klorida, dan bikarbonat. Elektrolit lain seperti kalium, kalsium, dan magnesium
hanya terdapat dalam jumlah yang lebih kecil. Plasma dan cairan interstisial
mengandung sedikit atau tidak mengandung protein. Kalium dan magnesium
merupakan kation primer yang terdapat dalam CIS dengan fosfat dan sulfat
sebagai anion utama.
C. Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Kompartemen cairan tubuh dipisahkan oleh membran sel dan membran
kapiler. Partikel kecil seperti ion, oksigen, dan karbondioksida bergerak dengan
mudah menyeberangi membran ini, tetapi untuk molekul yang besar seperti
glukosa dan protein mengalami kesulitan yang lebih besar untuk menyeberangi
membran antar kompartemen ini. Metode pergerakan elektrolit dan zat terlarut
diantaranya adalah dengan osmosis, difusi, filtrasi, dan transpor aktif.
a. Osmosis
Osmosis adalah pergerakan air menembus membran sel, dari larutan
yang berkonsentrasi rendah ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (Kozier,
2010). Melalui osmosis, air bergerak menuju zat terlarut yang berkonsentrasi
lebih tinggi sebagai upaya untuk menyeimbangkan konsentrasi cairan. Di
dalam tubuh, air merupakan zat terlarut . Zat terlarut adalah zat yang larut di
dalam cairan. Zat terlarut terdiri atas elektrolit, oksigen, dan karbondioksida,
glukosa, urea, asam amino, dan protein. Konsentrasi zat terlarut di dalam
tubuh disebut dengan osmolalitas. Osmolalitas ditentukan oleh konsentrasi zat
terlarut total di dalam kompartemen cairan dan diukur sebagai bagian dari zat
terlarut per kilogram air.
Sebuah larutan isotonik memiliki osmolalitas yang sama dengan cairan
tubuh.salin normal, NaCl 0,9% merupakan contoh dari larutan isotonik.
Larutan hipertonik merupakan larutan yang memiliki osmolalitas yang lebih
tinggi dibandingkan cairan tubuh. Contoh larutan hipertonik adalah NaCl
0,3%. Larutan hipotonik adalah larutan yang memiliki osmolalitas yang lebih
rendah dibandingkan dengan cairan tubuh. Contoh larutan hipotonik adalah
NaCl 0.45%.
Tekanan osmotik merupakan kekuatan larutan untuk menarik air
menyeberangi membran semipermeabel. Jika dua larutan dengan konsentrasi
zat terlarut berbeda dipisahkan oleh membran semipermeabel maka larutan
yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi mengeluarkan tekanan osmotik
yang lebih tinggi, menarik air menyeberangi membran untuk
menyeimbangkan konsentrasi larutan. Protein plasma yang terdapat di dalam
tubuh mengeluarkan tekanan osmotik yang disebut tekanan osmotik kolpid
atau tekanan onkotik yang menarik air dari ruang interstisial ke kompartemen
pembuluh darah. Mekanisme ini penting dalam upaya mempertahanan volume
pembuluh darah.
b. Difusi
Difusi merupakan percampuran kontinue beberapa molekul di dalam
cairan, gas, atau zat padat yang disebabkan oleh gerakan konstan dari
molekulnya (Kozier, 2010). Difusi air, elektrolit, dan zat lain terjadi melalui
pori-pori celah membran kapiler. Kecepatan difusi suatu zat dipengaruhi oleh
ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan suhu larutan. Molekul yang
berukuran lebih besar akan bergerak sedikit lebih lambat dibandingkan
molekul yang lebih kecil karena memerlukan energi yang lebih besar untuk
bergerak. Pada difusi, molekul bergerak dari larutan konsentrasi tinggi ke
larutan berkonsentrasi rendah. Peningkatan suhu akan meningkatkan
kecepatan pergerakan molekul sehingga kecepatan difusi akan meningkat.
c. Filtrasi
Filtrasi merupakan proses pergerakan cairan dan zat terlarut secara
bersama menyeberangi sebuah membran dari satu kompartemen ke
kompartemen lain (Kozier, 2010). Pergerakan terjadi dari area bertekanan
tinggi ke area bertekanan rendah. Contoh pergerakan filtrasi adalah pergerakan
cairan dan zat gizi dari kapiler arteriola ke cairan interstisial di sekitar sel.
Tekanan di dalam kompartemen yang menghasilkan pergerakan cairan dan sat
terlarut di dalam cairan keluar dari kompartemen disebut dengan tekanan
filtrasi. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dikeluarkan oleh cairan di
dalam sebuah sistem tertutup pada dinding wajah penampung cairan tersebut.
