Anda di halaman 1dari 23

KESEIMBANGAN ASAM BASA DALAM TUBUH

Disusun oleh : Utami Dini Andayani Ratih Kumala Putri Titi Murti Maria Nathania Dinisa Aruni Ryan Wahyudin 260110100023 260110100028 260110100071 260110100120 260110100127 260110100150

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieuexterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairantubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari totalberat badan laki-laki dewasa.Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ionyang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungandi sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting,yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volumecairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan ini keseimbangan dengan cairan. Ginjalmempertahankan garam dan urine

mengatur

keluaran

sesuaikebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garamtersebut.Ginjal juga turut berperan dalam

mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan.Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-parudengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer ) kimia dalam cairan tubuh. B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dilakukannya pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui makna dan fungsi keseimbangan asam basa dalam tubuh, serta peran-peran organ lain dalam kesetimbangan asam basa dan juga macam-macam gangguan klinis asam basa dan cara pencegahan beserta penyembuhannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TERMINOLOGI DAN MAKNA Keseimbangan asam-basa adalah mekanisme yang digunakan tubuh untuk menjaga cairan ke tingkat netral (tidak asam atau basa) sehingga tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan

keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan.Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer ) kimia dalam cairan tubuh. B. FUNGSI KESEIMBANGAN ASAM BASA Fungsi keseimbangan asam dan basa adalah untuk menjaga pH darah tetap dalam keadaan normal, jika pH darah dalam keadaan tidak normal akan menyebabkan gangguan organ. Batas-batas nilai pH yang penting : Kurang dari 6,8 = kehidupan tdk mungkin bertahan Kurang dari 7,2 = fungsi sel mengalami gangguan serius Kurang dari 7,35 = asidosis

Antara 7,35 hingga 7,45 = normal Lebih dari 7,45 = alkalosis Lebih dari 7,55 = fungsi sel mengalami gangguan serius Lebih dari 7,8 = kehidupan tdk mungkin bertahan

C. SISTEM UTAMA YANG MENGATUR KONSENTRASI H+ Nilai pH 7,35-7,45 akan dipertahankan oleh tubuh agar tidak berubah Perubahan sedikit saja dari nilai normal dapat menimbulkan perubahan nyata ecepatan reaksi kimia dalam sel, dapat meningkat atau turun yang akan mengganggu kesehatan tubuh. Karenanya, harus ada sistem tubuh yang dapat mengatur kadar/konsentrasi asam-basa atau pH tubuh. Pengaturan ion hidrogen yang tepat bersifat penting karena hampir semua aktifitas sistem enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi ion hidrogen. Oleh karena itu perubahan konsentrasi hidrogen sesungguhnya merubah fungsi seluruh sel dan tubuh. Konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh normalnya dipertahankan pada tingkat yang

rendah,dibandingkan dengan ion-ion yang lain, konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter. Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan karena jumlahnya yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebut dalam skala logaritma dengan

menggunakan satuan pH.

Normal H+ adalah 0,00000004 Eq/liter. Oleh karena itu, pH normal adalah: pH= - log (0,00000004)

pH= 7,4 Dari rumus diatas, bahwa pH berhubungan terbalik dengan konsentrasi ion hidrogen. Oleh karena itu pH yang rendah berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen yang tinggi dan pH yang tinggi berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen yang rendah. Seseorang dikatakan asidosis saat pH turun dari nilai normal dan dikatakan alkolosis saat pH diatas nilai normal. Batas rendah nilai pH dimana seseorang dapat hidup beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0. Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah: 1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.

2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam).

Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.

3. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman

pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.

D.

