Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SAINS KEPERAWATAN

“FILOSOFI DAN TEORI WATSON TENTANG TRANSPERSONAL CARING”

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK VI

1. RIHALIZA BP.
2. RIKA ROZA BP.
3. TRI ASIH OKTARIANI BP. 1721312011

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta kemudahan yang berlimpah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Sains Keperawatan: “Falsafah, Paradigma, dan Sains Keperawatan pada Model
Konseptual dan Teori Keperawatan Watson”. Salawat Kepada Rahmatan lil’alamin,
Rasulullah SAW yang telah membawa kita menuju alam yang penuh pengetahuan.
Semoga Rahmat selalu tercurah buat beliau, keluarga dan seluruh pengikutnya.

Terima Kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada Ns. Vetty Priscilla
sebagai koordinator dan pembimbing dalam makalah ini. Terimaksih kepada semua pihak
yang terlibat dalam pembuatan masalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu
kami membutuhkan kritikan dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah
kami kedepannya. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Atas
semua perhatian pembaca, kami ucapkan terimakasih.

Padang, September 2017

Hormat kami,

2
Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

3
KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 4

B. Tujuan .............................................................................................. 4

1. Tujuan Umum........................................................................... 5

2. Tujuan Khusus........................................................................... 5

C. Manfaat ........................................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Sifat-Sifat Sains Keperawatan.......................................................... 6

B. Filosofi Dasar Sains Keperawatan................................................... 8

C. Paradigma Sains Keperawatan......................................................... 8

D. Falsafah Sains Keperawatan............................................................. 10

E. Pengembangan Sains Keperawatan.................................................. 15

F. Analisis Jurnal.................................................................................. 17

4
BAB 11I PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 23

B. Saran ............................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sains keperawatan merupakan ilmu yang terus berkembang sesuai dengan


perkembangan respon manusia terhadap lingkungannya. Perkembangan sains keperawatan
didasari oleh falsafah dan paradigma keperawatan sebagai kerangka ilmu untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan secara holistik. Menurut Seven (1984) dalam
Sudarta, W (2015: 49) teori keperawatan adalah sebagai usaha menguraikan dan

5
menjelaskan bagaimana fenomena dalam keperawatan (dikutip Taylor C, dkk/1989), yang
berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu yang lain dan bertujuan
untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau
pelayanan keperawatan yang dilakukan.

Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi


dan kondisi pekerjaan yang melipatkan perawat di dalamnya. Model konseptual
keperawatan menunjukan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan
informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dan juga tahu apa
yang harus perawat kerjakan. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam
menentukan model praktek keperawatan yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi
tempat perawat tersebut bekerja.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlunya mempelajari teori dan model
konsep keperawatan yang telah ada sebagai salah satu kunci dalam mengembangkan ilmu
dan praktek, serta profesi keperawatan di Indonesia, salah satunya Model Konseptual dan
Teori Keperawatan Watson.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami tentang “Falsafah, Paradigma, dan Sains Keperawatan


pada Model Konseptual dan Teori Keperawatan Watson”.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mengetahui dan memahami Falsafah Teori Watson

b. Mahasiswa mengetahui dan memahami Paradigma Teori Watson

6
c. Mahasiswa mengetahui dan memahami Sains Keperawatan pada Teori Watson

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. FALSAFAH TEORI WATSON

Filosofi merupakan nilai-nilai keyakinan dasar yang dimiliki oleh manusia dalam
memandang baik atau buruknya suatu kejadian sehingga filosofi menjadi pedoman dalam
mengambil keputusan. Filosofi dalam keperawatan mengungkapkan arti dan fenomena
keperawatan melalui penalaran logis dan presentasi ide. Filosofi memberikan pandangan
umum yang luas dari keperawatan yang berfungsi untuk menjelaskan nilai-nilai
keperawatan untuk menjawab pertanyaan disiplin yang luas (Alligood, 2010).

Watson (1988) mendefinisikan teorinya sebagai “pengelompokan imajinatif dari


pengetahuan, gagasan, dan pengalaman yang diwakili secara simbolik dan bertujuan untuk
menerangkan fenomena tertentu”. Watson menarik makna dari asal kata teori dalam
bahasa Latin yang berarti “untuk melihat” dan menyimpulkan bahwa “(ilmu manusia)
merupakan teori karena ilmu ini membantu saya “melihat” dengan lebih luas”. Dalam
teorinya Watson juga mengutip pemikiran dari para teoris keperawatan lain. Watson
memberikan penekanan pada aspek interpersonal dan transpersonal yang meliputi empati,
keselarasan, dan kehangatan serta memiliki pandangan bahwa perawat bukanlah untuk
mengendalikan atau mngubah orang lain melainkan untuk memahami, berpengaruh besar
pada “klinikalisasi” (kontrol teraupetik dan mengubah pasien) dianggap sebagai suatu
norma.