Prinsip tekanan hidrostatik adalah cairan bergerak dari area bertekanan tinggi
ke area bertekanan rendah. Pembuluh darah, plasma protein di dalam darah
mengeluarkan tekanan osmotik koloid atau tekanan onkotik yang melawan
tekanan hidrostatik dan menahan cairan di dalam kompartemen pembuluh
darah untuk mempertahankan volume pembuluh darah. Apabila tekanan
hidrostatik lebih besar dibandingkan tekanan osmotik, maka cairan akan
tersaring keluar dari pembuluh darah. Contoh tekanan filtrasi adalah
perbedaan antara tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik.
d. Transpor aktif
Transpor aktif merupakan pergerakan zat menyeberangi membran sel
dari larutan berkonsentrasi rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi (Kozier,
2010). Perbedaan antara transpor aktif dengan difusi dan osmosis adalah
terletak pada energi metabolik yang dihabiskan. Dalam transpor aktif, sebuah
zat berikatan dengan sebuah pembawa di permukaan luar membran sel dan
keduannya bergerak ke permukaan dalam membran sel lalu zat dan pembawa
akan berpisah dab zat dilepaskan ke bagian dalam sel. Sebuah pembawa
spesifik diperlukan untuk setiap zat, enzim dibutuhkan untuk transpor aktif
dan energi dikeluarkan. Proses transpor aktif berperan untuk mempertahankan
perbedaan konsentrasi ion natrium dan kalium di dalam CIS dan CES.
Normalnya jumlah konsentrasi natrium lebih tinggi di dalam sel, sehingga
untuk mempertahankan proporsi ini, mekanisme transpor aktif (pompa
natrium-kalium) diaktivasi, untuk memindahkan natrium ke luat sel dan
kalium ke dalam sel.
2. Pengaturan Cairan Tubuh
A. Haluaran Cairan
Asupan cairan orang dewasa sekitar 1500 sampai 2500 mm per hari
dan butuh tambahan 1000 ml (Kozier, 2010). cairan tambahan tersebut
urin. Umumnya pada orang dewasa sekitar 135 sampai 180 L plasma
perhari yang disaring, namun hanya sekitar 1.500 ml urin yang
diekskresikan (Kozier, 2010). Keseimbangan elektrolit dipertahankan oleh
retensi dan ekskresi oleh ginjal. Ginjal juga berperan penting dalam
pengatusan
asam-basa,
mengekskresikan
ion
hidrogen
dan
mempertahankan bikarbonat.
b. Hormon antidiuretik
Hormon antidiuretik yang mengatur ekskresi dari ginjal, disintesis di
bagian anterior hipotalamus dan bekerja pada duktus kolektivus nefron.
Apabila osmolalitas serum meningkat, ADH diproduksi, menyebabkan
duktus kolektivus menjadi permeabel terhadap air. Peningkatan
permeabilitas ini mungkin lebih banyak air diserap kembali ke dalam
darah. Apabila lebih banyak air yang diserap kembali maka haluaran urin
akan berkurang dan osmolalitas serum menurun karena air mengencerkan
cairan tubuh. Sebaliknya, jika osmolalitas serum menurun, ADH ditekan,
duktus kolektivus menjadi kurang permeabel terhadap air dan haluaran
urin meningkat. Air yang berlebihan akan diekskresikan dan osmolalitas
serum kembali normal. Faktor yang memengaruhi produksi dan pelepasan
hormon ADH diantaranya adalah volume darah, suhu, nyeri, stres, dan
beberapa obat seperti opiat, barbiturat, dan nikotin.
c. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Respon khusus di sel jukstaglomelurus nefron ginjal berespons
terhadap perubahan perfusi renal sehingga memulai sistem reninangiotensin-aldosteron. Renin akan dilepaskan jika aliran darah atau
tekanan ginjal menurun. Renin menyebabkan pengubahan angiotensinogen
menjadi angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh
enzim pengubah angiotensin (Black, 2014). Angiotensin II bekerja
langsung pada nefron untuk meningkatkan retensi natrium dan air. Selain
itu, angiotensin II menstimulasi pelepasan aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron juga meningkatkan retensi natrium di nefron distal. Efek bersih
dari sistem renin-angiotensin-aldosteron adalah mengembalikan volume
darah dan perfusi renal melalui retensi natrium dan air.
d. Faktor natriuretik atrial
Faktor Natriuretik Atrial (ANF) dilepaskan dari sel di dalam atrium
jantung sebagai respon terhadap kelebihan volume darah dan peregangan
dinding atrium. ANF meningkatkan pengeluaran natrium dan bekerja
sebagai sebuah diuretik kuat, sehingga mengurangi volume vaskular. ANF
juga menghambat rasa haus sehingga mengurangi asupan cairan.
