
Jika jawabannya TIDAK,Alasan ………………………………………………………………….
3. Jarak sumber air dengan penampungan akhir kotoran/WC :
( )< 10 m ( ) > 10 m
4. Keadaan fisik air untuk minum : ( tandai boleh > 1 )
( ) Jernih ( ) Keruh ( ) Berwarna ( ) Berasa ( ) Berbau
5. Sumber air untuk mandi dan mencuci :
( ) Sumur pompa ( ) Sumur gali ( ) Sungai ( ) Mata air
( ) Air hujan ( ) Empang ( ) PAM ( ) Laut
6. Tempat penampungan air : ( ) Tertutup ( ) Terbuka
III. EKONOMI
1. Berapakah penghasilan rata-rata keluarga setiap bulan ?
( ) <Rp.200.000 ( )Rp.200.000-Rp.300.000 ( ) Rp.300.000-Rp.500.000
( ) >Rp.500.000 ( ) Lain-lain …………………..
2. Adakah alokasi dana untuk pemeliharaan kesehatan ? ( ) Ya ( ) Tidak
Jika TIDAK,alasan : ……………………………………………………………………………….
3. Sarana ekonomi apa yang ada di wilayah saudara ?
( ) Pasar ( ) Bank ( ) KUD ( ) Perusahaan ( ) Lain-lain
4. Industry apa yang ada di wilayah saudara ?
( ) Pertanian ( ) Makanan ( ) Perikanan ( ) Perusahaan RT
( ) Lain-lain,Sebutkan …………………………………………………………………………………………
IV. TRANSPORTASI
1. Sarana transportasi umum yang sering anda gunakan untuk bepergian :
( ) Mobil/motor pribadi ( ) Pete2 ( ) Sepeda
( ) ojek/becak ( ) Lain-lain :……………….
2. Bagaimana keadaan jalan di wilayah saudara ?
( ) Dapat dilewati mobil sepanjang musim ( ) Dapat dilewati hanya sepeda motor
( ) Dapat dilewati mobil hanya musm kemarau ( ) Hanya bisa dengan jalan kaki
( ) Lain-lain ,sebutkan ……………………………………..
3. Apakah saudara merasa aman di lingkunga saudara ? ( ) Ya ( ) Tidak
Jika TIDAK, Alasan : ………………………………………………………………………………………
V. PENDIDIKAN
1. Apakah ada sarana pendidikan/sekolah alam radius 10 km dari rumah saudara ?
( ) Ada ( ) Tidak
Jika jawaban no.1 ADA, sebutkan ………………………………………………………………………
2. Adakah program kesehatan yang diajarkan di sekolah tersebut ? ( ) Ya ( ) Tidak
3. Bila YA,program apa yang sudah berjalan :
( ) UKS ( ) UKGS ( ) Dokter kecil ( ) PMR
( ) Pemeriksaan kesehatan ( ) Lain-lain :…………………………..
VII. KOMUNIKASI
Sarana komunikasi yang umum saudara gunakan : ( boleh ditandai >1)
( ) Telepon/Hp ( ) Koran / majalah ( ) Radio/TV ( ) Papan pengumuman dusun/desa
VIII. KESEHATAN BAYI DAN BALITA ( diisi jika keluarga mempunyai bayi/balita):
A. STATUS GIZI BAYI DAN BALITA ( jika jumlah balita >2 dlm keluarga maka masng2 dibuatkan
data secra terpsah )
1. Anak keberapa dan umur ?................................
2. Berapa TB dan BB bayi/balita saat lahir ? TB:…………cm BB:……………Kg
3. Berapa TB dan BB bayi/balita saat sekarang ? TB:…………cm BB:……………Kg
4. Apakah ibu rutin menimbang bayi/balita setiap bulan ? ( ) Ya ( ) Tidak
Jika jawaban no.4 adalah TIDAK,alasannya ………………………………………………………
5. Apakah bayi/balita mempunyai KMS ? ( ) Ya ( ) Tidak
Jika TIDAK,apa alasannya ……………………………
Jika YA,bagaimana grafik KMSnya dalam 3 bulan terakhir ?
