Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam merupakan agama yang mengatur segala aspek kehidupan dari awal
hingga akhir dengan segala kondisi yang bertujuan untuk kemakmuran umat dan
kebahagiaan dunia akhirat. Manusia tentunya mengidamkan kesehatan sebagai
bagian dari kebahagiaan, dengan jasmani dan rohani yang sehat pun kita bisa
menjalankan ibadah dan kewajiban lainnya secara maksimal. Agama islam
sendiri menempatkan pentingnya kesehatan diurutan kedua setelah iman.

Sebagai manusia kita memiliki 3 fase dalam kehidupan yakni: sehat ,sakit atau
mati. Setiap manusia tentunya ingin terus merasakan tubuh serta pikiran yang
sehat, namun sakit dan mati adalah hal pasti yang dapat terjadi setiap saat.
Manusia selalu menginginkan kesehatan sehingga sering membenci sakit dan
penyakit, menganggap nya sebagai penderitaan dan beban yang tak bermakna. Hal
tersebut tentu bertentangan dengan apa yang Allah SWT janjikan pada makhluk-
makhluk-Nya yang senantiasa ikhlas dan sabar diberi cobaaan musibah berupa
sakit. Didalam sakit itu sendiri banyak pelajaran yang dapat diambil dan hikmah
yang dapat dipetik karena Allah SWT sendiri tak akan menurunkan atau
melimpahkan cobaan tanpa ada kebaikan dan hikmah dibaliknya.

Oleh karena pandangan yang salah mengenai sakit itu sendiri, kelompok kami
akan membahasnya lebih lanjut didalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. bagaimana pengertian dari konsep sakit?


2. Apa saja macam-macam sakit?
3. Bagaimana etika dan adab ketika sakit?
4. Apa hikmah dibalik ujian sakit?
5. Bagaimana islam memandang kegiatan menjenguk orang yang sedang
sakit?
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Mampu menjelaskan pengertian dari konsep sakit
2. Mampu menjelaskan macam-macam sakit
3. mampu menjelaskan etika dan adab ketika sedang sakit
4. mampu menjelaskan hikmah dibalik ujian sakit
5. mampu menjelaskan pandangan islam mengenai kegiatan menjenguk
orang yang sedang sakit
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Konsep Sakit

a. Menurut para ahli

Cassell dalam Helman (1990) mengatakan bahwa illness menyatakan apa


yang dirasakan oleh pasien ketika dia datang ke dokter,
sedangkan disease menyatakan apa yang dibawa si pasien ke rumah setelah dari
ruang dokter. Dengan demikian, disease adalah sesuatu yang diidap oleh organ
tubuh, sedangkan illness adalah respon subjektif pasien (Siswanto,2007).

Kleinmans dalam Freund (1991) mengatakan bahwa disease mengacu pada


kondisi biofisik, sedangkan illness mengacu pada bagaimana orang yang sakit
dan anggota keluarganya atau jaringan sosialnya yang lebih luas merasakan atau
hidup dengan serta bereaksi terhadap simtom-simtom dan ketidak mampuannya
(Siswanto,2007).

b. Menurut pandangan Islam

Di hadapan Allah, orang sakit bukanlah orang yang hina. Mereka justru
memiliki kedudukan yang sangat mulia.

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran


dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang
melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya. (Hadis
Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah)

Bahkan Allah menjanjikan kepada orang yang sakit apabila ia bersabar dan
berikhtiar dalam sakitnya, Allah akan menghapus dosa-dosanya.

Tidaklah seorang muslim tertimpa derita dari penyakit kecuali Allah hapuskan
dengannya (dari sakit tersebut) kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya)
sebagaimana gugurnya dedaunan sebuah pohon. (Hadis Riwayat al-Bukhari
dari Abdullah bin Masud)
Sakit sebagai salah satu ciptaan Allah SWT yang ditimpakan kepada
manusia juga pasti ada maksudnya. Salah satu hikmah Allah SWT kepada hamba-
Nya adalah sebagai ujian dan cobaan untuk membuktikan siapa-siapa saja yang
benar-benar beriman. Firman Allah SWT :

Artinya : 214- Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?"
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Q.S. Al Baqarah : 214)

Demikianlah Allah SWT akan menguji hamba-hamba-Nya dengan


kebaikan dan keburukan. Dia menguji manusia berupa kesehatan, agar mereka
bersyukur dan mengetahui keutamaan Allah SWT serta kebaikan-Nya kepada
mereka. Kemudian Allah SWT juga akan menguji manusia dengan keburukan
seperti sakit dan miskin, agar mereka bersabar dan memohon perlindungan serta
berdo'a kepada-Nya.

Amat banyak orang yang tidak memahami kenapa ia harus sakit, sehingga
secara tidak sadar ia menganggap bahwa penyakit yang dideritanya tersebut
sebagai malapetaka atau kutukan Allah yang dijatuhkan kepadanya. Tidak
sedikitpun orang yang tatkala ditimpa penyakit menjadi putus asa, kehilangan
pegangan, bahkan berburuk sangka kepada Allah SWT. Lalu timbul rasa tidak
puas kepada Allah SWT, merasa bahwa dengan sakitnya itu Allah bersikap tidak
adil, sehingga ia tidak lagi menjalankan kewajiban-kewajiban-Nya sebagai hamba
Allah. Padahal di waktu sehat, ia selalu mengucapkan dalam salatnya :

Artinya : "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam" (Q.S. Al An'am : 162).

