Anda di halaman 1dari 17

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1.1 Pengertian

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan(Abdul H,2008)

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2004). Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan
antara intake dan output. Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml -
3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

1.2 Kebutuhan Fisiologis Cairan dan Elektrolit


1.2.1 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
a. Distribusi cairan tubuh
Cairan tubuh di distribusi dalam dua kompartemen, yaitu:
1) Cairan ekstra sel (CES)
(a) Cairan interstitial (CI): cairan diantara sel, sekitar 15% berat tubuh.
(b) Cairan intra vaskular (CIV): terdiri dari plasma (cairan limfe) dan darah, menyusun
5% berat tubuh.
2) Cairan intra sel (CIS): cairan dalam membran sel, membentuk 40% berat tubuh.
b. Komposisi Cairan Tubuh
1) Elektrolit: senyawa yang jika larut dalam air akan pecah menjadi ion dan mampu
membawa muatan listrik.
(a) Kation : elektrolit yang mempunyai muatan positif
(b) Anion: elektrolit yang mempunyai muatan negatif
Elektrolit penting untuk fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam basa.
Elektrolit diukur dalam mEq/L.
2) Mineral: senyawa jaringan dan cairan tubuh, berfungsi dalam:
(a) mempertahankan proses fisiologis;
(b) sebagai katalis dalam respons saraf, kontraksi otot, dan metabolisme zat gizi
(c) mengatur keseimbangan elektrolit dan produksi hormon, menguatkan struktur
tulang.
3) Sel: unit fungsional dasar dari jaringan tubuh, contohnya eritrosit dan leukosit.
c. Pergerakan Cairan Tubuh
1) Difusi
Yaitu proses dimana partikel berpindah dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah
berkonsentrasi rendah, sehingga distribusi partikel dalam cairan merata atau
melewati membran sel yang permeabel. Contoh: gerakan oksigen dari alveoli paru
ke darah kapiler pulmoner.
2) Osmosis
Yaitu perpindahan pelarut melalui membran semipermeabel dari larutan dengan
zat pelarut (solut) konsentrasi rendah ke larutan dengan solut konsentrasi tinggi.
Kecepatan osmosis bergantung pada konsentrasi solut, suhu larutan, muatan listrik
solut, dan perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan larutan. Tekanan
osmotik merupakan tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan tekanan ini
bergantung pada jumlah molekul di dalam larutan. Tekanan osmotic dipengaruhi
oleh protein, khususnya albumin yang menghasilkan osmotik koloid atau tekanan
onkotik.
Konsentrasi larutan (osmolalitas) diukur dalam osmol yang mencerminkan jumlah
substansi dalam larutan yang berbentuk molekul, ion, atau keduanya. Larutan yang
osmolalitasnya sama dengan plasma darah disebut isotonik, akan mencegah
perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen intrasel. Hipotonik adalah
larutan yang memiliki konsentrasi solut lebih rendah dari plasma, akan membuat air
berpindah ke dalam sel. Hipertonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi solut
lebih tinggi dari plasma, akan membuat air keluar dari sel.
3) Filtrasi
Yaitu proses gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik tinggi
ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang
dibuat oleh berat cairan. Filtrasi penting dalam mengatur cairan keluar dari arteri
ujung kapiler.
4) Transpor aktif
Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk
menggerakkan berbagai materi guna menembus membran sel dari daerah
konsentrasi rendah atau sama ke daerah konsentrasi sama atau lebih besar.
Contoh: pompa natrium kalium, natrium dipompa keluar dari sel dan kalium
dipompa masuk ke dalam sel.
d. Pengaturan cairan tubuh
1) Asupan cairan
Asupan cairan diatur melalui mekanisme rasa haus, yang berpusat di hipotalamus.
Air dapat diperoleh dari asupan makanan (buah, sayuran, dan daging, serta oksidasi
bahan makanan selama proses pencernaan). Sekitar 220 ml air diproduksi setiap hari
selama metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak berlangsung.
2) Haluaran cairan
Cairan terutama dikeluarkan melalui ginjal dan saluran gastrointestinal. Pada orang
dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk disaring dan
memproduksi urine. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dipengaruhi oleh hormon
antideuretik (ADH) dan aldosteron. Kehilangan air melalui kulit diatur oleh saraf
simpatis, yang mengaktifkan kelenjar keringat.
3) Hormon
Hormon utama yang memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah ADH
dan aldosteron. ADH menurunkan produksi urine dengan cara meningkatkan
reabsosrbsi air oleh tubulus ginjal dan air akan dikembalikan ke dalam volume darah
