Anda di halaman 1dari 3

ETIKET KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF BUDAYA

MANDARIN
Masyarakat berbudaya Tionghoa membedakan sistem komunikasi dalam empat tataran yaitu:

1. Komunikasi Kultural
2. Komunikasi Ilmiah
3. Komunikasi Metafisik
4. Komunikasi Theologis

Pembedaan tataran ini perlu dipahami agar masyarakat tidak terjebak pada miskomunikasi
yang menimbulkan konflik horizontal. Banyak orang saling bermusuhan karena akibat
kesalahan komunikasi.

Masyarakat Tionghoa sejak zaman dahulu sudah percaya bahwa Tuhan itu ada, Tian, atau
Tuhan Yang Maha Esa, adalah yang menciptakan alam semesta ini serta mengatur, memelihara
dan menjaganya agar selalu dalam kondisi yang baik. Keyakinan adanya Tuhan atau Tian itu
diajarkan oleh Nabi Khongcu yang tertulis dalam Kitab Suci Yi Jing, salah satu Kitab Suci
agama Khonghucu dan sering disebut Kitab Klasik. Kitab Suci ini semula berjumlah enam
disebut Liu Jing, sekarang tinggal lima kitab, disebut Wu Jing. Selain Lima Kitab Klasik atau
Wu jing ajaran Nabi Khongcu juga ditulis dalam kitab Si Shu atau Kitab Yang Empat agar bagi
para pemula yang ingin mempelajari ajaran Khonghucu lebih mudah

Ajaran nabi Khongcu (551- 479 SM) merupakan ajaran agama yang membahas berbagai
masalah kehidupan. Oleh Xun Zi (326- 233 SM), ajaran nabi Khongcu itu dipilahkan menjadi
dua bagian, yaitu ajaran untuk membina diri dan membina rumah tangga disebut Xiao Ru, atau
Khonghucu minor, bagian kedua membahas hal yang berkaitan dengan membangun negara
kuat dan rakyatnya sejahtera, bagian ini disebut Da Ru atau ajaran Khonghucu mayor. Menurut
Xun Zi, orang yang akan mempelajari ajaran Khonghucu mulai dari yang minor dulu, bagi
yang cerdas dan berkemampuan dapat belajar Khonghucu mayor untuk menjadi pemimpin dan
pejabat negara. Di kemudian hari berkembang pemikiran bahwa ajaran Khonghucu minor
itu sebagai ajaran agama, sedangkan ajaran Khonghucu mayor sebagai filsafat. Orang yang
sudah mempelajari ajaran Khonghucu dengan baik tidak perlu memperdebatkan ajaran
Khonghucu itu agama atau filsafat karena keduanya sudah tercakup, semua bergantung pada
kemampuan orangnya untuk mempelajari agama atau filsafat, atau keduanya.
Nabi Khongcu mengajarkan muridnya untuk memahami komunikasi Theologis, tidak berhenti
pada komunikasi ilmiah dan metafisis saja. Nabi Khongcu menyadari bahwa sistem
komunikasi itu perlu didasari pemahaman Theologis agar pemikiran manusia tidak berserakan
seperti sampah. Awan itu adalah kumpulan uap air, pada saatnya akan menjadi hujan
membasahi bumi menyuburkan tanah. Manusia berkomunikasi dengan orang sekitarnya,
dengan pejabat, dengan masyarakat luas dalam tataran komunikasi kultural. Kalau masyarakat
menghadapi masalah mencari pemecahannya lewat ilmu pengetahuan, paras ilmuwan
berkomunikasi dalam tataran komunikasi ilmiah. Namun, para ilmuwan sering menghadapi
jalan buntu dalam mendapatkan jawaban karena ada tataran pemikiran yang lebih tinggi yang
perlu dipahami lebih dahulu. Tataran yang lebih tinggi dari tataran ilmiah yaitu tataran
metafisik. Tataran metafisik juga belum tentu dapat memecahkan masalah, dalam keadaan
seperti ini nabi Khongcu mengajarkan adanya tataran pemikiran yang lebih tinggi disebut
tataran Theologis. Ibarat awan akan jatuh menjadi hujan setelah cukup banyak dan berat,
tataran komunikasi Theologis itu memberi kepastian kepada manusia untuk bertindak atau
berlindung, seperti juga datangnya hujan dan petir.

