Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN PEMBELAJARAN DARING PROFESI NERS

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL


ANGKATAN XXVIII

Oleh :
Nama : Yulia Aisyah Nuribu, S.Kep
NIM : 212311101110
Kelompok : D3
Pembimbing : Ns. Ruris Haristiani, S.Kep., M.Kes

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021

i
LAPORAN PENDAHULUAN (ANEMIA)

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL

Disusun guna memenuhi tugas profesi Stase Keperawatan Medikal


Dosen pembimbing : Ns. Ruris Haristiani, S.Kep., M.Kes

Oleh :
Yulia Aisyah Nuribu, S.Kep
NIM 212311101110

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
1.1 Definisi Anemia ................................................................................................. 4
1.2 Review Anatomi dan Fisiologi Anemia .............................................................. 5
1.3 Epidimiologi Anemia ......................................................................................... 7
1.4 Etiologi Anemia ................................................................................................. 8
1.5 Klasifikasi Anemia (Jika ada) ............................................................................. 10
1.6 Patofisiologi Anemia........................................................................................... 12
1.7 Manifestasi Klinis Anemia ................................................................................. 12
1.8 Pemeriksaan Penunjang Anemia ......................................................................... 13
1.9 Penatalaksanaan Medis Anemia ......................................................................... 15
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI.......................17
3.1 Pengkajian ...........................................................................................................29
3.2 Analisis Data .......................................................................................................35
3.3 Intervensi .............................................................................................................37
3.4 Implementasi ........................................................................................................47
3.5 Evaluasi ...............................................................................................................51
BAB 3. PATHWAYS ...............................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................55

iii
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi
Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah sehat,
volume sel darah merah dan jumlah hemoglobin. Hipoksia terjadi karena tubuh kekurangan
suplai oksigen. Anemia juga mencerminkan kondisi patogenik yang mengarah pada
abnormalitas jumlah, struktur dan fungsi sel darah merah dalam tubuh (Joyce & Jane,
2014). Anemia juga dapat dikatakan sebagai keadaan dimana, masa eritrosit dan masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh. Secara labolatorium anemia terjadi karena penurunan kadar hemoglobin
serta nilai eritrosit yang tidak normal.
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein
pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2
ke jaringan menurun. Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
dan kadar hematokrit dibawah normal. anemia merupakan penyakit kurang darah yang
ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal (Soebroto, 2010). Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah kurang dari normal, berdasarkan kelompok jenis kelamin orang dewasa,
batas normal dari kadar Hb dalam darah dapat dilihat pada tabel berikut :

4
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa anemia merupakan kurangnya suplai sel
darah merah (eritrosit) dan jumlah hemoglobin dalam tubuh menurun sehingga dapat
mengakibatkan hipoksia, karena kurangnya suplai oksigen didalam tubuh.

1.2. Review Anatomi dan Fisiologi

Darah merupakan cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi transportasi
oksigen, karbohidrat dan metabolik, mengatur keseimbangan asam dan basa, mengatur
suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran), membawa panas tubuh dari pusat produksi
panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh, pengaturan hormon dengan
membawa dan menghantarkan dari kelenjar ke sasaran. Darah adalah cairan yang berwarna
merah tergantung dengan kadar oksigen dan karbon dioksida yang ada didalamnya. Darah
berada dalam tubuh karena kerja pompa jantung. Darah bersifat cair apabila berada di
dalam pembuluh darah, dan apabila berada diluar pembuluh darah akan membeku
(Syaifuddin. 2010). Karakteristik Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya
(elemen pembentuknya) tertahan dan berada dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih
berat dan lebih kental dari pada air yaitu memiliki berat jenis 1,041-1,067 dengan
temperatur 380C dan PH 7,37-7,45. Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah
tua kebiruan, tergantung pada kadar oksigen yang di bawa sel darah merah. Darah pada
tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah
padat). Jumlah darah pada tubuh orang dewasa sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan
atau sekitar 4-5 liter. Jumlah darah tersebut pada setiap orang berbeda-beda. Tergantung
kepada umur, ukuran tubuh, dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa pada
tubuh. Di dalam darah terdapat beberapa sel diantaranya adalah:

5
a. Eritrosit (Sel Darah Merah)

Eritrosit merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah eritrosit pada pria
dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Sel darah
merah berbentuk Bikonkaf, dan warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb).
Fungsi dari sel darah merah sendiri untuk mengikat Oksigen. Sehingga kadar Hb yang
dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia. Usia eritrosit didalam tubuh
manusia sekitar 120 hari. Lalu sel yang telah tua dihancurkan di Limpa. Sehinnga
hemoglobin dirombak, kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu).

b. Lekosit (Sel Darah Putih)

Leukosit memiliki nukleus akan tetapi tidak memiliki hemoglobin. Rentang


hidup lekosit didalam tubuh hanya beberapa hari hingga beberapa jam saja. Lekosit ini
biasanya bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tepat. Orang yang memiliki
kelebihan lekosit biasanya memiliki riwayat penyakit leukimia, sedangkan orang
dengan kekurangan leukosit memiliki riwayat penyakit leukopenia. Jumlah lekosit
didalam tubuh sekitar 4000-11000

Leukosit digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu granulosit dan agranulosit. ciri


dari glanulosit atau granula, memiliki granula pada sitoplasmanya. Ada 3 macam
granulosit, yaitu netrofil atau polimorf (10-12 m), eosinofil (10-12 m) dan basofil
(8-10 m). Ciri dari agranulosit adalah tidak memiliki granula pada sitoplasma. Adapun
2 macam dari agranulosit yaitu limfosit (7-15 m) dan monosit (14-19 m).
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus
atau bakteri. Secara rinci, fungsi dari masing-masing jenis lekosit adalah:

1. Netrofil berfungsi untuk melakukan fagositosi (mematikan agen yang dapat


meyerang siistem kekebalan tubuh seperti bakteri)
2. Eosinofil yang berfungsi untuk melindungi diri dari alergen
3. Basofil yang berfungsi untuk melindungi diri dari alergen
4. Limfosit berfungsi untuk menghasilkan antibiotik untuk melawan antigen
5. Monosit berfungsi untuk melakukan fagositosis

6
c. Trombosit (Keping Darah)
Trombosit dapat juga disebut sebagai sel darah pembeku. Jumlah sel pada orang
dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc. Di dalam trombosit terdapat banyak sekali
faktor pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor).
Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka
orang tersebut biasanya mengalami gangguan Hemofili.

1.3. Epidemiologi
Anemia merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat yang sering dijumpai
diseluruh dunia, terutama dinegara berkembang seperti indonesia. Penduduk dunia yang
mengalami anemia berjumlah sekitar 30% atau 2,20 miliar orang dengan sebagian besar
diantaranya tinggal pada daerah yang tropis. Prevalensi anemia secara global sekitar 51%
(suryani dkk, 2015). Terdapat 1,62 miliyar penduduk dunia mengalami anemia (24,8%)
dengan prevalensi tertinggi terdapat di Asia Tenggara, Afrika Tenggara, dan Afrika Barat.
Kurang lebih terdapat 370 juta wanita di berbagai negara berkembang menderita anemia
defisiensi zat besi dengan 41% diantaranya wanita tidak hamil. Sedangkan prevalensi
anemia di India menunjukkan angka kejadian anemia pada remaja putri sebesar 45%.
Prevalensi anemia di Indonesia sendiri masih terbilang cukup tinggi (Fakhidah & Putri,
2016). Kemenkes RI (2013) menunjukkan angka prevalensi anemia secara nasional pada
semua kelompok umur adalah 21,70%. Prevalensi anemia pada perempuan relatif lebih
tinggi (23,90%) dibanding laki-laki (18,40%). Prevalensi anemia berdasarkan lokasi tempat
tinggal menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di pedesaan memiliki risisko lebih
tinggi (22,80%) dibandingkan tinggal di perkotaan (20,60%) (Priyanto 2018). Prevalensi
anemia di Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. berdasarkan data
Riskesdas tahun 2007, prevalensi anemia sebesar 11,9%. Di Indonesia salah satu penyebab
dari terjadinya anemia itu sendiri karena penggunaan pestisida. Pestisida merupakan bahan
yang digunakan secara luas diberbagai sektor, terutama disektor pertanian tau perkebunan,
kehutanan, perikanan, dan pertanian pangan (Arwin N. M, Suyud, 2016).

7
1.4. Etiologi
Anemia merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh berbagai macam
penyebab. Berdasarkan penyebabnya anemia dapat dibedakan menjadi 4 yaitu (Black J &
Hawks J, 2014) :
A. Akibat Penurunan Produksi Eritrosit
1. Anemia Aplastik terjadi akibat kegagalan produksi, supresi atau destruksi sel induk
di dalam sumsum tulang yang menyebabkan penurunan produksi eritrosit, leukosit
dan trombosit (pansitopenia). Sumsum tulang menunjukkan penurunan yang nyata
pada selularitas.

2. Aplasia Eritrosit terjadi akibat adanya gangguan yang sering mengalami remisi
spontan atau sebagai respon terhadapa terapi kortikosteroid. Aplasia eritrosit yang
di dapat biasanya merupakan komplikasi sementara yang terjadi pada anemi
hemolitik kongental (misalnya anemia sel sabit).
3. Anemia penggantian sumsum (leukoeritroblastik) akibar dari terkenanya rongga
sumsum tulang oleh neoplasma metastatik, limfoma atau leukimia, penyakit
granulomatosa diseminata (misalnya tuberkulosis), ribrosa atau abses multipel
memindahkan dan menggantikan unsur-unsur sumsum normal. Penggantian sel-sel
sumsum yang berproliferse dengan derajat mamadai dapat mengakibatkan anemia,
leukopenia atau trombositopenia.
4. Anemia megaloblastik adalah bagian anemia makrositik yang terjadi karena kelainan
maturasi fase eritropoiesis dalam sumsum tulang. Mengakibatkan prekursor eritroid
membesar dan menunjukkan kegagalan maturasi inti (Black J & Hawks J, 2014).
5. Anemia pernisiosa adalah bentuk anemia megaloblastik yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin B12.

8
6. Anemia defisiensi besi adalah penyebab anemia tersering diseluruh dunia. Anemia
defisiensi besi sering terjadi karena infeksi cacing tambang. Keseimbangan besi
normal diatur terutama oleh perubahan pada absorpsi besi dalam usus untuk
menyesuaikan kehilangan zat besi normal didalam tubuh akibat sekresi, sel-sel
tereksfoliasi dan darah menstruasi. Besi plasma berkompleksi dengan protein
transferin pengikat besi. Plasma normal memiliki transferin yang cukup (kapasitas
pengikat besi) untuk mengikat 250-400 µg besi desiliter darah. Pada orang dewasa
normal, sekitar 30% transfersin mengalami saturasi, besi plasma normal adalah
sebesar 50-150 µ/dl.
7. Anemia penyakit kronik terjadi akibat dari komplikasi penyakit kronik (misal,
infeksi kronik, penyakit kolagen dan neoplasma ganas). Anemia pada kasus ini
disebabkan oleh kegagalan pengankutan cadang besi menuju plasma dan menuju
eritrosit yang sedang berkembang. Han ini menyebabkan kegagalan hemoglobinisasi
dan anemia.
8. Anemia akibat gagal ginjal kronik biasanya terjadi pada pasien gagal ginjal kronik
karena mengalami anemia normokrom normositik yang disebabkan oleh kegagaln
sekresi eritropoietin normal oleh ginjal. Sumsum tulang dapat menunujukkan
hipoplasia ringan pada rangkaian eritroid.
9. Anemia sideroblastik ditandai dengan gambaran eritrosit darah tepi yang
hiprokomik, mikrositik atau dimorfik. Gambaran darah tepi dimorfik adalah
gambaran yang memiliki campuran eritrosit hipokrom mikrositik dan eritrosit
hipokrom makrositik.
B. Anemia Akibat Kehilangan Darah
1. Kehilangan darah akut
Pendarahan akut mengakibatkan hilangnya darah lengkap dari kompartemen
vaskular, menyebabkan hipovolemia dan mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan perfusi organ vital. Pada fase pendarahan akut, nilai darah
meliputi jumlah eritrosit, hemoglobin, dan hematorik adalah normal, karena jumlah
yang hilang seimbang. Kompensasi penting hipovolemia adalah retensi air dan
elektrolit oleh ginjal untuk memulihkan volume darah.
2. Kehilangan darah kronik
Pendarahan kronik pada awalnya dikompensasi oleh hiperplasia eritroid sumsum
tulang dan peningkatan produksi eritrosit. Hal ini berlangsung hingga cadangan besi
habis, yang pada saat itu defisiensi besi menjegah kompensasi yang adekuat. Oleh

9
karena itu, anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah kronik merupakan
anemia defisiensi besi dan dibahas dibawah judul tersebut.
C. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik adalah kondisi dimana hancurnya eritrosit lebih cepat
dibandingkan dengan penbentukannya. Anemia hemolitik disebabkan oleh peningkatan
kecepatan destruksi eritrosit yang diikuti dengan ketidakmampuan sumsum tulang
dalam memproduksi sel eritrosit untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap
berkurangnya sel eritrosit. Penghancuran sel eritrosit yang berlebih dapat menyebabkan
terjadinya hiperplasi sumsum tulang shingga prosuksi sel eritrosit akan meningkat dari
angka normalnya. Hal ini terjadi apabila umur eritrosit kurang dari 120 hari menjadi
15-20 hari tanpa diikuti dengan anemia. Namun bila sumsum tulang tidak mampu
mengatasi kedaan tersebut akan mengakibatkan anemia (Reni & Dwi. 2018).
D. Anemia hemolitik diperantarai imun
1. Anemia hemolitik autoimun adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan
hemolisis yang terjadi akibat adanya autoantibodi, dengan spesififitas terhadap
antigen golongan darah. Terikatnya autoantibodi pada membram eritrosit dapat
terjadi secara maksimal pada suhu tubuh (37℃, antibodi hangat) atau pada 4℃
(antibodi dingin).
2. Anemia hemolitik isoimun adalah anemia yang setiap eritrositnya mengalami lisis
akibat aktivitas antibodi individu pada tranfusi darah (eritrosit donor yang tidak
cocok dilisinya oleh antibodi di dalam plasma resipien) maupun pada penyakit
hemolisis bayi baru lahir (eritrisot janinnya dilisis oleh antibodi maternal yang telah
melewati plasenta).

