Anda di halaman 1dari 9

d.

Umpan balik untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis


Sebagai contoh apabila seorang mengalami hipoksia akan terjadi
proses peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen
yang cukup ke sel tubuh.
B. Sistem Buffer Tubuh
1. Pengertian Larutan Buffer Tubuh
Larutan buffer dalam darah adalah zat yang dapat mempertahankan
pH ketika ditambahkan sedikit asam/basa atau ketika di encerkan. Buffer
dalam darah termasuk buffer asam. Buktinya, jika darah tidak memiliki
buffer, maka ketika minum jus jeruk yang asam, tubuh kita dapat
mengalami asidosis (pH darah asam). pH pada plasma darah berada pada
pH berkisar 7,3 – 7,4, yaitu dari ion HCO3- dengan ion Na+. Apabila pH
darah lebih dari 7,4 akan mengalami alkalosis, akibatnya terjadi
hiperventilasi/ bernapas berlebihan. Apabila pH darah kurang dari 7,3 akan
mengalami acidosis akibatnya jantung, ginjal, hati dan pencernaan akan
terganggu. Kesetimbangan asam basa darah dikendalikan secara seksama,
karena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang
serius terhadap beberapa organ. (Anas Tamsuri, 2009)
Kondisi darah ber-pH asam menunjukkan gejala-gejala berikut:
a. Kulit tidak bersinar.
b. Penyakit kaki karena kutu air.
c. Cepat merasa lelah setelah olahraga ringan
d. Setelah naik turun tangga terengah-engah.
e. Gemuk dengan perut buncit.
f. Lamban bergerak dan lesu.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan kesetimbangan
asam basa darah :
a. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk
ammonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam
atau basa yang di buang. yang biasanya berlangsung beberapa hari.
b. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah manusia
sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba

3
dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk
meminimalkan perubahan pH suatu larutan penyangga, pH yang paling
penting dalam darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat suatu
komponen basa berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida
suatu komponen asam. Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam
aliran darah maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih
sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam
aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan
lebih sedikir bikarbonat.
c. Pembuangan karbondioksida, karbondioksida adalah hasil tambahan
penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan
oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-
paru karbondioksida tersebut dikeluarkan. Pusat pernapasan di otak
mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan
mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernapasan. Jika pernapasan
meningkat, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi
lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernapasan,
maka pusat pernapasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit
demi menit. Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme
pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan
utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis/alkalosis.

2. Fungsi Larutan Buffer dalam Tubuh


Larutan Buffer dalam darah terdiri dari 3 macam, yaitu larutan buffer
karbonat, larutan buffer hemoglobin, larutan buffer protein dan larutan
buffer fosfat. Larutan buffer karbonat dan Larutan buffer fosfat berfungsi
untuk mengontrol dan mengatur pH darah agar tetap stabil. Larutan buffer
hemoglobin berperan dalam proses mengikatan oksigen oleh darah.
Pada orang sehat, pH darah tidak pernah berbeda lebih dari 0,2
satuan dari pH normal,yaitu 7,4. pH darah tidak boleh turun di bawah 7,0
ataupun naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. Untuk
mempertahankannya, darah memiliki bebarapa larutan penyangga alami
yaitu hemoglobin, H2CO3/HCO3- dan H2PO4-/ HPO42-

