Anda di halaman 1dari 14

LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Hematologi

yang dibina oleh: Manda Susi, Amd AK., S.Psi

Disusun oleh
Kelompok 3:
Novianus Kotskha Syukur : 2314313450043
Reyndra Aditya Pratama Yahya : 2314313450048
Tiyana Putri Widya Dewani : 2314313450055
Kamila Nur Chumairo : 2314313450069

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayahnya kami dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Leukosit (Sel Darah Putih)”. Makalah ini disusun untuk
Melengkapi Tugas Ujian Praktek Mata Kuliah Hematologi. Selain itu, Makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang sel darah putih (leukosit) bagi pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Manda Susi, Amd AK., S.Psi. selaku dosen
pembimbing yang dengan keikhlasan kesabaran memberikan bimbingan, arahan dan motivasi
kepada penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis beserta
keluarga besar yang selalu memberikan do’a, semangat serta motivasi yang senantiasa penulis
harapkan keridhoan dan keberkahannya. Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikan Makalah ini.
Kami menyadari Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Kami berharap semoga
Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, khususnya bagi penulis.

Malang,...... Februari 2024


Penyusun,

Kelompok 3

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ I

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... II

BAB I .................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 2

1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 3

2.1 Proses Pembentukan Leukosit ...................................................................................... 3

2.2 Struktur Leukosit .......................................................................................................... 4

2.3 Morfologi Leukosit ........................................................................................................ 6

2.4 Jaminan Mutu Pemeriksaan Leukosit ............................................................................. 7

BAB III ................................................................................................................................ 10

PENUTUP ........................................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 10

3.2 Saran ....................................................................................................................... 10

BAB IV ................................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah di dalam tubuh manusia memiliki fungsi yang sangat penting sebagai alat untuk
transportasi oksigen dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Darah merupakan cairan tubuh
yang berwarna merah, warna merah ini merupakan protein pernafasan yang mengandung besi,
yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen yang disebabkan oleh hemoglobin.
Dalam darah juga terdapat kandungan seperti air, protein, mineral dan garam. Selain itu darah
juga dibedakan menjadi beberapa jenis. Pada masing-masing jenis darah juga memiliki
peranan penting dalam tubuh. Jenis-jenis darah manusia yakni sel darah merah, sel darah putih
serta kepingan darah. (Hiremath, P.S., Bannigidad, P., Geeta, S. 2010)
Sel darah putih merupakan salah satu bagian dari susunan sel darah manusia yang
memiliki peranan utama dalam hal sistem imunitas atau membunuh kuman dan bibit penyakit
yang ikut masuk ke dalam aliran darah manusia. Sel darah putih atau yang juga dapat disebut
dengan leukosit. Leukosit dibagi menjadi lima jenis tipe berdasarkan bentuk morfologinya yaitu
basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit dan monosit. (Wiyanti, A, 2013)
Leukosit adalah sel darah Yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.
Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-9000 sel/ m m 3, bila
jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut
leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik
(granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya
dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, Yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya
homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler :
linfosit sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih
banyak. (Effendi, Z, 2003)

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan leukosit?
2. Bagaimana struktur leukosit?
3. Bagaimana morfologi leukoist?
4. Bagaimana jaminan mutu pemeriksaan leukosit?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan leukosit
2. Untuk mengetahui bagaimana struktur leukosit
3. Untuk mengetahui bagaimana morfologi leukosit
4. Untuk mengetahui bagaimana jaminan mutu pemeriksaan leukosit