Watson melandaskan teori praktik keperawatannya pada 10 faktor karatif. Setiap


faktor memiliki komponen fenomenologis yang bersifat dinamis dan relatif bagi setiap
individu yang terlibat dalam hubungan yang tercakup dalam keperawatan. Kemudian

7
Watson mengembangkan faktor karatif menjadi sesuatu yang mendekati konsep “caritas”,
dari bahasa Latin yang berarti “mengasihi, menghargai, memberikan perhatian khusus,
jika bukan perhatian yang bersifat menyayangi”. Proses caritas meliputi dimensi spiritual
dan pengejawantahan yang terbuka dari konsep cinta dan caring. Adapun 10 karatif
menurut teori Watson, adalah:

1. Membentuk Sistem Nilai Humanistik Altruistik

Nilai humanistik dan altruistik dipelajari pada usia dini tetapi dapat sangat dipengaruhi oleh
usia dini tetapi dapat dipengaruhi oleh perawat pendidik. Faktor ini dapat diartikan
sebagai kepuasan yang didapat dengan memberi dan memperluas dimensi diri (sense of
self).

2. Membangkitkan Keyakinan-Harapan

Faktor ini jika dipadukan dengan nilai humanistik dan altruistik, dapat membantu
mewujudkan keperawatan yang holistik dan kesehatan positif pada populasi pasien.
Faktor ini juga menggambarkan peran perawat dalam mengembangkan hubungan
perawat-pasien yang efektif dan meningkatkan kesejahteraan pasien dengan
membantunya menerapkan erilaku sehat.

3. Menanamkan Kepekaan Terhadap Diri dan Orang Lain

Menyedari perasan diri, baik bagi perawat maupun pasien, dapat mengarahkan seseorang
menuju aktualisasi dirinya. Perawat mengakui kepekaan dan perasaannya dapat
menjadi lebih tulus, ikhlas dan peka terhadap orang lain.

4. Mengembangkan Hubungan Membantu- Hubungan Rasa Percaya

Melalui hubungan saling percaya, perawat dan pasien dapat mengungkapkan perasaan
positif maupun negatifnya, hubungan ini membutuhkan sikap yang empati (kemampuan
untuk merasakan dan memahami sudut pandang dan perasaan orang lain, serta untuk

8
mengungkapkan pemahaman tersebut), selaras, kehangatan yang tidak bersifat posesif
(nada suara yang sedang, sikap tubuh terbuka, ekspresi wajah sesuai), dan komunikasi
efektif (kognitif, afektif, dan perilaku).

5. Meningkatkan dan Menerima Ungkapan Perasaan Positif dan Negatif

Berbagai perasaan dapat dianggap sebagai pengalaman yang beresiko bagi perawat atau
pun pasien. Perawat harus siap menghadapi perasaan yang positif maupun negatif dan
harus menyadari bahwa pemahaman intelektual dan emosional dari setiap situasi dapat
berbeda-beda.

6. Menggunakan Metode Pemecahan Masalah secara Sistematis untuk Pengambilan


Keputusan

Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah


dalam keperawatan, memupuskan citra perawat sebagai pembantu dokter. Proses
keperawatan sama dengan proses penelitian yang sistematis dan tertata.

7. Meningkatkan Pengajaran-Pembelajaran Interpersonal

Faktor ini merupakan konsep yang dapat membedakn caring dan curing.melalui proses
pengajaran-pembelajaran interpersonal, pasien dapat terinformasikan, sehingga dapat
bertanggung jawab untuk mencapai kesejahteraan dan kesehatan dirinya. Perawat
memfasilitasi proses ini dengan teknik mengajar-belajar yang dirancang untuk
memapukan pasien merawat dirinya, menentukan kebutuhan dirinya, dan memberikan
kesempatan bagi dirinya untuk tumbuh.

8. Menyediakan Lingkungan Psikologis, Fisik, Sosial Budaya dan Spiritual yang


Mendukung, Melindungi, dan Memperbaiki

Perawat harus menyadari adanya pengaruh lingkungan internal dan eksternal terhadap
sehat dan sakit individu. Konsep yang relevan dengan lingkungan internal termasuk di

9
antaranya kesejahteraan jiwa dan spiritual serta keyakinan sosial budaya seorang
individu, variabel epidemiologis, variabel eksternal meliputi kenyamanan, privacy,
keamanan, kebersihan, dan lingkungan yang indah.