4
a. Sistem Buffer hemoglobin 
Agar sel-sel dalam tubuh kita dapat berfungsi, diperlukan O2 yang
diperoleh melalui pernapasan dan dibawa ke seluruh tubuh. Transportasi
O2 oleh darah di dalam tubuh digambarkan dengan reaksi kesetimbangan
berikut. 
HHb+ + O2 2 + H+
Asam hemoglobin oksi hemoglobin Ion H+ akan diikat oleh ion
HCO3- membentuk H2CO3 yang oleh enzim karbonat anhidrase terurai
menjadi H2O dan CO2. Pelepasan CO2 oleh paru-paru mengakibatkan
pengurangan H+ dalam darah. Oleh karena itu CO2 yang dihasilkan
dalam jaringan sel diubah oleh enzim karbonat hidrase dalam darah
menjadi H2CO3 yang segera terurai menghasilkan ion H+ dan HCO3-.
Selanjutnya, ion H+ diikat oleh basa konjugasi HbO2 menghasilkan O2
yang masuk ke jaringan sel dan digunakan untuk reaksi metabolisme. 
b. Sistem Buffer Karbonat H2CO3 / HCO3-
Penyangga Karbonat berperan mengontrol Ph darah. Reaksi
Kesetimbangannya adalah :
H+(aq) + HCO3-(aq) <=>H2CO3(aq) <=> H2O(aq) + CO2(aq)
Perbandingan molaritas HCO3- terhadap H2CO3 yang diperlukan
untuk mempertahankan pH darah 7,4 adalah 20 : 1. Jumlah HCO3 - yang
relatif jauh lebih banyak itu dapat dimengerti karena hasil-hasil
metabolisme yang diterima darah lebih banyak bersifat asam. kondisi
asidosis, yaitu penurunan pH darah yang disebabkan oleh metabolisme
yang tinggi sehingga meningkatkan produksi ion bikarbonat. Kondisi
asidosis ini dapat mengakibatkan penyakit jantung, ginjal, diabetes
miletus (penyakit gula) dan diare. Orang yang mendaki gunung tanpa
oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu peningkatan pH
darah. Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para
pendaki bernafas lebih cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas
terlalu  banyak, padahal CO2 dapat larut dalam air menghasilkan H2CO3
Hal ini  mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi alkalosis dapat

5
mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang-
kadang karena cemas dan histeris).
c. Sistem Buffer Fosfat H2PO4 / HPO42-
Penyangga ini mengontrol pH darah terutama dalam sel,
seperti ginjal. Ion H+ juga dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal melalui
pembentukan ion HPO42- dan di buang sebagai garam dalam
urine. Penyangga fosfat merupakan penyangga yang berada di dalam
sel. Penyangga ini adalah campuran dari asam lemah H2PO4- dan
basa konjugasinya, yaitu HPO4 2-. Jika dari proses metabolisme sel
dihasilkan banyak zat yang bersifat asam, maka akan segera bereaksi
dengan ion HPO42-HPO42-(aq)+H+(aq)<=>H2PO4-(aq)
Sehingga perbandingan [H2PO4-] / [HPO42-] selalu tetap dan
akibatnya pH larutan tetap. Penyangga ini juga ada di luar sel, tetapi
jumlahnya sedikit. Selain itu, penyangga fosfat juga berperan sebagai
penyangga urin. Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh
gagal, seperti dapat terjadi selama sakit, sehingga pH darah turun di
bawah 7,0 atau naik ke atas 7,8, dapat menyebabkan kerusakan
permanen pada organ tubuh atau bahkan kematian.

6
3. Komponen Larutan Buffer dalam darah
Komponen Larutan Buffer terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Larutan Buffer yang bersifat asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7).
Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan
garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara
lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa
kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih.
Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa
konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa
kuat yang digunakan seperti natrium (Na), kalium, barium, kalsium,
dan lain-lain. Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat
dan natrium etanoat dalam larutan. Pada kasus ini, jika larutan
mengandung konsentrasi molar yang sebanding antara asam dan
garam, maka campuran tersebut akan memiliki pH 4,76. Ini bukan
suatu masalah dalam hal konsentrasinya, sepanjang keduanya
memiliki konsentrasi yang sama.
b. Larutan Buffer yang bersifat basa
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7).
Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan
garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya
yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam
kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih. Seringkali yang
digunakan sebagai contoh adalah campuran larutan amonia dan
larutan amonium klorida. Jika keduanya dalam keadaan perbandingan
molar yang sebanding, larutan akan memiliki pH 9,25. Sekali lagi, hal
itu bukanlah suatu masalah selama konsentrasi yang di pilih keduanya
sama.

7
4. Larutan Buffer Pada Ginjal

Ginjal juga menolong untuk mengatur konsentrasi H3O+ dalam


darah agar tetap konstan, dengan jalan mengeluarkan kelebihan asam
melalui urine, sehingga pH urine dapat berada sekitar 4,8 – 7,0.

5. Larutan Buffer Pada Air Ludah

Air ludah selain berfungsi untuk menjaga kelembapan mulut


ternyata berperan sebagai larutan peyangga. Email gigi yang rusak dapat
menyebabkan kuman masuk ke dalam gigi. Air ludah dapat
mempertahankan pH dalam mulut tetap berada pada kisaran 6,8. Air ludah
mengandung larutan penyangga fosfat yang dapat menjaga kerusakan gigi
dari kikisan asam-asam yang terbentuk dari sisa-sisa makanan disela-sela
gigi yang membusuk.

