Anda di halaman 1dari 71

Batas-batas jantung

Nama : Ariani Putri Dewi


Nim : 1510711002
Batas jantung normal orang
dewasa
• Kanan atas: ICS II
Linea Para Sternalis
Dextra
• Kanan bawah: ICS IV
Linea Para Sternalis
Dextra
• Kiri atas: ICS II Linea
Para Sternalis Sinistra
• Kiri bawah: ICS IV
Linea Mid-clavicularis
Sinistra
Pengertian dan klasifikasi
syok hipovolemik

Maria ulfah 1510711075


Pengertian

• Syok hipovolemik merupakan syok yang


terjadi akibat berkurangnya volume plasma di
intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat
perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang
menyebabkan perpindahan cairan
(ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional,
dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab
seperti luka bakar dan diare berat.
(hardisman, 2013)
• Syok hipovolemik terjadi karena volume
intravaskuler berkurang akibat perdarahan,
kehilangan cairan akibat diare, luka bakar,
muntah, dan third space loss, sehingga
menyebabkan pengiriman oksigen dan nutrisi
ke sel tidak adekuat. (ery leksana, 2015)
• Hal utama yg menyebabkan syok hipovolemik
adalah pengurangan drastis volume darah
yang bersirkulasi sehingga metbolisme
kebutuhan tubuh tidak dapat dipenuhi, syok
hipovolemik dapat terjadi akibat Kehilangan
plasma atau darah.
Jadi, Syok hipovolemik merupakan kegagalan
perfusi jaringan yang disebabkan oleh
kehilangan cairan intravaskuler, hal ini terjadi
melalui penurunan aliran darah balik ke jantung
(venous return) yang menyebabkan volume
sekuncup dan curah jantung berkurang
sehingga menyebabkan hantaran oksigen dan
perfusi jaringan tidak optimal
Klasifikasi
Pemeriksaan
penunjang
Deanda Elian K & Dina
Nurwidiastuti
1.Ultrasonografi, jika dicurigai terjadi aneurisma
aorta abdominalis.
2.Endoskopi dan gastric lavage, jika dicuriga
adanya perdarahan gastrointestinal.
3.Pemeriksaan FAST, jika dicurigai terjadi cedera
abdomen.
4.Pemeriksaan radiologi, jika dicuriga terjadi
fraktur.

(Kolecki dan Menckhoff, 2014)


1.Complete Blood Count (CBC), mungkin terjadi
penurunan hemoglobin, hematokrit dan
platelet.
Pemeriksaan lab yang mungkin ditemukan :
2.Blood Urea Nitrogen (BUN), mungkin
meningkat menandakan adanya disfungsi
ginjal.
3.Kadar elektrolit dalam serum mungkin
menunjukkan abnormalitas.

(Schub dan March, 2014)


• Pada pemeriksaan apusan darah tepi ditemukan
Kasus
anemia normokrom normositer:
Anemia normokrom normositer
merupakan jenis anemia dimana ukuran dan bentuk
sel-sel darah merah normal tetapi individu
menderita anemia.

• Hasil USG:
Asites di cavum pelvis (fossa illiaca dextra) dan
fossa splenorenalis
• Hb: 7,6 g/dl (12-
16)
• Ht: 22,2% (37-
43)
• Eritrosit: 2,7
juta mm3 (4,2-
5,4 juta)

Leukosit:
17.500mm3
(4000-10000)
Penurunan Hb
dan Ht eritrosit

Anemia normokrom
normositer
Perdarahan
Intra
Hasil USG:
abdominal
Asites di cavum
pelvis (fossa
illiaca dextra)
dan fossa
splenorenalis Pemeriksaan fisik:
Shifting dullness (+)
Komplikasi Syok Hipovolemik

