Anda di halaman 1dari 9

PENILAIAN PEMERIKSAAN FISIK

By : Team Keperawatan STIKes Widya Nusantara Palu

A. Defenisi
1. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran (GCS)
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang
diberikan.
2. Pemeriksaan TTV
Pemeriksaan tanda vital adalah merupakan suatu cara untuk mendektesi adanya perubahan sistem tubuh.
a. Pernafasan
menghitung jumlah pernafasan ( inspirasi yang diikuti ekspresi selaman 1 menit.
b. Nadi
menghitung frekuensi denyut nadi ( loncatan aliran darah yang dapt teraba yang terdapat di berbagai
titik anggota tubuh melalui perabaan pada nadi, yang lazim diperiksa atau diraba pada radialis.
c. Tekanan darah
melakukan pengukuran tekanan darah ( hasil dari curah jantung dan tekanan darah perifer ) dengan
menggunakan spygnomanometer dan sttoskop.
d. Suhu
mengukur suhu tubuh dengan mengguanakan termometer yang di pasangkan di mulut, aksila dan
rektal.
3. Pemeriksaan Head To Toe
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap system tubuh
yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian
klinis.
B. Tujuan
1. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran dan status mental pada pasien.

2. Pemeriksaan TTV
1) Pernafasan
a) Mengetahui kesdaan umum pasien
b) Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam rentan 1 menit
c) Mengikuti perkembangan penyakit
d) Membantu menegakkan diagnosis
2) Nadi
a) Mengetahui denyut nadi selama rentan waktu 1 menit
b) Mengetahui keadaan umum pasien
c) Mengetahui intgritas sistem kardiovaskulr
d) Mengukuti perjalanan penyakit
3) Suhu
a) Mengetahui suhu tubuh pasien untuk menentukan tindakan keperawatan
b) Membantu menegakkan diagnosis
4) Tekanan darah
a) Mengetahui keadaan hemodinamik pasien
b) Mengetahui keadaan kesehatan pasien secara menyeluruh

3. Pemeriksaan Head To Toe


1) Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2) Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan.
3) Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4) Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaan.
5) Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

PROSEDUR KERJA
1 2 3
1. PERSIAPAN ALAT
1) Pemeriksaan TTV
a. Tensimeter /Spighnomanometer (Air raksa/manual)
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Botol 3 buah (Isi dengan air sabun, air savlon dan air dingin)/kapas alkohol
e. Kertas tissue
f. Jam tangan/stopwatch
g. Vaselin/jelly (pelumas)
h. Bengkok
i. Buku catatan perawat
2) Pemeriksaan BB dan TB
a. Timbangan berat badan
b. Meteran
c. Buku catatan perawat
3) Pemeriksaan Head To Toe
a. Penlight
b. Spatel
c. Snellen card
d. Garpu tala
e. Steteskop
f. Mistar (30 cm) 2 buah
g. Otoskop
h. Handschoon bersih ( jika perlu)
i. Tissue
j. Buku catatan perawat
2. PERSIAPAN PASIEN (Fisik dan Psikologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks
3. PROSEDUR KERJA
1) Baca status pasien
2) Cuci tangan
3) Jelaskan prosedur
4) Pasang sampiran jika diperlukan
5) Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang handschoen bila
di perlukan
6) Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi.
4. Pemeriksaan dimulai dari :
A. Pemeriksaan tingkat kesadaran
1. Dengan cara Kuantitatif yaitu GCS (Gasglow Coma Scala) :
1) Respon Eye
4 : Mata membuka spontan
3 : Mata membuka terbuka dengan suara
2 : Mata membuka jika diberi respon nyeri
1 : Tidak berespon

2) Respon Verbal
5 Orientasi baik (Nama, waktu dan tempat)
4 Bingung
3 Kata-kata tidak jelas
2 Bergumam / bunyi tidak jelas
1 Tidak berespon

