Petunjuk Penilaian
Nilai 0 (Nol) : Apabila langkah klinik tidak dilaksanakan
Nilai 1 (satu) : Apabila langkah klinik telah dilaksanakan tetapi salah
Nilai 2 (Dua) : Apabila langkah klinik dilaksanakan dengan baik dan benar
Nilai 3 (Tiga) : Apabila langkah klinik telah dilaksanakan dengan baik dan benar serta dikerjakan
dengan sistematis
1. CHECKLIST PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE
II CONTENT/ISI
1 Persiapan
Tempat Pemeriksaan
a. Aman
b. Nyaman
c. Bersih
d. Tenang
2 Alat
- Lembar status pasien
- Alat tulis
- Kartu pemeriksaan (KMS ibu hamil/buku KIA)
- Timbangan BB
- Metlin
- Tensimeter
- Stetoskop
- Termometer
- Jam dengan detik
- Leanec/monoaural
- Pengalas/perlak
- Bengkok
- Kapas DTT pada tempatnya
- Hammer reflek
- Jangka panggul
- Sampiran/skeren
- Pengukur Tinggi Badan
- Penlight
APD
a. Pelindung Kepala
b. Masker Medis (jika menimbulkan aerosol, menggunakan N95)
c. Face Shield
d. Gown
e. Handscone
f. Sepatu tertutup
3. Pemeriksa
a. Pemeriksaan Menggunaan APD Level 2
b. Pemeriksa dalam keadaan tenang
c. Menjaga privacy pasien
d. Berada disebelah kanan pasien
4 Pasien
a. Pasien dalam keadaan tenang dan santai
b. Posisi pasien dapat memudahkan pemeriksaan
c. Pasien telah melalui skrining Covid -19, dinyatakan Negatif
Pelaksanaan
5 Menimbang Berat Badan
a. Memberitahu pasien untuk menimbang BB
b. Mengatur timbangan agar seimbang
c. Mempersilakan pasien naik ke timbangan tanpa alas kaki
d. Melihat skala timbangan dan menilai hasilnya
e. Mempersilakan pasien turun dari timbangan
f. fMencatat hasil pada status pasien dan KMS/ buku KIA
8 Anamnesa
Menanyakan tentang :
1. Identitas : nama, usia, agama, suku, Pendidikan, pekerjaan, alamat
2. Data Dasar
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Perkawinan
c. Riwayat Haid
d. Riwayat Obstetri (G. P. A)
e. Riwayat KB
f. Riwayat Kesehatan (Ibu,Keluarga)
g. Keadaan Kehamilan Sekarang
h. Pola Kebutuhan Sehari-hari
* Nutrisi
- Makan (frekuensi,jenis,porsi,pantangan)
- Keluhan
* Eliminasi
- BAB (frekuensi,konsistensi,warna,keluhan)
- BAK (frekuensi,warna,bau,keluhan)
* Personal Hygiene
* Aktifitas (jenis,lama)
* Tidur & Istirahat (siang, malam)
* Masalah Seksual (frekuensi,keluhan)
i. Data Psikososial & Spiritual
* Jumlah anggota keluarga
* Dukungan yang didapat dari keluarga
* Kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan
* Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan kesehatan
* Rencana siapa yang merawat
* Rencana menyusui
* Kegiatan sosial & spiritual
12 Menghitung Pernafasan
a. Memberitahu pasien
b. Mengatur posisi pasien
c. Menghitung pernafasan selama 1 menit (1 kali pernafasan = 1
kali inspirasi - ekspirasi)
d. Selama menghitung, tidak mengajak pasien berbicara dan
observasi keadaan nafas pasien (irama dan bunyi)
e. Mencatat hasil pada status/buku
18 Palpasi Lepold I
Menentukan TFU dan bagian janin yang berada di fundus
a. Memberitahu ibu pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Mempersilakan ibu berbaring pada tempat tidur kaki ditekuk
c. Menyelimuti ibu dan menyisihkan pakaian hingga seluruh bagian
perut ibu tampak jelas
d. Menentukan TFU dengan menggunakan jari dengan cara tangan
menahan di fundus dan meraba bagian janin yang berada di
fundus dengan cara digoyangkan sedikit
Sifat kepala : keras, bundar & melenting
Sifat bokong: lunak, bundar besar & tidak melenting
e. Catat hasil pemeriksaan pada status/buku
Palpasi Leopold II
Menentukan bagian kanan dan kiri perut ibu, dengan cara:
a. Kedua tangan pemeriksa disamping perut ibu
b. Tangan kanan disamping perut ibu sebelah kiri dan tangan kiri
disamping perut ibu sebelah kanan
c. Tangan kanan mendorong perut kearah tangan kiri kemudian
ditahan dan meraba perut sebelah kiri
d. Tangan kiri mendorong perut kearah tangan kanan kemudian
ditahan dan meraba perut sebelah kanan. Sifat punggung: teraba
keras memanjang seperti papan
e. Catat hasil pemeriksaan pada status/buku
20 Auskultasi
• Pasien dengan UK lebih dari 20 minggu menghitung DJJ dengan
leanec/monoaural
• UK lebih dari 12 minggu menghitung DJJ menggunakan doptone
• Menghitung DJJ diantara his
a. Menentukan punctum untuk mendengarkan DJJ
b. Menghitung DJJ selama selama 1 menit penuh atau hitung DJJ
5 detik pertama kemudian istirahat 5 detik berikutnya,
lakukan hingga 3 kali kemudian dikali 4
- Pu-ki, preskep punctum kiri bawah pusat
- Pu-ka, preskep punctum kanan bawah pusat
- Pu-ki, presentasi bokong puntcum kiri atas pusat
- Pu-ka presentasi bokong puntcum kanan atas pusat
- Letak lintang sejajar pusat kanan dan kiri
Pemeriksa mendengarkan DJJ sambil memegang nadi ibu.
