Anda di halaman 1dari 11

Sahrudi dkk, Aplikasi Teori Virginia...

APLIKASI TEORI VIRGINIA HENDERSON PADA PASIEN


NEGLECTED FRACTURE OF LEFT SHAFT FEMUR

Sahrudi1, Agung Waluyo2, Masfuri2


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta
Jalan Swadaya No.19, Jatibening, Pondok gede, Jatibening, Kec. Pondok gede, Kota
Bekasi, Jawa Barat 17412
2
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Kampus UI Depok 16424

Email korespondensi: sahrudi.rudi@gmail.com

ABSTRAK
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sangat mempengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan yang akan diterima oleh pasien. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan tersebut salah satunya dengan mengaplikasikan teori virginia henderson.
Tujuan: Penerapan teori Virginia Henderson pada pasien dengan neglected fracture of left shaft
femur. Metodologi yang digunakan adalah dengan menggunakan studi kasus. Hasil : Penerapan
teori Virginia Henderson efektif diterapkan pada pasien dengan neglected fracture of left shaft
femur. Kesimpulan : teori Virginia Henderson dapat digunakan pada asuhan keperawatan pasien
dengan neglected fracture left shaft femur untuk meningkatkan kemandirian akibat perubahan
fisik dan psikologis.

Kata-kata kunci : neglected fracture of left shaft femur, Teori Virginia Henderson.

ABSTRACT
Nursing care provided by nurses greatly influences the quality of health services that patients will
receive. One of the efforts taken to improve the quality of nursing care is by applying Virginia
Henderson's theory. Objective: Application of Virginia Henderson's theory to patients with the
Neglected Fracture of Left Shaft Femur. The methodology used case studies. Results: The
application of Virginia Henderson's theory was effectively applied to patients with the Neglected
Fracture of Left Shaft Femur. Conclusion: Virginia Henderson's theory can be used in nursing
care for patients with Neglected Fracture Left Shaft Femur to increase independence due to
physical and psychological changes.

Keywords : neglected fracture of left shaft femur, Virginia Henderson Theory.

PENDAHULUAN fraktur pada ektremitas bawah, 5%


Cedera pada sistem muskuloskeletal fraktur ektremitas atas, 5% fraktur
merupakan salah satu akibat dari trauma. pelvis, 5% fraktur pinggul, 5% fraktur
Cedera muskuloskeletal dapat meliputi pada tulang belakang (2).
fraktur, dislokasi, sprain, dan strain. Satu Fraktur merupakan kondisi
dari empat orang Amerika mengalami hilangnya kontinuitas tulang yang dapat
gangguan muskuloskeltal dan sekitar disebabkan oleh faktor trauma dan non
40% gangguan muskuloskeletal ini trauma (3). Adapun yang termasuk
penyebab penurunan kemampuan fisik faktor trauma yaitu terjatuh atau cedera,
(1). Di Indonesia yaitu di Rumah Sakit sedangkan faktor non trauma seperti
Umum Pusat Fatmawati sebagian besar pada kasus osteoporosis (4). Komplikasi
gangguan muskuloskeletal disebabkan proses penyembuhan fraktur yang sering
oleh fraktur. Di perkirakan sekitar 80% terjadi diantaranya malunion, delay
142
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 142-152