1.5. Klasifikasi
Anemia diklasifikasikan menjadi dua golongan, diantaranya yaitu:
1. Klasifikasi anemia berdasarkan etiologi
Anemia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya (Black J & Hawks J, 2014):
a. Penurunan produksi sel darah merah
Pembuatan sel darah merah akan terganggu apabila zat gizi yang diperlukan tidak
mencukupi. Usia sel darah merah pada umumnya 120 hari dan jumlah sel darah
merah harus dipertahankan. Zat yang dibutuhkan oleh sumsum tulang untuk
pembentukan hemoglobin antara lain yaitu vitamin (B12, B6, C, E, asam folat
tiamin, riboflavin, asam pantotenat), protein, dan hormon (eritropoetin, androgen

10
dan tiroksin). Prosuksi sel darah merah dapat terganggu karena pencernaan yang
tidak berfungsi dengan baik (malabsorpsi) atau kelainan lambung sehingga zat gizi
penting tidak dapat diserap (Sudargo & Hidayati. 2018).
b. Peningkatan kecepatan penghancuran darah (hemolisis)
c. Kehilangan darah
Pada wanita dewasa biasanya kehilangan darah dalam jumlah banyak terjadi karena
menstruasi. Menstruasi menyebabkan kehilangan zat besi 1 mg/hari pada
perempuan, sedangkan wanita hamil (aterm) sekitar 900mg zat besi dibutuhkan oleh
janin dan plasenta yang diperoleh dari ibu hamil serta pendarahan waktu partus
merupakan penyebab anemia paling sering pada masa ini (Sudargo & Hidayati.
2018).
2. Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi
Berdasarkan gambaran morfologi, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Anemia Normositik Normokromik
Anemia normositik normokromik disebabkan karena terjadi pendarahan akut,
hemolisis dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi
penurunan jumlah eritrosit dan tidak disertai dengan perubahan konsentrasi
hemoglobin dengan indeks eritrositnya yaitu (MCV 80-95fl, MCH 27-34 PG).
b. Anemia Makrositik Hipokromik
Anemia yang terjadi karena ukuran eritrosit yang lebih besar dari nilai normal dan
hiperkromik karena konsentrasi hemoglobin lebih normal (indeks eritrosit:
MCV>95fl). Biasanya ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin
B12, asam folat), serta ditemukan pada anemia mikrositik non-megaloblastik
(penyakit hari dan myelodisplasia).
c. Anemia Mikrositik Hipokromik
Anemia yang terjadi karena ukuran eritrosit yang lebih kecil dari nilai normal dan
mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari nilai normal (indeks
eritrosit: MCV<80fl, MCH<27 pg). Biasanya terdapat penyebab dari terjadinya
anemia mikrositik hipokromik, yaitu:
1. Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi
2. Berkurangnya Sintesis Globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati
3. Berkurangnya Sintesis Heme: Anemia Sideroblastik

11
1.6. Patofisiologi
Transpor oksigen akan terganggu oleh anemia. Kurangnya hemoglobin atau rendahnya
jumlah sel darah merah, menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke jaringan dan
meyebabkan hipoksia. Tubuh berusaha mengompensasi hipoksia jaringan dengan
meningkatkan kecepatan produksi sel darah merah, meningkatkan curah jantung dengan
meningkatkan volume atau frekuensi denyut jantung, distribusi ulang darah dari jaringan
yang membutuhkan sedikit oksigen ke daerah yang membutuhkan banyak oksigen, serta
menggeser kurva disosiasi hemoglobin oksigen ke arah kanan untuk mempermudah
pelepaan oksigen ke jaringan pada tekanan parsial oksigen yang sama (Black J & Hawks J,
2014)

1.7. Manifestasi Klinis


Manifestasi yang menyertai timbulnya anemia adalah akibat dari tubuh yang berkreasi
terhadap hipoksia. Gejala yang muncul bervariasi tergantung dengan tingkat keparahan dan
kecepatan hilangnya darah, lamanya anemia yang diderita, usia, dan adanya kelainan yang
lain. Kadar hemoglobin (HB) biasanya digunakan untuk melihat tingkat keparahan dari
anemia. Orang dengan anemia ringan (kadar HB 10-14 g/dl) biasanya asimtomatis. Gejala
klinis muncul biasanya akibat dari kerja yang terlalu keras. Orang dengan anemia sedang
(kadar HB 6-10 g/dl) biasanya terjadi dispnea, demam, diaforesi (keringat berlebih) saat
beraktifitas dan kelelahan. Beberapa orang dengan anemia berat (kadar HB kurang dari 6
g/dl) biasanya pada orang dengan gagal ginjal kronik dan asimtomatis karena anemia yang
terjadi secara bertahap. Pemeriksaan eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit
untuk melihat adanya anemia. Spesimen sumsum dilakukan untuk menentukan tipe dari
anemia. Serta asupan perifer atau darah tepi (indeks eritrosit) digunakan untuk menentukan
ukuran dari eritrositnya itu sendiri (Black J & Hawks J, 2014).
1.8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tarwoto (2010) pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:

12
1.8.1 Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran


kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang. Pada
pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sederhana seperti Hb sachli.

b. Penentuan Indeks Eritrosit

Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dapat dihitung dengan


flowcytometri atau menggunakan rumus:

1. Mean Corpusculer Volume (MCV) adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan
menurun apabila kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai
berkembang. MCV ini salah satu indikator kekurangan zat besi yang spesiflk
setelah thalasemia dan anemia penyakit kronis disingkirkan. Dihitung dengan
membagi hematokrit dengan angka sel darah merah. Nilai normal 70-100 fl,
mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl.

2. Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH) adalah berat hemoglobin rata-rata dalam


satu sel darah merah. Dihitung dengan membagi hemoglobin dan angka sel darah
merah. Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31
pg.

c. Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)


MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung dengan membagi
hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30- 35% dan hipokrom < 30%.
d. Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer
Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan memperhatikan ukuran, bentuk inti dan sitoplasma sel darah merah.
Dilakukan dengan menggunakan flowcytometry hapusan darah yang dapat dilihat
pada kolom morfology flag.
e. Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW)
Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah merah yang masih relatif
baru, dipakai secara kombinasi dengan parameter lainnya untuk membuat klasifikasi
anemia. RDW merupakan variasi dalam ukuran sel merah untuk mendeteksi tingkat

13
anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan nilai RDW salah satu manifestasi
hematologi paling awal dari kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi serum,
jenuh transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan naiknya RDW
adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi, dan apabila disertai dengan
eritrosit protoporphirin dianggap menjadi diagnostik. Nilai normal 15 %.
f. Eritrosit Protoporfirin (EP)
EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya membutuhkan beberapa
tetes darah dan pengalaman tekniknya tidak terlalu dibutuhkan. EP naik pada tahap
lanjut kekurangan besi eritropoesis, dan naik secara perlahan setelah serangan
kekurangan besi terjadi. Keuntungan EP adalah stabilitasnya dalam individu,
sedangkan besi serum dan jenuh transferin rentan terhadap variasi individu. EP secara
umum dipakai dalam survei populasi walaupun dalam praktik klinis masih jarang.
g. Besi Serum (Serum Iron = SI)
Besi serum ini peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun setelah
cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi serum
karena variasi diurnal yang luas dan spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang
rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun donor, pada kehamilan, infeksi
kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Besi serum dipakai
kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang spesifik
h. Serum Transferin (Tf)
Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersamaan dengan besi serum.
Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan besi dan dapat menurun secara
pada peradangan akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan keganasan. Transferrin
Saturation (Jenuh Transferin) adalah rasio besi serum dengan kemampuan mengikat
besi, merupakan indikator yang paling akurat dari suplai besi ke sumsum tulang.
Penurunan jenuh transferin dibawah 10% merupakan indeks kekurangan suplai besi
yang meyakinkan terhadap perkembangan eritrosit. Jenuh transferin dapat menurun
i. Serum Feritin
Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan untuk menilai jumlah hemosiderin
dalam sel-sel retikulum. Karakteristik dari kekurangan zat besi adalah tidak ada besi
retikuler. Keterbatasan metode ini seperti sifat subjektifnya sehingga tergantung
keahlian pemeriksa, jumlah struma sumsum yang memadai dan teknik yang
dipergunakan. Pengujian sumsum tulang adalah suatu teknik invasif, sehingga sedikit
dipakai untuk mengevaluasi cadangan besi dalam populasi umum.

14
j. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif untuk menentukan
cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara luas dipakai dalam praktek klinik dan
pengamatan populasi. Serum feritin < 12 ug/l sangat spesifik untuk kekurangan zat
besi, yang berarti kehabisan semua cadangan besi, sehingga dapat dianggap sebagai
diagnostik untuk kekurangan zat besi. pada penyakit peradangan. Jenuh transferin
umumnya dipakai pada studi populasi yang disertai dengan indikator status besi
lainnya. Tingkat jenuh transferin yang menurun dan serum feritin sering dipakai untuk
mengartikan kekurangan zat besi. Jenuh transferin dapat diukur dengan perhitungan
rasio besi serum dengan kemampuan mengikat besi total (TIBC), yaitu jumlah besi
yang bisa diikat secara khusus oleh plasma
1.9. Penatalaksanaan Medis
Terapi Farmakologi
1. Pemberian preparat zat besi seperti sulfas ferosus(dosis : 3x 200 mg)
ferro glukonal 3x 200 mg per hari atau bisa diberikan obat per orall 250 mg Fe (dosis :
3 mg/ kg BB)
2. Iron dextran mengandung Fe 50 mg/ml dengan IM, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari.
3. Pemberian Vitamin C (dosis 3x 100 mg/hari)
4. Hydroxycobalamin IM 200 mg/hari atau 1000 mg diberikan setiap minggu selama 7
minggu.
5. Pemberian Vitamin B12 oral.
6. Asam folat 0.1-5 mg setiap hari.
7. Pemberian kortikosteroid
8. Transplantasi sum-sum tulang
9. Tranfusi darah
1. Terapi Non Farmakologi
Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut (Black J & Hawks J, 2014):
1. Terapi Oksigen
Diberikan kepada klien dengan anemia berat, karena darah mengalami penurunan
mengikuti oksigen. Oksigen dapat mencegah hipoksia dan mengurangi beban
jantung karena rendahnya kadar HB
2. Eritripoetin

15
Injeksi eritropoetin dari subkutan diberikan kepada pasien anemia kronik, karena
obat ini akan membantu meningkatkan produksi sel darah merah. supaya terapi ini
efektif, pasien diharuskankan memiliki sumsul tulang yang normal dan asupan
nutrisi yang memadai.
3. Penggantian zat besi
Zat besi ni diberikan per oral pada kebuthan yang segera atau pada saat kebutuhan
tubuh diatas normal (biasanya pada kehamilan). pemberian per oral ini dilakukan
karena mudah dan harganya yang relatif murah. Biasanya obat yang digunakan yaitu
fero sulfat (feosol) atau fero glukanat (fergon), 200-325 mg dosis dengan melalui
oral ¾ kali pemberian/hari setelah makan. konsumsi zat besi dengan vitamin C akan
membantu penyerapan dari zat besi. pasien biasanya menerima suplementasi zat besi
selama 6 bulan agar dapat disimpan dalam tubuh. efek samping dari hal tersebut
biasanya terjadi mual, muntah, konstipasi atau diare dan feses berwarna hitam.
4. Terapi komponen darah
Terapai ini digunakan untuk terapi penyakit hematologi dan beberapa prosedur
bedah yang bergantung pada produksi darah. produksi darah yang didapatkan dari
orang lain disebut homolog, sedangkan prosuksi darah yang diinfuskan kembali daru
tubuh pasien sendiri disebut autolog.

