Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN MASALAH KEBUTUHAN DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT

OLEH:
Nurhaliza
713002S10007

Jurusan D3 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Nusantara
2023
1. DEFINISI
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk berespon terhadap stressor
fisiologi dan lingkungan (Kurniawan, 2016). Cairan dan elektrolit sangat
diperlukan agar menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan tubuh
adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar. Melalui
mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan didalam tubuh setiap
waktu selalu berada dalam jumlah yang kosntan. Dalam keadaan normal,
masukan cairan akan dipenuhi melalui minum atau makanan yang masuk ke
dalam tubuh secara peroral, serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme.
Air yang keluar dari tubuh, termasuk yang dikeluarkan sebagai urin, air didalam
feses, isensibel dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru (Mangku &
Senapathi, 2010). Terdapat tiga jenis masalah yang berkaitan dengan gangguan
kebutuhan cairan yaitu terdiri dari :
a) Kelebihan volume cairan atau hipervolemia adalah istilah medis yang
menggambarkan kondisi ketika tubuh menyimpan terlalu banyak cairan.
Kelebihan cairan tersebut bisa menumpuk di luar sel-sel tubuh atau di
ruangan antar sel di dalam jaringan tertentu. Hipervolemia juga
menggambarkan kondisi kelebihan cairan dalam aliran darah. Tanda dan
gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia
antara lain sesak nafas, dan ortopnea. Hipervolemia dapat menimbulkan
gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan
disfungsi kardiovaskuler.
b) Kekurangan volume atau hivopolemia adalah kondisi yang umunya
terjadi gangguan dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti
dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Tanda dan gejala klinik
yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia antara lain
pusing, kelemahan, keletihan, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan
mental, konstipasi, oliguria. Kondisi hipovolemia yang lama dapat
menimbulkan gagal ginjal akut. Akibat lanjut dari kekurangan volume
cairan dapat mengakibatkan dehidrasi (ringan, sedang berat), dan kejang
pada dehidrasi hipertonik (Agro & Vennari, 2012).

2. KLASIFIKASI
Menurut Rahayu dan Harnanto (2017), terdapat beberapa klasifikasi cairan dan
elektrolit yaitu sebagai berikut :
1) Klasifikasi Cairan
A. Klasifikasi menurut distribusi cairan tubuh yaitu sebagai berikut:
a) Cairan Ekstrasel (CES) terdiri dari :
o Cairan interstitial (CI) yaitu cairan yang berada diantara sel yang
menyusun sekitar 15% berat tubuh.
o Cairan intravascular (CIV) terdiri dari plasma (cairan limfe) dan darah
yang menyusun sekitar 5% berat tubuh
o Cairan transeluler yang terdiri dari cairan serebrospinalis, synovia,
cairan peritoneum, cairan dalam rongga mata, dll yang menyusun 1-
3% berat tubuh.
b) Cairan Intrasel (CIS) yaitu cairan dalam membrane sel yang membentuk
40% berat tubuh.
B. Klasifikasi berdasarkan komposisi cairan tubuh terdiri dari:
1. Elektrolit: senyawa yang jika larut dalam air akan pecah menjadi ion dan
mampu membawa muatan listrik, yang terdiri dari:
o Kation : elektrolit yang mempunyai muatan positif
o Anion: elektrolit yang mempunyai muatan negatif
Elektrolit berfungsi untuk neuromuskular dan keseimbangan asam
basa.Elektrolit diukur dalam mEq/L.
2. Mineral merupakan senyawa jaringan dan cairan tubuh, yang berfungsi
dalam:
o Mempertahankan proses fisiologis
o Katalis dalam respons saraf, kontraksi otot, dan metabolisme zat gizi
o Mengatur keseimbangan elektrolit dan produksi hormon, menguatkan
struktur tulang.
3. Sel merupakan unit fungsional dasar dari jaringan tubuh, contohnya
eritrosit dan leukosit.