union, dan non union. Malunion METODE PENELITIAN


merupakan kondisi penyambungan
tulang yang tidak sesuai dengan Metodologi dan pendekatan yang
tempatnya sehingga menimbulkan digunakan adalah studi kasus
deformitas (5). Delay union yaitu menggunakan studi literature sederhana.
kondisi keterlambatan penyambungan Dengan cara mencari referensi teori
tulang, sedangkan non union adalah yang relevan dengan kasus atau
kondisi tidak terjadinya penyambungan permasalahan yang ditemukan. Studi
tulang (6). literature merupakan cara yang dipakai
Penatalaksanaan fraktur yang tidak untuk menghimpun data-data atau
semestinya, seperti dilakukan oleh bone sumber-sumber yang ada hubungannya
setter (pengobatan tradisional/dukun dengan topik yang diangkat. Studi
patah) masih sering dijumpai di literatur didapatkan dari berbagai sumber
masyarakat Indonesia (7). Hal ini dapat yaitu jurnal, buku dokumentasi
menyebabkan terjadinya Neglected keperawatan dan pustaka.
fracture. Dampak dari kondisi ini dapat
memperpanjang hari rawat pasien di HASIL DAN PEMBAHASAN
rumah sakit sehingga dapat
menimbulkan masalah sosio ekonomi Tn. T, usia 19 tahun, no RM
berupa peningkatan biaya perawatan (8). 01617559, agama Islam, pendidikan
Selain berdampak terhadap sosi terakhir SLTP, tidak bekerja, belum
ekonomi, dampak lainnya adalah menikah, masuk RSUP Fatmawati di
kecemasan. Tindakan operasi dapat antar oleh keluarga pada tanggal 13
menimbulkan kecemasan terhadap November 2018 pukul 7.30 WIB melalui
pasien (9). Untuk mencegah terjadinya IGD dengan diagnosis neglected
dampak tersebut diperlukan pemahaman fracture of left shaft femur. Keluhan
dan keterampilan dari perawat. Sehingga utama saat masuk ke IGD adalah nyeri
pasien akan mendapatkan pelayanan di paha kiri. Masalah keperawatan di
professional dan memadai dalam rangka IGD yaitu nyeri akut dengan rencana
mencegah berbagai komplikasi baik tindakan observasi tanda-tanda vital,
secara fisik maupun psikologis (10). manajemen nyeri, kolaborasi pemberian
Adapun upaya yang dapat dilakukan, cairan infus, skeletal traksi 10 Kg,
meningkatkan kualitas asuhan ketorolac 30 mg, ranitidine 50mg, ORIF
keperawatan dengan pendekatan aplikasi reconstruction. Pukul 19.30 WIB pasien
teori model keperawatan yang dapat masuk ruang perawatan Hasil pengkajian
diterapkan dalam pemberian asuhan pada tanggal 14 Nopember 2018
keperawatan (11). Pendekatan model kesadaran compos mentis. Tekanan
keperawatan yang dapat digunakan darah 110/77 mmHg, nadi 82 kali/menit,
dalam praktik keperawatan salah satunya RR 20 kali/menit, suhu 36,50c. Pasien
adalah Virginia Henderson yaitu 14 mengatakan nyeri pada paha kiri,
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia numeric rating scale/NRS 4 (sedang),
yang bertujuan untuk memandirikan nyeri tidak berpindah dari tempat yang
pasien (12). satu ke tempat lainnya, nyeri dirasakan
Berdasarkan uraian di atas, penulis kurang dari 3 bulan, nyeri terasa seperti
tertarik menerapkan secara langsung berdenyut, nyeri berkurang jika kaki kiri
teori Virginia Henderson pada pasien tidak digerakan. Pasien mengatakan
dengan neglected fracture of left shaft pada bulan September 2015 pukul 08.00
femur di ruang perawatan orthopedi pagi pernah terjatuh dari atap genteng
RSUP Fatmawati Jakarta. ketinggian 5 meter. Menurut keterangan
pasien, kaki kirinya menginjak salah satu

143
Sahrudi dkk, Aplikasi Teori Virginia...

genteng kemudian terjatuh ke bawah pada tanggal 01 Oktober 2018 di Rumah


dengan kaki kiri menyentuh tanah Sakit Panggung Rawi Cilegon
terlebih dahulu kemudian badan pasien dilakukan operasi dan pemasangan
jatuh miring ke kiri. Oleh keluarga, skeletal traksi dengan beban 20kg,
pasien dibawa ke Puskesmas dan karena keterbatasan peralatan dan
mendapatkan perawatan selama 3 hari, kondisi garis patahan tulang mencapai
selama perawatan di Puskesmas pasien 7cm pasien disarankan untuk dirujuk ke
mendapatkan terapi infus, obat nyeri dan RSUP Fatmawati kemudian dipasang
pembidaian. Alasan ekonomi dan tidak skeletal traksi dengan beban 12 kg. Hasil
memiliki kartu BPJS, keluarga pasien ke pemeriksaan laboratorium pada tanggal
rumah. Kemudian pasien melakukan 13 Nopember 2018 menunjukkan nilai
pengobatan tradisional dengan dukun Hb 13,5g/dL, Ht 40%, Leukosit 22,1
patah tulang selama 3 bulan. Pasien ribu/ul, Trombosit 452 ribu/ul, Eritrosit
mengatakan selama pengobatan oleh 4,66 juta/ul. Pemeriksaan elektrolit
dukun patah tulang, paha kiri pasien Natrium darah 139 mmol/L. Kalium
dilakukan pemijitan dan pembebatan darah 3,89 mmol/L, klorida darah 107
dengan balok papan pada 3 sisi yaitu mmol/L. Tanggal 21 November 2018
bagian bawah, sisi samping kiri dan pukul 09.30 pasien menjalani operasi
kanan. Tiga bulan setelah itu pasien ORIF femur dengan implant broad DCP
dapat berjalan perlahan-lahan. Selang 4,5 10 hole.
satu tahun kemudian pasien sudah dapat
beraktivitas kembali seperti berjalan, 2). Riwayat Kesehatan Dahulu
berlari namun pincang. Pasien juga dapat Pasien mengatakan tidak ada
bekerja kembali di tempat penyewaan riwayat penyakit sebelumnya.
alat selancar di pantai Anyer. Menurut
keterangan pasien, kaki kirinya setelah 3). Riwayat Kesehatan Keluarga
tiga tahun berlalu berobat ke dukun Pasien mengatakan dalam keluarga
patah tulang tidak ada masalah lagi, tidak ada yang memiliki riwayat asma,
namun pada tanggal 20 September 2018 hipertensi, stroke, maupun penyakit
paha kirinya mengalami pembengkakan menurun lainnya.
dan nyeri berat (NRS skala 7 ). Tanggal
26 September 2018 oleh keluarga, pasien a. Pengkajian
dibawa ke Rumah Sakit Panggung Rawi
Cilegon. Tanggal 1 Oktober 2018 pasien 1). Bernapas dengan normal
dilakukan operasi dan pemasangan Pasien mengatakan tidak sesak
skeletal traksi. Hasil pemeriksaan napas, tidak mengeluh nyeri saat
Radiologi tanggal 06 Nopember 2018; menarik napas maupun saat posisi
Kedudukan tulang tidak segaris, tampak kepala ditinggikan atau duduk. Pasien
fraktur lama di os femur sinistra, tampak mengatakan tidak memiliki riwayat
kalus, dengan kesan malunion. batuk lama. Inspeksi : bentuk dada
normal, ekspansi dada simetris,
1). Keluhan Utama dan Riwayat frekuensi pernapasan 19 x/menit,
Kesehatan Sekarang retraksi interkosta dan penggunaan otot-
Pasien masuk rumah sakit dengan otot bantu pernapasan tidak ada,
keluhan utama nyeri pada paha kiri pernapasan cuping hidung tidak ada.
bekas operasi sejak satu bulan yang lalu. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, taktil
Nyeri berdenyut-denyut, skala 4 (NRS 0- fremintus simetris dada kanan dan kiri.
10), durasi < 10 menit, dirasakan saat Perkusi : resonan di kedua lapang paru.
pasien menggerakan kaki kirinya. Auskultasi : suara vesikuler, tidak ada
Menurut keterangan pasien, sebelumnya suara napas abnormal. Hasil