Hati hati dengan bunyi bising usus, bising tali pusat, dan aorta ibu
DJJ normal adalah 120 - 160 x/menit*
c. Catat hasil pemeriksaan pada status/buku
Tindakan
a. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta
mengeringkannya
b. Meminta ibu untuk berkemih
c. Meminta ibu berbaring di tempat tidur
d. Menutupi badan ibu dengan selimut atau kain
e. Mengatur posisi ibu dorsal recumbent
f. Menggunakan sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan
g. Membersihkan area vulva dan perineum, menyeka dengan
hati – hati dari depan ke belakang dengan kapas atau kassa
yang sudah dibasahi air DTT.
h. Memeriksa genitalia luar, inspeksi :
- Perdarahan
- Cairan amnion : warna, baru, jumlah
- Mekonium : kental atau encer
- Bagian yang menumbung
- Lendir darah, perlukaan, massa, varises, edema, hemoroid
- Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan
pemeriksaan dalam
i. Dengan hati-hati, memisahkan labia dengan jari manis dan
ibu jari tangan kiri pemeriksa. Memasukkan jari telunjuk
tangan kanan pemeriksa dengan hati – hati diikuti oleh jari
tengah. Setelah kedua jari tangan berada vagina, tangan kiri
pemeriksa diletakkan di fundus ibu. Pada saat kedua jari
berada di dalam vagina, jangan mengeluarkannya sebelum
pemeriksaan selesai.
j. Menilai vagina.
Luka parut lama di vagina bisa memberikan indikasi luka atau
episiotomy sebelumnya
k. Menilai pembukaan dan penipisan serviks
l. Memastikan tali pusat dan/ atau bagian kecil (tangan atau
kaki bayi) tidak teraba pada saat melakukan pemeriksaan
pervaginam
m. Menilai penurunan kepala janin dan menentukan apakah
kepala sudah masuk dalam panggul.
n. Membandingkan penurunan kepala dengan temuan dari
pemeriksaan abdomen untuk menentukan kemajuan
persalinan
o. Jika kepala sudah dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura
sagitalis untuk menentukan penyusupan tulang kepala dan/
atau tumpeng tindihnya, dan apakah kepala janin sesuai
dengan diameter jalan lahir
p. Setelah pemeriksaan lengkap, keluarkan kedua jari
pemeriksan dengan hati-hati, sambal memintaibu untuk
menarik nafas Panjang
q. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik ke
tempat seharusnya dan mencuci tangan
r. Memberitahukan ibu dan keluarganya mengenai hasil
pemeriksaan
s. Mencatat / mendokumentasikan hasil pemeriksaan pada
status ibu
3. CHECKLIST PERSALINAN NORMAL
PERSALINAN NORMAL
N KRITERIA PENILAIAN
ASPEK YANG DINILAI
o 0 1 2 3
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1 Mengamati tanda dan gejala kala dua
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang meningkat pada rectum dan/
atau vagina
c. Perineum menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN
11 Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
12 Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman).
13 Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran
OKSITOSIN
31 Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32 Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33 Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
34 Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari
vulva
35 Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan
klem dengan tangan yang lain.
36 Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan
tekanan berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara
menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan
hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri.
37 Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawananarah pada uterus. Jika tali pusat bertambah panjang,
pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
38 Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati- hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut.
39 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus menjadi keras).
X. MENILAI PERDARAHAN
40 Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput
ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
41 Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan yang
aktif
II TINDAKAN
3 Menjelaskan kepada ibu mengenai Tindakan yang akan dilakukan dan
membantu ibu untuk rileks
4 Mengisi spuit dengan lidokain
5 Bersihkan daerah perineum dari kotoran menggunakan kapas dan air
DTT
6 Tempatkan dua jari penolong diantara kepala janin dan perineum ibu.
Jari tangan berfungsi sebagai pelindung didepan kepala janin.
7 Memasukkan seluruh Panjang jarum mulai dari fourchette, menembus
persis di bawah kulit, sepanjang garis episiotomi. Tarik sedikit fluger
penghisap dari alat suntik untuk memeriksa aspirasi darah. Jika akan
menginjeksikan larutan anestesi local langsung ke pembuluh darah,
bisa menyebabkan kerja jantung menjadi tidak teratur. Injeksi secara
merata sambil penolong menarik jarum keluar.