C. Klasifikasi berdasarkan pergerakan cairan tubuh:
a) Difusi yaitu proses ketika partikel berpindah dari daerah berkonsentrasi
tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah, sehingga distribusi partikel dalam
cairan merata atau melewati membran sel yang permeabel. Contoh:
gerakan oksigen dari alveoli paru ke darah kapiler pulmoner.
b) Osmosis yaitu perpindahan pelarut melalui membran semipermeabel dari
larutan dengan zat pelarut (solut) konsentrasi rendah ke larutan dengan
solut konsentrasi tinggi. Kecepatan osmosis bergantung pada konsentrasi
solut, suhu larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan antara tekanan
osmosis yang dikeluarkan larutan. Tekanan osmotik merupakan tekanan
dengan kekuatan untuk menarik air dan tekanan ini bergantung pada
jumlah molekul di dalam larutan. Tekanan osmotik dipengaruhi oleh
protein, khususnya albumin yang menghasilkan osmotik koloid atau
tekanan onkotik. Konsentrasi larutan (osmolalitas) diukur dalam osmol
yang mencerminkan jumlah substansi dalam larutan yang berbentuk
molekul, ion, atau keduanya. Larutan yang osmolalitasnya sama dengan
plasma darah disebut isotonik, akan mencegah perpindahan cairan dan
elektrolit dari kompartemen intrasel. Hipotonik adalah larutan yang
memiliki konsentrasi solut lebih rendah dari plasma, akan membuat air
berpindah ke dalam sel. Hipertonik adalah larutan yang memiliki
konsentrasi solut lebih tinggi dari plasma, akan membuat air keluar dari
sel.
c) Filtrasi yaitu proses gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Tekanan
hidrostatik adalah tekanan yang dibuat oleh berat cairan. Filtrasi penting
dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler.
d) Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi
untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membran sel dari
daerah konsentrasi rendah atau sama ke daerah konsentrasi sama atau
lebih besar. Contoh: pompa natrium kalium, natrium dipompa keluar dari
sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel.
D. Klasifikasi berdasarkan pengaturan cairan tubuh:
a) Asupan cairan diatur melalui mekanisme rasa haus, yang berpusat di
hipotalamus. Air dapat diperoleh dari asupan makanan (buah, sayuran, dan
daging, serta oksidasi bahan makanan selama proses pencernaan). Sekitar
220 ml air diproduksi setiap hari selama metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak berlangsung.
b) Haluaran cairan Cairan terutama dikeluarkan melalui ginjal dan saluran
gastrointestinal. Pada orang dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar
125 ml plasma untuk disaring dan memproduksi urine. Jumlah urine yang
diproduksi ginjal dipengaruhi oleh hormon antideuretik (ADH) dan
aldosteron. Kehilangan air melalui kulit diatur oleh saraf simpatis, yang
mengaktifkan kelenjar keringat.
c) Hormon utama yang memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
adalah ADH dan aldosteron. ADH menurunkan produksi urine dengan
cara meningkatkan reabsosrbsi air oleh tubulus ginjal dan air akan
dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi. Aldosteron mengatur
keseimbangan natrium dan kalium, menyebabkan tubulus ginjal
mengekskresi kalium dan mengabsorbsi natrium, akibatnya air
akandireabsorbsi dan dikembalikan ke volume darah. Glukokortikoid
memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit.
2) Klasifikasi Elektrolit
A. Klasifikasi berdasarkan pengaturan keseimbangan asam basa:
a) Pengaturan kimiawi
Ekskresi hidrogen dikendalikan oleh ginjal. Protein (albumin,
fibrinogen, dan protrombin) dan gama globulin dapat melepaskan atau
berikatan dengan hidrogen untuk memperbaiki asidosis atau alkalosis.
b) Pengaturan biologis
Hidrogen memiliki muatan positif dan harus ditukar dengan ion lain
yang bermuatan positif, sering kali ion yang digunakan adalah kalium.
Karbondioksida berdifusi ke dalam eritrosit dan membentuk asam
karbonat, asam karbonat membelah menjadi hidrogen dan bikarbonat,
hidrogen terikat pada hemoglobin.
