A. Pendahuluan
Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional
adalah penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan
model praktik keperawatan yang ilmiah yang disebut dengan Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP). Model ini sangat menekankan pada kualitas
kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara
lain melalui penetapan dan fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan, sistem
pengambilan keputusan, sistem penugasan dan sistem penghargaan yang memadai.
Model praktik keperawatan ini diyakini dapat menjadi salah satu daya ungkit
pelayanan yang berkualitas, yang memungkinkan perawat profesional menata
struktur (menentukan jumlah, jenis dan standar kebutuhan tenaga) serta menata
proses pemberian asuhan keperawatan melalui hubungan perawat-pasien yang
berkesinambungan sehingga memungkinkan perawat primer bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
1
1. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada
perawat yang sudah menyandang gelar doctor dalam pengalaman klinik,
sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut
dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis serta
memanfaatkan hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP dengan
model MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga
keperawatan yang bekerja lebih berkualitas atau model MPKP telah meningkat ke
bentuk MPKP Profesional.
2
MODUL I
MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG MODEL PRAKTEK
KEPERAWATAN PROFESIONAL
A. Pendahuluan
B. Tujuan
3
MODUL-IA
PERENCANAAN DI RUANG MPKP
A. Pendahuluan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-
hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu
rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan. Sehingga perencanaan yang matang
akan memberi petunjuk dan mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan.
Dalam suatu organisasi perencanaan merupakan pola pikir yang dapat menentukan
keberhasilan suatu kegiatan dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan selanjutnya.
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi,
filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah
perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan dan
tahunan.
B. Tujuan
4
C. Visi Di Ruang MPKP
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk
serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan perencanaan
organisasi. Contoh visi di Ruang MPKP adalah "Mengoptimalkan kemampuan
hidup pasien dengan masalah kardiovaskuler sesuai dengan kemampuannya.”
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi
yang telah ditetapkan. Contoh misi Ruang MPKP di RSMM Bogor adalah
"Memberikan pelayanan prima secara holislik melipuli bio, psiko, sosio dan
spiritual dengan pendekatan keilmuan keperawatan kesehatan jiwa yang
profesional. "
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua kegiatan
dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka
panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu.
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana harian,
bulanan dan tahunan.
1. Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai
dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan
disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sehari
sebelum dinas atau satu jam sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat
operan dan pre conference
a. Rencana harian kepala ruangan
Isi rencana harian kepala ruangan meliputi :
5
• Asuhan keperawatan
• Supervisi katim dan perawat pelaksana
• Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang
terkait
Contoh Rencana Harian Kepala Ruangan dapat dilihat pada Tabel 1.1
14.00 Operan
6
b. Rencana harian ketua tim
7
c. Rencana harian perawat pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk
sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian
perawat pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya satu
orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim
dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post
conference.
Contoh Rencana Harian Perawat Pelaksana dapat dilihat pada Tabel 1.3
8
d. Penilaian rencana harian perawat
Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi
menggunakan instrumen jurnal rencana harian (Tabel 1.4).
Setiap ketua tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada akhir
bulan dapat dihitung presentasi pembuatan rencana harian masing-masing perawat.
2. Rencana bulanan
9
Tabel 1.5. Rencana Bulanan Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
Contoh Rencana Bulanan Ketua Tim dapat dilihat pada Tabel 1.6.
10
Tabel 1.6. Rencana Bulanan Ketua Tim
3. Rencana tahunan
Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evalusi hasil kegiatan dalam satu
tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan
rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup :
• Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik
proses kegiatan (aktivitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek
professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
• Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing
tim.
• Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus untuk kegiatan yang
masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja
yang telah dicapai MPKP dan untuk meningkatkan kinerja di masa
mendatang.
• Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang
karir perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu),
rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadwal
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
11
MODUL 1- B
PENGORGANISASIAN DI RUANG MPKP
A. Pendahuluan
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi
(Sutopo, 2000). Pada pengertian stuktur organisasi menunjukkan adanya
pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang
berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organisasi juga
menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
2. Daftar Dinas Ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab dinas.
3. Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat
dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan
dinas di tiap shift.
B. Tujuan Pembelajaran
12
Bagan Struktur Organisasi Ruangan MPKP
Kepala Ruangan
Tim I Tim I
Ketua Tim Ketua Tim
a) Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap
tim diketuai oleh seorang ketua tim yang terpilih melalui test.
b) Kepala Ruangan bekerja sama dengan Ketua Tim mengatur jadwal
dinas (pagi, sore, malam).
c) Kepala Ruangan membagi pasein untuk masing-masing tim.
d) Apabila suatu ketika satu tim kekurangan perawat pelaksana karena
kondisi tertentu, kepala ruangan dapat memindahkan perawat pelaksana ke
tim yang mengalami kekurangan perawat pelaksana.
e) Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift
pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Untuk
itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat yang ada.
Sebagai pengganti kepala ruangan adalah ketua tim, sedangkan jika ketua tim
berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota tim (perawat pelaksana) yang
paling kompeten, di antara anggota tim.
f) Ketua tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
g) Ketua tim mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh perawat pelaksana
anggota timnya.
h) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dilakukan oleh ketua tim. Bila ketua
tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya
didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di dalam tim.
i) Masing-masing tim memiliki Buku Komunikasi.
j) Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang
menjadi tangggung jawabnya.