144
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 142-152

pemeriksaan rontgen tanggal 29 eleminasi dilakukan di tempat tidur, jika


September 2018: corakan hendak BAK pasien menggunakan urinal
bronkhovasculer paru kanan kiri baik, sedangkan BAB menggunakan pispot.
tulang dan jaringan lunak baik, kesan Pasien mengatakan tidak ada keluhan
cor dan pulmo dalam batas normal. saat BAB maupun BAK. Buang air besar
1x/hari dengan konsistensi feses lembek
2). Kebutuhan Makan dan Minum kecoklatan, tidak terjadi perdarahan saat
Pasien mengatakan tidak ada mual BAB. Buang air kecil 4-6 x/hari, urin
dan muntah, anoreksia tidak ada, nafsu berwarna bening kekuningan, tidak ada
makan tidak berkurang, kesulitan keluhan nyeri saat BAK. Hasil
menelan tidak ada. Pasien mengatakan pemeriksaan fisik; Inspeksi; Tidak ada
makan habis 1 porsi dari diet yang tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit
diberikan di RS. Inspeksi; mukosa elastis, tidak ada hemoroid. Palpasi;
mulut lembab, membran mukosa mulut tidak terdapat nyeri tekan pada vesika
tidak ada lesi, karies gigi kanan graham urinaria. tidak ada nyeri tekan abdomen,
bawah kedua. Antropometri; Tinggi abdomen lunak dan tidak teraba masa.
badan pasien 157 cm, BB 54 kg (IMT
21,95 kg/m²) berat badan ideal (51,3 4). Kebutuhan Bergerak dan
hingga 54 kg). Tidak ada alergi Mempertahankan Postur Tubuh Aktifitas
makanan. Status Gizi Baik/Normal. dan Mobilisasi
Biokimia: hasil laboratorium Pasien mengatakan tidak nyaman
(13/11/2018) Hb 13,5 g/dL, Ht 40%, dengan posisi kakinya karena tidak bisa
Trombosit 452.000/uL, Eritrosit 4.66 ditekuk. Nampak aktivitas pasien di
juta/uL. Tanda klinis: tekanan darah tempat tidur. pasien berbaring dengan
110/77 mmHg, Nadi 96 x/menit, RR 19 posisi supinasi dan kaki kiri elevasi.
x/menit, suhu 36,50C, kesadaran Kaki kiri pasien terpasang skeletal traksi
composmentis, tidak ada gangguan pada dengan beban 12 Kg.
nervus V (Trigeminus) dan nervus IX
(glosofaringeus), konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik. Diet; pasien
tidak mengalami perubahan dalam pola
makan sebelum dan selama sakit (nasi,
lauk, sayur) habis 1 porsi. Selama
dirawat di RS pasien makan 2 kali sehari
dengan komposisi makanan: nasi, lauk,
sayur dan buah, pasien masih mampu
mengunyah makanan, dominan
menggunakan sebelah kiri untuk
mengunyah. Pasien tidak memiliki
pantangan terhadap makanan. Minum
tidak ada keluhan, 5-6 gelas (± @200
cc). Pasien tidak mendapatkan terapi
IVFD. Auskultasi : Bising usus normal
5x/menit. Palpasi : Tidak terdapat nyeri
tekan pada abdomen. Perkusi : Tympani
pada seluruh kuadran abdomen.

