Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN FIELD LAB SEMESTER I

Preseptor Fakultas : dr. Sepriyanti

Preseptor Lapangan : dr. Prima Maharani P., M.H

Disusun oleh:

Ridho Nur Cahyo (2013010008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020

1
Daftar Isi

Cover ………………………………………………………………………. i

Daftar isi …………………………………………………………………... ii

Lembar Pengesahan ……………………………………………………….. iii

BAB 1 Kasus

1. Identitas Pasien ………………………………………………….… 4


2. Keluhan Pasien ………………………………………………….… 4
3. Secret 7 ……………………………………………… ..……….… 4
4. Fundamental 4 ………………………………………………….…. 4
5. Hasil TTV………………………………………………………….. 5

BAB II Hambatan dan Solusi

A. Anamnesis ………………………………………………………....12
B. TTV…………….………………………………………….……….12

BAB III Penutup

1. Pembahasan……………………………………….……….………13
2. Kesimpulan ………………………. …………………….………..21

3. Saran………...……………………………………………………..21

4. Daftar Pustaka……………………………………………………..22

5. Lampiran…………………………………………………………..23

2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Field Lab ini di buat oleh :

Nama : Ridho Nur Cahyo

NIM : 2013010008

Perseptor Wahana : dr. Sepriyanti

Perseptor FK UMP : dr. Prima Maharani P., M.H

Waktu : 25 s/d 29 Januari 2021

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Telah diperiksa dan disetujui oleh Perseptor dan pihak berwenang.

Mengetahui

Perseptor wahana Perseptor Fakultas

3
BAB I

KASUS

1.1 Identitas Pasien


 Nama : Tn. A
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Umur :-
 Alamat : Tidak diketahui
 Status pernikahan : Menikah
 Pekerjaan : Tidak diketahui
 No. telepon : Tidak diketahui

1.2 Keluhan Utama


- Hipertensi yang menyebabkan pusing kepala berdenyut denyut
, muter-muter , dan leher pegal

1.3 Subjektif (Fundamental Four)


1. Riwayat Penyakit Sekarang (Sacred Seven)
 Onset : 3 hari yang lalu
 Lokasi : Kepala
 Kronologi : Tn. A merupakan penderita Hipertensi,
sudah 3 hari ini mengeluhkan pusing kepala yang berdenyut-
denyut,muter-muter, dan lehernya pegal,kemudian setelah
shalat jumat kaki disebelah kiri tiba-tiba lemas dan yang
terakhir pertnya mual.
 Kualitas : Mengganggu kenyamanan aktivitas.
 Kuantitas : Sakit sekali (9-10)
 Modifikasi

4
o Faktor pemberat : Berdiri dan terkena terik matahari,
kaki akan terasa lemas
o Faktor peringan :
 Keluhan lain : Kaki bagian kiri tiba-tiba terasa lemas
.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
 Hipertensi
3. Riwayat Penyakit Keluarga (-)
4. Riwayat Sosial, Ekonomi, Kebiasaan
 Pasien menggunakan BPJS
 Kebiasaan : Kecanduan rokok
 Riwayat alergi obat : Tidak ada alergi obat

1.4 OBJEKTIF

Keadaan Umum : Compos Mentis

Tekanan Darah : 170/100 mmHg

Tinggi Badan : Tidak ada data

Berat Badan : Tidak ada data

Nadi : Tidak ada data

Frekuensi napas : Tidak ada data

Suhu : Tidak ada data

1.5 Langkah- Langkah :


a). Anamnesis

1. Mengucap salam, bismillah , memperkenalkan diri

2. Menanyakan identitas penderita (nama, usia, alamat pekerjaan)

3. Menunjukkan sikap hormat /respect pada pasien (tersenyum,kontak mata)

5
4. Menanyakan maksud kedatangan pasien

5. Menanyakan lokasi,ada penjalaran atau tidak

6.Menanyakan onset dan kronologi (sejak kapan/berapa


lama,mendadak/perlahan,hilang timbul/menetap, pada waktu tertentu)

7. Menanyakan kualitas keluhan (Tajam: rasa panas, terbakar, tertusuk,pedih, di


iris. Tumpul: diremas, kramp, kolik)

8. Menanyakan kuantitas keluhan (ringan, sedang, berat)

9. Menanyakan faktor-faktor pemberat (aktifitas fisik, aktifitas makan)

10. Menanyakan faktor-faktor peringan (minum obat, posisi tubuh)

11. Menanyakan gejala penyerta (adakah keluhan lain: baal, kesemutan, demam,
mual, muntah, diare, sakit perut ->sesuai kasus)