13
Tabel 1.7. Evaluasi Kegiatan Menyusun Struktur Organisasi
01 Menggambarkan kedudukan
kepala ruangan
02 Adanya posisi tim I dan II
b) Pengorganisasian
• Menyusun struktur organisasi
• Menyusun jadwal dinas
• Membuat daftar alokasi pasien
c) Pengarahan
• Memimpin operan
• Menciptakan iklim motivasi
• Mengatur pendelegasian
• Melakukan supervisi
d) Pengendalian
• Mengevaluasi indikator mutu
• Melakukan audit dokumentasi
• Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga, perawat, dan tenaga
kesehatan lainnya
• Melakukan survey masalah kesehatan / keperawatan
14
2) Compensatory reward
• Melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
• Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf
3) Professional relationship
• Memimpin rapat keperawatan
• Memimpin konferensi kasus
• Melakukan rapat tim kesehatan
• Melakukan kolaborasi dengan dokter
b. Ketua Tim
1). Management Approach
a) Perencanaan
• Menyusun rencana jangka pendek (rencana harian, rencana bulanan)
15
b) Pengorganisasian
• Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan
• Membagi alokasi pasien kepada perawat pelaksana
c) Pengarahan
• Memimpin pre conference
• Memimpin post conference
• Menciptakan iklim motivasi dalam timnya
• Mengatur pendelegasian dalam timnya
• Melaksanakan supervisi kepada anggota timnya
d) Pengendalian
• Mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
• Memberikan umpan balik pada perawat pelaksana
2) Compensatory reward
• Menilai kinerja perawat pelaksana
3) Professional relationship
• Melaksanakan konfrensi kasus
• Melakukan kolaborasi dengan dokter
16
(14) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan anxietas
(15) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan cairan
(16) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kurang
pengetahuan
c. Perawat pelaksana
1. Perencanaan
Menyusun rencana jangka pendek (rencana harian)
17
berdinas pada malam hari. Contoh daftar dinas seminggu dapat dilihat pada tabel
1.8
4. Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap
tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab
secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam daftar pasien tidak
perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan pasien terjaga. Daftar
pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang
holistik.
Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan keluarga
untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien di
ruangan diisi oleh ketua tim sebelum operan dengan dinas berikutnya dan dapat
dimodifikasi sesuai kebutuhan. Contoh daftar pasien dapai dilihat pada Tabel
1.10.
No Nama Sn Sl Rb Km Jm Sb Mg Sn
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Karu P P P P P P P P
Tim I
2 Katim P P P P P P P P
3 PA. A M M M M - L P P
4. PA. B P P P P L S P S
5. PA. C S L S S S S S L
6. PA.D S* S* S* L M* M* M* M
7. PA.E P S L S S S S S*
Tim II
8. Katim P P P P P P L P
9. PA. F S S S S* L P P P
10. PA. G M* M* M* M* - L P P
11. PA. H P P P P P L S S
12. PA. I P P P L S* S* S* S
14. PA. J S S S L M M M M*
Jumlah 7 6 6 5 4 4 4 6
Pagi
Jumlah 4 3 4 3 3 5 4 4
Sore
Jumlah 2 2 2 2 2 2 2 2
Mlm
Daftar Dinas dapat dievaluasi dengan menggunakan instrumen pada table 1.9
18
Tabel 1.9. Evaluasi Kegiatan Penyusunan Daftar Dinas Ruangan MPKP
Nilai
NilaiAktivitas
AktivitasPenyusunan
PenyusunanDaftar
DaftarDinas:
DinasJumlah nilai
: Jumlah Nilaix x100%
100%
Tabel 1.10. Daftar Pasien Ruangan
5 MPKP
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh
ketua tim berdasarkan jadwal dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari
dinas pagi ke dinas sore.
Daftar pasien dapat di observasi dengan menggunakan instrumen pada Tabel 1.11.
19
Tabel 1.11. Evaluasi Daftar Pasien MPKP
20
MODUL1-C
PENGARAHAN PELAYANAN KEPERAWATAN
DIRUANG MPKP
A. Pendahuluan
B. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mampu :
1. Menciptakan iklim motivasi
2. Menerapkan manajemen waktu
3. Melaksanakan komunikasi yang efektif
4. Melaksanakan pendelegasian
5. Melaksanakan supervisi
21
C. Menciptakan budaya motivasi
1. Pengertian
Motivasi adalah perilaku yang ditunjukkan oleh seorang individu untuk
memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan manusia bervariasi, maka
motivasi memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan kebutuhan individu
merupakan salah satu cara memotivasi (Marquis & Houston, 1998).
22
kepada staf disesuaikan dengan kepribadian masing-masing. Hal ini
diharapkan dapat memacu motivasi staf perawat yang bekerja di MPKP.
d. Manajemen sumber daya manusia melalui penerapan
pengembangan jenjang karir dan kompetensi (lihat modul Compensatory
Reward)
e.Sistem reward yang fair sesuai dengan kinerja (lihat Modul Compensatory
Reward)
Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala ruangan dan ketua tim
setiap 6 bulan sekali (per semester) dengan menggunakan instrumen self evaluasi
pada Tabe1 1.12
No Kriteria 4 3 2 1
1 Anda memberi harapan yang jelas kepada staf
2 Anda bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
3 Anda mengembangkan konsep kerja kelompok
4 Anda mengintegrasikan kebutuhan staf dengan
kebutuhan organisasi
5 Anda memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan
untuk mengembangkan diri
6 Anda melibatkan staf dalam pengambilan keputusan
7 Anda memberikan kesempatan kepada staf menilai dan
mengontrol pekerjaannya
8 Anda menciptakan hubungan saling percaya dan
menolong dengan staf
9 Anda menjadi role model bagi staf
10 Anda memberikan reinforcement (pujian)
Sub total
Total
23
B. Manajemen Waktu
1. Pengertian
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dipunyai.