Nailus Suaidah Nasution


1510711074
Komplikasi yang biasa terjadi pada syok hipovolemik
adalah :
1. Kerusakan ginjal
2. Kerusakan otak
3. Serangan jantung
4. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran
darah dan hipoksia jaringan yang berkepanjangan.
5. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat
destruksi pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia.
6. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) akibat
hipoksia dan kematian jaringan yang luas sehingga
terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
Penatalaksanaan
Silva A’Syifa (1510711035)
Tiga tujuan penanganan
kegawatdaruratan pasien dengan syok
hipovolemik antara lain:
1.Memaksimalkan pengantaran oksigen-
dilengkapi dengan ventilasi yang adekuat,
peningkatan saturasi oksigen darah, dan
memperbaiki aliran darah,
2.Mengontrol kehilangan darah lebih lanjut,
dan
3.Resusitasi cairan. untuk mengembalikan
volume cairan dalam tubuh
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal pada syok hipovolemik
meliputi penilaian ABC, yaitu
• pada airway dan breathing, pastikan jalan
napas paten dengan ventilasi dan oksigenasi
yang adekuat. Kedalaman dan frekuensi
pernapasan, dan juga suara napas, harus
diperhatikan. Pemberian oksigen tambahan
dapat diberikan untuk mempertahankan saturasi
oksigen di atas 95%.
• Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan
pengantaran oksigen
• Pada circulation, hal utama yang perlu
diperhatikan adalah kontrol perdarahan
yang terlihat, lakukan akses intravena, dan
nilai perfusi jaringan (American College of
Surgeons Committee on Trauma, 2008).
Kontrol Perdarahan
• Kontrol perdarahan tergantung sumber
perdarahan dan sering memerlukan
intervensi bedah.
• Pada pasien dengan nadi yang tidak teraba
di unit gawat darurat atau awal tibanya,
dapat diindikasikan torakotomi emergensi
dengan klem menyilang pada aorta
diindikasikan untuk menjaga suplai darah
ke otak. Tindakan ini hanya bersifat paliatif
dan butuh segera dibawa di ruang operasi.
Lakukan Akses Intravena
• Akses intravena dilakukan dengan memasang 2
kateter intravena ukuran besar (minimal nomor
16) pada vena perifer. Lokasi terbaik untuk
intravena perifer pada orang dewasa adalah
vena di lengan bawah atau kubiti. Namun, bila
keadaan tidak memungkinkan pada pembuluh
darah perifer, maka dapat digunakan pembuluh
darah sentral.
• Setelah akses intravena terpasang, selanjutnya
dilakukan resusitasi cairan
Resusitasi Cairan
• Tujuan resusitasi cairan adalah untuk mengganti
volume darah yang hilang dan mengembalikan
perfusi organ.
• Tahap awal terapi dilakukan dengan
memberikan bolus cairan secepatnya. Dosis
umumnya 1-2 liter untuk dewasa.
• Cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan
isotonik NaCl 0,9% atau Ringer Laktat.
Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan
dengan pemantauan tanda vital dan
hemodinamik
Nilai Perfusi Jaringan
Sangat penting untuk menilai respon pasien
terhadap resusitasi cairan dengan adanya bukti
perfusi dan oksigenasi yang adekuat, yaitu
produksi urin, tingkat kesadaran, dan perfusi
perifer serta kembalinya tekanan darah yang
normal (american college of surgeons
committee on trauma, 2008).
Jika setelah pemberian cairan tidak terjadi
perbaikan tanda-tanda hemodinamik, maka dapat
dipersiapkan untuk memberikan transfusi darah
(Harisman, 2013). Tujuan utama transfusi darah
adalah untuk mengembalikan kapasitas angkut
oksigen di dalam intravaskular (American College of
Surgeons Committee on Trauma, 2008).
• Untuk melakukan transfusi, harus didasari dengan
jumlah kehilangan perdarahan, kemampuan
kompensasi pasien, dan ketersediaan darah. Jika
pasien sampai di IGD dengan derajat syok yang
berat dan golongan darah spesifik tidak tersedia,
maka dapat diberikan tranfusi darah dengan
golongan O. Golongan darah spesifik biasanya
dapat tersedia dalam waktu 10-15 menit
Evaluasi harus dilakukan untuk melihat
perbaikan pasien syok hipovolemik.
Jumlah produksi urin merupakan indikator
yang cukup sensitif dari perfusi ginjal
karena menandakan aliran darah ke ginjal
yang adekuat. Jumlah produksi urin yang
normal sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada
orang dewasa (American College of
Surgeons Committee on Trauma, 2008).
Medikasi Obat
• Tujuan farmakoterapi adalah untuk
mengurangi morbiditas dan mencegah
komplikasi
• Kategori Obat Anti Sekretorik : Obat ini
memiliki efek vasokonstriksi dan dapat
mengurangi aliran darah ke sistem porta.
4.1 Somatostatin (Zecnil)
• Secara alami menyebabkan tetrapeptida diisolasi
dari hipotalamus dan pankreas dan sel epitel
usus. Berkurangnya aliran darah ke sistem portal
akibat vasokonstriksi. Memiliki efek yang sama
dengan vasopressin, tetapi tidak menyebabkan
vasokonstriksi arteri koroner. Cepat hilang dalam
sirkulasi, dengan waktu paruh 1-3 menit.

