DISUSUN OLEH:
Ipah Dayani
17.NS.212
B. Definisi
Ketidakseimbangan asam basa terdiri dari 4 jenis dengan definisinya masing-
masing. Asidosis respiratorik (kelebihan asam karbonat) adalah peningkatan primer dari
PaCO2 (hiperkapnea), sehingga terjadi penurunan pH, PaCO2 > 45 mmHg, dan pH >
7,35. Kompensasi ginjal mengakibatkan peningkatan HCO3 serum. Asidosis respiratorik
dapat timbul secara akut ataupun kronis. Hipoksemia (PaO2 rendah) selalu menyertai
asidosis respiratorik jika klien bernapas dalam udara ruangan (Muttaqin 2009:513).
Gangguan keseimbangan asam-basa merupakan suatu gangguan yang
disebabkan oleh gangguan pada homeostasis ion hidrogen (H+) yang umumnya dikelola
oleh penyangga ekstraseluler, regulasi ion hidrogen dan bikarbonat dari ginjal, dan
regulasi ventilasi eliminasi karbon dioksida (CO2) (Dipiro et al., 2009)
Alkalosis respiratorik (kekurangan asam karbonat) adalah penurunan primer dari
PaCO2 (hipokapnea), sehingga terjadi penurunan pH. PaCO2 < 35 mmHg dan pH >
7,45. Kompensasi ginjal berupa penurunan ekskresi H+ dengan akibat lebih sedikit
absorpsi HCO3-. Penurunan HCO3- serum berbeda-beda, bergantung pada apakah
keadaannya akut atau kronis (Muttaqin 2009:518).
Asidosis metabolik (kekurangan basa bikarbonat) adalah gangguan klinis yang
ditandai oleh rendahnya pH (peningkatan konsentrasi hidrogen) dan rendahnya
konsentrasi bikarbonat plasma. HCO3- ECF adalah 22 mEq/L dan pH 7,35 (Muttaqin
2009:506).
Alkalosis metabolik (kelebihan HCO3-) adalah gangguan sistemik yang ditandai
dengan peningkatan primer dari kadar bikarbonat plasma, sehingga terjadi peningkatan
pH (penurunan H+). HCO3- ECF 26 mEq/L dan pH 7,45. Alkalosis metabolik sering
disertai berkurangnya volume ECF dan hipokalemia. Kompensasi pernapasan berupa
peningkatan PaCO2 dengan hipoventilasi. Akan tetapi, tingkat hipoventilasi terbatas,
karena pernapasan terus berjalan oleh dorongan hipoksia (Muttaqin 2009:509).
C. Etiologi
Penyebab ketidakseimbangan asam basa berbeda sesuai dengan jenis
ketidakseimbangan asam basa. Adapun penyebab untuk setiap jenis ketidakseimbangan
asam basa adalah sebagai berikut :
1. Asidosis Respiratorik Sebagian gejala asidosis respiratorik mungkin mirip dengan
gejala penyakit lain. Gejala-gejala asidosis meliputi kebingungan, lesu, sesak napas,
mengantuk, dan mudah lelah. Beberapa gejala lain termasuk kulit hangat, hipertensi
paru, denyut jantung tidak teratur, refleks tendon berkurang, batuk, mengi, mudah
marah (Dipiro et al., 2015).
2. Asidosis Metabolik Asidosis metabolik biasanya ditandai dengan pernapasan yang
cepat. Gejala-gejala asidosis metabolik tidak selalu spesifik tergantung dari
penyebab yang mendasarinya. Nyeri dada, sakit kepala, jantung berdebar, otot dan
nyeri tulang, kelemahan otot, dan sakit perut adalah beberapa gejala umum (Dipiro
et al., 2015).
3. Alkalosis Respiratorik Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas
dan dapat menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran (Dipiro et al., 2015).
