Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga
golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki
sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk
menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama
menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan
perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang
bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu
larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pHmerupakan suatu parameter
yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH
kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki
pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH meter.
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis waktu dalam keadaan
tertidur, istilah pernapasan yang lazim igunakan mencakup dua proses yaitu pernapasan
yaitu pernapasan luar(eksterna)merupakan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh
secarah keseluruhan serta dalam pernapasandalam (interna) merupakan penggunaan O2 dan
pembentukan CO2 oleh sel – sel serta pertukaran gas(paru) dan sebuah pompa ventilasi
paru.Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara ekspirasi maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut. Organ yang berperan dalam sistem pernapasan yaitu
hidung, pharynx, laring, trakhea, bronkus, bronkeolus, alveoli, dan paru-paru.
Pada sistem pernapasan juga terdapat keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
sangat penting untuk mempertahankan proses kehidupan. Kadar kimia asam basa sukar

Page 1
dipisahkan dengan konsentrasi ion H+. Konsentrasi ion H+ dalam berbagai larutan dapat
berubah dan perubahan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan fungsi sel.
Hampir semua reaksi biokimia di dalam tubuh kita tergantung dari pemeliharaan
konsentrasi ion hidrogen yang fisiologis. Konsentrasi ion hidrogen harus diatur secara ketat
karena perubahan dari konsentrasi ion hidrogen ini menyebabkan disfungsi organ yang luas.
Pengaturan ini (yang dikenal sebagai keseimbangan asam basa) merupakan hal yang sangat
penting bagi anesthesiologist.
Dengan penjelasan tersebut di atas penyusun ingin menjelaskan tentang
keseimbangan asam basa setra berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan
keseimbangan asam basa dalam tubuh. Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan tentang
gangguan keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, beserta asuhan keperawatan yang
dilakukan. Semoga bermanfaat.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang seperti yang diuraikan di atas, dapat ditarik atau dibuat beberapa rumusan
masalah, antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan asam basa ?
2. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan asam basa ?
3. Bagaimana pengaturan keseimbangan asam basa dalam tubuh ?
4. Apa saja ganggguan keseimbangan asam basa dalam tubuh ?
5. Bagaimana contoh asuhan keperawatan pasien dengan gangguan keseimbangan asam
basa ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka disimpulkan beberapa tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian asam basa
2. Untuk mengetahui pengertian keseimbangan asam basa
3. Untuk mengetahui pengaturan keseimbangan asam basa dalam tubuh

Page 2
4. Untuk mengetahui ganggguan keseimbangan asam basa dalam tubuh
5. Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pasien dengan gangguan keseimbangan
asam basa

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Defenisi Kimia Asam Basa


a. Asam
Asam adalah substansi yang mengandung 1 atau lebih H+ yang dapat dilepaskan
dalam larutan ( donor proton ). Dua tipe asam yang dihasilkan oleh proses metabolik
dalam tubuh adalah menguap dan tak menguap (volatile dan nonvolatile). Asam volatile
dapat berubah antara bentuk cairan maupun gas.
Asam adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan
larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang
dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima
pasangan elektron bebas dari suatu basa. Asam terbagi atas dua maca yaitu asam kuat dan
asam lemah. Asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif.
b. Basa
Kebalikan dari asam, basa adalah substansi yang dapat menangkap atau
bersenyawa dengan ion hidrogen dari sebuah larutan. Basa yang kuat, seperti natrium
hidroksida (NaOH), terurai dengan mudah dalam larutan dan bereaksi kuat dengan asam.
Basa yang lemah, seperti natrium bikarbonat (NaHCO3), hanya sebagian terurai dalam
larutan dan kurang bereaksi kuat dengan asam.
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan
dalam air. Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Seperti hal-nya asam, basa juga terbagi

Page 3
dua macam yaitu basa kuat dan basa lemah. Basa mempunyai rasa pahit dan merusak
kulit, terasa licin seperti sabun bila terkena kulit. Dan dapat menetralkan asam.