Tahapan manajemen waktu meliputi tiga tahapan yaitu :
a. Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas
b. Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan, menyelesaikan
tugas sebelum memulai tugas yang lain
c. Membuat prioritas ulang berdasarkan infonnasi yang diterima
C. Pendelegasian
1. Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi
pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
24
a. Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim untuk menggantikan
tugas sementara karena alasan tertentu
b. Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shift
c. Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan
Contoh Surat Pendelegasian Tugas Terencana dapat dilihat pada Tabel 1:13.
25
Tabel 1.13. Surat Pendelegasian Tugas
Depok,…………..2008
Yang mendelegasikan tugas Penerima delegasi
(……………………….) (…………………)
4. Evaluasi Penerapan Pendelegasian Tugas
Pendelegasian tugas di MPKP dievaluasi dengan menggunakan instrumen (tabel
1.14) yang diisi oleh seluruh staf perawat dengan cara self evaluasi
Petunjuk:
Jawablah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan memberi tanda V pada kolom
sebelah kanan masing-masing pernyataan pada kolom skor :
• 4: Jika Anda Sangat Setuju terhadap isi pernyataan
• 3: Jika Anda Setuju dengan isi pernyataan
• 2: Jika Anda Tidak setuju dengan isi pernyataan
• 1: Jika Anda Sangat Tidak Setuju terhadap isi pernyataan
26
No Kriteria Skor
4 3 2 1
1 Pendelegasian dilakukan kepada staf yang memiliki
kompetensi yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas
2 Tugas yang dilimpahkan dijelaskan sebelum melakukan
pendelegasian
3 Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga dilimpahkan
4 Waktu pendelegasian tugas ditentukan
5 Apabila pelaksana tugas mengalami kesulitan, kepala
ruangan dan ketua tim memberikan arahan untuk mengatasi
masalah
6 Ada evaluasi setelah selesai tugas dilaksanakan
Sub Total
Total
D. Supervisi
1. Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
27
profesionalisme yang diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan berjenjang
dilakukan sebagai berikut:
a. Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan
terhadap Kepala Ruangan
b. Kepala Ruangan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan
Perawat Pelaksana
c. Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana
28
Tabel 1.16. Instrumen Evaluasi Aktivitas Supervisi
No Kriteria Skor
4 3 2 1
1 Supervisi disusun secara terjadwal
2 Semua staf mengetahui jadwal supervisi yang dilaksanakan
3 Materi supervisi dipahami oleh supervisor maupun staf
4 Supervisor mengorientasikan materi supervisi kepada staf
yang disupervisi
5 Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai dengan materi
supervisi
6 Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf dan
memberikan reinforcement
7 Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja yang perlu
ditingkatkan oleh staf
8 Supervisor memberikan solusi dan role model bagaimana
meningkatkan kinerja staf
9 Supervisor menjelaskan tindak lanjut supervisi yang telah
dilaksanakan
10 Supervisor memberikan reinforcement terhadap pencapaian
keseluruhan staf
Sub Total
Total
D. Komunikasi Efektif
1. Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi
yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai
tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses tukar-menukar pikiran, perasaan,
pendapat dan saran yang terjadi antara 2 manusia atau lebih yang bekerja
bersama.
29
2. Penerapan Komunikasi di MPKP
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP
a. Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam.
Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore
dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas
malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore.
b. Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim
atau PJ Tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian), dan tambahan rencana dari Katim atau PJ tim.
c. Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah : hasil Askep tiap perawat dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh Katim atau PJ tim.
PEDOMAN OPERAN
30
Tabel 1.18. Pedoman Pre Conference
Kegiatan:
Kegiatan:
1. Katim/Pj tim membuka acara
2. Katim/Pj tim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien
3. Katim/Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan
4. Katim/Pj tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus
dioperkan kepada perawat shift berikutnya
31
3.Evaluasi Pelaksanaan Aktivitas Komunikasi di MPKP
Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleli seluruh staf perawat MPKP. Evaluasi
dilakukan sekali tiap bulan dengan menggunakan format sesuai
Tabel 1.20.
Petunjuk:
Jawablah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan memberi tanda V pada kolom
sebelah kanan masing-masing penyataan pada kolom skor:
• 4: Jika Anda Selalu melaksanakan isi pernyataan
• 3: Jika Anda Sering melaksanakan isi pernyataan
• 2: Jika Anda Kadang-kadang melaksanakan isi pernyataan
• 1: Jika Anda Tidak pernah melaksanakan isi pernyataan
No Kriteria Skor
E. MANAJEMEN KONFLIK
1. Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang yang
lain. Dalam organisasi yang dibentuk dan sekumpulan orang yang memiliki latar
belakang yang berbeda konflik mudah terjadi. Demikian juga di Ruang MPKP
konflik pun bisa terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu
dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini
mungkin di ruang MPKP.
32
terutama pada pihak yang merasa dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya
menghindari metode penyelesaian konflik jenis ini.
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak
yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerja sama. Berbagai pihak
yang terlibat konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan
jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi
yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara
penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solution.
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu pihak yang
berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan dirinya
lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik mengalah kepada pihak yang lain. Ini
suatu upaya lose - win solution. Upaya penyelesaian konflik dengan akomodasi
sebaiknya juga tidak digunakan terlalu sering karena kepuasan tidak terjadi secara
penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik di masa mendatang.
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua pihak yang berkonflik
mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan hubungan dua belah
pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah.