3). Kebutuhan Eliminasi


Pasien mengatakan karena kaki
kirinya dipasang pemberat, aktivitas

145
Sahrudi dkk, Aplikasi Teori Virginia...

Kaki kiri bagian distal tampak tubuh pasien 36,50 C. Inspeksi : Pasien
atropi, lingkar betis kiri 28 cm, kanan 36 tampak selalu memakai selimut untuk
cm, pemedekan pada kaki kiri, panjang menjaga tubuhnya tetap hangat. Air
kaki kiri 83 cm, kanan 85 cm. minum, peralatan makanan diletakkan di
Deformitas kaki kiri (+), adanya dekat pasien supaya pasien mudah
penonjolan abnormal pada paha kiri menjangkaunya. Palpasi : Kulit teraba
pasien, diameter paha kiri 45 cm, paha hangat (normal), CRT < 2 detik.
kanan 40 cm. Feel: Pulsasi arteri dorsalis
pedis kiri = kanan, teraba hangat dan 8). Kebutuhan Proteksi dan Kebersihan
nyeri palpasi pada area pine site traksi. Diri
Move: ROM pada lutut kiri mengalami Penampilan umum pasien bersih,
keterbatasan gerak (gerakan fleksi hanya kulit bersih dan ada luka pada pin site
30°) dan nyeri akibat jarang digerakkan. traksi, mata bersih, tidak ada kotoran
Skor Barthel Indeks: 10 (Ketergantungan pada mata dan tidak memakai alat bantu
sedang). Skor Morse : 60 (Risiko tinggi penglihatan. Kuku bersih, warna merah
jatuh). muda dan terpotong rapi, hidung bersih
dan tidak ada sekret. tidak ada luka
Kekuatan otot : dikulit kepala. Kebersihan mulut baik,
mukosa bibir lembab dan lidah bersih.
5555 5555
5400 5555 9). Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Pasien dirawat dengan kapasitas
tempat tidur diisi oleh 5 pasien yang
5). Kebutuhan Istirahat dan Tidur setiap pasien memiliki pembatas
Pasien mengatakan pola tidurnya hordreng. Sirkulasi lingkungan baik
teratur karena klien bisa tidur siang. dengan pembatasan jam kunjungan.
Namun, untuk tidur malam pasien sering Suhu dan kelembaban ruangan baik
terbangun karena merasakan nyeri. dengan menggunakan AC split.
Selain itu pasien juga merasa sangat Pengaturan cahaya cukup, makanan
tidak nyaman dan pegal di pinggang yang disajikan dari rumah sakit bersih
karena kaki kirinya terpasang traksi. dan tertutup rapat. Sementara gelas
Pasien tidur malam mulai jam 21.00- minum klien tertutup dan satu setiap
05.00. Tidak menggunakan obat tidur. pasien. Pasien mengeluh nyeri pada kaki
Tidak terdapat kantung mata, kirinya, nyeri terasa berdenyut dengan
konjungtiva tidak anemis, pasien sadar skala 4, nyeri terasa hilang timbul dan
aktif. bertambah saat kaki kiri begeser.
Inspeksi; terdapat luka pada ektremitas
6). Kebutuhan berpakaian kiri (pin site traction ).
Pasien mampu memilih pakaian
sehari-hari. Pasien lebih suka memakai 10). Kebutuhan Berkomunikasi
pakaian yang berbahan baju dan kain Pasien mampu mengulang informasi
sarung. Pasien mengatakan masih jangka panjang dan pendek, orientasi
mampu memakai dan melepas pakaian terhadap orang, tempat dan waku baik.
namun perlu bantuan saat memakai dan Pasien berkomunikasi menggunakan
melepas kain sarung karena kaki kiri bahasa Indonesia. Pasien berkomunikasi
pasien terpasang skeletal traksi . dengan baik, pengucapan jelas,
komunikasi terbuka dan relevan. Pasien
7). Modifikasi Lingkungan mengatakan tidak mengetahui mengapa
Pasien lebih suka menggunakan kaki kirinya harus kembali di operasi,
selimut terutama pada malam hari. Suhu pasien tidak tahu penyebabnya.

