Anda di halaman 1dari 36

LEUKIMIA

KELOMPOK V KELAS IIC

ANANDA SHESILIA LAMBE 201801093

ANDRIAN BIMA WICAKSONO 201801096

DEVI FANESA PAKAYA 201801099

MOH. RIZKY 201801113

NILAM SARI 201801118

NURIYANA ABD. HAKIM 201801123

YELCI KALOAN 201801136

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA

PALU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Diskusi
kelompok”.

Makalah ini menjelaskan tentang pengertian dari diskusi kelompok, yang 


akan  saya  jelaskan lebih rinci dan lebih dalam. Selain kita perlu memahami dan
mengerti apa itu diskusi kelompok,  kita juga perlu mengetahui apa tujuan di
adakannya diskusi kelompok.

Saya  menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat  membangun  akan selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata,  saya  sampaikan  terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam   penyusunan   makalah   ini  dari   awal  sampai  akhir. 
Semoga dari makalah ini,  kita  dapat menambah pengetahuan mengenai
bagaimana cara berdiskusi yang efektif dan efisiensi sehingga menghasilkan
pemikiran dan tujuan yang sama.

Palu, 16 Oktober 2020

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Medis.......................................................................................2
B. Asuhan Keperawatan............................................................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................31
B. Saran.....................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang berasal darisel induk
sistem hematopoetik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darahputih tidak
terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun sangat jarang.Ini adalah suatu
penyakit darah dan organ-organ dimana sel-sel darahtersebut dibentuk dan
ditandai dengan proliferasi sel-sel imatur abnormalyang mempengaruhi
produksi dari sel-sel darah normal lainnya.Penyakit ini disebabkan terjadinya
kerusakan pada pabrik pembuatsel darah yaitu pada sum-sum tulang bekerja
aktif membuat sel-sel darahtetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak
normal dan sel inimendesak pertumbuhan sel darah normal.Walaupun
penyebab dasar leukemia tidak diketahui, pengaruhgenetik maupun faktor-
faktor lingkungan kelihatannya memainkan peranan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis Leukimia?
2. Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan Leukimia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis Leukimia.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan anak dengan Leukimia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Medis
1. Definisi
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum
tulang belakang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis darah putih
dengan menyingkirkan jenis sel lain (Corwin, 2008). Leukimia adalah suatu
keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel
hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh
yang lain (Mansjoer, 2002).
Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel
kanker abnormal berproliferasi tanpa terkendali, menghasilkan sekelompok
sel anak yang abnormal. Sel-sel ini menghambat sel darah lain di sumsum
tulang utnuk berkembang secara normal, sehingga mereka tertimbun di
sumsum tulang. Karena faktor-faktor ini, leukemia disebut gangguan
akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, sel-sel leukemia
mengambil alih sumsum tualng, sehingga menurunkan kadar sel-sel
nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala
umum leukemia (Corwin, 2008).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat
bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada
alat pembentuk darah.
Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum
adalah bahan yang lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum
menghasilkan sel darah yang disebut sel batang dan ledakan. Sebagian besar
sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke pembuluh
darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah

2
perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis
memiliki fungsi khusus :
a. Sel darah putih membantu melawan infeksi
b. Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuhc.
c. Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol
perdarahan

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan
invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal,
ginjal dan kulit.

2. Anatomi Fisiologi
Tubuh kita mempunyai suatu sistem khusus untuk memberantas
bermacam-macam bahan yang infeksius dan toksik. Sistem ini terdiri dari
Leukosit (sel darah putih) dan sel-sel jaringan yang berasal dari leukosit.
Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama dari leukosit atau
sel darah putih. Jumlah normal sel darah putih berkisar dari 4000 sampai
10.000/mm³.Lima jenis sel darah putih yang sudah di identifikasikan dalam
darah perifer adalah: netrofil (62,0%) dari total); eosinofil (2,3%); basofil
(0,4%); monosit (5,3%); limfosit (30,0%).
Leukosit ini sebagian dibentuk dalam sum-sum tulang belakang
(granulosit dan monosit dan sebagian limfosit). Granulosit dan monosit
hanya ditemukan dalam sum-sum tulang. Limfosit dan sel plasma
diproduksi dalam berbagai organ limfogen, termasuk kelenjar limfe, limpa,
timus tonsil dan berbagai kantong jaringan limfoid dimana saja dan dalam
tubuh, terutama dalam sum-sum tulang dan plak Peyer di bawah epitel
dinding usus. Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju
berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel
darah putih adalah bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus kedaerah
yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi menyediakan