Dalam pandangan Islam, penyakit merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT
kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Ketika seseorang sakit disana
terkandung pahala, ampunan dan akan mengingatkan orang sakit kepada Allah
SWT. Aisyah pernah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : 'Tidak
ada musibah yang menimpa diri seorang muslim, kecuali Allah mengampuni
dosa-dosanya, sampai-sampai sakitnya karena tertusuk duri sekalipun" (H.R.
Buchari)

Sabda Rasulullah SAW :

Artinya : Dan sesungguhnya bila Allah SWT mencintai suatu kaum, dicobanya
dengan berbagai cobaan. Siapa yang ridha menerimanya, maka dia akan
memperoleh keridhoan Allah. Dan barang siapa yang murka (tidak ridha) dia akan
memperoleh kemurkaan Allah SWT. (H.R. Ibnu Majah dan At Turmudzi)

Dalam hadist lain Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : Dari Abu Hurairah r.a. Nabi Muhammad SAW. Bersabda : Tidaklah
seorang muslim ditimpa musibah, kesusahan, kesedihan, penyakit, gangguan
menumpuk pada dirinya kecuali Allah SWT hapuskan akan dosa-dosanya (H.R.
Bukhari dan Muslim).Allah SWT menciptakan cobaan antara lain untuk
mengingatkan manusia terhadap rahmat-rahmat yang telah diberikan-Nya. Allah
SWT memberikan penyakit agar setiap insan dapat menyadari bahwa selama ini
dia telah diberi rahmat sehat yang begitu banyak. Namun kesehatan yang
dimilikinya itu sering kali di abaikan, bahkan mungkin disia-siakan. Padahal ia
mempunyai harga yang sangat bernilai tiada tolak ukur dan
bandingannya.Disamping itu, sakit juga digunakan oleh Allah SWT untuk
memperingatkan manusia atas segala dosa-dosa dan perbuatan jahatnya selama
hidup di dunia. Kalau dahulu seorang insan yang banyak berbuat kesalahan tidak
berfikir tentang dosa dan pahala, maka disaat sakit biasanya manusia teringat akan
dosa-dosanya sehingga ia berusaha untuk bertaubat dan memohon ampunan
kepada Allah SWT.

2.2 Macam-macam Sakit

a) Penyakit rohani

Penyakit rohani ialah adanya sifat dan sikap (budi pekerti) yang buruk
dalam rohani seorang manusia yang mendorongnya untuk berbuat buruk dan
merusak, yang menyebabkan terganggunya kebahagiaannya dan terhalangnya dia
dari memperoleh keridhaan Allah ( Zaini,2014).

Contoh penyakit rohani adalah( Zaini,2014):

Kufur (mengingkari rahmat (nimat) Allah yang telah terlimpah


kepada kita. Allah telah memberikan banyak nimat yang takan
bisa kita hitung jumlahnya (QS.An-Nahl:18)),
Hasad/ iri hati (rasa atau sikap tidak senang terhadap kerahmatan
(kenikmatan) yang diperoleh oleh orang lain dan berusaha unntuk
menghilangkannya),
Takabbur ialah menolak kebenaran dan menghinakan manusia
(HR.Muslim),
Dusta ialah pemberitaan atau pernyataan tentang sesuatu yang
berlainan dengan kejadian atau kenyataan yang sesungguhnya.
Dusta itu ada dalam perkataan dan ada pula dalam perbuatan,
Hiqdu ( dendam ) Menurut Imam Ghazali dendam ialah hati terus
menerus berat,marah dan iri terhadap orang yang didendami,
Israf (berlebih-lebihan) artinya mempergunakan sesuatu dengan
melewati batas-batas yang patut menurut ajaran Allah.

b) Penyakit fisik/ jasmani

Penyakit jasmani ialah penyakit badan, penyakit yang tampak dan dapat
kita rasakan, penyakit jasmani hanya kita saja yang dapat merasakan sedangkan
orang lain tidak mampu merasakan. Penyakit jasmani dapat disembuhkan oleh
dokter dan dapat mudah dideteksi dengan bantuan medis (Ulya,2014).

Rasulullah shallallahu alayhi wasallam pernah menemui Ummu As-


Saaib, beliau bertanya : Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai Ummu As-
Saaib? Wanita itu menjawab : Karena demam wahai Rasulullah, sungguh tidak
ada barakahnya sama sekali. Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda
:Jangan engkau mengecam penyakit demam. Karena penyakit itu bisa
menghapuskan dosa-dosa manusia seperti proses pembakaran menghilangkan
noda pada besi. (HR. Muslim)

Ada 3 macam sakit yaitu :

a. Sakit adalah Ujian

Allah subhanahu wa taala berfirman dalam al-Quran, Dan sungguh


akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: Inna lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun.
(QS. Al-Baqarah: 155-156).

Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman, Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiyaa`: 35).

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani


yang bercampuryang Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat. (QS. Al-Insaan:2).

Begitulah Allah subhanahu wa taala menguji manusia, untuk melihat


siapa di antara hambaNya yang memang benar-benar berada dalam keimanan
dan kesabaran. Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang
diucapkan melalui lisan, tapi juga harus menghujam di dalam hati dan
teraplikasian dalam kehidupan oleh seluruh anggota badan. Allah subhanahu
wa taala menegaskan bahwa Dia akan menguji setiap orang yang mengaku
beriman, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya
Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabuut: 2-3).
Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya
menjadi lebih baik di hadapanNya. Rasulullahshallallahu alayhi
wasallam bersabda : Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia
akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya. (HR. Bukhari).

Dari Anas ibn Malik radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa ia


menceritakan : Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda :
Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula.
Kalau Allah mencintai seseorang, pasti Allah akan memberikan cobaan
kepadanya. Barangsiapa yang ridha menerima cobaanNya, maka ia akan
menerima keridhaan Allah. Dan barangsiapa yang kecewa menerimanya,
niscaya ia akan menerima kermurkaan Allah. (HR. Tirmidzi)

b. Sakit adalah Adzab

Bagi seorang mu`min sakit dapat menjadi tadzkirah atau ujian yang
akan mendekatkan dirinya kepada Allah subhanahu wa taala. Namun bagi
sebagian orang, sakit bisa menjadi adzab yang akan membinasakan dirinya.
Allah subhanahu wa taalaberfirman, Katakanlah: Dialah yang berkuasa
untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah
kakimuatau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling
bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian
yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran
Kami silih bergantiagar mereka memahami(nya). (QS. Al-Anaam: 65).

Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab


yang kecil di dunia sebelum adzab yang lebih besar di akhirat, mudah-
mudahan mereka kembali ke jalan yang benar.(QS. As-Sajdah: 21). Maka
dari itu, pertaubatan adalah langkah nyata menuju kesembuhan.
Seseungguhnya, segala macam bencana yang menimpa kita, pada hakikatnya
adalah karena perbuatan kita sendiri. Allah subhanahu wa taala berfirman,
artinya, Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syura: 30).
Syaikh Abdurrahman As-Sadi ketika menafsirkan ayat ini, beliau
berkata, Allah Subhanahu wa Taala memberitakan bahwa semua musibah
yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka,
serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-
perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan.