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Pembentukan Leukosit


Pembentukan sel darah putih atau leukosit yang terjadi di sum-sum tulang disebut
granulopoesis. Pemebelahan leukosit terjadi secara mitosis yang kemudian dilepaskan oleh
sum-sum tulang ke dalam sirkulasi darah (Sacher, 2004). Sel yang diproduksi di sum-sum
tulang terutama granulosit tdak langsung ditransfer ke sirkulasi darah dan disimpan sampai sel
tersebut diperlukan. Granulosit akan hidup selama 4-8 jam di sirkulasi darah setelah
dikeluarkan oleh sum-sum tulang dan akan hidup di jaringan selama 4-5 jam. Keadaan infeksi
yang berat membuat masa hidup sel berkurang. Hal ini disebabkan karena granulosit dengan
cepat menuju ke bagian jaringan yang mengalami infeksi untuk melakukan fungsinya.
Monosit hanya memiliki masa edar 10-20 jam di dalam sirkulasi darah sebelum masuk
jaringan. Di dalam jaringan monosit memperbesar ukurannya untuk menjadi makrofag jaringan.
Dalam bentuk makrofag, monosit dapat hidup berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Limfosit
akan tetap berada di sirkulasi darah. Limfosit akan kembali ke jaringan dan kembali memasuki
limfe dan kembali ke jaringan limfoid. Masa hidup limfosit tergantung pada kebutuhan tubuh
akan sel tersebut (Handayani dan Haribowo, 2008).
Leukopoiesis merupakan proses pembentukan leukosit. Proses ini dirangsang oleh
Colony Stimulating Factor (CSF) yang dihasilkan oleh leukosit matur. Pembentukan leukosit
terjadi di sumsum tulang (terutama seri granulosit), akan disimpan dalam sumsum tulang
sampai diperlukan dalam sistem sirkulasi darah. Granulosit akan dilepaskan pada sirkulasi
darah jika kebutuhannya meningkat. Proses pembentukan limfosit terjadi pada beberapa
jaringan, yaitu sumsum tulang, timus, limpa, dan limfonoduli. Sedangkan proses
pembentukannya dirangsang oleh timus dan adanya paparan antigen. Pertambahan jumlah
leukosit terjadi melalui proses mitosis, yaitu proses pertumbuhan dan pembelahan sel yang
berurutan. Sel-sel ini membelah diri dan berkembang menjadi leukosit matur dan dilepaskan
dari sumsum tulang ke sirkulasi darah. Leukosit berada dalam peredaran darah ± 1 hari
kemudian masuk ke dalam jaringan sampai beberapa minggu atau bulan tergantung pada jenis
leukositnya. Umumnya progenitor myeloid menghasilkan tiga jenis progenitor, yaitu granulosit/
monosit, eosinofil/ basofil, dan eritrosit/ megakariosit. Masing-masing membelah dan matur
menjadi sel yang dikenal dengan blast, satu untuk setiap cell line. Namun, tidak mungkin untuk
membedakan berbagai blast dengan menggunakan mikroskop cahaya. Ada dua jenis leukosit,
yaitu granulosit dan agranulosit. Oleh karena itu pembentukannya disesuaikan dengan seri
leukositnya. Pembentukan sel seri granulosit atau granulopoiesis dimulai dengan fase