B. Keseimbangan Asam Basa


Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen (H+) pada
cairan-cairan tubuh. Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses
metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni
paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:

1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja
secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan penyangga pH yang
paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa)
berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih
banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke
dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit
bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di
paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak

Page 4
mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan
dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah
menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida
darah meningkat dan darah menjadi lebih asam Dengan mengatur kecepatan dan
kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah
menit demi menit.

Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:


1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam.
CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah
komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah
komponen asam.

C. Pengaturan Keseimbangan Asam Basa dalam Tubuh

Mekanisme homeostatik yang luar biasa mempertahankan pH plasma, suatu indikator


konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam rentang normal yang sempit antara 7,35-7,45.
Mekanisme ini mencakup aktivitas bufer kimia, ginjal, dan paru-paru. Pada tinjauan ulang,
pH didefinisikan sebagai konsentrasi H+, makin banyak ion hidrogen, makin asam suatu
larutan dan makin rendah pH. Rentang pH yang sesuai dengan kebutuhan hidup (6,8-7,8)
menggambarkan perbedaan sebesar sepuluh kali lipat pada konsentrasi ion hidrogen dalam
plasma.
a. Bufer Kimia
Bufer kimia merupakan substansi yang mencegah perubahan besar dalam ph
cairan tubuh dengan membuang atau melepaskan ion-ion hidrogen, bufer dapat bekerja

Page 5
dengan cepat untuk mencegah perubahan yang berlebihan dalam konsentrasi ion
hidrogen.
Sistem bufer utama tubuh adalah sistem bufer bikarbonat- asam karbonik.
Normalnya ada 20 bagian bikarbonat(HCO3-) untuk satu bagian asam karbonik (H2CO3).
Jika rasio ini berubah, maka nilai pH akan berubah. Rasio inilah yang penting dalam
mempertahankan ph, bukan nilai absolutnya. Perawat harus mengingat bahwa
karbondioksida merupakan asam potensial, jika CO2 dilarutkan dalam air, ia akan
berubah menjadi asam karbonik (CO2 + H2O = H2CO3). Karena itu, ketika
karbondioksida ditingkatkan, kandungan asam karbonat juga meningkat dan sebaliknya.
Sistem bufer lain yang kurang penting adalah cairan ekstraseluler termasuk fosfat
anorganik dan protein plasma. Bufer intraseluler termasuk protein, fosfat organik dan
anorganik, dan dalam sel darah merah, hemoglobin.

b. Ginjal
Ginjal mengatur kadar bikarbonat dalam cairan ekstraseluler, ginjal mampu
meregenerasi ion-ion bikarbonat dan juga mereabsorbsi ion-ion ini dari sel-sel tubulus
ginjal. Dalam keadaan asidosis respiratorik, dan kebanyakan kasus asidosis metabolik,
ginjal mengeksresikan ion-ion hidrogen dan menyimpan ion-ion bikarbonat untuk
membantu mempertahankan keseimbangan. Dalam keadaan alkalosis metabolik dan
respiratorik, ginjal mempertahankan ion-ion bikarbonat untuk membantu
mempertahankan keseimbangan. Ginjal jelas tidak dapat mengkompensasi asidosis
metabolik yang diakibatkan oleh gagal ginjal. Kompensasi ginjal untuk
ketidakseimbangan secara relatif lambat (dalam beberapa jam atau hari).
c. Paru-paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan
karena itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler.
Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap
jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida

Page 6
dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja,
tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi
respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga
menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan
asam). Pada keadaan alkalosis metabolik , frekuensi pernapasan diturunkan, dan
menyebabkan penahanan karbondioksida ( untuk meningkatkan beban asam).

D. Gangguan Keseimbangan Asam Basa


1. Asidosis Respiratorik
a. Pengertian

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena


penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang
buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida
dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan
turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
b. Penyebab
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
1) Emfisema
2) Bronkitis kronis
3) Pneumonia berat
4) Edema pulmoner
5) Asma.

