KEPERAWATAN
Disusun Oleh
Kelompok 4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus
dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh, dengan demikian
perawat harus mampu berfikir logis, dan kritis dalam menelaah dan
mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak bentuk-bentuk
pengetahuan dan keterampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap
situasi klien, antara lain dengan menggunakan model-model keperawatan
dalam proses keperawatan dan tiap model dapat digunakan dalam praktek
keperawatan sesuai dengan kebutuhan.1
Penerapan teori keperawatan yang diperkenalkan oleh para ahli dibidang
keperawatan perlu terus dikembangkan penerapannya di lapangan atau pada
praktik keperawatan. Banyak teori yang telah diperkenalkan oleh para ahli
keperawatan. Salah satunya adalah model konsep keperawatan yang
dikembangkan oleh Dorothea E. Orem.2
Teori yang diperkenalkannya terdiri dari teori self-care, teori self-care
deficit dan theory of nusing system. Model konsep yang diperkenalkan oleh
Orem tersebut menekankan bahwa setiap individu mempunyai kemampuan
untuk merawat dirinya sendiri dan anggota keluarganya.3 Peran perawat adalah
membantu individu sebagai self-care agen untuk mampu memenuhi kebutuhan
self-care bila individu jatuh pada kondisi sakit atau mengalami keterbatasan
aktivitas yang memerlukan pertolongan, sehingga dibutuhkan peran perawat
dalam memenuhi kebutuhan pasien/klien sehari-hari.3
Bantuan tersebut dapat melibatkan keluarga seperti dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari yaitu personal hygiene, membantu memberikan makan.
Pengarahan dan bimbingan yang diberikan pada pasien dan keluarga tindakan
keperawatan tersebut dapat dilakukan oleh pasien atau keluarga.4 Keadaan ini
dapat terjadi bila perawat menyadari pentingnya kemandirian seorang pasien
agar ikut bertanggung jawab dan terlibat dalam tindakan keperawatan sesuai
dengan kondisinya saat itu. Penerapan teori self care sangat perlu dan harus
diterapkan pada pasien yang mengalami self-care deficit sehingga bila pasien
tersebut sudah berada dalam keluarga, kelompok atau masyarakat akan
mengurangi tingkat ketergantungan pasien dan kwalitas hidup dapat
dipertahankan atau ditingkatkan menjadi keadaan sejahtera atau Well-being.5
Salah satu masalah kesehatan yang sering muncul dan membutuhkan
perawatan yang bergantung pada orang lain yaitu chronic kidney disease
(CKD).6
Kondisi kronis, CKD keseluruhan membutuhkan manajemen perawatan diri
yang berkelanjutan dan permanen yakni perubahan gaya hidup dan perilaku.
Fakta bahwa CKD adalah penyakit menuntut lebih banyak tindakan disiplin,
perawatan diri, untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.7 Perawatan
diri telah menjadi alternatif untuk merangsang individu dengan diagnosis
penyakit kronis untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan sehingga dapat
meningkatkan tanggung jawab mereka dalam memberikan perawatan.2
Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang dialami oleh
klien dengan CKD menurut Orem disebut dengan self care deficit. Peran
perawat dalam hal ini yaitu mengkaji sejauh mana klien mampu untuk merawat
dirinya sendiri dan mengklasifikasinnya sesuai dengan kemampuan klien.7
Hasil penelitian menyatakan bahwa Pasien CKD yang memulai perawatan
hemodialitik mengalami perubahan rutin. Semua keterbatasan mengakibatkan
masalah, seperti kecemasan sebelum dan selama perawatan, kehilangan
otonomi yang signifikan, kesulitan dalam menangani penyakit, kurangnya
dukungan keluarga yang dapat membahayakan kesehatan psikologis dan fisik.
Dengan demikian, untuk merangsang tindakan perawatan diri pada pasien
CKD berpihak pada otonomi dan kualitas pemeliharaan hidup selama semua
perawatan hemodialitik.8 Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk
menjelaskan bentuk aplikatif/penerapan teori Orem pada pasien chronic kidney
disease (CKD).
