Anda di halaman 1dari 31

APLIKATIF OREM’S SELF CARE FRAMEWORK THEORY DALAM

KEPERAWATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“ Filsafat dan Teori Keperawatan “
Dosen PMJK : Suhartini Ismail, Ph.D

Disusun Oleh
Kelompok 4

1. Elisabeth Yunita S Mbau : 22020119410020


2. Muliyani Yamlean : 22020119410031
3. Imran Pashar : 22020119410032
4. Aris Nurkohilal : 22020119410043

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus
dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh, dengan demikian
perawat harus mampu berfikir logis, dan kritis dalam menelaah dan
mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak bentuk-bentuk
pengetahuan dan keterampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap
situasi klien, antara lain dengan menggunakan model-model keperawatan
dalam proses keperawatan dan tiap model dapat digunakan dalam praktek
keperawatan sesuai dengan kebutuhan.1
Penerapan teori keperawatan yang diperkenalkan oleh para ahli dibidang
keperawatan perlu terus dikembangkan penerapannya di lapangan atau pada
praktik keperawatan. Banyak teori yang telah diperkenalkan oleh para ahli
keperawatan. Salah satunya adalah model konsep keperawatan yang
dikembangkan oleh Dorothea E. Orem.2
Teori yang diperkenalkannya terdiri dari teori self-care, teori self-care
deficit dan theory of nusing system. Model konsep yang diperkenalkan oleh
Orem tersebut menekankan bahwa setiap individu mempunyai kemampuan
untuk merawat dirinya sendiri dan anggota keluarganya.3 Peran perawat adalah
membantu individu sebagai self-care agen untuk mampu memenuhi kebutuhan
self-care bila individu jatuh pada kondisi sakit atau mengalami keterbatasan
aktivitas yang memerlukan pertolongan, sehingga dibutuhkan peran perawat
dalam memenuhi kebutuhan pasien/klien sehari-hari.3
Bantuan tersebut dapat melibatkan keluarga seperti dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari yaitu personal hygiene, membantu memberikan makan.
Pengarahan dan bimbingan yang diberikan pada pasien dan keluarga tindakan
keperawatan tersebut dapat dilakukan oleh pasien atau keluarga.4 Keadaan ini
dapat terjadi bila perawat menyadari pentingnya kemandirian seorang pasien
agar ikut bertanggung jawab dan terlibat dalam tindakan keperawatan sesuai
dengan kondisinya saat itu. Penerapan teori self care sangat perlu dan harus
diterapkan pada pasien yang mengalami self-care deficit sehingga bila pasien
tersebut sudah berada dalam keluarga, kelompok atau masyarakat akan
mengurangi tingkat ketergantungan pasien dan kwalitas hidup dapat
dipertahankan atau ditingkatkan menjadi keadaan sejahtera atau Well-being.5
Salah satu masalah kesehatan yang sering muncul dan membutuhkan
perawatan yang bergantung pada orang lain yaitu chronic kidney disease
(CKD).6
Kondisi kronis, CKD keseluruhan membutuhkan manajemen perawatan diri
yang berkelanjutan dan permanen yakni perubahan gaya hidup dan perilaku.
Fakta bahwa CKD adalah penyakit menuntut lebih banyak tindakan disiplin,
perawatan diri, untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.7 Perawatan
diri telah menjadi alternatif untuk merangsang individu dengan diagnosis
penyakit kronis untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan sehingga dapat
meningkatkan tanggung jawab mereka dalam memberikan perawatan.2
Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang dialami oleh
klien dengan CKD menurut Orem disebut dengan self care deficit. Peran
perawat dalam hal ini yaitu mengkaji sejauh mana klien mampu untuk merawat
dirinya sendiri dan mengklasifikasinnya sesuai dengan kemampuan klien.7
Hasil penelitian menyatakan bahwa Pasien CKD yang memulai perawatan
hemodialitik mengalami perubahan rutin. Semua keterbatasan mengakibatkan
masalah, seperti kecemasan sebelum dan selama perawatan, kehilangan
otonomi yang signifikan, kesulitan dalam menangani penyakit, kurangnya
dukungan keluarga yang dapat membahayakan kesehatan psikologis dan fisik.
Dengan demikian, untuk merangsang tindakan perawatan diri pada pasien
CKD berpihak pada otonomi dan kualitas pemeliharaan hidup selama semua
perawatan hemodialitik.8 Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk
menjelaskan bentuk aplikatif/penerapan teori Orem pada pasien chronic kidney
disease (CKD).
B. Perumusan masalah
Bagaimana bentu aplikatif/penerapan teori self care Orem dalam
keperawatan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk menjelaskan
bentuk aplikatif/penerapan teori self care Orem dalam keperawatan
D. Manfaat
1. Perawat
Diharapkan perawat dapat menerapkan teori self care Orem didalam
praktik keperawatan agar memberikan asuhan keperawatan yang
komperehensif
2. Peneliti
Diharapkan teori self care Orem dapat menjadi landasan teori
keperawatan yang digunakan untuk meneliti perkembangan dunia
keperawatan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Filosofi teori Dorothea Elisabeth Orem