Page 7
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika
dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga
terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan
terhadap mekanisme pernafasan.
c. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran)
dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan
terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika
pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis
dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam
bahkan beberapa hari.
d. Manifestasi Klinik
1) Pada keadaan hipoventilasi CO2 tertahan dan akan berikatan H2O menyebabkan
meningkatnya HCO3.
2) H2CO3 akan berdisosiasi enjadi H+ dan HOO– sehingga dalam analisa gas darah
didapatkan PaCO2 meningkat dan PH turun.
3) pH yang rendah disertai meningkat 2.3 DPG intra seluler sel darah sehingga
mempermudah pelepasan O2 ke jaringan sehingga saturasi turun.
4) PCO2 meningkat, CO2 jaringan dan otak juga meningkat. CO2 akan bereaksi
dengan H2O membentuk H2CO3.
5) Meningkatnya PaCO2 dan H+ akan menstimulasi pusat pernafasan di medulla
Oblongata sehingga timbul hiperventilasi. Secara klinis akan tampak respirasi
cepat dan dalam Analisa Gas Darah (AGD): PaCO 2 turun.
6) Pusing, bingung, letargi, muntah sebagai akibat dari penurunan CO2 dan H+ akan
mengakibatkan pembuluh darah cerebral.
7) Aliran darah cerebral meningkat sehingga terjadi oedema otak dan mendepresi
Susunan Saraf Pusat

Page 8
8) Gagalnya mekanisme pernafasan dan meningkatnya PaCO2 akan menstimulasi
ginjal untuk meningkatkan NaHCO3 yang berfungsi sebagai sistem buffer mejadi
lebih asam. Hal ini urin menjadi asam dan HCO3 meningkat, pernafasan dangkal
dan lambat.
9) Meningkatnya ion H+ mempengaruhi mekanisme kompensasi sehingga H+ masuk
intrasel dan Kalium (K) intrasel masuk ke dalam plasma.
10) Ketidakseimbangan elektrolit dan asidosis yang kritis akan mendepresi otak dan
fungsi jantung. Secara klinis akan tampak: PaCO2 menurun, pH turun,
hiperkalemia, penurunan kesadaran dan aritmia.
Bila PaCO2 secara kronis diatas nilai 50 mmHg, pusat pernapasan menjadi
sensitif secara relatif terhadap karbondioksida sebagai stimulan perbapasan
menyisakan hipoksemia sebagai doronganutama pernapasan. Pemberian oksigen dapat
menghilangkan stimulus hipoksemia, dan pasien mengalami “nekrosis
karbondioksida,” kecuali situasi ini diatasi dengan cepat. Karenanya, oksigen harus
diberikan dengan sangat waspada.

e. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi gas darah arteri menunjukan pH kurang dari 7,35 dan PaCO2
lebih besar dari 42 mmHg pada asidosis akut. Bila kompensasi telah terjadi secara
sempurna (retensi bikarbonat oleh ginjal), pH arteri mungkin dalam batasan normal
lebih rendah. Bergantung pada etiologi dari asidosis respiratorik tindakan diagnostik
lain dapat mencakup evaluasi elektrolit serum, rontgen dada untuk menentukan segala
penyakit pernapasan, dan skrin obat jika diduga terjadi takar lajak obat. Pemeriksaan
EKG untuk mengidentifikasi segala keterlibatan jantung sebagai akibat PPOK
mungkin juga tampak.
f. Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi; tindakan yang pasti
berada sesuai dengan penyebab ketidakadekuatan ventilasi. Preparat farmakologi
digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan

Page 9
spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan. Tindakan
hygiene pulmonari dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran
pernapasan dari mukus dan drainase pluren. Hidrasi yang adekurat (2-3 1/hari) di
indikasikan untuk menjaga membran mukosa tetap lembab dan karenanya
memfasilitasi pembuangan sekresi.
Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan. Ventilasi mekanik, yang
digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari. Penggunaan
ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi karbondioksida
yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi kelebihan
biokarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan kejang. Untuk alasan
ini, kenaikan PaCO2 harus diturunkan secara lambat. Membaringkan pasien dalam
posisi semifowler memfasilitasi ekspansi dinding dada.
g. Jenis Asidosis Respiratorik
1) Asidosis Respiratorik Akut