146
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 142-152

Hubungan dengan keluarga sangat b. Diagnosis Keperawatan


harmonis. Selama dirawat pasien selalu Diagnosis keperawatan ditegakan
ditunggu oleh ibu pasien. Menurut berdasarkan analisis hasil pengkajian
keluarga, pasien mempunyai banyak kebutuhan dasar pasien (13).
teman di tempat kerja, hal ini didukung Berdasarkan kasus Tn. T maka diagnosis
karena pasien bekerja di tempat keperawatan yang ditegakan adalah
penyewaan peralatan selancar di pantai sebagai berikut :
anyer. Pasien tidak mengalami gangguan 1). Pre Oparesi
pendengaran, bicara maupun bahasa. 1.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik: trauma (00132)
11). Kebutuhan Spiritual Ditandai dengan; Klien mengatakan
Pasien meyakini sakit yang selama masa perawatan pre operasi, kaki
dideritanya merupakan cobaan dari yang mengalami fraktur; Shaft femur
Allah. Pasien mengatakan saat dirawat di kiri, nyeri bila digerakkan. Intensitas
RS pasien mengerjakan shalat lima nyeri ringan (Numeric rating scale/NRS
waktu di atas tempat tidur. Dilakukan 1-3 ) sampai dengan nyeri sedang (skala
dengan berdoa dan berzikir dan NRS 4-6 ketika ada pergerakan pada
menjalankan shalat lima waktu. Pasien kaki kiri yang terpasang skeletal traksi
dalam menjalankan shalat lima waktu 12 Kg. Terdapat luka pada area pin site
dilakukan dengan cara berbaring di nampak kemerahan.
tempat tidur karena kaki kiri pasien 1.2 Hambatan mobilitas fisik
terpasang traksi. Pasien mengaku pasrah berhubungan dengan immobilisasi lower
dan ikhlas menjalani pengobatan. ektremitas sinistra (00085)
Ditandai dengan; Klien mengatakan
12). Kebutuhan aktualisasi diri selama masa perawatan pre-operasi
Pasien bekerja di tempat penyewaan femur sinistra pasien immobile; karena
peralatan selancar di pantai anyer pasien terpasang skeletal traksi. Nampak
banten, namun semenjak sakit sudah aktivitas pasien di tempat tidur. Pasien
tidak bekerja. berbaring dengan posisi supinasi dan
kaki kiri elevasi. Kaki kiri pasien
13). Kebutuhan relaksasi terpasang skeletal traksi dengan beban
Selama sakit agar tidak bosan dan 12 Kg. ROM pada lutut kiri mengalami
mengobati kejenuhan, pasien suka keterbatasan gerak (gerakan fleksi hanya
bermain game di Smart Phone. 30°). Skor Barthel Indeks: 10
(Ketergantungan sedang). Skor Morse :
14). Kebutuhan akan layanan kesehatan 60 (Risiko tinggi jatuh).
Sebelumnya pasien berobat ke 1.3 Kecemasan berhubungan dengan
dukun patah tulang. Menurut pasien ancaman terhadap status kesehatan
karena alasan ekonomi dan tidak (00146)
memiliki kartu BPJS. Saat ini ini pasien Ditandai dengan; Klien mengatakan
sudah memiliki kartu BPJS dan selama menjalani perawatan pre operasi,
menggunakan fasilitas BPJS. pasien merasa cemas dengan pembedahan yang
mengatakan bahwa kaki kirinya kedua kalinya tanggal 21 Nopember
mengalami patah sejak 4 tahun yang 2018. Saat dikaji tingkat kecemasan
lalu. Hingga akhirnya keluhan nyeri dan dengan State Trait Anxiety Inventory
bengkak pada kaki kirinya kembali memiliki skor 49 dan termasuk kategori
dirasakan pasien. kecemasan sedang. Pasien mengatakan
tingkat kecemasan saat ini lebih berat
dibandingkan kecemasan pembedahan
sebelumnya. Kondisi penyakitnya saat

147
Sahrudi dkk, Aplikasi Teori Virginia...

ini menyebabkan perubahan terhadap Ditandai dengan; klien mengatakan


konsep diri dan fungsi peran pasien belum mampu untuk melakukan
sehingga semakin cemas mobilisasi turun dan naik dari tempat
1.4 Defisit perawatan diri : Toileting tidur, nampak gerakan sendi panggul dan
berhubungan dengan gangguan lutut belum mencapai pergerakan
muskuloskeletal (00110) fungsional .
Ditandai dengan; Klien mengatakan
karena kaki kirinya dipasang pemberat, c. Implementasi dan Evaluasi
aktivitas eleminasi di lakukan di tempat 1). Pre Operasi
tidur, jika hendak BAK pasien Catatan perkembangan dan evaluasi
menggunakan urinal sedangkan BAB pasien pre operasi neglected fracture of
menggunakan pispot. left shaft femur selama dirawat di lantai
1 GPS RSUP Fatmawati pada tanggal 13
2). Post Oparesi – 20 Nopember 2018 adalah sebagai
2.1Nyeri akut berhubungan dengan agen berikut :
cedera fisik: prosedur pembedahan
(00132) 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen
Ditandai dengan; klien mengatakan nyeri cedera fisik: trauma (00132).
di rasakan pada luka operasi seperti Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
berdenyut denyut dengan intensitas nyeri nyeri adalah mengkaji ulang tingkat nyeri,
sedang (Numeric rating scale/NRS 4 ), mengajarkan pada pasien penggunaan
nyeri meningkat terutama ketika kaki teknik non analgesik (relaksasi dan guide
kiri digerakan. Ekspresi wajah tampak imagery), mendorong pasien untuk
meringis. memantau rasa sakitnya sendiri dan untuk
melakukan manajemen nyeri sendiri yang
sesuai jika ada peningkatan nyeri,
mengevaluasi laporan sakit yang tidak biasa
atau tiba-tiba atau rasa sakit yang dalam,
progresif, dan kurang baik, mengevaluasi
efektivitas tindakan pengendalian rasa sakit
yang digunakan melalui penilaian
berkelanjutan atas pengalaman rasa nyeri .
Mempertahankan imobilisasi bagian yang
fraktur melalui skeletal traksi sebelum
operasi, melakukan perawatan luka pada
are pine site (14). kolaborasi dilakukan utuk
meredakan nyeri yang dialami oleh pasien
dengan terapi farmakologi berupa obat
analgesik (keterolac 3 x 30 mg IV).

