PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang mengatur segala aspek kehidupan dari awal
hingga akhir dengan segala kondisi yang bertujuan untuk kemakmuran umat dan
kebahagiaan dunia akhirat. Manusia tentunya mengidamkan kesehatan sebagai
bagian dari kebahagiaan, dengan jasmani dan rohani yang sehat pun kita bisa
menjalankan ibadah dan kewajiban lainnya secara maksimal. Agama islam
sendiri menempatkan pentingnya kesehatan diurutan kedua setelah iman.
Sebagai manusia kita memiliki 3 fase dalam kehidupan yakni: sehat ,sakit atau
mati. Setiap manusia tentunya ingin terus merasakan tubuh serta pikiran yang
sehat, namun sakit dan mati adalah hal pasti yang dapat terjadi setiap saat.
Manusia selalu menginginkan kesehatan sehingga sering membenci sakit dan
penyakit, menganggap nya sebagai penderitaan dan beban yang tak bermakna. Hal
tersebut tentu bertentangan dengan apa yang Allah SWT janjikan pada makhluk-
makhluk-Nya yang senantiasa ikhlas dan sabar diberi cobaaan musibah berupa
sakit. Didalam sakit itu sendiri banyak pelajaran yang dapat diambil dan hikmah
yang dapat dipetik karena Allah SWT sendiri tak akan menurunkan atau
melimpahkan cobaan tanpa ada kebaikan dan hikmah dibaliknya.
Oleh karena pandangan yang salah mengenai sakit itu sendiri, kelompok kami
akan membahasnya lebih lanjut didalam makalah ini.
PEMBAHASAN
2. 1 Konsep Sakit
Di hadapan Allah, orang sakit bukanlah orang yang hina. Mereka justru
memiliki kedudukan yang sangat mulia.
Bahkan Allah menjanjikan kepada orang yang sakit apabila ia bersabar dan
berikhtiar dalam sakitnya, Allah akan menghapus dosa-dosanya.
Tidaklah seorang muslim tertimpa derita dari penyakit kecuali Allah hapuskan
dengannya (dari sakit tersebut) kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya)
sebagaimana gugurnya dedaunan sebuah pohon. (Hadis Riwayat al-Bukhari
dari Abdullah bin Masud)
Sakit sebagai salah satu ciptaan Allah SWT yang ditimpakan kepada
manusia juga pasti ada maksudnya. Salah satu hikmah Allah SWT kepada hamba-
Nya adalah sebagai ujian dan cobaan untuk membuktikan siapa-siapa saja yang
benar-benar beriman. Firman Allah SWT :
Artinya : 214- Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?"
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Q.S. Al Baqarah : 214)
Amat banyak orang yang tidak memahami kenapa ia harus sakit, sehingga
secara tidak sadar ia menganggap bahwa penyakit yang dideritanya tersebut
sebagai malapetaka atau kutukan Allah yang dijatuhkan kepadanya. Tidak
sedikitpun orang yang tatkala ditimpa penyakit menjadi putus asa, kehilangan
pegangan, bahkan berburuk sangka kepada Allah SWT. Lalu timbul rasa tidak
puas kepada Allah SWT, merasa bahwa dengan sakitnya itu Allah bersikap tidak
adil, sehingga ia tidak lagi menjalankan kewajiban-kewajiban-Nya sebagai hamba
Allah. Padahal di waktu sehat, ia selalu mengucapkan dalam salatnya :
Artinya : "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam" (Q.S. Al An'am : 162).
Dalam pandangan Islam, penyakit merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT
kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Ketika seseorang sakit disana
terkandung pahala, ampunan dan akan mengingatkan orang sakit kepada Allah
SWT. Aisyah pernah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : 'Tidak
ada musibah yang menimpa diri seorang muslim, kecuali Allah mengampuni
dosa-dosanya, sampai-sampai sakitnya karena tertusuk duri sekalipun" (H.R.
Buchari)
Artinya : Dan sesungguhnya bila Allah SWT mencintai suatu kaum, dicobanya
dengan berbagai cobaan. Siapa yang ridha menerimanya, maka dia akan
memperoleh keridhoan Allah. Dan barang siapa yang murka (tidak ridha) dia akan
memperoleh kemurkaan Allah SWT. (H.R. Ibnu Majah dan At Turmudzi)
Artinya : Dari Abu Hurairah r.a. Nabi Muhammad SAW. Bersabda : Tidaklah
seorang muslim ditimpa musibah, kesusahan, kesedihan, penyakit, gangguan
menumpuk pada dirinya kecuali Allah SWT hapuskan akan dosa-dosanya (H.R.
Bukhari dan Muslim).Allah SWT menciptakan cobaan antara lain untuk
mengingatkan manusia terhadap rahmat-rahmat yang telah diberikan-Nya. Allah
SWT memberikan penyakit agar setiap insan dapat menyadari bahwa selama ini
dia telah diberi rahmat sehat yang begitu banyak. Namun kesehatan yang
dimilikinya itu sering kali di abaikan, bahkan mungkin disia-siakan. Padahal ia
mempunyai harga yang sangat bernilai tiada tolak ukur dan
bandingannya.Disamping itu, sakit juga digunakan oleh Allah SWT untuk
memperingatkan manusia atas segala dosa-dosa dan perbuatan jahatnya selama
hidup di dunia. Kalau dahulu seorang insan yang banyak berbuat kesalahan tidak
berfikir tentang dosa dan pahala, maka disaat sakit biasanya manusia teringat akan
dosa-dosanya sehingga ia berusaha untuk bertaubat dan memohon ampunan
kepada Allah SWT.
a) Penyakit rohani
Penyakit rohani ialah adanya sifat dan sikap (budi pekerti) yang buruk
dalam rohani seorang manusia yang mendorongnya untuk berbuat buruk dan
merusak, yang menyebabkan terganggunya kebahagiaannya dan terhalangnya dia
dari memperoleh keridhaan Allah ( Zaini,2014).
Penyakit jasmani ialah penyakit badan, penyakit yang tampak dan dapat
kita rasakan, penyakit jasmani hanya kita saja yang dapat merasakan sedangkan
orang lain tidak mampu merasakan. Penyakit jasmani dapat disembuhkan oleh
dokter dan dapat mudah dideteksi dengan bantuan medis (Ulya,2014).
Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman, Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiyaa`: 35).
Bagi seorang mu`min sakit dapat menjadi tadzkirah atau ujian yang
akan mendekatkan dirinya kepada Allah subhanahu wa taala. Namun bagi
sebagian orang, sakit bisa menjadi adzab yang akan membinasakan dirinya.
Allah subhanahu wa taalaberfirman, Katakanlah: Dialah yang berkuasa
untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah
kakimuatau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling
bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian
yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran
Kami silih bergantiagar mereka memahami(nya). (QS. Al-Anaam: 65).
Hendaklah kita bersabar dan ridha terhadap sakit yang menimpa kita.
Dengan bersabar, kita akan mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap
orang yang bersabar :Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah
yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar: 10).
a. Selayaknya bagi yang terkena musibah baik yang terkena itu dirinya,
anaknya atau selainnya untuk mengganti ucapan mengaduh pada saat sakit
dengan berdzikir, istighfar dan taabbud (beribadah) kepada Allah, karena
sesungguhnya generasi Salaf -semoga Allah memberikan rahmat kepada
mereka- tidak suka mengeluh kepada manusia, karena meskipun mengeluh
itu membuat sedikit nyaman, namun mencerminkan kelemahan dan
ketidakberdayaan sedangkan bila mampu bersabar dalam menghadapi
kondisi sakit tersebut, maka hal itu menunjukkan pada kekuatan
pengharapan pada Allah dan kemuliaan.
b. Bagi orang yang sakit boleh untuk mengadu kepada dokter atau orang
yang dapat dipercaya tentang sakit dan derita yang dialaminya, selama itu
bukan karena kesal maupun keluh kesah.
c. Hendaknya meletakkan tangannya pada bagian yang sakit kemudian
mengucapkan doa dari hadits (yang shahih) seperti:
.
Dalam pespektif inilah nestapa yang hadir berupa sakit mengajak untuk
menghargai kejadiran sang waktu. Memaknai waktu dengan dengan
ketaatan , kearifan dan pengabdian demi menuju surga-Nya yang kekal
(zaprulkhan. 2008).
Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat
dari itu melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya
karenanya. (HR. Ahmad No. 2572)
Dari hadist diatas dapat disimpulkan bahwa Allah sendiri tak akan
memberi cobaan sekalipun yang sangat kecil tanpa ganjaran yang
setimpal. Baiknya kita sebagai manusia tidak berkeluh kesah dan
memperhatikan sesuatu yang lebih esensial yaitu kasih sayang Allah
dibalik penyakit itu sendiri lalu melihat semua ini sebagai anugerah yang
dititipkan sementara kepada kita (zaprulkhan. 2008).
Pada diri orang sakit terdapat keutamaan dan kemuliaan bagi orang
yang menjenguknya berdasarkan kabar berita dari Nabi Muhammad saw. yang
diutus menjadi rahmat bagi semesta alam. Allah Swt. telah menjanjikan
pahala yang banyak dan ganjaran yang besar bagi orang yang menjenguk
orang sakit.
"Berilah makan oleh kalian orang yang lapar, jenguklah orang sakit, dan
bebaskan tawanan (muslim)."
, ,
:
Artinya: Ada 5 (lima) hal yang wajib bagi seorang muslim pada sesama muslim
lain: menjawab salam, memberi minum orang haus, menghadiri undangan,
menengok orang sakit dan mengantar jenazah.
Artinya: Orang muslim yang menengok saudaranya yang muslim (yang sedang
sakit) maka dia senantiasa di sisi surga sampai dia kembali.
Imam Nawawi menyatakan bahwa menjenguk orang sakit (iyadah) itu adalah
sunnah secara ijmak. Sedangkan Imam Bukhori memasukkan hadits soal
menjenguk orang sakit ke dalam kategori wajib (
) mungkin
maksudnya dengan wajib di sini adalah wajib atau fardhu kifayah. Al-Hafidz Ibnu
Hajar menyatakan, kalimat (
) secara eksplisit menyatakan
wajibnya iyadah. Di dalam hadits dari Abu Hurairah terkait soal jenazah
dikatakan ( ) artinya: hak muslim atas muslim yang lain ada
lima. Di antara yang lima itu terdapat iyadah al-maridh (menjenguk orang sakit).
Catatan: Fardhu ain adalah kewajiban yang dikenakan pada setiap individu
muslim. Seperti shalat 5 waktu dan puasa Ramadan. Sedangkan fardhu kifayah
adalah kewajiban yang dikenakan pada sebagian individu muslim. Apabila ada
yang melakukan, maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lain. Seperti shalat
jenazah, dll.
Artinya: Bahwa Nabi pernah menjenguk anak Yahudi yang menjadi pembantu
Nabi dan mendoakan anak itu agar masuk Islam. Anak itu masuk Islam.
Dalam hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim Nabi menjenguk pamannya
Abu Thalib saat ia akan meninggal dan mendoakannya agar masuk Islam dan ini
menjadi penyebab turunnya ayat QS Al-Qashash : 56.
Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf meriwayatkan bahwa Abu Dardak pernah
menjenguk tetangga Yahudi-nya yang sedang sakit.
c. Etika dan Manfaat Iyadatul Maridh
Siapa saja yang menjenguk orang sakit akan senantiasa berada di kebun
surga sampai ia kembali. (HR. Muslim)
Barang siapa yang menjenguk orang sakit, ia masuk ke dalam rahmat
(Allah). Apabila duduk di sisinya, ia merasa puas/tenang di dalam rahmat
itu. Apabila keluar darinya ia senantiasa berada di dalam rahmat itu
hingga ia pulang ke rumahnya. (HR. Ibnu Abdil Barr di kitab at-
Tamhid 24/273)
: . :
:
Siapa yang menjenguk orang sakit atau berkunjung kepada saudaranya
karena Allah, akan ada penyeru yang berseru, Alangkah baiknya dirimu,
alangkah baiknya langkahmu, engkau telah menempati tempat tinggal di
surga. (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Lihat: Sahih at-Tirmidzi, no.
1633. Lihat kitab Mausuah al-Adab al-Islamiyyah karya Abdul Aziz bin
Fathi as-Sayyid Nada, hlm. 623)
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Sakit adalah sesuatu yang pasti akan dirasakan oleh semua makhluk
sebagaimana sehat dan mati. Sakit sendiri tidak hanya berupa sakit tubuh
tetapi dapat juga pikiran dan jiwa. Allah SWT menurunkan sakit dengan
berbagai alasan, sebagai manusia hendaknya selalu berikhtiar serta ikhlas
menjalaninya, karena Allah SWT sendiri menjanjikan kebaikan dan
hikmah dibaliknya. Sebagai manusia yang sehat kita juga diwajibkan
untuk menjenguk keluarga atau rekan yang sedang sakit karena Allah
SWT juga telah menyiapkan pahala dan kebaikan besar dibaliknya.