16
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Anemia Secara Teori

A. Identitas Pasien
Anemia lebih sering terjadi pada umur 14-15 tahun (WHO 2011), sedangkan menurut
jenis kelamin Kemenkes RI (2013) menunjukkan angka prevalensi anemia pada
perempuan relatif lebih tinggi (23,90%) dibanding laki-laki (18,40%), prevalensi anemia
berdasarkan lokasi tempat tinggal (alamat) menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal
di pedesaan memiliki risisko lebih tinggi (22,80%) dibandingkan tinggal di perkotaan
(20,60%) (Priyanto 2018, pendidikan, pekerjaan yang beresiko terjadinya anemia salah
satunya yaitu penggunaan pestisida, karena pestisida merupakan bahan yang digunakan
secara luas diberbagai sektor, terutama disektor pertanian atau perkebunan, kehutanan,
perikanan, dan pertanian pangan (Arwin N. M, Suyud. 2016).

B. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medis
Diagnosa medis Anemia.
2. Keluhan utama
Pada klien dengan anemia biasanya keluhan yang paling khas adalah pusing, pucat,
kelelahan dan kelemahan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan pengembangan dari keluhan utama pasien
dengan menggunakan metode PQRST.
P (paliatif/profokatif) : sesuatu yang membuat keluhan menjadi berat atau ringan
Q (quality) : bagaimana keluhan yang dirasakan (pada anemia, klien bisanya
merasakan lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa)
R (Ronsil) : tempat keluhan dirasakan (biasanya pasien mengeluhkan mula,
muntah)
S (scale) : seberapa besar keluhan dirasakan
T (timing) : kapan keluhan dirasakan

4. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit terdahulu merupakan pengkajian mengenai penyakit yang pernah
diderita klien, yang berhubungan dengan anemia maupun tidak.

17
5. Riwayat penyakit keluarga
Pada riwayat keluarga yang dikaji adalah riwayat dari anggota yang memiliki penyakit
sama seperti klien, penyakit menular seperti TBC, penyakit keturunan seperti DM,
Hipertensi, jantung dan asma. Jika ada riwayat penyakit keturunan selanjutnya dibuat
genogram.

C. Pola Fungsingonal
1. Pola persepsepsi kesehatan dan management kesehatan
Pada klien dengan anemia menggambarkan pola pikir kesehatan klien, keadaan sehat
dan bagaimana memeliharaan kondisi kesehatan. Termasuk persepsi individu tentang
status dan riwayat kesehatan, hubungan dengan aktiv dan rencana yang akan datang
serta usaha-usaha preventif yang dilakukan klien untuk menjaga kesehatannya.
2. Pola nutrisi metabolik
a. Makan
Pada klien dengan anemia dikaji tentang frekuensi makan, jenis diet, porsi makan,
riwayat alergi terhadap suatu jenis makanan tertentu. Bisanya mengalami
penurunan nafsu makan karena badan yang terasa lemas.
b. Minum
Pada klien dengan anemia dikaji tentang jumlah dan jenis minuman setiap hari dan
tidak ada perubahan pada pola minum pada klien.
c. Pola eliminasi
Pada klien dengan anemia meliputi kebiasaan BAK dan BAB, warnanya,
konsisten, frekuensi dan bau baik sebelum masuk kerumahan sakit atau saat masuk
rumah sakit. klien anemia tidak mengalami perubahan dalam pola eliminasinya.
d. Pola aktivitas
Pada klien dengan anemia dikaji tentang kegiatan dalam pekerjaan, mobilisasi, ola
raga, kegiatan diwaktu luang dan apakah keluhan yang dirasakan klien
mengganggu aktivitas klien tersebut. Aktivitas pada klien anemia biasanya
terganggu karena pola istirahat yang tidak teratur, keletihan atau kelemahan yang
dialami klien.
e. Pola istirahat tidur
Pada klien dengan anemia waktu tidur, lamanya tidur setiap hari, apakah ada
kesulitan dalam tidur. Dan biasanya pola tidurnya sering terganggu pada malam

18
hari dan pasien merasakan gelisah akan kondisinya atau kare pola aktivitas pada
saat pagi hari.
f. Pola kognitif dan perseptual
Pada klien dengan anemia penglihatan, pendengaran, rasa, bau, sentuhan,
kemampuan bahasa, kemampuan membuat keputusan, ingatan, ketidaknyamanan
dan kenyamanan. pada klien anemia poal kognitif tidak terlalu terganggu, akan
tetapi kemampuan dalam mengambil keputusan tidak seperti biasanya.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Pada klien dengan anemia menggambarkan bahwa body image, identitas diri, harga
diri, peran diri, ideal diri dan klien dengan riwayat penyakit anemia itu biasanya
menginginkan kesmbuhan supaya dapat beraktivitas kembali seperti biasanya
h. Pola peran hubungan sosial
Pada klien dengan anemia menggambarkan pola hubungan keluarga dan
masyarakat, masalah keluarga dan masyarakat, peran dan tanggung jawab dalam
keseharian akan terganggua karena keadaan yang lemah dan tidak bisa beraktivitas
seperti biasanya.
i. Pola koping toleransi stres
Pada klien dengan anemia koping yang didapatkan klien biasanya dukungan dari
keluarga dan kedekatan keluarga kepada klien.
j. Pola seksual dan reproduksi
Pada klien dengan anemia meliputi hubungan klien dengan keluarga (orang tua),
mempunya berapa saudara dan termasuk anak keberapa. Hubungan keluarga dan
klien bisanya lebih dekat karena keadaan klien yang membutuhkan kehadiran
keluarga.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pada klien dengan anemia aktivitas dalam beribadah sedikit terganggua karena
klien mengalami lemas.
D. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
Pengkajian fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
a. Kepala
Inspeksi :

19
Kepala tampak simetris, rambut berwarna hitam dan berubah, persebaran rambut
merata, tampak klien mengalami alopesia pada bagian depan, tidak tampak
benjolan dan jejas pada kepala, ekpresi klien tampak tidak nyaman dengan kondisi.
Palpasi :
Tidak teraba massa dan nyeri tekan.
b. Mata
Inspeksi :
Konjungtiva anemis, sklera ikterik, tidak pakai kacamata, Pupil isokor,bulu mata
melengkung keluar,warna hitam dan persebaran merata, bagian kelopak dalam
mata bersih, mata simetris, iris berwarna hitam, reflek cahaya (+), penggunaan alat
bantu (-), alis kanan kiri simetris, tebal dan persebaran merata,
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi :
Kedua telingan simetris, tidak terlihat keluarnya serumen pada kedua telinga, tidak
terdapat jejas dan benjolan pada kedua telinganya
Palpasi :
Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan telinga
d. Hidung
Inspeksi :
Hidung terlihat simetris, tidak terlihat keluar lendir pada hidung, dari kedua lubang
hidung tidak tampak kotoran, tidak tampak cuping hidung.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak teraba benjolan klien.
e. Mulut
Inspeksi:
Klien tidak menggunakan gigi palsu, lidah tampak kotor, gigi tampak kotor,
mukosa bibir tampak kering.
f. Leher
Inspeksi:
Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak jejas dan massa.
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan pada leher.

20
g. Dada
Jantung:
Inspeksi :
Dada terlihat simetris , tidak tampak massa, tidak tampak ictus cordis.
Palpasi :
Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan, teraba ictus cordis.
Perkusi :
Pekak pada batas jantung.
Auskultasi :
Terdengar S1 dan S2 normal.
Paru:
Inspeksi ;
Dada terlihat simetris,pengembangan dada simetris .
Palpasi ;
Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus normal.
Perkusi :
Sonor pada lapang paru.
Auskultasi ;
Tersengar vesikuler
Payudarah dan ketiak
Inspeksi :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tidak tampak benjolan.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.
h. Abdomen
Inspeksi: perut tampak datar, tidak tampak jejas dan benjolan, terdapat nyeri bagian
abdomen terasa terisrisiris karena mual muntah
Askultasi :
Bising usus 16x/menit.
Palpasi :
Terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, tidak teraba hepatomegaly.
Perkusi :
Timpani pada batas lambung.
i. Genetalia dan Anus

21
Inspeksi :
Tidak menggunakan alat bantu apapun
j. Ekstremitas
Inspeksi :
Pasien tampak lemah dan mengurangi aktivitas.
Palpasi :
Penderita anemia umumnya tidak terdapat nyeri tekan, dan tidak ada krepitasi pada
kedua tangan.
k. Kulit dan kuku
Kulit : kulit pucat, turgor kulit kering, kulit dingin terutama pada tangan dan kaki,
luka (-), kemerahan (-)
Kuku : CRT < 3 detik, warna kuku pucat.
l. Keadaan lokal
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik pada klien, klien tampak sedikit
khawatir jika dibicarakan indikasi yang akan dijalankan.

2. Pemeriksaan penunjang meliputi:


a. Tes labolatorium
Pemeriksaan laboratorium memiliki nilai yang besar pada diagnosasis anemia, dan
terapi sangat berguna dalam menentukan prognosis dan pengambilan keputusan
untuk intervensi spesifik.

b. Kultur
Kultul dan uji resistensi apabila diperlukan.
c. Terapi
NO. NAMA DOSIS WAKTU KEGUNAAN
OBAT
1. Ranitidine 25 2x1 Untuk mengobati maag dan
mg/2 (06:00/ asam lambung
ml 18:00)

2. Nacl 0,9 % 500 20 Pengganti cairan plasma


ml/ tpm isotonik
12 jam yang hilang.

22
3. Triofusin 500 Untuk memperoleh energi
ml/ yang di butuhkan dengan
24 jam nutrisi parenteral total dan
persial.
4. Sukralfat p500 3x1 Digunakan untuk mengobati
tukak usus halus
mg
duodenum,tukak
lambung

5. KSR 600 mg 2x1 Pengobatan dan pencegahan


hipokalemia.

2.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Perfusi perifer tidak efektif b.d tidak adekuatnya sirkulasi darah, penurunan Hb darah,
perubahan karakteristik kulit.
2. Defisit nutrisi b.d kurang asupan makan dan ketidakmampuan makan.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Keletihan b.d kelesuan fisiologis dan kelesuan fisik.
5. Gangguan Pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
6. Risiko Jatuh b.d hambatan mobilitas
7. Risiko infeksi b.d imunosupresi dan prosedur invasif

2.3 Intervensi
No. Diagnosa Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI) Paraf
(SDKI)
1. Perfusi perifer Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi YULIA
tidak efektif (D. keperawatan selama 3x24 jam, (I.02079)
009) maka perfusi perifer meningkat Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Periksa sirkulasi perifer
Perfusi Perifer (L.02011) (mis. nadi perifer, edema,

1. Denyut nadi perifer pengisian kapiler, warna, suhu,

meningkat ankiebractial index)

2. Warna kulit pucat menurun 2. Identifikasi faktor risiko


gangguan sirkulasi (mis.
3. Pengisian kapiler membaik
daiabetes, perokok, orang tua,
4. Akral membaik

23
5. Turgor kulit membaik hipertensi dan kadar koleterol
tinggi)
3. Monitor panas, kemerahan,
nyeri, atau bengkak pada
ekstermitas
Terapeutik
4. Hindari pemasangan infus
atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
5. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ektermitas dengan
keterbatasan perfusi
6. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada
area cidera
7. Lakukan pencegahan infeksi
8. Lakukan perawatan kaki dan
kuku
9. Lakukan hidrasi
Edukasi
10. Anjurkan berhenti merokok
11. Anjurkan berolahraga rutin
12. Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari kulit
terbakar
13. Anjurkan minum obat
penurun tekana darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
14. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
15. Anjurkan menghindari
pengunaan obat penyekat beta

24
16. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
(mis. melembabkan kulit
kering pada kaki)
17. Anjurkan program
rehabilitasi vascular
18. Anjurkan program diet
untuk memperbaiki sirkulasi
(mis. rendah lemak jenuh,
minyak ikan, omega 3)
19. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus di
laporkan (mis. rasa sakit yang
tidak hilangsaat itirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)

2. Defisit nutrisi (D. Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I.03119) YULIA
0019) keperawatan selama 3x24 jam,
Observasi
maka status nutrisi membaik
dengan 1. Tindakan status nutrisi