12. Menanyakan riwayat penyakit dahulu ((pernah sakit serupa? (kapan,sudah


berapa kali,diberi obat apa), riwayat pengobatan))

13. Menanyakan riwayat kesehatan keluarga (ada tidaknya penyakit keturunan:


Kencing manis, darah tinggi,asma,alergi,kencing batu dll)

14. Menanyakan riwayat sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, pernikahan,


asuransi kesehatan)

15. Menanyakan kebiasaan pribadi (merokok,minum alkohol,pola tidur,pola


makan dan minum)

16. Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien

17. Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat

18. Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat

19. Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan

20. Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat/Keluhan yang belum
disampaikan

6
21. Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)

22. Menenangkan dan menasihati secara holistik, mendoakan kesembuhan 3

23. Menutup dengan hamdalah dan salam 1

24. Bila melakukan kegiatan lain (misal melihat catatan atau menulis), tidak
sampai mengganggu proses wawancara dengan pasien.

25. Tidak menghakimi/ menyalahkan

26. Tampak percaya diri

b). Pemeriksaan TTV

1. Pemeriksaan tekanan darah :

a. Pasien istirahat 5 menit sebelum diukur.

b. Memberitahu posisi pasien.

c. Posisi lengan setinggi jantung.

d. Menyingsingkan lengan baju ke atas.

e. Menentukan ukuran manset yang sesuai dengan diameter lengan pasien.

f. Memasang manset kira-kira 1 inci (2,5 cm) dari siku.

g. Menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien sebelumnya.

h. Mengatur tensimeter agar siap pakai (untuk tensimeter air raksa)

yaitu menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa manset,

menutup sekrup balon manset, membuka kunci reservoir.

i. Meraba arteri brachialis.

j. Meletakkan diafragma stetoskop di atas tempat denyut nadi tanpa menekan.

k. Memompa sampai kira-kira 30 mmHg diatas hasil pemeriksaan sebelumnya.

7
l. Kempiskan perlahan

m. Mencatat bunyi korotkoff I dan V.

n. Melonggarkan pompa segera setelah bunyi terakhir menghilang.

o. Tunggu 1-2 menit sebelum mengulangi pemeriksaan.

p. Jika mencurigai adanya hipotensi ortostatik, lakukan pemeriksaan

dalam keadaan berdiri dan tiduran terlentang.

q. Melepas manset.

r. Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin.

2. Pemeriksaan Denyut Nadi :

a. Mengatur posisi pasien nyaman dan rileks.

b. Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan meraba denyut nadi.

c. Menekan arteri radialis dengan kuat, dengan jari-jari selama kurang lebih 60
detik, jika tidak teraba denyutan, jari-jari digeser ke kanan dan kiri sampai
ketemu.

d. Langkah-langkah pemeriksaan ini juga dilakukan pada tempat pemeriksaan


denyut nadi lainnya.

3. Pemeriksaan pernafasan :

a. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien bila hanya khusus menilai


pernafasan.

b. Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan inspirasi dan
menilai kesimetrisan gerakan (tirai harus ditutup dahulu).

c. Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi inspirasi dan

8
ekspirasi serta kesimetrisan gerakan.

d. Menentukan irama pernafasan

e. Menetukan pernafasan dalam 60 detik. Bila pernafasan teratur cukup 30 detik


lalu dikalikan 2.

f. Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinan ada bunyi abnormal.

g. Tutup kembali baju pasien dan memberitahu bahwa pemeriksaan sudah selesai.

4. Pemeriksaan Suhu :

a. Pengukuran di aksila :

1) Memberitahu pasien

2) Mencuci tangan

3) Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar

4) Menurunkan air raksa bila perlu

5) Mengatur posisi pasien

6) Meletakkan termometer di ketiak dengan posisi tepat

7) Menunggu sekitar 5 menit

8) Mengambil termometer, mengelap dengan gerak berputar dari bagian yang


bersih.

9) Merapikan kembali baju pasien

10) Membaca hasil pengukuran dengan segera

11) Mencuci termometer dengan larutan sabun dan membilas dengan bersih

12) Keringkan termometer

13) Mengembalikan air raksa dan meletakkan kembali di tempat semula

9
14) Mencuci tangan

b. Pengukuran oral :

1) Memberitahu pasien

2) Mencuci tangan

3) Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar

4) Menurunkan air raksa bila perlu

5) Memberitahu pasien agar membuka mulut dan mengangkat lidah sedikit

6) Memasukkan termometer pelan-pelan sampai bagian ujung tempat raksa


(mercury chamber) masuk dibawah lidah.