Dorothea Elizabeth Orem merupakan salah satu ahli teori keperawatan
terkemuka di Amerika, lahir di Baltimore, Mariland, pada tahun 1914. Dia
memulai karir keperawatan di Providence Hospital School of Nursing di
Washington DC. Di sekolah tersebut dia menerima diploma keperawatan di
awal 1930-an. Orem menerima gelar sarjana (BS) dalam Pendidikan
Keperawatan dari Chatolic University of America (CUA) pada tahun 1939, dan
dia menerima gelar master (MS) dalam Pendidikan Keperawatan dari
universitas yang sama pada tahun 1946.9
Orem mulai mengembangkan kerangka kerja Self Care pada tahun 1950-an
ketika sebagian besar program pendidikan keperawatan didasarkan pada model
konsepual yang lebih mewakili disiplin ilmu lain seperti kedokteran, psikologi,
dan sosiologi dari pada keperawatan. Orem menjadi pelopor dalam
pengembangan pengetahuan keperawatan yang khas. Motivasi awal untuk
pengembangan kerangka kerja self care merupakan kebutuhan untuk
mengembangkan kurikulum program kereparawatan yang praktis. Orem
mengemukakan bahwa untuk melakukan hal tersebut memerlukan indetifikasi
domain dan batasan keperawatan sebagai sains dan seni.1
Pengembangan kerangka kerja self care selanjutnya di motivasi oleh
ketidakpuasan dan keprihatinan karna tidak adanya kerangka kerja
pengorganisasian untuk ilmu keperawatan dan keyakinan bahwa konsep
keperawatan akan membantu dalam memformalkan kerangka kerja. Secara
khusus kerangka kerja self care dirumuskan sebagai solusi untuk masalah
kurangnya spesifikasi, dan kesepakan tentang unsur-unsur umum keperawatan
yang memberikan arahan antara lain untuk masalah isolasi yang secara khusus
merupakan masalah keperawatan, organisasi pengetahuan yang diperoleh
berdasarkan bidang penelitian sesuai dengan masalah. 1
Gagasan yang membantu pembentukan kerangka kerja self care dirumuskan
berdasarkan pengalaman yang dialami Orem pada periode paparan intensif
perawat sejak tahun 1949 hingga 1957, selama masa jabatannya sebagai
konsultan keperawatan in the Division of Hospital and Institutional Services of
the Indiana State Board of Health. Perhatian dan wawasan Oream tentang
domain dan batasan keperawatan berkembang dari fokus global pada
preventive health care menjadi pencarian formal untuk mengetahui
keperawatan dengan cara lebih luas dan mendalam untuk mengidentifikasi
fokus keperawatan yang tepat.9
b. Definisi Keperawatan
Dorothea orem mengembangkan definisi keperawatan yang
menekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri. Orem
menggambarkan filosofi tentang kaperawatan dengan cara seperti berikut :
Keperawatan memiliki perhatian tertentu pada kebutuhan manusia terhadap
tindakan perawatan dirinya sendiri dan kondisi serta penatalaksanaannya
secara terus menerus dalam upaya mempertahankan kehidupan dan kesehatan,
penyembuhan dari penyakit, atau cidera, dan mengatasi hendaya yang
ditimbulkannya.10
Perawatan diri sendiri dibutuhkan oleh setiap manusia, baik laki-laki
perempuan dan anak-anak. Ketika perawatan diri tidak dapat dipertahankan
akan terjadi kesakitan atau kematian. Keperawatan berupaya mengatur dan
mempertahankan kebutuhan keperawatan diri secara terus menerus bagi
mereka yang secara total tidak mampu melakukannya. Dalam situasi lain,
perawat membantu klien untuk mempertahankan perawatan diri dengan
melakukannya sebagian, tetapi tidak seluruh prosedur, melainkan pengawasan
pada orang yang membantu klien dengan memberikan instuksi dan
pengarahamn secara individual sehingga secara bertahap klien mampu
melakukannya sendiri.3
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan
mengenai pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam konsep
kebutuhan dasar yang terdiri dari :10
1. Air (udara): pemelihraan dalam pengambian udara.
2. Water (air): pemeliaraan pengambilan air
3. Food (makanan): pemeliharaan dalam mengkonsumsi makanan
4. Elimination (eliminasi): pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi
5. Rest and Activity (Istirahat dan kegiatan) keseimbangan antara istirahat dan
aktivitas.
6. Solitude and Social Interaction (kesendirian dan interaksi sosial) :
pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial
7. Hazard Prevention (pencegahan risiko): kebutuhan akan pencegahan risiko
pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat .
8. Promotion of Normality
c. Paradigma keperawatan
1. Keyakinan Orem’s tentang empat konsep utama keperawatan, antara lain :2
a. Klien
Individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus
mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari
sakit/trauma atau coping dan efeknya.
b. Sehat
Kemampuan individu atau kelompok memenuhi tuntutan self care yang
berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas struktural
fungsi dan perkembangan.
c. Lingkungan
Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan self
care dan perawat termasuk di dalamnya tetapi tidak spesifik.
d. Keperawatan
Pelayanan yang dengan seng aja dipilih atau kegiatan yang dilakukan
untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam
mempertahankan self care yang mencakup integrias struktural, fungsi
dan perkembangan.
2. Tiga kategori self care
Model Orem’s, meyebutkan ada beberapa kebutuhan self care atau
yang disebutkan sebagai keperluan self care (sefl care requisite), yaitu:9,11
a. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal)
Kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus
kehidupannya seperti kebutuhan fisiologis dan psikososial termasuk
kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas, istirahat, sosial, dan
pencegahan bahaya. Hal tersebut dibutuhkan manusia untuk
perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan, dan
lainnya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.
b. Development self care requisites kebutuhan yang berhubungan dengan
pertumbuhan manusia dan proses perkembangannya, kondisi, peristiwa
yang terjadi selama variasi tahap dalam siklus kehidupan (misal, bayi
prematur dan kehamilan) dan kejadian yang dapat berpengaruh buruk
terhadap perkembangan. Hal ini berguna untuk meningkatkan proses
perkembangan sepanjang siklus hidup.
c. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri
penyimpangan kesehatan): kebutuhan yang berhubungan dengan genetik
atau keturunan,kerusakan struktur manusia, kerusakan atau
penyimpanngan cara, struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran
dengan pengaruhnya, diagnosa medis dan penatalaksanaan terukur
beserta pengaruhnya, dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan
seseorang untuk melakukan self care.
d. Tujuan
Tujuan keperawatan pada model Orem’s secara umum adalah :10
1. Menurunkan tuntutan self care kepada tingkat dimana klien dapat
memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
2. Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi
tuntutan self care.
3. Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk
memberikan asuhan depenent (dependent care) jika self care tidak
memungkinkan, oleh karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
4. Jika ketiganya diatas tidak ada yang tercapai, perawat secara langsung dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien.
e. Konsep Utama
1. Universal Self-Care Requisites
Tujuan universally required adalah untuk mencapai perawatan diri
atau kebebasan merawat diri dimana harus memiliki kemampuan untuk
mengenal, memvalidasi dan proses dalam memvalidasi mengenai anatomi
dan fisiologi manusia yang berintegrasi dalam lingkaran kehidupan.
Dibawah ini terdapat 8 teori self care secara umum yaitu :10
a. Pemeliharaan kecukupan pemasukan udara
b. Pemeliharaan kecukupan pemasukan makanan
c. Pemeliharaan kecukupan pemasukan cairan
d. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi
e. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
f. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi social
g. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan
manusia.
h. Peningkatan promosi fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam
kelompok social sesuai dengan potensinya
2. Developmental self-care requisites
Berhubungan dengan tingkat perkembangn individu dan lingkungan
dimana tempat mereka tinggal yang berkaitan dengan perubahan hidup
seseorang atau tingkat siklus kehidupan. Tiga hal yang berhubungan dengan
tingkat perkembangan perawatan diri adalah:10
a. Situasi yang mendukung perkembangan perawatan diri
b. Terlibat dalam pengembangan diri
c. Mencegah atau mengatasi dampak dari situasi individu dan situasi
kehidupan yang mungkin mempengaruhi perkembangan manusia.
3. Health deviation self-care requisites
Istilah perawatan diri ditujukan kepada orang-orang yang sakit atau
trauma, yang mengalami gangguan patologi, termasuk ketidakmampuan
dan penyandang cacat juga yang berada sedang dirawat dan menjalani
terapi. Adanya gangguan kesehatan terjadi sepanjang waktu sehingga
mempengaruhi pengalaman mereka dalam menghadapi kondisi sakit
sepanjang hidupnya. Penyakit atau trauma tidak hanya pada struktur tubuh,
fisiologi dan psikologi tetapi juga konsep diri seutuhnya. Ketika konsep diri
manusia mengalami gangguan (termasuk retardasi mental atau autisme),
perkembangan individu akan memberikan dampak baik permanen maupun
sementara. Dinegara-negara yang warganya banyak mengalami gangguan
kesehatan, self-care (perawatan diri) digunakan sebagai alat dalam
pengobatan dan terapi kesehatan.1,2
Perawatan diri (self-care) adalah komponen system tindakan
perawatan diri individu yang merupakan langkah-langkah dalam perawatan
ketika terjadi gangguan kesehatan. Kompleksitas dari self-care atau system
dependent-care (ketergantungan perawatan) adalah meningkatnya jumlah
penyakit yang terjadi dalam waktu-waktu tertentu.12
4. Therapeutic self-care demand
Terapi pemenuhan kebutuhan dasar berisi mengenai suatu program
perawatan dengan tujuan pemenuhan kebutuhan dasar pasien sesuai dengan
tanda dan gejala yang ditampilkan oleh pasien. Beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh perawat ketika memberikan pemenuhan kebutuhan dasar
pada pasien diantaranya :
a. Mengatur dan mengontrol jenis atau macam kebutuhan dasar yang
dibutuhkan oleh pasien dan cara pemberian ke pasien
b. Meningkatkan kegiatan yang bersifat menunjang pemenuhan kebutuhan
dasar seperti promosi dan pencegahan yang bisa menunjang dan
mendukung pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien sesuai
dengan taraf kemandiriannya.
5. Self Care Agency
Pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara holistik hanya dapat
dilakukan pada perawat yang memiliki kemampuan komprehensif,
memahami konsep dasar manusia dan perkembangan manusia baik secara
holistik.10
6. Agent
Pihak atau prerawat yang bisa memberikan pemenuhan kebutuhan
dasar pada pasien adalah perawat dengan keahlian dan ketrampilan yang
berkompeten dan memiliki kewenangan untuk memberikan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien secara holistik.
7. Dependent Care Agent
Dependent care agency merupakan perawat profesional yang
memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat dalam upaya perawatan
pemenuhan kebutuhan dasar pasien termasuk pasien dalam derajat
kesehatan yang masih baik atau masih mampu atau sebagain memenuhi
kebutuhan dasar pada pasien. Pemberian kebutuhan dasar tetap menekankan
pada kemandirian pasien sesuai dengan tingkat kemampuannya. Perawatan
yang diberikan bisa bersifat promoting, prevensi dan lain-lain
8. Self Care Deficit
Perawat membantu pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya, utamanya pada pasien yang dalam perawatan total care.
Perawatan yang dilakukan biasanya kuratif dan rehabilitatif. Pemenuhan
kebutuhan pasien hampir semunay tergantung pada pelayanan keperawatan
yang dilakukan oleh tim tenaga kesehatan utamanya perawat.12
9. Nursing Agency
Perawat harus mampu meningkatkan dan mengembangkan
kemampuanya secara terus menerus untuk bisa memberikan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien secara holistik sehingga mereka mampu
membuktikan dirinya bahwa mereka adalah perawat yang berkompeten
untuk bisa memberika pelayanan profesional untuk memenuhi kebutuhan
dasar pasie. Beberapa ktrempilan selain psikomotor yang juga harus
dikuasai perawat adala komunikasi terapetik, ketrampilan intrapersonal,
pemberdayaan sumberdaya di sekitar lingkungan perawat dan pasien untuk
bisa memberikan pelayanan yang profesional.
10. Nursing Design
Penampilan perawat yang dibutuhkan untuk bisa memberikan
asuhan keperawatan yang bisa memenuhi kebutuhan dasar pasien secara
holistik adalah perawata yang profesioanl, mampu berfikir kritis, memiliki
dan menjalankan standar kerja dll.
11. Sistem Keperawatan
Merupakan serangkaian tindakan praktik keperawatan yang
dilakukan pada satu waktu untuk kordinasi dalam melakukan tindakan
keperawatan pada klien untuk mengetahui dan memenuhi komponen
kebutuhan perawatan diri klien yang therapeutic dan untuk melindungi
serta mengetahui perkembangan perawatan diri klien.10
f. Asumsi Dasar
Orem (2001) mengidentifikasi beberapa hal mendasar dari teori
keperawatan terkait kebutuhan dasar manusia :10
1. Manusia memerlukan masukan- masukan berkelanjutan secara sengaja
bagi diri mereka d an lingkungannya agar bisa hidup dan berfungsi alami
2. Human agent memiliki kekuatan untuk dilatih dalam membentuk
perawatan bagi dirinya dan juga yang lain dalam upaya mengenali
kebutuhan dan bagaimana membuat masukan yang dibutuhkan.
3. Pengalaman manusia terkait dengan tindakan keperawatan bagi diri sendiri
dan orang lain melibatkan pengaturan fungsi masukan- masukan.
4. Human agent dilatih untuk menemukan, mengembangkan, dan
meneruskan keberbagai jalan untuk mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan dan membuat masukan untuk dirinya dan orang lain.
5. Berbagai kelompok berhubungan dan bertanggungjawab menjaga anggota
kelompok yang kurang pengalaman untuk dapat memberikan masukan.
g. Pernyataan-Pernyataan Teoritis
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan
kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri
serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan,
Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self Care, di antaranya :1,9,10
1. Theory of nursing system
Menggambarkan kebutuhan pasien yang akan dipenuhi oleh
perawat, oleh pasien itu sendiri atau kedua–duanya. Sistem keperawatan
didesain berupa sistem tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk melatih/
meningkatkan self agency seseorang yang mengalami keterbatasan dalam
pemenuhan self care. Terdapat tiga tingkatan/kategori sistem keperawatan
yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan self care pasien sebagai berikut:
a. Wholly Compensatory system (Sistem Bantuan Penuh)
Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan
bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidamampuan pasien
dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan
bantuan dalam pergerakan, pngontrolan, dan ambulansi serta adanya
manipulasi gerakan. Contoh: pemberian bantuan pada pasien koma.
b. Partially Compensatory System (system bantuan sebagian)
Merupakan system dalam pemberian perawatan diri sendiri
secara sebagian. tindakan pemenuhan kebutuhan sebagian dilakukan
oleh perawat dan sebagian lagi oleh pasien sendiri. Perawat
menyediakan kebutuhan self care akibat keterbatasan pasien, membantu
pasien sesuai indikasi yang dibutuhkan. Biasanya dilakukan pada pasien
– pasien dengan keterbatasan gerak, dan lain-lain
c. Supportif-Educative System
Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang
membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu
memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agara
pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan
pembelajaran. Contoh: pemberian sistem ini dapat dilakukan pada
pasien yang memelukan informasi pada pengaturan kelahiran.
Figure 2. Self care deficit theory of nursing
Sumber:10
2. Teori Self Care Deficit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara
umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat
perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak
mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus.
Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau
kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan
kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care,
baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri
sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki
metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk
orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi support,
meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi
serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.
3. Teori Self Care
Merupakan hubungan antara therapeutic self care demands dengan
kekuatan self care agency yang tidak adekuat. Kemampuan Self Care
Agency lebih kecil dibandingkan dengan therapeutic self care demands
sehingga self care tidak terpenuhi. Kondisi ini menentukan adanya
kebutuhan perawat (nursing agency) melalui sistem keperawatan.
a. Nursing Agency (Agen keperawatan)
Nursing agency adalah karakteristik orang yang mampu
memenuhi status perawat dalam kelompok – kelompok sosial.
Tersedianya perawatan bagi individu laki – laki, wanita, dan anak atau
kumpulan manusia seperti keluarga – keluarga, memerlukan agar
perawat memiliki kemampuan khusus yang memungkinkan mereka
memberikan perawatan yang akan menggantikan kerugian atau bantuan
dalam mengatasi turunan kesehatan atau hubungan antar perawatan
mandiri – kesehatan atau perawatan dependen deficit bagi orang lain.
Kemampuan khusus yang merupakan agen keperawatan.
b. Self care agency (Agen perawatan diri)
Self care agency adalah kekeuatan individu yang berhubungan
dengan perkiraan dan esensial operasi – operasi produksi untuk
perawatan mandiri.
c. Therapeutik self care demand (Permintaan perawatan diri)
Self care demand adalah totalitas upaya –upaya perawatan diri
sendiri yang ditampilkan untuk beberapa waktu agar menemukan
syarat–syarat perawatan mandiri dengan cara menggunakan metode–
metode yang valid dan berhubungan dengan perangkat–perangkat
operasi atau penanganan.
d. Self–care (perawatan diri)
Self–care adalah suatu kontribusi berkelanjutan orang dewasa
bagi eksistensinya, kesehatannya dan kesejahteraannya. Perawatan diri
adalah aktivitas dimana individu – individunya memulai dan
menampilkan kepentingan mereka dalam mempertahankan individu,
kesehatan dan kesejahteraan.
e. Self–care deficit
Self care deficit adalah hubungan antara self – care agency
dengan self care demand yang didalamnya self care agency tidak cukup
mampu menggunakan self care demand.
Adapun kerangka konseptual dari teori ini secara umum dapat
digambarkan sebagai berikut:

Figure 1. Framework of Orem’ Theory

Sumber:10
h. Faktor Prediktor Self Care Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Karakteristik individu yang dikategorikan sebagai faktor prediktor self care
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis, yaitu:
1. Usia
Usia merupakan factor prediktor penting pada self care.
Bertambahnaya usia sering dihubungkan dengan berbagai keterbatasan
maupun kerusakan fungsi sensori. Kondisi seperti ini ditemukan dalam
penelitian yang dilakukan yaitu terjadi penurunan kemampuan belajar dan
mendemonstrasikan aktivitas self care pada pasien yang mengalami
gangguan kronik sebagai akibat penurunan fungsi sensori. Selain itu
bertambahnya usia berpengaruh terhadap perkembangan disfungsi organ
sebagai akibat upaya tubuh untuk mempertahankan homeostasis.13
Seiring bertambahnya usia maka hal itu akan berpengaruh secara
langsung terhadap perubahan struktur jantung, dimana terjadi peningkatan
penebalan dinding ventrikel kiri yang disebabkan karena hipertensi atau
karena penyebab lain yaitu peningkatan afterload. Umur berkaitan erat
dengan tingkat kedewasaan atau maturitas, yang berarti bahwa semakin
meningkat umur seseorang, akan semakin meningkat pula kedewasaannya
atau kematangannya baik secara teknis, psikologis maupun spiritual, serta
akan semakin mampu melaksanakan tugasnya. Umur yang semakin
meningkat akan meningkatkan pula kemampuan seseorang dalam
mengambil keputusan, berfikir rasional, mengendalikan emosi, toleran dan
semakin terbuka terhadap pandangan orang lain termasuk pula
keputusannya untuk mengikuti program-program terapi yang berdampak
pada kesehatannya.14

2. Perbedaan jenis kelamin

Beberapa studi yang memperlihatkan adanya perbedaan yang


berkaitan dengan gender dalam hal cara berfungsinya intelek cenderung
terlalu melebih-lebihkan hasil temuan mereka. Hasil dari studi yang tidak
memperlihatkan perbedaan gender biasanya tidak diterbitkan atau hasil
temuannya kurang diperhatikan. Sejauh mana hasil pembelajaran itu
dipengaruhi oleh perbedaan gender hingga kini masih terus
dipertanyakan dan dikaji.13

Laki-laki dan perempuan sudah pasti berbeda. Berbeda dalam


cara berespon, bertindak, dan bekerja di dalam situasi yang
mempengaruhi setiap segi kehidupan. Misalnya dalam hubungan antar
manusia, intuisi perempuan cenderung ditampakkan dengan nada suara
dan air muka yang lembut, sedangkan laki-laki cenderung tidak peka
terhadap tanda- tanda komunikasi tersebut. Perempuan cenderung
mengalami kesulitan dalam hal navigasi seperti untuk menemukan jalan,
sedangkan laki-laki lebih kuat pengenalan arahnya. Sementara itu, dalam
bidang kognitif, perempuan lebih unggul di bidang bahasa dan
verbalisasi, sedangkan laki-laki menunjukkan kelebihannya dalam
kemampuan mengenali ruang dan perhitungan.13

Laki-laki dan perempuan memperlihatkan budaya sosial yang


berbeda satu sama lain. Mereka menggunakan simbol, sistem
kepercayaan, dan cara-cara yang berbeda untuk mengekspresikan
dirinya. Perempuan cenderung mampu untuk menjadi pendengar yang
baik dan dapat langsung menangkap fokus permasalahan dalam diskusi
dan tidak terfokus pada diri sendiri. Mereka cenderung lebih banyak
menjawab, dan lebih peka terhadap orang lain. Sementara laki-laki disisi
lain lebih pandai memimpin diskusi. Sikap inipun baik untuk digunakan
dalam mengambil keputusan terhadap dirinya termasuk permasalah
kesehatan untuk dirinya.13
3. Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan pengalaman yang berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan kualitas pribadi seseorang. Semakin
tinggi tingkat pendidikan akan semakin besar kemampuannya untuk
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya. Beberapa bukti
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pasien berperan dalam kepatuhan,
tetapi memahami instruksi pengobatan dan pentingnya perawatan.13

4. Lamanya HD

Periode sakit dapat mempengaruhi kepatuhan. Beberapa penyakit


yang tergolong penyakit kronik, banyak mengalami masalah kepatuhan.
Pengaruh sakit yang lama, belum lagi perubahan pola hidup yang kompleks
serta komplikasi-komplikasi yang sering muncul sebagai dampak sakit yang
lama mempengaruhi bukan hanya pada fisik pasien, namun lebih jauh
emosional, psikologis dan sosial pasien. Hasil riset pada pasien hemodialisis
memperlihatkan perbedaan kepatuhan pada pasien yang sakit kurang dari 1
tahun dengan yang lebih dari 1 tahun. Semakin lama sakit yang diderita,
maka resiko terjadi penurunan tingkat kepatuhan semakin tinggi.13
5. Kebiasaan merokok
Merokok merupakan masalah kesehatan yang utama di banyak
negara berkembang (termasuk Indonesia). Rokok mengandung lebih dari
4000 jenis bahan kimia yang di antaranya bersifat karsinogenik atau
mempengaruhi sistem vaskular. Penelitian menunjukkan bahwa merokok
merupakan faktor prediktor kuat untuk ketidakpatuhan.13

6. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting


untuk terbentuknya tindakan seseorang sebab dari hasil dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Manusia
mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan
kelangsungan hidupnya. Penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan
pengetahuan tidak berarti meningkatkan kepatuhan pasien terhadap
pengobatan yang diresepkan, yang paling penting, seseorang harus memiliki
sumber daya dan motivasi untuk mematuhi protokol pengobatan.14
7. Motivasi
Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau
tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif
tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk
bertingkah- laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.
Motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal
atau keadaan menjadi motif.15
8. Akses Pelayanan Kesehatan
Faktor akses pelayanan kesehatan meliputi : fasilitas unit
hemodialisis, kemudahan mencapai pelayanan kesehatan (termasuk
didalamnya biaya, jarak, ketersediaan transportasi, waktu pelayanan dan
keterampilan petugas.15
9. Persepsi pasien terhadap pelayanan keperawatan
Perawat merupakan salah satu petugas kesehatan yang berinteraksi
paling lama dengan pasien hemodialisis, mulai dari persiapan, pre
hemodialisis, intra hemodialisis sampai post dialisis. Riset membuktikan
bahwa keberadaan tenaga-tenaga perawat yang terlatih dan professional dan
kualitas interaksi perawat dengan pasien memiliki hubungan yang
bermakna dengan tingkat kepatuhan pasien hemodialisis. Perawat harus
bisa memberikan kesan yang mendalam pada interaksi dengan pasien,
peduli dengan masalah-masalah pasien pada saat pasien di rumah.15
10. Dukungan keluarga
Keluarga merupakan faktor eksternal yang memiliki hubungan paling
kuat dengan pasien. Keberadaan keluarga mampu memberikan motivasi
yang sangat bermakna pada pasien disaat pasien memiliki berbagai
permasalahan perubahan pola kehidupan yang demikian rumit,
menjenuhkan dengan segala macam program kesehatan.16
11. Penghasilan
Penghasilan sering dikaitkan dengan status sosial ekonomi
seseorang. Bagi banyak pasien dewasa yang hidup dalam kondisi sosial
ekonomi rendah serta tidak memiliki pendapatan tambahan selain gaji, akan
mengalami kesulitan dalam beberapa aspek self care. Misalnya
berhubungan dengan kepatuhan terhadap diet rendah garam, dan mengikuti
program terapi sesuai anjuran. Self care yang kurang akan menyebabkan
pasien menjalani hospitalisasi dan ini akan berefek terhadap pembiayaan
selama pasien diraat di rumah sakit.13,14
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus
Seorang laki-laki berumur 37 tahun memiliki kebiasaan mengkomsumsi
minuma keras, merokok, minum jamu. Laki-laki tersebut terdiagnosa penyakit
chronic kidney disease (CKD) dan harus menjalani perawatan hemodialisa
(HD) 2 kali seminggu. Akibat penyakit tersebut sehingga segala kebutuhan
sehari-harinya harus dibantu oleh orang lain.
B. Asumsi teori Orem
Teori Orem di asumsikan dari lima asumsi yang mendasar sebagai teori
umum ilmu keperawatan yaitu:10
1. Manusia memerlukan masukan- masukan berkelanjutan secara sengaja
bagi diri mereka d an lingkungannya agar bisa hidup dan berfungsi alami
Kebutuhan dasar masusia berisifat berkelanjutan, dimaan
pemenuhan kebutuhan pasien dipengaruhi dari 2 faktor yakni faktor dari
dalam diri pasien ataupun dari lingkungan.10 Sesuai kasus diatas
menjelaskan bahwa pasien tidak memikirkan dampak jika mengkumsumsi
minuman keras, jamu dapat merusak fungsi ginjal
2. Human agent memiliki kekuatan untuk dilatih dalam membentuk
perawatan bagi dirinya dan juga yang lain dalam upaya mengenali
kebutuhan dan bagaimana membuat masukan yang dibutuhkan.
Perawat dengan keahlian dan keterampilan yang berkompeten dan
memiliki kewenangan untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dasar
pada pasien secara holistik. Sesuai kasus diatas bahwa kebutuhan sehari-
hari pasien dipenuhi atau dibantu oleh orang lain dalam hal ini keluarga
maupun perawat. Keluarga maupun perawat menjadi agen untuk pasien
selama perawatan.5
3. Pengalaman manusia terkait dengan tindakan keperawatan bagi diri sendiri
dan orang lain melibatkan pengaturan fungsi masukan- masukan.
Orem memandang jika individu sebagai kesatuan utuh yang terdiri
dari beberapa aspek fisik, psikologis dan sosial dengan derajat kemampuan
untuk melakukan perawatan diri pada dirinya.1 Pada kasus diatas klien
tidak merawat dirinya secara baik dimana memiliki tingkah laku minum
minuman keras, minum jamu dengan tanpa memikirkan efek samping dari
hal tersebut.
4. Human agent dilatih untuk menemukan, mengembangkan, dan
meneruskan keberbagai jalan untuk mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan dan membuat masukan untuk dirinya dan orang lain.
Perawat membantu klien untuk mencapai kemampuan perawatan
diri dengan pemenuhan udara, air, makanan, kebersihan, aktifitas dan
istirahat, menyendiri dan interaksi sosial, pencegahan dari bahaya, dan
pengenalan fungsi makhluk hidup. Delapan syarat ini menampilkan
macam- mcam perbuatan manusia yang akan membawa pada kondisi
internal dan eksternal yang dapat mempertahankan fungsi dan struktur
manusia. Ketika hal ini secara efektif tersedia, perawatan diri atau
perawatan bergantung yang terorganisir seputar syarat perawatan mandiri
membantu perkembangan positif bagi kesehatan dan kesejahteraan.10
5. Berbagai kelompok berhubungan dan bertanggungjawab menjaga anggota
kelompok yang kurang pengalaman untuk dapat memberikan masukan.
Dalam upaya membantu pasien untuk tetap dapat berhubungan dan
berinteraksi sosial dengan lingkungannya dapat dilakukan dengan cara
mengajak atau mengikutsertakan pasien dalam kegiatan keluarga atau
kegiatan terdapat di lingkungannya berupa sosial support dan dukungan
mental.17 Pada kasus diatas pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-
hari dengan sendiri sehingga membutuhkan bantuan dari keluarga untuk
membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien.
C. Ruang lingkup filsafat
1. Axiologi
Fokus keperawatan adalah pada pengidentifikasian kebutuhan
perawatan diri, perancancangan metode adan tindakan untuk memenuhi
kebutuhan, dan “totalitas kebutuhan untuk tindakan perawatan diri”.
Pemberi perawatan diri, apakah diri sendiri maupun orang lain, disebut
“agen perawatan diri”. Hal ini merupakan suatu kesatuan yang
digambarkan dalam perkembangan dan dapat dioperasionalkan, yang
dipengaruhi oleh beberapa variabel dan latar belakang genetik, kultural,
dan pengalaman, dan dalam istilah keadekuatan. Hal yang paling terakhir
dapat dievaluasi dengan mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan
18
perawatan diri Pada kasus diatas perlu dilakukan pengkajian tingkat
kebutuhan berdasarkan kemampuan pasien dengan CKD, hal ini penting
untuk menentukan tindakan apa yang dapat dilakukan pasien secara
mandiri dan tindakan yang membutuhkan bantuan orang lain.
2. Epistemologi
Epistemologi studi tentang ilmu pengetahuan. Secara lebih rinci
dapat dilihat dari aspek-aspek sifat, proses dan fungsi pengetahuan
keperawatan ilmiah yang telah diperoleh dan tersusun secara rasional, logis
dan sistematis. Ketiga aspek diatas bersifat saling berhubungan, namun
sebaliknya bahwa proses (pengetahuan keilmuan) ditentukan oleh sifat
(pengetahuan keilmuan) dan bahwa fungsi (pengetahuan keilmuan) turut
menentukan bagaimana proses perolehan dan penyusunan pengetahuan
keilmuan dilakukan.18
Orem mulai mengembangkan kerangka kerja Self Care pada tahun
1950-an ketika sebagian besar program pendidikan keperawatan
didasarkan pada model konsepual yang lebih mewakili disiplin ilmu lain
seperti kedokteran, psikologi, dan sosiologi dari pada keperawatan. Dengan
demikian Orem menjadi pelopor dalam pengembangan pengetahuan
keperawatan yang khas. Secara khusus kerangka kerja self care
dirumuskan sebagai solusi untuk masalah kurangnya spesifikasi, dan
kesepakatan tentang unsur-unsur umum keperawatan yang memberikan
arahan antara lain untuk masalah isolasi yang secara khusus yang
merupakan masalah keperawatan. Perjalanan penyakit CKD terjadi dalam
beberapa tahapan yaitu :
a. penurunan fungsi ginjal (ditandai dengan nilai GFR < 50%),
b. insufiensi ginjal menandakan bahwa ginjal sudah tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya secara normal
c. gagal ginjal dikarakteristikan dengan azotemia, asodosis, GFR< 20%,
d. ESRD (Endstage renal disease) merupakan tahap akhir dari gangguan
fungsi ginjai dimana GFR hanpir tidak ada lagi, kemampuan
reabsorbsi dan eksresi juga terganggu.
3. Ontologi
Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang
realitas. Realitas adalah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu
kebenaran. Dua aspek penting dari ontology keilmuan keperawatan yaitu
prinsip penafsiran tentang realitas dan batas-batas telaah. Keilmuan
keperawatan antara lain mencakup beberapa pernyataan seperti “realitas
adalah gejala fisik yang berwujud sebagai fakta data”. Dalam menafsirkan
relatitas, keilmuan keperawatan mempunyai beberapa anggapan dasar
(asumsi, premis) yakni uniformitas, relatif tetap dan memiliki pola kejadian
yang baku.18 CKD adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan ginjal
atau laju filstrasi glomerulus kurang dari 60 ml/i dalam waktu 3 bulan atau
lebih. Penurunan fungsi ginjal terjadi secara berangsur-ansur dan
irreversible yang akan berkembang terus menjadi gagal ginjal terminal.
Pasien CKD harus mendapatkan mentoring terhadap adanya diabetes
melitus, hipertensi, penyakit kardivaskuler dan penyakit kronis lainnya.
CKD dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi diabetes melitus dan
hipertensi merupakan dua penyebab utama yang paling sering mendasari
terjadinya CKD. Penyebab lain dari gangguna fungsi ginjal progresif
adalah reduksi massa ginjal dan obstruksi ginjal.
4. Artistik
Seni keperawatan memberikan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri. Pada akhirnya diharapkan
muncul kesadaran pada diri sendiri untuk melakukan perawatan diri secara
mandiri atau dengan memanfaatkan dukungan yang ada misalnya keluarga
dan agent perawatan lainnya.18
5. Empirical
Teori Orem telah digunakan untuk penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Teori orem secara jelas didefinisikan dan diukur walaupun
instrumentnya belum dikembangkan untuk semua komponen penjelas
dimana ditemukan pada pengalaman yang berasal dari manusia. Hasil bukti
empiris tergantung pada definisi operasional yang dibangun oleh para
peniliti. Ketepatan empiris tergantung pada definisi operasional yang
disusun. Teori ini dianggap penting dalam rangka mengembangkan
instrument pengukur kebutuhan akan perawatan diri. Metode yang paling
sesuai dalam menyelidiki teori ini dan begitu pula bagi teori-teori lain
adalah melalui evolusi. Terdapat laporan metedologi hermeneutic,
etnograpic, fenomenologikal, dan tranditional. Teori ini dianggap penting
dalam Kuantitatif yang dipakai untuk menguji komponen self care deficit
nursing theory (SCDNT) atau menguji fenomena klinik dengan memakai
komponen. Keunikan teori orem ada pada scopenya, kompleksitas, dan
manfaat klinisnya, berguna untuk membangun hipotesa dan menambahkan
batang tubuh pengetahuan yaitu keperawatan.10
D. Evaluasi kerja Teori Orem
1. Nursing in research
Variabel-variabel yang membentuk pengetahuan dari perspektif
kerangka kerja self care adalah pada kategori faktor kondisi dasar, praktik
perawatan diri, syarat perawatan diri, keadaan kesehatan, hasil kesehatan
yang diinginkan, terapeutic self care demand, defisit perawatan diri,
persayaratan keperawatan, fokus kesehatan, situasi keperawatan, sistem
keperawatan, teknologi keperawatan, cara untuk membantu dan hasil dari
keperawatan. Metode penelitian yang paling konsisten dengan kerangka
kerja self care adalah deskriptif, deskriptif korelasi, case study, dan quasi
eksperimental. Selain itu etnografi, grounded theory dan metode
fenomenologis yang terkait dengan paradigma penelitian juga konsisten
dengan teori Orem.10 Pada kasus diatas termaksud dalam case study dimana
ditemukan seorang laki-laki berumur 37 tahun memiliki kebiasaan
mengkomsumsi minuma keras, merokok, minum jamu. Laki-laki tersebut
terdiagnosa penyakit chronic kidney disease (CKD) dan harus menjalani
perawatan HD 2 kali seminggu. Akibat penyakit tersebut sehingga segala
kebutuhann sehari-harinya harus dibantu oleh orang lain.
2. Nursing in education
Kurikulum berbasis self care mempersiapkan praktisi keperawatan
sejak awal dan tingkat lanjut pada praktik keperawatan profesional.
Seorang praktisi keperawatan adalah orang yang dididik secara profesional
dan memenuhi syarat untuk melakukan praktik keperawatan dan terlibat
dalam ketentuannya.10 Dalam kasus diatas klien maupun keluarga dapat
diberikan penyuluhan terkait cara perawatan dengan mandiri maupun
dibantu dengan orang lain agar dapat meningkatkan derajat kesehatan dari
pasien/klien.
3. Nursing in administration
Fokus umum administrasi keperawatan berdasarkan pada kerangka
kerja self care adalah pelengkap pada orang yang telah dikontrak oleh
lembaga pelayanan kesehatan, dalam proses kontrak untuk menyediakan
perawatan atau setuju untuk menerima perawatan. Tujuan pelayanan
keperawatan adalah untuk membantu orang dalam meningkatkan
kemampuan dalam melakukan perawatan diri yang berkelanjutan.10
4. Nursing in practice
Praktik keperawatan berbasis kerangka kerja self care bertujuan
untuk membantu individu maupun orang-orang yang membutuhkan dan
mendapat manfaat dari perawatan yang berasal dari tenaga kesehatan atau
perawatan pada orang-orang yang kurang mampu dalam melakukan
perawatan diri maupun mereka yang mengalami ketergantungan dalam
perawatan.Praktik keperawatan dapat terjadi dalam setting beragam,
termasuk di rumah sakit, lingkungan, fasilitas perumahan, kelompok,
tempat pertemuan dari berbagai komunitas, klinik rawat jalan dan fasilitas
rehabilitasi.10 Pada kasus diatas pasien dapat dilakukan perawatan dirumah
sakit dan setelah selesai perawatan dapat dilanjutkan keperawatan berlanjut
dirumah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orem mengembangkan teori self care sejak tahun 1950-an. Perkembangan
teori orem dirumuskan berdasarkan pengalamannya pada periode paparan
intesif perawat sejak tahun 1946 hingga 1957. Filosofi yang mendasari
kerangka kerja self care dikemukakan dalam bentuk asumsi, premisn dan
anggapan. Hingga akhirnya teori Orem terdiri dari 3 konstruksi utama yaitu
teori self care, teori self care deficit dan teori system keperawata. Teori Orem
secara komprehensif diterapkan dalam penelitian keperawatan, Pendidikan
keperawatan, administrasi keperawatan dan praktik keperawatan.
B. Saran
1. Bagi praktik keperawatan
Aplikasi teori Orem dalam pelaksanaan praktik keperawatan dapat
bermanfaat untuk memandirikan pasien sesuai kemampuannya sehingga
tidak mengalami ketergantungan kepada perawat ataupun keluarga
2. Bagi peneliti
Penelitian -penelitian terkait bentuk aplikasi teori Orem akan menjadi
pedoman dalam pengambilan keputusan yang baik di bidang pelayanan
maupun bidang Pendidikan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