Kriteria hasil : 2. Identifikasi makanan yang


Status Nutrisi (L.03030) disukai
1. Berat badan membaik 3. Identifikasi kebutuhan
2. IMT membaik kalori dan jenis nutrien
3. Nafsu makan membaik
4. Monitor asupan makanan
4. Frekuensi makan membaik
5. Membran mukosa membaik 5. Monitor berat badan

Terapeutik

6. Lakukan oral hygiene


sebelum makan, jika perlu

7. Sajikan makanan yang


menarik dan suhu yang sesuai

25
8. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi

9. Berikan makanan tinggi


kalori dan tinggi protein

10. Berikan suplemen


makanan, jika perlu

Edukasi

11. Anjurkan posisi duduk,


jika mampu

Kolaborasi

12. Kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3. Intoleransi Setelah dilakukan intervensi Terapi Aktivitas (I.05186) YULIA
aktivitas (D.0056) keperawatan selama 3x24 jam
maka toleransi aktivitas klien Observasi

meningkat dengan
1. Identifikasi defisit aktivitas
Kriteria hasil :
Toleransi Aktivitas 2. Identifikasi kemampuan
(L.05047) berpatisipasi dalam aktivitas
1.Frekuensi nadi meningkat tertentu

3. Identifikasi sumber daya


2. Kemudahan dalam
aktivitas yang di inginkan
melakukan aktivitas sehari-
hari meningkat 4.Identifikasi strategi
3. Jarak berjalan meningkat meningkatkan pasrtisipasi
4. Kecepatan berjalan dalam aktivitas
meningkat
5. Kekuatan tubuh bagian 5. Identifikasi makna aktivitas
bawah meningkat nya rutin (mis. Bekerja) dan waktu
dukungan orang terdekat luang

26
meningkat
6. Keluhan lelah menurun 6. Monitor respon emosional,

7. Perasaan lemah menurun fisik, sosial, dan spiritual

8. Tekanan darah membaik terhadap aktivitas

9. Frekuensi napas membaik


Terapeutik

1. Fasilitas fokus pada


kemampuan, bukan defisit
yang dialami

2. Sepakati komitmen untuk


meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas

3. Fasilitasi mimilih aktivitas


dan tetapkan tujuan

aktivitas yang konsisten sesuai


kemampuan

4. Fasilitasi aktivitas fisik rutin


(mis. Ambulasi, Mobilisasi,
Perawatan diri) sesuai
kebutuhan

5. Libatkan keluarga dalam


aktivitas, jika perlu

6. Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri

7. Failitasi pasien dan keluarga


memantau kemajuannya
sendiri untuk mencapai tujuan

8. Jadwalkan aktivitas dalam


utinitas sehari-hari

27
9. Berikan penguatan positif
atas partisipasi dalam aktivitas

Edukasi
1.Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari-hari, jika perlu

2. Ajarkan cara melakukan


aktivitas yang dipilih

3. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial, spiritual,
dan kognitif dalam menjaga
fungsi dan kesehatan

4. Anjurkan keluarga untuk


memberi penguatan positof
atas pasrtisipasi dalam
aktivitas

Kolaborasi

1.Kolaborasi dengan terapis


okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai

4. Gangguan Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Respirasi


Pertukaran Gas keperawatan selama 3x24 jam, (1.01014)
maka pertukaran gas Observasi:
(D. 0003) meningkat dengan
Kriteria hasil : 1. Monitor pola napas
Pertukaran Gas
2. Monitor frekuensi,
(L.01003) irama, kedalaman, dan
usaha napas

28
1. Dispnea yang dialami klien 3. Monitor adanya sumbatan
menurun jalan napas

2. Pola napas yang dialami 4. Palpasi kesimetrisan


klien cukup membaik. ekspansi paru

3. Bunyi napas tambahan


5. Auskultasi bunyi napas
yang dialami cukup
menurun Terapeutik
4. Napas Cuping hidung
menurun 6. Atur interval pemantauan
respirasi sesaui kondisi
5. PCO2 dan PO2 klien
menurun
Edukasi

7. Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan

8. Informasikan hasil
pemantauan

5. Keletihan (D. Setelah dilakukan intervensi Edukasi Aktivitas/Istirahat YULIA


0057) keperawatan selama 3x24 jam,
(I. 12362)
maka tingkat keletihan
menurun dengan Observasi
Kriteria hasil : 1.Identifikasi kesiapan dan
Tingkat Keletihan (I. 05046) kemampuan menerima
informasi
1.Verbalisasi kepulihan energi
meningkat Terapeutik
2. Sediakan materi dan media
2. Tenaga meningkat
pengaturan aktivitas dan
3. Kemampuan melakukan
aktivitas rutin meningkat istirahat
3. Jadwalkan pemberian
4. Verbalisasi lelah menurun
pendidikan kesehatan sesuai
5. Lesu menurun
kesepakatan
4. Berikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga untuk
bertanya
Edukasi
5. Jelaskan pentignya
melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara rutin

29
6. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok, aktivitas
bermain, atau aktivitas lainnya
7. Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
8. Ajarkan cara
mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis. kelalahan, sesak
napas saat aktivitas)
9. Ajarkan cara
mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai
kemampuan
6. Risiko Jatuh (D. Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Jatuh YULIA
0143) keperawatan selama 3x24 jam,
( I.14540)
maka tingkat jatuh menurun
dengan Observasi
Kriteria hasil : 1. Identifikasi faktor jatuh
Tingkat Jatuh (L.14138) (mis. usia >65 tahun,
1. Jatuh dari tempat tidur penurunan tingkat kesadaran,
menurun gangguan keseimbangan)
2. Jatuh saat berdiri menurun 2. Identifikasi risiko jatuh
3. Jatuh saat duduk menurun setidaknya sekali setiap shift
4. Jatuh saat berjalan menurun atau sesuai dengan kebijakan
3. Identifikasi faktor
5. Jatuh saat dipindahkan
menurun lingkungan yang

6. Jatuh saat naik tangga meningkatkan risiko jatuh


menurun (mis. lantai licin, penerangan,
7. Jatuh saat di kamar mandi kurang)
menurun 4. Hitung risiko jatuh dengan
8. Jatuh saat membungkuk menggunakan skala (mis. Fall
menurun Morse Scale), jika perlu
5. Monitor kemampuan
berpindah tempat ke kursi roda
dan sebaliknya
Terapeutik

30
6. Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
7. Pastikan roda tempat tidur
dan kursi roda selalu dalm
kondisi terkunci
8. Pasang handrall tempat tidur
9. Atur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah
10. Tempatkan pasien berisiko
tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari nurse
station
11. Gunakan alat bantu
berjalan mis. kursi roda,
walker)
12. Dekatkan bel pemanggil
dalam jangkauan pasien
Edukasi
13. Anjurkan memanggil
perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
14. Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin
15. Anjurkan berkosentrasi
untuk menjaga keseimbangan
tubuh
16. Ajarkan cara menggunakan
bel pemanggil untuk
memanggil perawat
7. Risiko infeksi (D. Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi (I. YULIA
0142) keperawatan selama 3x24 jam, 14539)
maka tingkat infeksi menurun
dengan Observasi
Kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala
Tingkat Infeksi (L.14137) infeksi lokal dan sistemik
1. Kebersihan tangan Terapeutik
meningkat 2. Batasi jumlah pengunjung

31
2. Kebersihan badan 3. Berika perawatan kulit pada
meningkat area edema
3. Nafsu makan meningkat 4. Cuci tangan sebelum dan
4. Demam menurun sesudah kontak dengan pasien

5. Kemerahan menurun dan lingkungan pasien


5. Pertahankan teknik aspetik
6. Nyeri menurun
pada pasien berisiko tinggi
7. Kadar sel darah putih
membaik Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
7. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
8. Ajarkan cara memeriksa
kondisis luka atau luka operasi
9. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
10. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

32
BAB 3. PATHWAYS

Agen neoplastik
Radiasi
Obat-obatan
Infeksi
- Bahan kimia

Gangguan Hemapoetik

Leukopenia Eritropetik Trombositopeni


a

Depresi sistem imun Anemia Hb turun

Mual-muntah Aliran darah hermoglobin turun


Pertahanan sekunder
terganggu perifer menurun

Nafsu Perfusi jaringan


makan Penurunan transportasi tidak efektif
Risiko infeksi
menurun oksigen kejaringan
Kompensasi jantung
Asupan makan
menurun
Metabolisme aerob
Respirasi Gangguan
turun, anaerob naik
Warna kulit pucat, Intake nutrisi meningkat, Pertukaran Gas
Turgor kulit kurang nadi meningkat
menurun, akral dingin
Keletihan
Cardiomegali
Defisit Nutrisi
CRT < 3
detik

Intoleransi Gagal jantung


aktivitas
TD
menurun, Perfusi Risiko jatuh/Risiko cedera
Nadi cepat perifer 33
tidak
efektif
Daftar Pustaka

Arwin N. M, Suyud. 2016. Pajanan Pestisida dan Kejadian Anemia Pada Petani Holistik Di
Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. BKM Journal Of Community Medicine And
Public Healt Vol 32 No 7

Astutik R.Y, Ertiana D. 2018. Anemia Dalam Kehamilan. Jember: Pustaka Abadi

Black J.M, Hawks J. H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Singapore: Elsevier

Chandrasoma P, Taylor C. R. 2005. Patologi Anatomi. Jakarta: EGC

Fakhidah, L. N. Putri, K. S. E. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status


hemoglobin pada remaja putri. Maternal, Vol 1 No 1

Handayani W, Haribowo A. S. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba

Kemenkes RI. 2013. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI

Priyanto L. D. 2018. Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan, Dan Aktivitas Fisik Santriwati
Husada Dengan Anemia. Jurnal Berkala Epidemiologi Vol 6 No 2

Soebroto, I. 2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta: Bangkit

Sudargo T, Kusmayanti N. A, Hidayati N. L. 2018. Defisiensi Yodium, Zat Besi, Dan


Kecerdasan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres

Suryani, D., Hafiani, R., & Junita, R. (2015). Analisis pola makan dan anemia gizi besi pada
remaja putri Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(1), 11– 18.

Syaifuddin. 2010. Anatomi Dan Fisisologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk


Keperawatan Dan Bidan, Eb 4. Jakarta: EGC

Silalahio V, Aritonang E, Ashar T. 2016. Potensi Pendidikan Gizi Dalam Meningkatkan


Asupan Gizi Pada Remaja Putri Yang Anemia Di Kota Medan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Vol 11 No 2

Tarwoto. 2010. Buku Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta :
TIM

34
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ANEMIA

Disusun guna melengkapi tugas Stase Keperawatan Medikal dengan Dosen


Pembimbing Ns. Ruris Haristiani, S.Kep., M.Kes

Oleh

Yulia Aisyah Nuribu, S. Kep

NIM 212311101110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. T DENGAN ANEMIA

2.1 KASUS
I. Identitas Klien
Nama : Ny. T No. RM :-
Tanggal Lahir :-
Umur : 63 Tahun Pekerjaan : tidak bekerja
Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam Tanggal MRS : 25-11-19
Pendidikan : SD Tanggal Pengkajian : 26-11-19
/07.00 WIB
Alamat : Benteng
Sumber Informasi : primer dan sekunder

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik : Anemia
2. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh pusing berkunang-kunang kurang lebih 1 bulan

Ny. T datang ke RS Balung pada tanggal 25 November 2019 Pukul 11.00


WIB. Sebelum datang ke Rs Balung pasien telah dirujuk dari Puskesmas
pada tanggal 25 November 2019. Pasien mengatakan terdapat keluhan pusing
berkunang kunang sejak 1 bulan yang lalu, pasien juga mengatakan sakit
perut, mual mntah, tidak enak makan. Sebelum pasien datang ke Puskesmas
pasien sudah memeriksakan keluhannya tersebut ke klinik dekat rumahnya
namun tidak ada perubahan dengan kondisinya. Waktu sudah dirujuk ke RS
Balung pasien diberikan terapi infus Pz 21 tpm. Dari pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 26 November 2019 didapatkan hasil Hb 3,9 g/ DL.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
b. Alergi :
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan, minuman, maupun
obat-obatan dll.
c. Imunisasi :
Pasien mengatakan imunisasi pasien lengkap sejak kecil
d. Kebiasaan/Pola Hidup/Life Style:
Pasien mengatakan sudah tidak bekerja lagi. Pasien mengatakan sudah
jarang melakukan olah raga, Pasien mengatakan waktu luang hanya
menonton TV dirumah. Pasien mengatakan tidak ada kesulitan apapun.
dan pasien mengatakan tidak merokok dan minum alcohol
e. Obat-obatan yang digunakan :
Pasien mengatakan tidak pernah pake ramuan-ramuan hanya berobat ke
klinik terdekat
3. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama
dengan yang klien derita saat ini,dan penyakit keturunan seperti Diabetes
Mellitus, Hipertensi dan Asma..