7) Memberitahu pasien agar menutup mulut dan jangan menggigit

8) Menunggu selama 5 menit

9) Mengambil termometer sambil memberitahu pasien untuk membuka mulut

10) Mengelap termometer

11) Membaca hasil pengukuran

12) Mencuci termometer dengan air sabun, membilas dengan air bersih, dan
mengeringkannya

13) Menurunkan air raksa dan megembalikan ke tempat semula.

14) Mencuci tangan

c. Pengukuran di rektal :

1) Memberitahu pasien

2) Mencuci tangan

10
3) Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dan menurunkan bila perlu

4) Mengatur posisi pasien

5) Melumasi ujung tempat raksa dengan vaselin sesuai kebutuhan

6) Membuka bagian rektal pasien

7) Meraba sfingter dengan ujung tempat raksa

8) Memasukkan ujung tempat raksa dengan hati-hati ke rektum

9) Memasang termometer selama 5 menit

10) Mengambil termometer dari anus

11) Mengelap termometer secara perlahan

12) Membersihkan rektum dengan kertas tissue

13) Menolong pasien kembali ke posisi semula

14) Membaca hasil pengukuran

15) Mencuci termometer, membilas dengan air bersih, dan mengeringkannya

16) Menurunkan air raksa dan mengembalikan ke tempat semula

17) Mencuci tangan

11
BAB II

Hambatan dan Solusi

1.1 Anamnesis
a) Hambatan
- Pasien memiliki pendengaran yang sudah menurun sehingga
kurang terdengar apa yang dikatakan oleh dokter.
- Dokter melakukan anamnesis dengan pasien tidak lengkap.
b). Solusi
- Dokter sebaiknya melakukan anamnesis dengan nada lebih tinggi
agar terdengar dan berbicara tidak terburu-buru agar pasien mudah
mengerti apa yang sebenarnya ditanyakan.
- Sebaiknya Dokter melakukan anamnesis dengan lengkap agar
data yang dihasilkan juga terisi dengan lengkap

1.2 Tanda-tanda Vital


a). Hambatan
Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Klinik tidak lengkap
karena hanya memeriksa tekanan darah.
b). Solusi
Pada saat pemeriksaan seharusnya melakukan pemeriksaan dengan
lengkap sesuai dengan unsur-unsurnya.

12
BAB III

PEMBAHASAN

Pada field lab kali ini yang dilakukan di Klinik Bunda selama 1 minggu,
didapatkan berbagai macam kasus diantaranya adalah kasus dengan diagnosis
Stroke Ringan. Pada field lab kali ini preseptor melakukan anamnesis kepada
pasien dan dilakukan dokumentasi. Hal ini dikarenakan dengan masih adanya
pandemi COVID-19 sehinga tidak memungkingkan pratikkan untuk melakukan
field lab secara langsung ke Klinik Bunda.
Setelah menampilkan video anamnesis dan pemeriksaan tanda-tanda vital
oleh preseptor, pratikkan diminta untuk menanyakan hal yang kurang jelas dan
kurang dimengerti kepada preseptor.
Selanjutnya praktikan meminta kepada dokter jaga untuk melihat rekam
medis atas diagnosis dan penatalaksanaan yang dilakukan dokter jaga agar dapat
melengkapi data yang sebelumnya sudah didapatkan pada saat praktikan
melakukan anamnesis dan pemeriksaan tanda-tanda vital. Yang kemudian dibuat
dalam bentuk laporan sementara. Kemudian dibandingkan teori dengan hasil yang
didapat baik dari keluhan, diagnosis maupun penatalaksanaan yang diberikan oleh
dokter.

Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan didapatkan hasil pada pasien


pertama datang dengan keluhan pusing disertai lemas, berkeringat, diare dan
bergemetar. Saat dilakukan anamnesis lebih lanjut Panas, nyeri bahu, menggigil
sepanjang hari, dan badan kaku. Hal ini sangat mengganggu aktivitas sehari
harinya sebagai ibu rumah tangga.