B. Perumusan masalah
Bagaimana bentu aplikatif/penerapan teori self care Orem dalam
keperawatan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk menjelaskan
bentuk aplikatif/penerapan teori self care Orem dalam keperawatan
D. Manfaat
1. Perawat
Diharapkan perawat dapat menerapkan teori self care Orem didalam
praktik keperawatan agar memberikan asuhan keperawatan yang
komperehensif
2. Peneliti
Diharapkan teori self care Orem dapat menjadi landasan teori
keperawatan yang digunakan untuk meneliti perkembangan dunia
keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Sumber:10
h. Faktor Prediktor Self Care Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Karakteristik individu yang dikategorikan sebagai faktor prediktor self care
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis, yaitu:
1. Usia
Usia merupakan factor prediktor penting pada self care.
Bertambahnaya usia sering dihubungkan dengan berbagai keterbatasan
maupun kerusakan fungsi sensori. Kondisi seperti ini ditemukan dalam
penelitian yang dilakukan yaitu terjadi penurunan kemampuan belajar dan
mendemonstrasikan aktivitas self care pada pasien yang mengalami
gangguan kronik sebagai akibat penurunan fungsi sensori. Selain itu
bertambahnya usia berpengaruh terhadap perkembangan disfungsi organ
sebagai akibat upaya tubuh untuk mempertahankan homeostasis.13
Seiring bertambahnya usia maka hal itu akan berpengaruh secara
langsung terhadap perubahan struktur jantung, dimana terjadi peningkatan
penebalan dinding ventrikel kiri yang disebabkan karena hipertensi atau
karena penyebab lain yaitu peningkatan afterload. Umur berkaitan erat
dengan tingkat kedewasaan atau maturitas, yang berarti bahwa semakin
meningkat umur seseorang, akan semakin meningkat pula kedewasaannya
atau kematangannya baik secara teknis, psikologis maupun spiritual, serta
akan semakin mampu melaksanakan tugasnya. Umur yang semakin
meningkat akan meningkatkan pula kemampuan seseorang dalam
mengambil keputusan, berfikir rasional, mengendalikan emosi, toleran dan
semakin terbuka terhadap pandangan orang lain termasuk pula
keputusannya untuk mengikuti program-program terapi yang berdampak
pada kesehatannya.14
4. Lamanya HD
6. Pengetahuan
PEMBAHASAN
A. Kasus
Seorang laki-laki berumur 37 tahun memiliki kebiasaan mengkomsumsi
minuma keras, merokok, minum jamu. Laki-laki tersebut terdiagnosa penyakit
chronic kidney disease (CKD) dan harus menjalani perawatan hemodialisa
(HD) 2 kali seminggu. Akibat penyakit tersebut sehingga segala kebutuhan
sehari-harinya harus dibantu oleh orang lain.
B. Asumsi teori Orem
Teori Orem di asumsikan dari lima asumsi yang mendasar sebagai teori
umum ilmu keperawatan yaitu:10
1. Manusia memerlukan masukan- masukan berkelanjutan secara sengaja
bagi diri mereka d an lingkungannya agar bisa hidup dan berfungsi alami
Kebutuhan dasar masusia berisifat berkelanjutan, dimaan
pemenuhan kebutuhan pasien dipengaruhi dari 2 faktor yakni faktor dari
dalam diri pasien ataupun dari lingkungan.10 Sesuai kasus diatas
menjelaskan bahwa pasien tidak memikirkan dampak jika mengkumsumsi
minuman keras, jamu dapat merusak fungsi ginjal
2. Human agent memiliki kekuatan untuk dilatih dalam membentuk
perawatan bagi dirinya dan juga yang lain dalam upaya mengenali
kebutuhan dan bagaimana membuat masukan yang dibutuhkan.
Perawat dengan keahlian dan keterampilan yang berkompeten dan
memiliki kewenangan untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dasar
pada pasien secara holistik. Sesuai kasus diatas bahwa kebutuhan sehari-
hari pasien dipenuhi atau dibantu oleh orang lain dalam hal ini keluarga
maupun perawat. Keluarga maupun perawat menjadi agen untuk pasien
selama perawatan.5
3. Pengalaman manusia terkait dengan tindakan keperawatan bagi diri sendiri
dan orang lain melibatkan pengaturan fungsi masukan- masukan.
Orem memandang jika individu sebagai kesatuan utuh yang terdiri
dari beberapa aspek fisik, psikologis dan sosial dengan derajat kemampuan
untuk melakukan perawatan diri pada dirinya.1 Pada kasus diatas klien
tidak merawat dirinya secara baik dimana memiliki tingkah laku minum
minuman keras, minum jamu dengan tanpa memikirkan efek samping dari
hal tersebut.