4. Alkalosis Metabolik Pernapasan lambat merupakan gejala utama dari alkalosis
metabolik. Pernapasan lambat berpotensi menyebabkan Apnea, yaitu tidak bernapas
sama sekali untuk interval waktu tertentu. Kondisi ini memicu perubahan warna pada
kulit sehingga menjadi kebiruan atau keunguan. Detak jantung juga akan
berlangsung lebih cepat yang disertai penurunan tekanan darah. Gejala lain alkalosis
metabolik meliputi mati rasa dan kesemutan, berkedut, kejang otot, mual, muntah,
dan diare (Dipiro et al., 2015).
D. Patofisiologi
1. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan penurunan pH dan konsentrasi serum HCO3-
yang dapat diperoleh dari hasil penambahan asam organik ke cairan ekstraseluler
(misalnya, asam laktat dan ketoacids), kehilangan jumlah HCO3- (misalnya, diare),
atau akumulasi asam endogen karena gangguan fungsi ginjal (misalnya, fosfat dan
sulfat). Serum anion gap (SAG) digunakan untuk menerangkan penyebab asidosis
Metabolik (SAG = [Na+] − [Cl−] − [HCO3−] ). Mekanisme utama adalah untuk
menurunkan PaCO2 dengan meningkatkan laju pernapasan (Dipiro et al., 2015).
2. Alkalosis Metabolik
a. Alkalosis metabolik dimulai dengan peningkatan ph dan HCO3-, akibat dari
hilangnya H+ melalui saluran gastrointestinal (GI) (misalnya: nasogastric
suctioning, muntah) pemberian bikarbonat, asetat, laktat, atau sitrat).
b. Alkalosis metabolik dikelola oleh fungsi ginjal normal yang mencegah ginjal dari
eksktesi bikarbonat berlebih.
c. Respon pernapasan adalah untuk meningkatkan PaCO2 dengan hipoventilasi.
(Dipiro et al., 2015).
3. Alkalosis Respiratorik
a. Alkalosis pernapasan ditandai dengan penurunan PaCO2 yang mengarah ke
peningkatan pH.
b. PaCO2 menurun ketika ventilasi ekskresi CO2 melebihi produksi metabolik CO2,
biasanya karena hiperventilasi.
c. Penyebabnya antara lain peningkatan stimulasi neurokimia melalui mekanisme
pusat atau perifer, atau peningkatan fisik dalam ventilasi melalui cara voluntary
atau artificial mean (misalnya, ventilasi mekanik).
d. Respon kompensasi awal adalah untuk buffer kelebihan bikarbonat dengan
melepaskan ion hidrogen dari protein intraseluler, fosfat, dan hemoglobin. Jika
berkepanjangan (>6 jam), ginjal berusaha untuk lebih mengkompensasi dengan
meningkatkan eliminasi bikarbonat. (Dipiro et al., 2015).
4. Asidosis Respiratorik
a. Asidosis pernapasan ditandai dengan peningkatan PaCO2 dan penurunan pH.
b. Hasil asidosis pernapasan dari gangguan yang menghambat ventilasi atau
meningkatkan produksi CO2, kelainan saluran napas dan paru, kelainan
neuromuskuler, atau masalah ventilator mekanik.
c. Respon kompensasi awal asidosis pernapasan akut adalah buffering (bahan
kimia). Jika berkepanjangan (>12-24 jam), proksimal tubulus HCO3.
d. Reabsorpsi, ammoniagenesis, dan distal tubulus H+ sekresi ditingkatkan,
sehingga peningkatan HCO3 serum.
e. Konsentrasi yang menimbulkan pH normal. (Dipiro et al., 2015).