Dari A`isyah radhiyallahu anha ia berkata , Aku mendengar


Rasulallah shallallahu alayhi wa sallam bersabda : Tidaklah seorang muslim
tertimpa musibah walau hanya tertusuk duri, kecuali Allah akan mencatat
baginya kebaikan dan dihapus baginya kesalahan dan dosanya. (HR.Muslim).

Ingatlah bahwa adzab yang diturunkan Allah subhanahu wa


taala terhadap seseorang di dunia bisa berbagai macam bentuknya.
Kekurangan harta, bencana alam, peperangan, sakit, atau bahkan kematian.
Cukuplah kiranya pelajaran kaum terdahulu yang diadzab oleh
Allah subhanahu wa taala dengan berbagai macam penyakit yang aneh dan
sulit disembuhkan. Hal itu dikarenakan mereka tetap bertahan di dalam
kekafiran, padahal bukti-bukti dan tanda-tanda kebesaran-Nya telah
ditampakkan di hadapan mereka. Firman Allah, Dan demikianlah Kami
menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan
dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka
bertakwa atau (agar) Al-Quran itu menimbulkan pengajaran bagi
mereka (QS. Thaahaa: 113).

Allah swt. juga berfirman,Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik


harta mereka maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab
Allah dari mereka sedikitpun (QS. Ali Imraan: 116)

c. Sakit adalah Cinta

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah subhanahu wa


taalasenantiasa menguji hamba-hambaNya untuk menilai siapa yang memang
benar-benar memiliki ketulusan iman. Siapa di antara hamba-hambaNya yang
sabar, yang sanggup bertahan, baik dalam susah maupun senang. Inilah
golongan yang dirahmati Allah subhanahu wa taala. Para shahabat berkata
saat golongan ini sedang ditimpa sakit, Demam sehari dapat menghapuskan
dosa setahun.

Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam Ath Thibb An


Nabawimenafsirkan riwayat atsar ini dalam dua pengertian. Pertama,bahwa
demam itu meresap ke seluruh anggota tubuh dan sendi-sendinya. Sementara
jumlah tiap sendi-sendi tubuh ada 360. Maka, demam itu dapat menghapus
dosa sejumlah sendi-sendi tersebut, dalam satu hari.Kedua, karena demam itu
dapat memberikan pengaruh kepada tubuh yang tidak akan hilang seratus
persen dalam setahun. Sebagaimana Sabda Nabi shallallahu alayhi wa sallam,
Barangsiapa meminum minuman keras, maka shalatnya tidak akan diterima
selama empat puluh hari. Karena pengaruh minuman keras tersebut masih
tetap ada dalam tubuhnya, pembuluh nadi, dan anggota tubuh lainnya selama
empat puluh hari. Wallahu alam. Beliau mengakhiri perkataannya.Hal
tersebut dapat dipahami dan diterima walaupun beliau (Imam Ibn al-Qayyim)
masih belum mengetahui kedudukan atsar tersebut, karena kita senantiasa
mengingat doa yang seringkali diucapkan oleh Rasulullah shallallahu alayhi
wa sallam saat beliau menjenguk orang sakit. Beliau shallallahu alayhi wa
sallam senantiasa mengucapkan, Laa basa thahuurun, insya Allahu
taala Tidak mengapa, insya Allah menjadi pembersih (atas dosa-dosamu).
Inilah yang dimaksud bahwa Islam memandang sakit bisa bermakna cinta.
Cinta dari Sang Ilahy agar hambaNya tidak mendapatkan azab di akhirat,
maka Dia membersihkan segala noda dan dosanya di dunia. Ma syaa Allah.

Rasulullah shallallahu alayhi wasallam pernah bersabda


:Sesungguhnya besarnya pahala (balasan) sangat ditentukan oleh besarnya
cobaan. Dan jika sekiranya Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan
menguji dan memberikan cobaan kepada mereka. (HR. Tirmidzi dan
Baihaqi).

Dari Abdullah ibn Masud radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa ia


menceritakan: Rasulullah shallallahu alayhi wasallambersabda : Setiap
muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan Allah
hapuskan berbagai kesalahnnya, seperti sebuah pohon meruntuhkan daun-
daunya. (HR. Muslim).

Dari Abu Hurayrah radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa


Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda : Cobaan itu akan selau
menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada diri
anaknya ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa
sedikit pun. (HR. Tirmidzi).

Begitu pula, Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda


:Tiadalah kepayahan, penyakit, kesusahan, kepedihan dan kesedihan yang
menimpa seorang muslim sampai duri di jalan yang mengenainya, kecuali
Allah menghapus dengan itu kesalahan kesalahannya. (HR. Bukhari dan
Muslim).

Seorang wanita datang menemui Nabi shallallahu alayhi wasallam, ia


berkata : Saya mengidap penyakit epilepsi dan apabila penyakitku kambuh,
pakaianku tersingkap. Berdoalah kepada Allah untuk diriku.
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda : Kalau engkau bersabar,
engkau mendapatkan jannah. Tapi kalau engkau mau, aku akan mendoakan
agar engkau sembuh. Wanita itu berkata : Aku bersabar saja. (HR. Bukhari
dan Muslim).

Dari Abu Musa Al-Asyari radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa ia


menceritakan: Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda : Kalau
seorang hamba sakit atau sedang bepergian, pasti Allah akan menuliskan
baginya pahala seperti saat ia mengamalkan ibadah di masa masih sehat dan
sedang bermukim. (HR. Bukhari)

Syaikh Al Faqih Muhammad ibn Shalih Al-


Utsayminrahimahullah berkata: Apabila engkau ditimpa musibah maka
janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa sakit yang
menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa arti.
Bahkan Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan
menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon
menggugurkan daun-daunnya.

Hendaklah kita bersabar dan ridha terhadap sakit yang menimpa kita.
Dengan bersabar, kita akan mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap
orang yang bersabar :Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah
yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar: 10).