SISTEM PENDAPARAN DALAM TUBUH Larutan buffer adalah larutan yang berasal dari asam lemah dengan garamnya (buffer asam), contohnya: H2CO3 dengan HCO3- atau larutan basa lemah dengan garamnya (buffer basa), contohnya: NH3dengan NH4+

Penyangga adalah zat apapun yang secara terbalik dapat mengikat ion-ion hidrogen, yang segera bergabung dengan asam basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. Jika pH turun, maka garam berperan sebagai basa yang akan mengikat ion hidrogen, Jika pH naik asam lemah mendonorkan ion hidrogen. Sistem buffer ini bekerja sangat cepat dan menghasilkan efek dalam hitungan detik. Ada 4 sistem penyangga dalam cairan tubuh 1. Sistem penyangga bikarbonat Sistem ini terdiri dari larutan air yang mengandung dua zat, yaitu asam lemah H2CO3 dan garam bikarbonat NaHCO3. H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dan H2O, yang dikatalisator oleh enzim karbonik anhidrase. Reaksi ini lambat dan sangat sedikit jumlah H2CO3 yang dibentuk kecuali bila ada enzim karbonik anhidrase. Enzim ini terutama banyak sekali didinding alveoli paru dan di sel-selepitel tubulus ginjal H2CO3 berionisasi secara lemah untuk memebentuk sejumlah kecil H+ dan HCO3H2CO3 H+ + HCO3Bila asam kuat seperti HCl ditambahkan kedalam larutan penyangga bikarbonat, peningkatan ion hidrogen yang dilepas dari asam ( HCl H+ + Cl-) disanggaoleh HCO3- : H+ + HCO3- H2CO3 CO2 + H2O Sebagai hasilnya, lebih banyak H2CO3 yang dibentuk menyebabakan peningkatan produksi CO2 dan H2O. Dari reaksi ini dapat dilihat bahwa ion-ion hidrogen dari asam kuat HCl bereaksi dengan HCO3- untuk membentuk asam yang sangat lemah yaitu H2CO3 yangkemudian membentuk H2O dan CO32-.

CO32-

yang

berlebihan

sangat

merangsang

pernapasan,

yang

mengeluarkan CO2 dari cairan ekstraseluler. Komponen kedua dari sistem ini yaitu garam bikarbonat ( NaHCO3 ). Garam ini berionisasi unuk membentuk ion-ion natrium dan ion bikarbonat (HCO3-) sebagai berikut : NaHCO3 Na+ + HCO3Bila basa kuat NaOH ditambahkan kedalam larutan penyangga bikarbonat NaOH + H2CO3NaHCO3 + H2O Ion Hidroksil OH- dari NaOH bergabung dengan H2CO3 untuk membentuk HCO3- tambahan. Jadi basa lemah menggantikan NaHCO3 menggantikan basa kuat NaOH. Pada waktu yang bersamaan konsentrasi H2CO3 ( karena bereaksi dengan NaOH ), menyebabkan CO2bergabung dengan H2O untuk menggantikan H2CO3CO2 + H2O H2CO3HCO3- + H+ + NaOH + Na+ Oleh karena itu hasil akhir adalah cenderung penurunan kadar CO2 dalam darah, tetapi penurunan ini menghambat pernafasan dan menurunkan laju ekspirasi CO2. Peningkatan HCO3- dalam darah dikompensasi oleh peningkatan ekskresi HCO3- ginjal. Hasil akhir adalah pengubahan asam kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjadi basa lemah 2. Sistem penyangga fosfat Bekerja dalam cara yang serupa untuk mengubah asam kuatmenjadi asam lemah dan basa kuat menjdi basa lemah. Natrium hidrogen fosfat( Na2HPO4) adalah basa lemah dan natrium dihidrogen fosfat (Na2HPO4) adalah asam lemah HCl + Na2HPO4 NaH2PO4 + NaCl

NaOH + NaH2PO4 Na2HPO4 + H2O3 3. Sistem protein Sistem penyangga terkuat dalam tubuh. Karena mengandung

guguskarboksil yang berfungsi sebagai asam dan gugus amino yang berfungsi sebagai basa. 4. Sistem Hemoglobin Dalam sel darah merah berfungsi sebagai penyangga pembentukan H+ saat terjadi transpor CO2 di antara jaringan paru.