4. Pengaturan fisiologis
o Paru-paru
Apabila konsentrasi hidrogen berubah, paru-paru bereaksi untuk
memperbaiki ketidakseimbangan dengan mengubah frekuensi dan
kedalaman pernapasan
o Ginjal
Ginjal mengabsorbsi bikarbonat jika terjadi kelebihan asam dan
mengekskresikannya jika terjadi kekurangan asam.Ginjal
menggunakan fosfat untuk membawa hidrogen dengan
mengekskresikan asam fosfat dan membentuk asam basa.Ginjal
mengubah amonia (NH3) menjadi ammonium (NH4+) dengan
mengikatnya pada hidrogen.
B. Klasifikasi berdasarkan ketidakseimbangan elektrolit
a) Ketidakseimbangan natrium
Hiponatremia adalah konsentrasi natrium dalam darah lebih rendah,
terjadi saat kehilangan natrium atau kelebihan air.Hiponatremia
menyebabkan kolaps pembuluh darah dan syok. Hipernatremia adalah
konsentrasi natrium dalam darah lebih tinggi, dapat disebabkan oleh
kehilangan air yang ekstrim atau kelebihan natrium. Ekskresi dari
natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melalui
tinja, keringat, dan air mata.Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
b) Ketidakseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel
yang berfungsi sebagai exitability neuromukuler dan kontraksi
otot.Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme
perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi
aldosteron.Hipokalemia adalah kalium yang bersikulasi tidak adekuat,
dapat disebabkan oleh penggunaan diuretik.Hipokalemia dapat
menyebabkan aritmia jantung.Hiperkalemia adalah jumlah kalium
dalam darah lebih besar, disebabkan oleh gagal ginjal.Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c) Ketidakseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi,
penghantar impuls kontraksi otot, koagulasi darah (pembekuan darah)
dan membantu beberapa enzim pankreas.Kalsium diekresi melalui
urine, keringat.Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh
hormon paratiroid pada reabsorbsi tulang.Hipokalsemia
mencerminkan penurunan kadar kalsium serum. Hiperkalsemia adalah
peningkatan konsentrasi kalsium serum.
d) Ketidakseimbangan magnesium
Keseimbangan magnesium diatur oleh kelenjar parathyroid, dan
magnesium diabsorbsi dari saluran pencernaan.Magnesium dalam
tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Jika magnesium dalam
plasma darah kadarnya menurun, maka ginjal akan mengeluarkan
kalium lebih banyak, dapat terjadi pada pasien alkoholisme kronis,
muntah-muntah, diare, gangguan ginjal. Hipomagnesemia terjadi
ketika kadar konsentrasi serum turun sampai di bawah 1,5 mEq/L,
menyebabkan peningkatan iritabilitas neuromuskular.
Hipermagnesemia terjadi ketika konsentrasi magnesium serum
meningkat sampai di atas 2,5 mEq/L, menyebabkan penurunan
eksitabilitas sel-sel otot.
e) Ketidakseimbangan klrorida
Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu
mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam darah.
Hipokloremia terjadi jika kadar klorida serum turun sampai di bawah
100 mEq/L, disebabkan oleh muntah atau drainage nasogastrik/fistula,
diuretik. Hiperkloremia terjadi jika kadar serum meningkat sampai di
atas 106 mEq/L
C. Klasifikasi berdasarkan ketidakseimbangan asam basa:
a) Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik ditandai dengan peningkatan konsentrasi karbon
dioksida (PaCO2), kelebihan asam karbonat, dan peningkatan
hidrogen (penurunan pH).Hal ini disebabkan oleh hipoventilasi akibat
gagal napas atau overdosis obat, sehingga cairan serebrospinalis dan
sel otak menjadi asam, menyebabkan perubahan neurologis.
b) Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik ditandai dengan penurunan PaCO2 dan
penurunan konsentrasi hidrogen (peningkatan pH).Hal ini disebabkan
oleh penghembusan karbon dioksida berlebihan pada waktu
mengeluarkan napas atau oleh hiperventilasi, akibat ansietas atau
asma.
c) Asidosis metabolik
Asidosis metabolik diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi hidrogen
dalam cairan ekstrasel, disebabkan oleh peningkatan kadar hidrogen
atau penurunan kadar bikarbonat.
5. Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik ditandai dengan kehilangan asam dari tubuh atau
meningkatnya kadar bikarbonat, disebabkan oleh muntah, gangguan
asam lambung, menelan natrium bikarbonat.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK


Diagnosis gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Saat anamnesis ditanyakan
adanya panas badan, keringat berlebihan, diare, muntah, haus, pemakaian obat -
obat tertentu, pemasukan dan pengeluaran cairan tidak seimbang. Pemeriksaan
fisik meliputi berat badan dan tinggi badan, tekanan darah, nadi, turgor kulit,
mukosa mulut dan lidah, mata cekung, ubun-ubun (fontanel), pernafasan, diuresis,
refleks dan pemasangan tekanan vena sentral. Pemeriksaan penunjang untuk
mengetahui adanya permasalah terkait pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
menurut Tamsuri (2009) dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan:
1. Hitung darah
Hematokrit (Ht) menggambarkan persentase total darah dengan sel darah
merah. Karena hematokrit merupakan pengukuran volume sel dalam plasma,
nilainya akan dipengaruhi oleh jumlah cairan plasma. Dengan demikian, nilai
Ht pada klien yang mengalami dehidrasi atau hipovolemia cenderung
meningkat, sedangkan nilai Ht pada pasien yang mengalami overdehidrasi
dapat menurun. Normalnya, nilai Ht pada laki-laki adalah 40%-54% dan
perempuan 37%-47%.
2. Pemeriksaan elektrolit serum dilakukan untuk mengetahui kadar natrium,
kalium, klorida, dan kalsium.
a) Kondisi kelebihan natrium (hipernatremia) dalam darah umumnya
disebabkan oleh kurangnya konsumsi air, dehidrasi berat, hilangnya
cairan tubuh karena demam, diare, muntah, penyakit pernapasan,
keringat berlebihan karena olahraga, dan konsumsi obat kortikosteroid.
Sedangkan kondisi kekurangan natrium (hiponatremia) biasanya
disebabkan oleh malnutrisi serta gangguan kelenjar tiroid, adrenal, dan
hipotalamus. Penyebab lainnya adalah gagal ginjal, gagal jantung,
gagal hati, kecanduan alkohol, serta konsumsi obat diuretik atau
antikonvulsan.
b) Kalium berperan penting dalam mengatur fungsi jantung, serta menjaga
fungsi saraf dan otot. Kondisi kadar kalium berlebih (hiperkalemia)
biasanya disebabkan oleh gagal ginjal dan dehidrasi berat. Penggunaan
obat diuretik dan obat penurun tekanan darah, serta darah yang terlalu
asam (asidosis) seperti ketoasidosis diabetik, juga bisa menjadi
penyebab hiperkalemia. Sedangkan kondisi kekurangan kadar kalium
(hipokalemia) umumnya disebabkan oleh gangguan makan, dehidrasi,
muntah, diare, dan penggunaan obat pencahar, diuretik, atau insulin.
c) Klorida adalah elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan
pH dalam darah dan menyebarkan impuls saraf. Kelebihan klorida
(hiperkloremia) bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis atau akut,
gangguan pH darah (asidosis metabolik atau alkalosis respiratorik), dan
konsumsi acetazolamide jangka panjang. Sedangkan kekurangan
klorida (hipokloremia) biasanya disebabkan oleh diare atau muntah
berkepanjangan, penyakit paru-paru kronis seperti emfisema, gagal
jantung, dan gangguan pH darah (alkalosis metabolik). Konsumsi obat
pencahar, diuretik, kortikosteroid, dan bikarbonat juga bisa
menyebabkan hipokloremia.
d) Kalsium adalah mineral yang penting untuk fungsi organ, saraf, otot,
dan sel tubuh. Penyebab hiperkalsemia antara lain adalah penyakit
ginjal, gangguan tiroid, Hiperparatiroidisme, obat-obatan, seperti
lithium, teofilin, dan diuretic, penyakit paru-paru, seperti tuberkulosis
(TBC). Sedangkan penyebab hipokalsemia di antaranya adalah
pankreatitis, gagal ginjal, kanker prostat, dan kekurangan vitamin D.

3. pH Urine
pH urine menunjukkan tingkat keasaman urine yang dapat digunakan untuk
menggambarkan ketidakseimbangan asam basa. pH urine normal adalah 4,6-8
pada kondisi asidosis metabolik.