Kehidupan manusia di bumi ini terwujud karena ada budaya yang mewadahinya. Bentuk
budaya itu perlu dibangun berdasar suatu konsep besar yang mantap, untuk itu perlu dibangun
dulu komunikasi Theologis, artinya konsep besar itu berdasar adanya Tian, Tuhan Yang Maha
Esa, yang menciptakan alam semesta beserta isinya, mengatur, memelihara dan menjaga
keutuhannya. Hal ini tertulis dalam kitab Yi Jing bagian Xi Ci Chuan atau Babaran Agung,
penjelasan kua pertama.

Nabi Khongcu menegaskan bahwa Tian itu menciptakan alam semesta, dan manusia hidup di
dunia itu atas kehendakNya. Dalam hal ini Tuhan itu Pribadi yang punya otoritas terhadap
kehidupan manusia, dan manusia bertanggung jawab kepada Tuhan. Tuhan disebut Tian, atau
Shangdi, kaisar yang berada di Langit. Tian atau Tuhan tidak dapat diperkirakan besar dan
bentuknya, tetapi bisa dipahami sebagai sesuatu Yang Tunggal dan Maha Besar, huruf Tian itu
terdiri dari huruf Yi yang artinya SATU dan Da yang artinya BESAR.

Tian itu mempunyai kekuasaan mutlak atas ciptaannya. Manusia dilahirkan ke dunia ini juga
atas kehendak Tian. Manusia sadar sebagai pribadi, Tian atau Shangdi juga pribadi yang bisa
marah, atau menghasihi, bisa mengatur dan memberi rejeki dan bisa memberikan hukuman.
Dalam Kitab Yi Jing disebut Yuan, Heng, Li, Zhen. Dengan otoritas Tian itu manusia diberi
Ming (takdir, atau perintah), yang berwujud watak sejati manusia atau Xing. Manusia wajib
hidup sesuai dengan watak sejatinya yaitu melaksanakan cinta kasih, menjunjung kebenaran,
hidup susila, dan berpikir cerdas. Watak sejati manusia ini tidak dimiliki makhluk hidup lain,
kalau manusia tidak menjalani hidup sesuai dengan watak sejati manusia derajatnya turun
menjadi makhluk dengan bentuk manusia perilakunya binatang.

Agama Khonghucu adalah bentuk komunikasi Theologis yang menjadi dasar budaya
Tionghoa. Kaisar Tiongkok disebut Tianzi atau Putra Tuhan (Putra Kaisar Langit) tujuannya
supaya tidak didemo atau diturunkan dari tahtanya setiap saat. Kalau kaisar baru memerintah
sebentar sudah diturunkan dari tahta pasti negara tidak bisa membangun apapun. Kaisar
Tiongkok mewakili Tian memerintah dunia, itulah legalitas Theologis yang diberikan kepada
kaisar Tiongkok dan dikukuhkan oleh agama Khonghucu untuk melindungi rakyat. Dengan
cara ini dinasti kekaisaran di Tiongkok bisa bertahan sampai ratusan tahun.

Komunikasi Theologis yang dikembangkan oleh Nabi Khongcu memberi perlindungan kepada
budaya Tionghoa, meliputi bidang kesenian, bidang perdagangan, bidang politik, bidang
hukum. Ritual agama Khonghucu sebagai sarana menjaga legalitas Theologis dari budaya
Tionghoa. Oramng bisa berkata agama Khonghucu bukan agama karena mereka ini bodoh,
atau membodohi dirinya sendiri karena punya kepentingan lain.

Orang yang ingin mengetahui Komunikasi Theologis dari budaya Tionghoa perlu memahami
kosep San Cai, Tian, Tian Ming, Xing, Dao, Dan Jiao (Baca Kitab Zhong Yong). Budaya
Tionghoa bukan budaya skuler atau Materialisme, budaya Tionghoa adalah budaya yang punya
landasan Theologis yang kuat, yang telah dijabarkan oleh nabi Khongcu secara sistematis (baca
Kitab Yi Jing, Shu Jing , Kitab Chun Qiu , Kitab Li Ji dan Kitab Shi Jing).

Daftar Pustaka: http://www.gentanusantara.com/komunikasi-theologis-dalam-budaya-


tionghoa/

Anda mungkin juga menyukai