Evaluasi
Pasien nampak dapat melakukan
manajemen dan mengontrol nyeri secara
mandiri. Pasien cenderung
mengekspresikan nyeri dan melaporkan
2.2 Hambatan mobilitas fisik nyeri yang berkurang (dengan skala NRS),
berhubungan dengan kerusakan pasien nampak rileks, tanda vital dalam
integritas struktur tulang batas normal 110/75 mmHg, Nadi 77
(00085) x/menit, pernapasan 19 x /menit, suhu
36,70C.

148
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 142-152

Tindakan yang di lakukan untuk mengatasi


2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan kecemasan adalah melakukan pendekatan
dengan yang tenang dan meyakinkan. Memberi
Tindakan keperawatan yang dilakukan dorongan kepada pasien untuk
adalah sebagai berikut; Mengkaji jenis mengungkapkan secara verbal pikiran dan
aktivitas yang di anjurkan, mengkaji perasaan untuk mengeksternalisasikan
kemampuan pasien (misalnya, tingkat kecemasan. Mengkaji faktor-faktor yang
mobilitas, keterbatasan gerak, daya tahan, menjadi penyebab kecemasan pasien (15).
kemampuan untuk duduk dari posisi Mengkaji dan dokumentasikan tingkat
berbaring di tempat tidur, menganjurkan kecemasan. Memberikan tindakan relaksasi
pasien menggunakan teknik yang tepat dengan dengan latihan otot progresif untuk
untuk mencapai tingkat kemandirian, menurunkan kecemasan pasien.
menganjurkan pasien untuk berpindah dari Memberikan edukasi terstruktur dan
posisi berbaring ke posisi duduk dengan informasi faktual menyangkut diagnosis,
berpegangan menggunakan monkey bar, pengobatan, prognosis, dan prosedur
menganjurkan pasien melakukan ambulasi tindakan pembedahan serta latihan-latihan
menggunakan alat bantu (monkey bar), sebelum dilakukan pembedahan; seperti
mengevaluasi tingkat kenyamanan pasien teknik relaksasi napas dalam, batuk efektif
setelah melakukan perpindahan posisi, dan latihan rentang gerak sendi (ROM).
mengatur posisi pasien sesuai kesejajaran Memberikan informasi tentang discharge
tubuh untuk mengoptimalkan fungsi tulang, planning mulai awal pertama kali masuk
menyediakan alat bantu mobilisasi untuk rumah sakit, selama dirawat dan sebelum
memudahkan bergerak di tempat tidur dan klien pulang dari rumah sakit
untuk mengurangi komplikasi immobilisasi
(monkey bar), memonitor tulang dan Evaluasi
tonjolan tulang untuk mengetahui adanya Pasien mengatakan lebih rileks, nyaman
luka tekan pada bagian belakang tubuh dan cemasnya berkurang. Hasil evaluasi
pasien, melakukan perawatan kulit terutama kecemasan pasien berkurang dengan nilai
yang sering tertekan/bergesekan untuk skor 35 (tingkat kecemasan ringan). Pasien
mencegah kerusakan kulit (minyak zaitun). mengatakan lebih mengetahui tentang
kondisinya saat ini, program terapi dan
Evaluasi perawatannya. Pasien mengatakan lebih
Mulai pasien masuk dan sebelum operasi, siap menjalani pembedahan yang akan
pasien hanya bedrest di tempat tidur dengan dilakukan.
posisi ( terlentang dan duduk). Sehubungan
dengan kondisi fraktur left shaft femur yang 4. Defisit perawatan diri : Toileting
terpasang skeletal traksi, maka pasien tidak berhubungan dengan gangguan
diperbolehkan untuk berjalan. Termasuk muskuloskeletal (00110)
kebutuhan eliminasi buang air kecil dan Selama menjalani perawatan pre operasi,
buang air besar dilakukan di atas tempat pasien mengatakan karena kaki kirinya
tidur. pasien dan keluarga melakukan dipasang pemberat, aktivitas eleminasi di
ambulasi dari posisi berbaring ke posisi lakukan di tempat tidur, jika hendak BAK
duduk di tempat tidur sesuai toleransi pasien menggunakan urinal sedangkan
pasien, keluarga mendekatkan barang- BAB menggunakan pispot. Tindakan yang
barang pasien ke tempat yang mudah di di lakukan untuk mengatasi deficit perawat
jangkau pasien. diri; Toileting adalah mengidentifikasi
kebutuhan keselamatan berdasarkan fungsi
3. Kecemasan berhubungan dengan fisik, menyediakan tempat tidur dan
menghadapi prosedur operasi dan status lingkungan yang bersih dan nyaman,
kesehatan (00146). membantu pasien dalam pemenuhan

149
Sahrudi dkk, Aplikasi Teori Virginia...

kebutuhan toileting, memberi privasi batas normal 100/75 mmHg, Nadi 80


selama toileting, memonitor integritas kulit x/menit, pernapasan 20 x /menit, suhu
pasien. 36,50C.