( ) Meningkat setiap bulan ( )Datar setiap bulan ( ) Tidak menentu (naik-turun)
( ) Menurun setiap bulan ( ) Tidak tahu ( ) Lain2,sebutkan…………………
6. Apakah bayi ibu diberi ASI : ( ) Ya ( ) Tidak
Jika TIDAK,alasannya :
( ) Produksi ASI kurang ( ) IBu bekerja ( ) Ibu sakit ( ) Estetika
( ) Bayi tidak mau makan ( ) Putting tidak normal ( ) Lain2,sebutkan,…………….
7. Hingga umur berapa ibu berencana mamberika ASI kepada bayinya ?
( ) 3bulan ( ) 6 bulan ( ) >6 bulan ( ) Lain-lain,……………………….
8. Apakah ibu memberikan makanan pandamping ASI pada bayi ?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika jawaban no.8 adalah YA,sejak bayi umur berapa ?
Jika jawaban no.8 adalah TIDAK,Alasannya…………………………………………………….
9. Berapa kali bayi/balita ibu makan dalam sehari ?
( ) 1X ( )2X ( ) 3X ( ) >3X ( ) Lain-lain,………..
10. Jenis makanan yang dimakan bayi/balita setiap hari :
( ) Makanan pokok saja ( ASI/bubur/nasi)
( ) Makanan pokok + protein hewani/nabati + sayur/buah
( ) Lengkap semua sumber gizi + susu
( ) Lain-lain,SEbutkan………………………………………..
11. Apakah bayi / balita ibu pantang/alergi pada makanan/minuman tertentu ?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika jawaban no.11 adalah YA,jenis makanan dan minumannya adalah…………………….
12. Bagaimana pengolahan bahan makanan bayi/balita ibu ?
( ) Makanan siap saji seperti bubur sereal,susu,dll
( ) Masak sendiri ( ) Lain-lain,Sebutkan…………………………………………
13. Apakah bayi/balita ibu mendapat vitamin A setiap 6 bulan sekali: ( ) Ya ( ) Tidak
14. Jika jawaban no .13 adalah YA,vitamin jenis apa yang diberikn dan siapa yang memberikan?
Sebutkan,…………………………………………………………………………………………
15. Penyakit apa yang sering diderita oleh bayi /balita ibu dalam kurun waktu 6 bulan terakhir?
( ) batuk-batuk ( ) Demam ( ) Penyakit kulit,eg.kudis,kurap,gatal,bisul
( ) Pilek ( ) Kejang-kejang karena panas tinggi
( ) Diare ( ) Lain2,Sebutkan,…………………………………………………………..
B. IMUNISASI
1. Apakah bayi / balita ibu sudah di imunisasi dasar ? ( ) Ya ( ) Tidak
Bila YA,jenis imunisasi yang sudah di dapatkan adalah :
( ) BCG ( )Campak ( ) DPT I-Polio I ( ) DPT II – Polio II
( ) DPT III – Polio III ( ) Polio IV ( ) Hepatitis I – II
Bila TIDAK,alasannya?
( ) Takut ( )Sedang sakit ( ) Tidak sempat
( ) Tidak tahu manfaat imunisasi ( ) Lain2,Sebutkan……………………………….
IX. MASALAH ANAK DAN REMAJA ( jika dalam keluarga ada anak umur >6tahun – 17 Tahun )
A. KESEHATAN ANAK
1. Apakah anak saudara mengalami kesulitan makan? ( ) Ya ( ) Tidak
Jika YA,Alasannya,……………………………………………………………………………………..
2. Apakah anak saudara mempunyai jadwal kegiatan sehari-hari
( belajar,bermain,tidur/istirahat ) ? ( ) Ya ( ) Tidak
3. Penyakit apa yang sering diderita oleh anak anda dalam kurun waktu 6 bulan terakhir
( ) Batuk/pilek ( ) Demam ( ) Penyakit kulit,eg.kudis,kurap,gatal,bisul
( ) Diare ( ) Lain2,Sebutkan,……………………………
B. KESEHATAN REMAJA
1. Apa masalah umum yang sering anak remaja saudara alami ?
( ) Kesulitan belajar ( ) Begadang ( ) Kurang percaya diri
( ) Kurang bisa bergaul ( ) Lain2,Sebutkan,…………………………………….