Respon kompensasi terhadap peningkatan PaCO2 secara akut (6-12 jam)


adalah terbatas. Sistem penyangga yang berperan secara primer dilakukan oleh
hemoglobin dan pertukaran H+ ekstraseluler dengan Na+ dan K+ dari tulang dan
kompartemen cairan interstisial. Respon ginjal untuk mempertahankan bikarbonat
dalam jumlah lebih sangat terbatas pada keadaan yang akut. Sebagai hasilnya,
[HCO3-] plasma meningkat hanya sekitar 1 mEq/L untuk setiap peningkatan 10
mmHg dari PaCO2 di bawah 40 mmHg.

2) Asidosis Respiratorik Kronis


Kompensasi ginjal yang maksimal menandakan terjadinya asidosis
respiratorik kronis. Kompensasi ginjal dapat dinilai hanya setelah 12-24 jam dan
mungkin mencapai maksimal setelah 3-5 hari. Selama waktu itu, peningkatan
PaCO2 yang bertahan sejak lama menyebabkan kompensasi ginjal yang maksimal.

Page
10
Selama asidosis respiratorik kronis, [HCO3-] plasma meningkat sekitar 4 mEq/L
untuk setiap peningkatan 10 mmHg dari PaCO2 dibawah 40 mmHg.
Pemberian oksigen harus dilakukan dengan sangat waspada pada pasien
yang mengalami retensi CO2 dimana terjadi hipoksia ketimbang hiperkapnea yang
mengstimulasi ventilasi.

2. Asidosis Metabolik
a. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman
melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan
lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah
dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam
dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus
menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma.
b. Penyebab
       Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok
utama adalah :
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar menyebabkan asidosis bila
dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen
glikol).Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh
dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa
penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak

Page
11
terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang
disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut,
dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam Jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi
ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita
gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
membuang asam.
1) Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
2) Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3) Ketoasidosis diabetikum
4) Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5) Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
6) Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena
diare, leostomi atau kolostomi.
c. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya
penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam
atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar
biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis
semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan
kematian.

Page
12
d. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah
yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri
digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida
dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk
membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan
adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali.
Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi
disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air
kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh,
diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan
racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk
mengobati overdosis atau keracunan yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis
ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya.
Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi
bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.

3. Alkalosis Respiratorik
a. Pengertian
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
b. Penyebab

Page
13
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab
lain dari alkalosis respiratorik adalah:
1) Rasa nyeri
2) Sirosis hati
3) Kadar oksigen darah yang rendah
4) Demam
5) Overdosis aspirin.
c. Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida
dalam darah arteri pH darah juga sering meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda
nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali
karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya
selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya
selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10
kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik,

Page
14
sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis
respiratorik.

4. Alkalosis Metabolic
a. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai
contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang
kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain
itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam
jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1) Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2) Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3) Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
c. Gejala

Page
15
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot
berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang
berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani).
d. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
e. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium
dan kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
“ ASIDOSIS RESPIRATORIK “

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data : pasien datang dengan keluhan” sesak napas “
a. Identitas pasien
1) No. Register  :
2) Nama             : Ny.Cinthia
3) Jenis  kelamin: Perempuan
4) Umur             : 35th
5) Pendidikan    : SMA
6) Pekerjaan       : wiraswasta
7) Status             : sudah menikah
8) Agama           : islam
9) Alamat           : sugio_lamongan
10) Tanggal waktu datang :

Page
16
11) Orang yang dapat dihubungi …………….. (telp) ……………
12) Diterima dari………… rumah sakit…………. datang sendiri…. Lain-lain.