4. Human agent dilatih untuk menemukan, mengembangkan, dan
meneruskan keberbagai jalan untuk mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan dan membuat masukan untuk dirinya dan orang lain.
Perawat membantu klien untuk mencapai kemampuan perawatan
diri dengan pemenuhan udara, air, makanan, kebersihan, aktifitas dan
istirahat, menyendiri dan interaksi sosial, pencegahan dari bahaya, dan
pengenalan fungsi makhluk hidup. Delapan syarat ini menampilkan
macam- mcam perbuatan manusia yang akan membawa pada kondisi
internal dan eksternal yang dapat mempertahankan fungsi dan struktur
manusia. Ketika hal ini secara efektif tersedia, perawatan diri atau
perawatan bergantung yang terorganisir seputar syarat perawatan mandiri
membantu perkembangan positif bagi kesehatan dan kesejahteraan.10
5. Berbagai kelompok berhubungan dan bertanggungjawab menjaga anggota
kelompok yang kurang pengalaman untuk dapat memberikan masukan.
Dalam upaya membantu pasien untuk tetap dapat berhubungan dan
berinteraksi sosial dengan lingkungannya dapat dilakukan dengan cara
mengajak atau mengikutsertakan pasien dalam kegiatan keluarga atau
kegiatan terdapat di lingkungannya berupa sosial support dan dukungan
mental.17 Pada kasus diatas pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-
hari dengan sendiri sehingga membutuhkan bantuan dari keluarga untuk
membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien.
C. Ruang lingkup filsafat
1. Axiologi
Fokus keperawatan adalah pada pengidentifikasian kebutuhan
perawatan diri, perancancangan metode adan tindakan untuk memenuhi
kebutuhan, dan “totalitas kebutuhan untuk tindakan perawatan diri”.
Pemberi perawatan diri, apakah diri sendiri maupun orang lain, disebut
“agen perawatan diri”. Hal ini merupakan suatu kesatuan yang
digambarkan dalam perkembangan dan dapat dioperasionalkan, yang
dipengaruhi oleh beberapa variabel dan latar belakang genetik, kultural,
dan pengalaman, dan dalam istilah keadekuatan. Hal yang paling terakhir
dapat dievaluasi dengan mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan
18
perawatan diri Pada kasus diatas perlu dilakukan pengkajian tingkat
kebutuhan berdasarkan kemampuan pasien dengan CKD, hal ini penting
untuk menentukan tindakan apa yang dapat dilakukan pasien secara
mandiri dan tindakan yang membutuhkan bantuan orang lain.
2. Epistemologi
Epistemologi studi tentang ilmu pengetahuan. Secara lebih rinci
dapat dilihat dari aspek-aspek sifat, proses dan fungsi pengetahuan
keperawatan ilmiah yang telah diperoleh dan tersusun secara rasional, logis
dan sistematis. Ketiga aspek diatas bersifat saling berhubungan, namun
sebaliknya bahwa proses (pengetahuan keilmuan) ditentukan oleh sifat
(pengetahuan keilmuan) dan bahwa fungsi (pengetahuan keilmuan) turut
menentukan bagaimana proses perolehan dan penyusunan pengetahuan
keilmuan dilakukan.18
Orem mulai mengembangkan kerangka kerja Self Care pada tahun
1950-an ketika sebagian besar program pendidikan keperawatan
didasarkan pada model konsepual yang lebih mewakili disiplin ilmu lain
seperti kedokteran, psikologi, dan sosiologi dari pada keperawatan. Dengan
demikian Orem menjadi pelopor dalam pengembangan pengetahuan
keperawatan yang khas. Secara khusus kerangka kerja self care
dirumuskan sebagai solusi untuk masalah kurangnya spesifikasi, dan
kesepakatan tentang unsur-unsur umum keperawatan yang memberikan
arahan antara lain untuk masalah isolasi yang secara khusus yang
merupakan masalah keperawatan. Perjalanan penyakit CKD terjadi dalam
beberapa tahapan yaitu :
a. penurunan fungsi ginjal (ditandai dengan nilai GFR < 50%),
b. insufiensi ginjal menandakan bahwa ginjal sudah tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya secara normal
c. gagal ginjal dikarakteristikan dengan azotemia, asodosis, GFR< 20%,
d. ESRD (Endstage renal disease) merupakan tahap akhir dari gangguan
fungsi ginjai dimana GFR hanpir tidak ada lagi, kemampuan
reabsorbsi dan eksresi juga terganggu.