E. PERAN PERNAFASAN DALAM KESETIMBANGAN ASAM-BASA SistemPernafasan

Sistem pernafasan berperan penting dalam keseimbangan asam-basa karena kemampuannya mengubah ventilasi paru dan dengan demikian mengubah kecepatan eksresi CO2 penghasil H+. Jika konsentrasi ion hidrogen arteri meningkat, pusat pernafasan dibatang otak secara refleks akan terangsang untuk meingkatkan ventilasi paru (kecepatan dan kedalaman meningkat) sehingga lebih banyak CO2 yang dihembuskan ke luar. Sebaliknya, apabila konsentrasi hidrogen menurun, makan ventilasi paru akan berkurang. Akibatnya bernafas akan lebih dangkal dan lambat. Selanjutnya, CO2 hasil metabolisme akan berdifusi ke dalam darah lebih cepat dari pada pengeluaran gas tersebut dari darah oleh paru, sehingga terjadi penimbunan lebih banyak CO2 dalam darah. Paru sangat penting dalam mempertahankan konsentrasi ion hidrogen dalam plasma. Setiap hari paru mengeluarkan dari cairan tubuh H+ yang berasal dari asam karbonat dalam jumlah seratus kali lipat lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah H+ yang dikeluarkan oleh ginjal dari sumbersumber asam non-karbonat. Pengaturan oleh sistem pernafasan bekerja dengan kecepatan sedang dan hanya aktif berperan jika sistem penyangga kimiawi saja tidak mampu meminimalkan perubahan konsentrasi ion hidrogen. Sistem ini berfungsi sebagai lini pertahanan kedua terhadap perubahan [H+]. Namun, tentu saja, jika perubahan [H+] terjadi akibat fluktuasi [CO2] yang timbul akibat gangguan pernafasan mekanisme pernafasan sama sekali tidak mampu mengkompensasi asidosis dengan pengeluaran CO2. Sistem pernapasan melibatkan perubahan ventilasi pulmonar untuk mengeluarkan CO2 dan untuk membatasi jumlah asam karbonat yang terbentuk. Pengaturan respiratorik memerlukan waktu satu sampai tiga menit untuk mulai bekerja dan fungsinya setelah penyangga asam basa, pernafasan merupakan sistem pengaturan asam basa kedua. Karbon dioksida secara terus menerus ditambahkan kedalam darah vena akibat metabolisme sel dan transpor ke paru-paru. Saat CO2 terurai dalam paru maka akan terbentuk asam karbonat yang kemudian akan terurai membentuk ion hidrogen dan ionbikarbonat CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3Karbon dioksida dikeluarkan dari pada paru-paru sehingga reaksi bergerak kekiri dan plasma menjadi tidak terlalu asam.

F. PERAN GINJAL DALAM KESETIMBANGAN ASAM-BASA Ginjal merupakan lini pertahanan ketiga. Namun, ginjal merupakaan mekanisme pengatur asam-basa paling kuat; ginjal tidak saja mengubahubah pengeluaran [H+] tapi juga menahan atau mengeliminasi HCO 3bergantung pada kondisi tubuh. Ginjal mampu memulihkan pH ke arah

normal secara lebih efektif daripada paru, yang hanya dapat menyesuaikan jumlah CO2 pembentuk [H+] di tubuh. Ginjal mengontrol pH cairan tubuh dengan menyesuaikan tiga faktor : a. Eksresi ion hidrogen b. Eksresi HCO3c. Sekresi Amonia

Eksresi Ion Hidrogen Ion hidrogen yang terbentuk akibat aktivitas metabolik tidak boleh dibiarkan menumpuk. Ion hidrogen harus dieliminasi dari tubuh. Paru hanya mampu mengeluarkan asam karbonat melalui eliminas CO2. Tugas untuk mengeliminasi H+ yang berasal dari asam sulfat, fosfat, laktat, dan asam lain terletak pada ginjal. Ginjal mengeluarkan asam yang dihasilkan dari sumber-sumber asam non karbonat secara terus menerus.Karena ginjal dalam keadaan normal mensekresika H+, urin biasanya asam dengan pH rata-rata 6.0. Namun, organ tersebut dapat mengubah-ubah kecepatan sekresi H+nya untuk mengkompensasi perubahan ion hidrogen yang timbul dari kelainan konsentrasi asam karbonat. Apabila [H+] plasma yang melewati kapiler peritubulus meningkat di atas normal, sel-sel tubulus akan berespon dengan mensekresikan H+ dalam jumlah yang lebih daripada normal dari plasma ke dalam cairan tubulus untuk dieksresikan di urin.