3
pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang
mungkin ada.
Masa hidup granulosit setelah dilepaskan dari sum-sum tulang,
normalnya adalah 4-8 jam dalam darah sirkulasi, dan 4-5 hari berikutnya
dalam jaringan. Pada keadaan infeksi jaringan yang berat, masa hidup
keseluruhan seringkali berkurang sampai hanya beberapa jam, karena
granulosit dengan cepat menuju daerah infeksi, melakukan fungsinya, dan
masuk dalam proses dimana sel-sel itu sendiri dimusnahkan. Monosit juga
mempunya masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam, berada dalamdarah
sebelum mengembara melalui membrane kapiler ke dalam jaringan. Begitu
masuk kedalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya
menjadi besar sekali untuk menjadi makrofag jaringan, dan dalam bentuk
ini, sel-sel tersebut dapat hidup berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun,
kecuali kalau mereka dimusnahkan karena melakukan fungsi fagositik.
Trombosit dalam darah akan diganti kira-kira setiap 10 hari; atau dengan
kata lain, setiap hari terbentuk kira-kira 30.000 trombosit permikroliter
darah (Gayton & Hall, 1997).
a. Granulosit Granulosit memiliki granula kecil di dalam
protoplasmanya.Granulosit memiliki diameter 10-12 µm, dengan
demikian lebih besar daripada eritrosit. Dengan bertambah tuanya
granulosit, nukleus terbagi menjadi beberapa lobus: sesuai dengan
namanya leukosit polimorfonuklear (polimorf).
b. Limfosit Limfosit memiliki nukleus besar bulat atau agak berindentasi,
dengan menempati sebagian besar sel. Limfosit berkembang di dalam
jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7-15 µm.
c. Monosit Monosit adalah sel besar, berdiameter sampai 20 µm, dengan
nucleus oval atau berbentuk ginjal. Monosit dibentuk di dalam sum-sum
tulang.
d. Trombosit Adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sum-sum
tulang, dan hidup sekitar 10 hari. Sekitar 30-40% terkonsentrasi di dalam
limpa; sisanya bersirkulasi da dalam darah, di dekat endotel (bagian
terdalam lapisan pembuluh darah) John Gibson (2002).

4
3. Etiologi
Menurut Handayani (2008) ada beberapa faktor yang terbukti dapat
menyebabkan leukemia, faktor genentik, sinar radioaktof, dan virus.
a. Faktor genetic
Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down
adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Pada anak kembar identik
yang akan berisiko tinggi bila kembaran yang lain mengalami leukemia.
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali
lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat
menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada
penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis
kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom,
anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan
sindrom trisomi D.31 Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden
leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat
leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu,
leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik. Berdasarkan penelitian
Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa
orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk
menderita LLA (OR=3,75 ; CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita
leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif
leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia.
b. Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia pada manusia. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa
penderita yang diobati dengan dinar radioaktif akan menderita leukemia
pada 6 % klien,dan baru terjadi sesudah 5 tahun.
c. Virus
Sampai saat ini belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia
pada manusia adalah virus.namun, ada beberapa hasil penelitian yang

5
mendukung teori virus sebagai penyebab leukemia, yaitu enzyme reverse
transcriptase ditemukan dalam darah manusia. Tetapi ada Beberapa virus
tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada
beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu
penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam
darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di
dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang
menyebabkan leukemia pada binatang. Pada manusia, terdapat bukti kuat
bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV (virus
leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh
mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus
leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan
sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika
Serikat.

4. Patofisiologi
Menurut Hidayat (2006) dan Handayani (2008), leukimia terjadi akibat
dari beberapa faktor antara lain faktor genetik, sinar radioaktif, dan virus.
Menurut Corwin (2009) dan Hidayat (2006), leukimia tampak merupakan
penyakit klonal, yang berarti satu sel kanker abnormal berpoliferasi tanpa
terkendali, menghasilkan sekelompok sel anak yang abnormal sehingga
dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. Kemudian leukimia
atau limfositik akut merupakan kanker jaringan yang menghasilkan leukosit
yang imatur dan berlebih sehingga jumlahnya yang menyusup ke berbagai
organ seperti sum-sum tulang dan mengganti unsur sel yang normal
sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit kurang untuk mencukupi
kebutuhan sel (Hidayat, 2006). Karena faktor-faktor ini leukimia disebut
gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, selsel
leukemik mengambil alih sum-sum tulang. Sehingga menurunkan kadar sel-
sel nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala
umum leukimia. Trombosit pun berkurang sehingga timbul pendarahan.

6
Proses masuknya leukosit yang berlebihan dapat menimbulkan
hepatomegali apabila terjadi pada hati, splenomegali, dll. (Hidayat, 2006).