b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Klien mengatakan bahwa sering merasa pusing.
Klien mengatakan berat badannya turun 5 kg dalam 2 bulan terakhir.
Klien terlihat letih dan lemah.
Mata klien terlihat pucat.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Hal yang mendahului keluhan :
b) Sifat terjadinya gejala :
c) Lokalisasinya gejala dan sifatnya :
d) Berat ringannya keluhan dan perkembangannya :
e) Lamanya keluhan berlangsung :
f) Upaya mengatasi
3) Riwayat kesehatan yang lalu
a) Riwayat pemakaian jenis obat ………………… jumlah dosis …………
jumlah dosis terakhir ………… pemakainnya …………..
b) Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang
pernah dialami, atau riwayat masuk rumah sakit atau riwayat kecelakaan.
c) Lain-lain….
4) Riwayat kesehatan keluarga/keturunan
(penyakit dari salah seorang anggota keluarga yang berhubungan dengan penyakit
pasien saat ini).
5) Pola/kebiasaan
a) Pola nutrisi
Diet khusus/suplemen :

Page
17
Nafsu makan :
Pola makan : teratur
b) Pola minum : -
c) Berat badan sebelumnya :     ;   dan  BB terakhir :
d) Penggunaan gigi palsu : -
e) Kesukaran menelan :
6) Pola eliminasi
a) B.A.B : …. kali/hari, warna …tidak terkaji……….
b) B.A.K : …. Kali/hari, warna …tidak terkaji……....
7) Pola aktivitas
a) Pekerjaan : ibu rumah tangga
b) Jam kerja :_
c) Kemampuan melakukan aktivitas :
8) Personal hygiene
a) Mandi : -
b) Berpakaian : -
c) Rambut : -
d) Gigi dan mulut : -
e) Kuku : -
9) Pola persepsi
a) Persepsi terhadap penyakit : -
b) Persepsi terhadap arti kesehatan : -
10) Pola istirahat
a) Jam tidur : kurang
b) Masalah selama tidur : sering begadang
11) Pola hubungan dan peran
a) Pekerjaan : pegawai
b) Status pekerjaan : -

Page
18
c) Kemampuan bekerja : -
d) Hubungan dengan klien : -
e) Gangguan terhadap peran : -
12) Pola nilai dan keyakinan
a) Pantangan dalam agama selama sakit : -
b) Kebutuhan rohani : -
2. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala  : kelelahan
b) Tanda  : ataksia, kehilangan koordinasi
2) Sirkulasi
a) Tanda  : hipotensi
b) Nadi kuat, kulit hangat berkenaan dengan hivopentilasi menunjukkan vase dilatasi
(asidosisi berat)
c) Takikardia, sianosis.
3) Makanan/cairan
Gejala        : mual atau muntah
4) Neurosensori
a) Gejala  : sakit kepala dangkal, pusing, gangguan penglihatan.
b) Tanda  : ketakutan, gelisah, tremor, penurunan reflek.
5) Pernapasan
a) Gejala : dipsnea dengan pergerahan tenaga
b) Tanda  : peningkatan upaya pernapasan dengan pernapasan cuping hidung atau
menguap, Penurunan frekuensi pernapasan.Mengi, stridor.
B. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2, penurunan asupan oksigen,
hipoventilasi, narcosis CO2.

Page
19
2. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal,
peningkatan pH sel-sel miokardium.
3. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan akut PaCO2,
hipoksemia pada pembuluh darah otak.

C. RENCANA INTERVENSI
Rencana intervensi keperawatan pada klien adalah klien tidak mengalami gangguan gas,
tidak terjadi peningkatan TIK, tidak ada perubahan napas, dan perfusi jaringan optimal
.
Dx 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2, penurunan asupan oksigen,
hipoventilasi, narcosis CO2
Tujuan : dalam waktu 1/24 jam setelah diberikan, gangguan pertukaran gas tidak terjadi
Intervensi Rasional
Kaji klien yang dicurigai mengalami Tujuan penanganan asidosis respiratorik akut adalah
asidosis respiratorik secara cepat dan memulihkan ventilasi efektif secepatnya dengan
tepat memberikan terapi O2 dan mengatasi sebab yang
mendasarinya
Istirahatkan klien dengan posisi Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru
fowler optimal.
Istirahat akan mengurangi kerja jantung,
meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan
menurunkan tekanan darah.
Cari factor penyebab yang Apabila klien hiperkapsnea kronis mengalami
memperberat asidosis respiratorik. peningkatan PaCO2 secara akut, harus dicari
factor-faktor penyebab seperti pneumonia atau
emboli paru yang dapat memperberat kelainan yang
mendasarinya serta dapat mempercepat terjadinya
krisis.