sirkulasi. Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium, menyebabkan
tubulus ginjal mengekskresi kalium dan mengabsorbsi natrium, akibatnya air akan
direabsorbsi dan dikembalikan ke volume darah. Glukokortikoid memengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit.
e. Pengaturan elektrolit
1) Kation
Kation utama, yaitu narium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca²+), dan magnesium
(Mg²+), terdapat di dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Kerja ion ini memengaruhi
transmisi neurokimia dan neuromuskular, yang memengaruhi fungsi otot, irama dan
kontraktilitas jantung, perasaan dan perilaku, fungsi saluran pencernaan, dan proses
lain. Natrium merupakan kation yang paling banyak jumlahnya dalam cairan
ekstrasel. Nilai natrium serum 135-145 mEq/L. Natrium diatur oleh asupan garam,
aldosteron, dan haluaran urine. Kalium merupakan kation intrasel utama, nilai kalium
serum 3,5-5,3 mEq/L. Kalium diatur oleh ginjal, dengan pertukaran ion kalium
dengan ion natrium di tubulus ginjal. Kalsium banyak terdapat di dalam tubuh. Nilai
kalsium serum 4-5 mEq/L. Kalsium diatur melalui kerja kelenjar paratiroid dan
tiroid. Magnesium merupakan kation terpenting kedua di dalam cairan intrasel. Nilai
magnesium serum 1,5-2,5 mEq/L. Magnesium terutama diekskresi melalui
mekanisme ginjal.
2) Anion
Anion utama adalah klorida (Clon bikarbonat (HCOlam cairan intrasel. Nilai
magnesium serum 1,5-2,5 mEq/L. Magnesium terutama diekskresi melalui
mekanisme ginjal. Aliran, elektrolit, dan asam basa. Klorida ditemukan di dalam
cairan ekstrasel dan intrasel. Nilai klorida serum 100-106 mEq/L. Klorida diatur
melalui ginjal. Bikarbonat adalah bufer dasar kimia yang utama di dalam tubuh,
ditemukan dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Nilai bikarbonat arteri mEq/L, dan
bikarbonat vena 24-30 mEq/L, bikarbonat diatur oleh ginjal Fosfat merupakan anion
bufer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Nilai fosfat serum 2,5-4,5 mg/100 ml.
Konsentrasi fosfat serum diatur oleh ginjal, hormone paratiroid, dan vitamin D
teraktivasi.
1.3 Faktor yang Berpengaruh
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain :
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal
atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen
otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,
perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada
orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi
dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi
urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme difusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah
berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
1.4 Masalah Diagnosa Medis
Demam Typhoid
a. Pengertian Demam Typhoid
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang disebabkan oleh
salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi
C, paratifoid biasanya lebih ringan, dengan gambaran klinis sama. ( Widodo Djoko, 2009
)
b. Etiologi
Demam Typhoid merupakan penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman
yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa. Seseorang yang sering menderita
penyakit demam typhoid menandakan bahwa ia mengonsumsi makanan dan minuman
yang terkontaminasi
bakteri ini.
c. Manifestasi Klinis
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa
dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan
epistaksis.Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam
adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. ( Widodo
Djoko, 2009 )
d. Patofisiologi
Penularan bakteri salmonella typhi dan salmonella paratyphi terjadi melalui makanan dan
minuman yang tercemar serta tertelan melalui mulut. Sebagian bakteri dimusnahkan oleh
asam lambung. Bakteri yang dapat melewati lambung akan masuk ke dalam usus,
kemudia berkembang. Apabila respon imunitas humoral mukosa (immunoglobulin A)
usus kurang baik maka bakteri akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan
selanjutnya ke lamina propia. Didalam lamina propia bakteri berkembang biak dan
ditelan oleh sel-sel makrofag kemudian dibawa ke plaques payeri di ilium distal.
Selanjutnya Kelenjar getah bening mesenterika melalui duktus torsikus, bakteri yang
terdapat di dalam makrofag ini masuk kedalam sirkulasi darah mengakibatkan bakteremia
pertama yang asimtomatik atau tidak menimbulkan gejala. Selanjutnya menyebar
keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa diorgan-organ ini
bakteri meninggalkan sel-sel fagosit dan berkembang biak di luar sel atau ruan sinusoid,
kemudian masuk lagi kedalam sirkulasi darah dan menyebabkan bakteremia kedua yang
simtomatik, menimbulkan gejala dan tanda penyakit infeksi sistemik.