4. Berat Jenis Urine
Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indikator gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Pengukuran berat jenis urine merupakan cara paling
mudah dan cepat untuk menentukan konsentrasi urine. Berat jenis urine dapat
meningkat saat terjadi pemekatan akibat kekurangan cairan dan menurun saat
tubuh kelebihan cairan. Nilai berat jenis urine normal adalah 1,005 – 1,03.
Selain itu, berat jenis urine juga meningkat saat terdapat glukosa dalam urine,
juga pada pemberian dekstran, obat kontras radiografi, dan beberapa jenis
obat lainnya.
5. Analisa Gas Darah biasanya yang biasa diperiksa adalah pH, PO, HCO, PCO,
dan SaO2.
-
PCO2 normal : 35 – 40 mmHg
-
PO2 normal : 80 – 100 mmHg
-
HCO3 normal : 22 – 24 mmHg
-
SaO2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen
yang dapat dibawa oleh darah sampai bagian perifer tubuh, normalnya
95% - 98%.

4. PENATALAKSANAAN
Pengobatan cairan dan elektrolit secara intravena mempunyai tujuan untuk
mengganti kekurangan air atau elektrolit di dalam tubuh, memberikan air,
elektrolit dan zat makanan untuk kebutuhan harian, serta untuk memperbaiki
keadaan akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Penatalaksanaan pemberian
cairan dan elektrolit harus berdasarkan penyebab, setelah ditentukan, maka
disusun suatu rencana pemberian meliputi jenis cairan/elektrolit, jumlah, dan
kecepatan pemberian. Penatalaksanaan harus dilakukan secara sistematik meliputi
evaluasi status hemodinamik, pemasangan infus yang baik, bila perlu memasang
tekanan vena sentral (CVP), periksa kadar elektrolit, analisis gas darah. Pada
kondisi gawat, kateter urin harus terpasang untuk mengetahui kehilangan cairan
sehingga dapat direncanakan pemberian cairan/elektrolit yang tepat (Suwarsa,
2018).
1) Pemilihan cairan intravena
a) Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal saline dan
ringer laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi yang mirip cairan
ekstraselular. Karena perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid, dimana
kristaloid akan lebih banyak menyebar ke ruang interstitial dibandingkan
dengan koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit
cairan di ruang intersisial. Penggunaan cairan normal salin dalam jumlah
yang besar dapat menyebabkan timbulnya asidosis hiperkloremik, sedangkan
penggunaan cairan ringer laktat dengan jumlah besar dapat menyebabkan
alkalosis metabolik yang disebabkan adanya peningkatan produksi
bikarbonat akibat metabolisme laktat. Larutan dekstrose 5% sering
digunakan jika pasien memiliki gula darah yang rendah atau memiliki kadar
natrium yang tinggi. Namun penggunaannya untuk resusitasi dihindarkan
karena komplikasi yang diakibatkan antara lain hiperomolalitas
hiperglikemik, diuresis osmotik, dan asidosis serebral (Suta dan Sucandra,
2017).
b) Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat molekul tinggi
dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan
agak lama dalam ruang intravaskuler. Koloid digunakan untuk resusitasi
cairan pada pasien dengan defisit cairan berat seperti pada syok
hipovolemik/hermorhagik sebelum diberikan transfusi darah, pada penderita
dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein jumlah besar
(misalnya pada luka bakar). Cairan koloid merupakan turunan dari plasma
protein dan sintetik yang dimana koloid memiliki sifat yaitu plasma
expander yang merupakan suatu sediaam larutan steril yang digunakan untuk
menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka baker,
operasi, Kerugian dari ‘plasma expander’ ini yaitu harganya yang mahal dan
dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat
menyebabkan gangguan pada cross match. Contoh koloid alami yaitu seperti
fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia, serta koloid sintetik seperti
cairan koloid yaitu dextran, gelatin.

5. PATHWAY (Terlampir)
6. PENGKAJIAN
a) Data Biografi dan Demografi
Pada identitas dikaji nama, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan,
status perkawinan, agama, suku, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
sumber informasi, diagnosa medis.
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
c) Pengkajian 11 Pola Gordon
Pengkajian pertama yang dilakukan mengkhusus pada pola nutrisi dan cairan
yang meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut,
kuku dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat badan. Ada beberapa
hal yang dapat dikaji pada pasien yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana pola makan anda sehari – hari?