9. Membantu Pemenuhan Kebutuhan Manusia

Perawat menyadari adanya kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial, dan intrapersonal


dari dirinya sendiri dan juga pasien. Pasien harus dapat memenuhi kebutuhan yang
lebih mendasar terlebih dahulu sebelum dapat memenuhi kebutuhan lain yang lebih
tinggi tingkatannya. Kebutuhan nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh
kebutuhan biofisik dasar, sementara kebutuhan aktivitas, inaktivitas dan seksualitas
termasuk kebutuhan psikofisik dasar. Pencapaian dan afiliasi merupakan kebutuhan
psikososial yang tingkatannya lebih tinggi. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan
intrapersonal-interpersonal yang tingkatannya juga tinggi.

10. Mengizinkan Kekuatan Eksistensi-Fenomenologis

Fenomenologi menggambarkan data dari situasi yang membantu untuk memahami suatu
fenomena. Sedangkan psikologi eksistensial adalah ilmu manusia yang menggunakan
analisis fenomenologi. Watson menganggap faktor ini sulit dipahami. Faktor ini
diikutsertakan untuk memberikan pengalaman yang dapat memicu pemikiran agar
dapat memahami diri sendiri dan orang lain.

Menurut Watson, perawat memiliki tanggung jawab untuk melakukan lebih dari
10 faktor karatif tersebut dan membantu pasien dalam area promosi kesehatan melalui
tindakan preventif. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengajarkan pasien perubahan diri
untuk meningkatkan kesehatan, memberikan dukungan sesuai situasi, mengajarkan cara
menyelesaikan masalah, dan mengetahui kemampuan adaptasi dan koping terhadap
kehilangan kehilangan.

10
B. TEORI WATSON DALAM PERKEMBANGAN SAINS KEPERAWATAN

Teori Watson telah divalidasi di tatanan pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan
komunitas dengan berbagai populasi, termasuk penerapan yang terkini dengan fokus pada
esensi perawatan pasien, pasien dengan ventilator, dan simulasi perawatan. Watson dan
Foster (2003), menerapkan teori ke dalam praktik yang sangat baik yaitu pada Attending
Nursing Caring Model (ANCM). Ini proyek awal di rumah sakit anak Denver yang
dikembangkan berdasarkan model dokter “hadir”. Akan tetapi tidak seperti model
penyembuhan/medis. ANCM berfokus pada model keperawatan. “Model ini dibangun
sebagai Ilmu Keperawatan-Caring, model praktik kolaboratif yang dipandu dari teori dan
berbasis bukti untuk diterapkan pada penanganan nyeri diunit pascabedah dengan 37
tempat tidur”. Perawat dalam proyek tersebut belajar mengenai teori caring Watson, faktor
karatif, kesadaran caring, niat, dan praktik caring-healing. Misi dari ANCM adalah agar
keberadaan caring-healing dapat dilihat diseluruh rumah sakit, misalnya di Miami Baptis
Hospital, Denver Veteran Administration Hospital AND Children Hospital (Denver), Inova
Health System (Virginia), Elmust Hospital (New York), Scripps Memorial Hospital
(Florida), dan rumah sakit lainnya.

Dalam dunia pendidikan teori Watson juga diterapkan. Tulisa-tulisan Watson


berfokus pada bagaimana mendidik mahasiswa dan memberikan landasan ontologis, etis,
dan epistemologis bagi praktik keperawatan, bersamaan dengan arahan untuk penelitian.
Kerangka kerja caring Watson telah diajarkan pada banyak kurikulum mahasiswa sarjanan
keperawatan, termasuk Bellarmine Collage di Louisville, Kentacky; Indiana SATATE
uNIVER

11
C. PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT TEORI WATSON

Paradigma merupakan cara pandang yang mendasar tentang bagaimana


memikirkan, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada.
Paradigma keperawatan berfungsi sebagai acuan atau dasar dalam melaksanakan praktek
keperawatan yang bersifat professional.

