DISUSUN OLEH :
SELVIN DIWANTARI
(PO71341210022)
DOSEN PENGAMPU :
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga Makalah Leukosit ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya.
Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Leukosit ini sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah
ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga Makalah Leukosit ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................14
3.2 Saran...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Darah adalah kumpulan dari cairan, sel-sel dan partikel yang menyerupai sel, yang
mengalir dalam arteri, kapiler, dan vena yang mengangkut oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan
dan membawa karbondioksida dan hasil limbah lainnya (E.Kusumawardani, 2010). Darah
mempunyai fungsi penting dalam sirkulasi.
Fungsi utama darah didalam sirkulasi merupakan media transportasi, pengatur suhu, dan
pengatur keseimbangan cairan asam dan basa. Sel eritrosit tetap berada dalam sirkulasi darah.
Sel-sel mengangkut oksigen secara efektif tanpa meninggalkan pembuluh darah serta cabang-
cabangnya. Sedangkan leukosit fungsinya dijaringan, dan keberadaannya didarah hanya melintas
saja. Trombosit fungsinya pada dinding pembuluh darah, dan dalam sirkulasi tidak mempunyai
fungsi khusus (Frances, K.Widman, 1995).
Jenis sel darah manusia terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit)
dan trombosit (1kanis darah). Sel darah putih (leukosit) merupakan unit yang aktif dari system
pertahanan tubuh. Leukosit berfungsi menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap
setiap agen infeksi yang ada. Terdapat beberapa jenis leukosit, yaitu netrofil, eosinofil, basofil,
monosit, limfosit dan megakarosit. Pada orang dewasa terdapat kira-kira 7000 sel darah putih per
millimeter kubik. Peran sel darah putih (leukosit) yang begitu penting, sehingga seorang manusia
perlu dilakukan pengecekan kadar sel darah putih (leukosit).
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik untuk
jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limpatik untuk jenis tak bergranula (3ka
nisi3ar), berfungsi dalam 3ka ni pertahanan tubuh terhadap infeksi (Sutedjo, 2006).
Leukosit paling sedikit dalam tubuh jumlahnya sekitar 4.000-11.000/mm3. Berfungsi
untuk melindungi tubuh dari infeksi. Karena itu, jumlah leukosit tersebut berubah-ubah dari
waktu ke waktu, sesuai dengan jumlah benda asing yang dihadapi dalam batas-batas yang masih
dapat ditoleransi tubuh tanpa menimbulkan gangguan fungsi (Sadikin, 2002). Meskipun leukosit
merupakan sel darah, tapi fungsi leukosit lebih banyak dilakukan di dalam jaringan. Leukosit
hanya bersifat sementara mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Apabila terjadi peradangan
pada jaringan tubuh leukosit akan pindah menuju jaringan yang mengalami radang dengan cara
menembus dinding kapiler (Kiswari,2014).
beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear yaitu:
A.Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu kira-kira kurang dari 2%
dari jumlah keseluruhan leukosit. Sel ini memiliki ukuran sekitar 14 μm, granula memiliki
ukuran bervariasi dengan susunan tidak teratur hingga menutupi 3ka nis dan bersifat azrofilik
sehingga berwarna gelap jika dilakukan pewarnaan Giemsa. Basofil memiliki granula kasar
3
berwarna ungu atau biru tua dan seringkali menutupi inti sel, dan bersegmen. Warna kebiruan
disebabkan karena banyaknya granula yang berisi 4ka nisi4, yaitu suatu senyawa amina 4ka nisi
yang merupakan metabolit dari asam amino histidin.
Basofil jarang ditemukan dalam darah normal. Selama proses peradangan akan
menghasilkan senyawa kimia berupa heparin, 4ka nisi4, beradikinin dan serotonin. Basofil
berperan dalam reaksi hipersensitifitas yang berhubungan dengan 4ka nisi4ar4in E (IgE)
(Kiswari,2014).
B.Eosinofil
Eosinofil dalam tubuh yaitu sekitar 1-6%, berukuran 16 μm. Berfungsi sebagai
fagositosis dan menghasilkan 4ka nisi terhadap antigen yang dikeluarkan oleh parasit. Masa
hidup eosinofil lebih lama dari neutrofil yaitu sekitar 8-12 jam (Kiswari, 2014).