2. Berapa kali anda makan dalam sehari?
3. Menu apa saja yang biasanya anda konsumsi?
4. Apakah penyajian menu tersebut setiap harinya sudah terjamin
kebersihannya?
5. Apakah biasanya setiap porsi makanan anda selalu habis? Apakah ada sis
? Jika ada, sampaikah ½ dari porsi anda?
6. Apakah anda mempunyai alergi terhadap makanan?
7. Apakah anda sedang menjalani diet?
8. Apakah anda mengonsumsi suplemen khusus / vitamin?
9. Jenis makanan apakah yang menjadi favorit anda? Pedas? manis? asam?
gurih?
10. Apakah anda rutin minum air putih?
11. Berapa gelas anda habiskan untuk minum air putih dalam sehari?
12. Apakah anda tidak cocok dengan salah satu jenis air minum? (misalnya
salah satu merk)
13. Apakah anda hanya mengonsumsi air putih yang telah dimasak?
14. Bagaimana pola makan anda ketika anda sakit?
15. Apakah terjadi penurunan nafsu makan?
16. Apakah berat badan anda turun drastis setelah mengalami diare?
17. Bagaimana dengan pola minum anda selama sakit?
18. Apakah anda merasa haus?
19. Apakah frekuensi minum air putih anda menurun/meningkat?
20. Berapa gelas anda habiskan untuk meminum air putih dalam sehari?
21. Apakah anda pernah muntah selama sakit? Berapa kali anda muntah?
Bagaimana konsistensinya? Apakah berisi makanan yang telah dimakan
atau cairan?
22. Apakah sebelum muntah, anda pernah merasakan mual? Apakah sekarang
merasa mual? Saat kapan anda merasa mual?
23. Kemungkinan pada pasien mengalami mual karena hyperkalemia
sehingga perlu ditanyakan kembali kepada pasien sekaligus untuk
memantau hyperkalemia selain dari hasil pemeriksaan laboratorium.
Pengkajian kedua yang dilakukan dapat berupa pola eliminasi yang meliputi
pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan kulit), termasuk pola
individu seharihari, perubahan atau gangguan, dan metode yang digunakan
untuk mengendalikan ekskresi. Ada beberapa hal yang dapat dikaji pada
pasien yaitu sebagai berikut :
1. Apakah anda bisa mengontrol keluarnya kencing anda?
2. Apakah akhir – akhir ini pola kencing anda lancar? Berapa kali anda
kencing dalam sehari?
3. Kira – kira berapa volume kencing anda akhir – akhir ini? Apakah
mengalami penurunan?
4. Apakah air kencing anda terlihat jernih atau pekat kuning?
5. Apakah terdapat darah di kencing anda?
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Data Interpretasi masalah Masalah Keperawatan
Data Subjektif : Etiologi Kelebihan volume
 Pasien mengatakan merasa cairan
lemas Tubuh Kelebihan
 Pasien mengatakan terjadi menyimpan cairan dalam
peningkatan berat badan terlalu banyak aliran darah
drastis cairan
Data Objektif : Penumpukan
 Pasien mengeluh Cairan garam dan
sesak napas menumpuk di sodaium di
 Pasien luar sel – sel dalam tubuh
mengalami tubuh atau di
hyperkalemia ruang antar sel Retensi
 Pasien mengalami asidosis urine dalam
metabolik Tubuh tidak tubuh
 Pasien mengalami mampu
penyakit gagal ginjak mengeluarkan Kadar garam
kronik dan terjadi cairan yang akan
penumpukan cairan pada berlebih meningkat
intravaskuler rongga
paru Terjadi secara Tubuh
terus menerus menyimpan
dan tersimpan lebih banyak
mengisi rongga air
jaringan serta di
plasma darah

Kelebihan volume cairan


Data Subjektif : Etiologi Kekurangan volume
 Pasien tampak lemas cairan
 Pasien mengeluh tidak Tubuh kehilangan cairan dan
nafsu makan elektrolit dari intraseluler
Data Objektif :
 CRT >2 dtk, Cairan dan elektrolit
perubahan pada berpindah dari intraseluler ke
tekanan darah intravaskuler
 Nadi meningkat
 Urin output berkurang Penurunan pada cairan
 Hematocrit meningkat ekstravaskuker
 Berat jenis urin meningkat