13
Pasien memiliki riwayat penyakit dahulu yaitu hemoroid, pasien memiliki
kebiasaan pola tidur yang tidak teratur, pola makan tidak teratur, tidak merokok,
tidak minum alcohol. Pasien datang berobat menggunakan fasilitas BPJS.
Pada pemeriksaan objektif didapatkan hasil tekanan darah 135/89
mmHg Dengan keadaan umum tampak sakit dan kesadaran umum compos
mentis. Frekuensi nadi pasien 93 x/ menit, frekuensi pernapasan 18 x/
menit, dan suhu 37 0 C. Praktikan melakukan tindak lanjut dengan mengantar
pasien menuju ke IGD atas arahan dokter agar pasien mendapatkan
pemeriksaan selanjutnya dan mendapatkan keputusan apakah rawat inap
atau tidak.

Berdasarkan hasil pembelajaran dilapangan dapat disimpulkan secara


umum untuk melakukan tindakan terhadap pasien dengan melakukan
anamesis dan pemeriksaan fisik berupa tanda-tanda vital maupun yang
lainnya. Anamnesis merupakan suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan
lewat suatu percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara
langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien,
untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.

Secara umum, tujuan dari anamnesis adalah sebagai berikut:


a Problem Centered Interview(PCI).
PCI terdiri dari deskripsi yang terperinci dari keluhan pasien.
Ditambah fakta-fakta yang relevan tentang riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat
pribadi dan sosial (Basic four/Fundamental four).
b Health Promotion Interview(HPI)
HPI bertujuan untuk mendeteksi secara dini penyakit yang belum
disadari oleh penderita atau belum memberikan keluhan. Selain itu, HPI
juga mencegah penyakit dan mendapatkan kata dasar yang mungkin
kelak dapat digunakan untuk evaluasi.

14
Dalam anamnesis, terkadang diperlukan suatu teknik untuk
memperlancar jalannya anamnesis, yaitu teknik reseptif dan teknik
manipulatif.

1. Teknik reseptif adalah melihat, mendengar, mencatat reaksi emosional


pasien dan reaksi emosional diri sendiri (dalam hal ini pewawancara
atau dokter).
2. Teknik manipulatif, antara lain memacu untuk bercerita, menghambat
atau mengarahkan cerita, memformulasikan pertanyaan, memperjelas
jawaban dan membuat rangkuman.

Terdapat aspek yang dilakukan dalam anamenesis

a. Melihat
Awal dari wawancara terjadi bersamaan dengan pemeriksaan
fisik yaitu pada saat pasien masuk kamar periksa (cara berjalannya,
sikap tubuhnya dan ekspresi wajah), saat bersalaman (temperatur
tubuh, kekuatan, nyeri), mengenalkan diri (suara, nada bicara dan
kejernihan suara) dan cara mengambil tempat duduk.
b. Mendengar
Dokter harus menjadi pendengar yang baik
c. Mencatat reaksi emosional pasien Dokter dapat memberikan reaksi
yang sesuai dengan ungkapan emosi tersebut.
d. Mencatat reaksi emosional dokter sendiri
Waktu anamnesis akan timbul perasaan dari diri dokter seperti
kasihan, suka atau tidak suka atausebal.
e. Memacu untuk bercerita
Dengan sikap tubuh, mengulang kata-kata terakhir dengan nada
tanya, menaggapi secara positif semua yang dikatakan pasien atau
mengajukan pertanyaan terbuka.

15
f. Menghambat atau mengarahkan cerita
Cara bercerita pasien berbeda-beda, ada pasien yang bercerita
panjang lebar tanpa arah. Tugas dokteruntuk mengarahkannya.
g. Memformulasikan pertanyaan
Cara merumuskan suatu pertanyaan dan cara mengungkapkan
diperlukan untuk memperoleh respon yang kita inginkan dari pasien.
h. Memperjelas jawaban, Ungkapan pasien tidak selalu mudah untuk
dimengerti oleh dokter.
i. Membuat rangkuman Rangkuman berfungsi untuk merangkai
keterangan-keterangan, memperlihatkan bahwa dokter telah
mendengarkan, menguji gambaran dari cerita pasien, memberi

Dalam PCI dan HPI mengenal dua konsep antara lain:


a. The basic (fundamental) four.
b. The sacred seven.
Anamnesis perlu diarahkan untuk mendapatkan informasi berdasarkan
basic fundamental four, yaitu:

a Present illness (riwayat penyakit sekarang) yang sering dipisahakan


dalam keluhan utama dan analisis keluhan utama dalam tujuh dimensi
(the sacred seven). Konsep penyakit dalam tiga dimensi.
Disease=Location+Pathological process+Cause
b Past health history yaitu riwayat kesehatan yang lalu atausebelumnya.
c Family health history yaitu riwayat kesehatan keluarga.
d Personal and social history yaitu riwayat pribadi dansosial pasien