8
6. Cara Kerja Sistem Penyangga/Buffer
Sebenarnya penambahan sedikit asam, basa, atau pengenceran pada
larutan penyangga menimbulkan sedikit perubahan pH (tetapi besar
perubahan pH sangatlah kecil) sehingga pH larutan dianggap tidak
bertambah atau pH tetap pada kisarannya. Namun, jika asam atau basa
ditambahkan ke larutan bukan penyangga maka perubahan pH larutan
akan sangat mencolok. Prinsip kerja dari larutan penyangga yang dapat
mempertahankan harga pH pada kisarannya adalah sebagai berikut.
Larutan Penyangga Asam HA/A-
a.
HA (aq) --> A- (aq) + H+ (aq)
1) Jika ditambah sedikit asam kuat (H+)
Ion H+ dari asam kuat akan menaikkan konsentrasi H+ dalam
larutan, sehingga reaksi kesetimbangan larutan terganggu; reaksi
akan bergeser ke kiri. Namun, basa konjugasi (A -) akan menetralisir
H+ dan membentuk H
A- (aq) + H+ (aq) → HA (aq)
Sehingga pada kesetimbangan yang baru tidak terdapat perubahan
konsentrasi H+ yang berarti, besarnya pH dapat dipertahankan pada
kisarannya.

2) Jika ditambah sedikit basa kuat (OH-)

Ion OH- dari basa kuat akan bereaksi dengan H+ dalam


larutan, sehingga konsentrasi H+ menurun dan kesetimbangan larutan
terganggu. Oleh karena itu, HA dalam larutan akan terionisasi
membentuk H+ dan A- , reaksi kesetimbangan bergeser ke kanan.

OH-(aq) + H+(aq)→ H2O (l)

HA (aq) → A - (aq) + H+ (aq)

Sehingga, pada kesetimbangan yang baru tidak terdapat perubahan


konsentrasi H+ yang nyata, pH larutan dapat dipertahankan pada
kisarannya. Asam lemah dapat menetralisir penambahan sedikit basa
OH-.

9
HA (aq) + OH- (aq) → A- (aq) + H2O (l)

3) Jika larutan penyangga diencerkan

Pengenceran larutan merupakan penambahan air (H2O) pada


larutan. Air (H2O) akan mengalami reaksi kesetimbangan menjadi H+
dan OH-, namun H2O yang terurai sangat sedikit. Jadi, konsentrasi
H+ dan OH- sangat kecil, sehingga dapat diabaikan.

Larutan Penyangga Basa B/BH+


b.
B (aq) + H2O (l) --> BH+ (aq) + OH- (aq)

1) Penambahan sedikit asam kuat (H+)

H+ dari asam kuat dapat bereaksi dengan OH- pada larutan,


sehingga konsentrasi OH- menurun dan reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke kiri. Basa lemah (B) dalam larutan akan bereaksi dengan
H2O membentuk asam konjugasinya dan ion OH-.

H+ (aq) + OH- (aq) → H2O (l)

B (aq) + H2O (l) → BH + (aq) + OH- (aq)

Pada kesetimbangan yang baru tidak terdapat perubahan pH yang


nyata, besarnya pH dapat dipertahankan. Basa lemah dapat
menetralkan penambahan sedikit asam (H+).

B (aq) + H+ (aq) → BH + (aq)

2) Penambahan sedikit basa kuat (OH-)

Adanya basa kuat (OH-) dapat meningkatkan konsentrasi


OH- dalam larutan, sehingga reaksi kesetimbangan akan bergeser ke
kiri. Namun adanya asam konjugasi (BH+) dapat menetralkan
kehadiran OH- dan membentuk B dan H2O. Sehingga pada
kesetimbangan tidak terdapat perubahan konsentrasi OH- yang nyata,
dan pH larutan dapat dipertahankan.

10
BH + (aq) + OH- (aq) → B (aq) + H2O (l)

3) Penambahan air (pengenceran)

Penambahan H2O dalam larutan akan langsung terionisasi


menjadi H+ dan OH-, namun konsentrasi H+ dan OH- sangat kecil,
sehingga dapat diabaikan.

11

Anda mungkin juga menyukai