3. Ontologi
Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang
realitas. Realitas adalah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu
kebenaran. Dua aspek penting dari ontology keilmuan keperawatan yaitu
prinsip penafsiran tentang realitas dan batas-batas telaah. Keilmuan
keperawatan antara lain mencakup beberapa pernyataan seperti “realitas
adalah gejala fisik yang berwujud sebagai fakta data”. Dalam menafsirkan
relatitas, keilmuan keperawatan mempunyai beberapa anggapan dasar
(asumsi, premis) yakni uniformitas, relatif tetap dan memiliki pola kejadian
yang baku.18 CKD adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan ginjal
atau laju filstrasi glomerulus kurang dari 60 ml/i dalam waktu 3 bulan atau
lebih. Penurunan fungsi ginjal terjadi secara berangsur-ansur dan
irreversible yang akan berkembang terus menjadi gagal ginjal terminal.
Pasien CKD harus mendapatkan mentoring terhadap adanya diabetes
melitus, hipertensi, penyakit kardivaskuler dan penyakit kronis lainnya.
CKD dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi diabetes melitus dan
hipertensi merupakan dua penyebab utama yang paling sering mendasari
terjadinya CKD. Penyebab lain dari gangguna fungsi ginjal progresif
adalah reduksi massa ginjal dan obstruksi ginjal.
4. Artistik
Seni keperawatan memberikan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri. Pada akhirnya diharapkan
muncul kesadaran pada diri sendiri untuk melakukan perawatan diri secara
mandiri atau dengan memanfaatkan dukungan yang ada misalnya keluarga
dan agent perawatan lainnya.18
5. Empirical
Teori Orem telah digunakan untuk penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Teori orem secara jelas didefinisikan dan diukur walaupun
instrumentnya belum dikembangkan untuk semua komponen penjelas
dimana ditemukan pada pengalaman yang berasal dari manusia. Hasil bukti
empiris tergantung pada definisi operasional yang dibangun oleh para
peniliti. Ketepatan empiris tergantung pada definisi operasional yang
disusun. Teori ini dianggap penting dalam rangka mengembangkan
instrument pengukur kebutuhan akan perawatan diri. Metode yang paling
sesuai dalam menyelidiki teori ini dan begitu pula bagi teori-teori lain
adalah melalui evolusi. Terdapat laporan metedologi hermeneutic,
etnograpic, fenomenologikal, dan tranditional. Teori ini dianggap penting
dalam Kuantitatif yang dipakai untuk menguji komponen self care deficit
nursing theory (SCDNT) atau menguji fenomena klinik dengan memakai
komponen. Keunikan teori orem ada pada scopenya, kompleksitas, dan
manfaat klinisnya, berguna untuk membangun hipotesa dan menambahkan
batang tubuh pengetahuan yaitu keperawatan.10
D. Evaluasi kerja Teori Orem
1. Nursing in research
Variabel-variabel yang membentuk pengetahuan dari perspektif
kerangka kerja self care adalah pada kategori faktor kondisi dasar, praktik
perawatan diri, syarat perawatan diri, keadaan kesehatan, hasil kesehatan
yang diinginkan, terapeutic self care demand, defisit perawatan diri,
persayaratan keperawatan, fokus kesehatan, situasi keperawatan, sistem
keperawatan, teknologi keperawatan, cara untuk membantu dan hasil dari
keperawatan. Metode penelitian yang paling konsisten dengan kerangka
kerja self care adalah deskriptif, deskriptif korelasi, case study, dan quasi
eksperimental. Selain itu etnografi, grounded theory dan metode
fenomenologis yang terkait dengan paradigma penelitian juga konsisten
dengan teori Orem.10 Pada kasus diatas termaksud dalam case study dimana
ditemukan seorang laki-laki berumur 37 tahun memiliki kebiasaan
mengkomsumsi minuma keras, merokok, minum jamu. Laki-laki tersebut
terdiagnosa penyakit chronic kidney disease (CKD) dan harus menjalani
perawatan HD 2 kali seminggu. Akibat penyakit tersebut sehingga segala
kebutuhann sehari-harinya harus dibantu oleh orang lain.
2. Nursing in education
Kurikulum berbasis self care mempersiapkan praktisi keperawatan
sejak awal dan tingkat lanjut pada praktik keperawatan profesional.