5. Klasifikasi Leukimia
Menurut Perpustakaan Nasional (2008), Tambayong (2000), dan
Handayani (2008), klasifikasi leukemia dapat berdasarkan jenis sel
(limfositik atau mielositik) dan perjalan penyakit (akut atau kronik).
a. Leukemia Akut
Leukemia Akut dapat dibagi menjadi dua kategori umum, leukemia
mieloid akut (AML) dan leukemia limfoblastik akut (ALL). Pasien
biasanya mengalami riwayat penurunan berat badan yang cepat, memar,
perdarahan, pucat, lelah, dan infeksi berulang di mulut dan
tenggorokan.Hitung darah lengkap sering kali menunjukkan anemia dan
trombositopenia.Hitung sel darah putih dapat meningkat atau sangat
rendah.Perdarahan di area vital, akumulasi leukosit dalam organ vital.
b. Leukemia Mieloid Akut
AML jarang terjadi pada anak dan insidennya meningkat seiring
pertambahan usia. AML sekunder kadang terlihat pada orang yang
diobati dengan kemoterapi sitotoksik atau radioterapi.
c. Leukemia Limfoblastik Akut
ALL adalah bentuk keganasan hematologisyang umum terjadi pada
anak. Akan tetapi, ALL terjadi pada orang dewasa, dengan peningkatan
insidens seiring pertambahan usia. Banyak tanda dan gejala ALL yang
mirip dengan AML serta sebagian besar menyebabkan kegagalan
sumsum tulang. Pasien juga mengalami manifestasi spesifik ynag
meliputi pembesaran nodus limfe (limfadenopati), hati, dan limpa
( hepatosplenomegali),serta infiltrasi pada sistem saraf pusat.
d. Leukemia Mieloid Kronik
CML adalah gangguan sel benih yang disebabkan produksi tidak
beraturan dari sel darah putih mieloid. CML dapat mengenai semua
kelompok usia, namun terutama berusia antara 40 dan 60 tahun.
e. Leukemia Limfosit Kronik

7
CLL adalah gangguan proliferatif limfosit.Sel ini terakumulasi di
darah, sumsum tulang, nodus limfe dan limfa.CLL adalah kasus di
jumpai pada individu berusia di atas 50 tahun.

6. Manifestasi Klinis
Leukemia memperlihatkan gejala klinis yang mencolok. Leukemia kronis
berkembang secara lambat dan mungkin hanya memperlihatkan sedikit
gejala sampai stadium lanjut.
a. Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia
b. Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih
c. Perdarahan dan memar akibat trombositopenia dan gangguan koagulasi
d. Nyeri tulang akibat penumpukan sel di sumsum tulang, yang
menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel. Tidak seperti nyeri
yang semakin mingkat, nyeri tulang berhubungan dengan leukemia
biasanya bersifat progresif.
e. Penurunan berat karena berkurangnya nafsu makan dan peningkatan
konsumsi kalori oleh sel-sel neoplastik.
f. Limfadenopati, spinomegali, dan hepatomegali akibat infiltrasi sel
leukemik ke organ-organ limfoid dapat terjadi.
g. Gejala system saraf pusat dapat terjadi. (Davey, 2005)

Gejala leukemia biasanya terjadi setelah beberapa minggu dan dapat


dibedakan menjadi tiga tipe:

a. Gejala kegagalan sumsum tulang merupakan manifestasi keluhan yang


paling umum. Leukemia menekan fungsi sumsum tulang, menyebabkan
kombinasi dari anemia, leucopenia (jumlah sel darah putih rendah), dan
trombositopenia (jumlah trombosit rendah). Gejala yang tipikal adalah
lelah dan sesak napas (akibat anemia), infeksi bakteri (akibat leucopenia),
dan perdarahan (akibat trombositopenia dan terkadang akibat koagulasi
intravascular diseminata (DIC). Pada pemeriksaan fisis ditemukan kulit
yang pucat, beberapa memar, dan perdarahan. Demam menunjukkan
adanya infeksi, walaupun pada beberapa kasus, demam dapat disebabkan
oleh leukemia itu sendiri. Namun, cukup berbahaya apabila kita

8
menganggap bahwa demam yang terjadi merupakan akibat leukemia itu
sendiri.
b. Gejala sistemik berupa malaise, penurunan berat badan, berkeringat, dan
anoreksia cukup sering terjadi.
c. Gejala local, terkadang pasien datang dengan gejala atau tanda infiltrasi
leukemia di kulit, gusi, atau system saraf pusat. (Corwin, 2009)

Tanda dan Gejala Menurut Klasifikasi :


a. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan.
Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi
hipermetabolisme.Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum,
tibia dan femur.
b. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya
terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan
leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm) biasanya mengalami
gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu
juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan
hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK
yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata,
penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu
makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam,
keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan
penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik

9
Kronik LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan
fase krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa
cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat
badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi
ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan
demam yang disertai infeksi.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap (FBC) biasanya menunjukkan gambaran anemia
dan trombositopenia. Jumlah sel darah putih yang normal biasanya
berkurang dan jumlah sel darah putih total dapat rendah, normal, atau
meningkat. Apabila normal atau meningkat, sebagian besar selnya adalah
sel darah putih primitif (blas). (Patrick, 2005)
1) Leukemia limfoblastik akut
Pada kira-kira 50% pasien ditemukan jumlah leukosit melebihi
10.000/mm3 pada saat didiagnosis, dan pada 20% pasien melebihi
50.000/mm3.Neutropenia (jumlah neutrofil absolut kurang dari
500/mm3 [normalnya 1500/mm3] sering dijumpai.Limfoblas dapat
ditemukan di darah perifer, tetapi pemeriksa yang tidak
berpengalaman dapat melaporkan limfoblas tersebut sebagai limfosit
atipik. (William, 2004)
2) Leukemia nonlimfositik akut
Evaluasi laboratorium secara tipikal menunjukkan adanya
neutropenia, anemia, da trombositopenia.Jumlah leukosit bervariasi,
walaupun pada saat didiagnosis kira-kira 25% anak memiliki jumlah
leukosit melebihi 100.000/mm3.Pada darah perifer dapat ditemukan
sel blas.Diagnosis pasti ditegakkan dengan dilakukan pemeriksaan
aspirat sumsum tulang, yang menunjukkan adanya sel blas lebih dari
25%.Seperti pada leukemia limfoblastik akut, cairan spinal juga harus
diperiksa untuk menemukan bukti adanya leukemia.Mencapai 15%
pasien memiliki bukti sel blas pada cairan spinal pada saat
didiagnosis. (William, 2004)

10
3) Leukemia mielositik kronis
Evaluasi laboratorium secara tipikal memperlihatkan leukositosis
nyata, trombositosis, dan anemia ringan.Sumsum tulang hiperselular
tetapi disertai maturasi mieloid yang normal.Sel blas tidak banyak
dijumpai. Pada kira-kira 90% kasus, tanda sitogenik yang khas pada
leukemia mielositik kronis yang terlihat adalah: kromosom
Philadelphia. (William, 2004)

b. Pemeriksaan biokimia dapat menunjukkan adanya disfungsi ginjal,


hipokalemia, dan peningkatan kadar bilirubin. (Patrick, 2005)
c. Profil koagulasi dapat menunjukkan waktu protombin dan waktu
tromboplastin parsial teraktivasi (APPT) yang memanjang karena sering
terjadi DIC (disseminated intravaskular coagulation). (Patrick, 2005)
d. Kultur darah karena adanya risiko terjadi infeksi. (Patrick, 2005)
e. Foto toraks: pasien dengan ALL (acute tymphoblastic leukaemia) jalur
sel T sering memiliki massa mediastinum yang dapat dilihat pada foto
toraks. (Patrick, 2005)
f. Golongan darah karena cepat atau lambat akan dibutuhkan transfusi
darah dan trombosit. (Patrick, 2005)
g. Pemeriksaan penunjang diagnosis spesifik termasuk aspirasi sumsum
tulang yang memperlihatkan limfoblas lebih dari 25%, biopsi trephine,
penanda sel, serta pemeriksaan sitogenetik untuk membedakan ALL
(akut limfoblastik leukemia) dengan AML (akut mieloblastik leukemia)
secara akurat. Auer rod di sitoplasma sel blas merupakan tanda
patognomonik pada AML, namun hanya ditemukan pada 30% kasus.
Pemeriksaan penanda sel dapat membantu membedakan ALL jalur sel B
atau sel T dan juga membedakan subtipe AML yang berbeda-beda. Ini
berguna bagi hematolog untuk merancang terapi dan memperkirakan
prognosis. Analisis kromosom sel leukemia berguna untuk membedakan
ALL dan AML, dan yang penting adalah dapat memberikan informasi
prognosis. (Patrick, 2005)

11
h. Cairan spinal juga perlu diperiksa karena sistem saraf pusat merupakan
tempat persembunyian penyakit ekstramedular. (Patrick, 2005)

8. Penatalaksanaan
a. Kemoterapi
1) Kemoterapi pada penderita LLA
a) Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh
sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.
Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di
rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel
darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini
dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin,
vincristin, prednison dan asparaginase.
b) Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi
intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia
residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang
resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan
kemudian.
c) Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada
SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan
pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat
kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan
terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem
saraf pusat.
d) Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa
remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.

Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat


dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi

12
60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi
lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang,
yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum
tulang dan SSP.

2) Kemoterapi pada penderita LMA


a) Fase induksi Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif,
bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal
sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah
tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita
tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, selsel ini berpotensi
menyebabkan kekambuhan di masa yang akan dating .
b) Fase konsolidasi Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut
dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari
beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis
dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan
pada fase induksi.

Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka


rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun
hanya 10%.

3) Kemoterapi pada penderita LLK


Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi
terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai
ialah klasifikasi Rai:
a) Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang .
b) Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
c) Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
d) Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
e) Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3
dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, dan kelenjar.

Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan


terapi bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala.

13
Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak
memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau
kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV
diberikan kemoterapi intensif.

Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25%


pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau
1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien
dengan stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari
2 tahun.

4) Kemoterapi pada penderita LGK/LMK


a) Fase Kronik Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag
mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang
lama. Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan
terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan
transplantasi sumsum tulang.
b) Fase Akselerasi, Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons
sangat rendah.

b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-
sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau
bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini
bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan
sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat
keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening
setempat.
c. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum
tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang
yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi
radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK,

14
hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani
transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor
Human Lymphocytic Antigen(HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA
transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan
respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada
awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
d. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag
ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik
untuk mengatasi infeksi.

15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
SISTEM HEMATOLOGI ( LEUKIMIA )

A. PENGKAJIAN
I. Identitas
a. Anak
Nama :
Anak yang ke :
Tanggal lahir/umur :
Jenis kelamin :
Agama :
b. Orang tua
1. Ayah
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :

2. Ibu
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :

c. Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan
jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul

16
meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan
alamat.

II. Riwayat kesehatan


a. Keluhan Utama Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan
oleh klien saat MRS.
b. Keluhan saat pengkajian Hal yang perlu dikaji :
1. Kaji adanya tanda – tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit
kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
2. Kaji adanya tanda – tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala
infeksi pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul
kemerahan atau hiotam tanpa pus.
3. Kaji adanya tanda – tanda trombositopenia : ptechiae, purpura,
perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma,
4. Kaji adanya tanda – tanda invasi ekstra medulla : limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali.
5. Kaji adanya pembesaran testis, hematuria, gagal ginjal, inflamasi di
sekitar rektal dan nyeri.

a) Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia
adalah sebagai berikut :
- Lelah
- Letargi
- Pusing
- Sesak
- Nyeri dada
- Napas sesak
- Priapismus
- Hilangnya nafsu makan
- Demam
- Nyeri Tulang dan Persendian.

17
b) Data Objektif
Data objektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
- Pembengkakan Kelenjar Lympa
- Anemia
- Perdarahan
- Gusi berdarah
- Adanya benjolan tiap lipatan
- Ditemukan sel – sel mudah

c. Riwayat kesehatan sekarang Merupakan pengembangan diri dari


keluhan utama.
d. Riwayat kesehatan dahulu
1. Perawat melakukan pengkajian riwayat kesehatan masa lalu dengan
interview apakah pasien menderita: anemia, leukemia,
mononukleosus, malabsorpsi, gangguan liver: hepatitis, sirosis;
tromboplebitis atau trombosis; gangguan limpa
2. Prenatal (masa ibu mengandung)
3. Prenatal dan Postnatal (masa ibu melahirkan)
4. Hospitalisasi/tindakan operasi
5. Injuri/kecelakaan
6. Pengobatan kanker sebelumnya
7. Imunisasi
8. Riwayat pertumbuhan anak

e. Riwayat social
1. Siapa yang mengasuh anak dalam keluarga ?
2. Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga ?
3. Bagaimana hubungan dengan teman sebaya ?
f. Riwayat keluarga
1. Social ekonomi
2. Lingkungan rumah

18
3. Penyakit keluarga
4. Genogram
g. Pengkajian tingkat perkembangan anak saat ini
1. Motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Personal social

III. Pengkajian pola kesehatan


Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi
kesehatan (Potter, Patricia. A. 1996) :
1. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan : Pada pasien leukimia pada
pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan yang dikaji mengenai :
a. Apakah orang tua pasien mengetahui tentang penyakit leukimia ?
b. Apakah orang tua memahami keadaan kesehatan anaknya?
c. Apakah jika sakit pasien segera berobat ke dokter, ataukah
menggunakan obat tradisional?
2. Pola Nutrisi : Pada pola ini, untuk pasien leukimia, fokus yang dapat
dikaji mengenai:
a. Perawat mengkaji apakah pasien mengalami kesulitan makan,
mengunyah, menelan?
b. Bagaimana selera makan pasein, apakah pasien mengkonsumsi
vitamin, atau zat besi?
c. Apakah pasien merasa mual, mengalami muntah, perdarahan, memar,
perubahan kondisi kulit, keringat malam, intoleransi terhadap
suhu/iklim yang dingin, pembengkakan pada lipatan ketiak, leher,
lipatan paha?
d. Apakah pasien mengalami penurunan atau peningkatan berat badan?
3. Pola Eliminasi : Pada pola pengkajian pasien leukimia, fokus yang dikaji
mengenai: Apakah pasien mengalami buang air besar berwarna hitam
atau seperti terkencing berdarah, urine output berkurang, diare,
menorrhagia, ekimosis, dan epistaxis.?