8 Miringkan arah tusukan jarum ke sisi lain dari garis tengah lalu ulangi
langkah 7. Ulangi pada sisi lain mulai dari tengah
9 Rubah posisi dari jarum sekali lagi dan ulangi, injeksikan ke bagian
tengah dari dinding belakang vagina. Ingat untuk melindungi kepala
bayi dengan jalan meletakkan jari-jari penolong di antara kepala bayi
dan jarum. HIngga saat ini penolong seharusnya telah menginjeksikan
10 cc larutan anestesi tersebut
10 Jika masih ada waktu, tunggu satu atau dua menit sebelum melakukan
episiotomy. Jika tidak, ingat bahwa penipisan dan peregangan
perineum merupakan anestesi alamiah. Obat anestesi seharusnya
mulai sudah bekerja saat penolong melakukan episiotomy.
5. CHECKLIST TINDAKAN EPISIOTOMI MEDIOLATERAL
TINDAKAN EPISIOTOMI
N KRITERIA PENILAIAN
ASPEK YANG DINILAI
o 0 1 2 3
II. PERSIAPAN TINDAKAN
1 Pasien
a. Kassa steril
b. Bethadine
c. Gunting episiotomy
d. Larutan klorin 0,5%
2 Petugas
a. Apron plastic, masker, kacamata pelindung
b. Sarung tangan DTT/steril
c. Alas kaki / sepatu boot karet
II TINDAKAN
3 Menjelaskan kepada ibu mengenai Tindakan yang akan dilakukan dan
membantu ibu untuk rileks
4 Melakukan Teknik aseptik pada daerah perineum yang akan dilakukan
episiotomi
5 Ingatlah bahwa saat terbaik untuk memotong episiotomy adalah pada
saat perineum sedang menipis dan pucat atau mengkilap. Kehilangan
darah akan lebih besar jika memotong lebih cepat. Tetapi jika
memotong episiotomy atas indikasi kegawatan bayi, maka lakukan
pemotongan kapan saja diperlukan untuk mempercepat kelahiran bayi.
6 Setelah pemberian 10 cc anestesi local ambillah gunting episiotomy
yang tajam dengan satu tangan. Letakkan kedua jari tangan lainnya di
dalam vagina antara gunting dan kepala bayi untuk mencegah luka
pada kepala bayi secara tidak sengaja. Ujung mata gunting yang tumpul
haruslah di dalam vagina. Mulailah pada titik tengah dari perineum dan
miringkan gunting anda sebesar 45 derajat. Potong ke arah pantat
kanan.
7 Buatlah episiotomi dengan satu atau dua potongan besar. Potongan
yang kecil akan membuat pinggiran luka bergerigi dan akan membuat
penjahitan lebih sulit dan penyembuhan luka yang lebih lama.
8 Setelah selesai melakukan pemotongan, putarlah gunting dan posisikan
menghadap ke atas vagina. Dengan tangan , lindungilah kepala bayi.
9 Tekanlah kain kassa ke daerah luka sementara ibu tersebut
melanjutkan meneran bersamaan dengan datangnya kontraksi untuk
mencegah kehilangan darah yang berkelanjutan. Jangan lupa
menggunakan Teknik steril yang baik.
6. CHECKLIST TINDAKAN AMNIOTOMI
TINDAKAN AMNIOTOMI
N KRITERIA PENILAIAN
ASPEK YANG DINILAI
o 0 1 2 3
III. PERSIAPAN TINDAKAN
1 Pasien
a. Klem ½ kocher
b. Bengkok
c. Laenec/ doppler
d. Larutan klorin 0,5%
2 Petugas
a. Apron plastic, masker, kacamata pelindung
b. Sarung tangan DTT/steril
c. Alas kaki / sepatu boot karet
II TINDAKAN
3 Saat melakukan pemeriksaan vagina, sentuhlah selaput ketuban yang
sedang menggelembung. Pastikan bahwa kepala sudah benar-benar
masuk ke dalam panggul. Dan pastikan tidak meraba bagian kecil janin
4 Memasukkan klem ½ kocher ke dalam vagina dengan jari tangan kiri
dituntun oleh tangan kanan hingga bisa merasakan / menyentuh
selaput ketuban
5 Apabila kontraksi melemah, pindahkan jari tangan kanan dan gunakan
klem ½ Kelly atau ½ kocher untuk memecahkan selebar 1-2 cm dari
atas ke bawah selaput membrane hingga pecah
6 Dengan menggunakan tangan kiri keluarkan klem ½ Kelly atau kocher
dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5%, pertahankan jari tangan
kanan di dalam vagina untuk merasakan penurunan kepala janin dan
untuk memastikan bahwa tidak teraba adanya tali pusat atau bagian
kecil janin. Setelah memastikan penurunan kepala dan tidak adanya tali
pusat dan bagian kecil janin, keluarkan tangan kanan secara lembut.
7 Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada meconium atau
darah.