3) Respon Motorik
6 Mengikuti perintah verbal
5 Dapat melokasi nyeri (sternum atau musculus trapezius)
4 Fleksi menarik (menjauh dari lokasi nyeri/tidak mampu menunjukkan lokasi
nyeri)
3 Fleksi abnormal (bahu adduksi, fleksi dan pronasi lengan bawah, fleksi
pergelangan tangan dan tinju mengepal jika diberi rangsangan nyeri)
2 Ekstensi abnormal (bahu adduksi dan rotasi interna, ekstensi lengan bawah,
fleksi pergelangan tangan dan tinju mengepal jika diberi rangsangan nyeri)
1 Tidak berespon
2. Dengan cara kualitatif :
1) Composmentis (15) : Baik / sempurna
2) Apathis (12-14) : Perhatian berkurang
3) Samnolent (9-11) : Mudah tertidur walaupun sedang di ajak bicara
4) Supor (7-8) : Dengan rangsangan yang kuat masih memberikan respon gerakan
5) Soporocoma (5-6) : Hanya tinggal reflek cornea (sentuhan kapas pada kornea akan
menutup kelopak mata
6) Coma (1-5) : Tidak memberi respon sama sekali
B. Pemeriksaan TTV
1) Pemeriksaan tekanan darah
a) Atur posisi pasien, dimana posisi lengan yang akan diukur tekanan darahnya sejajar
dengan jantung dengan telapak tangan menghadap ke atas
b) Perawat menempatkan diri sedemikian rupa sehingga dapat membaca meniscus air
raksa sejajar dengan garis mata
c) Pasang manset kira-kira 3 jari dari lipatan siku dan lilitkan pada lengan kemudian
kaitkan ujungnya sehingga ikatan tidak lepas atau rekatkan dan lilitan jangan terlalu
longgar/terlalu sempit
d) Letakkan ujung jari diatas arteri brachialis dan raba denyutnya, atau letakkan
stetoskop dengan tepat diatas arteri brachialis dengan penekanan sewajarnya
e) Tutup katub/sekrup aliran udara dan pompakan balon sampai denyut nadi tak
teraba/terdengar. Pompakan lagi udara sampai air raksa naik sekitar 20-30 mmHg
diatas skala saat denyut nadi tidak terdengar/teraba
f) Buka katub/sekrup aliran udara secukupnya, sehingga udara keluar dengan
kecepatan 2-3 mmHg perdenyut
g) Perhatikan skala angka pada manometer saat terdengar bunyi korotkof I (suara yang
pertama kali terdengar) dan catat sebagai tekanan sisolik.
h) Perhatikan skala angka pada manometer saat terdengar bunyi korotkof V (suara yang
terakhir kali terdengar) dan catat sebagai tekanan diastolik
i) Keluarkan sisa udara dengan cepat, lepaskan manset dan pasien dirapikan kembali
j) Catat hasil pengukuran tekanan darah tersebut
k) Sistol/Diastole = Korotkof I/Korotkof V = 120/80 mmHg
l) Cuci tangan
m) Rapikan klien dan kembalikan alat-alat ketempat semula
2) Pemeriksaan suhu (Axilla)
1. Pemeriksaan per oral
a) Mintalah klien membuka mulut dan letakkan reservoar dibawah lidah (sublingual).
Arahkan thermometer kesudut mulut dan anjurkan klien menutup mulutnya
dengan rapat. Selama pengukuran klien tidak diperkenankan berbicara/membuka
mulutnya.