Eosinofil 4ka ni sama dengan neutrofil tapi pada eosinofil, granula sitoplasma lebih kasar
dan berwarna merah orange. Warna kemerahan disebabkan adanya senyawa protein kation (yang
bersifat basa) mengikat zat warna golongan 4ka nis asam seperti eosin, yang terdapat pada
pewarnaan Giemsa. Granulanya sama besar dan teratur seperti gelembung dan jarang ditemukan
lebih dari 3 lobus inti. Eosinofil lebih lama dalam darah dibandingkan neutrofil (Hoffbrand, dkk.
2012).
Eosinofil akan meningkat jumlahnya ketika ditemukan penyakit alergi, penyakit 4ka
nisi4, penyakit kulit, kanker, flebitis, tromboflebitis, leukemia mielositik kronik (CML),
emfisema dan penyakit ginjal. Sedangkan pada orang 4ka ni, pemberian steroid per oral atau
injeksi, luka bakar, syok dan hiperfungsiadrenokortikal akan ditemukan jumlah eosinofil yang
menurun (Riswanto, 2013).
4
C.Neutrofil
Neutrofil berukuran sekitar 14 μm, granulanya berbentuk butiran halus tipis dengan sifat
netral sehingga terjadi percampuran warna asam (eosin) dan warna basa (metilen biru), sedang
pada granula menghasilkan warna ungu atau merah muda yang samar (Nugraha 2015). Neutrofil
berfungsi sebagai garis pertahanan tubuh terhadap zat asing terutama terhadap bakteri. Bersifat
fagosit dan dapat masuk ke dalam jaringan yang terinfeksi. Sirkulasi neutrofil dalam darah yaitu
sekitar 10 jam dan dapat hidup selama 1-4 hari pada saat berada dalam jaringan ekstravaskuler
(Kiswari,2014).
Neutrofil adalah jenis sel leukosit yang paling banyak yaitu sekitar 50-70% diantara sel
leukosit yang lain. Ada dua macam netrofil yaitu neutrofil batang (stab) dan neutrofil segmen
(polimorfonuklear) (Kiswari,2014). Perbedaan dari keduanya yaitu neutrofil batang merupakan
bentuk muda dari neutrofil segmen sering disebut sebagai neutrofil tapal kuda karena
mempunyai inti berbentuk seperti tapal kuda. Seiring dengan proses pematangan, bentuk intinya
akan bersegmen dan akan menjadi neutrofil segmen. Sel neutrofil mempunyai sitoplasma luas
berwarna pink pucat dan granula halus berwarna ungu (Riswanto,2013).
Neutrofil segmen mempunyai granula sitoplasma yang tampak tipis (pucat), sering juga
disebut neutrofil polimorfonuklear karena inti selnya terdiri atas 2-5 segmen (lobus) yang
bentuknya bermacam-macam dan dihubungkan dengan benang kromatin. Jumlah neutrofil
segmen yaitu sebanyak 3-6, dan bila lebih dari 6 jumlahnya maka disebut dengan neutrofil
hipersegmen (Kiswari,2014).
5
Tanpa granula dalam sitoplasma:
D.Limfosit
c.Sel natural killer. Sel pembunuh alami (natural killer, NK)dapat membunuh sel tubuh yang
tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau telah
menjadi kanker
E.Monosit
6
Jumlah monosit kira-kira 3-8% dari total jumlah leukosit. Monosit memiliki dua fungsi
yaitu sebagai fagosit mikroorganisme (khusunya jamur dan bakteri) serta berperan dalam reaksi
imun (Kiswari,2014).
Monosit merupakan sel leukosit yang memiliki ukuran paling besar yaitu sekitar 18 μm,
berinti padat dan melekuk seperti ginjal atau biji kacang, sitoplasma tidak mengandung granula
dengan masa hidup 20-40 jam dalam sirkulasi. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang
dalam berbentuk tapal kuda. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi
lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak
mitokondria. Aparatus Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan
mikrotubulus pada daerah identasi inti. Monosit terdapat dalam darah, jaringan ikat dan rongga
tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai
tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya (Effendi, 2003).
Leukosit atau sel darah putih adalah sel-sel di dalam darah yang membantu tubuh
melawan infeksi dan beberapa penyakit. Ketika jumlah sel putih dalam darah melebihi batas
normal, maka kondisinya disebut leukositosis. Jumlah leukosit cukup tinggi mampu membuat
darah menjadi sangat tebal, sehingga tidak 7ka mengalir dengan baik.