Proses sekresi H+ berawal di sel-sel tubulus dengan CO2 yang datang dari tiga sumber yaitu CO2 yang berdifusi ke dalam sel tubulus baik dari plasma ataupun cairan tubulus atau CO2 yang diproduksi secara metabolis di dalam sel tubulus. CO2 tersebut kemudian akan berikatan dengan H2O menjadi H2CO3 yang kemudian akan terurai menjadi H+ dan HCO3-. Suatu pembawa yang bergantung energi di membran luminal kemudian mengangkut H+ ke luar sel ke dalam lumen tubulus. Di bagian nefron,

pembawa ini mengangkut Na+ yang berasal dari filtrat glomerulus ke arah yang berlawanan sehingga sekresi H+ dan reabsorpsi Na+ secara parsial berkaitan. Apabila [CO2] plasma meningkat kecepatan sekresi H+ juga akan meningkat, begitupun sebaliknya. Eksresi Bikarbonat Ginjal mengatur keberadaan ion bikarbonat melalui dua mekanisme : 1. Reabsorpsi kembali HCO3- yang difiltrasi ke dalam plasma di tubulus proksimalis 2. Penambahan HCO3- baru ke plasma pada tubulus distalis untuk menggantikan HCO3- yg dipakai oleh asam yang tdk menguap (HCL, H3PO4, H2SO4 dan as. organik) dalam darah hasil proses metabolisme. Bikarbonat dengan bebas difiltrasi, tetapi karena membran luminal tidak permeable terhadap HCO3- yang difiltrasi tersebut, zat ini tidak dapt berdifui ke dalam sel tersebut. Dengan demikian, reabsorpsi dilakukan secara tidak langsung. Ion hidrogen berikatan dengan bikarbonat membentuk H2CO3 dibawah penagruh karbonat anhidrase, terurai menjadi CO2 dan H2O. CO2 kemudian dengan mudah menembus membran tubulus. Selanjutnya CO2 tersebut kembali berikatan dengan H2O membentuk H2CO3 yang terurai menjadi H+ dan HCO3-. Selanjutnya, HCO3- yang terbentuk dapat berdifusi pasif ke luar sel dan kedalam plasma kapiler-peritubulus.

Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang disekresikan sedikit lebih banyak dibandingkan dnegan ion bikarbonat yang difiltrasi. Dengan demikian, semua HCO3yang difiltrasi direabsorpsi karena

ketersediaan H+ di cairan tubulus untuk berikatan dengannya dan membentuk CO2 yang mudah direabsorpsi. Kelebihan sedikit ion hidrogen akan dieksresikan oleh urin. Pada saat semua HCO3- yang

difiltrasi telah direabsorpsi dan terbentuk sekresi H+ tambahan sebagai hasil dari disosiasi H2CO3 yang terbentuk. Sekresi Ion hidrogen tambahan tersebut akan berikatan dengan penyangga urin, terutama fosfat basa (HPO42-) dan kemudian dieksresikan. Sekresi Amonia Sel-sel tubuler mensintesis amonia ( NH3 ) dari asam glutamat. Amonia berdifusikedalam lumen tubulus dan bereaksi dengan ion hidrogen untuk membentuk ion amonium (NH4-). Ion amonuim diekskresi kedalam urine bersama dengan kloridaSelain itu ion amonium mengganti ion natrium atau beberapa ion dasar lainnya unukmembentuk garam amonium dan melepas ion natrium untuk berdifusi balik kedalam seltubulus dan berikatan dengan bikarbonat. Pembentukan ion amonium menyebabakanterjadinya

penambahan lebih banyak ion bikarbonat ke dalam darah dan peningkatan pHdarah. G. GANGGUAN KLINIK ASAM BASA ASIDOSIS Asidosis adalah keadaan dimana pH darah Arteri dibawah 7.4. Asidosis ini terbagi menjadi dua jenis yaitu Asidosis respiratorik dan asidosis metablolik. a. Asidosis Respiratorik Secara umum asidosis repiratorik disebabkan karena naiknya PCO2dalam darah. Hal ini terjadi akibat hipoventilasi. Dengan peningkatan PCO2akan mengakibatkan terjadi peningkatan konsentrasi H2CO3 dan H+. Secara umum asidosis repiratorik disebabkan karena naiknya PCO2dalam darah. Hal ini terjadi akibat hipoventilasi. Dengan peningkatan