Ini adalah lose-lose solution di mana masing-masing pihak akan mengorbankan
kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap harmonis.
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya yang win-win
solution. Suatu upaya berkolaborasi, untuk itu pembudayaan kolaborasi antar staf
menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pengelolaan ruangan MPKP.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang
terjadi belum berhasil maka Kepala Ruangan dapat berkonsultasi dengan Kepala
Seksi Perawatan atau Konsultan.
33
3, Evaluasi Penerapan Aktivitas Penyelesaian Konflik
Aktiviias penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf keperawatan MPKP.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrumen pada label 1.21.
Petunjuk :
Jawablah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan memberi tanda V pada kolom
sebelah kanan masing-masing pernyataan pada kolom skor :
• 4 : Jika Anda Sangat Setuju terhadap isi pernyataan
• 3 : Jika Anda Setuju dengan isi pernyataan
• 2 : Jika Anda Tidak setuju dengan isi pernyataan
• 1 : Jika Anda Sangat Tidak Setuju terhadap isi pernyataan
No Kriteria Skor
4 3 2 1
1 Komunikasi antar perawat terbuka
2 Konflik diungkapkan secara terbuka
3 Staf saling menghargai pendapat yang lain
4 Semua staf saling mencari solusi menyelesaikan
masalah
5 Solusi terbaik yang dipilih adalah yang terbaik
untuk semua
6 Bila konflik tidak selesai dikonsultasikan kepada
atasan atau konsultan
Sub Total
Total
Total Nilai
Nilai aktivitas menciptakan iklim motivasi: ------------------ X 100
24
34
MODUL I – D
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN
DI RUANG MPKP
A. Pendahuluan
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol (1998)
mendefinisikan kontrol sebagai "Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi
sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan
kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.” Pengontrolan penting
dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isu dapat segera
direspon dengan cara duduk bersama.
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan
standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan
yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu :
1. Audit struktur
2. Audit proses
3. Audit hasil
35
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi
SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan
kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektivitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk
indikator mutu umum dapat berupa BOR, ALOS, TOI, Angka infeksi nosokomial
(NI), angka dekubitus dan sebagainya.
3. Kondisi Pasien :
a. Audit dokumentasi asuhan keperawatan
b. Survey masalah baru
c. Kepuasan pasien dan keluarga
d. Penilaian kemampuan pasien dan keluarga
4. Kondisi SDM
a. Kepuasan tenaga kesehatan : perawat, dokter
b. Penilaian kinerja perawat
B. Tujuan Pembelajaran
36
C. Indikator mutu umum :
Keterangan:
• Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari
kali jumlah hari dalam satu satuan waktu
• Jumlah hari per satuan waktu. Kalau diukur per satu bulan, maka
jumlahnya 28 - 31 hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan tersebut.
37
Keterangan:
• Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki
• Hari perawatan : jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan
mati
• Jumlah pasien keluar : jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang,
mutasi lari, atau meninggal.
6 Juni
7 Juli
8 Agustus
9 Sept.
10 Okt.
11 Nov.
12 Des.
Total
38
Tabel I. 24. Survey Masalah Keperawatan
Ruangan :
Periode
Jumlah pasien masuk
No Masalah Keperawatan Jumlah Persentase (%) Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
39
MODUL II
COMPENSATORY REWARD
A. Pendahuluan
Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang
profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program
pengembangan staf yang terstruktur. Metoda dalam menyusun tenaga keperawatan
seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah
dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien sesuai dengan setting tertentu.
40
B. Tujuan Pembelajaran
Rekrutmen di ruang MPKP berfokus pada rekruitmen perawat yang ada di rumah
sakit bukan mencari tenaga perawat baru dari luar rumah sakit.
Untuk level MPKP Profesional I diharapkan karu dan katim mempunyai latar
belakang pendidikan Ners, Sarjana Keperawatan dengan jenjang karir minimal
Perawat Klinik 3 (PK 3). serta seluruh perawat pelaksana minimal mempunyai latar
belakang pendidikan D III Keperawatan dengan jenjang karir minimal Perawat
Klinik 2 (PK 2).
Di MPKP profesional III semua tenaga perawat berlatar belakang pendidikan ners,
beberapa perawat spesialis keperawatan jiwa, dan bahkan ada doktor keperawatan
yang bekerja di area MPKP ini.
Untuk level MPKP Pemula diharapkan karu dan katim mempunyai latar belakang
pendidikan minimal D III Keperawatan dengan jenjang karir minimal PK 3, serta
seluruh perawat pelaksana minimal mempunyai latar belakang pendidikan D III
Keperawatan dan PK 1 (telah lulus orientasi). Untuk level MPKP Transisi
diharapkan kondisinya sama dengan level pemula, tetapi latar belakang pendidikan
perawat pelaksana dapat SPK dengan jenjang karir minimal PK2.
1. Seluruh perawat di rumah sakit harus menyepakati level MPKP yang akan
dipilih, disesuaikan dengan sumber daya keperawatan yang ada di rumah sakit
tersebut, diharapkan minimal memilih MPKP level pemula.
2. Setelah level disepakati, maka kepala bidang perawatan melakukan sosialisasi
pembentukan ruang MPKP kepada pimpinan dan para pejabat struktural yang ada
di rumah sakit untuk mendapatkan komitmen dan dukungan.