b) Biarkan thermomether selama 3 - 5 menit


c) Keluarkan thermometer dan usap dengan kertas tissue kearah reservoar, sehingga
air raksa dapat terbaca /terlihat.
d) Baca dan catat hasil yang diperoleh
2. Pemeriksaan per axilla
a) Anjurkan klien membersihkan ketiaknya/keringkan ketiak klien dengan kertas
tissue
b) Letakkan reservoar tepat di tengah ketiak, rapatkan lengan atas klien ke badan
dan lengan bawah di atas dada klien
c) Biarkan thermometer selama 5-10 menit
d) Angkat thermometer
e) Baca dan catat hasil yang diperoleh
3. Pemeriksaan per rectal
a) Usapkan jelly/vaselin pada thermomether kira-kira 2-3 cm dari ujung reservoar
b) Atur posisi klien dengan posisi sim dan singkapkan sedikit selimut klien sampai
bagian pantat regangkan pantat klien sampai tampak sphinchter ani. Pada bayi,
posisi terlentang dan angkat kedua kakinya
c) Masukkan reservoar thermometer ke dalam rectum 3,8 cm (pada klien dewasa) :
2,5 cm (pada anak-anak); 1,25 cm (pada bayi)
d) Biarkan selama 2-3 menit
e) Keluarkan thermomether dan usap dengan kertas tissue kearah reservoar,
sehingga air raksa terlihat jelas
f) Baca dan catat hasil yang didapat
3) Pemeriksaan nadi
a) Atur posisi klien dengan tidur terlentang, semifowler atau duduk
b) Letakkan 3 jari (telunjuk, jari tengah dan jari manis) tepat diatas arteri yang diperiksa
(radialis atau lainnya). Gunakan telunjuk untuk menekan arteri sedangkan jari tengah
dan jari manis untuk menilai irama dan kwalitas denyutan
c) Lakukan pemeriksaan selama satu menit dengan melihat arloji/stopwatch
d) Catat bagi pengukuran mengenai : Frekwensi nadi dalam semenit, Irama
(reguler/irreguler), Kwalitas deyutan (kuat/lemah) dan kelainan-kelainan yang
dirasakan.
4) Pemeiksaan pernafasan
Mengkaji pernafasan dilakukan setelah menghitung denyut nadi :
a) Letakkan tangan pasien menyilang ke dada
b) Observasi gerakan dinding dada saat inspirasi maupun exspirasi (satu kali respirasi)
c) Hitung jumlah respirasi dalam satu menit
d) Catat hasil yang diperoleh meliputi :
a. Frekwensi semenit
b. Kelainan gerakan dinding dada
C. Pemeriksaan tinggi badan dan berat badan
a) Tinggi badan (menggunakan meteran dalam cm)
b) Tinggi badan :
i. BBI (berat badan ideal)

ii. IMT (indeks Massa Tubuh)