The Sacred Seven adalah untuk mendapatkan deskripsi yang jelas


tentang penyakit pasien, kita harus melakukan analisis keluhan utama dari
penyakit yang sekarang dalan bentuk tujuh dimensi sebagai berikut:
a Location (Lokasi). Tanyakan lokasi keluhannya dan tanyakan pula
penyebaran keluhan tersebut ke tempat lain.

16
b Quality (Kualitas). Tanyakan bagaimana bentuk keluhannya dan sifat
khasnya.
c Chronology/timing (Kronologi). Tanyakan perjalanan penyakit sejak
timbul keluhan pertama kali sampai saat wawancara dilakukan.
d Severity (Kuantitas). Tanyakan beratnya keluhan.
e Setting/onset. Tanyakan kapan mulai timbul keluhan tersebut untuk
pertama kali.
f Modifyng factors. Tanyakan faktor-faktor yang memperberat atau
memperingan keluhan tersebut.
g Assosiated symptoms. Tanyakan keluhan yang berkaitan atau
menyertai.

Berdasarkan hasil anamnesis dalam kasus ini pasien kemungkinan


mengalami pembengkakan gusi. Diare adalah suatu kondisi dimana
seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau
lebih ) dalam satu hari.Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan
dalam 6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau
invasi parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-
sebab lainya (DEPKES RI, 2011).

Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan


parasit) alergi, malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah
kategori besar penyebab diare. Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah
infeksi virus terutama Rotavirus (Permatasari, 2012).

Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak


dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain:
pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan

17
destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan malabsorpsi. Dan bila tidak
mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami
invasi sistemik. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6
golongan besar yaitu infeksi (disebakan oleh bakteri, virus atau infestasi
parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab
lainya (DEPKES RI, 2011).
Penyebab diare sebagian besar adalah bakteri dan parasit, disamping
sebab lain seperti racun, alergi dan dispepsi (Djamhuri, 1994).

a Virus merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%).


Beberapa jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus
serotype 1,2,8, dan 9 pada manusia, Norwalk Virus, Astrovirus,
Adenovirus (tipe 40,41), Small bowel structure virus,
Cytomegalovirus.
b Bakteri Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli
(EPEC). Enteroaggregative E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E coli
(EIEC), Enterohemorragic E.coli (EHEC), Shigella spp.,
Camphylobacterjejuni (Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V.
Cholera 0139, salmonella (non-thypoid).
c Parasit 9 Protozoa, Giardia lambia, Entamoeba histolityca,
Balantidium coli, Cryptosporidium, Microsporidium spp., Isospora
belli, Cyclospora cayatanensis.
d Heliminths Strongyloides sterocoralis, Schitosoma spp., Capilaria
philippinensis, Trichuris trichuria.
e Non Infeksi Malabsorbsi, Keracunan makanan, alergi, gangguan
motilitas, imonodefisiensi, obat dll.

Gejala dan atau penyebab Diare akut dan kronis (Stein, 2001).

a Diare Akut

18
No Gejala Penyebabnya
1. Diare tidak berdarah, Infeksi (enteropatigenic dan enterotoksigenic
gejala penyakit E.coli, cryptosporidium, giardia, virus).
sistemik
Infeksi (shigella, campylobacter,
Diare berdarah, gejala enteroinvasif dan enterohemoragik, E.coli,
2. penyakit sitemik salmonella, yersinia, E.histolistica), penyakit
radang usus besar, colitis iskemik, colitis dan
10 pseudomembranosa
3. Diare berdarah, tanpa Infeksi prokitis ulseratif, prokitis radiasi, dan
gejala sistemik. karsinoma rektosigmamoid.
4. Diare tidak berdarah, Infeksi atau keracunan makanan (seperti
tanda gejala sistemik disebutkan sebelumnya), sindrom usus besar
yang mudah teriritasi, impaksi fektal,
obatobatan (antasida, antibiotika, NSAID,
kolsisin, kuinidin, digitalis, metildopa,
hidratazin, laktosa).