8 Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
9 Periksa Kembali denyut jantung janin. Memasukkan dalam partograph
waktu pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ
7. CHECKLIST PENJAHITAN PERINEUM
PENJAHITAN PERINEUM
N KRITERIA PENILAIAN
ASPEK YANG DINILAI
o 0 1 2 3
PERSIAPAN PENJAHITAN
1 Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
Bak instrumen steril berisi : sepasang sarung tangan, pemegang
jarum, jarum jahit otot dan kulit, chromic catgut atau catgut no.
2/0 atau 3/0, pinset, gunting benang dan kassa steril
Alat suntik sekali pakai 10 ml dibuka dan dimasukkan ke dalam
heacting set
Satu ampul lidokain 1% dipatahkan
Kain bersih, Kapas DTT, lampu sorot
2 Persiapan Petugas
Apron plastic, masker, kacamata pelindung
Sarung tangan DTT/steril
Alas kaki / sepatu boot karet
II TINDAKAN
3 Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur, dengan posisi
litotomi
4 Cuci tangan dengan sabun, keringkan dengan kain bersih dan kering
5 Pakai sarung tangan DTT atau steril
6 Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidokain 1%, dengan teknik satu
tangan, letakkan kembali ke dalam wadah heacting set
7 Lengkapi pemakaian sarung tangan pada ke dua tangan
8 Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
9 Gunakan kasa bersih, untuk membersihkan daerah luka dari darah
atau bekuan darah, dan nilai kembali luas dan dalamnya robekan pada
daerah perineum
10 Beri tahu ibu akan disuntik
11 Tusukkan jarum suntik pada ujung luka / robekan perineum,masukkan
jarum suntik secara subkutan sepanjang tepi luka
12 Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila ada
darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan. Ulangi lagi aspirasi
( cairan lidokain yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat
menyebabkan gangguan denyut jantung hingga tidak teratur )
13 Suntikkan cairan lidokain 1% secukupnya sambil menarik jarum suntik
pada tepi luka daerah perineum
14 Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik
sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan aspirasi, suntikkan
cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik. ( Bila robekan besar
dan dalam, anastesi daerah bagian dalam robekan – alur suntikan
anastesi akan berbentuk seperti kipas : tepi perineum, dalam luka,
tepi mukosa vagina )
15 Lakukan langkah no. 11 s/d 14 untuk ke dua tepi robekan
16 Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan
hasil optimal dari anastesi
PENJAHITAN ROBEKAN
17 Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.
Rabalah dengan ujung jari anda seluruh daerah luka. Lihatlah dengan
cermat dimana ujung luka tersebut
18 Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomi, pasang
tampon atau kassa ke dalam vagina ( sebaiknya menggunakan tampan
bertali )
19 Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci
pemegang jarum
20 Pasang benang jahit pada mata jarum
21 Lihat dengan jelas batas luka episiotomi
22 Lakukan penjahitan pertama 1 cm di atas ujung luka di dalam vagina
ibu.
23 Peganglah pemegang jarum dengan tangan lainnya. Gunakan
pemegang jarum (pinset) untuk menarik jarum melalui jaringan.
Jangan sekali-kali menggunakan jari tangn. Menggunakan jari tangan
untuk meraba jarum adalah berbahaya. Anda bisa menusuk jari
tangan anda atau melobangi sarung tangan anda yang akan
meningkatkan risiko terkena infeksi kuman dari darah seperti HIV atau
hepatitis B
24 Ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong ujung benang yang
bebas ( ujung benang tampa jarum ) hingga tersisa kira-kira 1 cm
25 Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur hingga tepat
di belakang lingkaran himen.
26 Jarum kemudian akan menembus mukosa vagina, sampai kebelakang
lingkaran himen, dan tarik keluar pada luka perineum. Perhatikan
seberapa dekatnya jarum ke puncak lukanya.
27 Gunakan teknik jahitan jelujur saat anda menjahit lapisan ototnya.
Lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya. Otot biasanya
tampak sedikit lebih merah dan rasanya agak keras bila disentuh.
Penting sekali untuk menjahit otot ke otot. Rasakan dasar dari luka,
ketika anda sudah mencapai ujung luka, berarti anda telah menutup
lapisan otot yang dalam
28 Setelah mencapai ujung luka yang paling akhir dari luka, putarlah arah
jarum anda dan mulailah menjahit ke arah vagina, dengan
menggunakan jahitan untuk menutup jaringan subcuticuler. Carilah
lapisan subcuticuler umumnya lembut dan memiliki warna yang sama
dengan mukosa vagina. Kini anda membuat jahitan lapis kedua.
Perhatikan sudut jarumnya. Jahitan lapis kedua ini akan meninggalkan
lebar luka kira-kira 0.5 cm terbuka. Luka ini akan menutup sendiri
pada waktu proses penyembuhan berlangsung
29 Sekarang pindahkan jahitannya dari bagian luka perineal kembali ke
vagina di belakang cincin himen untuk diamankan, diikat dan dipotong
benangnya.