3
mieloblast. Pada pembentukan sel seri agranulosit ada dua jenis sel, yaitu limfosit dan monosit.
Pada pembentukan limfosit (limfopoieis) diawali dengan fase limfoblast, sedangkan
pembentukan monosit (monopoiesis) diawali oleh fase monoblast. Granulopoiesis merupakan
evolusi paling dini menjadi mieloblas dan menghasilkan produk akhir eosinofil, basofil, dan
neutrofil. Proses ini membutuhkan waktu 7-11 hari. Mieloblas, promielosit atau progranulosit,
dan mielosit mampu membelah diri dan membentuk kompartemen proliferasi atau mitotik.
Setelah tahap ini selesai, tidak terjadi lagi pembelahan, kemudian sel mengalami maturasi
dengan beberapa fase, yaitu metamielosit, neutrofil stab, dan neutrofil segmen. Sel-sel ini
menetap dalam sumsum tulang sekitar 10 hari dan apabila diperlukan akan dikeluarkan ke
dalam sirkulasi. Limfopoiesis adalah proses pertumbuhan dan pematangan limfosit. Pada
sumsum tulang normal sekitar 20% nya terdiri dari limfosit yang sedang berkembang. Setelah
maturasi, limfosit masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar dalam interval waktu yang
berbeda tergantung pada sifat sel. Setelah itu berkumpul di kelenjar limfatik.
Monopoiesis berawal dari sel induk pluripoten yang menghasilkan berbagai sel induk
dengan potensi lebih terbatas, diantaranya adalah unit pembentuk koloni granulosit yang
bipotensial. Turunan sel ini menjadi prekursor granulosit atau menjadi monoblas. Monoblas
mengalami pembelahan menjadi promonosit, sebagian berproliferasi menghasilkan monosit
yang masuk ke sirkulasi darah, sedangkan sisanya merupakan cadangan sel yang
perkembangannya sangat lambat. Proses pembentukan dari sel induk hingga menjadi monosit
membutuhkan waktu sekitar 55 jam. Monosit tidak tersedia dalam sumsum tulang dalam jumlah
besar namun setelah dibentuk berpindah ke dalam sinus. Monosit sebelum masuk ke jaringan,
bertahan dalam pembuluh darah selama kurang dari 36 jam. (Andika & Puspitasari,
2019)
2.2 Struktur Leukosit
Sel darah putih memiliki bentuk yang dapat berubah-ubah. Leukosit mampu bergerak
dengan perantaraan kaki palsu atau pseudopodia. Secara struktur, sel darah putih memiliki
beragam inti sel, sehingga bisa dibedakan menurut inti selnya dan warnanya bening. Leukosit
dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis-jenis golongan sel ini adalah sel yang tidak
bergranula, yakni limfosit T dan B, monosit dan makrofag, juga golongan yang bergranula seperti
eosinofil, basofil, dan neutrofil.
Sel darah putih, yang secara ilmiah disebut leukosit, merupakan komponen integral dari
sistem kekebalan tubuh, memainkan peran sentral dalam melindungi tubuh terhadap infeksi dan
benda asing. Komposisi struktural sel-sel ini rumit dan bervariasi tergantung pada jenis dan
fungsinya.

4
1) Komponen Seluler:
a) Semua leukosit memiliki nukleus yang mengelilingi nukleolus. Inti ini adalah pusat
kendali sel, mengarahkan aktivitasnya.
b) Sitoplasma sel-sel ini menampung berbagai organel, termasuk mitokondria,
bertanggung jawab atas produksi energi; aparatus Golgi, yang memodifikasi dan
mengemas protein; dan keduanya kasar dan halus retikulum endoplasma, terlibat
dalam sintesis protein dan metabolisme lipid, masing-masing.
c) Ribosom, lisosom, dan peroksisom juga hadir, masing-masing memfasilitasi sintesis
protein, pencernaan limbah seluler, dan pemecahan asam lemak.
d) Membran fosfolipid membungkus sel, mengatur masuk dan keluarnya zat,
sementara sentriol berperan dalam pembelahan sel.
2) Kemampuan Komunikasi:
a) Leukosit menunjukkan kemampuan komunikasi antar sel yang luar biasa. Mereka
dapat mengirim dan menerima sinyal dari sel tetangga, mendeteksi protein anomali di
berbagai jaringan, dan menempel pada membran seluler dan patogen.
b) Komunikasi ini difasilitasi oleh serangkaian reseptor dan saluran rumit yang ada pada
membran leukosit.
3) Granulosit:
Granulosit adalah bagian dari leukosit yang ditandai dengan adanya butiran spesifik di
sitoplasmanya.
a) Neutrofil: Biasanya berukuran antara dua belas hingga lima belas mikrometer,
mereka memiliki inti multi-lobed. Fungsi utamanya adalah untuk merespons
infeksi, dan umurnya pendek, hanya beberapa hari.
b) Eosinofil: Sel-sel ini berdiameter sekitar lima belas mikrometer, dengan dua
lobus inti dan butiran yang menonjol.
c) Basofil: Sebanding ukurannya dengan neutrofil, intinya dapat berbentuk lobus
ganda atau berbentuk S.
d) Sel mast: Sel-sel ini berbentuk oval atau bulat dan terutama ditemukan di
jaringan, matang di luar aliran darah.
e) Sel Pembunuh Alami (NK).: Ini adalah limfosit granular besar yang mengalami
pematangan di organ limfoid dan memiliki kemampuan untuk memperbaharui diri.