b Diare Kronik
No Gejala Penyebabnya
Sindrom iritasi usus besar, intoleransi
1. laktosa, obat-obatan (antasida,
Diare tidak berdarah antibiotika, NSAID, kolsisin, kuinidin,
digitalis, metildopa, Hidratazin, laktosa),
giardiasis, penyalahgunaan laktasif,
impaksi fekal
Kolitis ulseratif, penyakit crohn,

19
2. Diarea inflamatorik penyakit diverticular, kolera, pankreatik,
atau berdarah sindrom zollinger-alison, karsinoma
medulla karsinoid, alkohol,
penyalahgunaan laktasif, idiopatik.
Intoleransi laktosa, magnesium sulfat,
3. fosfat, manitol, sorbitol, defisien
Diare osmotik sidisakaridase, malabsorbsi glukosa-
galaktosa herediter atau malabsorbsi
fruktosa herediter
Diare yang Diabetes, tirotoksinosis, penyakit
4. berhubungan dengan addison, AIDS, defisiensi niasin dan
penyakit sistemik seng, leukemia, pseudo obstruktif.

Diare dengan gejala nonspesifik yang merupakan manifestasi umum


gangguan GI, termaksut penyakit inflamasi perut, sindrom iritasi perut,
keganasan saluran cerna, sindrom berbagai macam malabsorbsi, dan infeksi
intestinal akut atau subakut dan gangguan-gangguanya. Diare dapat juga
merupakan efek samping yang tidak dikehendaki pada banyak obat. Obat
yang menyebabkan diare : Akarbosa dan metformin, Alkohol, Antibiotik
seperti: (klindamisin, eritromin, rifampisin, dan seforoksim), kolkisin,
senyawa-senyawa sitotoksik, Antasida yang mengandung
magnesium,OAINS (Wiffen et al, 2014).

20
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Tn.A datang ke klink puskemas dengan keperluan konsultasi Kesehatan.


Karena Tn. A mengalami masalah utama yaitu mengeluhkan sakit Hipertensi
yang menjalar dari pusing kepala yang berdenyut-denyut,muter-muter, dan
lehernya pegal,kemudian setelah shalat jumat kaki disebelah kiri tiba-tiba
lemas dan yang terakhir pertnya mual. Selain itu juga ada beberapa keluhan
tambahan yaitu kaki bagian kiri tiba-tiba terasa lemas. Untuk membantu
mengurangi rasa sakit ini diperlukan Tindakan nonfarmakologis yang tepat
seperti pola hidup sehat, rajin berolahraga ringan, serta mengurangi factor
resiko yang ada. Untuk terapi farmakologis seperti pemberian obat antibiotic,
candesartan, amlodipine dengan sesuai dosis dan atauran dengan harapan
pemakaian dosis tersebut akan berkurang sejalan dengan perubahan pola hidup
sehat pasien.

3.2 Saran

Field Lab kali ini mengguanakan media online via Zoom Meeting dengan cara
mennton video secara bersama, untuk itu praktikum diharapkan para
mahasiswa dapat berkonsentrasi penuh agar dapat memahami interaksi pasien
dan Dokter. Beberapa pasien menggunakan Bahasa Jawa yang tidak terlalu
dimengerti oleh praktikan, oleh karena itu diharapkan praktikan dapat lebih
aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada dosen pembina di wahana apabila
ada beberapa hal yang tidak dimengerti. Selain itu juga terjadi beberapa
kendala sinyal dari pihak Klinik Bunda, oleh karena itu untuk jaringan sinyal
lebih baik diperbaiki agar saat pemutaran video tidak terhenti karena gangguan
sinyal.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anderson FD, Maloney JP. 2014. Taking Blood Pressure Correctly: It's No
Off
The Cuff Matter. 34-39.
Mohrman D, Jane H. 2016. Cardiovascular physiology. Sixth Edition. USA:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Harioputro, Dhani R., Suselo, Yuliana H., dkk. 2016. Pedoman Keterampilan
Klinis Anamnesis dan Vital Sign. Surakarta: FK UNS.
P.E Draws, M. Abdalla M, Rahman. 2016. Blood Pressure Measurement:
Clinic,
Home, Ambulatory, and Beyond. 449-462.
Pery, Anne Griffin, Potter., Patricia A., Yasmin, Asih. 2015. Buku Saku
Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC.
Setyawan, Febri E. B., 2017. Komunikasi Medis: Hubungan Dokter-Pasien.
53-54

22
Lampiran

23

Anda mungkin juga menyukai