Pada kondisi normal, biasanya kita memiliki sekitar 4.000 sampai 11.000 leukosit per
mikroliter darah jika tidak sedang hamil hamil. Lebih tinggi dari itu maka kondisinya dianggap
leukositosis. Jumlah sel darah putih yang mencapai 20.000 per mikroliter biasanya menandakan
infeksi yang parah atau kanker di suatu bagian tubuh.
Ada tiga tes yang digunakan dokter untuk menentukan mengapa sel darah putih lebih tinggi dari
batas normal, yaitu:
Tes ini 7ka ni selalu dilakukan ketika jumlah leukosit lebih tinggi dari normal dan penyebabnya
tidak diketahui. Untuk tes ini, darah yang diambil dari pembuluh darah akan dimasukan dalam
7
mesin untuk mengidentifikasi persentase setiap jenis leukosit. Mengetahui jenis yang memiliki
persentase lebih tinggi dari normal membantu dokter mengidentifikasi penyebab leukositosis.
Tes ini dilakukan ketika neutrofilia atau limfositosis ditemukan karena dokter dapat melihat
apakah ada terlalu banyak jenis leukosit yang berbeda. Untuk tes ini, lapisan tipis sampel darah
dioleskan pada slide. Kemudian, sampel tersebut diidentifikasi melalui mikroskop untuk mencari
tahu penyebabnya.
Ketika sejumlah besar jenis neutrofil tertentu ditemukan pada apusan tepi, maka dokter dapat
melakukan tes ini. Sampel sumsum tulang perlu dikeluarkan dari pusat tulang (biasanya di
bagian pinggul) dengan jarum panjang. Setelah sampel berhasil di ambil, dokter atau petugas
laboratorium akan memeriksanya di bawah mikroskop. Tes ini dapat 8ka ni tahu dokter jika ada
sel-sel abnormal atau masalah dengan produksi atau pelepasan sel-sel dari sumsum tulang.
8
pipet mikro, pipet 9ka nis, tabung reaksi counter sel, kamar hitung Improved Neubauer dan
Mikroskop (Jevianty,2016).
Dalam perhitungan sel leukosit pada alat manual Improved Neubauer sangat sulit untuk
mengontrol atau mendapat akurasi dan presisinya (Cadena-herrera et al. 2015), hal ini
disebabkan karna sel leukosit bercampur dengan kotoran pada objek gelas maka pada saat
pembacaan hitung jumlah leukosit memerlukan waktu yang cukup lama agar diperoleh hasil
yang maksimal (Hansen et al. 2006).
Keuntungan dari metode manual adalah mesin penghitung otomatis tidak dapat
diandalkan dalam menghitung sel abnormal, atau ketika jumlah sel sangat tinggi sehingga
analyzer tidak mampu menghitungnya. Pada keadaan ini Gambar 2.7 Area Tempat Hitung
Jumlah Leukosit (Gandasoebrata.R, 2007).
9
a. Kamar Hitung
Kamar hitung yang sebaiknya dipakai adalah yang memakai garis bagi “improved neubauer”.
Luas seluruh bidang yang dibagi adalah 9 mm2 dan bidang itu dibagi lagi menjadi 9 “bidang
besar” sehingga memliki luas masing-masing 1 mm2. Dan bidang besar dibagi lagi menjadi 16
”bidang sedang” yang luas adalah masing-masing ¼ x ¼ mm². Bidang besar yang letaknya
ditengah-tengah berlainan pembagiannya : ia dibagi menjadi 25 bidang dan tiap bidang itu dibagi
menjadi 16 “bidang kecil”. Dengan demikian jumlah bidang kecil itu seluruhnya 400 buah,
masing-masing luasnya 1/20 x 1/20 mm². Tinggi kamar hitung, yaitu jarak antara permukaan
yang bergaris-garis dan kaca penutup yang terpasang adalah 1/10 mm. Maka volume diatas tiap-
tiap bidang menjadi sebagai berikut :
1 bidang kecil = 1/20 x 1/20 x 1/10 = 1/4000 mm²
1 bidang sedang = ¼ x ¼ x 1/10 = 1/160 mm³
1 bidang besar = 1 x 1 x 1/10 = 9/10 mm³
Seluruh bidang yang dibagi = 3 x 3 x 1/10 = 9/10 mm³
10
Gambar 2.7 Area Tempat Hitung Jumlah Leukosit
(Gandasoebrata.R, 2007)
b. Kaca Penutup
Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukan bagi kamar hitung, dimana lebih
tebal dari kaca penutup biasa, yang dibuat dengan sangat datar. Dan hanya dalam keadaan
darurat kaca penutup biasa boleh dipakai.