19
4. Aktivitas dan Latihan : Pada pola ini pasien leukimia, fokus yang dikaji
mengenai : Kemampuan perawatan diri, dan aktivitas sehari-hari.
5. Tidur dan Istirahat
6. Sensori, Presepsi dan Kognitif
7. Konsep Seksual dan Repruduksi
8. Pola Peran Hubungan
9. Manajemen Koping Stress
10. Sistem Nilai Dan Keyakinan

IV. Pemeriksaan Fisik


Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan
masalah kesehatan pada anak, tinjauan ini akan menjadi pilihan yang lebih
baik selain pengkajian riwayat kesehatan anak karena dalam pengkajian
cenderung hanya berfokus pada informasi yang diberikan anak/keluarga
sedangkan kemungkinan terhadap kondisi kelainan yang ada pada tubuh
anak belum disadari olehnya. Meliputi :
1. Kesan Umum : Biasanya tampak lemah
2. Warna kulit :
3. Turgor kulit :
4. Gejala Kardinal
- Suhu =
- Nadi =
- Pernafasan =
- Tekanan darah =

Pemeriksaan Fisik Head To Toe

1. Kepala
- Bentk kepala : mesochepal
- Rambut : kebersihan, warna, tekstur
- Distribusi rambut : seperti merata, tebal,kuat/ mudah tercabut.
2. Mata
- Sklera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan
terlihat tidak ikterik.

20
- Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia
akan ditemukan konjungtiva yang anemis.
- Palpebra : perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan  Pupil :
bentuk, reaksi cahaya
3. Hidung
- Inskpeksi : kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, sekret.
- Palpasi : adanya polip. Penderita leukemia memiliki
pemeriksaan hidung yang normal.
4. Telinga
- Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen.
- Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi pendengaran dan
keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya tidak
ditemukan kelainan dan bersifat normal
5. Mulut
- Inspeksi : kebersihan, apakah terdapat peradangan (infeksi oleh
jamur atau bakteri ), perdarahan gusi. Biasa papa penderita
leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut – sudut bibir pecah –
pecah.
6. Leher
- Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening, kelenjer
tiroid, JVP. Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran
kelenjer tiroid.
7. Thoraks
Jantung
- Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada
penderita leukemia, iktus terlihat.
- Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.\
- Perkusi : tentukan batas jantung.
- Auskultasi : terdengar bunyi jantung S1 dan S2 regular, normal.

Paru – paru

- Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan


ekspirasi, biasanya normal.

21
- Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
- Perkusi : sonor bila normal
- Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
8. Abdomen
- Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas
operasi, dsb.
- Auskultasi : bising usus normal
- Palpasi : apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak.
Biasaya terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
- Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk
semua daerah abdomen
9. Ekstremitas : kekuatan dan tonus otot , reflex.
- Inspeksi : kesemetrisan
- palpasi : adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan bawah.
Biasanya pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada
tulang dan persendian.
10. Antropometri
- BB =
- TB =
- Lingkar kepala =
- Lingkar dada =
- Lingkar lengan =

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA, 2012) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual dan potensial.
1. Kelemahan/keletihan berhubungan dengan menurunnya jumlah sel darah
merah akibat dari leukemia.
2. Risiko cedera: perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit.

22
3. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
4. Nyeri Akut berhubungan dengan efek fisiologis akibat dari leukemia.

23
C. INTERVENSI

No Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Kelemahan/ keletihan Setelah dilakukan asuhan NIC: 1. Menentukan drajat dan efek
berhubangan dengan keperawatan selama 3x24 a. Energy management : ketidakmampuan
menurunnya jumlah sel jam diharapkan pasien tidak 1. Observasi adanya 2. Untuk meminimalkan rasa tidak
darah merah akibat dari mengalami pembatasan klien dalam nyaman
leukemia kelemahan/keletihan dengan melakukan aktivitas 3. Mengidentifikasi factor
NOC : 2. Dorong anak untuk penyebab
1. Endurance : mengungkapkan perasaan 4. Untuk mencegah keseimbangan
- Concentrasion terhadap keterbatasan nitrogen yang adekuat
- Energy conservation 3. Kaji adanya factor yang 5. Menentukan derajat dan efek
2. Nutritional status : energy menyebabkan kelelahan. ketidakmampuan
4. Monitor nutrisi dan 6. Untuk memberikan intervensi
Kriteria hasil : sumber energy yang dini dalam mengatasi
1. Memverbalisasikan adekuat pendarahan hindari obat-obat
peningkatan energy untuk 5. Monitor klien akan yang mengandung aspirin
merasa lebih baik adanya kelelahan fisik dan 7. Menambah energy untuk
2. Menjelaskan penggunaan emosi secara berlebihan penyembuhan dan regenerasi
energy untuk mengatasi 6. Monitor respon seluler