• Dosis
Dewasa : bolus intravena 250 mcg, dilanjutkan
dengan 250-500 mcg/jam, infus selanjutnya;
maintenance 2-5 hari jika berhasil
Anak-anak Tidak dianjurkan
• Interaksi :
Epinefrin, demeclocycline, dan tambahan
hormon tiroid dapat mengurangi efek obat ini.

• Kontraindikasi
Hipersensitifitas
Kehamilan

• Perhatian
Dapat menyebabkan eksaserbasi atau penyakit
kandung kemih; mengubah keseimbangan
pusat pengaturan hormon dan dapat
menyebabkan hipotiroidisme dan defek
konduksi jantung.
4.2 Ocreotide (Sandostatin)
• Oktapeptida sintetik, dibandingkan dengan
somatostatin memiliki efek farmakologi yang
sama dengan potensi kuat dan masa kerja yang
lama. Digunakan sebagai tambahan penanganan
non operatif.

• Dosis
Dewasa: 25-50 mcg/jam intravena, kontinyu;
dapat dilanjutkan dengan bolus intravena 50 mcg;
penanganan hingga 5 hari.
Anak-anak : 1-10 mcg/kgBB intravena q 12 jam;
dilarutkan dalam 50-100 ml Saline Normal atau
D5W.
• Kontraindikasi
Hipersensitivitas
Kehamilan

• Perhatian
Efek samping yang utama berhubungan dengan
perubahan motilitas gastrointestinal, termasuk mual,
nyeri abdomen, diare, dan peningkatan batu
empedu dan batu kandung kemih; hal ini karena
perubahan pada pusat pengaturan hormon (insulin,
glukagon, dan hormon pertumbuhan), dapat timbul
hipoglikemia, bradikardi, kelainan konduksi jantung,
dan pernah dilaporkan terjadi aritmia, karena
penghambatan sekresi TSH dapat terjadi
hipotiroidisme, hati-hati pada pasien dengan
gangguan ginjal, kolelithiasis dapat terjadi.
SEKAR NOVIANTI 1510711004
ECTASTIA PUSPA ANDARA 1510711036
Airway

Pada pemeriksaan pulmo, terdapat bunyi


ronkhi basah di basal kedua paru.
Breathing

Terlihat pengembangan dada. Tampak


napas cuping hidung. RR : 32 x/menit.
Circulation

Tekanan darah 80/50 mmHg, nadi 120


x/menit, CRT memanjang. Sianosis
sentral. Akral teraba dingin.
Disability

Pasien mengalami penurunan kesadaran.


Keluarga mengatakan pasien terlihat
lemas, tampak mengantuk, dan sulit diajak
berkomunikasi. Kesadaran apatis. Skor
GCS E=4; M=3; V=3, total 10 poin.
Exposure

Rambut dan kulit kepala tampak bersih tidak


terdapat hematoma, tidak terdapat luka
pada tubuh pasien
Sign of Symptoms

Penurunan kesadaran, tampak sakit berat,


skor GCS 10, TD: 80/50 mmHg, nadi: 120
x/menit, RR: 32 x/menit, Suhu: 35.7°C,
CRT memanjang, konjungtiva anemis,
napas cuping hidung, sianosis sentral
Alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi


Medikasi

Pasien telah menjalani operasi sectio


cesaria atas indikasi pre eklampsia berat
Past Illness

Pasien memiliki riwayat pre eklampsia berat


Last Meal

Tidak dijelaskan dalam kasus


Environment/Event

Post op sectio cesaria


Pemeriksaan fisik
• Kulit kepala : Rambut dan kulit kepala tampak
bersih tidak terdapat hematoma
• Wajah : konjunctiva anemis, napas cuping
hidung, sianosis sentral
• Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar
getah bening maupun kelenjar tiroid
• Pulmo : bunyi vesikuler menurun dan
terdapat ronkhi basah di kedua paru
• Jantung : ictus cordis terlihat pada ICS V
dan teraba di linea axilaris anteror sinistra
setinggi ICS V
• Abdomen : terlihat cembung, terdapat
nyeri tekan pada kuadan kanan atas,
shifting dullness(+)
• Ekstremitas : superior dan inferior akral
teraba dingin
Pemeriksaan Lab

• Hb: 7,6 g/dl


• Ht : 22,2%
• Leukosit : 17.500/mm3
• Eritrosit : 2,7 juta/mm3
Pemeriksaan kimia darah

• SGOT : 18 U/L
• SGPT : 10 U/L
• Ureum : 14,4 mg/dl
• Kreatinin : 0,83 mg/dl
• GDS : 126 mg/dl
Pemeriksaan urin lengkap

