Anatomi Fisologi
1. Pengertian Asam dan basa
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke
zat lain (disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat
yang dapat menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor
proton). Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa yang
dapat menerima proton yang dilepaskan. Satu contoh asam adalah
asam hidroklorida (HCL), yang berionasi dalam air membentuk ion-
ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-) demikian juga, asam
karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion
bikarbonat (HCO3-).1 Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan
cepat dan terutama melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan,
contohnya adalah HCL. Asam lemah mempunyai lebih sedikit
kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu
kurang kuat melepaskan H+, contohnya adalah H2CO3.1
1
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi
ion hidrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen
yang dikeluarkan oleh sel.3 Pada proses kehidupan keseimbangan
asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam
lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H +
atau ion OH- yang sangat rendah. Keseimbangan asam basa adalah
keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi akan terus
menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata
konsentrasi ion hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4. 4
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan
asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat
berjalan optimal.4 Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia
diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan
dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan
asam.4
2
Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama
dengan pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk
mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan antara asupan atau
produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan
seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam
pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan
konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan
jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen
oleh ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa
yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk
mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan
ekstraseluler dan intraseluler.
3
seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun dibawah
nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas
rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam
adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0. pH intraseluler
biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena
metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung
pada jenis sel, pH cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0
dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran darah yang buruk ke jaringan
dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan
pH intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status
asam basa cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan
tubuh yang bersifat asam adalah HCl yang diekskresikan kedalam
lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.
1. Sistem Buffer
4
c. Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung
pada tersedianya ion bikarbonat.
5
Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH
darah antara 7,35- 7,45.
2. Sistem Paru
3. Sistem Ginjal
6
konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat
rendahpun, ion hidrogen mempunyai efek yang besar pada sistem
biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan berbagai molekul
biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi
enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hidrogen sangat penting
pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa proton
mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan
ATP. Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan
terus meneru1s di dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion
hidrogen sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status
kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh berasal dari makanan,
minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion
hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein
dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.
B. Pengertian Penyakit
7
usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah
dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada
akhirnya ginjal juga akan berusaha mengkonpensasi keadaan
tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam
urin. Tetapi ke-2 mekanisme tersebut bisa terlampaui jika
tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam.
Sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan
koma.
Asidosis metabolik (kekurangan HCO3 ) adalah
gangguan sistemik yang di tandai dengan penurunan primer
kadar bikarbonat plasma,sehingga menyebabkan terjadinya
penurunan ph (peningkatan [H+]). [HCO3-] ECF adalah
kurang dari 22 mEq/L dan pH nya kurang dari 7,35.
Konpensasi pernapasan kemudian segera di mulai untuk
menurunkan PaCO2 melalui hiperventilasi sehingga asidosis
metabolik jarang terjadi secara akut.
C. Etiologi
8
berlebihan juga di temukan pada shok stadium lanjut,
dimana asam laktat di bentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu
untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya.
Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara
normal.Kelainan fungsi ginjal ini di kenal sebagai
asidosis tubulus renalis, yang biasa terjadi pada
penderita gagal ginjal atau pada penderita kelainan
yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
membuang asam.
D. Manifestasi Klinis
Asidosis metabolik sering tidak spesifik. Tanda fisik
terpenting adalah hiperventilasi yang ada pada keadaan
ekstrim berupa pernafasan cepat dan dalam yang diperlukan
untuk kompensasi respirasi. Meskipun demikian, asidosis berat
sendiri dapat mengakibatkan penurunan resistensi vaskuler
perifer dan fungsi ventrikel jantung, menimbulkan hipotensi,
edema paru dan hipoksia jaringan. Gambaran laboratorium
berupa penurunan pH serum dan penurunan kadar HCO3 dan
PCO2. Asidosis metabolik ditandai dengan turunnya kadar ion-
HCO3 diikuti dengan penurunan tekanan parsiil CO2 di dalam
arteri. Kadar ion-HCO3 normal adalah sebesar 24 meq /L dan
kadar normal PCO2 adalah 40 mmHg dengan kadar ion-H
sebesar 40 nanomol/L. Penurunan kadar ion-HCO3 sebesar
1 meq/L akan diikuti oleh penurunan PCO2 sebesar 1,2
mmHg. Penyebab asidosis metabolik dapat dibagi dalam 3
kelompok yaitu:
9
3) Adanya retensi ion-H di dalam tubuh.
10
reabsorbsi masuk ke dalam sel tubulus proksimal yang
kemudian bereaksi dengan H2O membentuk ion- HCO3.
Ion-HCO3 ini kemudian akan masuk ke dalam sirkulasi
darah oleh kontraspor Na-3HCO3 pada membran
basolateral (perivaskular). sebagian besar (90% dari yang
difiltrasi) ion-HCO3 direabsorbsi di tubulus poroksimal dan
sisa 10% dibagian tebal loop dari henle melalui penukar Na-
H dan di duktus koligentes bagian medula luar.