3. Kepala ruangan melakukan sosialisasi kepada semua perawat yang ada di ruangan
tentang pembentukan ruang MPKP disertai (kriteria perawat yang dibutuhkan
41
dengan tujuan merekrut perawat yang memenuhi kriteria. Kepala ruangan
memotivasi perawat di ruangannya yang memenuhi kriteria untuk mendaftarkan
diri dengan mengisi formulir pendaftaran (lampiran I) dan biodata (lampiran 2)
42
Proses seleksi tenaga perawat di ruang MPKP
Proses seleksi perawat di ruang MPKP:
1. Proses seleksi dimulai dari telaah dokumen untuk menetapkan perawat yang
memenuhi syarat menjadi kepala ruangan, perawat primer/ketua tim dan
perawat pelaksana/asosiet.
2. Semua perawat yang memenuhi kriteria dipanggil untuk tes tulis. Hasil tes
tulis menetapkan perawat pelaksana yang memenuhi kriteria dan bakal calon
ketua tim dan kepala ruangan.
3. Perawat yang lulus tes tulis mengikuti tes wawancara.
4. Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh perawat yang
memenuhi kriteria karu dan katim untuk memilih kepala ruangan.
Tes tulis dilakukan oleh orang yang independen. Materi yang dites adalah
pengetahuan perawat terkait dengan konsep MPKP (lampiran 3). Tes ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan perawat tentang konsep
MPKP. Jumlah yang lulus disesuaikan dengan kebutuhan perawat di ruang MPKP
dengan nilai yang tertinggi.
Wawancara dilakukan oleh tim rumah sakit yang terdiri dari bagian administrasi dan
bidang keperawatan dengan menggunakan panduan wawancara (lampiran 4). Tes
wawancara ditujukan pada bakal calon karu, perawat primer, dan perawat pelaksana.
Tujuan wawancara kepada calon karu dan katim untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan mereka terhadap konsep manajemen, asuhan keperawatan, kemampuan
menyelesaikan konflik, motivasi, dan disiplin. Wawancara kepada calon perawat
pelaksana dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuannya terhadap
pegelolaan asuhan keperawatan, motivasi, dan disiplin.
Presentasi dilakukan oleh calon karu dan katim. Tim penilai terdiri dari konsultan,
bidang perawatan, Bagian personalia (HRD), pimpinan rumah sakit (lampiran 5).
Presentasi berisi visi, misi, dan program kerja sesuai standar MPKP yang akan
dijalankan jika terpilih sebagai karu. Kemudian semua nilai direkapitulasi (lampiran
6) dan hasilnya dikonsulkan pada pimpinan rumah sakit untuk menetapkan kepala
ruangan. Jika nama dan jumlah perawat telah ditetapkan sesuai dengan hasil tes maka
pimpinan rumah sakit membuat Surat Keputusan (SK) penempatan perawat yang
bekerja di ruang MPKP.
Setiap perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa orientasi yang
sering disebut pelatihan awal sebelum seseorang bekerja pada unit kerja tertentu.
Orientasi berupa pelatihan tentang informasi budaya kerja MPKP dan informasi
umum tentang rumah sakit (visi, misi, program jangka pendek dan jangka panjang,
program mutu, kebijakan dan peraaturan). Kegiatan orientasi menggunakan metode
klasikal praktik lapangan dan praktik kerja (implementasi).
43
Metode klasikal berlangsung selama 3 hari, praktik lapangan berlangsung selama 3
hari yang diakhiri dengan presentasi hasil praktik. Praktik kerja (implementasi) di
ruang MPKP dilakukan selama 6 bulan. Kepala Bidang Perawatan dan tim konsultan
keperawatan akan membimbing dan mensupervisi implementasi konsep MPKP
(lampiran 8).
Kegiatan orientasi dilakukan pada perawat baru yang akan bekerja di ruang MPKP.
Karu dan katim membuat rencana orientasi dengan menggunakan metoda on the job
training untuk semua kegiatan MPKP.
2) Pengorganisasian
a) Membuat struktur organisasi
b) Membuat jadual dinas bersama ketua tim
c) Membuat daftar pasien bersama ketua tim
3). Pengarahan
a). Memimpin operan
b). Mengawasi dan mengarahkan kegiatan pre dan post conference
c). Memberi motivasi pada tim perawat di ruangan
d). Mendelegasikan tugas kepada bawahan dengan jelas
e).Memfasilitasi kolaborasi dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan
f). Mengawasi perawat primer dan perawat pelaksana dalam mengelola
pasien
melalui komunikasi langsung
g). Memperoleh informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan
melaiui supervisi dan mendengarkan laporan langsung dari perawat
primer
h). Melakukan pengawasan tidak langsung :
• Mengecek daftar hadir perawat primer, perawat pelaksana, pekarya dan
petugas TU
• Mengecek kedisiplinan
4). Pengendalian
a) Menetapkan indikator mutu
b). Melakukan audit dokumen
c) Melakukan survey kepuasan terhadap keluarga, perawat dan dokter
d) Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
b. Compensatory reward
a) Melakukan rekruitmen tenaga perawat
b). Melakukan seleksi tenaga perawat
c) Melakukan orientasi
44
d) Melakukan penilaian kinerja
e) Melakukan pengembangan tenaga perawat
c. Hubungan profesional
a) Memimpin rapat keperawatan
b) Mengawasi pelaksanaan konferensi kasus
c) Mengikuti rapat tim kesehatan
d) Mengawasi pelaksanaan visit dokter
d. Asuhan keperawatan
Menguasai asuhan keperawatan untuk enam belas masalah keperawatan
medikal-surgical (hypertermi, penurunan curah jantung, nyeri akut, anxietas,
pola nafas yang tidak efektif, bersihan jalan nafas yang tidak efektf, gangguan