Evaluasi
Pasien mengatakan BAK masih 2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan
menggunakan urinal dan BAB mengunakan dengan kerusakan integritas
pispot masih di tempat tidur, nampak struktur tulang (00085)
skeletal traksi terpasang pada kaki kiri Setelah menjalani operasi ORIF femur
pasien dengan beban 12 Kg. sinistra (tgl 21 nopember 2018), latihan
mobilisasi dini dilakukan pada pasien.
2). Post Operasi
Catatan perkembangan dan evaluasi pasien
post operasi neglected fracture of left shaft
femur selama dirawat di lantai 1 GPS
RSUP Fatmawati adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens


cedera fisik: prosedur pembedahan
(00132).
Keluhan nyeri di rasakan oleh pasien,
dengan intensitas nyeri sedang (Numeric
rating scale/NRS 4 ), nyeri meningkat
terutama ketika kaki kiri di gerakan.
Tindakan yang di lakukan untuk mengatasi Pada H1-H2 post-operasi ORIF shaft femur
nyeri adalah mengkaji ulang tingkat nyeri, sinistra pasien menjalani mobilisasi
menganjurkan kembali pada pasien untuk bertahap seperti duduk di tempat tidur,
melakukan teknik non farmakologi ( tetapi pasien masih merasa sangat pusing
relaksasi dan guide imagery), mendorong ketika duduk terlalu lama, pasien dapat
pasien untuk memantau rasa sakitnya melakukan isometric exercise dan latihan
sendiri dan untuk melakukan manajemen rentang gerak (ROM) secara pasif,
nyeri sendiri yang sesuai jika ada pergerakan fleksi sendi lutut masih 30
peningkatan nyeri mengevaluasi laporan derajat. Pada H3-H4 post-operasi ORIF
sakit yang tidak biasa atau tiba-tiba atau shaft femur sinistra pasien sudah dapat
rasa sakit yang dalam, progresif, dan melakukan duduk ditempat tidur namun
kurang baik yang tidak terobati oleh pasien masih belum dapat melakukan
analgesic, mengevaluasi efektivitas mobilisasi berjalan dengan menggunakan
tindakan pengendalian rasa sakit yang tongkat karena klien merasa sangat nyeri
digunakan kolaborasi dilakukan untuk pada luka operasi bila harus digerakkan
meredakan nyeri yang dialami oleh pasien (skala 6-8),latihan isometric tetap dilakukan
dengan terapi farmakologi berupa obat dan latihan rentang gerak atau renge of
analgesik (keterolac 3 x 30 mg IV). mation (ROM) baik aktif maupun pasif
dilakukan pada Tn T terutama pada sendi
Evaluasi lutut, pasien mampu untuk duduk di kursi.
Pasien nampak dapat kembali melakukan Pada H5-H6 post-operasi ORIF shaft femur
manajemen dan mengontrol nyeri luka sinistra pasien sudah mampu latihan untuk
operasi secara mandiri. Pasien cenderung melakukan mobilisasi berjalan dengan
mengekspresikan nyeri dan melaporkan menggunakan tongkat dengan jarak kurang
nyeri yang berkurang (dengan skala NRS), lebih 3 meter dengan pengawasan keluarga
pasien nampak rileks, tanda vital dalam dan petugas kesehatan.