Genogram:

Tn. T Ny. T

An. T

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Menikah

: Anak kandung

: Pasien

: Tinggal serumah
III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan tidak mengetahui apa penyakitnya dan klien pasrah
dengan kondisi fisiknya. Klien mengatakan setiap hari klien hanya duduk di
depan TV.
Interpretasi: klien mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan
2. Pola nutrisi/metabolik
- Antropometri
BB : tidak terkaji
TB : tidak terkaji
IMT : BB (Kg) / TB2 (meter) = 26
Kategori :
Interpretasi : -
- Biomedical Sign
Hb : 3,79 g/ DL
Ht : 11,3
Trombosit : 230.000 sel/mm3
- Clinical Sign
Klien mengalami penurunan nafsu makan karena badan yang terasa
lemas

- Diet Pattern klien mengatakan bahwa klien makan 3-4 sendok/hari.


3. Pola eliminasi BAK :
• Frekuensi : 6 kali/hari
• Jumlah :-
• Warna : kuning
• Bau : bau khas urin
• Karakter : -
• BJ :-
• Alat Bantu : Tidak menggunakan alat bantu
• Kemandirian : Dibantu


BAB

Frekuensi : belum BAB


Konsistensi : Belum BAB

Jumlah :-
Warna : Belum BAB
Bau : Belum BAB

Karakter :-
BJ :-

Alat Bantu :
Kemandirian : Dibantu

Lain :
4. Pola aktivitas & latihan
Pasien mengatakan saat sakit merasakan terganggu untuk melakukan
aktivitas atau latihan karena merasa letih dan lemas hanya berbaring di
tempat tidur.

Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi/ ROM √

Keterangan:
0 = mandiri
1= dibantu sebagian oleh alat
2= dibantu sebagian oleh orang
3= dibantu alat dan orang lain
4= ketergantungan penuh Interpretasi:
Klien mengalami gangguan mobilitas fisik
5. Pola Istirahat dan Tidur
Pasien mengatakan tidurnya ± 5 jam. Pasien juga mengatakan bahwa pola
tidurnya sering terganggu pada malam hari dan pasien merasakan gelisah
akan kondisinya atau karena tidak dapat melakukan pola aktivitas pada saat
pagi hari seperti sebelum sakit
Interpretasi : Pasien memiliki gangguan pola tidur
6. Pola kognitif & perceptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Pasien mengatakan bahwa selama ini tidak mengetahui mengenai penyakit
yang saat ini dideritanya. Pasien juga mengatakan selama sakit pasien sudah
tidak mampu dalam mengambil suatu keputusan apapun termasuk terkait
dengan kondisi penyakitnya saat ini. Pasien sudah mempasrahkan kepada
anaknya untuk keputusan apapun
Interpretasi:
Klien tidak memiliki gangguan kognitif dan perceptual.
Fungsi dan keadaan indera :
Pasien mengatakan bahwa mengalami sedikit gangguan pada inderanya
terkadang kesulitan dalam mengingat hal apapun
7. Pola persepsi diri
- Gambaran Diri :

Pasien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya karena tubuhnya


meski sekarang lemah dalam melakukan aktivtinya sehari-hari. Pasien
hanya menginginkan dapat sembuh supaya dapat beraktivitas kembali
seperti biasanya

- Identitas Diri :
Pasien mengatakan dirinya seorang wanita berusia 63 tahun
- Harga Diri :
- Pasien mengatakan merasa gelisah dengan kondisinya sakitnya saat ini
- Ideal Diri :
Pasien mengatakan berharap segera sembuh dan membaik untuk
kondisinya
- Peran Diri :
Pasien mengatakan di rumah dirinya berperan sebagai ibu rumah tangga
Interpretasi : Pasien tidak memiliki gangguan pada pola persepsi pada
dirinya
8. Pola seksualitas & reproduksi Pola seksualitas :
Pasien mengatakan tidak melakukan lagi hubungan seksual karena faktor
umur.
Fungsi reproduksi
Tidak terkaji
Interpretasi : Pasien memiliki gangguan pola seksualitas yaitu disfungsi
seksual
9. Pola peran & hubungan
Kehidupan pasien dan keluarga baik, pasien selalu melibatkan suami dan anak
untuk mengambil keputusan semenjak sakit karena keadaan yang lemah dan
tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.

Interpretasi : Pasien tidak memiliki gangguan pada peran dan hubungan


10. Pola manajemen koping-stres
Pasien mengatakan selama sakit pasien selalu mendapatkan dukungan dari
keluarga baik suami, anak maupun keluarga terdekat lainnya
Interpretasi: Pasien tidak memiliki gangguan pada pola manajemen koping
dan stress
11. Sistem nilai & keyakinan

Pasien mengatakan kepercayaan kepada tuhannya namun selama sakit


aktivitas pasien dalam beribadah sedikit terganggu karena pasien mengalami
lemas.

Interpretasi: Pasien tidak memiliki gangguan pada sistem nilai & keyakinan
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Klien terlihat lemah, dengan tingkat kesadaran compos mentis, GCS E4,V5,M6.

Tanda vital:
- TD : 135/79 mmhg
- Nadi : 98x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,7 C

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Kepala
Inspeksi :
- Bentuk kepala simetris, warna rambut putih, lurus, penyebaran tidak
merata, wajah tampak simetris
- Tidak ada benjolan kepala, nyeri tekan (-)
- Wajah tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada benjolan dan lesi
2. Mata
Inspeksi :
Konjungtiva anemis, sklera ikterik, tidak pakai kacamata, Pupil isokor,bulu
mata melengkung keluar,warna hitam dan persebaran merata, bagian kelopak
dalam mata bersih, mata simetris, iris berwarna hitam, reflek cahaya (+), ,
penggunaan alat bantu (-), alis kanan kiri simetris, tebal dan persebaran
merata, tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
Bagian luar telinga kanan dan kiri bersih dan tidak terdapat serumen, tidak
ada kelainan bentuk, pendengan klien tidak normal, warna kulit telinga sama
dengan warna kulit sekitarnya, tidak ada nyeri tekan
4. Hidung
Tidak terdapat kelainan bentuk, tulang hidung simetris, lubang hidung
normal, tidak ada lesi maupun jejas, tidak ada massa dan tidak ada benjolan
5. Mulut
Mukosa bibir kering dan pucat, gigi tampak kotor, gigi tidak utuh, tidak
carises gigi, tidak ada pendarahan gusi dan bau mulut, terdapat gangguan
menelan
6. Leher
Warna kulit merata,, tidak ada luka dan benjolan, tidak ada pembesaran
tyroid

7. Dada
a. Paru-Paru
• Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada jejas, cepat lelah
• Palpasi : masa tumor (-), nyeri tekan (-), vocal fremitus kanan/kiri
sama
• Perkusi : paru sonor
• Auskultasi : tidak ada suara tambahan (S1 dan S2 normal)
b. Jantung
• Inspeksi : jantung berdebar-debar
• Palpasi : ictus kordis teraba di ics 5
• Perkusi : pekak
• Auskultasi : tidak ada suara tambahan
8. Abdomen
• Inspeksi : warna kulit merata, terdapat nyeri bagian abdomen terasa
terisrisiris karena mual muntah, , tidak ada luka, tidak ada perdarahan
• Auskultasi : bising usus 16x/menit
• Perkusi : terdapat bunyi timpani
• Palpasi : terdapat nyeri tekan dan tidak ada pembesaran hepar
9. Urogenital
• Klien saat sedang sakit tidak menggunakan alat bantu apapun (Normal)
a. Ekstremitas
Atas dan bawah :tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri (makan,
minum, ke toilet, mandi dan berpakaian), tidak ada kelainan, tidak ada nyeri
otot, dapat melakukan pergerakan sedikit dan pada ekstermitas atas klien
terdapat pemasangan infus Nacl 500ml tangan sebelah kiri
Kekuatan Otot
4 4

3 3

b. Kulit dan kuku


Kulit : kulit pucat, turgor kulit kering, kulit dingin terutama pada tangan dan
kaki, luka (-), kemerahan (-)

Kuku : CRT < 3 detik, warna kuku pucat.


c. Keadaan lokal
Klien terlihat lemah, GCS= 4-5-6 (kesadaran compos metis), klien terbaring
di tempat tidur

V. Terapi
Pasien diberikan terapi infus Pz 21 tpm
No. Nama Dosis Waktu Indikasi Kontraindikasi Kegunaan
Obat

1. Pz / 500 ml 20 tpm -Untuk Tidak digunakan pada Pengganti


Nacl menggantikan kondisi hiperhidrasi, cairan
0,9 % cairan tubuh yang hipernatremia, plasma
hilang hipokalemia, kondisi isotonik
asidosis, dan yang
-Mengoreksi hipertensi. hilang.
ketidakseimbangan
elektrolit

-Menjaga tubuh
agar tetap terhidrasi
dengan baik
VI. Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi


Hemoglobin 3,9 gr/dL Lk2 : 13-18 gr/dL Menurun
Wanita : 12-16 gr/dL

Hematokrit 11.3 % 40-48% Menurun


Trombosit 230.000 150000-400000 normal
sel/mm3 sel/mm3

2.2 ANALISA DATA

No. Data Penunjang Etiologi Masalah Keperawatan


1. Data Subjektif : Anemia Risiko perfusi perifer tidak
- Pasien mengatakan efektif (D. 0015)
badan terasa lemas dan
Tidak adekuatnya
hanya berbaring di sirkulasi darah
tempat tidur.
- Pasien mengatakan
Perubahan ikatan
kepala terasa pusing. O2 dengan Hb
- Pasien mengatakan
mata terasa berkunang- Penurunan konsentrasi
kunang. hemoglobin dalam
darah
- Pasien mengatakan
cepat lelah
Risiko perfusi perifer
tidak efektif
Data Objektif :
- Pasien tampak lelah,
lemas
- Pasien sering
memejamkan mata
- Wajah pasien tampak
pucat
- Konjungtiva anemis
- CRT < 3 dtk
- HB : 3,9 gr/dl
- TD : 135/79 mmhg
- Nadi : 98x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,7 C
2. Data Subjektif : Anemia Defisit Nutrisi (D. 0019)
- Pasien
mengatakan tidak
nafsu makan, hanya Penurunan konsentrasi
hemoglobin dalam
dapat makan 3-4 darah
sendok makan saja
- Pasien
mengatakan mual Anoreksia
muntah setiap kali
makan
- Pasien mengatakan
Asupan nutrisi yang
badan terasa lemas dan
tidak adekuat
hanya berbaring di
tempat tidur

Data Objektif : Defisit Nutisi


- Pasien tampak
menghabiskan
makanan hanya 3-4
sendok makan, otot
menelan lemah
- Mukosa bibir klien
tampak kering
- Penurunan berat
badan
- Mual muntah
setiap kali makan
- Pasien tampak
lemas
- HB : 3,9 gr/dl

3. Data Subjektif : Kondisi Fisiologis Keletihan (D. 0057)


- Pasien mengeluh (Anemia)
cepat lelah
- Pasien hanya dapat
berbaring di tempat Aliran darah perifer

tidur menurun

Data Objektif :
- Pasien tampak lesu
- HB : 3,9 gr/dl Penurunan transportasi
- TD : 135/79 mmhg oksigen ke jaringan
- Nadi : 98x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,7 C Keletihan
2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya


sirkulasi darah, penurunan Hb darah

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat ditandai
dengan tidak nafsu makan, dapat makan 3-4 sendok makan saja, mual muntah setiap
kali makan, otot menelan lemah
3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh cepat lelah, hanya dapat berbaring di tempat tidur
2.4 INTERVENSI
NO HARI/ DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
TANGGAL KEPERAWATAN (SLKI) (SIKI)
/JAM (SDKI)
1 Selasa / 9 Risiko perfusi perifer Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pencegahan Syok (I. 02068)
November tidak efektif (D. selama 3x24 jam, maka perfusi perifer Tindakan
2021/07.00 00015) meningkat dengan Observasi
1. Monitor status kardiopulmunal (frekuensi dan
Kriteria Hasil :
kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
Perfusi Perifer (L.02011)
2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
1. Denyut nadi perifer meningkat
3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran,
2. Warna kulit pucat menurun turgor kulit, CRT)

3. Pengisian kapiler membaik 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil


4. Akral membaik 5. Periksa riwayat alergi

5. Turgor kulit membaik Terapeutik


6. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika
perlu
7. Pasar jalur IV, jika perlu
8. Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin,
jika perlu
9. Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi
10. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
11. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
12. Anjurkan melapor jika menemukan tanda dan
gejala awla syok
13. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
14. Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
16. Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika perlu
17. Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
2 Selasa / 9 Defisit Nutrisi (D0019) Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen nutrisi (I. 03119)
November selama 3x24 jam, maka status nutrisi
Tindakan
2021/08.00 membaik dengan
Observasi
Kriteria Hasil : 1. Tindakan status nutrisi

Status Nutrisi (L.03030) 2. Identifikasi makanan yang disukai


6. Berat badan membaik 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
7. IMT membaik
4. Monitor asupan makanan
8. Nafsu makan membaik
5. Monitor berat badan
9. Frekuensi makan membaik
Terapeutik
10. Membran mukosa membaik 6. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

7. Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai

8. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah


konstipasi

9. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

10. Berikan suplemen makanan, jika perlu

Edukasi

11. Anjurkan posisi duduk, jika mampu

Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu
3 Selasa / 9 Keletihan (D. 0057) Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi Aktivitas/Istirahat (I. 12362)
November selama 3x24 jam, maka tingkat keletihan
Tindakan
2021/09.00 menurun dengan
Observasi
Kriteria Hasil : 1.Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima

Tingkat Keletihan (I. 05046) informasi


Terapeutik
1. Verbalisasi kepulihan energi
meningkat 2. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
istirahat
2. Tenaga meningkat
3. Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
3. Kemampuan melakukan aktivitas rutin
meningkat kesepakatan

4. Verbalisasi lelah menurun 4. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga

5. Lesu menurun untuk bertanya


Edukasi
5. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
istirahat
6. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas
bermain, atau aktivitas lainnya
7. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
8. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat
(mis. kelalahan, sesak napas saat aktivitas)
9. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis
aktivitas sesuai kemampuan
2.5 IMPLEMENTASI

HARI JAM NO DX IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA


/TANGGAL (HASIL/RESPON) &
PARAF
Rabu / 10 07.00 1 1. Memonitor status kardiopulmunal (frekuensi S: YULIA
November dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD,
Pasien mengatakan badan terasa
MAP)
2021/07.00 07.10 lemas dan hanya berbaring di
2. Memonitor status oksigenasi (oksimetri nadi,
AGD) tempat tidur.