C. Pengaturan Elektrolit
Elektrolit merupakan ion bermuatan yang mampu menghantarkan
listrik, terdapat diseluruh cairan tubuh dan kompartemen tubuh. Elektrolit
berperan penting untuk mempertahankan keseimbangan cairan, berperan
dalam pengaturan asam-basa, memfasilitasi reaksi enzim, dan
mentransmisikan reaksi neuromuskular. Sebagian besar elektrolit memasuki
tubuh melalui asupan diet dan diekskresikan di dalam urin. Beberapa elektrolit
seperti natrium dan klorida tidak disimpan di dalam tubuh dan harus
dikonsumsi setiap hari untuk mempertahankan tingkat yang normal. Di sisi
lain, kalium disimpan di dalam sel dan kalsium disimpan di dalam tulang. Saat
kadar serum menurun, ion dapat keluar dari tempat penyimpanan menuju
datah untuk mempertahankan kadar serum yang adekuat sehingga dapat
berfungsi secara normal. Mekanisme pengaturan dan fungsi elektrolit
dirangkum di dalam tabel berikut:
TABEL 1. Pengaturan dan Fungsi Elektrolit
No. Elektrolit
1.
Natrium
(Na+)
Pengaturan
Fungsi
- Reabsorpsi atau ekskresi ginjal - mengatur
volume
dan
- Aldosteron
meningkatkan
distribusi CES
reabsorpsi Na+ dalam duktus Mempertahankan volume
kolektivus nefron ginjal
darah
- Menstrasmisikan impuls saraf
dan mengontraksikan otot
- Ekskresi dan penyimpanan di
ginjal
- Aldosteron
meningkatkan
+
ekskresi K
- Pergerakan ke dalam dan ke
luar sel
- Insulin
membantu
+
memindahkan K keluar sel
menuju CES
2.
Kalium (K+)
3.
Kalium
(Ca2+)
4.
Magnesium
(Mg2+)
5.
Klorida (Cl-)
- Mempertahankan osmolalitas
CES
- Menstransmisikan impuls saraf
dan impuls listrik lain
- Mengatur transmisi impuls
jantung dan kontraksi otot
- Fungsi otot rangka dan otot
polos
- Mengatur keseimbangan asambasa
- Pembentukkan tulang dan gigi
- Mentransmisikan impuls saraf
- Mengatur kontraksi otot
- Mempertahankan pacu jantung
- Pembekuan darah
- Mengaktivasi enzim seperti
lipase dan fosfolipase pankreas
- Metabolisme intrasel
- Mengoperasikan
pompa
natrium-kalium
- Merekalsasi kontraksi otot
- Menstransmisikan impuls saraf
- Mengatur fungsi jantung
- Produksi HCl
- Mengatur keseimbangan CES
dan volume vaskular
- Mengatur keseimbangan asambasa
- Sebagai
bufer
dalam
pertukaran
oksigen-
6.
7.
Fosfat (PO4-)
Bikarbonat
(HCO3-)
- Ekskresi
dan
penyerapan
kembali oleh ginjal
- Hormon
paratiroid
menurunkan
kadar
serum
dengan meningkatkan ekskresi
ginjal
- Hubungan timbal balik dengan
kalsium peningkatan kadar
kalsium serum menurunkan
kadar
fosfat;
penurunan
kalsium serum meningkatkan
fosfat
- Ekskresi
dan
penyerapan
kembali oleh ginjal
- Regenerasi oleh ginjal
akan menimbulkan kondisi yang disebut sebagai alkalosis. Selain sistem bufer
bikarbonat-asam bikarbonat, protein plasma, hemoglobin, dan fosfat juga
berfungsi sebagai bufer dalam cairan tubuh.