pertukaran gas, tidak toleransi dalam beraktifitas, keterbatasan aktivitas,
kekurangan volume cairan cairan, perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan,
perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan, perubahan perfusi jaringan perifer,
perubahan perfusi jaringan cerebral, resiko tinggi terjadinya infeksi dan kurang
pengetahuan
2). Pengorganisasian
a) Membuat jadual dinas bersama kepala ruangan
b) Membuat daftar pasien bersama kepala ruangan
c) Membagi tugas pada perawat pelaksana sesuai dengan
kemampuan perawat pelaksana
d) Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk
mengintegrasikan pelayanan keperawatan dengan pelayanan
kesehatan lain
3). Pengarahan
a) Memimpin kegiatan ronde keperawatan, konferensi kasus, pre
dan post conference
b) Memberikan pengarahan pada perawat pelaksana masing-
masing secara individual
c) Memberi motivasi kepada perawat pelaksana (terutama
perawat dalam timnya)
d) Mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana secara jelas
e) Mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
yang dilakukan oleh perawat pelaksana
f) Memberikan umpan balik pada perawat pelaksana
b. Compensatory reward
1) Melakukan orientasi kepada perawat baru
2) Melakukan penilaian kinerja
45
c. Hubungan profesional
1) Memimpin konferensi kasus
2) Mengikuti visit dokter
d. Asuhan keperawatan
Menguasai asuhan keperawatan untuk enam belas masalah keperawatan
medikal-surgical (hypertermi, penurunan curah jantung, nyeri akut, anxietas,
pola nafas yang tidak efektif, bersihan jalan nafas yang tidak efektf, gangguan
pertukaran gas, tidak toleransi dalam beraktifitas, keterbatasan aktivitas,
kekurangan volume cairan cairan, perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan,
perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan, perubahan perfusi jaringan perifer,
perubahan perfusi jaringan cerebral, resiko tinggi terjadinya infeksi dan kurang
pengetahuan)
4. Perawat Pelaksana
a. Membuat rencana jangka pendek (rencana harian) tindakan keperawatan
yang ditugaskan oleh perawat primer
b. Melaksanakan tindakan keperawatan
c. Melakukan evaluasi serta dokumentasi keperawatan
d. Mengikuti ronde keperawatan, konferensi kasus, dan pre dan post
conference
e. Melakukan kerja sama dengan perawat pelaksana lain di dalam timnya
Selama masa orientasi. dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja perawat
dalam melaksanakan budaya kerja MPKP. Selanjutnya bagi perawat yang telah
menjalani masa orientasi dilakukan penentuan apakah perawat tersebut diterima atau
tidak di ruang MPKP. Penentuan dilakukan oleh pimpinan keperawatan dan
fasilitator nasional (konsultan).
G. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan, perawat primer dan
perawat pelaksana (lampiran 9). Kemampuan tiap SDM dievaluasi dengan
menggunakan supervisi baik secara langsung (observasi) maupun tidak langsung
(melalui dokumentasi). Kinerja kepala ruangan disupervisi/dievaluasi oleh Kepala
Bidang Perawatan dan Tim Konsultan Keperawatan; kinerja perawat primer
disupervisi/dievaluasi oleh Kepala Bidang Perawatan dan kepala ruangan; kinerja
perawat pelaksana disupervisi/dievaluasi oleh kepala ruangan dan perawat primer.
46
masing-masing perawat mencapai kinerja sesuai dengan posisinya dan untuk
pengakuan/penghargaan terhadap kemampuan profesional tenaga perawat yang akan
memaksimalkan pencapaian jenjang karir. Bentuk pengembangan tenaga perawat di
ruang MPKP adalah Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB) dan program
pengembangan jenjang karir.
Pada tahap awal bekerja di ruang MPKP, perawat mendapat penjelasan tentang
proses pengembangan yang dapat diikuti. Berikut uraian tentang lingkup kerja
perawat di MPKP, yaitu :
1. Kepala ruangan
a. Masa percobaan 3 bulan
b. Setiap tahun dilakukan evaluasi
c. Bila dalam waktu 2 tahun berhasil maka akan diusulkan hal-hal berikut
sesuai dengan kebijakan dan kemampuan rumah sakit:
• Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
• Mengikuti pelatihan sesuai dengan program jenjang karir
• Mendapat senifikat pengalaman kerja di ruang MPKP
d. Masa kerja karu 2 tahun dan maksimal menjadi karu 2 kali
3. Perawat pelaksana
a. Masa percobaan selama 3 bulan
b. Setiap 6 bulan dilakukan evaluasi
c. Jika kompetensi tidak tercapai diberikan kesempatan perbaikan selama 2
bulan
d. Bila lebih dari 8 bulan yang bersangkutaa tidak berhasil akan
dikembalikan ke bidang keperawatan
e. Bila dalam satu tahun berhasil dan memenuhi kriteria diusulkan untuk
pelatihan Bila telah menguasai ketrampilan merawat 10 macam kasus
dengan masalah medikal-surgical dipersiapkan magang untuk persiapan
perawat primer
47
On the job training yaitu pelatihan/bimbingan secara terus-menerus sambil bekerja,
misal: perawat pelaksana dapat meningkatkan kompetensinya dengan bimbingan
Katim dan Karu. Karu dan Katim dapat meningkatkan kompetensinya dengan
bimbingan Kepala Bidang Keperawatan/Tim Konsultan Keperawatan
Out the job training yaitu pelatihan yang diselenggarakan dalam kurun waktu
tertentu (misalnya pelatihan 4 hari/lebih), perawat harus meninggalkan pekerjaannya
sementara. Pelatihan yang diikuti oleh perawat akan dirancang sesuai dengan
pengembangan kemampuan yang terkait.