Page
20
Manajemen lingkungan : lingkungan Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
tenang dan batasi pengunjung eksternal dan pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang
akan berkurang apabila banyak pengunjung yang
berada di ruangan.
Evaluasi perubahan tingkat Akumulasi secret dan berkurangnya jaringan paru
kesadaran, catat sianosis serta yang sehat dapat menggangu oksigenasi organ vital
perubahan warna kulit, termasuk dan jaringan tubuh.
membrane mukosa dan kuku.
Pantau kadar hemoglobin Kebanyakan volume O2 ditraspor ke jaringan dalam
ikatan hemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan
O2dalam darah menurun sebagai akibat ventilasi
mekanik dan suplemen akan minimal. Pengukuran
berkala hemoglobin perlu untuk kalkulasi kandungan
O2 yang akan menentukan kebutuhan untuk tranfusi
sel darah merah.
Beri O2 4 liter/menit Pemenuhan O2 pada klien yang mengalami
hipoksemia
Kolaborasi pemilihan pemberian Mekanisme pathogenesis peningkatan permeabilitas
cairan alveokapiler mengakibatkan edema interstitial dan
alveolar. Pemberian cairan yang berlebihan pada
orang normal dapat menyebabkan edema paru dan
gagal pernapasan. Pilihan koloid versus cairan
kristaloid unutk menggantikan terapi  masih
controversial. Meskipun perkembangan teknologi,
pengukuran berat badan harian akurat
(kecenderungan) sering merupakan indicator penting
terhadap ketidakseimbangan cairan.

Page
21
Tujuan utama terapi cairan adalah untuk
mempertahankan parameter fisiologis normal.
Kolaborasi untuk memantau gas Pemeriksaan secara berkelanjutan dan ketat akan
darah secara ketat melihat dengan cepat perkembangan setelah
mendapat intervensi.
Kolaborasi pemberian ventilasi Pemberian ventilasi mekanik jika terjadi krisis.
mekanik. Perhatian yang besar harus ditunjukkan dalam
pemberian O2 pada klien-klien hiperkapnea kronis.

Dx.2. Pola napas tidak efektif yang berhubunagn dengan gangguan konduksi elektrikal,
peningkatan pH sel-sel miokardium.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Intervensi Rasional
Auskultasi bunyi napas (krakles) Indikasi edema paru sekunder akibat
dekompensasi jantung.
Kaji adanya edema. Curiga gagal kongestif/kelebihan volume
cairan.
Istirahatkan klien dengan posisi fowler Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru
optimal. Istirahat akan mengurangi kerja
jantung, meningkatkan tenaga cadangan
jantung, dan menurunkan tekanan darah.
Lamanya berbaring juga meransang dieresis
karena berbaring akan memperbaiki perfusi
ginjal. Istirahat juga mengurangi kerja otot
pernapasan dan penggunaan oksigen. Frekuensi
jantung menurun yang akan memperpanjang
waktu diastole pemulihan, sehingga
memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.

Page
22
Ukur intake dan output. Penurunan curah jantung mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi air/air, dan
penurunan pengeluaran urine.
Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba pada berat badan
menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.
Pertahankan pemasukan total cairan 2.000 Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskular. dewasa, tetapi memerlukan pembatasan dengan
adanya dekompensasi jantung
Kolaborasi : Hipokalemi dapat membatasi keefektifan terapi.
      Pantau data laboratorium elektrolit
kalium.