150
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 142-152

Terdapat 4 langkah prinsip yang


Evaluasi digunakan dalam penatalaksanaan kasus
Secara bertahap pasien mampu untuk fraktur yaitu; yang pertama adalah
melakukan mobilisasi, gerakan sendi Recognition, mengetahui dan menilai
panggul dan lutut dapat mencapai keadaan fraktur dengan anannesis,
pergerakan yang fungsional, pasien pemeriksaan klinis dan radiologi. Diagnosis
memahami dan mampu untuk melakukan pada pasien ini adalah Neglected fracture
latihan secara bertahap baik penguatan otot left shaft femur. Yang kedua adalah
(isometric exercise) maupun latihan Reduksi untuk mengembalikan posisi
pergerakan sendi secara mandiri sesuai fragmen tulang pada kesejajarannya dan
toleransi pasien. rotasi anatomis. Pada pasien ini dilakukan
immobilisasi dengan menggunakan skeletal
Pembahasan traksi, dan edukasi ke pasien untuk
mengistirahatkan gerakan pada kaki kiri
Penulis melakukan penerapan teori sambil menunggu jadwal operasi. Prinsip
Virginia Henderson pada klien dengan ketiga adalah Retention adalah imobilisasi
neglected fracture left shaft femur. Model fraktur untuk mempertahankan fragmen
konsep Virginia Henrderson memiliki unsur tulang dalam posisi dan kesejajaran yang
yang sama dengan proses keperawatan dan benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi
mampu mewakili respon kebutuhan pasien dapat dilakukan dengan cara fiksasi internal
terhadap penyakitnya. (plate, screw, nails) dan eksternal (16).
Penanganan fraktur secara tradisional Pada Tn. T dilakukan tindakan operasi
cukup populer di masyarakat Indonesia berupa refraktur pada left shaft femur yang
salah satunya yaitu pengobatan tradisional mengalami malunion. Kemudian dilakukan
atau sering disebut masyarakat sebagai ORIF menggunakan implant dynamic
dukun patah tulang. Traditional Bone compression plate (DCP). Prinsip keempat
Setters/dukun patah tulang tidak memiliki adalah Rehabilitation/Rehabilitasi untuk
dasar pengetahuan tentang anatomi, mempertahankan dan mengembalikan
fisiologi, dan prinsip-prinsip pencegahan fungsi tulang, dilakukan segera bersamaan
serta kontrol terhadap infeksi. Hal ini dapat dengan pengobatan fraktur untuk
menyebabkan risiko tinggi kegagalan dan menghindari atropi otot dan kontraktur
komplikasi. Tidak sedikit dari pasien sendi (17). Tindakan untuk mengembalikan
fraktur sebelum datang ke Rumah Sakit, aktifitas fungsional semaksimal mungkin
mereka terlebih dahulu datang ke dilakukan bertahap pada Tn. T post operasi
pengobatan tradisional. Sehingga pada saat dengan menggunakan fasilitas rehabilitasi
datang ke rumah sakit sudah mengalami agar fungsi dari kaki kiri dapat kembali
komplikasi akibat penanganan pertamanya semaksimal mungkin.
yang tidak baik atau tidak sesuai prinsip
yang benar. Kondisi tersebut sejalan PENUTUP
seperti yang terjadi pada Tn. T yaitu
terjadinya Neglected fracture. Simpulan: Teori Virginia Henderson
Dampaknya hari rawat di Rumah Sakit dapat digunakan pada asuhan keperawatan
menjadi panjang sehingga menimbulkan pasien dengan neglected fracture left shaft
masalah peningkatan biaya perawatan . Hal femur untuk meningkatkan kemandirian
inilah yang terjadi juga padaTn.T. Dari akibat perubahan fisik dan psikologis.
pemeriksaan radiologi disimpulkan bahwa Saran: Penerapan teori Virginia
kedudukan tulang pada Tn. T tidak segaris, Henderson perlu dikaji kesesuaiannya pada
tampak fraktur lama di os femur sinistra, penerapan asuhan keperawatan dengan
tampak kalus dan malunion. kasus-kasus lainnya.

151
Sahrudi dkk, Aplikasi Teori Virginia...

KEPUSTAKAAN 13. Potter PA, Perry AG, Stockert PA, Hall


AM. Fundamental of Nursing. 8th ed.
1. WHO, Global Status Report on Road St. Louis, Missouri; Elsevier Mosby,
Safety, 2015. 2013.

2. Rekam medis RSUP Fatmawati, 2018. 14. Wong E, Chan S. The effect of
educational intervention on pain beliefs
3. Blom A, Warwick D, Whitehouse M. and postoperative pain relief among
Apley and Solomon’s System of Chinese patients with fractured limbs;
Orthopaedics and Trauma. 10th ed: CRC 2652–2655, 2010.
Press Taylor and Francis Group, 2018.
15. Tanpreet K, Mokshi K, Shilpa, Tushar
4. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah JP. Incidence Of Anxiety And
Ortopedi. 3th ed. Jakarta; Yarsif Depression In Pre-Operative Patients;
Watampone, 2012. 894–903, 2018.
5. Smeltzer, Bare’s. Textbook of Medical- 16. Bulechek G, Butcher H, Dochterman,
Surgical Nursing. Lippincott Williams Joanne WC. Nursing Intervention
and Wilkins Pty Ltd, 2017. Classification. 6th ed. Elseiver Mosby,
6. Ignatius D, Workman A. Medical - 2013.
Surgical Nursing. 7th ed. St.Louis 17. Parry SM, Puthucheary ZA. The impact
Missouri; Elsevier, 2013. of extended bed rest on the
7. Waqar A. Traditional bonesetters; musculoskeletal system in the critical
frequency of complications with care environment. Extreme Physiology
traditional bonesetters, 2016. & Medicine; 1–8, 2018.

8. Warman PL, Ismiarto YD, Ruhimat U.


Complications of Fracture Treatment by
Traditional Bonesetters in West Java.
Indonesia; 47–52, 2018.
9. Tanpreet K, Mokshi K, Shilpa, Tushar
JP. Incidence Of Anxiety And
Depression In Pre-Operative Patients;
894–903, 2018.
10. Topcu SY. Original Article Effect of
Relaxation Exercises on Controlling
Postoperative Pain. Pain Management
Nursing; 11–17, 2012.
11. Ackley BJ, Ladwig GB, Makic MBF.
Nursing Diagnosis Handbook. 11th ed:
Mosby Elsevier, 2017.
12. Herdman H, Kamitsuru S. (2018).
Nursing Diagnoses Definitions and
Classification. New York; Thieme
Publishers New York, 2018.

152

Anda mungkin juga menyukai