Sesuai dengan jenjang karir yang dikembangkan oleh PPNI dan Direktorat
Keperawatan Depkes RI maka di RS program pengembangan karir di rumah sakit
direncanakan sebagai berikut:
Seiring dengan jenjang karir maka ditetapkan pula kriteria perawat yang dapat
menduduki struktur keperawatan, sebagai berikut:
48
MODUL III
HUBUNGAN PROFESIONAL (PROFESSIONAL RELATIONSHIP)
A. Pendahuluan
Pada pelaksanaamna hubungan profesional bisa saja terjadi secara internal artinya
hubungan yanu terjadi antara pemberi pelayanan kesehatan misalnya antara perawat
dengan perawat antara perawat dengan tim kesehatan dan lain-lain. Sedangkan
hubungan profesional secara ekstemal adalah hubungan yang terjadi antara pemberi
dan penerima pelayanan kesehatan. Kedua hubungan tersebut merupakan suatu
siklus yang tidak terpisahkan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Fokus dari makalah ini adalah lebih pada hubungan profesional secara internal
artinya hubungan yang terjadi antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lainnya. Hubungan yang terjadi diantara tim tidak terlepas dari komunikasi
secara profesional di dalam bekerjasama secara tim. Menurut Gillies (1994)
hubungan profesional yang terjadi di antara tim tergantung pada kemampuan
memimpin.
Bcntuk jaringan dalam komunikasi hubungan profesional ada beberapa cara yaitu:
1. Horisontal yaitu komunikasi yang terjadi antara sesama manajer.
2. Vertikal yaitu komunikasi yang lerjadi antara pimpinan atas dengan bawahan. 3
Diagonal yaitu komunikasi yam: terjadi antara berbagai jenjang dan masih dalam
lingkungan yang sama (Cameron. IW7 dalam Elizabeth & Kathleen. 2003).
Di ruang MPKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara Ketua Tim, antar perawat
pelaksana. sedangkan komunikasi vertikal antara Kepala Ruangan dan Ketua Tim
dan Perawat Pclaksana dan antara Ketua Tim dan Perawat Pelaksana. Komunikasi
diagonal dilakukan antara perawat dan profesi Iain.
Modul ini akan membahas dengan rinci tentang hubungan profesional yang terjadi di
ruang Model Praktek Keperawatan Profesional yaitu :
1. Rapat perawat ruangan
2. Case conference
3. Rapat tim kesehatan
4. Visit dokter
B. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan perawat mampu:
1. Melakukan rapat keperawatan di ruang MPKP
2. Melakukan case conference keperawatan di ruang MPKP
3. Melakukan rapat tim kesehatan di ruang MPKP
49
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter (visit dokter dan konsultasi via telepon)
C. Rapat Perawat Ruangan
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan rapat tim keperawatan adalah suatu media komunikasi untuk
menyampaikan informasi permasalahan yang ditemukan pada pasien evaluasi hasil
kerja secara keseluruhan, informasi / peraturan / perkembangan IPTEK dan lain-lain.
Fokus pembicaraan adalah membahas hasil-hasil kerja keperawatan selama sebulan
semua aktivitas ruang MPKP (laporan bulanan).
2. Tujuan / kegunaan
a) Mengidentifikasi keberhasilan tindakan keperawatan
b) Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang ditemukan
c) Mendiskusikan penyelesaian masalah
d) Menyusun POA bulan berikut
e) Meningkatkan hubungan antara perawat di ruangan
3. Syarat
a) Dipimpin oleh kepala ruangan
b) Peserta rapat adalah seluruh perawat ruangan tanpa mengganggu
kegiatan ruangan Waktu : 60 menit
c) Dilakukan setiap awal bulan setelah evaluasi bulan sebelumnya
d) Bahan rapat: isi laporan bulan sebelumnya
e) Dilakukan di ruangan
4. Langkah-langkah
a. Persiapan
1). Kepala ruangan menjadwalkan rapat keperawatan ruangan dan disepakati
oleh semua perawat yang ada diruangan
2). Menyiapkan bahan untuk rapat sesuai dengan hasil kerja pada
bulan sebelumnya yaitu laporan pada bulan sebelumnya. Masalah yang akan
dibahas terkait dengan pilar profesional MPKP yailu pendekatan
manajernen, compensatory reward, hubungan profesional, asuhan
keperawatan pasien.
b. Pelaksanaan
1). Acara dimulai dengan pembukaan salam oleh kepala ruangan
2). Kepala ruangan menjelaskan tujuan atau agenda rapat keperawatan, lamanya
waktu rapat
3). Kepala ruangan membacakan ringkasan laporan bulan sebelumnya tentang
permasalahan yang dihadapi. Memberi pujian atas aspek yang berhasil
4). Kepala ruangan meminta masukan dan tanggapan kepada perawat yang hadir
tentang masalah yang ada
5). Kepala ruangan mendengarkan masukan dan tanggapan dari yang hadir
6). Kepala ruangan beserta perawat yang hadir rapat mencari jalan keluar dan
memutuskan tindakan bersama tindakan yang dilakukan
7). Kepala ruangan menyimpulkan hasil rapat pada pertemuan hari ini
8). Kepala ruangan menyampaikan POA bulan berikutnya, pertemuan berikutnya
dan permasalahan yang akan dibahas.
50
b. Dokumentasi
Kepala ruangan melakukan dokumentasi hasil rapat tim dengan dibantu salah
satu ketua tim sebagai notulis rapat.