PCO2akan mengakibatkan terjadi peningkatan konsentrasi H2CO3 dan H+. Penyebab asidosis respiratorik yaitu hal-hal yang menyebabkan hipoventilasi, yaitu 1. Hambatan pada pusat pernapasan di medulla oblongata 2. Gangguan pada otot-otot pernapasan 3. Gangguan pertukaran gas 4. Obstruksi sel-sel napas baik atas akut Kompensasi yang terjadi dalam tubuh untuk mengurangi PCO2 yaitu pertama dengan cara meningkatkan ventilasi alveoli. Dengan peningkatan ventilasi alveoli ini tubuh akan membuang kelebihan CO2 yang berlebih. Kompensasi selanjutnya peningkatan HCO3- plasma yang disebabkan yaitu dengan cara oleh penambahan

bikarbonat baru ke dalam cairan ekstrasel oleh ginjal. Peningkatan HCO3- membantu mengimbangi peningkatan PCO2- , sehingga

mengembalikan pH plasma kembali normal. Mekanisme penurunan H+ ini seperti ini, sel tubulus akan memberi respons secara langsung terhadap peningkatan PCO2 darah. Peningkatan PCO2akan meningkatkan PCO2 sel tubulus, menyebabkan peningkatan pembentukan H+ dalam sel tubulus, yang kemudian merangsang sekresi H+lebih banyak. Asidosis respiratorik sering terjadi akibat kondisi patologis yang merusak pusat pernapasan atau yang menurunkan kemampuan paru untuk mengeliminasikan CO2. Ada beberapa hal yang menyebabkan keadaan asidosis respiratorik yaitu : 1. gangguan sentral pada pusat pernapasan 2. penyakit otot-otot bantu pernapasan sindrom misal mistenia gravis,

3. Guillain- Barre dan akibat obat yang merelaksasi otot. 4. gangguan eksfisitas saluran napas seperti fibrosis pulmonal, penyakit 5. intestinal paru.

6. obstruksi (empisema, asma, bronkitis, bronkhiolitis)

b. Asidosis metabolik Pada asidosis metabolik, kelebihan H+ melebihi HCO3- yang terjadi di dalam cairan tubulus secara primer disebabkan oleh penurunan filtrasi HCO3-. Penurunan ini dikarenakan penurunan konsentrasi HCO3- cairan ektrasel. Penurunan kadar HCO3 ini dapat dikarenakan hilang melalui ekresi ginjal maupun karena diare. Selain karena penurunan kadar HCO3-, asidosis metabolik dapat juga disebabkan oleh penambahan asam di CES, sebagai contoh asidosis laktat, ketogenesis, asam dari TGI. Penambahan asam ini akan meningkatkan kadar H+ secara langsung. Inti dari penyebab asidosis metabolik yaitu terjadi penurunan rasio HCO3- /H+. baik terjadi kekurang HCO3- maupun peningkatan H+. Kompensasi yang terjadi dalam tubuh paling primer yatiu dengan peningkatan ventilasi alveoli. Peningkatan ini akan mengurangi PCO2 dan kompensasi ginjal, yang dengan menambahkan bikarbonat baru ke dalam cairan ekstrasel, membantu memperkecil penurunan awal konsentrasi HCO3-ekstrasel, serta meningkatakan ekskresi ion H+ untuk mengurangi kadar ion H+ di CES. ETIOLOGI Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh beberapa penyebab umum seperti :

a.

Kegagalan ginjal untuk mengekresikan asam metabolik yang normalnya dibentuk di tubuh.

b. c. d.

Pembentukan asam metabolik yang berlebihan dalam tubuh. Penambahan asam metabolik kedalam tubuh melalui makanan Kehilangan basa dari cairan tubuh (faal)