Seorang praktisi keperawatan adalah orang yang dididik secara profesional
dan memenuhi syarat untuk melakukan praktik keperawatan dan terlibat
dalam ketentuannya.10 Dalam kasus diatas klien maupun keluarga dapat
diberikan penyuluhan terkait cara perawatan dengan mandiri maupun
dibantu dengan orang lain agar dapat meningkatkan derajat kesehatan dari
pasien/klien.
3. Nursing in administration
Fokus umum administrasi keperawatan berdasarkan pada kerangka
kerja self care adalah pelengkap pada orang yang telah dikontrak oleh
lembaga pelayanan kesehatan, dalam proses kontrak untuk menyediakan
perawatan atau setuju untuk menerima perawatan. Tujuan pelayanan
keperawatan adalah untuk membantu orang dalam meningkatkan
kemampuan dalam melakukan perawatan diri yang berkelanjutan.10
4. Nursing in practice
Praktik keperawatan berbasis kerangka kerja self care bertujuan
untuk membantu individu maupun orang-orang yang membutuhkan dan
mendapat manfaat dari perawatan yang berasal dari tenaga kesehatan atau
perawatan pada orang-orang yang kurang mampu dalam melakukan
perawatan diri maupun mereka yang mengalami ketergantungan dalam
perawatan.Praktik keperawatan dapat terjadi dalam setting beragam,
termasuk di rumah sakit, lingkungan, fasilitas perumahan, kelompok,
tempat pertemuan dari berbagai komunitas, klinik rawat jalan dan fasilitas
rehabilitasi.10 Pada kasus diatas pasien dapat dilakukan perawatan dirumah
sakit dan setelah selesai perawatan dapat dilanjutkan keperawatan berlanjut
dirumah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orem mengembangkan teori self care sejak tahun 1950-an. Perkembangan
teori orem dirumuskan berdasarkan pengalamannya pada periode paparan
intesif perawat sejak tahun 1946 hingga 1957. Filosofi yang mendasari
kerangka kerja self care dikemukakan dalam bentuk asumsi, premisn dan
anggapan. Hingga akhirnya teori Orem terdiri dari 3 konstruksi utama yaitu
teori self care, teori self care deficit dan teori system keperawata. Teori Orem
secara komprehensif diterapkan dalam penelitian keperawatan, Pendidikan
keperawatan, administrasi keperawatan dan praktik keperawatan.
B. Saran
1. Bagi praktik keperawatan
Aplikasi teori Orem dalam pelaksanaan praktik keperawatan dapat
bermanfaat untuk memandirikan pasien sesuai kemampuannya sehingga
tidak mengalami ketergantungan kepada perawat ataupun keluarga
2. Bagi peneliti
Penelitian -penelitian terkait bentuk aplikasi teori Orem akan menjadi
pedoman dalam pengambilan keputusan yang baik di bidang pelayanan
maupun bidang Pendidikan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Parker ME, Smith MC. Nursing Theories & Nursing Practice 3rd Edition.
3rd ed. Vol. 33, Saudi Med J. 2012. 121–145 p.
8. Bettoni LC, Ottaviani AC, Orlandi FS. Association between self-care and
quality of life in chronic kidney disease patients. 2017;(2).
10. Alligood MR. Nursing theorists and their work. Elsevier. 2014. 332–349 p.
12. Baker LK, Denyes MJ. Predictors of Self-Care in Adolescents With Cystic
Fibrosis: A Test of Orem’s Theories of Self-Care and Self-Care Deficit. J
Pediatr Nurs. 2008;23(1):37–48.
15. Rahimi F, Oskouie F, Naser O, Sanandji ME, Gharib A. The effect of self-
care on patients undergoing hemodialysis in the Sanandaj Hospitals affiliated
to Kurdistan University of Medical Sciences in 2016. Bali Med J [Internet].
2017;6(3):684–9. Available from: ojs.unud.ac.id/index.php/bm
16. Sousa CN, Marujo P, Teles P, Lira MN, Novais MELM. Self-Care on
hemodialysis: Behaviors with the arteriovenous fistula. Ther Apher Dial.
2017;21(2):195–9.
18. Andriany M. Aplikasi Teori Self-Care Deficit Orem dalam Konteks Tuna
Wisma (Studi Literatur) (The Application of Orem’s Self Care Deficit in
Homeless Setting). Nurse Media J Nurs. 2007;1(1).