Keterangan :
 >20 : KURUS
 20–24 : NORMAL
 24-30 : gemuk
 < 30 : overweight

D. Pemeriksaan Head To Toe


1. Rambut
Inspeksi :
1) warna rambut  hitam, coklat, pirang atau perak (defisiensi vit. A atau pada anak
kurang gizi)
2) distribusi  mudah rontok, kebotakan (allopesia)
Normal : Lebat, hitam dan kuat / tidak rapuh
2. Kepala dan Kulit Kepala
Inspeksi :
1) kesimetrisan muka dan tengkorak
2) kulit kepala kotor (ketombe dan adanya lesi) dan berbau
Palpasi :
Adanya benjolan atau massa dan nyeri tekan
Normal : bentuk kepala Mesosofal, tidak ada nyeri tekan dan benjolan ataupun memar
3. Hidrasi dan keadaan kulit daerah dahi
Palpasi :
Menekan dahi menggunakan ibu jari, pada dehidrasi dilakukan finger print pada kulit dahi.
Normal : Jika ditekan tidak ada bekas
4. Palpebra
Inspeksi :
Perhatikan bentuk pada palpebra, apakah ada cairan edema. Bandingkan mata kaki.
Kelainan palpebra :
a. Ptosis (congenital dan acquiret)
b. Laghoptalmus
Normal : kelopak mata terbuka dengan diameter 10 mm dan simetris
5. Sclera dan conjunctiva
Inspeksi :
a. Sclera
Lihat adanya icterus
b. Conjunctiva
perhatikan radang / infeksi pada conjunctiva (conjuntivitis) baik pada c. bulbi dan c.
palpebrae, anemia, ataupun pendarahan (palpebra akan nampak kebiruan pada kelopak
mata yang disebut black eye / brill hematom)
Normal : sclera berwarna putih dan conjunctiva tidak meradang dengan warna merah
muda.
6. Tekanan Intra Okuler (TIO)
Palpasi :
Palpasi pada kedua mata dengan mata pasien tertutup, jika teraba keras maka TIO
meningkat (alat: Tonemetri), perhatikan adanya glaucoma pada pasien lansia.
Normal : menggunakan alat tonometri 12 – 20 hg
7. Pupil dan refleks cahaya
Inspeksi :
Untuk menilai refleks pupil terhadap cahaya.
a) Anjurkan pasien menghadap kedepan dengan pandangan lurus
b) Pen light diarahkan ke pupil pasien dengan cara arah lateral ke medial pada mata kiri
c) Ulangi pada mata kanan
Pupil mengecil jika di sinari  miosis
Pupil melebar jika di sinari  midriasis
Normal : pupil berbentuk bulat sama besar (isokor) dengan diameter 3 mm.
8. Visus/ketejaman penglihatan
a. Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan pemeriksaan.
b. Meminta pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter.
c. Memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan (pasien diminta mengucapkan apa
yang akan ditunjuk di kartu Snellen) dengan menutup salah satu mata dengan
tangannya tanpa ditekan (mata kiri ditutup dulu).
d. Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien menyebutkan simbol di kartu Snellen
dari kiri ke kanan, atas ke bawah.
e. Jika pasien tidak bisa melihat satu simbol maka diulangi lagi dari barisan atas. Jika
tetap maka nilai visus oculi dextra = barisan atas/6.
f. Jika pasien dari awal tidak dapat membaca simbol di Snellen chart maka pasien
diminta untuk membaca hitungan jari dimulai jarak 1 meter kemudian mundur. Nilai
visus oculi dextra = jarak pasien masih bisa membaca hitungan/60.
g. Jika pasien juga tidak bisa membaca hitungan jari maka pasien diminta untuk melihat
adanya gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter (Nilai visus oculi dextranya
1/300).
h. Jika pasien juga tetap tidak bisa melihat adanya gerakan tangan, maka pasien diminta
untuk menunjukkan ada atau tidaknya sinar dan arah sinar (Nilai visus oculi dextra
1/tidak hingga). Pada keadaan tidak mengetahui cahaya nilai visus oculi dextranya nol.
i. Pemeriksaan dilanjutkan dengan menilai visus oculi sinistra dengan cara yang sama.
j. Melaporkan hasil visus oculi sinistra dan dextra. (Pada pasien vos/vodnya “x/y”
artinya mata kanan pasien dapat melihat sejauh x meter, sedangkan orang normal dapat
melihat sejauh y meter.
9. Hidung
a. Hidung bagian luar
1. Inspeksi :adanya warna, pembengkakan, kesimetrisan lubang hidung.