↑ [CO2]
↑ PRIMER PaCO2
+
↑ [H ] DI PARU2
+
Pd keadaan patologis/tdk ↑ AKUMULASI [H ] DI
ada lagi kompensasi PARU2
KEHILANGAN [HCO3-] +
↑ [H ] DI GASTROINTESTINAL KEGAGALAN GINJAL
UNTUK MENGEKSRESI
BEBAN ASAM SETIAP
HARI
+
↑ [H ] DALAM DARAH
Pd keadaan patologis/tdk
ada lagi kompensasi
AKUMULASI [H+] DI GINJAL
PENGELUARAN CO 2 ↑↑ DR TUBUH
↓ [CO2]
-
KEADAAN LEBIH BASA: ↑ [HCO 3 ]
Pd keadaan -
patologis/tdk ada ↑ AKUMULASI HCO 3 DI PARU2
lagi kompensasi
-
↑ [HCO3 ] DALAM DARAH
Pd keadaan
patologis/tdk ada ↑ AKUMULASI HCO3 DI GINJAL
lagi kompensasi
Pd keadaan B1
patologis/tdk ada ↑ AKUMULASI AKUMULASI ↑ AKUMULASI ↑ AKUMULASI
+ + - -
lagi kompensasi [H ] DI PARU2 [H ] DI GINJAL HCO3 DI GINJAL HCO3 DI PARU2
HIPOVENTILASI HIPERVENTILASI
B1 B2 B3 B4 B5 B1
↑↑ CO2 ↓↓ CO2
↑↑ PaCO2 ↓↓ PaCO2
RR ↓ RR ↑
F. Gejala klinik
Jenis Tanda dan Gejala
Asidosis Pernapasan kussmaul, hipotensi, letargi, mual, dan
metabolik muntah.
Alkalosis Respiratorik
Pada status respirasi didapatkan adanya gangguan pola napas dimana klien
mengeluh tidak dapat memperoleh cukup udara atau napas pendek, meskipun sudah
bernapas berlebihan. Keluhan lainnya adalah adanya kepala terasa ringan parestese
sekitar mulut, serta kesemutan dan baal pada jari-jari tangan dan kaki. Bila alkalosis
cukup berat, dapat timbul tetani seperti spasme karpopedal. Klien dapat mengeluh
kelelahan kronis, berdebar-debar, cemas, mulut terasa kering, dantidak bisa tidur. Pada
pemeriksaan telapak tangan dan kaki, dapat terasa dingin dan lembap, serta pasien
menunjukan ketegangan emosi. Alkalosis respiratorik yang berat dapat disertai
ketidakmampuan berkonsentrasi, kekacauan mental, dan sinkop.
Asidosis Metabolik
Tanda dan gejala utama pada asidosis metabolic bermanifestasi sebagai
kelainan pada kardiovaskuler; neurologis, dan fungsi tulang. Jika pH dibawah 7,1, maka
akan terjadi penurunan kontraktilitas jantung dan respons inotropik terhadap
katekolamin. Bisa juga terjadi vasodilatasi perifer. Efek-efek ini dapat menyebabkan
hipotensi dan disritmia jantung. Gejala-gejala neurologis dapat berupa kelelahan hingga
koma akibat penururnan pH pada cairan serebrospinal. Dapat juga timbul mual dan
muntah. Gejalagejala neurologis lebih ringan pada asidosis metabolic dibandingkan
asidosis repiratorik, karena CO2 yang larut dalam lemak lebih cepat menembus sawar
darah otak dari HCO3- yang larut dalam air. Mekanisme penyangga H+ oleh bikarbonat
tulang pada asidosis metabolic penderita gagal ginjal akan menghambat pertumbuhan
anak dan dapat mengakibatkan berbagai kelainan tulang (osteodistrofi ginjal).
Alkalosis Metabolik
Tidak ada tanda dan gejala alkalosis metabolic yang spesifik. Adanya gangguan
ini harus dicurigai pada klien dengan riwayat muntah dan penyedotan nasogastrik,
pengobatan dengan diuretic, atau klien yang sembuh dari gagalpernapasan
hiperkapnea.