Penyebab yang sering terjadi pada keadaan asidosis metabolik : - Asidosis di Tubulus Ginjal Akibat dari gangguan ekresi ion Hidrogen atau reabsorbsi bikarbonat oleh ginjal atau kedua-duanya. Gangguan reabsorbsi bikarbonat tubulus ginjal menyebabkan hilangnya bicarbonat dalam urine atau

ketidakmampuan mekanisme sekresi Hidrogen di tubulus ginjal untuk mencapai keasaman urin yang normal menyebabkan ekresi urin yang alkalis. - Diare Diare berat mungkin merupakan penyebab asidosis yang paling sering. Penyebabnya adalah hilangnya sejumlah besar natrium bicarbonat ke dalam feses, sekresi gastrointestinal secara normal mengandung sejumlah besar bicarbonat dan diare ini menyebabkan hilangnya ion bicarbonat dari tubuh. Bentuk asidosis metabolik ini berlangsung berat dan dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak. - Diabetes Melitus Diabetes melitus disebabkan oleh tidak adanya sekresi insulin oleh pankreas yang menghambat penggunaan glukosa dalam metabolisme.Ini terjadi karena adanya pemecahan lemak menjadi asam asetoasetat dan asam ini di metabolisme oleh jaringan untuk menghasilkan energi, menggantikan glukosa. Pada DM yang berat kadar Asetoasetat dalam darah meningkat sangat tinggi sehingga menyebabkan asidosis metabolik yang berat.

- Penyerapan Asam Jarang sekali sejumlah besar asam diserap dari makanan normal akan tetapi asidosis metabolik yang berat kadang-kadang dapat disebabkan oleh keracuan asam tertentu antara lain aspirin dan metil alkohol. - Gagal Ginjal Kronis Saat fungsi ginjal sangat menurun terdapat pembentukan anion dari asam lemak dalam cairan tubuh yang tidak eksresikan oleh ginjal. Selain itu penurunan laju filtrasi glomerulus mengurangi eksresi fosfat dan NH4+ yang mengurangi jumlah bikarbonat.

ALKALOSIS Alkalosis adalah keadaan dimana pH darah Arteri diatas 7.4. Alkalosis ini terbagi menjadi dua jenis yaitu Alakalosis respiratorik dan alkalosis metablolik. a. Alkalosis respiratorik Hal ini merupakan kebalikan dari asidosis respiratorik. Terjadi akibat hiperventilasi alveolar yang menyebabkan PCO2 turun secara drastis. Selain terjadi karena rangsangan saraf pusat, seperti hiperventilasi psikogenik, keadaan hipermetabolik, ataupun karena gangguan CNS, dapat juga karena hipokisia. Hipoksia ini dapat berupa pneumonia, gagal jantung kongestif, fibrosis paru, ataupun tinggal di tempat tinggi yang kadar o2nya rendah. Dikarenakan organ tubuh kekurangan o2 maka secara fisiologis tubuh akan berusaha mengembalikannya ke keadaan homeostasis dengan cara meningkatkan ventilasi untuk memenuhi kebutuhan o2, namun hal ini menyebabkan banyak CO2 banyak keluar dari tubuh.

Kompensasi yang dilakukan tubuh yaitu dengan menurunkan ventilasi alveoli. Dengan penurunan ventilasi ini diharapkan kadar CO2 di darah meningkat, sehingga dapat menurunkan pH. Mekanisme peningkatan H+ ini seperti ini, sel tubulus akan memberi respons secara langsung terhadap penurunan PCO2 darah. Penurunan PCO2 akan menurunkan PCO2 sel tubulus, menyebabkan mengurangi pembentukan H+ dalam sel tubulus, yang kemudian penurunan sekresi H+. Dengan penurunan ekresi ini berarti H+ yang direabsorbsi akan meningkat, sehingga kadar H+ didalam darah meningkat. Kompensasi kedua yaitu dengan cara meningkatkan ekskresi HCO3-. Dimana dengan peningkatan eksresi HCO3- akan mengakibatkan banyak ion H+ yang tidak berikatan yang nantinya akan direabsobsi tubulus yang kemudian didifusikan ke aliran darah. Dengan peningkatan konsentrasi H+ di dalam darah nantinya akan menurunkan pH darah. Penyebab : Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang

dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah: a. rasa nyeri b. sirosis hati c. kadar oksigen darah yang rendah d. demam e. overdosis aspirin. Pengobatan : Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah

memperlambat pernafasan.

Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan

menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

b. Alkalosis metabolik Seperti dijelaskan diatas tentang asidosis metabolik yang penyebab intinya yaitu karena terjadi penurunan rasio antara HCO3-/H+. Pada alkalosis terjadi kebalikannya yaitu terjadi peningkatan rasio antara HCO3-/H+. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal , diantaranya yaitu peningkatan konsentrasi HCO3- dan/atau penurunan konsentrasi H+. Hal hal yang menyebabkan terjadi peningkatan HCO3- salah satunya karena konsumsi bikarbonat yang berlebihan. Sebagai contoh penambahan natrium bikarbonat yang berlebihan. Hal-hal yang dapat menyebabakan konsentrasi H+ turun diantaranya yaitu: 1. Pemberian diuretika(kecuali penghambat karbonik anhidrase)

Dengan penambahan obat diuretic akan menyebabkan aliran cairan di tubulus lebih cepat, sehingga reabsobsi Na+ meningkat. Karena peningkatan reabsobsi Na+ selalu berpasangan dengan sekresi H+, maka sekresi H+ meningkat pula. Selain itu reabsopsi bikarbonat meningkat pula seiring dengan peningkatan ekskresi H+ 2. Kelebihan alddosteron Salah satu fungsi aldosteron yaitu meningkatkan reabsopsi Na+. seperti yang dijelaskan diatas, terjadi juga alkalosis. Walaupun alkalosis yang disebabkan karena peningkatan aldosteron

merupakan alkalosis ringan. Penanganan Gangguan Keseimbangan Asam Basa 1. Mengembalikan nilai PH pada keadaan normal 2. Koreksi keadaan asidosis repiratorik: Naiknya ventilasi dan mengoreksi penyebab

3. Koreksi keadaan alkalosis respiratorik: Turunnya ventilasi dan terapi penyebab

4. Koreksi keadaan asidosis metabolik: Pemberian Bicarbonat IV / oral Terapi penyebab Koreksi keadaan alkalosis metabolik dengan cara: memberi KCl dan mengobati penyebab

BAB III KESIMPULAN Keseimbangan asam basa dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi ion hidrogen (H+). Terdapat 3 sistem utama yang mempengaruhi konsentrasi ion hidrogen, diantaranya adalah: a. Pendaparan Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. b. Pernafasan Sistem pernafasan berperan penting dalam keseimbangan asam-basa karena kemampuannya mengubah ventilasi paru dan dengan demikian mengubah kecepatan eksresi CO2 penghasil H+. c. Ginjal Ginjal merupakan mekanisme pengatur asam-basa paling kuat; ginjal tidak saja mengubah-ubah pengeluaran [H+] tapi juga menahan atau

mengeliminasi HCO3- bergantung pada kondisi tubuh

Dengan adanya ketiga system tersebut, maka konsentrasi ion hydrogen di dalam tubuh akan tetap dalam keadaan normal, yaitu 0,00000004 mEq/L atau berarti pH 7,4.

DAFTAR PUSTAKA Anonym 2012 alkalosis asidosis metabolik dan respiratorik

http://www.kapukonline.com/2012/02/alkalosisacidosismetabolikrespiratori k.html Asmara, Sekar . 2011 . Keseimbangan Asam Basa Dalam Tubuh . Available online at http://www.scribd.com/doc/75677373/Keseimbangan-Asam-BasaDalam-Tubuh . [diakses tanggal 23-07-2012] Awaludin. 2008. keseimbangan asam basa

https://sites.google.com/site/asidosis/Home/keseimbangan-asam-basa Bachtiar fanani 2010 asidosis

http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/16/asidosis/ Ganong. Buku ajar fisiologi kedokteran. 20th ed.Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002. p. 645-52. Guyton A.C. 1979.Physiology of The Human Body. 5th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Companyhttps://sites.google.com/site/asidosis/Home/keseimbangan-asambasa . [diakses tanggal 23-07-2012] Imil Irsal Imran 2010 asidosis dam alkalosis

http://imilirsalimran.blogspot.com/2010/12/asidosis-dan-alkalosis.html Kasman. 2010. Keseimbangan Asam-Basa. Tersedia di

http://www.scribd.com/doc/57024379/1/A-Keseimbangan-Asam-Basa (diakses tanggal 23 juli 2012) Sherwood, Lauralee. 2007. Human Physiology. 6thed. USA: The Thomson Corporation. Sherwood. Human physiology: from cell to systems. 5th ed. United States. Brooks/Cole Thompson Learning Inc, 2004. p. 495-501.

Anda mungkin juga menyukai