Selain itu, Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa sakit,


khususnya demam, sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Karena,
menurutnya, orang yang sedang demam akan meninggalkan makanan yang
buruk dan kemudian beralih kepada makanan yang baik-baik. Ia pun akan
mengonsumsi obat-obatan yang bermanfaat bagi tubuh. Hal ini tentu akan
membantu proses pembersihan tubuh dari segala macam kotoran dan
kelebihan yang tidak berguna. Sehingga prosesnya mirip api terhadap besi
yang berfungsi menghilangkan karat dari inti besi. Proses seperti ini sudah
dikenal di kalangan medis. Karenanya tidak heran jika Abu
Hurayrah radhiyallahu anhu pernah berkata, Tidak ada penyakit yang
menimpaku yang lebih aku sukai daripada demam. Karena demam merasuki
seluruh organ tubuhku. Sementara Allah akan memberikan pahala pada setiap
organ tubuh yang terkena demam. Allahu alam.
2.3 Adab dan Etika sakit

Adab-Adab dan Etika Bagi Orang Sakit

a. Selayaknya bagi yang terkena musibah baik yang terkena itu dirinya,
anaknya atau selainnya untuk mengganti ucapan mengaduh pada saat sakit
dengan berdzikir, istighfar dan taabbud (beribadah) kepada Allah, karena
sesungguhnya generasi Salaf -semoga Allah memberikan rahmat kepada
mereka- tidak suka mengeluh kepada manusia, karena meskipun mengeluh
itu membuat sedikit nyaman, namun mencerminkan kelemahan dan
ketidakberdayaan sedangkan bila mampu bersabar dalam menghadapi
kondisi sakit tersebut, maka hal itu menunjukkan pada kekuatan
pengharapan pada Allah dan kemuliaan.
b. Bagi orang yang sakit boleh untuk mengadu kepada dokter atau orang
yang dapat dipercaya tentang sakit dan derita yang dialaminya, selama itu
bukan karena kesal maupun keluh kesah.
c. Hendaknya meletakkan tangannya pada bagian yang sakit kemudian
mengucapkan doa dari hadits (yang shahih) seperti:
.

Dengan menyebut Nama Allah (tiga kali).

Kemudian mengucapkan sebanyak tujuh kali:

Aku berlindung kepada Allah dan kepada kekuasaan-Nya dari keburukan


apa yang aku temui dan aku hindari. [HR. Muslim no. 2022 (67)]

d. Berusaha untuk meminta kehalalan atas barang-barang yang masih


menjadi tanggungannya, barang yang menjadi hutangnya atau yang pernah
dirampas dari pemiliknya, menuliskan wasiat dengan menjelaskan apa-apa
yang merupakan miliknya, hak-hak manusia yang harus dipenuhinya, juga
wajib baginya untuk mewasiatkan harta-harta yang bukan merupakan
bagian dari warisannya, tanpa merugikan hak-hak warisnya.
e. Tidak boleh menggantungkan jampi-jampi, jimat-jimat, dan semua yang
mengandung kesyirikan.
f. Hendaknya bersegera untuk bertaubat secara sungguh-sungguh dengan
memenuhi syarat-syaratnya dan senantiasa memperbanyak amalan shalih.
g. Bagi orang yang sakit hendaknya berhusnuzhzhan (berprasangka baik)
kepada Allah dan berusaha mendekatkan diri kepada-Nya dengan
menggabungkan antara takut dan pengharapan, serta disertai amalan yang
ikhlas. Hal ini berda-sarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam:

Janganlah seorang di antara (menginginkan) kematian kecuali dalam


keadaan berprasangka baik kepada Allah. [HR. Muslim no. 2877, Abu
Dawud no. 3113]

2.4 Hikmah sakit

a. Menghargai Sang Waktu


Jika dalam kesenangan dan kegembiraan kita terlalaikan dengan perjalanan
sang waktu, maka dengan kesedihan dan kenestapaan kita secara utuh
menyadari bergulirnya waktu (zaprulkhan. 2008).

Rasulullah SAW bersabda, Ada dua nikmat, di mana banyak manusia


tertipu di dalamnya, yakni kesehatan dan kesempatan. (HR Bukhori).

Gunakanlah lima perkara sebelum datang yang lima; masa mudamu


sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa
sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu, waktu luangmu
sebelum datang waktu sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang
ajalmu. (HR. Hkim, dishahihkan oleh Al Albni).

Dalam pespektif inilah nestapa yang hadir berupa sakit mengajak untuk
menghargai kejadiran sang waktu. Memaknai waktu dengan dengan
ketaatan , kearifan dan pengabdian demi menuju surga-Nya yang kekal
(zaprulkhan. 2008).

b. Menghapuskan Dosa-Dosa Dan Meninggikan Derajat


jika Allah menurunkan ujian kepada seorang hamba yang beriman
dengan ujian penyakit pada tubuhnya, maka Allah memerintahkanpara
malaikat-Nya: catatlah amal kebajikan untuknya!jika Allah
menyembuhkan hamba itu, maka Dia telah membersihkan den menyucikan
segala kesalahannya. Dian bila hamba itu sampai meninggal dunia, maka
Dia juga telah mengampuni dosa-dosanya dan memberikan rahmat
kepadanya (HR Ahmad)

Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat
dari itu melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya
karenanya. (HR. Ahmad No. 2572)

Dari hadist diatas dapat disimpulkan bahwa Allah sendiri tak akan
memberi cobaan sekalipun yang sangat kecil tanpa ganjaran yang
setimpal. Baiknya kita sebagai manusia tidak berkeluh kesah dan
memperhatikan sesuatu yang lebih esensial yaitu kasih sayang Allah
dibalik penyakit itu sendiri lalu melihat semua ini sebagai anugerah yang
dititipkan sementara kepada kita (zaprulkhan. 2008).

c. Persiapan Menyambut Kematian


dimana saja engkau berada, kematian akan menjemput engkau, kendati
pun engkau berada didalm benteng yang tinggi lagi kokoh (QS. Al-
Nisaa;78).