Gejala dan tanda hipokalemia dan kekurangan volume cairan, seperti kelemahan
dan kejang otot dapat pula muncul. Alkalemia berat (pH >7,6) dapat menyebabkan
disritmia jantung pada orang normal, terutama pada klien penyakit jantung. Jika klien
mengalami hipokalemia, terutama jika mengalami digitalisasi, maka dapat timbul
kelainan EKG atau disritmia jantung. Kadang-kadang dapat terjadi tetani pada klien
dengan kadar Ca2+ serum tingkat perbatasan yang mengarah rendah dan alkalosis
dapat terjadi dengan cepat. Ca2+ terikat lebih erat dengan albumin pada pH yang basa
dan penurunan ion Ca2+ dapat menyebabkan tetani atau kejang.
Diagnosis alkalosis metabolic dibuat berdasarkan riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan laboraturium yang mendukung, seperti hal-hal berikut:
a. pH plasma meningkat diatas 7,45
b. HCO3- >26 mEq/l.
c. PaCO2 mungkin normal atau sedikit meningkat. Peningkatan PaCO2 kompensasi
diperkirakan sebesar 0,7 mmHg untuk tiap peningkatan HCO3- sebesar 1 mEq
d. K+ serum biasanya 3,5 mEq/l
e. Klorida serum dapat <98 mEq/liter (alkalosis metabolic hipokloremik hipokalemik).
G. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil
Analisis Darah Arteri
Menurut Muttaqin (2009:504-505), analisis darah arteri menjadi parameter utama dalam penilaian ketidakseimbangan asam
basa.
Tabel Parameter Analisis Gas Arteri :
Parameter Nilai Normal Definisi – Implikasi
PaO2 80-100 mmHG Tekanan parsial oksigen dalam darah arteri (menurun bersama umur). Pada dewasa
60 tahun:
60-80 mmHg : hipoksemia ringan
40-60 mmHg : hipoksemia sedang
< 40 mmHg : hipoksemia berat
pH 7,40 (± 0,05 pada 2 SD) Untuk mengetahui apakah terjadi asidemia atau alkalemia, yang paling sering
7,40 (± 0,02 pada 1 SD) digunakan dalam klinis adalah nilai yang menggunakan 2 standar deviasi (SD) dari nilai
rata-rata.
H+ 40 (± 2 nmol/L atau nEq/L) Kadar ion hidrogen dapat digunakan sebagai pengganti pH.
PaCO2 35 - 45 mmHg Tekanan parsial CO2 dalam darah arteri:
PCO2 < 35 mmHg : alkalosis respiratorik
PCO2 > 45 mmHg : asidosis respiratorik
CO2 25,5 (± 4,5 mEq/L) Metode klasik untuk memperkirakan (HCO3-):
Ukurlah HCO3- + CO2 terlarut (yang terakhir umumnya sedikit, kecuali pada asidosis
respiratorik).
HCO3- 22 - 26 mEq/L Perkiraan kadar HCO3 setelah darah arteri yang teroksigenasi sepenuhnya
Standar diseimbangkan dengan CO2 pada keadaan dimana PCO2 40 mmHg dan suhu 38 0C,
menghilangkan pengaruh pernapasan pada kadar HCO3- plasma.
Kelebihan 0 (± 2 mEq/L) Mencerminkan komponen metabolik murni.
Basa Kelebihan basa 1,2 x deviasi dari 0
Negatif pada asidosis metabolik.
Positif pada alkalosis metabolik.
Dapat menyesatkan pada gangguan asam basa campuran.
Tidak penting pada interpretasi gangguan asam basa.
Selisih 12 (± 4 mEq/L) Selisih anion (atau delta) mencerminkan perbedaan antara kation tak terukur (K+, Mg+,
Anion Ca 2+) dan anion tak terukur (albumin, anion organik, HPO4, SO4); berguna untuk
mengenali tipe asidosis metabolik, nilai 16 sampai 20 menunjukan asidosis disebabkan
oleh retensi asam-asam organik
(contohnya: ketoasidosis diabetik).