b. Pengaturan Pernapasan
Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan
membuang atau mempertahankan karbondioksida. Jika bergabung dengan air,
karbondioksida akan membentuk asam karbonat. Reaksi kimia ini bersifat
reversibel, asam karbonat akan diuraikan menjadi karbondioksida dan air. Sistem
pernapasan ini bekerja sama dengan sistem bufer bikarbonat-asam bikarbonat
dalam mengatur keseimbangan asam-basa dan pH dengan mengatur kecepatan
dan kedalaman pernapasan. Respon sistem pernapasan bersifat cepat dalam
hitungan menit. Apabila kadar asam karbonat dan karbondioksida dalam darah
meningkat, maka pusat pernapasan distimulasi dan kecepatan serta kedalaman
pernapasan akan meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan kadar asam
karbonat akan menurun. Sebaliknya, apabila kadar bikarbonat berlebihan, maka
kecepatan dan kedalaman pernapasan berkurang sehingga menyebabkan
karbondioksida ditahan sehingga kadar asam karbonat meningkat dan kelebihan
bikarbonat dinetralkan. Kadar karbondioksida dalam darah atau tekanan parsial
gas terlarut dalam darah vena diukur sebagai PCO2, sedangkan tekanan
karbondioksida di dalam darah arteri adalah PaCO2 dengan nilai normal 35
sampai 45 mmHg.
c. Pengaturan Ginjal
Ginjal merupakan pengatur akhir jangka panjang dalam keseimbangan
asam-basa. Ginjal lebih lambat berespon terhadap perubahan, memerlukan
beberapa jam sampai beberapa hari untuk memperbaiki ketidakseimbangan, tetapi
responnya lebih permanen dan selektif dibandingkan dengan sistem lain. Ginjal
mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengekskresikan atau
mempertahankan ion bikarbonat dan hidrogen. Apabila terdapat kelebihan ion
hidrogen dan ion turun, maka ginjal menyerap kembali dan meregenerasi
bikarbonat dan mengekskresikan ion hidrogen. Dalam kasus alkalosis dan pH
tinggi, kelebihan bikarbonat diekskresikan dan ion hidrogen dipertahankan. Kadar
normal bikarbonat serum adalah 22 sampai 26 mEq/L.
B. Faktor yang Memengaruhi Keseimbangan Cairan Tubuh, Elektrolit, dan Asam Basa
a. Usia
Bayi dan anak memiliki perpindahan cairan yang lebih besar dibandingkan
orang dewasa karenan laju metabolisme yang tinggi dapat meningkatkan
keseimbangan cairan. Bayi lebih banyak kehilangan cairan melalui ginjal karena
belum matur. Pernapasan bayi lebih cepat dan area permukaan tubuhnya lebih
besar dibandingkan orang dewasa sehingga meningkatkan kehilangan cairan yang
tidak dirasakan.
Pada lansia, respon haus sering kali berkurang sehingga asupan cairan juga
kurang dari kebutuhan normal. Kemampuan nefron menjadi berkurang untuk
menyimpan air sebagai respon terhadap ADH. Peningkatan kadar faktor
natriuretik atrial juga dapat menimbulkan gangguan kemampuan untuk
menyimpan air di dalam tubuh sehingga risiko dehidrasi pada lansia akan
meningkat.
b. Jenis kelamin dan ukuran tubuh
Sel lemak mengadung sedikit atau tidak sama sekali air sedangkan
jaringan tanpa lemak memiliki kandungan air yang tinggi. Individu yang memiliki
presentase lemak di tubuh yang tinggi memiliki cairan tubuh yang lebih sedikit.
Wanita secara proporsional memiliki proporsi lemak tubuh yang lebih banyak
dibandingkan pria sehingga memiliki proporsi cairan yang lebih sedikit
dibandingkan pria. Air menyusun sekitar 60% berat badan pria dewasa dan 52%
untuk wanita dewasa.
c. Suhu lingkungan
Kehilangan cairan melalui keringat meningkat di lingkungan yang panas
karena karena tubuh berupaya untuk menghilangkan panas. Jika suhu tubuh
meningkat, maa individu berisiko untuk mengalami keletihan akibat panas atau
heatstroke. Mengonsumsi cairan dingin dalam jumlah yang memadai, terutama
setelah beraktivitas berat akan mengurangi risiko dehidrasi.
d. Gaya hidup
Diet, latihan, dan stres mempengaruhi keseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam-basa. Orang yang menderita anoreksia nervosa atau bullimia berisiko
mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat karena asupan yang
tidak adekuat. Stres dapat meningkatkan metabolisme seluler, kadar konsentrasi
gula darah, dan katekolamin. Selain itu, kadar ADH juga akan meningkat sehingga
menurunkan produksi urin. Respon tubuh terhadap stres adalah meningkatkan
volume darah.
Referensi:
Black, J.M., Hawks, J.H. (2014). Buku Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinik
untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8. Jakarta: PT Salemba Medika
Kozier, B., Erb, G., Snyder, S.J. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperwatan Konsep, Proses,
dan Praktik, Edisi 7 Volume 2. Jakarta:EGC.