3. Memonitor status cairan (masukan dan Pasien mengatakan kepala terasa


haluaran, turgor kulit, CRT)
07.23 pusing.
4. Memonitor tingkat kesadaran dan respon
pupil Pasien mengatakan mata terasa
07.30 berkunang-kunang.
5. Memeriksa riwayat alergi
6. Mempersiapkan intubasi dan ventilasi Pasien mengatakan cepat lelah.
07.44 mekanis, jika perlu O:
7. Memasang jalur IV, jika perlu
Wajah pasien tampak pucat
07.46 8. Memasang kateter urin untuk menilai
produksi urin, jika perlu Konjungtiva anemis

9. Melakukan skin test untuk mencegah reaksi Pasien sering memejamkan mata
alergi
CRT < 3 dtk
10. Menjelaskan penyebab/faktor risiko syok
11. Menjelaskan tanda dan gejala awal syok HB : 3,9 gr/dl
12. Menganjurkan melapor jika menemukan TD : 135/79 mmhg
tanda dan gejala awla syok
13. Menganjurkan memperbanyak asupan cairan Nadi : 98x/menit
oral
RR : 20 x/menit
14. Menganjurkan menghindari allergen
Suhu : 36,7 C
15. Berkolaborasi pemberian IV, jika perlu
A : Masalah belum teratasi
16. Berkolaborasi pemberian tranfusi darah, jika
perlu P : Lanjutkan Intervensi
17. Berkolaborasi pemberian antiinflamasi, jika
perlu
Rabu / 10 08.10 2 1. Mengidentifikasi status nutrisi S: YULIA
November 08.15
2. Mengidentifikais makanan yang disukai • Pasien mengatakan tidak nafsu
2021/08.00
makan hanya dapat 3-4 sendok
3. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
08.24
saja
jenis nutrisi
• Pasien mengatakan mual muntah
08. 28 4. Memonitor asupan makanan
setiap kali makan
5. Memonitor berat badan • Pasien mengatakan badan
08.30
6. Melakukan oral hygiene sebelum terasa lemas dan hanya berbaring
makan, jika perlu di tempat tidur
O:
08.37 7. Mensajikan makanan yang menarik dan
• Pasien tampak menghabiskan
08.40 suhu yang sesuai
makanan hanya 3-4 sendok
8. Memberikan makanan tinggi serat untuk
makan, otot menelan lemah
mencegah konstipasi
08.55 9. Memberikan makanan tinggi protein dan • Mukosa bibir klien tampak kering
09.00 tinggi kalori
• Penurunan berat badan
10. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
09.15 • Mual muntah setiap kali makan
11. Mengajarkan diet yang diprogramkan
12. Berkolaborasi pemberian medikasi • Pasien tampak lemas

sebelum makan (mis. pereda nyeri), jika • HB : 3,9 gr/dl


perlu
13. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk A : Masalah belum Teratasi
menentukan jumlah kalori dan jenis P : Lanjutkan Intervensi
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
Rabu / 10 09.30 3 1.Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima S : YULIA
November informasi • Pasien mengeluh cepat lelah
2021/09.00 09.35 2. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas • Pasien hanya dapat berbaring di
09.40 dan istirahat tempat tidur
3. Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan O :
sesuai kesepakatan • Pasien tampak lesu
09.45
4. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga • HB : 3,9 gr/dl

09.55 untuk bertanya • TD : 135/79 mmhg


5. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas • Nadi : 98x/menit
09.00 dan istirahat • RR : 20 x/menit
6. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, • Suhu : 36,7 C
09.05 aktivitas bermain, atau aktivitas lainnya
A : Masalah Belum Teratasi
7. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
P : Lanjutkan Intervensi
istirahat
09.20
8. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis. kelalahan, sesak napas saat
09.30 aktivitas)
9. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan
2.6 EVALUASI

Hari/ No Evaluasi Nama &


Tanggal/Jam Dx paraf

Kamis / 11 1 S: YULIA
November 2021 8. Pasien mengatakan badan terasa lemas dan
/ 07.00 WIB
hanya berbaring di tempat tidur.

9. Pasien mengatakan kepala terasa pusing.

10. Pasien mengatakan mata terasa berkunang-


kunang.

11. Pasien mengatakan cepat lelah.


O:

12. Wajah pasien tampak pucat

13. Pasien sering memejamkan mata

14. Konjungtiva anemis

15. CRT < 3 dtk

16. HB : 3,9 gr/dl

17. TD : 135/79 mmhg

18. Nadi : 98x/menit

19. RR : 20 x/menit

20. Suhu : 36,7 C


A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

I :
- Monitor status kardiopulmunal (frekuensi
dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD,
MAP)
- Monitor status cairan (masukan dan
haluaran, turgor kulit, CRT)
- Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika
perlu
E : Kondisi klinis pasien tampak lemah

Kamis/ 11 2 S:
November 2021 • Pasien mengatakan tidak nafsu makan hanya
/ 08.00 WIB
dapat 3-4 sendok saja
• Pasien mengatakan mual muntah setiap kali
makan
• Pasien mengatakan badan terasa lemas dan
hanya berbaring di tempat tidur
O:
• Pasien tampak menghabiskan makanan hanya 3-
4 sendok makan, otot menelan lemah

• Mukosa bibir klien tampak kering

• Penurunan berat badan

• Mual muntah setiap kali makan

• Pasien tampak lemas


• HB : 3,9 gr/dl

A : Masalah belum Teratasi


P : Lanjutkan Intervensi
I :
- Identifikasi status nutrisi

- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi


- Monitor asupan makanan

- Monitor berat badan

- Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang


sesuai

- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah


konstipasi

- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

- Anjurkan posisi duduk

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan


jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu

E : Nafsu makan pasien mulai meningkat sedikit

Kamis/ 11 3 S: YULIA
November 2021 • Pasien mengeluh cepat lelah
/ 09.00 WIB • Pasien hanya dapat berbaring di tempat
tidur
O:
• Pasien tampak lesu
• HB : 3,9 gr/dl
• TD : 135/79 mmhg
• Nadi : 98x/menit
• RR : 20 x/menit
• Suhu : 36,7 C
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
I :
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok,
aktivitas bermain, atau aktivitas lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis
aktivitas sesuai kemampuan
E : Pasien kurang mampu melakukan aktivitas
secara rutin
2.7 CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/ No Evaluasi Nama &


Tanggal/Jam Dx paraf

Jumat / 12 1 S: YULIA
November 2021 Pasien mengatakan badan tidak terasa lemas.
/ 07.00 WIB
Pasien mengatakan tidak pusing kepala.

Pasien mengatakan mata tidak berkunang-


kunang.

Pasien mengatakan sudah mulai mampu


beraktivitas meskipun sedikit demi sedikit
O:

Wajah pasien tidak tampak pucat

Pasien sudah bisa berbincang-bincang dengan


keluarga

Konjungtiva normal

CRT < 2 dtk

HB : 3,9 gr/dl

TD : 135/79 mmhg

Nadi : 98x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,7 C
A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

I :
- Monitor status kardiopulmunal (frekuensi
dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD,
MAP)
- Monitor status cairan (masukan dan
haluaran, turgor kulit, CRT)
E : Kondisi klinis pasien tidak tampak lemah

Jumat/ 12 2 S:
November 2021 • Pasien mengatakan nafsu makan meningkat
/ 08.00 WIB
• Pasien mengatakan sudah tidak mual muntah
setiap kali makan
• Pasien mengatakan badan tidak terasa lemas
O:
• Pasien tampak menghabiskan makanan 1 porsi
makan dalam sekali makan, otot menelan mulai
membaik

• Mukosa bibir klien tampak lembab

• Peningkatan berat badan

• Tidak mual muntah setiap kali makan

• Pasien tampak tidak lemas


• HB : 3,9 gr/dl

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan Intervensi
I :
- Identifikasi status nutrisi

- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi


- Monitor asupan makanan

- Monitor berat badan

E : Nafsu makan pasien mulai meningkat,


menghabiskan makanan 1 porsi makan dalam sekali
makan, otot menelan mulai membaik

Jumat/ 12 3 S: YULIA
November 2021 • Pasien tidak mengeluh cepat lelah
/ 09.00 WIB • Pasien sudah dapat bangun sendiri dari di
tempat tidur
O:
• Pasien tampak tidak lesu
• HB : 3,9 gr/dl
• TD : 135/79 mmhg
• Nadi : 98x/menit
• RR : 20 x/menit
• Suhu : 36,7 C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
I :
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok,
aktivitas bermain, atau aktivitas lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis
aktivitas sesuai kemampuan
E : Pasien mulai mampu melakukan aktivitas secara
rutin
ARTIKEL JURNAL

ASUHAN KEPERAWATANPADA NY.T DENGAN KASUS

ANEMIA DI RUANG MELATI DI RUMAH SAKIT

DAERAH BALUNG JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Keperawatan

Oleh :

ISTIB SYARO

NIM : 1701021023

PROGRAM STUDIDIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2020

1
ARTIKEL JURNAL

ASUHAN KEPERAWATANPADA NY.T DENGAN KASUS

ANEMIA DI RUANG MELATI DI RUMAH SAKIT

DAERAH BALUNG JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Keperawatan

Oleh :

ISTIB SYARO

NIM: 1701021023

PROGRAM STUDIDIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2020

2
PERNYATAAN PERSEJUTUAN

Istib Syaro

1701021023

Artikel ini telah diperiksa oleh pembimbing dan di setujui untuk

dipertahankan dihadapan Tim Penguji Artikel Program Study D3 Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

Jember, Juli 2020

Pembimbing

Ns. Ginanjar Sasmito Adi, M.Kep


NPK. 1990021011509368

3
PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATANPADA NY.T DENGAN KASUS

ANEMIA DI RUANG MELATI DI RUMAH SAKIT


DAERAH BALUNG JEMBER

Istib Syaro
1701021023

Dosen Penguji Artikel Pada Program D3-Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember

Jember, July 2020

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammdiyah Jember

Ns. Sasmiyanto, S.Kep., M.Kes

NPK. 03 05 358

4
PENGUJI ARTIKEL

Dosen Penguji Ujian Artikel Pada Program D3-Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jember

Jember, July 2020

Ketua Penguji

Diyan Indriyani, M. Kep., Sp. Mat


NPK. 197011032005012002
Penguji Anggota 1

Ns. Sasmiyanto, S. Kep., M. kes


NPK.1979041610305358
Penguji Anggota 2

Ns. Ginanjar Sasmito Adi, M.Kep


NPK. 1990021011509368

5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii

PENGUJI ARTIKEL................................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................. v

ABSTRAK .................................................................................................... 1

ABSTRACT ................................................................................................... 2

PENDAHULUAN ........................................................................................ 3

TUJUAN ....................................................................................................... 4

METODE PENULISAN .............................................................................. 4

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 4

SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11

6
7
contohnya zat besi .