Tampilan Klinik Asidosis Metabolik
a. pH lebih dari 7,1 :
1) Rasa lelah
2) Sesak nafas
3) Nyeri perut
4) Nyeri tulang
5) Mual/muntah
E. Patofisiologi
11
Syok akan mengganggu keseimbangan asam-basa tubuh
akibat metabolisme seluler yang terganggu. Gangguan
metabolisme sering terjadi karena aliran darah dalam
mikrosirkulasi menurun, kadar O2 dalam darah atau kombinasi
keduanya. Bila kapasitas sel dalam produksi adenosine
trifosfap (ATP) melalui metabolisme aerob menurun karena
kurangnya kadar O2 sel akan mengubah adenosine difosfat
(ADP) menjadi ATP melalui glikolisis anaerobic. Akibatnya,
piruvat yang merupakan produk akhir dari glikolisis,diubah
menjadi laktat dalam jumlah yang besar. Perbandingan laktat
terhadap piruvat (normal adalah 10:1) merupakan indikator
hipoksia seluler yang baik. Dalam keadaan syok terjadi
asidosis karena ATP dihidrolisasi menjadi ADP danfosfat,
dengan melepaskan proton.
Dalam keadaan anaerobik, konversi dari ADP ke ATP
akan menurun, ion hydrogen akan diakumulasi sehingga
mengurangi buffer dari bikarbonat. Asam laktat akan
meningkat dan laktat juga mem-buffer proton. Dalam keadaan
normal, yaitu keadaan aerobic, laktat diangkut dari perifer
kehati untuk dikonversi menjadi CO2 yang dapat dikeluarkan
melalui pernapasan .Produksi asam laktat yang berlebihan
dalam keadaan syok akan diperburuk pada disfungsi hati.
Asidosis laktat dapat terjadi dengan cepat dan dapat dideteksi
dengan cepat pula dengan pemeriksaan analisas gas darah.
Kadar normal dari laktat dalam serum adalah kurang dari 1
mEq/L, dan kadar serum laktat merupakan indikasi kuantitatif
dari beratnya syok. Asidosis metabolic dapat digambarkan
sebagai kelebihan (ekses) bikarbonat yang dapat dihitungdari
pH dan PCo2 dalam contoh darah arteri.
Base excess normal adalah 0, dan asidosis metabolik
karena syok member nilai negative. Pada pasien trauma,
beratnya syok dapat dinilai dari base excess yang dapat
12
dikelompokkan atas asidosis ringan bila base excess -2
sampai -5 mEq/L,asidosis sedang bila base excess antara-5
sampai-15 mEq/L dan asidosis berat bila base excess kurang
dari -15 mEq/L.Semakin besar defisit base excess,semakin
banyak cairan dan darah yang dibutuhkan untuk resusitasi
penderita trauma, dan semakin tinggi mortalitasnya.
Pasien trauma dengan syok hemoragik yang
terkompensasi memperlihatkan base excess yang nyata.
Asidosis laktat yang persisten merupakan indikasiadanya
oxygen debt yang berkelanjutan yang berkaitan dengan
hipoperfusi.Pasien trauma dengan syok yang dengan telah
diresusitasi dengan base excess di bawah -5 mEq/ L,berarti
resusitasi harus diteruska nuntuk meningkatkan perfusi
jaringan. Dan asidosis tidak perlu dikoreksi karena dengan
kembalinya perfusi jaringan, keadaan ini akan terkoreksi
sendiri dalam 2-4 jam, kecuali bila pH darah terlalu asam dan
sudah mengancam jiwa,dapat dikoreksi dengan
bikarbonasnatrikus
13
F. Pahtway
G. Diagnosis
14
2. pH pasien harus dibandingkan
dengan pH yang diharapkan
yang dihitung dari PaCO2.
Apabila pH pasien kurang dari
pH yang diharapkan, berarti
terjadi asidosis metabolik. Suatu
keadaan dimana pH di bawah 7,1
dapat menimbulkan efek serius
pada jantung dan fungsi
neurologis.
3. Lakukan pengecekan terhadap
osmolalitas serum, elektrolit dan
tes-tes fungsi ginjal.
a. Osmolalitas serum
dihitung dan
dibandingkan dengan
kadar yang terukur pada
laboratorium. Osmolal
gap yang bermakna
menunjukkan adanya zat-
zat tambahan yang
terlarut dalam serum.
b. Elektrolit dievaluasi untuk menentukan
anion gap.
15
ion asam yang
serupa
menimbulkan
asidosis metabolik.
c. Peningkatan dari kadar
Blood Urea Nitrogen
(BUN) menunjukkan
adanya gagal ginjal atau
azotemmia pra-renal atau
pasca renal.