30 Ikatlah jahitannya dengan simpul mati. Untuk membuat simpul
tersebut benar-benar kuat, buatlah 1 1⁄2 kali simpul mati
31 Potong kedua ujung benang, dan hanya disisakan masing-masing 1
cm. Jika ujung dipotong terlalu pendek, jahitan mungkin akan bisa
terlepas. Jika hal ini terjadi, seluruh jahitan episiotomi akan menjadi
longgar dan terlepas
32 Masukkan jari anda ke dalam rektum
33 Rabalah puncak dinding rektum untuk mengetahui apakah ada
jahitan. Jika anda meraba ada jahitan, maka pastikan agar anda
memeriksa kembali rektum tersebut 6 minggu pasca kelahiran. Jika
belum sepenuhnya sembuh pada saat itu (yakni, anda merasakan
adanya fistula), maka rujuklah ibu tersebut ke dokter
34 Periksa ulang kembali untuk memastikan bahwa anda tidak
meninggalkan apapun seperti kassa, tampon, instrumen di dalam
vagina ibu
35 Cucilah alat kelamin ibu dengan air bersabun
36 Keringkan dan buat ibu merasa nyaman
37 Berikan petunjuk kepada ibu mengenai cara pembersihan daerah
perineum dengan sabun dan air 3 sampai 4 kali setiap hari. Kalau
tidak, ia harus menjaga agar perineumnya tetap kering dan bersih.
Beritahu ibu agar jangan memasukkan benda apapun ke dalam
vaginanya
38 Dan mintalah agar ibu kembali dalam waktu satu minggu agar anda
bisa memeriksanya kembali
39 Jika memungkinkan, periksa perineum setiap hari selama 3-4 hari.
Lihat, kalau-kalau ada bintik merah, nanah atau jahitan yang lepas
atau terbuka, atau hematoma. Hematoma bisa tampak seperti luka
lecet atau pembengkakan yang mengkilap. Periksa dengan cermat
untuk mengetahui apakah ia bertambah besar. Jika panjangnya lebih
dari 3-4 cm, rujuklah ibu tersebut ke rumah sakit agar hematoma
tersebut bisa dibuka danbekuan darahnya bisa dibuang lalu dijahit
kembali
8. CHECKLIST TINDAKAN KOMPRESI BIMANUAL
KOMPRESI BIMANUAL
N KRITERIA PENILAIAN
ASPEK YANG DINILAI
o 0 1 2 3
I. PERSIAPAN
1 Siapkan peralatan
Lembar status pasien
Alat tulis
Spuit 3 cc
Abocath (Jarum Infus) no. 16 atau 18
Kateter
Infus Set
Handscone panjang steril
Hanscone pendek steril
Tensimeter
Stetoskop
Pengalas/ perlak
Bengkok
Handuk bersih
Kom berisi cairan klorin
Tempat sampah medis
Tempat sampah umum/ kering
Persiapan Bahan
Oksitosin 20 unit (8 ampul)
Ergometrin 0,2 mg atau misoprostol 200 mg
Cairan infus RL 500 ml (4 kolf)
Kapas steril
2 Persiapan Petugas
Apron plastic, masker, kacamata pelindung
Sarung tangan DTT/steril
Alas kaki / sepatu boot karet
II TINDAKAN
3 Lakukan pemeriksaan dengan benar sehingga dapat dipastikan bahwa
perdarahan ini disebabkan atonia uteri
4 Rangsang taktil lakukan dengan palpasi di fundus dengan cepat
(uterus teraba lembek pada 15 detik setelah plasenta lahir) sambil
menyiapkan KBI, minta pasien ataukeluarga melakukan massase
uterus
5 Penolong berdiri didepan vulva, bersihkan bekuan darah atau
selaput ketuban dari vagina dan saluran serviks
6 Pastikan kandung kemih ibu kosong
7 Pasang/Ganti Handscone pendek dengan Handscone panjang
Perawatan Lanjutan
27 Perhatikan tanda vital, perdarahan dan kontraksi uterus tiap 15 menit
dalam 1 jam pertama dan 30 menit dalam 1 jam kedua
28 Tuliskan instruksi perawatan lanjutan, buat catatan kondisi pasien dan
pemantauan pasca tindakan
29 Jelaskan pada yang merawat tentang pengobatan yang diberikan,
jadwal pemantauan dan gejala-gejala yang harus diwaspadai
9. CHECKLIST TINDAKAN MANUAL PLASENTA
MANUAL PLASENTA
N KRITERIA PENILAIAN
ASPEK YANG DINILAI
o 0 1 2 3
I. PERSIAPAN
1 Siapkan peralatan
Oksigen dengan regulator
Tempat plasenta
Partus Set dalam bak instrumen besar (1 Pinset anatomis, 1