5
4) Agranulosit:
Agranulosit tidak memiliki butiran spesifik dan diklasifikasikan menjadi dua kategori utama:
a) Limfosit: Terdiri dari sel T dan sel B, limfosit bersifat unik karena berasal dari
jaringan limfatik. Namun, sel prekursornya diproduksi di sumsum tulang merah.
b) Monosit: Sel-sel ini dapat dikategorikan lebih lanjut berdasarkan penanda protein
spesifik pada membrannya menjadi monosit klasik, menengah, dan non-klasik.
Mereka mempunyai potensi untuk berdiferensiasi menjadi makrofag atau sel
dendritik, memainkan peran penting dalam fagositosis dan presentasi antigen.
2.3 Morfologi Leukosit
Leukosit, atau sel darah putih, adalah sel-sel penting dalam sistem kekebalan tubuh
yang bertanggung jawab untuk melawan infeksi dan menjaga keseimbangan imun dalam tubuh.
Morfologi leukosit mencakup berbagai aspek dari struktur fisik mereka, termasuk ukuran,
bentuk inti, dan karakteristik sitoplasma.
1. Ukuran: Leukosit umumnya lebih besar daripada eritrosit (sel darah merah), meskipun
ukurannya dapat bervariasi tergantung pada jenisnya. Limfosit, misalnya, adalah yang terkecil,
sedangkan monosit cenderung lebih besar.
2. Bentuk Inti: Inti leukosit dapat memiliki berbagai bentuk, yang dapat membantu dalam
identifikasi jenis leukosit tertentu. Limfosit memiliki inti bulat atau sedikit oval, neutrofil memiliki
inti multilobuler (biasanya dua hingga lima lobus terpisah), eosinofil memiliki inti yang mirip
dengan bilah, dan basofil memiliki inti yang tidak teratur dan berbentuk seperti huruf "S" atau
"U".
3. Karakteristik Sitoplasma: Sitoplasma leukosit juga memiliki ciri khas yang dapat membantu
dalam identifikasi jenisnya. Neutrofil memiliki granula sitoplasma yang berwarna netral, eosinofil
memiliki granula yang berwarna merah muda, dan basofil memiliki granula yang berwarna biru
gelap. Limfosit dan monosit memiliki sedikit atau tidak ada granula sitoplasma yang terlihat.
4. Jenis-jenis Leukosit:
a) Neutrofil: Neutrofil adalah jenis leukosit yang paling umum. Morfologi neutrofil biasanya
berbentuk segi banyak dengan inti yang terbagi menjadi beberapa lobus
(polimorfonuklear), dan sitoplasma yang mengandung granula yang dapat diwarnai baik
dengan pewarna basa maupun asam.
b) Eosinofil: Eosinofil memiliki inti yang terbagi dua lobus dan sitoplasma yang
mengandung granula yang sangat terwarnai oleh pewarna eosin. Granula eosinofil berisi
senyawa-senyawa yang berguna dalam respons alergi dan peradangan.

6
c) Basofil: Basofil memiliki inti yang sulit dilihat karena tertutup oleh granula sitoplasma
yang besar. Granula ini mengandung histamin dan senyawa-senyawa lain yang
berperan dalam respons alergi dan peradangan.
d) Limfosit: Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval dengan sedikit sitoplasma yang dapat
diwarnai. Morfologi ini biasanya lebih kecil daripada neutrofil dan eosinofil. Ada dua jenis
limfosit utama: limfosit B dan limfosit T.
e) Monosit: Monosit adalah leukosit yang memiliki inti yang besar dan bentuk yang
beragam. Sitoplasma monosit mengandung granula-granula halus yang dapat diwarnai.
2.4 Jaminan Mutu Pemeriksaan Leukosit
Jaminan mutu (quality assurance) merupakan seluruh kegiatan baik di luar maupun di
dalam laboratorium yang berfungsi untuk mencapai data hasil pengujian atau kalibrasi yang
diisyaratkan. Jaminan mutu diartikan sebagai kegiatan yang sitematis dan terencana yang
diterapkan dalam sistem manajeman mutu untuk memberikan keyakinan bahwa produk dan
jasa yang diberikan akan memenuhi persyaratan mutu (Hadi, 2018).
Jaminan mutu layanan kesehatan merupakan keseluruhan upaya yang bertujuan
untuk memberikan suatu layanan kesehatan yang sesuai dengan standar layanan kesehatan
yang disepakati. Pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan menjamin bahwa mutu
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien akan selalu memenuhi persyaratan mutu
layanan kesehatan yang ditetapkan sehingga masyarakat yakin bahwa layanan kesehatan
yang diberikan adalah layanan yang bermutu (Pohan, 2013).
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium klinik adalah semua kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium klinik
(Kemenkes, 2013). Secara umum, mutu laboratorium dipengaruhi oleh dua komponen dasar,
yaitu mutu pemeriksaan dan mutu pelayanan. Mutu pemeriksaan dipengaruhi oleh dua hal
pokok, yaitu akurasi dan presisi. Pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium memiliki mutu
yang baik apabila akurasi dan presisinya baik (Sukorini dkk., 2010).
Dalam upaya mencapai pemeriksaan yang bermutu diperlukan strategi dan perencaan
manajemen mutu. Salah satu model strategi yang digunakan adalah Quality Manajemen
Scence (QMS) yang dikenal dengan model Five-Q Framework. Model tersebut menerapkan
beberapa komponen dalam mencapai tujuan kualitas yang hendak dituju (Sukorini dkk., 2010).
Komponen tersebut meliputi :
a. Quality Planning (QP) Pada saat akan menentukan jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan di laboratorium, perlu merencanakan dan memilih jenis metode, reagen, bahan,
alat, sumber daya manusia dan kemampuan yang dimiliki laboratorium.

7
b. Quality Laboratory Practice (QLP) Quality laboratory practice adalah membuat pedoman,
petunjuk dan prosedur tetap yang merupakan acuan setiap pemeriksaan laboratorium,
digunakan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya variasi yang akan
mempengaruhi mutu pemeriksaan
c. Quality Control (QC) Quality control untuk pengawasan sistematis periodik terhadap : alat,
metode dan reagen. QC lebih berfungsi untuk mengawasi, mendeteksi persoalan dan
membuat koreksi sebelum hasil dikeluarkan. Quality control adalah bagian dari quality
assurance, dimana quality assurance merupakan bagian dari total quality manajement.
d. Quality Assurance (QA) QA merupakan pengamatan keseluruhan input-process-output /
outcome, dan menjamin pelayanan dalam kualitas tinggi dan memenuhi kepuasan
pelanggan. QA mengukur kinerja pada tiap tahap siklus tes laboratorium meliputi tahap
pra analitik, analitik dan pasca analitik. Tujuan QA adalah untuk mengembangkan
produksi hasil yang dapat diterima secara konsisten, sehingga lebih berfungsi untuk
mencegah kesalahan terjadi (antisipasi error).
e. Quality Improvement (QI) Melakukan QI dapat mencegah dan memperbaiki
penyimpangan yang mungkin terjadi selama proses pemeriksaan berlangsung yang
diketahui dari quality control dan quality assessment. Setelah masalah tersebut
diselesaikan, hasilnya akan digunakan sebagai dasar untuk proses quality planning dan
quality process laboratory berikutnya.
Menurut Hadi (2000) dalam Latifah (2018) hasil uji analisa laboratorium dikatakan
bermutu tinggi apabila data hasil uji tersebut dapat memuaskan pelanggan dengan
mempertimbangkan aspek-aspek teknis sehingga ketepatan dan ketelitian yang tinggi dapat
dicapai, dan data tersebut harus terdokumentasi dengan baik sehingga dapat dipertahankan
secara ilmiah. Kegiatan jaminan mutu atau pemantapan mutu (quality assurance)
mengandung komponen komponen meliputi pemantapan mutu internal, pemantapan mutu
eksternal, verifikasi, validasi hasil, audit, pelatihan dan pendidikan (Depkes, 2013)
Pemantapan mutu internal (internal quality control) adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar
tidak terjadi atau mengurangi kejadian penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan
yang tepat menggunakan serum kontrol, dilakukan setiap hari, evaluasi hasil pemantapan
mutu dilakukan oleh laboratorium itu sendiri (Sukorini dkk, 2010). Pemantapan mutu internal
merupakan suatu rangkaian pemeriksaan analitik yang ditujukan untuk mengevaluasi kualitas
data analitik yang juga merupakan bagian dari penjaminan mutu (quality assurance).
Pemantapan mutu atau kontrol kualitas dilakukan dengan memeriksan bahan kontrol yang
telah diketahui rentang kadarnya dan membandingan hasil pemeriksaan alat dengan rentang

8
kadar bahan kontrol tersebut. Sehingga nilai benar (true value) dari kadar bahan kontrol yang
digunakan dapat diketahui (Praptomo, 2018). Pemantapan mutu internal mencakup seluruh
rangkaian kegiatan yang dimulai dari tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik (Depkes,
2013)

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Leukosit, atau sel darah putih, adalah komponen penting dalam sistem kekebalan
tubuh yang bertanggung jawab atas melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit. Mereka
terbentuk di sumsum tulang dan tersebar di seluruh tubuh melalui peredaran darah dan limfe.
Ada lima jenis utama leukosit, yaitu neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil, masing-
masing dengan peran dan fungsi yang unik dalam respons kekebalan tubuh.
Struktur leukosit mencakup inti sel, sitoplasma, dan berbagai organel seluler.
Morfologi leukosit berbeda-beda antara jenisnya, dengan neutrofil memiliki inti multilobuler
dan granula berwarna netral, limfosit memiliki inti besar dan sitoplasma sedikit, monosit
memiliki inti besar dan bentuk tidak teratur, eosinofil memiliki inti bilobuler dan granula
berwarna merah muda, dan basofil memiliki granula besar berwarna biru tua.
3.2 Saran
1. Perkaya penelitian lebih lanjut tentang struktur dan fungsi leukosit untuk pemahaman
yang lebih mendalam tentang peran mereka dalam sistem kekebalan tubuh.
2. Selidiki lebih lanjut tentang mekanisme pembentukan dan diferensiasi leukosit dalam
sumsum tulang untuk memahami lebih baik proses hematopoiesis.
3. Gunakan teknik pencitraan dan analisis seluler canggih untuk mempelajari peran dan
interaksi leukosit dalam respons imun terhadap infeksi dan penyakit.
4. Evaluasi potensi pengembangan terapi berbasis leukosit, seperti terapi sel punca, untuk
pengobatan penyakit autoimun, kanker, dan gangguan kekebalan tubuh lainnya.
5. Terus perbaiki teknik identifikasi dan pengukuran leukosit dalam laboratorium untuk
meningkatkan akurasi diagnosis penyakit dan pemantauan respons terhadap pengobatan.

10
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Andika, O., & Puspitasari, A. ; (2019). Buku Ajar Mata Kuliah Hematologi Diterbitkan oleh UMSIDA
PRESS.
Detikedu (2022). Sel Darah Putih: Struktur, Fungsi, Jenis, dan Jumlahnya dalam Tubuh.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6437056/sel-darah-putih-struktur-fungsi-jenis-dan-
jumlahnya-dalam-tubuh, diakses 13 Februari 2024
Effendi, Z. (2003). Peranan leukosit sebagai anti inflamasi alergik dalam tubuh. Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran. USU: Medan.
Hiremath, P.S., Bannigidad, P., Geeta, S. 2010. Automated Identification and Classification of
White Blood Cells (Leukocytes) in Digital Microscopic Images. IJCA Special Issue on
“Recent Trends in Image Processing and Pattern Recognition” RTIPPR, 2010 Halaman
59. Dept. of Computer Science, Gulbarga University, Gulbarga, Karnataka, India.
Poltekkes Jogja. Bab II Tinjauan Pustaka.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5847/4/Chapter%202.pdf, diakses 13 Februari 2024
Sourav Biojanuari (2023). Sel Darah Putih (Leukosit) – Pengertian, Jenis, Struktur, Fungsi.
https://microbiologynote.com/id/leukosit-sel-darah-putih/, diakses 13 Februari 2024
Wiyanti, A, 2013, Multilayer Perceptron Network Clasification Of White Blood Cell's Components
With Multilayer Perceptron Network, Jurnal Digilib ITS, Surabaya.

11

Anda mungkin juga menyukai