 Pasien terlihat lemas, Kekurangan volume cairan
penurunan berat
badan
Diagnosa keperawatan :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan melemahnya mekanisme
pengaturan ginjal, ditandai dengan klien mengalami edema, terjadi
peningkatan berat badan dengan cepat, distensi vena jugularis, oliguria
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan penurunan haus, membran mukosa kering, penurunan
turgor kulit, peningkatan konsentrasi urine
8. NURSING CARE PLAN
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional Evaluasi
Keperawatan

Kelebihan volume Setelah diberikan asuhan NIC Label : NIC Label : S: Pasien mengatakan
cairan berhubungan keperawatan selama …x24 Fluid Management Fluid Management sudah tidak merasa
dengan
jam diharapkan volume 1. Monitor dan timbang 1. Untuk mengetahui lemas
melemahnya
mekanisme cairan tubuh klien normal berat badan pasien setiap berat badan pasien O :
pengaturan ginjal, dengan criteria hasil : hari selama dirawat setiap hari 1. Tekanan darah pasien
ditandai dengan
NOC Label: Fluid Balance 2. Pertahankan keakuratan 2. Untuk dokumentasi normal
pasien mengalami
edema, terjadi 1. Tekanan darah pasien catatan intake dan output dan ebagai 2. Kecepatan nadi
peningkatan berat normal 3. Pasang urinary kateter perbandingan normal (60-100 x/mnt)
badan dengan cepat,
2. Kecepatan nadi pasie jika diperlukan 3. Untuk mempermudah 3. Turgor kulit normal
distensi vena
jugularis, oliguria normal 60-100x/menit eleminasi pasien (CRT < 2 dtk)
3. Turgor kulit pasien 4. Monitor vital sign 4. Untuk mengetahui 4. Intake dan
normal 5. Periksa lokasi dan luas TTV pasien output dalam 24
4. Intake dan output dalam edema, jika ada 5. Untuk mengetahui jam seimbang
24 jam seimbang lokasi dan luas edema 5. Berat badan stabil
5. Berat badan pasien stabil 6. Monitor status nutrisi 6. Untuk mengetahui 6. Hasil pemeriksaan
6. Intake dan output dalam pasien status nutrisi pasien elektrolit pasien
24 jam seimbang 7. Untuk mengetahu normal
7. Hasil pemeriksaan 7. Monitor respon pasien respon pasien terhadap 7. Tidak terjadi asites
elektrolit pasien normal: terhadap terapi elektrolit terapi elektrolit yang A : -
a) Natrium (135-148 yang diberikan diberikan P:-
mEq/lt)
b) Kalium (3,5-5,5
mEq/lt) NIC Label : Fluid NIC Label : Fluid
c) Magnesium (1,5-2,5 Monitoring Monitoring
mEq/lt) 1. Kaji riwayat jumlah dan 1. Untuk mengetahui
d) Klorida (100-106 tipe cairan yang masuk riwayat jumlah dan tipe
mEq/lt) dan kebiasaan eleminasi cairan yang masuk dan
e) Hematokrit dalam 2. Kaji factor resiko yang kebiasaan eleminasi
rentang normal (laki- menyebabkan 2. Untuk mengetahui
laki : 40%-54% dan ketidakseimbangan cairan factor resiko yang
perempuan : 37%- 3. Monitor cairan yang menyebabkan ketidak
47%). masuk dan keluar seimbangan cairan
f) Berat jenis urin 4. Monitor membrane 3. Untukmengetahui
dalam rentang mukosa dan turgor kulit cairan yang masuk dan
normal (1,005 – keluar
1,03). 4. Untuk mengetahui
g) Osmolalitas serum keadaan membrane
normal (279 - 300 mukosa dan turgor kulit
mOsmol/kg ) pasien
NOC Label : Fluid Overload
Severity
1. Tidak tampak adanya
edema pada kaki
2. Tidak tampak adanya
edema sistemik
3. Tidak tampak adanya
ascites (tampak kembung
pada perut)
4. Tidak ada peningkatan
ukuran lingkar perut
Kekurangan volume Setelah diberikan tindakan NIC : Fluid Management NIC : Fluid Management S : Keluarga mengatakan
cairan berhubungan keperawatan selama … x 24 1. Pertahankan catatan 1. Agar dapat mengetahui pasien sudah mau minum