c. Pipet Thoma
Pengenceran leukosit (pipet leukosit) dengan memakai pipet thoma terdiri atas sebuah pipa
kapiler yang bergaris–bagi dan membesar pada salah satu ujung menjadi bola. Dan terdapat
sebutir kaca putih didalam bola tersebut. Pada pertengahan pipa kapiler itu ada garis bertanda
angka ”0,5” dan ada bagian atasnya, yaitu dekat bola, terdapat garis bertanda “1,0”. Di atas bola
ada angka lain lagi, yaitu pada garis tanda “11”. Perhatikan bahwa angka–angka itu bukanlah
menandakan satu volume yang mutlak melainkan perbandingan volume. Yang penting dan yang
menentukan adalah pengenceran darah yang terjadi dalam pipet tersebut. Seandainya lebih dulu
diisap darah sampai garis tanda “0,5” kemudian cairan pengencer sampai garis-tanda “11”, maka
darah dalam bola pipet itu diencerkan 20 kali.
Kesalahan-kesalahan pada tindakan menghitung Leukosit.
a. Jumlah darah / larutan Turk yang dihisap ke dalam pipet tidak tepat.
c. Kamar hitung atau kaca penutup dalam keadaan kotor dan berminyak.
11
e. Letaknya kaca penutup salah.
1. Efisiensi Waktu
Waktu yang dibutuhkan lebih cepat dalam pemeriksaan, hanya membutuhkan waktu sekitar 2-3
menit saja, bila dibandingkan secara manual serta lebih tanggap dalam melayani pasien.
2. Sampel
Sampel pada pemeriksaan hematologi rutin secara manual lebih banyak membutuhkan sampel
darah (whole blood). Sedangkan pada alat Automatic prosedur yang dilakukan dalam
pemeriksaan hanya membutuhkan sampel darah 20 mikro saja.
12
3. Ketepatan hasil
Hasil yang dikeluarkan oleh alat hematologi analyzer ini biasanya sudah melalui quality control
yang dilakukan oleh intern laboratorium tersebut, baik di institusi Rumah Sakit ataupun
Laboratorium Klinik pratama.
B. Kerugian hematologi analyzer
Pemeriksaan oleh hematologi analyzer ini tidak selamanya mulus, kenyataannya alat ini
juga memiliki beberapa kekurangan seperti dalam hal menghitung sel-sel yang abnormal. Seperti
dalam pemeriksaan hitung jumlah sel, 13ka saja nilai dari hasil hitung leukosit atau trombosit
13ka saja rendah karena ada beberapa sel yang tidak terhitung dikarenakan sel tersebut memiliki
bentuk yang abnormal.
Sumber kesalahan pemeriksaan hitung jumlah leukosit secara 13ka nisi13 diantaranya
yaitu :
a. Alat bekerja tidak stabil atau alat tidak berfungsi dengan normal dan alat tidak bekerja dengan
baik karena keadaan alat yang kotor
b. Alat bekerja tidak teliti, tidak tepat dan tidak peka karena alat belum dikalibrasi
Nilai normal
Jenis leukosit Persen (%) Absolut (x10^9/L)
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik untuk
jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limpatik untuk jenis tak bergranula (14ka
nisi14ar), berfungsi dalam 14ka ni pertahanan tubuh terhadap infeksi. Leukosit paling sedikit
dalam tubuh jumlahnya sekitar 4.000-11.000/mm3. Berfungsi untuk melindungi tubuh dari
infeksi.Ada beberapa jenis sel leukosit yaitu,basofil,eosinofil,neutrofil,limfosit,dan monosit.Ada
dua metode pemeriksaan hitung sel leukosit :
Pemeriksaan leukosit menggunakan metode Manual yaitu menghitung leukosit dalam darah
dengan melibatkan pengenceran, pengisian bilik hitung dan menghitung jumlah leukosit dalam
bilik hitung menggunakan mikroskop.
Sebaiknya kepada para pembaca memahami isi makalah tersebut, sehingga para pembaca
dapat mengerti apa isi makalah tersebut, tapi tidak hanya mengerti 14ka nisi makalah ini tetapi
pembaca juga akan mendapatkan suatu ilmu yang sangat bermanfaat yang nantinya dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/1214/3/BAB%20II.pdf
http://www.jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/index.php/m/article/view/18
15