2. Palpasi : pada kulit dan tulang hidung, mobilisasi septum hidung.
b. Sinus
Periksa adanya nyeri tekan pada maksilaris, frontalis dan eitmoidalis.
c. Hidung bagian dalam
Inspeksi bentuk dan posisi septum, rongga hidung, selaput lendir, warna bangkak dan
secret.
d. Pengkajian potensi hidung (dilakukan bila curiga adanya sumbatan/deformitas rongga
hidung)
10. Telinga
Dilakukan dengan cara Inspeksi dan Palpasi :
a. Pinna (bentuk, warna, lesi dan massa)
b. Tragus (nyeri tekan)
c. Lubang telinga (perhatikan serumen,peradangan, dan pendarahan)
d. Membran timpani (perhatikan bentuk, warna  transparran dan kilau, perforasi, cairan
/ darah)
11. Fungsi pendengaran
a. Pemeriksaan Rinne
1) Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari tangan
yang berlawanan.
2) Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.
3) Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran
lagi.
4) Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2
cm dengan posisi garpu tala parallel terhadap lubang telinga luar klien.
5) Instruksikan klien untuk memberi tahu apakah ia masih mendengarkan suara atau
tidak.
6) Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
b. Pemeriksaan Webber
1) Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari yang
berlawanan.
2) Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien .
3) Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau
lebih jelas pada salah satu telinga.
4) Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut
c. Pemeriksaan swabach
1) Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari yang
berlawanan.
2) Letakkan garpu tala pada tulang mastoid probondus (pasien)
3) Jika pasien tidak mendengarkan suara getaran, segera pindahkan garpu tala ke
tulang mastoid pemeriksa
4) Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut
12. Mulut
a. Bibir
Perhatikan warna, tekstur, lesi dan apakah adanya palatoskisis.
b. Rongga Mulut / kavum oris
Periksa adanya b palatoskisis au mulut, radang mucosa (stomatitis) dan aphtae
(sariawan)
c. Gigi geligi
Periksa adanya makanan, karang gigi, carries, sisa akar, gigi yang tanggal, abses, benda
asing (gigi palsu), keadaan gusi, ginggivitis, periodonitis.
d. Lidah
Perhatikan hygiene lidah. Pada pasien thypi biasanya lidah kotor, pada pasien koma.
13. Kelenjar getah bening
Dilakukan dengan inspeksi dan palpasi.
Perhatikan adanya infeksi (pharinx, tonsil, gigi, larinx dan telinga).
14. Kelenjar tyroid
Inspeksi :
Perhatikan bentuk dan pembesaran tyroid, kesimetrisan.
Palpasi :
Palpasi kelenjar tyroid dari bentuk atau adanya noduler.
Auskultasi :
Anjurkan pasien minum dan dengar adanya Bruit tyroid.
15. Tekanan vena jugularis (JVP)
Inspeksi :
Tampak apakah vena jugularis mengembeng normal atau tidak.
Cara pengukuran JVP :
1) Mencuci tangan.
2) Menganjurkan klien untuk berbaring dengan tenang (Mengatur posisi klien berbaring
dengan posisi supine dengan menggunakan bantal) dan bernafas seperti biasa selama
prosedur
3) Membendung dengan menggunakan jari pada daerah supra clavicula agar vena
jugularis tampak dengan jelas.
4) Menekan pada bagian ujung proksimal vena jugularis (dekat angulus mandibulae)
sambil melepaskan bendungan pada supra clavicula.
5) Mengamati tingginya bendungan darah yang ada dan beri tanda dengan menggunakan
spidol.
6) Mengukur jarak vertical permukaan atas bendungan darah terhadap bidang
horizontal yang melalui Angulus ludovici.
7) Menentukan/menghitung hasil pengukuran :
Tulis jarak bendungan darah diatas atau dibawah dari bidang horizontal.
JVP = 5 – ….. cm H2O (bila dibawah bidang horizontal).
= 5 + …...cm H2O (bila diatas bidang horizontal).
Bila permukaan bendungan darah tepat pada bidang horizontal, maka hasil
pengukuran : JVP = 5 + 0 cm H2O.
Catatan :
Angka 5 berasal dari jarak atrium kanan ke titik Angulus ludovici yaitu kira-kira 5