dengan kehilangan jam diharapkan klien tidak intake dan output yang kebutuhan cairan klien, dan tidak merasa lemas
cairan aktif ditandai mengalami gejala kekurangan akurat sehingga dapat
dengan penurunan volume cairan, dengan 2. Monitor status hidrasi memberikan intervensi O : Mukosa bibir pasien
haus, membran kriteria hasil : (kelembaban membran yang sesuai tampak lembab
mukosa kering, NOC : Fluid balance mukosa, nadi adekuat, 2. Status hidrasi A : -
penurunan turgor a) Mempertahankan urine tekanan darah ortostatik), diobservasi untuk P : -
kulit, peningkatan output sesuai dengan usia jika diperlukan mengetahui lebih awal
konsentrasi urine dan BB, BJ urine normal, 3. Monitor hasil lab yang daripada tanda-tanda
b) Tekanan darah, nadi, suhu sesuai dengan retensi terjadinya dehidrasi
tubuh dalam batas normal cairan (BUN , Hmt, 3. Pemeriksaan
osmolalitas urin, albumin, laboratorium
total protein) digunakan sebagai
NOC : Hydration pedoman dalam
a) Tidak ada tanda tanda 4. Monitor vital sign setiap pemberian cairan, agar
dehidrasi, elastisitas 15menit – 1 jam mencegah terjadinya
turgor kulit baik, 5. Kolaborasi pemberian ketidakseimbangan dan
membran mukosa lembab, cairan IV kelebihan cairan
tidak ada rasa haus yang 4. Vital sign sebagai
berlebihan pedoman untuk
6. Monitor status nutrisi penggantian cairan
Noc : Nutritional Status : sekaligus untuk
Food and Fluid Intake 7. Berikan cairan oral mengkaji respons
a) Intake oral dan intravena kardiovaskuler pasien
adekuat 8. Berikan penggantian 5. Jika pemberian cairan
nasogatrik sesuai output tidak dapat dilakukan,
(50 – 100cc/jam) maka dapat
dikolaborasikan
9. Dorong keluarga untuk dengan memberikan
membantu pasien makan cairan IV
10. Monitor intake dan urin 6. Status nutrisi sedikit
output setiap 8 jam tidak akan
berhubungan juga
dengan status hidrasi
7. Cairan oral akan
membantu memebuhi
kekurangan cairan
dalam tubuh
8. Penggantian cairan
sesuai output dilakukan
untuk mencegah
terjadinya kelebihan
cairan
9. Keluarga sebagai orang
terdekat pasien
10. Memonitor intake dan
output cairan setiap 8
jam dilakukan untuk
mengevaluasi dan
merencanakan kembali
jika terdapat kekeliruan
dalam pemberian
cairan, agar segera
diperbaiki
DAFTAR PUSTAKA
Agro, F. E, & Vennari, M. (2012). Physiology of body fluid compartments and body
fluid Management. Body Fluid Management. From Physiology to therapy.
New York: Springer.
Doctherman, J. M., & Bulecheck, G. N. (2013). Nursing Intervention Classification.
USA: Mosby
Kurniawan, A. (2016). Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit pada Tn. R di Ruang Dahlia RsSUD Dr. Soedirman Kebumen.
Skripsi. Jawa Tengah: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong.
Mangku G, Senapathi, T. (2010). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku
Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks.
Moorhead, S., Jonson, M., Mass, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification 5th ed. USA: Mosby
NANDA International. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2015-2017. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Rahayu, S., & Harnanto, A.M. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta:
Kemenkes RI. Diakses dari: http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/KDM-2-Komprehensif.pdf.
Suwarsa, O. (2018). Terapi Cairan dan Elektrolit pada Keadaan Darurat. Berkala
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,30(2), 162 – 170.
Tamsuri, A. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Keseimbangan Cairan & Elektrolit. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai