Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
1
Daftar Isi
Cover ………………………………………………………………………. i
BAB 1 Kasus
A. Anamnesis ………………………………………………………....12
B. TTV…………….………………………………………….……….12
1. Pembahasan……………………………………….……….………13
2. Kesimpulan ………………………. …………………….………..21
3. Saran………...……………………………………………………..21
4. Daftar Pustaka……………………………………………………..22
5. Lampiran…………………………………………………………..23
2
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2013010008
Mengetahui
3
BAB I
KASUS
4
o Faktor pemberat : Berdiri dan terkena terik matahari,
kaki akan terasa lemas
o Faktor peringan :
Keluhan lain : Kaki bagian kiri tiba-tiba terasa lemas
.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi
3. Riwayat Penyakit Keluarga (-)
4. Riwayat Sosial, Ekonomi, Kebiasaan
Pasien menggunakan BPJS
Kebiasaan : Kecanduan rokok
Riwayat alergi obat : Tidak ada alergi obat
1.4 OBJEKTIF
5
4. Menanyakan maksud kedatangan pasien
11. Menanyakan gejala penyerta (adakah keluhan lain: baal, kesemutan, demam,
mual, muntah, diare, sakit perut ->sesuai kasus)
20. Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat/Keluhan yang belum
disampaikan
6
21. Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)
24. Bila melakukan kegiatan lain (misal melihat catatan atau menulis), tidak
sampai mengganggu proses wawancara dengan pasien.
7
l. Kempiskan perlahan
q. Melepas manset.
b. Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan meraba denyut nadi.
c. Menekan arteri radialis dengan kuat, dengan jari-jari selama kurang lebih 60
detik, jika tidak teraba denyutan, jari-jari digeser ke kanan dan kiri sampai
ketemu.
3. Pemeriksaan pernafasan :
b. Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan inspirasi dan
menilai kesimetrisan gerakan (tirai harus ditutup dahulu).
8
ekspirasi serta kesimetrisan gerakan.
g. Tutup kembali baju pasien dan memberitahu bahwa pemeriksaan sudah selesai.
4. Pemeriksaan Suhu :
a. Pengukuran di aksila :
1) Memberitahu pasien
2) Mencuci tangan
11) Mencuci termometer dengan larutan sabun dan membilas dengan bersih
9
14) Mencuci tangan
b. Pengukuran oral :
1) Memberitahu pasien
2) Mencuci tangan
12) Mencuci termometer dengan air sabun, membilas dengan air bersih, dan
mengeringkannya
c. Pengukuran di rektal :
1) Memberitahu pasien
2) Mencuci tangan
10
3) Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dan menurunkan bila perlu
11
BAB II
1.1 Anamnesis
a) Hambatan
- Pasien memiliki pendengaran yang sudah menurun sehingga
kurang terdengar apa yang dikatakan oleh dokter.
- Dokter melakukan anamnesis dengan pasien tidak lengkap.
b). Solusi
- Dokter sebaiknya melakukan anamnesis dengan nada lebih tinggi
agar terdengar dan berbicara tidak terburu-buru agar pasien mudah
mengerti apa yang sebenarnya ditanyakan.
- Sebaiknya Dokter melakukan anamnesis dengan lengkap agar
data yang dihasilkan juga terisi dengan lengkap
12
BAB III
PEMBAHASAN
Pada field lab kali ini yang dilakukan di Klinik Bunda selama 1 minggu,
didapatkan berbagai macam kasus diantaranya adalah kasus dengan diagnosis
Stroke Ringan. Pada field lab kali ini preseptor melakukan anamnesis kepada
pasien dan dilakukan dokumentasi. Hal ini dikarenakan dengan masih adanya
pandemi COVID-19 sehinga tidak memungkingkan pratikkan untuk melakukan
field lab secara langsung ke Klinik Bunda.
Setelah menampilkan video anamnesis dan pemeriksaan tanda-tanda vital
oleh preseptor, pratikkan diminta untuk menanyakan hal yang kurang jelas dan
kurang dimengerti kepada preseptor.
Selanjutnya praktikan meminta kepada dokter jaga untuk melihat rekam
medis atas diagnosis dan penatalaksanaan yang dilakukan dokter jaga agar dapat
melengkapi data yang sebelumnya sudah didapatkan pada saat praktikan
melakukan anamnesis dan pemeriksaan tanda-tanda vital. Yang kemudian dibuat
dalam bentuk laporan sementara. Kemudian dibandingkan teori dengan hasil yang
didapat baik dari keluhan, diagnosis maupun penatalaksanaan yang diberikan oleh
dokter.
13
Pasien memiliki riwayat penyakit dahulu yaitu hemoroid, pasien memiliki
kebiasaan pola tidur yang tidak teratur, pola makan tidak teratur, tidak merokok,
tidak minum alcohol. Pasien datang berobat menggunakan fasilitas BPJS.
Pada pemeriksaan objektif didapatkan hasil tekanan darah 135/89
mmHg Dengan keadaan umum tampak sakit dan kesadaran umum compos
mentis. Frekuensi nadi pasien 93 x/ menit, frekuensi pernapasan 18 x/
menit, dan suhu 37 0 C. Praktikan melakukan tindak lanjut dengan mengantar
pasien menuju ke IGD atas arahan dokter agar pasien mendapatkan
pemeriksaan selanjutnya dan mendapatkan keputusan apakah rawat inap
atau tidak.
14
Dalam anamnesis, terkadang diperlukan suatu teknik untuk
memperlancar jalannya anamnesis, yaitu teknik reseptif dan teknik
manipulatif.
a. Melihat
Awal dari wawancara terjadi bersamaan dengan pemeriksaan
fisik yaitu pada saat pasien masuk kamar periksa (cara berjalannya,
sikap tubuhnya dan ekspresi wajah), saat bersalaman (temperatur
tubuh, kekuatan, nyeri), mengenalkan diri (suara, nada bicara dan
kejernihan suara) dan cara mengambil tempat duduk.
b. Mendengar
Dokter harus menjadi pendengar yang baik
c. Mencatat reaksi emosional pasien Dokter dapat memberikan reaksi
yang sesuai dengan ungkapan emosi tersebut.
d. Mencatat reaksi emosional dokter sendiri
Waktu anamnesis akan timbul perasaan dari diri dokter seperti
kasihan, suka atau tidak suka atausebal.
e. Memacu untuk bercerita
Dengan sikap tubuh, mengulang kata-kata terakhir dengan nada
tanya, menaggapi secara positif semua yang dikatakan pasien atau
mengajukan pertanyaan terbuka.
15
f. Menghambat atau mengarahkan cerita
Cara bercerita pasien berbeda-beda, ada pasien yang bercerita
panjang lebar tanpa arah. Tugas dokteruntuk mengarahkannya.
g. Memformulasikan pertanyaan
Cara merumuskan suatu pertanyaan dan cara mengungkapkan
diperlukan untuk memperoleh respon yang kita inginkan dari pasien.
h. Memperjelas jawaban, Ungkapan pasien tidak selalu mudah untuk
dimengerti oleh dokter.
i. Membuat rangkuman Rangkuman berfungsi untuk merangkai
keterangan-keterangan, memperlihatkan bahwa dokter telah
mendengarkan, menguji gambaran dari cerita pasien, memberi
16
b Quality (Kualitas). Tanyakan bagaimana bentuk keluhannya dan sifat
khasnya.
c Chronology/timing (Kronologi). Tanyakan perjalanan penyakit sejak
timbul keluhan pertama kali sampai saat wawancara dilakukan.
d Severity (Kuantitas). Tanyakan beratnya keluhan.
e Setting/onset. Tanyakan kapan mulai timbul keluhan tersebut untuk
pertama kali.
f Modifyng factors. Tanyakan faktor-faktor yang memperberat atau
memperingan keluhan tersebut.
g Assosiated symptoms. Tanyakan keluhan yang berkaitan atau
menyertai.
17
destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan malabsorpsi. Dan bila tidak
mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami
invasi sistemik. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6
golongan besar yaitu infeksi (disebakan oleh bakteri, virus atau infestasi
parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab
lainya (DEPKES RI, 2011).
Penyebab diare sebagian besar adalah bakteri dan parasit, disamping
sebab lain seperti racun, alergi dan dispepsi (Djamhuri, 1994).
Gejala dan atau penyebab Diare akut dan kronis (Stein, 2001).
a Diare Akut
18
No Gejala Penyebabnya
1. Diare tidak berdarah, Infeksi (enteropatigenic dan enterotoksigenic
gejala penyakit E.coli, cryptosporidium, giardia, virus).
sistemik
Infeksi (shigella, campylobacter,
Diare berdarah, gejala enteroinvasif dan enterohemoragik, E.coli,
2. penyakit sitemik salmonella, yersinia, E.histolistica), penyakit
radang usus besar, colitis iskemik, colitis dan
10 pseudomembranosa
3. Diare berdarah, tanpa Infeksi prokitis ulseratif, prokitis radiasi, dan
gejala sistemik. karsinoma rektosigmamoid.
4. Diare tidak berdarah, Infeksi atau keracunan makanan (seperti
tanda gejala sistemik disebutkan sebelumnya), sindrom usus besar
yang mudah teriritasi, impaksi fektal,
obatobatan (antasida, antibiotika, NSAID,
kolsisin, kuinidin, digitalis, metildopa,
hidratazin, laktosa).
b Diare Kronik
No Gejala Penyebabnya
Sindrom iritasi usus besar, intoleransi
1. laktosa, obat-obatan (antasida,
Diare tidak berdarah antibiotika, NSAID, kolsisin, kuinidin,
digitalis, metildopa, Hidratazin, laktosa),
giardiasis, penyalahgunaan laktasif,
impaksi fekal
Kolitis ulseratif, penyakit crohn,
19
2. Diarea inflamatorik penyakit diverticular, kolera, pankreatik,
atau berdarah sindrom zollinger-alison, karsinoma
medulla karsinoid, alkohol,
penyalahgunaan laktasif, idiopatik.
Intoleransi laktosa, magnesium sulfat,
3. fosfat, manitol, sorbitol, defisien
Diare osmotik sidisakaridase, malabsorbsi glukosa-
galaktosa herediter atau malabsorbsi
fruktosa herediter
Diare yang Diabetes, tirotoksinosis, penyakit
4. berhubungan dengan addison, AIDS, defisiensi niasin dan
penyakit sistemik seng, leukemia, pseudo obstruktif.
20
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Field Lab kali ini mengguanakan media online via Zoom Meeting dengan cara
mennton video secara bersama, untuk itu praktikum diharapkan para
mahasiswa dapat berkonsentrasi penuh agar dapat memahami interaksi pasien
dan Dokter. Beberapa pasien menggunakan Bahasa Jawa yang tidak terlalu
dimengerti oleh praktikan, oleh karena itu diharapkan praktikan dapat lebih
aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada dosen pembina di wahana apabila
ada beberapa hal yang tidak dimengerti. Selain itu juga terjadi beberapa
kendala sinyal dari pihak Klinik Bunda, oleh karena itu untuk jaringan sinyal
lebih baik diperbaiki agar saat pemutaran video tidak terhenti karena gangguan
sinyal.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anderson FD, Maloney JP. 2014. Taking Blood Pressure Correctly: It's No
Off
The Cuff Matter. 34-39.
Mohrman D, Jane H. 2016. Cardiovascular physiology. Sixth Edition. USA:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Harioputro, Dhani R., Suselo, Yuliana H., dkk. 2016. Pedoman Keterampilan
Klinis Anamnesis dan Vital Sign. Surakarta: FK UNS.
P.E Draws, M. Abdalla M, Rahman. 2016. Blood Pressure Measurement:
Clinic,
Home, Ambulatory, and Beyond. 449-462.
Pery, Anne Griffin, Potter., Patricia A., Yasmin, Asih. 2015. Buku Saku
Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC.
Setyawan, Febri E. B., 2017. Komunikasi Medis: Hubungan Dokter-Pasien.
53-54
22
Lampiran
23