cm. Nilai normal JVP = 5 – 2 cm H2O.
8) Merapihkan klien kembali dan merapihkan alat.
9) Mencuci tangan.
16. Ada tidaknya kaku kuduk/tengkuk
1) Leletakkan telapak tangan kiri di bawah kepala pasien
2) Secara perlahan menekuk kepala ke arah dagu sambil memperhatikan adakah
penahanan atau tidak,
3) Catat hasil pemeriksaan (kaku kuduk + bila ada penahanan)
17. Thorax dan pernapasan
Inspeksi :
a. Amati bentuk thorax, apakah normal atau ada kelainan (pigeon chest, funnel chest,
barrel chest).
b. Amati penapasan
 menghitung frekuensi pernapasan,
 pola / irama pernapasan,
 kelainan dalam pernapasan
Palpasi :
Rasakan getaran pada saat palpasi menggunakan telapak tangan daerah belakang, dan
pasien menyebutkan angka misal “77” (vocal - fremitus). Dengan cara ini dapat menilai
keadaan paru pasien normal atau tidak (pneumonia,pleura effusi).
Perkusi :
Perkusi dinding thorax antara ics, maka didapatkan suara apakah :
 Sonor (normal)
 Redup (adanya konsulidasi paru)
 Pekak (jaringan yang padat : adanya cairan di rongga pleura)
 Hypersonor / tympani (daerah yang berongga atau kosong : asma kronik )
Auskultasi :
Akan terdengar :
1. Suara napas (vesicular,broncho vesicular, bronchial)
2. Suara ucapan (suara normal, bronchophoni,pectoriloquy,eghophony)
3. Suara tambahan (rales, ronchi,wheezing,pleura friction-rub)
18. Jantung
Inspeksi :
Pengamatan untuk mencari ictus cordis (normal pd ICS 5)
Palpasi :
a. Pada ictus cordis biasanya tak terlihat namun bisa dengan perabaan. Rasakan
kekuatan pukul dan lebar ictus cordis (normal tidak lebih dari 1 cm persegi), jika
teraba lebih dari itu biasanya hipertrofi ventrikel kiri (pada penderita HTN lama).
b. Periksa adanya tidaknya thrill (getaran ictus cordis), biasanya murmur.
Perkusi :
Tentukan batas – batas jantung (normal terdengar pekak).
Auskultasi :
a. Dengar kan BJ1 (S1), dengan meletakkan stetoskop pada area mitral (ICS 5 sinistra)
dan trikuspidalis (ICS 4 sinistra).
b. Dengarkan BJ 2 (S2), dengan meletakkan stetoskop pada area aorta (ics 2 dextra) dan
pulmonalis (antara ICS 2 dan 3 sinistra)
19. Abdomen
Inspeksi :
Kesimetrisan dan warna kulit
Auskultasi :
Isi perut (peristaltik : Normal 5 – 12 x/menit) dan gerakan vaskuler.
Perkusi :
1. Dimulai dari kuadran atas searah jarum jam
2. Identifikasi suara perkusi hepar dan batas organ (IC 11 dan 12 posterior)
Palpasi :
HEPAR
1. Pemeriksa berdiri disebalh kanan pasien
2. Tangan kanan pada diding thorax posterior penderita pada iga 11 – 12
3. Tekan keatas
4. Tangan kanan pada batas bawah tulang iga
5. Penderita ekhsalasi, tekan 4-5 cm rasakan batas hepar
GINJAL
1. Tangan kiri di bawah panggul
2. Elevasikan ke arah anterior
3. tangan kanan didinding perut batas anterior garis midclavikula pada tepi bawah batas
costa
4. Rasakan ginjal teraba / tidak
KANDUNG KEMIH
Untuk mengetahui adanya distensi urin
APENDIKS
Palpasi titik Mc. Burney yaitu batas sepertiga luar dan pertiga dalam garis imaginer yang
menghubungkan umbilicus dengan SIAS kanan.
20. Genitalia
a. Kelenjar limfe inganual, diperiksa dengan palpasi (teraba membesar, nyeri tekan atau
tidak  infeksi daerah tungkai, kelamin atau metastase tumor testis/prostat )
b. Pemeriksaan genitalia eksterna
1) Pria
 Periksa apakah kulit sekitar kelamin mengalami infeksi/jamur/kutu
 Testis kaki ada/tidak, radang
2) Perempuan
 Amati sekret (normal, jernih tidak gatak dan berbau)
 Lochea rubra sampai 3 pp
 Loche alba 9 hari kemudian
c. Anus
Kaki menempel pada perut / dada :
Ada tidaknya hemoroid, fissura. Fistula.

Keterangan :
1 : Melihat
2 : Dibantu Sepenuhnya
3 : Dibantu Sebagian
4 : Dilakukan Dengan Sempurna
Nilai Batas Lulus ≥ 75%

Penilaian :

Jumlah Nilai Yang Didapat


Nilai : x 100%

Jumlah Score Tertinggi

Palu, ………………….. 2019

Mahasiswa Pembimbing Lahan

(………………………..) (…………………………)

Anda mungkin juga menyukai