2. Jika memiliki masalah pribadi ,apa yang biasa dilakukan oleh anak / remaja saudara?
( ) Bercerita pada teman ( ) Marah/mengamuk
( ) Bercerita pada orang tua ( ) Mengurung diri
B. KELUARGA BERENCANA (diisi jika terdapat pasangan usia subur /PUS dalam keluarga)
XI. MASALAH PENYAKIT DALAM 6 BULAN TERAKHIR YANG DIDERITA ANGGOTA KELUARGA
1. Apakah di dalam keluarga saat ini ada yang menderita sakit ? kalau Ya,uraikan !
Usaha yg dilakukan Klrg utk
Nama
No L/P Umur Keluhan yg Di Rasakan mengurangi penyakit
Anggota Klrg
(Modern/ Tradisional)
XII. MASALAH LANSIA (Di isi jika terdapat dalam keluarga terdapat lansia)
1. Berapa usia lansia : ( ) 55-59 tahun ( ) 60-70 tahun ( ) > 70 tahun
2. Apakah lansia masih aktif dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri?
( )Ya ( )tidak
Jika Ya, Apa kegiatan sehari-hari lansia?
Jika Tidak, Alasannya. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. Apakah lansia memiliki penyakit (akut/ kronik) yang diderita saat ini?
( )Ya ( )Tidak
Jika Ya, Sebutkan penyakitnya, dan berapa lama menderita penyakit tsb:
4. Apa yang telah dilakukan lansia ataupun keluarga untuk mengobati/ mengurangi penyakit
tersebut
( ) Berobat kesarana Yankes ( ) Berobat ke Praktik tenaga kesehatan
( ) Berobat ke dukun ( ) Diobati/ diatasi sendri
( ) Lain-lain. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5. Berapa kali lansiamemeriksa kesehatan kepelayanan kesehatan terdekat dalam setahun
terakhir :
( ) 1X ( ) 2X ( ) 3X
( ) Kalau sakit saja ( ) Tidak pernah ( ) Lain-lain
6. Bentuk bantuan/ layanan apa yang dibutuhkan lansia dimasyarakat :
( ) Dana sehat ( )Pelayanan keseshatan gratis ( ) Kelompok lansia
( ) Panti jompo ( )Penyuluhan kesehatan ( ) Lain-lain, Sebutkan. . . .
(……………………………………….)
NIM.
A. Analisa Data Komunitas
Data yang yang telah terkumpul selanjutnya dianalisa dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Klasifikasi Data
Proses klasifikasi data dimaksudkan untuk mengelompokkan data secara keseluruhan
sehingga dapat memberikan informasi yang bermanfaat tentang gambaran yang ada di
komunitas.
Pengklasifikasian data mengacu kepada:
a. Tujuan yang ingin dicapai
b. Merujuk kepada program nasional
c. Isu yang akan dimunculkan
Penyajian data hasil pengklasifikasian ini dapat berupa tabel atau diagram yang
menginformasikan tentang distribusi dan frekuensi.
2. Interpretasi data
Data yang telah diklasifikasikan akan menghasilkan informasi tentang gambaran nyata
yang terjadi dikomunitas. Dengan mengaitkan antara beberapa data akan didapatkan
suatu kesimpulan masalah yang ada dimasyarakat baik aktual maupun potensial.
Analisa interpretasi data akan lebih mudah dilakukan dengan membuat matrik.
3. Prioritas masalah
Setelah ditemukan masalah kesehatan, maka langkah selanjtnya adalah menyusun
prioritas masalah. Ha; ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan.
Hal lain yang terpenting dalam memprioritaskan masalah kesehatan ini adalah
rasioanalitas/ justifikasi dari pembobolan dari setiap item masalah.