24
kelelahan kardiovaskuler terhadap 8. Menentukan derajat dan efek
3. Kecemasan menurun aktivitas ketidakmampuan
4. Glukosa darah adekuat 7. Monitor pola tidur dan 9. Memaksimalkan sediaan energy
5. Kualitas hidup lamanya tidur/istirahat untuk tugas perawatn diri
meningkat. klien 10.Untuk merangsang sirkulasi dan
6. Istirahat cukup 8. Dukung klien dan mencegah tekanan pada kulit
7. Mempertahankan keluarga untuk 11.Untuk mempertahan kan nutrisi
kemampuan untuk mengungkapkan perasaan yang optimal
berkonsentrasi berhubungan dengan
perubahan hidup yang
disebabkan keletihan
9. Bantu aktivitas seharihari
sesuai dengan kebutuhan
10. Tingkatkan tirah baring
dan pembatasan aktivitas
(tingkatkan periode
istirahat)
11. Konsultasi dengan ahli
gizi untuk meningkatkan

25
asupan makanan yang
Setelah dilakukan asuhan berenergi tinggi
keperawatan selama 3x24
2. Risiko cidera : jam diharapkan pasien tidak NIC: 1. Memberikan kondisi yang aman
perdarahan berhubungan mengalami risiko infeksi Environment Management untuk pasien.
dengan penurunan dengan 1. Sediakan lingkungan yang 2. Mengidentifikasi kebutuhan
jumlah trombosit. NOC: aman untuk klien individual dan membantu
- Risk control Kriteria 2. Identifikasi kebutuhan pemilihan intervensi
hasil : keamanan pasien sesuai 3. Untuk meminimalkan
1. Klien terbebas dari kondisi fisik lingkungan dari sumber infeksi
cedera 3. Menghindarkan lingkungan 4. Menghemat energy untuk
2. Klien mampu yang berbahaya aktifitas dan regenerasi seluler
menjelaskan cara 4. Menyediakan tempat tidur atau penyambungan jaringan
mencegah cedera yang nyaman dan bersih 5. Memberikan rasa nyaman pada
3. Klien mampu 5. Memberikan penerangan pasien.
menjelaskan factor yang cukup 6. Untuk mendorong komunikasi
resiko dari lingkungan 6. Menganjurkan keluarga dan ekspresi perasaan.
atau perilaku personal untuk menemani klien
4. Mampu meodifikasi

26
gaya hidup untuk
mengurangi resiko
5. Mampu mengenali
perubahan status
kesehatan

Setelah dilakukan asuhan


3. Risiko infeksi keperawatan selama 3x24 NIC: 1. Memberikan kondisi yang aman
berhubungan dengan jam diharapkan pasien tidak a. Environment Management untuk pasien.
menurunnya sistem mengalami risiko infeksi 1. Sediakan lingkungan yang 2. Mengidentifikasi kebutuhan
pertahanan tubuh dengan aman untuk klien individual dan membantu
NOC : 2. Identifikasi kebutuhan pemilihan intervensi
-Immune status keamanan pasien sesuai 3. Untuk meminimalkan
-Knowledge: infection kondisi fisik lingkungan dari sumber infeks
control 3. Menghindarkan 4. Menghemat energy untuk
-Risk control lingkungan yang aktifitas dan regenerasi seluler
berbahaya atau penyambungan jaringan
Kriteria hasil : 4. Menyediakan tempat tidur 5. Memberikan rasa nyaman pada
1. Anak (klien) bebas dari yang nyaman dan perlu pasien.

27
tanda dan gejala infeksi istirahat tanpa gangguan. 6. Untuk mendorong komunikasi
2. Mendeskripsikan proses 5. Memberikan penerangan dan ekspresi perasaan.
penularan penyakit, yang cukup
faktor yang 6. Menganjurkan keluarga
mempengaruhi penularan untuk menemani klien
dan penatalaksanaannya
3. Menunjukan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
4. Jumlah leuosit dalam
jumlah normal
5. Menunjukan perilaku
hidup sehat NIC:
a. Pain management
4. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri a. Pain management
dengan efek fisiologis keperawatan selama…x 24 secara komprehensif 1. Informasi memberikan data
akibat dari leukemia. jam diharapkan nyeri 2. Observasi reaksi dasar untuk mengevaluasi
passion terkontrol dengan nonverbal dari kebutuhan atau keefektifan