1. Keperawatan

Menurut Watson (1988), kata perawat adalah kata benda dan kata kerja.
Menurut Watson keperawatan terdiri dari “pengetahuan, pemikiran, nilai, filosofi,
komitmen, dan tindakan, dengan disertai gairah”. Perawat tertarik memahami
kesehatan, penyakit, dan pengalaman manusia; meningkatkan dan memperbaiki
kesehatan; dan mencegah penyakit. Teori watson mengajak perawat untuk melakukan
lebih dari sekedar prosedur, tugas, dan teknik yang digunakan di lahan praktik,
menyebutnya sebagai “pemangkasan” keperawatan, kontras dengan inti keperawatan,
yang memaknai aspek tersebut dalam hubungan perawat-pasien yang memberikan
hasil teraupetik yang dimasukkan ke dalam proses curing transpersonal. hubungan
timbal balik secara timbal balik pada saat peduli dipandu oleh faktor carative dan
proses caritas

Watson menggambarkan proses caring sebagaimana pasien meraih atau


mempertahankan kesehatannya, atau meninggal dengan damai. Sebaliknya, Watson
menggambarkan curing sebagai istilah medis yang mengacu pada eliminasi dari suatu

12
penyakit. Kemudian Watson berfokus pada proses perawatan manusia dan aspek
transpersonal dari caring-healing dalam hubungan caring transpersonal. Paradigma
caring-healing adalah bahwa manusia tidak dapat diperlakukan sebagai objek dan
bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari dirinya, orang lain, dan alam semesta.
Manusia terus berkembang di alam semesta, harus terbuka terhadap kemungkinan dan
menyingkirkan anggapan-anggapan terhadap diri sendiri dan orang lain, untuk kembali
belajar, dan “melihat” menggunakan seluruh indera yang dimiliki.

2. Manusia

Watson menggunakan istilah manusia, orang, kehidupan, dan diri sendiri sebagai “suatu
kesatuan dari pikiran-tubuh-jiwa-alam”, “Seseorang terikat pada pemikiran bahwa jiwa
seseorang memiliki tubuh yang tidak terikat pada ruang dan waktu secara objektif”.

3. Kesehatan

Watson (1988) menyatakan bahwa “penyakit tidaklah harus berupa penyakit; (melainkan)
kekacauan subjektif dan ketidakharmonisan di dalam jiwa atau diri seseorang pada
tingkat tertentu yaitu ketidakharmonisan dalam area pengaruh seseorang, misalnya
dalam pikiran, tubuh, dan jiwa seseorang, baik yang terjadi secara sadar maupun tidak
sadar. “sementara suatu kondisi tidak sehat (illness) dapat menjadu penyakit (disease),
tidak sehat/illness dan sehat adalah suatu fenomena yang tidak harus dianggap sebagai
suatu rentang. Proses penyakit dapat pula berasal dari faktor genetik, kerentanan
konstitusional, dan terwujud pada saat terjadi suatu kondisi ketidakharmonisan.
Penyakit akan menciptakan lebih banyak ketidakharmonisan.

4. Lingkungan

Watson menyatakan bahwa peran perawat terhadap lingkungan adalah “memberikan


lingkungan mental, fisik, sosial, dan spiritual yang mendukung, melindungi, dan
memperbaiki”.watson menyatakan bahwa “ruang penyembuhan yang dapat digunakan
untuk membantu orang melampaui penyakitnya, nyerinya, dan penderitaannya”.

13
Menekankan pada hubungan antara lingkungan dan seseorang “ketika perawat
memasuki kamar pasien, terciptalah lapang magnet pengharapan”.

A. Teori Keperawatan

Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1981) sebagai usaha untuk


menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori

14
keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lainnya dan
bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan memperkirakan dan mengontrol hasil
asuhan keperawatan yang dilakukan.

Teori keperawatan adalah konseptualisasi beberapa aspek dari kenyataan dalam


keperawatan yang dikomunikasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena, menjelaskan
hubungan antara fenomena, memprediksikan konswekensi, atau menjelaskan asuhan
keperawatan (Meleis, 1997)

Karakteristik dasar teori keperawatan

Torrest (1985) dan Chinn & Jacob (1983) menegaskan terdapat lima karakteristik
dasar teori keperawatan :

1. Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan sebagai hubungan


yang spesifik dari konsep-konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep
manusia, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan dan keperawatan

2. Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori keperawatan digunakan


dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan
menggunakan cara berpikir yang logis

3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya teori keperawatan


dapat digunakan pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang
kompleks sesuai dengan situasi praktek keperawatan

4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge


keperawatan yang dilakukan melalui penelitian

15
5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki
kualitas praktek keperawatan

Dalam teori keperawatan terdapat 4 tingkatan teori yang terdiri dari :

1. Meta theory

Merupakan tingkatan yang paling abstrak dari semua level teori. Teori ini
berhubungan dengan pada pencarian jawaban dari sebuah pertanyaan ilmiah
(Higgins & Moore,2004).