gunting episiotomi, 2 klem anatomis, 1 gunting tali pusat)
Heating Set dalam bak instrumen kecil (1 pinset anatomis, 1
nald foeder, 1 gunting tajam, 1 set jarum dan benang cromik)
Bengkok
Duk & perlak
Tensi meter dan stetoskop
Standar infus
Kom kecil tertutup tempat kapas DTT
Kom kecil tertutup beisi kapas alkohol
1 Spuit 10 cc
1 spuit 5 cc
2 spuit 3 cc dengan jarum no 23 g
1 spuit 1cc
Surflo no 18/20
Infus set dan tranfusi set
Nelaton kateter
Air DTT, Larutan klorin
Obat – obatan
- Cairan NaCL 0,9% dan RL (masing – masing 3 kolf)
- Oksitosin 60 IU (6 ampul)
- Analgetik per rektal 2 Tab Pronalges atau Moxam 2 Tab. (jenis
analgetik yang dapat digunakan selain analgetik per rectal
adalah (Pethidin 1-2 mg/kg BB/Ketamin HCL 0,5 mg/kg
BB/Tramadol 1-2 mg/kg BB)
- Uterotonika Misoprostol suppositoria 600 1000 micro gram
(diberikan setelah tindakan manual plasenta untuk mencegah
perdarahan)
2 Persiapan Petugas
a. Apron plastic, masker, kacamata pelindung
b. Sarung tangan DTT/steril
c. Alas kaki / sepatu boot karet
TINDAKAN
3 Lakukan anastesia-verbal analgesia per rektal sehingga perhatian ibu
teralih dari rasa nyeri atau sakit (berikan Moxam atau pronalges 1 s.d
2 Tab)
4 Pastikan kandung kencing dalam keadaan kosong dan tidak ada
bekuan-bekuan darah
Jika penuh, lakukan kateterisasi (sebelumnya dibersihkan daerah
genetalia, jika ada bekuan darah lakukan eksplorasi)
5 Celupkan sarung tangan dalam larurtan klorin, kemudian lepaskan
secara terbalik, cuci tangan 6 langkah
6 Memasang infus dan drip oksitosin 20 IU drip RL dengan
tetesan cepat (maksimal 30 tetes/menit)
7 Pasang sarung tangan panjang steril pada salah satu tangan yang akan
dimasukkan ke dalam kavum uteri, tangan diluar menggunakan sarung
tangan pendek.
8 Dengan tangan kiri, tegangkan tali pusat yang telah dijepit dengan
klem sejajar lantai. Secara obstetrik masukan satu tangan (punggung
tangan ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri tali pusat
bagian bawah
9 Setelah tangan mencapai permukaan serviks, minta asisten untuk
mereangkan tali pusat, dan tangan lain penolong, menahan fundus
uteri
10 Masukan tangan kedalam kavum uteri kemudian tentukan/ cari tempat
perlekatan tali pusat, buka tangan obstetrik menjadi seperti
bersalaman (Ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk)
11 Tentukan tempat implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang
sudah terlepas
12 Kemudian gerakan sisi ulnar ke satu arah menyusuri plasenta
sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
13 Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan pasien lakukan
penanganan yang sesuai jika terjadi penyulit
14 Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi ulang memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih
melekat pada dinding uterus
15 Pindahkan tangan luar yang berada di fundus ke suprasimfisis (tahan
segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk
menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar
(hindari percikan darah)
16 Lakukan sedikit penekanan (dengan tangan yang menahan
suprasimfisis) uterus ke arah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan.
Nilai plasenta sepintas pada bagian maternal
17 Melakukan massase uterus selama 15 detik, letakkan telapak tangan
di fundus dan melakukan massase dengan gerakan melingkar degan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras.
18 Berikan misoprostol per rektal 600 – 1000 micro gram (3 s.d 5
Tab)
19 Lakukan penilaian secara keseluruhan pada plasenta dan selaput
ketuban bagian maternal dan fetal.
