Anda di halaman 1dari 3

Nomor SOP 005.c/RSBJ.060/10.

17
Tanggal Pembuatan 02 Oktober 2017
Tanggal revisi
Nomor Halaman 1/3
Disusun Oleh Unit Tata Usaha
Disahkan Oleh Plt. Direktur RS Bergerak
RS BERGERAK JEMAJA
KABUPATEN
KEPULAUAN ANAMBAS

Dr. Agustino Ahdia Putra


NIP. 198608242014121001

SOP PENANGANAN CEDERA KEPALA

DASAR HUKUM KUALIFIKASI PELAKSANA


UU. No 23 Tahun 1992; UU.No.29 Tahun 2004 ; 1.Mampu mengenali tanda-tanda cedera kepala
PP.No 10 Tahun 1996; PP.No 32 Tahun 1996; 2.Mampu menangani pasien dengan cedera kepala
PERMENKES No.920 Tahun 1986; 3. Dokter Bedah, Dokter Umum, perawat
PERMENKES No.159 b Tahun 1988;
KEPMENKES No.191 Tahun 2001;
PERMENKES No.1575 Tahun 2005;
PERMENKES No.1275 Tahun 2007 mengenai
persetujuan tindakan medis.

KETERKAITAN PERALATAN/PERLENGKAPAN
SOP Intubasi, SOP RJP 1.Collar neck, senter/Head lamp
2.Cairan infus,infus set
3. Intubation set, ventilator, oksigen, orofaringeal airway

PERINGATAN PENCATATAN DAN PENDATAAN


Jika tidak disusun maka akan terlambat dalam
penanganan pasien yang dapat menyebabkan
kematian

LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN CEDERA KEPALA


I.PENGERTIAN
Suatu tata cara mengklasifikasikan dan menangani pasien yang mengalami cedera kepala.

II.TUJUAN
1. Bagi RS : Agar prosedur penatalaksanaan cedera kepala dapat berjalan dengan baik,teratur sesuai
Dengan tata cara yang telah digariskan.
2. Bagi pasien : Agar pasien mendapat pelayanan yang baik,cepat dan terarah sesuai dengan tata cara
yang ada.

III.KEBIJAKAN
Proses penatalaksanaan pasien harus efektif dan berlangsung cepat.

IV.PROSEDUR
Dalam mengatasi terjadinya cedera kepala, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yakni:

A. Survei Primer
1. Memastikan jalan napas (A: Airway) pasien bebas dan lakukan stabilisasi servikal dengan
menggunakan collar neck, jika ditemukan gangguan pada jalan napas dapat dilakukan pemasangan
orofaringeal airway atau pipa endo tracheal sesuai indikasi.
2. Memastikan tidak ada gangguan pada pernapasan (B: Breathing) pasien dengan cara look, feel dan
listen, berikan oksigen sebanyak 4-6 liter/menit dengan menggunakan nasal kanul.

3. Memastikan tidak ada gangguan pada sirkulasi (C: Circulation) dengan memeriksa nadi, suhu akral ,
tekanan darah, dan urine output, Pasien diposisikan kepala lebih tinggi dengan kemiringan 30 derajat,
pasang cairan infus NaCl/Asering dengan tetesan dosis pemeliharaan.

4. Memeriksa kesadaran (D: Disability) dengan menggunakan Glasgow Coma Scale dan pemeriksaan
pupil.

5. Pastikan pasien tidak hipotermi (E: Exposure)


Glasgow Coma Scale
Respon Buka Mata (Eye opening, E) Nilai
 Spontan 4
 Terhadap suara 3
 Terhadap nyeri 2
 Tidak ada 1
Respon Motorik terbaik (M)
 Turut perintah 6
 Melokalisir nyeri 5
 Fleksi normal (menarik anggota gerak yang dirangsang) 4
 Fleksi Abnormal (dekortikasi) 3
 Ekstensi Abnormal (deserebrasi) 2
 Tidak ada (flasid) 1
Respon Verbal (V)
 Berorientasi baik 5
 Berbicara mengacau (bingung) 4
 Kata-kata tidak teratur 3
 Suara tidak jelas 2
 Tidak ada 1
Nilai GCS = ( E + M + V ) : Nilai tertinggi = 15 dan terendah = 3
Klasifikasi cedera kepala berdasarkan GCS :
GCS 13 -15 : Cedera kepala ringan
GCS 9 – 12 : Cedera kepala sedang
GCS 3 – 8 : Cedera kepala berat

B. Survei Sekunder
1. Inspeksi keseluruhan kepala termasuk wajah, mencari :
A. Laserasi
B. Adanya LCS dari lubang hidung dan lubang telinga (adanya cairan LCS dari lubang telinga dan
hidung menandakan kemungkinan terjadinya fraktur basis cranii).
2. Palpasi keseluruhan kepala, termasuk wajah, mencari :
A. Fraktur
B. Laserasi dengan fraktur dibawahnya
3. Inspeksi semua laserasi kulit kepala, carilah :
A. Jaringan otak
B. Fraktur depresi tulang tengkorak
C. Debris
D. Kebocoran LCS
4. Tentukan nilai GCS dan respon pupil, terdiri dari :
A. Respon buka mata
B. Respon motorik terbaik anggota gerak
C. Respon verbal
D. Respon pupil
5. Pemeriksaan vertebra servikal :
A. Palpasi adanya rasa nyeri, deformitas, diskontinuitas dari vertebra servikal
B. Lakukan foto rontgen vertebra servikal proyeksi cross-table lateral
6. Nilai berat dan luasnya cedera
7. Periksa ulang pasien secara terus menerus, observasi tanda adanya perburukan.
A. Frekuensi
B. Parameter yang dapat dinilai
C. Periksa nilai GCS dan motorik anggota gerak secara serial
D. Periksa ulang ABCDE
8. Lakukan pengrujukan untuk pemeriksaan CT-scan dan penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis
bedah saraf sesuai dengan indikasi.

C. Indikasi Pemeriksaan CT-scan dan Pengrujukan ke Dokter Spesialis Bedah Saraf


CT-scan diperlukan pada cedera otak ringan (antara lain: adanya riwayat pingsan, amnesia, disorientasi
dengan GCS 13-15) pada keadaan berikut :
- Faktor resiko tinggi perlu tinadakan bedah saraf :
1. Nilai GCS <15 pada 2 jam setelah cedera
2. Dicurigai ada fraktur depres atau terbuka
3. Adanya tanda-tanda fraktur dasar tulang tengkorak (mis: perdarahan di membran timpani, mata
racoon, rinorea dan otorhea, battle sign
4. Muntah proyektil
5. Usia lebih dari 65 tahun
- Faktor resiko sedang perlu tindakan bedah saraf
1. Amnesia sebelum cedera (lebih dari 30 menit)
2. Mekanisme cedera berbahaya (mis: pejalan kaki tertabrak kendaraan bermotor, penumpang
terlempar dari kendaraannya, jatuh dari ketinggian lebih dari 3 kaki atau 5 anak tangga.
Pada cedera kepala sedang dan berat CT-scan dan kon sultasi dini ke Dokter spesialis bedah
saraf harus dilakukan tanpa memandang mekanisme cedera sedini mungkin

Anda mungkin juga menyukai