Teori ini berhubungan dengan filsafat ilmu atau disebut juga falsafah
keperawatan yang memfokuskan pada pengujian dari sebuah ilmu, prosesnya dan
produk.teori ini menghasilkan dasar dan ilmu pengetahuan.
Karena masih sangat abstrak, teori-teori pada golongan ini belum dapat
diaplikasikan dan berfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan filosofis dan metodologi yang berhungan dengan perkembangan teori
keperawatan.

a. Contoh : paradigma keperawatan dengan 4 konsepnya yaitu manusia,


lingkungan, kesehatan dan keperawatan

b. Teori ini mewakili banyak sudut pandang tentang teori keperawatan.

c. Analisa tentang tujuan dan macam teori yang dibutuhkan dalam keperawatan

d. Mengusulkan dan mengkritisi sumber-sumber dan metode perkembangan


teori

16
2. Grand Nursing Theory

Grand Nursing Theory merupakan suatu kerangka kerja konseptual,


sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang
keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian, terhadap suatu ilmu dan
pengembangannya. Fenomena ini diklasifikasikan menjadi konsep, terdiri dari
kata-kata yang mengandung citra mental dari sesuatu yang akan dijelaskan.
Konsep bisa berupa ide abstrak (seperti adaptasi, ekuilibrium) atau idea
konkrit (misalnya bangku atau papan tulis). Karena itu model konseptual dapat
dijabarkan sebagai serangkaian konsep dan asumsi yang berintegrasi menjadi
suatu gambaran yang bermakna.(Erathernurse,2007). Model konseptual
keperawatan memberikan suatu pemikiran informasi dan memberikan makna dan
petunjuk bagi penelitian keperawatan (Fawcett, 2001).

Karakteristik dari Grand Nursing Theory adalah :

a. Cakupan luas dan kompleks

b. Para ahli mengatakan merupakan rumusan teoritis pada tingkat abstraksi yang
sangat umum

c. Sering dijumpai kesulitan dalam mengaitkan rumusan dengan realita

d. Merupakan kerangka kerja konseptual umum yang menetapkan pandangan


(perspektif) luas untuk praktek dan cara memandang fenomena keperawatan
(model konseptual)

17
Salah Satu Contoh dari Grand Nursing Theory adalah Orem’s Self Care
Deficit,Roger’s Science of Human Beings, Roy’s Adaptation model as theories.

3. Middle Range Theroy

Merupakan teori yang menjembatani grand teori dan praktik


keperawatan. Midle Range Theory memiliki criteria , lingkup, tingkat
abstraksi, dan kestabilan penerimaan secara luas. Dalam lingkup dan tingkatan
abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk memberikan pentunjuk riset
dan praktik, cukup pada campuran populasi klinik dan mencangkup fenomena
yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktik, middle range teory lebih
banyak digunkan dari pada grand theory, middle range theory dapat diuji
dalam pemikiran empiris.

Karakteristik Midle Range Theory :

a. Teori cakupan menengah

b. Berguna untuk paktek dan penelitian keperawatan

c. Mungkin diuji secara empiris

18
d. Peran utama middle range teory adalah mendefinisikan atau menghaluskan
substansi ilmu dan praktek keperawatan

e. Fokus lebih sempit dibanding grand theory dan sedikit lebih luas dibanding
practice theory

f. Membedakan stimulasi dan rasional bagi pelajar untuk menyeleksi pertanyaan


penelitian dan variabelnya ( lenz,1998 )

Merton ( 1968 ), menjelaskan middle range theory dalam perbandingannya dengan


grand theory adalah

a. Paling sempit dalam bidangnya

b. Fenomena lebih spesifik

c. Mewakili batas atau sebagian pandangan realitas keperawatan

d. Lebih cocok untuk uji empiris

e. Terdiri dari sedikit konsep dan dalil

f. Lebih dapat digunakan secara langsung untuk penjelasan dan pelaksanaan


Contoh Middle Range Theory

1. Fisiologis : Nyeri akut,, dyspnea,

2. Kognitif : Health belief

3. Emosional : Sedih kronis, depresi postpartum

19
4. Sosial : Home care,

5. Integrative : Health promotion

4. Micro Theory (Practice Theory )


Micro range theory merupakan tingkatan teroi yang tidak formal dan bersifat
sementara dibandingkan tingkatan teori lainnya, dan sangat terbatas dalam hal waktu dan
lingkup aplikasinya (Higgins&Moore, 2004) .
Im & Mellis ( 1999 ) menyatakan ada beberapa hal yang membedakan antara
teori praktis dengan grand theory atau middle range theory :
a. Abstraksi level yang paling bawah
b. Refleksi fenomena keperawatan secara spesifik
c. Konteks
d. Kesiapan dalam praktek dan penelitian keperawatan
e. Refleksi perbedaan dalam fenomena keperawatan
f. Batasan umum

20

Anda mungkin juga menyukai