28
NOC : ketidaknyamanan intervensi.
-Pain level 3. Kontrol lingkungan yang 2. Untuk meminimalkan rasa
-Pain control dapat mempengaruhi nyeri tidak nyaman
-Comfort level 4. Pilih penanganan nyeri 3. Untuk intervensi dini
Kriteria hasil : baik farmakologi maupun penanganan nyeri
1. Mampu mengontrol non farmakologi 4. Sebagai analgetik tambahan
nyeri 5. Ajarkan teknik 5. Untuk Analgetik tambahan
2. Melaporkan bahwa nyeri nonfarmakologi untuk 6. Menambah energy dan untuk
berkurang dengan mengurangi nyeri penyembuhan dan regenerasi
menggunakan 6. Tingkatkan istirahat seluler
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri b. Analgesic administration b. Analgesic administration
4. Menyatakan rasa 1. Tentukan lokasi, 1. Untuk menentukan perubahan
nyaman setelah nyeri karakteristik,dan derajat kebutuhan dosis sebelum
berkurang nyeri sebelum pemberian pemberian obat.
5. Menggunakan tindakan obat 2. Menentukan perubahan
pengurangan nyeri 2. Cek intruksi dokter kebutuhan dosis waktu
( analgetik) yang di tentang jenis obat, dosis pemberian obat.
rekomendasikan. dan frekuensi 3. Untuk mencegah kambuhnya

29
3. Pilih analgesik tergantung nyeri.
tipe dan berat nyeri 4. Perubahan TTV merupakan
4. Monitor tanda vital tanda dini terjadinya sepsi,
sebelum dan sesudah terutama bila terjadi
pemberian analgesik peningkatan suhu.
pertama kali
Sumber: NANDA International, (2015). Nursing Outcomes Clasification (NOC), 2013.

Nursing Interventions Clasification (NIC) 2013.

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Leukemia adalah suatu jenis kanker darah. Gangguan ini disebabkan olehsel
darah putih yang diproduksi melebihi jumlah yang seharusnya ada.
Leukemiaakut pada anak adalah suatu kelainan atau mutasi pembentukan sel
darah putiholeh sumsum tulang anak maupun gangguan pematangan sel-
sel tersebutselanjutnya. Gangguan ini sekitar 25-30% jumlahnya dari
seluruh keadaankeganasan yang didapat pada anak. Leukemia terdiri dari dua
tipe besar, yakni acute lymphoblastic leukemia Dan acute myeloid leukemia.
Jumlah penderita acute lymphoblastic leukemia umumnya lebih banyak
dibandingkan jenis acute myeloid leukemia. Penyebab utama penyakit kelainan
darah ini sampai sekarang belumdiketahui secara pasti, dan masih terus diteliti.
Namun, faktor genetik berperancukup penting pada beberapa penelitian yang
dilakukan. Dengan kata lain, adahubungannya dengan faktor keturunan, selain
tentunya banyak faktor penyebablain yang bervariasi sesuai kasus per kasus
dan jenis subtipe yang didapat.
Terapi yang diberikan pada penderita leukemia akut bertujuan untuk
menghancurkan sel-sel leukemia dan mengembalikan sel-sel darah yang
normal.Terapi yang dipakai biasanya adalah kemoterapi (pemberian obat
melalui infus),obat-obatan, ataupun terapi radiasi. Untuk kasus-kasus
tertentu, dapat jugadilakukan transplantasi sumsum tulang belakang.Mengenai
kemungkinan keberhasilan terapi, sangat tergantung waktupenemuan pertama
penyakit si penderita. Apakah dalam stadium awal atau sudahlanjut, subtipe
penyakit, teratur tidaknya jadwal terapi yang dilakukan, timbul Relapse
(kambuh) atau tidak selama terapi maupun kemungkinan penyebab yangbisa
diperkirakan.

B. Saran
Bagi keluarga sebaiknya memahami bagaimana tatalaksana terapeutik untuk
pasien leukemia agar penyakitnya tidak memasuki stadium lanjut.

31
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku Edisi 3. Jakarta: EGC.


Davey, Patrick. 2005. At a glance Medicine. Jakarta: EGC.
Fachri , 2017. Laporan Pendahuluan Leukemia Pada Anak. [Online].
https://www.scribd.com/document/349714030/Laporan-
PendahuluanLeukemia-Pada-Anak. (diakses, sabtu, 14 oktober 2017).
Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika.
Herman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz Alimut. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimut. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M. & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Clasification (NOC). Elseiver.
Bulechesk, G. Butcher, H. Dochterman, J. & Wagner, C. (2013). Nursing
Interventions Clasification (NIC). Elseiver.
NANDA International, (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2015-2017. Jakarta: EGC.
Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.
Suriadi. Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Chocobee, 2011. Askep Leukimia Pada Anak. [Online].
https://www.scribd.com/document/49755825/ASKEP-LEUKIMIAPADA-
ANAK. (diakses, sabtu, 14 oktober 2017).

Anda mungkin juga menyukai