Dx. 3. Penurunan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan akut
PaCO2, hipoksemia pada pembuluh darah otak.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 perfusi jaringan otot dapat tercapai secara optimal.
Intervensi Rasional
Baringkan klien (bed rest) total Perubahan pada tekanan intrakranial akan dapat
dengan posisi tidur terlentang tanpa menyebabkan risiko terjadinya herniasi otak.
bantal.
Pantau tanda-tanda neurologis dengan Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.
GCS.
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Pada keadaan normal, autoregulasi mempertahankan
nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati keadaan tekanan darah sistemik berubah secara
pada hipertensi sistolik. fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan
kerusakan vascular serebral yang dapat di
manifestasikan dengan peningkatan sistolik dan
diikuti oleh penurunan tekanan diastolic. Sedankan

Page
23
peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan
infeksi.
Bantu pasien untuk membatasi Aktvitas ini dapat meningkatkan tekanan intracranial
muntah, batuk. Anjurkan pasien dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu
untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau mengubah posisi dapat melindungi diri
bergerak atau berbalik ditempat tidur. dari efek valsava.
Anjurkan klien untuk menghindari Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan
batuk dan mengejan berlebihan. intracranial dan potensial terjadi perdarahan ulang.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan Ransangan aktivitas yang meningkat dapat
batasi pengunjung. meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan
ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan
terhadap perdarahan dalam kasus stroke
hemoragik/perdarahan lainnya.
Kolaborasi :
      Berikan cairan per infuse dengan Meminimalkan fruktuasi pada beban vascular dan
perhatian ketat. tekanan intracranial, retriksi cairan dapat
menurunkan edema serebral.
      Monitor natrium serum. Monitor kadar natrium serum dan dengan
mengobservasi perubahan-perubahan dalam
tanda-tanda neurologis.

D. IMPLEMENTASI
1. Mengkaji pasien terhadap asidosis respiratorik.
2. Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien dengan posisi fowler
3. Mencari factor penyebab yang memperberat asidosis respiratorik.
4. Membuat manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung
5. Mengevaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis serta perubahan warna kulit,
termasuk membrane mukosa dan kuku.

Page
24
6. Memantau kadar hemoglobin
7. Memberikan O2 4 liter/menit
8. Mengauskultasi bunyi napas (krakles)
9. Mengkaji adanya edema.
10. Mengistirahatkan klien dengan posisi fowler
11. Mengukur intake dan output.
12. Menimbang berat badan
13. Mempertahankan pemasukan total cairan 2.000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskular.
14. Membaringkan klien (bed rest) total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal.
15. Memantau tanda-tanda neurologis dengan GCS.
16. Memonitor tanda-tanda vital seperti TD, nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati pada
hipertensi sistolik.
17. Membantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untukmengeluarkan
napas apabila bergerak atau berbalik ditempat tidur.
18. Menganjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan.
19. menciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
Kolaborasi :
1. Memantau gas darah secara ketat
2. memberikan ventilasi mekanik.
3. Memberikan cairan per infuse dengan perhatian ketat.
4. Memonitorkan natrium serum.

E. EVALUASI  
1. Dx 1 :
Hasil yang diaharapkan
a. Melaporkan tak adanya /penurunan dipsnea
b. Klien menunjukkan tidak ada gejala distress pernapasan

Page
25
c. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
d. Pemeriksaan gas arteri pH 7,40 ± 0,005 : HCO3 24 ± 2 mEq/L, dan PaCO2 40 mmHg
2. Dx 2 :
Hasil yang diharapkan
a. klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/menit respons batuk
berkurang.

3. Dx 3 :
Hasil yang diharapkan
a. klien tidak gelisah; tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang, GCS 4,5,6; pupil
isokor; refleks cahaya (+).
b. Tanda-tanda vital normal (nadi : 60-100 kali per menit, suhu : 36-36,7o C, pernapasan
16-20 kali permenit),
c. serta klien tidak mengalami deficit neurologis seperti lemas, agitasi, iritabel,
hirefleksia, dan spastisitas dapat terjadi serta akhirnya timbul koma, kejang

Page
26
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu
bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan
fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh
dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal
berperan dalam pelepasan asam.
Dua kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu
sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Alkalosis adalah

Page
27
suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung
asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari
adanya masalah metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi
metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan
alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan
asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan
oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.

A. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan kesempurnaan makalah ini.

Page
28

Anda mungkin juga menyukai