1.5 Konsep Keperawatan


1.1.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status
cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang
berhubungan dengan berat badan :
1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan
darah serta tingkat kesadaran.
c. Asupan Cairan
Asupan cairan meliputi:
1) Cairan oral : NGT dan oral
2) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter

d. Pengukuran Keluaran Cairan


1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainage & IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani dan sensasi rasa.
b.Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin
dan bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar
natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
6. Ph dan Berat Jenis Urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
7. Analisa Gas Darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi O2.Nilai
normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3 - : 25 – 29 mEq/l.
Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena
(60 – 85 %).

1.1.2 Diagnosa Keperawatan


A. Diagnosa Keperawatan Utama
Diagnosa keperawatan utama pada klien dengan gangguan kebutuhan cairan,
elektrolit, adalah
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi kekuranga volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler, interstisial,
dan atau intraseluler, ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa
perubahan kadar natrium (NANDA,2017)

Ditandai dengan:

a. Urine output menurun


b. Konsentrasi urine meningkat
c. Kehilangan berat badan tiba-tiba\
d. Denyut nadi meningkat
e. Hipotensi
f. Aliran vena menurun
g. Tekanan arteri pulmonal menurun
h. Tekanan vena sentral menurun
i. Haus
j. Turgor kulit menurun
k. Volume atau tekanan denyut menurun
l. Perubahan status mental
m. Kulit kering
n. Membrane mukosa kering
Hal tersebut berhubungan dengan
a. Seseorang dengan dengan kehilanga cairan tubuh lama atau terancam kehilanga
cairan tubuh
b. Hipoaldosteronisme
c. Penuruna intake cairan atau makana lama
d. Penggunaan diuretic
e. Kegagalan mekanisme regulasi
f. Kehilangan cairan aktif
2. Diare
Definisi diare adalah pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk
Ditandai dengan :
a. ada dorongan untuk defekasi
b. bising usus hiperaktif
c. defekasi feses cair> dalam 24 jam
d. kram
e. nyeri abdomen

Berhubungan dengan :

a. fisiologis
1. inflamasi gastrointestinal
2. iritasi gastrointestinal
3. kram
4. parasit
5. malabsorbsi
b. psikologis
1. ansietas
2. tingkat stress tinggi
c. situasional
1. makan melalui selang
2. melakukan perjalanan
3. pemaparan pada kontamina
4. pemaparan pada toksin
5. penyalahgunaan laksatif
6. penyalahgunaan zat
7. program pengobatan
3. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
Definisi Risiko ketidakseimbangan elektrolit adalah kerentanan mengalami perubahan
kadar elektrolit serum yang dapat menggaggu kesehatan.

Faktor yang menentukan/determinan (peningkat resiko) dari resiko


ketidakseimbangan elektrolit:
a) Diare
b) Disfungsi ginjal
c) Disfungsi pengaturan endokrin (mis., intoleransi glukosa, peningkatan
insulin growth factor 1 [IGF-1], androgen, dehydroepiandrosterone
[DHEA], dan kortisol
d) Gangguan mekanisme pengaturan
e) Kekurangan volume cairan
f) Muntah
g) Program pengobatan

4. Kesiapan meningkatkan keseimbangan elektrolit


Definisi Kesiapan meningkatkan keseimbangan elektrolit adalah suatu pola
keseimbagan di antara volume cairan dan komposisi kimiawi cairan tubuh, yang dapat
ditingkatkan.
Didapatkan data yang mendukung yang dapat memperkuat dalam mengakkan diagnosa
kesiapan meningkatkan kesimbangan elektrolit:

a) Pasien menyatakan keinginan untuk meningkatkan keseimbangan


cairan.
5. Resiko kekurangan volume cairan

Defenisi resiko kekurangan volume cairan kerentanan mengalami penurunan volume


cairan intravaslular, yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor yang menentukan/determinan (peningkat resiko) dari resiko kekurangan
volme cairan:
a) Agens farmaseutikal
b) Barier kelebihan cairan
c) Berat badan ekstrem
d) Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan
e) Gangguan mekanisme regulasi
f) Kehilangan cairan melalui rute normal
g) Kehilangan volume cairan aktif
h) Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan
i) Penyimpangan yang memengaruhi asupan cairan
j) Penyimpangan yang memengaruhi kelebihan cairan
k) Usia ekstrem
6. Kelebihan volume cairan
7. Defenisi Kelebihan volume cairan peningkatan retensi cairan isotonic.
Beberapa data yang mendukung untuk menguatkan dalam menegakkan diagnosa
kelebihan volume cairan:
a) Ada bunyi jantung S3
b) Anasarka
c) Ansietas
d) Asupan melebihi haluaran
e) Azotemia
f) Bunyi nafas tambahan
g) Dispnea
h) Dispnea nocturnal paroksismal
i) Distensi vena jugularis
j) Edema
k) Efusi pleura
l) Gangguan pola nafas
m)Gangguan tekanan darah
n) Gelisah

o) Hepatomegali
p) Ketidakseimbangan elektrolit
q) Kongesti pulmonal
r) Oliguria
s) Ortopnea
t) Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat
u) Peningkatan tekanan vena sentral
v) Penurunan hematokrit
w)Penurunan hemoglobin
x) Perubahan berat jenis urine
y) Perubahan status mental
z) Perubahan tekanan arteri pulmonal
Berhubungan Dengan
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan volume cairan
c. Kelebihan asupan natrium
8. Resiko ketidakseimbangan volume cairan
Defenisi Resiko ketidakseimbangan volume cairan kerentanan terhadap penurunan,
peningktan, atau pergeseran cepat cairan intravascular, interstitial, dan/atau intraseluler
lain, yang dapat megganggu kesehatan. Ini mengacu pada kehilangan, penambahn
cairan tubuh, atau keduanya.
Faktor yang menentukan/determinan (peningkat resiko) dari resiko ketidakseimbangan
volume cairan:
a) Asites
b) Berkeringat
c) Luka bakar
d) Obstruksi intestinal
e) Pancreatitis
f) Program pengobatan
g) Sepsis
h) Trauma
1.1.3 Kriteria Hasil dan Intervensi

1. Kekurangan Volume Cairan


Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


1 Kekurangan Setalah dilakukan asuhan Manajemen
Volume Cairan keperawatan selama 2x24 jam, di Hipovolemi (4180)
berhubungan harapkan volume cairan tubuh Aktivitas :
dengan membrane pasien dapat teratasi. O:

mukosa kering dan Hidrasi (0602) -Monitor adanya tanda


tanda dehidrasi (misalnya,
peningkatan suhu Kode Indikator SA ST
turgor, kulit buruk, crt
tubuh 06021 Warna urin 1 5
lambat, nadi lemah, sangat
Kode Diagnosa 9 keruh
haus, membrane mukosa
Keperawatan: 06021 Output 1 5
kering, penurunan urine
00027 1 urine output)
06022 Nadi cepat 1 5 N:
1 dan lemah -Anjurkan kepada keluarga
06022 Peningkatan 1 5 untuk memberikan minum
7 suhu tubuh pada anak sesering
Keterangan : mungkin
1: Berat E:
2:Cukup berat -berikan edukasi kepada
3:Sedang keluarga untuk
4:Ringan memberikan kompres
5:Tidak ada hangat
-berikan edukasi kepada

Termogulasi (0800) keluarga untuk

Kode Indikator SA ST memberikan makanan dan


minuman favorit
08001 Hipertermia 2 5
9
08000 Sakit 3 5 C:

3 kepala - kolaborasi dengan dokter


mengenai pemberian obat .

Keterangan :
1: sangat terganggu
2:banyak terganggu
3:cukup terganggu
4:sedikit terganggu
5:tidak terganggu

DAFTAR PUSTAKA

Harnawatiaj.2008.Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (http://wordpress.com/,


diakses 24 April 2010)

Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul..2008.”Kebutuhan Dasar Manusia”.


Jakarta: EGC.

Faqih, Moh. Ubaidillah.2009.”Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia”,


(http://www.scribd.com/ diakses 25 april 2010)

Obet.2010.Kebutuhan Cairan dalam Tubuh, (http://akarrumput21.blogspot.com/,


diakses 24 April 2010)

Anda mungkin juga menyukai