• Terdapat darah samar (++)


• Keton (+++)

Pemeriksaan apus darah tepi


• Anemia normokrom normositer
Tindakan prioritas Syok
Hipovolemik
• Pemeriksaan jasmani diarahkan kepada
diagnosis cedera yang mengancam nyawa
dan meliputi penilaian dari ABCDE.
Mencatat tanda vital awal (baseline
recording) penting untuk memantau respon
penderita terhadap terapi. Yang harus
diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi
urin, dan tingkat kesadaran.
• A. Airway (+ lindungi tulang servikal)
• B. Breathing (+ oksigen jika ada)
• C. Circulation + kendalikan perdarahan
1. Posisi syok Angkat kedua tungkai dengan
menggunakan papan setinggi ± 45⁰ . 300 – 500 cc
darah dari kaki pindah ke sirkulasi sentral.
2. Cari dan hentikan perdarahan
3. Ganti volume kehilangan darah
Menghentikan perdarahan (prioritas utama)
• Tekan sumber perdarahan
• Tekankan jari pada arteri proksimal dari luka
• Bebat tekan pada seluruh ekstremitas yang luka
• Pasang tampon sub fasia (gauza pack)
• Hindari tourniquet (torniquet = usaha terakhir)
4. Pemasangan infus dan pergantian
volume darah dengan cairan/darah.
5. Cari sumber perdarahan yang
tersembunyi
Rongga perut (hati, limpa, arteri), rongga
pleura, panggul atau pelvis, tulang paha
(femur), kulit kepala (anak)
D. Disability – Pemeriksaan
neurologi
• Dilakukan pemeriksaan neurologi
singkat untuk menentukan tingkat
kesadaran, pergerakan mata dan
respon pupil, fungsi motorik dan
sensorik. Informasi ini bermanfaat
dalam menilai perfusi otak, mengikuti
perkembangan kelainan neurologi
dan meramalkan pemulihan
E. Exposure
• Pemeriksaan lengkap Setelah mengurus
prioritas-prioritas untuk menyelamatkan
jiwanya, penderita harus ditelanjangi dan
diperiksa dari ubun-ubun sampai ke jari
kaki sebagai bagian dari mencari cedera.
Bila menelanjangi penderita, sangat
penting mencegah hypothermia.
Tiga tujuan penanganan kegawatdaruratan
pasien dengan syok hipovolemik antara
lain:
• 1. Memaksimalkan pengantaran oksigen-
dilengkapi dengan ventilasi yang adekuat,
peningkatan saturasi oksigen darah, dan
memperbaiki aliran darah,
• 2. Mengontrol kehilangan darah lebih
lanjut, dan
• 3. Resusitasi cairan
TRIASE
KEGAWATDARURATAN
PADA PASIEN SYOK
HIPOVOLEMIK
Vanda Gita Rahmadani
1510711068
CASE 6
Seorang perempuan, usia 38 tahun, dengan keluhan utama penurunan kesadaran setelah
menjalani operasi section cesaria atas indikasi PEB. Penurunan kesadaran mulai tampak kurang
lebih 3jam SMRS, keluarga pasien mengaku pasien terlihat lemas, tampak mengantuk, dan sulit
diajak berkomunikasi. Sebelumnya psien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti hipertensi, DM,
asma, alergi dan riwayat operasi. Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum
tampak sakit berat, kesadaran apatis, skor GCS E=4; M=3; V=3, total 10poin. TD 80/50 mmHg, N
120x/menit regular, isi kurang dan tegangan lemah, pRR 32x/menit, suhu 35,7oC, CRT
memanjang. Pada wajah ditemukan konjungtiva anemis, napas cuping hidung, dan sianosis
sentral. Pada leher tidak ditemukana pembesaran KGB dan kelenjar tiroid. Pada pemeriksaan
pulmo ditemukan bunyi vesikuler menurun dan terdapat ronkhi basah pada kedua basal paru. Pada
pemeriksaan jantung ictus cordis terlihat pada ICS V dan teraba di linea axilaris anterior sinistra
setinggi ICS V. batas atas pada iCS II linea midclavicularis sinistra, batas kanan pada ICS IV linea
parasternal sinistra. Batas kiri pada ICS V linea axilaris anterior sinistra, dan tidak ditemukan
murmur maupun gallop. Pada pemeriksaan abdomen, terlihat cembung dan didapatkan nyeri tekan
pada kuadran kanan atas, shifting dullnes (+). Pada mpemeriksaan ekstremitas superior dan
inferior akral teraba dingin. Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb 7,6 g/dl,Ht 22,2%, leukosit
17.500/mm3, trombosit 236.000/mm3, eritrosit 2,7 juta/mm3. pada pemeriksaan kimia darah
didapatkasn AST (SGOT) 18 U/L, ALT (SGPT) 10 U/L, ureum 14,4 mg/dl, kreatini 0,83 mg/dl, GDS
126 mg.dl. Pada pemeriksaan UL didapatkan hasil darah samar (++), keton (+++). Pada
pemeriksaan apus darah tepi didapatkan hasil anemia normokrom normositer. Pada pemeriksaan
radiologis, foto rontgen AP (anterior posterior) ditemukan suspek kardiomegali dan terdapat edema
pulmo. Sedangkan hasil USG abdomen ditemukan gambaran asites di cavum pelvis (fosa illiaca
dextra) dan fossa splenorenalis. Diagnosis pasien syok hipovolemik ed causa suspek pendarahan
intraabdominal post op secti cesaria.
Ruangan apa yang selanjutnya
harus disiapkan untuk pasien
setelah tindakan intervensi
kegawatdaruratan ? Jelaskan !
Monitoring Keberhasilan
Terapi
Linda Mandasari
1510711070
1. Monitoring stabilisasi ABCDE : Untuk
mendeteksi dini syok dan jenis syok
2. Pemasangan kateter urin : memonitor input
dan output cairan.
3. EKG : untuk menilai irama jantung
4. Foto torax : mengetahui kemungkinan
kardiomegali atau edema paru.
5. Pemberian cairan kristaloid : karena memiliki
kemiripan dengan cairan tubuh dan dapat
dieksresi dengan baik.
Persiapan apa saja yang
dilakukan dalam menerima px
?
Langkah pertolongan pertama dalam menangani
syok menurut Alexander R H, Proctor H J. Shock.,
(1993 ; 75 – 94)

1. Posisi Tubuh
a. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak
luka. Secara umum posisi penderita dibaringkan
telentang dengan tujuan meningkatkan aliran darah ke
organ-organ vital.
b. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang
belakang, penderita jangan digerakkan sampai
persiapan transportasi selesai, kecuali untuk
menghindari terjadinya luka yang lebih parah atau
untuk memberikan pertolongan pertama seperti
pertolongan untuk membebaskan jalan napas.
c. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian
bawah muka, atau penderita tidak sadar, harus
dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring
miring) untuk memudahkan cairan keluar dari rongga
mulut dan untuk menghindari sumbatan jalan nafas
oleh muntah atau darah. Penanganan yang sangat
penting adalah meyakinkan bahwa saluran nafas
tetap terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.

d. Penderita dengan luka pada kepala dapat


dibaringkan telentang datar atau kepala agak
ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih
rendah dari bagian tubuh lainnya.
e. Kalau masih ragu tentang posisi luka
penderita, sebaiknya penderita dibaringkan
dengan posisi telentang datar

f.Pada penderita-penderita syok hipovolemik,


baringkan penderita telentang dengan kaki
ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik
ke jantung lebih besar dan tekanan darah
menjadi meningkat. Tetapi bila penderita
menjadi lebih sukar bernafas atau penderita
menjadi kesakitan segera turunkan kakinya
kembali.
2. Pertahankan Respirasi
a. Bebaskan jalan napas. Lakukan
penghisapan, bila
ada sekresi atau muntah.
b. Tengadah kepala-topang dagu, kalau
perlu pasang
alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
c. Berikan oksigen 6 liter/menit d. Bila
pernapasan/ventilasi
tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup
(Ambu bag) atau ETT.
3. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih
dari satu
infus. Pantau nadi, tekanan darah, warna
kulit, isi
vena, produksi urin, dan (CVP).
Penanganan pasien syok hipovolemik

Prosedur

Persipan alat
• Alat pelindung diri
• Alat bantu pernapasan (naso/oro pharingeal
tube, ETT)
• Monitor EKG
• Alat terapi oksigen
• Sumber oksigen
• Cairan infus
• Obat emergensi
Cara kerja
• Petugas memakai APD
• Berikan posisi kedua kaki lebih tinggi daripada
kepala bila perlu
• Bebaskan alat nafas, bila perlu pasang alat
bantu pernapasan
• Beri oksigen masker 6-10 liter per menit
• Pasang ekg monitor, cek tanda-tanda vital
pasien
• Untuk syok hipovolemik
- segera pasang infus di dua tempat
(upayakan dengan ukuran jarum yang besar)
- beri terapi cairan sesuai terapi medis

Anda mungkin juga menyukai