1. Parker ME, Smith MC. Nursing Theories & Nursing Practice 3rd Edition.
3rd ed. Vol. 33, Saudi Med J. 2012. 121–145 p.

2. Weis A. Cooperative care: An application of Orem’s self-care theory. Patient


Educ Couns. 1988;11(2):141–6.

3. Mehta SM. Applying Orem’s self-care framework. Geriatr Nurs (Minneap).


1993;14(4):182–5.

4. Unsar S, Erol O, Mollaoglu M. The self-care agency in dialyzed patients.


Dial Transplant. 2007;36(2):57–70.

5. Mollaoglu M. Perceived Social Support, Anxiety, and Self-Care Among


Patients Receiving Hemodialysis. 2006;(March):1–7.

6. Jahanpeyma P, Akbari M. The Effect of Orem’s Self-care Education on


Interdialytic Weight and Blood Pressure Changes in Hemodialysis Patients.
Int J Med Res Heal Sci. 2016;5(7):294–9.

7. Manns BJ, Taub K, VanderStraeten C, Jones H, Mills C, Visser M, et al. The


impact of education on chronic kidney disease patients’ plans to initiate
dialysis with self-care dialysis: A randomized trial. Kidney Int.
2005;68(4):1777–83.

8. Bettoni LC, Ottaviani AC, Orlandi FS. Association between self-care and
quality of life in chronic kidney disease patients. 2017;(2).

9. Jacqueline F. Contemporary nursing knowledge "Analysis and evaluation of


nursing models and theories. 2nd ed. Clinical Kinesiology. 2006. 641 p.

10. Alligood MR. Nursing theorists and their work. Elsevier. 2014. 332–349 p.

11. Andrews H, Tierney S, Seers K. Needing permission: The experience of self-


care and self-compassion in nursing: A constructivist grounded theory study.
Int J Nurs Stud [Internet]. 2019;1–10. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2019.103436

12. Baker LK, Denyes MJ. Predictors of Self-Care in Adolescents With Cystic
Fibrosis: A Test of Orem’s Theories of Self-Care and Self-Care Deficit. J
Pediatr Nurs. 2008;23(1):37–48.

13. Nurcahyati S, Karim D. Implementasi self care model dalam upaya


meningkatkan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik. J Keperawatan
Sriwij. 2016;3(2):25–32.

14. Patients H. Self-care at home education impression on the quality of life in


hemodialysis patients treated in ardebil, Iran. 2018;29(5):1247–8.

15. Rahimi F, Oskouie F, Naser O, Sanandji ME, Gharib A. The effect of self-
care on patients undergoing hemodialysis in the Sanandaj Hospitals affiliated
to Kurdistan University of Medical Sciences in 2016. Bali Med J [Internet].
2017;6(3):684–9. Available from: ojs.unud.ac.id/index.php/bm

16. Sousa CN, Marujo P, Teles P, Lira MN, Novais MELM. Self-Care on
hemodialysis: Behaviors with the arteriovenous fistula. Ther Apher Dial.
2017;21(2):195–9.

17. Hidayati, Wahyu. Metode perawatan pasien dengan gangguan sistem


perkemihan. Aplikasi konsep Orem “Self Care Deficit” dan studi kasus.
Edisi pert. Kencana Prenamedia; 2013.

18. Andriany M. Aplikasi Teori Self-Care Deficit Orem dalam Konteks Tuna
Wisma (Studi Literatur) (The Application of Orem’s Self Care Deficit in
Homeless Setting). Nurse Media J Nurs. 2007;1(1).

Anda mungkin juga menyukai