Alquran berulang-ulang mengingatkan tentang kepastian datangnya


kematian. Namun anehnya, kematian menjadi hal yang paling pasti yang
sering terlupakan. Penyakit hadir dalam kehidupan kita untuk
mengingatkan sekaligus mempersiapkan datangnya kematian, walaupun
penyakit tidak pasti menghantarkan kita menuju pintu kematian. Inilah
hikmah dari penyakit kali ini, agar kita semua waspada dan bersiap
menyambut datangnya kematian (zaprulkhan. 2008)..
Kita sering menemukan orang-orang yaang ketika sakit menjadi
begitu tekun beribadah sampai akhirnya dengan penyakit itu mereka
berjumpa dengan Allah dan tidak sedikit juga orang-orang yag ketika sehat
enggan menyebut nama Tuhan, namun saat sakit mereka menjadi ama
rajin berzikir, beristighfar dan bersimpuh memohon ampun kepada Allah
(zaprulkhan. 2008)..
Dengan merujuk pada pernyataan dan hal yang terjadi berkaitan dengan
hikmah saat sakit ini dapat diambil kesimpulan bahwa sesungguhnya sakit
dan penyakit merupakan wujud kasih sayang-Nya yang istimewa kepada
manusia yang sering lalai ketimbangingat akan kematian (zaprulkhan.
2008).

d. Pengingat Akan Ketidakabadian Dunia


Seperti yang diketahui dunia bukanlah kesenangan yang bersifat abadi.
Namun persoalan sesungguhnya bukan Cuma mengetahui, mengerti dan
memahami, tapi lebih dari itu adalah menghayati, merasakan, dan benar-
benar mengalami. Manusia punmemahami bahwa seluruh kesenangan
tidak lakyak untuk dicintai kalbu, namun lagi-lagi hati manusia sudah
begitu terikat kepadanya. Akan tetapi, tatkala ujian datang kesenangan
berubah menjadi kesengsaraan, kemewahan berganti kemiskinan,
kesehatan menjelma menjadi kesakitan, dan senyuman bertukar menjadi
tangisan. (zaprulkhan. 2008).
Penyakit sengaja dihadirkan oleh Allah dalam kehidupan umat manusia
untuk menyadarkan kita tentang ketidakabadian dunia. Kesadaran itu hadir
saat manusia merasakan sakit parah atau kronis. Allah sengaja kirimkan
penyakit itu untuk menhnacurkan hasrat palsu duniawi. Makanan
minuman paling lezat tak akan membuat si sakit berselera lagi. Semuanya
terasa hambar, hampa atau pahit dilidah. Kecantikan dan keindahan yang
ada pada wanita tak akan membuat pria yang sakit menjadi bergairah
sedikitpun (zaprulkhan. 2008).
Bahkan kemwahan, kekayaan, kesenangan, dan pangkat jabatan yang
dulu begitu menjadi obsesi pada saat sakit akan hilang semua pesonanya.
Penyakit membawa manusia dari level pengetahuam menuju penghayatan,
dari pemahaman menuju pengalaman. Ternyata derita sakit yang dirasakan
mempu mendidik manusia mencicipi secercah kearifan hidup (zaprulkhan.
2008).

e. Sesudah Kesulitan Pasti Datang Kemudahan

Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,


Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Alam
Nasyroh: 5)

2.5 Menjenguk Orang Sakit ( Iyadatut Maridh)


a. Konsep Iyadatul Maridh.

Mengunjungi orang sakit merupakan perbuatan mulia, dan terdapat


keutamaan yang agung, serta pahala yang sangat besar, dan merupakan salah
satu hak setiap muslim terhadap muslim lainnya. Rasullullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam senantiasa memerintahkannya. Bahkan beliau menyebutnya
sebagai hak seorang muslim atas saudara muslim yang lain.

Menjenguk orang sakit diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu


Alaihi wa Sallam. Al Bara bin Azib radhiyallahu anhu meriwayatkan, Nabi
menyuruh kita tujuh hal dan melarang kita tujuh hal. Beliau menyuruh kita
untuk mengantarkan jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan,
menolong orang yang teraniaya, melaksanakn sumpah, menjawab salam, dan
mendoakan orang yang bersin. Dan beliau melarang kita memakai wadah
(bejana) dari perak, cincin emas, kain sutera, dibaj (sutera halus), qasiy (sutera
kasar), dan istibraq (sutera tebal). (Bukhari no.1239; Muslim no.2066)
Menjenguk orang sakit bagian dari adab Islam yang mulia dan sangat
dianjurkan. Islam adalah rahmat. Rahmat Islam ini mencakup semua sisi
kehidupan, di antaranya rahmat Islam terhadap orang-orang lemah dan sakit.
Karena orang sakit sedang merasakan penderitaan dan menahan rasa sakit
yang menyerangnya. Oleh sebab itu, ia lebih membutuhkan perhatian dan
bantuan dari sesamanya, serta hiburan dan motivasi untuk menguatkan
batinnnya nya. Karena itulah Islam memberikan perhatian besar terhadap
akhlak mulia ini

Pada diri orang sakit terdapat keutamaan dan kemuliaan bagi orang
yang menjenguknya berdasarkan kabar berita dari Nabi Muhammad saw. yang
diutus menjadi rahmat bagi semesta alam. Allah Swt. telah menjanjikan
pahala yang banyak dan ganjaran yang besar bagi orang yang menjenguk
orang sakit.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menjenguk orang sakit adalah


memberikan kesenangan di hati orang yang sedang sakit, menyuguhkan apa
yang dia perlukan, dan menasehati tentang derita yang ia alami. Anak kecil
bila sakit juga harus dijenguk sebagaimana orang dewasa. Karena alasan
mengapa menjenguk orang dewasa yang sakit juga ada pada anak kecil,
seperti mendoakannya, meringankan penyakitnya dan merukyahnya dengan
rukyah syariyyah.

Wanita dibolehkan menjenguk laki-laki yang sedang sakit meskipun


mereka bukan mahramnya. Akan tetapi, dengan beberapa syarat seperti aman
dari fitnah, menutup aurat, dan tidak bercampur-baur antara laki-laki dan
perempuan. Jika syarat ini terpenuhi, maka seorang wanita dibolehkan
menjenguk laki-laki yang bukan mahramnya atau sebaliknya, laki-laki
menjenguk wanita.