4. Pemeriksaan toksikologi
H. Pemeriksaan penunjang
1) Darah Lengkap
Meningkatnya leukosit merupakan penemuan yang
nonspesifik, tetapi harus dipertimbangkan adanya
septikemia, yang menyebabkan asidosis laktat. Anemia
berat dengan berkurangnya delivery O2 dapat
menyebabkan asidosis laktat.
2) Urinalisa
16
Urin yang alkali khas pada keracunan salisilat. Toksisitas
terhadap Ethylene glycol dapat ditemukan kristal kalsium
oksalat, yang muncul berbentuk jarum, dalam urin.
3) Serum Kimia
17
Asidosis metabolik dengan AG yang tinggi dikaitkan
dengan penambahan asam endogen atau eksogen yang
dihasilkan. Asidosis metabolik dengan AG normal
dihubungkan dengan hilangnya HCO3 atau kegagalan
untuk mengeluarkan H+ dari tubuh.
5) Kadar Keton
18
komplikasi akibat pemberian NaHCO3.
a. Prognosis
Prognosis pasien asidosis metabolik laktat lebih buruk
dibandingkan asidosis metabolik non-laktat meskipun
kadar asidodis lebih ringan. Penentuan kadar laktat
penting pada pasien dengan syok, sepsis, asma, pasca
operasi, cedera otak, gagal hati, cedera paru akut (acute
lung injury), dan keracunan. Kadar laktat tinggi pada
pemeriksaan awal secara bermakna berhubungan
dengan peningkatan angka mortalitas. Kadar laktat yang
diukur pada 24 jam setelah masuk rumah sakit mempunyai
sensitivitas 55,6% dan spesifisitas 97,2% untuk
memperkirakan prognosis pasien sakit berat. Angka
kematian (mortalitas) pasien asidosis metabolik laktat
dewasa hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan pasien
sakit berat dengan asidosis metabolik non laktat.
Mortalitas asidosis metabolik laktat pasien yang dirawat
unit perawatan intensif, berkisar 22-80,8%.
J. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian keperawatan pada kasus asidosis metabolik
1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik
1. B1 (Breathing)
19
menonjol. Hiperventilasi juga ditemukan pada
pasien asidosis metabolik.
2. B2 (Blood)
3. B3 (Brain)
5. B5 (Bowel)
20
6. B6 (Bone)
3. Pemeriksaan penunjang
g
a
s
d
a
r
a
h
a
r
t
e
r
i
21
p
H
<
7
.
3
5
HCO3 < 22 mEq/L
PaCO2 < 38 mmHg
b. Serum HCO3 < 22 mEq/L
c. Serum elektrolit: potasium
d. EKG: disritmia
2. Serum elektrolit
3. pH urine
b. Diagnosis keperawatan pada kasus asidosis metabolik
2. Dispnea menurun
22
3. Penggunaan otot bantu napas menurun
23
Tindakan : Observasi
1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
2) Monitor bunyi napas tambahan (gurgling,mengi,
wheezing, ronkhi kering)
3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terape
utik
1) Pertahankan kepatenan jalan napan dengan head-
tilt dan chin-lift
2) Posisikan semi-fowler atau fowler
3) Berikan minum hangat
4) Lakukan fisioterapi dada, bila perlu
5) Berikanoksigen
Edukasi
2)
A
j
a
r
k
a
n
t
e
k
n
24
i
k
b
a
t
u
k
e
f
e
k
t
i
f
K
o
l
a
b
o
r
a
s
i
1) Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Diagnosis keperawatan :
Penurunan curah jantung berhubungan
25
dengan aritmia ditandai dengan
penurunan tekanan darah
Kriteria hasil :
2. Bradikardi menurun
3. Takikardi menurun
5. Dyspnea menurun
Tindakan: Observasi
6) Monitor aritmia
Terapeutik
1) Posisikan semi-fowler atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi yang nyaman
2) Berikan diet yang sesuai
26
oksigen >94%
Edukasi
1) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
3. Diagnosis keperawatan : Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan
kelemahan
Kriteria hasil :
Tindakan: Observasi
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
stimulus
27
2) Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Bresler, Michael Jay, et all. (2000). Manual Kedokteran Darurat. Edisi 6. USA:
Mosby, Inc.
Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi. 8. Jakarta: EGC.
Bunga, A.L. Taringan, E. (2013). Prosedur Keterampilan Klinik Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: STIK Sint Carolus
Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktis Klinis.
Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall.1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
28
Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Emergency Nurses Association. (2006). Sheehy’s Manual of Emergency Care,
6th Ed
Emergency Nurses Association. (2006). Sheehy’s Manual of Emergency Care,
6th edition. Singapore. Elsevier Mosby.
Hudak, C & Gallo, B & Morton P. (2007). Critical Care Nursing: A Holistic
Approach. Philadelphia Lipincott
Kozier, B. Erb, G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta:
EGC
Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP . (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
DPP
PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP . (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
DPP
PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP
PPNI. Jakarta Selatan.
29