Kebiasaan remaja putri yang


PENDAHULUAN
ingin tampil langsing
Anemia salah satu penyebab
menjadikan harinya yang
kecacatan kedua tertinggi di
mengakibatkan remaja putri
dunia. Hal tersebut terjadi
mudah terserang anamia
masalah kesehatan yang
(Triwinarni, Hartini, &
serius bagi masyarakat
Susilo, 2017).
diseluruh dunia, anemia ini
Penelitian Mairita, Arifin, &
bisa menyarang siapa pun,
Fadilah (2018) menjelaskan
termasuk remaja yang masih
bahwa penyebab anemia
berusia dini. Anemia lebih
dapat menjadi dua jenis.
sering terjadi pada remaja
Penyebab yang pertama ialah
perempuan dibandingkan
berkurangya kadar
laki- laki. Diakarenakan hal
hemoglobin dalam darah atau
tersebut teradi remaja putri
terjadinya gangguan dala
lebih banyak kehilangan zat
pembentukan sel darah merah
besi (Fe) saat menstruasi
dalam tubuh. Berkurangnya
sehingga lebih banyak
sel darah merah dapat
membutuhkan asupan zat besi
disebabkan oleh terjadinya
(Fe). Semua zat gizi
perdarahan atau hancurnya
mengalami peningkatan pada
sel darah merah yang
ibu hamil yang sering kali
berlebihan. Dua kondisi yang
kekurangan energi, protein
mempengaruhi
dan berbagai air mineral

8
keadaanhemoglobin adalah lain tapi lebih berfokus

darah yatu efek keganasan kepada diagnosa penyakit

yang tersebar seperti masing masing . Pada kondisi

kanker,radiasi, obat-obatan awal pasien anemia biasanya

serta penyakit menahun yang di dapatkan gejala seperti

mekibatkan gangguan pada kelelahan , kelemahan ,

ginjal dan hati, infeksi, dan pusing , dispenia rinagn

hormon endokrin.Anemia dengan tenaga danada juga

juga sering menyerang gejala dan tanda lain seperti

remaja putri disebabkan pucat dall. Pengkajian

karena keadaan stress, haid, merupakan langkah pertama

atauterlambat makananpada atau awal dan proses

remaja mengakibatkan pucat, keperawatan pada tahap ini

lemah, letih, pusing, dan perawat harus mengumpulkan

menurunnya konsentrasi data selengkap mungkin

belajar. Penyebabnya, antara bagaimana kondisi pasien apa

lain: tingkat pendidikan orang keluhannya sehingga data

tua, tingkat ekonomi, tingkat data tersebut dapat dianalis

pengetahuan tentang anemia dengan menggunakan konsep

dari remaja putri, konsumsi teori yang relevan untuk

Fe, Vitamin C, dan lamanya mengetahui kondisi masalah

menstruasi. kesehatan pasien di lakukan

Peran Perawat pada pasien pengesahan data ,

anemia sama dengan pasien pengelompokan data . setelah

9
dilakuakn analisis data keadaan secara Objektif untuk
menjawab permasalahan yang
selanjutnya melakukan
dihadapi dengan pendekatan
diagnose keperawtan dalam
proses Keperawatan
diagnose keperawatan. Pengkajian asuhan keperawatan yang
dilakukan pada tanggal 26 November
Kesimpulannya adalah
2019 sampai 28 November 2019
petugas kesehatan dalam hal
pada Ny. T dengan diagnosa Anemia
ini peran perawat didapatkan data pengkajian
sebagai berikut:
menerapkan proses
Klien datang ke UGD
keperawatan secara optimal
pada tanggal 25
kepada pasien dan perlu
november 2019 pukul
membantu edukasi kepada
11.00 WIB dengan
pasien tentang anemia dan
diagnosa anemia.
perawatan sehingga kualitas
Pengkajian dilakukan
pelayanan dapat ditingkatkan.
pada tanggal 26
TUJUAN september 2019 pukul
Menerapkan asuhan keperawatan 10 .00 WIB di Ruang
pada pasien dengan Anemia.
Melati RSD Balung
METODE PENELITIAN
Kabupaten Jember.Ny. T
Penelitian ini merupakan
umur 63 thn jenis
studi kasus. Pengambilan data
dilakukan di Ruang Melati kelamin perempuan
RSUD BalungMetode yang agama islam suku jawa
digunakan dalam penulisan
pendidikan SD alamat
Karya Tulis Ilmiah ini adalah
metode deskriptif yaitu beteng sidomekar
membuat gambaran suatu semorto. Anak Tn.K

10
pekerjaan sebagai Hasil pemeriksan fisk

karyawan alamat beteng yang di dapatkan

sidomekar dgn Keadaan/ penampilan

penghasilan < umum:baik,Kesadaran:co

2.000.000.Keluhan mpos mentis GCS: 456

utamaPasien mengatakan Tanda- tanda vital

Pusing kunang kunang ≤


Pemeriksaan tanda tanda
1 bulan , Keluarga Ny.T
tanda berupa Tekanan Darah :
mengatakan Ny.T sakit
135/79 mmhg ,Suhu:36.7
perut,mual muntah, tidak
ᴼC,Nadi : 98 ͯ/ mnt RR: 20 ͯ/
enak makan, pusing ,≤ 1
mnt, wajah pucat,
bulan, Ny. T sudah di
konjungtiva anemis,
bawa periksa ke i
pendengaran jelas, dan
mentriterdekat tetapi
penglihatan kurang jelas
tidak ada perubahan pada
Pembahasan
akhirnya dibawa ke
Berdasarkan asuhan
puskesmas pada tanggal
keperawatan pada Ny. T
25 november 2019, dari
dengan Anemia yang
puskesams di rujuk ke Rs
dilaksanakan di Ruang Melati
Balung pada taggal 25
RSUD Kalisat Jemberselama
November 2019
3 hari dari tanggal 26 sampai
diberikan terapi infus Pz
28 November 2019, pada bab
21 tpm.
ini penulis membahas seluruh

tahapan proses keperawatan

11
yang terdiri dari pengkajian, lelah, sering istirahat, nafas

diagnosa keperawatan, pendek, proses menghisap

intervensi keperawatan, yang buruk ( bayi)Sakit

implementasi dan evaluasi kepala, pusing, kunang-

keperawatan. kunang, peka

rangsang..Berdasarkan kasus
Pengkajian
nyata tidak semua tanda dan
KeperawatanMenurut (Frose
gejala seperti pada
dan Cooper,2011) Anemia
teoriditemukan pada Ny. T
adalah suatu kondisi apabila
Tanda gejala yang ditemukan
hemoglobin < 105g/L
pada Ny. Di antaranya
Anemia sering didefinisikan
penurunan Hb 3,9 g/dL,
sebagai penurunan kadar Hb
kelemahan, pusing, kulit
darah sampai di bawah
pucat, mudah lelah, crt >3
rentang normal 13,5 g/dL
detik. Maka penurut penulis
(pria) 11,5 g/dL (wanita) 110
ada kesenjangan antara teori
g/dL (anak-anak) dan diikuti
dan kasus nyata.
tanda dan gejala seperti Hb

menurun (< 10 g/dL), Berdasarkan teori, keluhan

thrombosis trombositopenia, utama pada pasien anemia bia

panistopenia,Penurunan BB, terjadi cepat lelah, pusing,

kelemahan, Takikardi, TD mata berkunang-kunang.

menurun, penurunan kapiler Sedangkan pada Ny. T

lambat, ektremitas dingin, dietemukan keluhan Pusing

palpitasi, kulit pucat, Mudah bekunang-kunang, cepat

12
lelah. Saat dilakukan hipertensi dan batu

pengkajian pada Ny. T saluran kemih.

ditemukan konjungtiva Berdasarkan data yang

anemis, kelemahan, CRt < 3 ditemukan pada Ny. T

detik, wajah pucat, mobilitas tidak terjadi kesenjangan

dibantu sebaguan seperti antara teori dan kasus

makan, ke kamar mandi. Dan nyata dimana saat

dalam pemeriksaan tanda dilakukan pengkajian

tnda vital passien mengalami ditemukan riwayat

rentan normal tidak ada tanda penyakit dahulu seperti

penurunan tanda tanda vital. Hipertensi, Asam urat dan

Menurut penulis tidak terjadi Kolestrol.

kesenjangan atara teori dan


Dalam pengkajian
penulis.
difokuskan pada

Perlu ditanyakan pada pemeriksaan keadaan

klien tentang riwayat umum, pemeriksaan fisik,

penyakit terdahulu seperti dan didapatkan data

riwayat penyakit, payah bahwa Ny.T kesadaran

jantung, penggunaan obat compos mentis GCS:

berlebihan khususnya E4,V5,M6 jumlah 15),

yang bersifat nefrotoksik, TTV (TD: 135/79 mmHg,

BPH (Benigna Prostat N:98 x/menit, S: 36,7 C,

Hipeplasia), DM RR: 20 x/menit), wajah

(Diabetes Melitus), pucat, konjungtiva

13
anemis, crt < 3detik, &Najib, M (2016). Pada

mudah lelah,sering pemeriksaan seperti

memejamkan mata. Jumlah darah lengkap Hb

Berdasarkan data yang dan Ht menurun, Jumlah

ditemukan pada Ny. T tromosit : menurun (

tidak ditemukan aplastik ), meningkat

kesenjangan antara teori (DB), normal/ tinggi

dan praktek dimana pada (hemolitik), Pemeriksaan

pemeriksaan fisik endoskopi dan radiofrafik,

berdasarkan teori menurut Hb elektroforesis,

Bachrudin, M &Najib, M Bilirubin serum (tidak

(2016). Konjungtiva terkonjungsi), Folat serum

anemis terjadi karena dan vit B12, Besi serum,

mengalami penurunan TIBC serum, masa

jumlah sel darah merah perarahan, LDH serum,

yang bisa menyebabkan Tes Schilling,

anemia dengan tanda Berdasarkan kasus yang

gejala konjungtiva anemis didapatkan pada Ny. T

Untuk membuktikannya tidak terjadi kesenjangan

baru kemudian dilakukan antara teori dan praktek,

pemeriksaan dimana pada kasus Ny. T

laboratorium. dilakukan pemeriksaan

laboratorium pada tanggal


Pemeriksaan penunjang
26 November 2019
menurutBachrudin, M

14
didapatkan hasil Hb berhubungan dengan

3.9g/dl, Ht 11,3, trombosit kegagalan untuk

230.000. mencerna atau ketidak

mampuan mencerna
Diagnosa
makanan /absorpsi
KeperawatanMenurut , M
nutrient yang diperlukan
&Najib, M (2016)
untuk pembentukan sel
diagnosa keperawatan
darah merah, 4) Risiko
yang muncul pada pasien
tinggi terhadap kerusakan
dengan Anemia yaitu 1)
integritas kulit
Perubahan perfusi
berhubungan dengan
jaringan berhubungan
perubahansirkulasi dan
dengan penurunan
neurologist.
komponen seluler yang

diperlukan untuk Menurut penulis terjadi

pengiriman kesenjangan antara teori

oksigen/nutrient ke sel 2) dan kasus nyata yang

Intoleransi aktivitas dialami Ny. T karena

berhubungan dengan tidak semua diagnosa

ketidak seimbangan pada teori ditemukan pada

antara suplai oksigen kasus Ny. T. Pada kasus

(pengiriman) dan Ny. Tdengan Anemia

kebutuhan 3) Perubahan hanya ditemukan

nutrisi kurang dari diagnosa 1)perfusi perifer

kebutuhan tubuh tidak efektif berhubungan

15
dnegan ↓ kadar hb yang terhadap kerusakan

di tandai dengan Hb 3,79 integritas kulit

g/dl , 2) Perubahan nutrisi berhubungan dengan

kurang dari kebutuhan perubahansirkulasi dan

tubuh berhubungan neurologist tidak di

dengan kegagalan untuk angkat kepada Ny.T

mencerna atau ketidak karena tidak ada gejala

mampuan mencerna seperi perdarahan,

makanan /absorpsi kemerehan dan

nutrient yang diperlukan hematoma.

untuk pembentukan sel


Intervensi keperawatan
darah merah. Sedangkan
yang ditetapkan
untuk diagnosi
berdasarkan teori pada
keperwatan Intoleransi
diagnose keperawatan
aktivitas berhubungan
perfusi perifer tidak
dengan ketidak
efektif berhubungan
seimbangan antara suplai
dengan ↓ kadar hb yang
oksigen (pengiriman) dan
di tandai dengan Hb 3,79
kebutuhan tidak diangkat
g/dl. Yaitu: 1) Monitor
kepada Ny.T karena
nilai laboratorium
tidak ada tanda gejala
sebelum pemberian obat,
hambatan mobilitas.
jika perlu 2) Lakukan
Pada diagnosa
prinsip 6 benar (
keperawatan Risiko tinggi
pasien,obat, dosis, wakru

16
rute, dokumentasi) 3) nutrisi berhubungan

Jelaskan tujuan dan dengan Ketidak

prosedur pemantauan 4) mampuan mencerna

Pemeberian transfusi makanan yang di tandai

darah ( jenis gol darah O ) otot menelan lemah

Berdasarkan kasus pada intervensi yang siterapkan

Ny. T semua intervensi antaranya yaitu: 1)

pada diagnosa Berikan makanan dingin,

keperawatan ini dipakai cairan bening, tidak

sebagai intervensi untuk berbau dan tidak

menyelesaikan masalah berwarna, jika perlu 2)

keperawatan Perusi Lakukan oral hygine

perifer tidak efektif pada sebelum makan, jika perlu

pasien Ny. T seperti 3) Anjurkan posisi

melihat hasil duduk, jika mampu 4)

labolatorium, berikan obat Kolaborasi pemerian

dengan tepat dan sesuai, medkasi sebelum makan (

memberikan transfusi mis. Pereda nyeri,

darah , sehingga menurut antiemetik ) jika perlu.

penulis tidak terdapat Berdasarkan kasus Ny. T

kesenjangan antara teori semua intervensi pada

dan kasus nyata. diagnosis keperaawatan

ini dipakai sebagi


Pada diagnosa
intervensi menyelesaikna
keperawatan Defisit

17
maslaah keprawatan dnegan ↓ kadar hb yang

defisit nutrisi pada pasien di tandai dengan Hb 3,79

Ny.T seperti berikan g/dltidak terdapat

makanan dingin, lakukan kesenjangan antara teori

membersihkan mulut dan kasus nyata karena

sebelum makan, berikan semua implementasi

obat pereda nyeri atau keperawatan dilakukan

nafsu makan , kolaborasi sesuai dengan intervensi

dnegan tim gizi yang dibuat

pemberian kalori dan diantaranyaberikanmeliha

nutrisi yang cukup, t hasil labolatorium,

menimbang BB sehingga berikan obat dengan tepat

menurut penulis tidak dan sesuai, memberikan

terdapat kesenjangan transfusi darah.

antara teori dan kasus


Implementasi
nyata
keperawatan pada

Implementasi diagnosaDefisit nutrisi

Keperawatan dilakukan berhubungan dengan

mulai tanggal 26 sampai Ketidak mampuan

28 November 2019. mencerna makanan yang

Untuk diagnosa di tandai otot menelan

pertamakeperawatan lemah, tidak terdapat

perfusi perifer tidak kesenjangan antara teori

efektif berhubungan dan kasus nyata karena

18
semua implementasi dengan Hb 3,79 g/dl,

keperawatan dilakukan menetapkan perencanaan

sesuai dengan intervensi dan implementasi. Pada

yang dibuat tahap evaluasi, kegiatan

diantaranyamakanan yang dilakukan yaitu

dingin, lakukan mengevaluasi selama

membersihkan mulut proses berlangsung

sebelum makan, berikan dengan menggunakan

obat pereda nyeri atau metode SOAP. Evaluasi

nafsu makan , kolaborasi yang dilakukan pada Ny.

dnegan tim gizi T sesuai dengan hasil

pemberian kalori dan implementasi yang telah

nutrisi yang cukup, dibuat pada kriteria

mendimbang BB. objektif yang ditetapkan.

Evaluasi yang didapatkan


Evaluasi Keperawatan
pada diagnosa
Sebagai tahap akhir dari
keperawatan. Setelah
proses keperawatan
dilakukan asuhan
setelah melakukan
keperawatan selama 3x24
pengkajian, merumuskan
jam masalah teratasi
diagnosa
sebagian. Didapatkan data
keperawatanperfusi
subjektif klien
perifer tidak efektif
mengatakan tidak pusing
berhubungan dnegan ↓
dan lemas . Didapatkan
kadar hb yang di tandai

19
data objektif Konjungtiva sudah mau makan tidak

normal, crt< 2 detit, mual saat makan .

Pasien sudah bisa Didapatkan data objektif

berbincang-bincang klien menghabiskan

dengan keluarga, Pasien makanan yang disediakan,

mampu mobilitas mual (-), wajah rileks,

mandiriMenurut penulis abdomen atas tidak nyeri.

perfusi perifer membaik


Kesimpulan
dikarenakan konjungtiva
Penerapan asuhan
normal.
keperawatan pada pasien

Pada diagnosa kedua Anemia pada umumnya

Defisit nutrisi sama antara teori dan kasus.

berhubungan dengan Hal ini dapat dibuktikan

Ketidak mampuan dalam penerapan teori pada

mencerna makanan yang kasus Ny. T yang menderita

di tandai otot menelan Anemia. Penerapan kasus ini

lemah. Setelah dilakukan dilakukan dengan

tindakan asuhan menggunakan proses

keperawatan selama 3x24 keperawatan mulai dari

jam masalah klien pengkajian, diagnosa

teratasi. Di dapatkan data keperawatan, perencanaan,

subjektif klien implementasi dan evaluasi.

mengatakansudah 1. Pengkajian dilakukan pada

merasakan nyaman dan tanggal 26 November 2019

20
diperoleh hasil yaitu klien Ny. T yaitu sesuai dengan

mengatakan pusing diagnosis yang timbul

berkunang kunang. pada Ny. T. Penulis telah

Didapatkan data menyusun asuhan

pemeriksaan fisik yaitu keperawatan dengan

tanda-tanda vital : tekanan dilakukan observasi Ambil

darah 135/79 mmhg, nadi sempel darah/ sputum/pus/

98x/menit, suhu 36,7 C, jaringan atau lainnya

resoiratory 20 x/menit. sesuai protocol, Lakukan

2. Diagnosa yang muncul oral hygine sebelum

pada Ny. S sesuai dengan makan, jika perlu, Berikan

prioritas utama yaitu makanan hangat, jika

perfusi perifer tidak efektif memungkinkan

berhubungan dnegan ↓ 4. Implementasi keperawatan

kadar hb yang di tandai yaitu melaksanakan

dengan Hb 3,79 g/dl, rencana sebelumnya yang

Defisit nutrisi telah disusun oleh penulis,

berhubungan dengan pelaksanaan yang

Ketidak mampuan diberikan sesuai dengan

mencerna makanan yang kebutuhan klien.

di tandai otot menelan Implementasi sudah

lemah dilaksanakan sesuai

3. Intervensi keperawatan perencanaan dank lien

yang diberikan kepadan

21
kooperatif dalam pelayanan khususnya pada

melakukan setiap tindakan. klien dengan Anemi.:

5. Evaluasi keperawatan 1. Pasien

yang dilakukan kepada Klien disarankan

Ny. T sebanyak tiga kali mengikuti intruksi yang

berturut-turut. Pada dilakukan perawat sesuai

evaluasi pertama rencana tindakan

dilakukan pada tanggal 26 keperawatan untuk

November 2019 mempercepat proses

didapatkan hasil pada dua kesembuhan klien

diagnosa masalah belum 2. Keluarga

teratasi, evaluasi kedua Keluarga disarankan

pada tanggal 27 November mampu memberi

2019 didapatkan hasil pada dukungan pada klien untuk

dua diagnosa masalah kesembuhan klien

teratasi sebagian, evaluasi 3. Petugas Kesehatan

ketiga pada tanggal 26 a) Meningkatkan

November 2019 kemampuan dan

didapatkan hasil pada dua kualitas dalam

diagnosa masalah teratasi. memberikan asuhan

A. Saran keperawatan pada klien


Berdasarkan dari kesimpulan
khusunya pada masalah
diatas ada beberapa saran
asuhan keperawatan
dapat penulis sampaikan
Anemia
untuk meningkatkan

22
b) Membantu asuhan

keperawatan sesuai

dengan rencana

tindakan keperawatan

sesuai dengan SOP

(Standart Operasional

Prosedur) yang

ditetapkan.

4. Pelayanan Kesehatan

Memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan

SOP (Standart

Operasional Prosedur)

dilanjutkan dengan SOAP

pada klien Anemia

5. Institusi Pendidikan

Menambah referensi

Karya Tulis Ilmiah tentang

kasus anemia khususnya

pada pasien dengan

Anemia.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsalam, M . (2016). Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi .


https://saripediatri.Diaksespada 29 April 2020 pukul 20.54 wib .
Achadiat Chrisdiono M. . (2011). Prosedur Tetap Obsetri & Ginekologi. Jakarta: EGC.
Anjani, S. (2017). Anemia . http://repository. unismus.ac.id. Diakses pada 29 April 2020
pukul 20.09 wib.
Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta : Salemba Emban
Patria.
Bulechek,G.M Butcher,H.K. (2016 ). Nursing International Classification . singapore :
Elsevier Global Right .
Carnady, F, L. (2014). Anemia Defisiensi Besi .
https://id.scribd.com/doc/219864721/Anemia-Defisiensi-Besi. Diakses pada 29 April
2020 pukul 20.39 wib.
Chapman, Vicky. (2011). Asuhan Kebidanan : Persalinan dan Kelahiran. Jakarta: EGC.
Cici. (2016). Referat AnemiaDefisiensi Besi. https://id.sribd.com/doc/312867453/Referat-
Anemia-Defisiensi-Besi. Diakses pada 29 April 2020 pukul 20.46 wib.
Dr., Zahroh R, S.KEp.Ns.,M.Ked dan Istiroha, S.Kep.Ns.,M.kep. (2019 ). Asuhan
Keperawatan Pada Kasus Hematologi. Surabaya : CV.Jakad Publishing.
Dwi, W D . (2019). Anemia Defisiensi Besi. Yogyakarta : CV Budi Utama .
Ekawati, A. (2014). Makalah Hematologi Anemia .
https://www.academia.edu/9871777/anemia. Diakses pada 29 April 2020 pukul 20.15
wib.
Fitrian, J dan Amelia I S. (2018). Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Averrous , 14.
Hendarto, A dan Rhyono, F. (2018). Defisiensi Besi dan Anemia Defesiensi Besi pada Anak
Remaja Obes . https://saripediatri.org. Diakese pada 29 April 2020 pukul 20.52 wib.
Herman, T. Heather. (2018-2020). NANDA international nursing diagnoses. Jakarta : EGC.
Indriani, Diyan, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. (2013). Keperawatan Maternitas Pada Area
Antenatal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Iro. (2015). Anemia Defisiensi Besi. https://fk.ugm.ac.id. Diakses pada 29 April 2020 pukul
20.59 wib .
Leatemia, S. (2011). Anemia Defisiensi Besi . https://id.scribd.com/doc/70531877/Anemia-
Defisiensi-Besi. Diakses pada 29 April 2020 pukul 20.30 wib.
Madeaming, J. (2011). Anemia Defisiensi Besi. http://id.scribd.com/doc/72241830/anemaia-
defisiensi-besi. Diakese pada 29 April 2020 pukul 20.42 wib.
Moneyz, N. (2014). Referat Anemia Defisiensi Besi .
https://id.scribd.com/doc/237839768/Referat-Anemia-Defisiensi-Besi. Diakses pada
29 April 2020 pukul 20.21 wib.
Ns. Wagiyo,S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. dan Putrono, S.Kep.,Ners., M.Kes. (2016). ASUHAN
KEPERAWATAN ANTENATAL, INTRANATAL DAN BAYI BARU LAHIR.
Yogyakarta: Cv. ANDI OFFSET.

24
Okdiyantino Gatta. (2018, Maret 15). Peran Dan fungsi Perawat Dalam Bidang Maternitas.
academia edu, p. 1.
Rahmawati, A. (2017). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Ririn, 8. (2011). Anemia Defisiensi Besi . https://id.scribd.com/doc/52607264/Anemia-
Defisiensi-Besi.
Ririn,88. (2011). Anemia Defisensi Besi. http://id.sribd.com/doc/526072464//ANEMIA-
DEFISIENSI-BESI. Diakses pada 29 April 2020 pukul 20.27.
Rohmah,N Walid,S. (2017 ). Dokumentasi Proses Keperawatan . Jember : fakultas ilmu
kesehatan universitas muhammadiyah jember .
Santoso, D dan Gatot S. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Airlangga
University Press (AUP).
Suryani, D dan Riska, H . (2015). Analisis Pola Makan Dan Anemia Gizi Besi Pada Remaja
Putri . http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma. Diakses pada 29 April 2020
pukul 1.03 wib .
Tjandra,S. (2016). Anemia Defisiensi Besi. https://id.scribd.com/doc/305931018/Anemia-
Defisiensi-Besi. Diakes pada 29 April 2020 Pukul 20.29 wib.
Vevtisia. (2018). Angka Kematian Ibu di Indonesia. Siklus, 3-5.
Yuli, A dan Dwi, E. (2018). Anemia Dalam Kehamilan . Jember: CV. Pustaka Abadi .

25

Anda mungkin juga menyukai