Banyak yang merasa enggan menjenguk orang sakit yang tidak


sadarkan diri, seperti pingsan berulang kali atau mereka yang sedang koma.
Dengan beranggapan bahwa mereka tidak tahu keberadaan orang yang
menjenguk dan tidak merasakannya. Ibnu Hajar berkata, Hanya sebatas
mengetahui antara orang yang sakit terhadap orang-orang yang menjenguknya
bukan berarti syariat menjenguk itu tidak usah dilaksanakan. Karena di balik
itu keluarganya akan mengetahuinya. Dan diharapkan keberkahan doa orang
yang menjenguknya, dia memegang orang yang sakit, mengusap tubuhnya,
dan meniupnya dengan dibacakan Al-Muawwidzat, dan lain-lain.

Bagaimana dengan menjenguk orang kafir? Sebagian ulama


memakruhkan menjenguk orang kafir, karena menjenguk orang yang sakit
adalah memuliakannya. Dan sebagian ulama membolehkannya apabila dengan
bersikap seperti itu dia akan masuk Islam.

Berkaitan dengan waktu menjenguk orang sakit, kapan saja dibolehkan


baik siang atau malam selama tidak mengganggu orang yang sedang sakit.
Karena diantara tujuan menjenguk adalah meringankan beban orang yang
sedang sakit dan menenangkan hatinya, bukan malah memberatkannya. Maka
waktu harus dilihat sesuai dengan kebiasaan penduduk sekitar dan kapan saja
mereka memilih waktu yang tepat untuk menjenguk dan berkunjung.
Sebaiknya orang yang menjenguk jangan terlalu lama diam di sisi orang yang
sedang sakit. Karena dia sedang sibuk dengan penyakitnya. Akan tetapi, perlu
diketahui pula bahwasanya orang yang sedang sakit jika menyukai ditemani
oleh orang yang menjenguknya dan suka ditengok berulang kali, maka
sebaiknya orang yang menjenguk memenuhi keinginannya karena hal itu
membuat hatinya senang.

Orang yang menjenguk dianjurkan duduk di dekat kepala orang yang


sedang sakit. Ini adalah sunnah yang dilaksanakan oleh Nabi shallallahu
alaihi wa sallam dan orang-orang yang shalih setelah beliau. Karena
duduknya orang yang menjenguk di dekat kepala orang yang sedang sakit
memiliki beberapa faedah. Diantaranya: untuk mengakrabkan orang yang
sedang sakit, memudahkan orang yang menjenguk untuk meletakkan
tangannya pada orang yang sedang sakit, dan mendoakannya serta
merukyahnya.
Diantara adab yang baik ketika menjenguk orang sakit adalah
menanyakan keadaannya. Selain itu juga menyemangatinya seperti berkata,
Tidak apa-apa, kamu akan sembuh Insya Allah.. Sebaiknya orang yang
menjenguk orang yang sedang sakit tidak mengucapkan apa pun kecuali kata-
kata yang baik, karena para malaikat mengamini ucapannya. Dianjurkan bagi
orang yang menjenguk untuk mendoakan orang yang sedang sakit agar
diberikan rahmat dan ampunan, pembersihan dari dosa dan keselamatan serta
kesehatan. Doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam
diantaranya yaitu,

Tidak mengapa, semoga sakitmu menghapuskan dosa-dosamu insya Allah.


Dan lain-lain.

Orang yang menjenguk orang yang sakit dianjurkan meletakkan


tangannya pada tubuh orang yang sedang sakit, seperti tangan atau kening.
Karena dengan demikian berpengaruh pada meringankan bebannya atau
kemungkinan dapat menghilangkan penyakit secara total. Akan tetapi, tidak
mungkin memastikan hal itu, karena tidak ada nash yang secara khusus
menyatakannya.

Orang yang menjenguk orang sakit disunnahkan merukyah orang yang


sakit, sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Terlebih
lagi jika yang menjenguk itu orang yang bertakwa dan orang yang shalih,
karena rukyah mereka sangat bermanfaat disebabkan keshalihan dan
ketakwaan mereka. Dari Aisyah radhiyallahu anha, dia berkata,
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bila ada anggota
keluarganya yang menderita sakit beliau meniupnya (merukyahnya) dengan
membaca Al Muawwidzat. (Diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim, Ahmad,
Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Malik). Al Hafiz Ibnu Hajar berkata, Yang
dimaksud dengan Al Muawwidzat adalah dua surat (Al Falaq dan An Nas)
serta Al Ikhlas.
Ketika ajal orang yang sakit itu sudah dekat dan tampak tanda-
tanda kematian, maka yang menjenguknya dianjurkan mengingatkan
kepada orang yang sakit itu betapa luasnya rahmat Allah Taala, dan
jangan pernah merasa berputus asa. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, Talqinkanlah orang yang akan mati dengan kalimat laa
ilaaha illallaah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah).
(Diriwayatkan Muslim, Ahmad, At Tirmidzi, An Nasai, Abu Dawud, dan
Ibnu Majah). Imam An Nawawi berkata, Perintah talqin ini adalah
perintah sunnah, para ulama bersepakat atas talqin ini. Mereka
memakruhkan bila terlalu banyak menalqin dan berturut-turut agar dia
tidak merasa bosan dan keadaannya menjadi sempit serta menambah
gundah, hingga membuat hatinya tidak suka, dan mengucapkan kata-kata
yang tidak pantas, Jika wafat, bagi yang hadir dianjurkan memejamkan
matanya dan mendoakannya.

b. Dasar Hukum Iyadatul Maridh

Mengunjungi dan menjenguk orang sakit merupakan kewajiban


setiap muslim, terutama orang yang memiliki hubungan dengan dirinya,
seperti kerabat dekat, tetangga, saudara yang senasib, sahabat dan lain
sebagainya. Menjenguk orang sakit termasuk amal shalih yang paling
utama yang dapat mendekatkan kita kepada Allah Taala, kepada
ampunan, rahmat dan Surga-Nya.

Sebagian ulama berpendapat bahwa menjenguk orang sakit


hukumnya sunnah mu'akkadah (yang sangat-sangat ditekankan). Dan ini
pendapat yang masyhur di kalangan Jumhur ulama, yang bisa menjadi
wajib pada seseorang yang tidak pada yang lainnya.

Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat, itu fardhu


kifayah, sebagaimana yang tercantum dalam al-Ikhtiyarat, hal. 85. Dan
sepertinya, inilah pendapat yang lebih benar karena sesuai dengan hadits
yang terdapat dalam Shahihain, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda,
"Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima: Menjawab
salam, menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan,
dan mendoakan yang bersin.

Dan terdapat dalam riwayat Muslim, "Lima perkara yang wajib


ditunaikan seorang muslim terhadap saudara (muslim)-nya: (salah
satunya) menjenguk orang sakit." Sehingga Imam al-Bukhari membuat
bab dalam Shahihnya, "Bab wajibnya menjenguk orang sakit." Lalu beliau
menyebutkan hadits dari Abu Musa al-As'ari secara marfu'

"Berilah makan oleh kalian orang yang lapar, jenguklah orang sakit, dan
bebaskan tawanan (muslim)."

Hadits-hadits di atas menunjukkan wajibnya. Namun ada yang


membawa maknanya kepada fardhu kifayah. Ibnu Bathal rahimahullah
mengatakan, perintah tersebut bisa dibawa kepada makna wajib, yang
bermaksud wajib kifayah seperti memberi makan orang lapar dan
membebaskan budak. Bisa juga dibawa kepada makna sunnah sebagai
anjuran untuk menjaga komunikasi dan menjaga persahabatan. (dinukil
dari Fathul Baari: 10/129)

Dalil Hadits Hukum Iyadatul Maridh

Hadits sahih riwayat Bukhari :

, ,

Artinya: Berilah makan orang lapar. Dan jenguklah orang sakit.

Hadits sahih riwayat Muslim :

:

Artinya: Ada 5 (lima) hal yang wajib bagi seorang muslim pada sesama muslim
lain: menjawab salam, memberi minum orang haus, menghadiri undangan,
menengok orang sakit dan mengantar jenazah.

Hadits sahih riwayat Muslim :

Artinya: Orang muslim yang menengok saudaranya yang muslim (yang sedang
sakit) maka dia senantiasa di sisi surga sampai dia kembali.

Pendapat Ulama Tentang Mengunjungi Orang Sakit (Iyadah Al-Maridh) Yang


Muslim.

Imam Nawawi menyatakan bahwa menjenguk orang sakit (iyadah) itu adalah
sunnah secara ijmak. Sedangkan Imam Bukhori memasukkan hadits soal
menjenguk orang sakit ke dalam kategori wajib (
) mungkin
maksudnya dengan wajib di sini adalah wajib atau fardhu kifayah. Al-Hafidz Ibnu
Hajar menyatakan, kalimat (
) secara eksplisit menyatakan
wajibnya iyadah. Di dalam hadits dari Abu Hurairah terkait soal jenazah
dikatakan ( ) artinya: hak muslim atas muslim yang lain ada
lima. Di antara yang lima itu terdapat iyadah al-maridh (menjenguk orang sakit).

Dalam hadits riwayat Muslim disebutkan ( ) artinya:


ada lima perkara yang wajib bagi muslim atas muslim lain. Berkunjung ke orang
sakit termasuk di antaranya.

Ibnu Battal berkata: Mungkin yang dimaksud perintah wajib itu


mengandung makna fardhu kifayah sebagaimana wajibnya memberi makan pada
orang yang lapar dan membebaskan tawanan perang. Bisa juga bermakna sunnah
karena adanya hadits yang menganjurkan untuk bersilaturrahmi dan saling kasih
sayang. Imam Dawadi menetapkan pendapat yang pertama (yakni fardhu kifayah).
Ia menyatakan: Berkunjung ke orang sakit itu fardhu yang ditanggung oleh
sebagian manusia dari yang lain.
Ulama jumhur (mayoritas) menyatakan: Hukum asalnya adalah sunnah,
dan bisa juga wajib dalam hak sebagian orang tidak sebagian yang lain.

Imam Tabari menyatakan mengunjungi orang sakit itu sangat dianjurkan


apabila yang sakit diharap barakahnya. Dan sunnah apabila yang sakit adalah
orang yang menjaga perilakunya. Dan boleh pada orang yang selain keduanya.
Dan dalam hal orang kafir terdapat perbedaan ulama. Imam Nawawi menyatakan
bahwa hukum berkunjung ke orang sakit bukanlah fardhu ain. Hanya fardhu
kifayah.

Catatan: Fardhu ain adalah kewajiban yang dikenakan pada setiap individu
muslim. Seperti shalat 5 waktu dan puasa Ramadan. Sedangkan fardhu kifayah
adalah kewajiban yang dikenakan pada sebagian individu muslim. Apabila ada
yang melakukan, maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lain. Seperti shalat
jenazah, dll.

Hukum Ziarah Ke Orang Sakit Non-Muslim (Kafir)

Hukumnya boleh menjenguk orang sakit yang non-muslim dengan dalil


sebagai berikut:

Hadits sahih riwayat Bukhari

Artinya: Bahwa Nabi pernah menjenguk anak Yahudi yang menjadi pembantu
Nabi dan mendoakan anak itu agar masuk Islam. Anak itu masuk Islam.

Dalam hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim Nabi menjenguk pamannya
Abu Thalib saat ia akan meninggal dan mendoakannya agar masuk Islam dan ini
menjadi penyebab turunnya ayat QS Al-Qashash : 56.

Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf meriwayatkan bahwa Abu Dardak pernah
menjenguk tetangga Yahudi-nya yang sedang sakit.
c. Etika dan Manfaat Iyadatul Maridh

Etika Iyadatul Maridh :

1. Hendaknya melakukan etika standar saat berkunjung ke rumah orang


seperti mengetuk pintu/memencet bel dan mengucapkan salam dengan
suara yang tidak terlalu keras.
2. Kunjungan dilakukan di waktu yang pantas. Apabila sedang dirawat di
rumah sakit, maka harus sesuai dengan jam besuk yang diperbolehkan.
Kalau di bulan Ramadan, hindari datang pada siang hari.
3. Mendekat pada orang yang sakit dan duduk di dekat kepalanya dan
meletakkan tangan pada dahinya serta menanyakan keadaan dan apa
yang diinginkannya.
4. Waktu berkunjung jangan terlalu lama agar tidak mengganggu si sakit
atau keluarganya.
5. Jangan terlalu banyak bertanya pada si sakit karena hal itu akan
membebani si sakit.
6. Mendoakan si sakit agar cepat sembuh.
7. Peziarah tidak berbicara dengan orang lain di dekat si sakit suatu
pembicaraan yang menyakiti atau mengganggu. Dan hendaknya
menampakkan sikap kasih dan empati yang dapat menyenangkan
perasaan si sakit.
8. Memberi harapan kesembuhan dan memotivasi kesabaran pada si sakit.

Manfaat Iyadatul Maridh :

1. Menjenguk orang sakit berpotensi memberi perasaan dan kesan


kepadanya bahwa ia diperhatikan orang-orang disekitarnya, dicintai, dan
diharapkan segera sembuh dari sakitnya. Hal ini dapat menentramkan
hati si sakit.
2. Menjenguk orang sakit dapat menumbuhkan semangat, motivasi, dan
sugesti dari pasien; hal ini dapat menjadi kekuatan khusus dari dalam
jiwanya untuk melawan sakit yang dialaminya. Dalam dirinya ada energi
hebat untuk sembuh.
3. Mencari tahu apa yang diperlukan si sakit.
4. Mengambil pelajaran dari penderitaan yang dialami si sakit.
5. Mendoakan si sakit
6. Melakukan ruqyah (membaca ayat-ayat tertentu dari Al Quran) yang
syari.
7. Menjenguk tanpa Mempertimbangkan Penyakit dan Usianya

d. Keutamaan menjenguk orang sakit


1. Merupakan kebun surga
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Siapa saja yang menjenguk orang sakit akan senantiasa berada di kebun
surga sampai ia kembali. (HR. Muslim)

Maksudnya, orang yang menjenguk orang sakit akan memanen banyak


pahala sebagaimana orang yang berada di kebun surga yang memanen
buah-buahan surga.

2. Berada di dalam rahmat Allah


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Siapa yang menjenguk orang sakit, ia akan masuk ke dalam rahmat


(Allah), sehingga apabila duduk, ia akan berada di dalam rahmat
tersebut. (HR. al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad dan disahihkan al-
Albani)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga menyampaikan:






Barang siapa yang menjenguk orang sakit, ia masuk ke dalam rahmat
(Allah). Apabila duduk di sisinya, ia merasa puas/tenang di dalam rahmat
itu. Apabila keluar darinya ia senantiasa berada di dalam rahmat itu
hingga ia pulang ke rumahnya. (HR. Ibnu Abdil Barr di kitab at-
Tamhid 24/273)

3. Berbuah banyak pahala dari Allah


Dalam sebuah hadis qudsi Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam menjelaskan:

: . :



:

Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman pada hari kiamat: Wahai


anak Adam, Aku sakit namun engkau tidak menjenguk-Ku. Ia berkata: Ya
Rabb, bagaimana aku menjenguk-Mu sementara Engkau adalah Tuhan
alam semesta? Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku
fulan sakit tapi engkau tidak menjenguknya, tidakkah engkau tahu, bila
menjenguknya niscaya engkau akan mendapati-Ku ada di sisinya? (HR.
Muslim)

Ulama menjelaskan, hadis ini tidak menunjukkan bahwa Allah benar-


benar sakit, namun menunjukkan akan kemuliaan dan keutamaan hamba
yang menjenguk saudaranya yang sedang sakit. Barang siapa yang
menjenguk saudaranya yang sakit ia akan mendapatkan limpahan pahala
dari sisi Allah azza wa jalla.

4. Mendapatkan doa kebaikan dari malaikat


Hal ini sebagaimana telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam:








Barang siapa yang mendatangi saudaranya muslim (yang sakit) untuk


menjenguknya, ia berjalan di atas kebun surga hingga ia duduk. Apabila
ia duduk, rahmat (Allah) akan menyelimutinya. Bila waktu itu pagi hari,
tujuh puluh ribu malaikat akan bersalawat kepadanya hingga sore hari,
dan bila ia melakukannya di sore hari, tujuh puluh ribu malaikat tersebut
akan bersalawat kepadanya hingga pagi hari. (HR. Ahmad, Abu Dawud
dan Ibnu Majah. Syaikh al-Albani berkata: Hadis sahih)

Malaikat bersalawat artinya mendoakan kebaikan bagi mereka.

Dalam riwayat Ibnu Majah disebutkan, para malaikat memohonkan


ampun kepada Allah bagi siapa saja yang menjenguk orang yang sakit.
(Diringkas dari kitab Kitab al-Adab karya Syaikh Fuad bin Abdul Aziz
asy-Syalhub, hlm. 247-248, cetakan Darul Qasim)

5. Penyebab masuk surga


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:





Siapa yang menjenguk orang sakit atau berkunjung kepada saudaranya
karena Allah, akan ada penyeru yang berseru, Alangkah baiknya dirimu,
alangkah baiknya langkahmu, engkau telah menempati tempat tinggal di
surga. (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Lihat: Sahih at-Tirmidzi, no.
1633. Lihat kitab Mausuah al-Adab al-Islamiyyah karya Abdul Aziz bin
Fathi as-Sayyid Nada, hlm. 623)

Demikianlah beberapa keutamaan yang akan didapatkan oleh seorang


muslim yang menjenguk saudara, teman, sahabat, atau siapa saja. Semoga
tulisan singkat ini menjadi motivasi tersendiri bagi kita untuk bersegera
menjenguk orang yang sakit. Silakan bersegera menjenguknya, limpahan
pahala dari Allah subhanahu wa taala telah menanti anda.

BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Sakit adalah sesuatu yang pasti akan dirasakan oleh semua makhluk
sebagaimana sehat dan mati. Sakit sendiri tidak hanya berupa sakit tubuh
tetapi dapat juga pikiran dan jiwa. Allah SWT menurunkan sakit dengan
berbagai alasan, sebagai manusia hendaknya selalu berikhtiar serta ikhlas
menjalaninya, karena Allah SWT sendiri menjanjikan kebaikan dan
hikmah dibaliknya. Sebagai manusia yang sehat kita juga diwajibkan
untuk menjenguk keluarga atau rekan yang sedang sakit karena Allah
SWT juga telah menyiapkan pahala dan kebaikan besar dibaliknya.

Anda mungkin juga menyukai