20 Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disedikan
Dekontaminasi Pasca Tindakan
21 Bereskan alat dan rendam kedalam larutan klorin 0,5 % kemudian cuci
bersih
Cuci Tangan Pasca Tindakan
22 Lepaskan sarung tangan secara terbalik, kemudian cuci tangan
Perawatan Pasca Tindakan
23 Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan
instruksikan apabila masih diperlukan
24 Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang
tersedia
25 Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk
dipantau
26 Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai tetapi masih memerlukan perawatan
27 Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan
lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan
PERTOLONGAN DISTOSIA BAHU
Penilaian Ket
No Aspek Yang Dinilai 1 2 3
I SIKAP DAN PERILAKU
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3. Teruji memposisikan pasien dengan baik
4. Teruji tanggap terhadap reaksi pasien
5. Teruji sabar dan teliti
II KONTEN/ISI
A. PERSIAPAN
1. Pastikan tindakan sesuai dengan kondisi pasien (Kala II
Persalinan dengan Distosia Bahu)
1. Mempersiapkan alat dan Bahan
a. Partus set yang berisi :
Klem 2 buah
Setengah Kocher
Pengikat Tali pusat/Umbilical Cord
Gunting Episiotomi
Kateter
Delee
3 Pasang sarung tangan Steril
b. Heating Set :
Gunting Benang
Pinset Cirugis
Jarum benang (Chromic 2.0-3.0)
c. Bahan :
Kain kasa di dalam tempat steril
Kapas DTT
Partograf, Alat Tulis
d. Kain
Handuk cuci tangan
Handuk Besar
3 Kain untuk Bayi
2 Waslap
Duk
e. Alat Resusitasi :
Balon resusitasi dan sungkup
Lampu Sorot
Tempat Resusitasi
Oksigen
f. Perlengkapan Lainnya :
Bengkok
Wadah Tempat Plasenta
Celemek
Kacamata Google
Sepatu Boot
Masker
Topi
Tempat Sampah Medis
Tempat Sampah Kering
Tempat Sampah Tajam
Tempat Sampah Kotor
Wadah berisi larutan Klorin 0,5 %
Wadah berisi air DTT
Sarung Tangan rumah tangga
g. Obat-obatan :
Oksitosin 10 IU 6 ampul
Lidokain 1 % atau 2 % 2 ampul
Cairan Infus RL atau NaCL 2 Kolf
Jarum Infus No 16-18 2 buah
Metilergometrine 1 ampul
Misoprostol 2 tab
Spuit 3 cc, Spuit 1 cc, Spuit 5 cc, Spuit 10 cc
Vitamin K 1 ampul
Salep Mata 1 %
B. TAHAP KERJA
1. Identifikasi adanya tanda-tanda distosia bahu
a. Tidak terjadi putaran paksi luar
b. Dagu tertarik kedalam dan menekan kearah perineum
(Turtle Sign)
c. Terasa ada tahanan saat melakukan traksi kearah
bawah
2. Beritahu Ibu dan Keluarga kemudian lakukan informed
consent pertolongan persalinan dengan distosia bahu
3. Call for Help
Minta Pertolongan kepada Asisten maupun keluarga pasien,
dan berikan penjelasan singkat tentang kondisi pasien
kepada ibu dan keluarga.
4. Posisikan ibu di pinggir tempat tidur agar tidak ada
penghalang di depan ibu
PERSALINGAN SUNGSANG
Penilaian KET
NO ASPEK YANG DI NILAI
1 2 3
I SIKAP DAN PERILAKU
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3. Teruji memposisikan pasien dengan baik
4. Teruji tanggap terhadap reaksi pasien
5. Teruji sabar dan teliti
II KONTENS/ISI
Persiapan
1. Mempersiapkan tempat pemeriksaan
2. Mempersiapkan alat dan Bahan
a. Partus set yang berisi :
Klem 2 buah
Setengah Kocher
Pengikat Tali pusat/Umbilical Cord
Gunting Episiotomi
Kateter
Delee
3 Pasang sarung tangan Steril
b. Heating Set :
Gunting Benang
Pinset Cirugis
Jarum benang (Chromic 2.0-3.0)
c. Bahan :
Kain kasa di dalam tempat steril
Kapas DTT
Partograf, Alat Tulis
d. Kain
Handuk cuci tangan
Handuk Besar
3 Kain untuk Bayi
1 Kain untuk persalinan
2 Waslap
Duk
e. Alat Resusitasi :
Balon resusitasi dan sungkup
Lampu Sorot
Tempat Resusitasi
Oksigen
f. Perlengkapan Lainnya :
Bengkok
Wadah Tempat Plasenta
Celemek
Kacamata Google
Sepatu Boot
Masker
Topi
Tempat Sampah Medis
Tempat Sampah Kering
Tempat Sampah Tajam
Tempat Sampah Kotor
Wadah berisi larutan Klorin 0,5 %
Wadah berisi air DTT
Sarung Tangan rumah tangga
g. Obat-obatan :
Oksitosin 10 IU 6 ampul
Cairan Infus RL atau NaCL 2 Kolf
Jarum Infus No 16-18 2 buah
Metilergometrine 1 ampul
Misoprostol 2 tab
Spuit 3 cc, Spuit 1 cc, Spuit 5 cc, Spuit 10 cc
Vitamin K 1 ampul
Salep Mata 1 %
3. Persiapan Pasien
Pastikan Bahwa pasien dapat melakukan persalinan sungsang
pervaginam yaitu dengan kriteria:
a. Usia gestasi >37 Minggu
b. Presentasi bokong murni (tidak ada penumbungan tali
pusat)
c. Tidak ada kelainan fetal pada pemeriksaan DJJ
d. Taksiran Berat Janin antara 2500 sampai 4000
e. Penilaian Pelvicscore yang adekuat
Pelaksanaan
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua:
Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya.
Perineum menonjol.
Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkaan peralatan, bahan dan obat-obatan
esesial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk aspiksia : tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk
bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari
tubuh bayi.
Mengelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi
Menyiapkan oksitoksin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai
di dalam partus set
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku. Mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi. Memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkannya kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat
tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik
Melahirkan bayi
a. Cara Bracht
23. Ibu dipimpin mengedan saat pembukaan 10 cm, bokong di
dasar panggul dan tunggu bokong sampai bagian pusat lahir
tanpa melakukan intervensi atau tindakan
24. Segera setelah pusat lahir longgarkan tali pusat dengan jari
telunjuk
25. Tunggu sampai angulus scapula lahir lalu bokong dicengkram
secara bracht/femuro pelviks (kedua ibu jari penolong sejajar
dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah
panggul). Gunakan kain jika janin licin. Saat oksiput berada
dibawah simfisis lakukan hiperlordosis janin kearah perut ibu
tanpa melakukan traksi sehingga lahirlah berturut-turut pusat, perut,
bahu, lengan, dagu, mulut dan seluruh kepala kemudian letakkan
bayi diatas perut ibu
26. Jika terjadi kesulitan dalam melahirkan bahu lakukan pertolongan
persalinan sungsang dengan manual aid
b. Cara Deventer (Melahirkan bahu Belakang Terlebih dahulu)
25. Jika lengan belakang sukar dilahirkan maka lakukan tindakan
teknik klasik dengan cara:
26. Pergelangan kaki janin di pegang dengan satu tangan dengan
prinsip garpu kemudian di elevasi keatas sejauh mungkin,
sehingga perut janin mendekati perut ibu
27. Tangan kiri (jari tengah dan telunjuk) penolong dimasukan
kedalam jalan lahir menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah
lengan bawah mengusap muka janin
28. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan
kaki janin diganti dengan tangan kanan
penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu
29. Dengan cara yang sama lahirkan lengan depan
c. Cara Muller (Melahirkan bahu DEPAN Terlebih dahulu)
30. Jika bahu depan tidak bisa dilahirkan maka lakukan pertolongan
dengan teknik muller dengan cara:
31. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks yaitu ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk
pada Krista iliaka dan jari-jari lain mencengkram paha bagian
depan. Dengan pegangan ini badan janin ditarik curam ke bawah
sejauh mungkin sampai bahu depan nampak di bawah simpisis,
dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.
32. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir,maka badan janin
yang masih dipegang secara femuro-pelviks ditarik keatas sampai
bahu belakang lahir bila bahu belakang tidak lahir dengan
sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait
lengan bawah dengan kedua jari penolong.
37. Setelah janin lahir maka janin diletakkan diatas perut ibu
38. Menilai bayi baru lahir dengan pemeriksaan 4 karakteristik
berikut ini secara cepat :
a. Apakah bayi baru lahir umur gestasinya cukup bulan?
b. Apakah cairan amnion jernih?
c. Apakah bayi menangis atau bernafas?
d. Apakah bayi mempunyai tonus otot aktif?
Keterangan :
Bila jawaban 4 pertanyaan tersebut “iya” maka lakukan Asuhan
BBL #No.39. Bila salah satu jawaban dari pertanyaan tersebut
“tidak” maka segera potong tali pusat dan pindahkan kemeja
resusitasi untuk dilakukan tindakan resusitasi
39. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Membiarkan bayi atas perut ibu.
40. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus.
41. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus
berkontraksi baik.
42. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit
IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
43. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama.
44. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
45. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
46. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
memasang topi di kepala bayi.
47. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm
dari vulva
48. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
Mengeluarkan plasenta
51. Lakukan peneganangan dan dorongan dorso kranial hingga
plasenta terlepas minta ibu meneran sambil penolong menarik
rali pusat denagn arah sejajar lantau dan kemudian ke arah
atas, mengikuti prpos jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-
kranial).
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit:
a. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
b. Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
c. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
e. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30
menit sejak kelahiran bayi.
52. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang
plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut dan
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu
dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem
atau forsep disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Masase Uterus
53. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan di
fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)
17 Keringkan bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Tekanan ini dapat
merangsang BBL mulai menangis
18 Rangsangan taktil berikut dapat juga dilakukan untuk merangsang
BBL mulai bernapas:
19 Menepuk/ menyentil telapak kaki; atau
C VENTILASI
31 Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor
33 Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan
lakukan pengisapan
34 Lakukan tiupan atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air,
jika dada mengembang lakukan tahap berikutnya.
III Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
40 Jika bernapas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
Jangan ventilasi lagi
41 Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit dada ibu dan lanjutkan
asuhan BBL
42 Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan
PARAF PEMBIMBING
2. CHECKLIST PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU NIFAS
c. Memberikan salam
d. Menjelaskan kepada ibu tentang tindakan/prosedur (informed
consent) yang akan dilakukan serta mengatur posisi yang
nyaman
B Sikap dan Perilaku
1. Teruji bersikap sopan dan minta ijin untuk melakukan tindakan
2. Teruji memposisikan pasien dengan tepat
3. Teruji tanggap terhadap reaksi pasien
4. Teruji sabar dan teliti
C Tahap Kerja
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan handuk bersih
2. Melakukan pengompresan pada kedua puting susu dan areola mamae
dengan menggunakan kapas yang telah diolesi minyak kelapa/baby oil
selama 2 – 5 menit.
3. Membersihkan puting susu dengan kapas, bersihkan secara
perlahan, hindari penarikan putting susu keluar dan perhatikan
ekspresi ibu