Bentuk Evaluasi
Format pendokumentasian rapat tim keperawatan (lampiran 1)
Pengertian
Yang dimaksud dengan case conference adalah diskusi kelompok tentang kasus
asuhan keperawaian pasien / keluarga. Dilakukan dua kali per bulan dan kasusnya
bergantian antar tim. Topik atau isi dari kasus yang disampaikan adalah :
1. kasus pasien baru
2. kasus pasien yang tidak ada perkembangan
3. kasus pasien pulang
4. kasus pasien yang meninggal
5. kasus pasien dengan masalah ynng jarang ditemukan
Tujuan / kegunaan
1. Mengenal kasus dan permasalahan
2. Mendiskusikan alternatif penyelesaian masalah asuhan keperawatan
3. Meningkatkan koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan
4. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam menangani kasus
Syarat
a. Dipimpin oleh ketua tim atau kepala ruangan
b. Peserta adalah seluruh perawat ruangan tanpa menganggu kegiatan ruangan
Waktu : 30- 60 menit
c. Dilakukan : 2 kali sebulan atau disesuaikan dengan kondisi dan tingkat
urgensi. sesuai dengan penjadwalan masing-masing tim
d. Bahan : kasus pasien dipersiapkan oleh tim yang bertanggung jawab
e. Dilakukan di ruangan
Langkah- langkah
1. Persiapan :
a. Masing-masing ketua tim sudah menjadwalkan kegiatan case conference
dan sudah disepakati oleh kedua tim
b. Jadual pelaksanaan case conference sudah terjadual
c. Ketua tim yang akan menyelenggakan case conference pada waktu yang
sudah ditetapkan menyiapkan bahan yang akan disampaikan saat case
conference
2. Pelaksanaan :
a. Acara dimulai dengan pembukaan salam oleh ketua tim
b. Ketua tim menyampaikan kasus yang dibahas dan tindakan keperawatan
yang sudah dilakukan
c. Ketua tim minta masukan kepada perawat tentang permasalahan yang
dihadapi
51
d. Ketua tim menyimpulkan hasil secara keseluruhan dari kegiatan
case conference secara khusus tindak lanjut untuk kasus yang disajikan
e. Ketua tim menyampaikan POA, kontrak pertemuan berikut dan menutup
kegiatan
3. Dokumentasi
a. Ketua tim mendokumentasi hasil dari case conference
b. Kepala ruangan menilai kemampuan ketua tim dalam melakukan case
conference
Bentuk evaluasi
1. Format case conference (lampiran 2)
2. Format penilaian kinerja case conference untuk ketua tim (lampiran 3)
1.P engertian
Yang dimaksud dengan rapat tim kesehatan adalah media komunikasi antara tim
kesehatan (rapat multidisiplin) untuk membahas manajerial ruang MPKP. Fokus
pembicaraan rapat ini adalah membahas hal-hal yang terkait dengan manajerial.
Tujuan / kegunaan
a) Menyamakan persepsi terhadap informasi yang didapatkan dari masalah
yang ditemukan, khususnya masalah manajerial
b) Meningkatkan kesinambungan pemberian pelayanan kesehatan
c) Mengurangi kwsalahan informasi antar tim kesehatan
d) Meningkatkan koordinasi antara tim kesehatan
Syarat
1. Dipimpin oleh kepala ruangan
2. Peserta: karu, katim, profesi lainya
3. Waktu : 60 menit
4. Dilaksanakan di ruangan
5. Dilakukan : setiap satu bulan sekali
6. Bahan : laporan bulan lalu atau kasus
2. Pelaksanaan
a. Acara dimulai dengan pembukaan salam oleh kepala ruangan
52
b. Kepala ruangan menjelaskan tujuan atau agenda rapat tim kesehatan, lamanya
waktu rapat
c. Kepala ruangan membacakan laporan bulan sebelumnya tentang
permasalahan yang dihadapi
d. Kepala ruangan meminta masukan dan tanggapan kepada perawat dan tim
kesehatan lain yang hadir tentang masalah yang ada
e. Kepala ruangan mendengarkan masukan dan tanggapan dari yang hadir
f. Kepala ruangan beserta peserta yang hadir mencari jalan keluar
dan memutuskan tindakan bersama
g. Kepala ruangan menyimpulkan hasil rapat pada pertemuan hari ini
h. Kepala ruangan menyampaikan pertemuan berikutnya dan permasalahan
yang akan dibahas
3. Dokumentasi
Kepala ruangan melakukan dokumentasi hasil rapat tim kesehatan
Bentuk evaluasi
Format dokumentasi rapat tim kesehatan (lampiran 4)
Tujuan / kegunaan
a. Meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan
b. Meningkatkan koordinasi dalam pemberian pelayanan kesehatan
c. Meningkalkan kesinambungan pemberian pelayanan kesehatan
Syarat
a. Penanggung jawab visit dokter adalah ketua tim atau perawat asosiate yang
bertanggung jawab terhadap pasien yang mendapat pendelegasian dari ketua
tim
b. Waktu : disesuaikan dengan kondisi pasien dan kesepakatan waktu jam visit
c. Tempat : di ruangan pasien
Langkah-langkah
a. Ketua tim atau perawat yang didelegasikan yang menjadi penanggung jawab
terhadap pasien atau keluarga menyiapkan data-data yang dibutuhkan
b. Ketua tim memberikan informasi tentang kemajuan dan masalah pasien,
tindakan yang dilakukan dan hasilnya kepada dokter
c. Ketua tim mendampingi dokter saat melakukan pemeriksaan dan meminta
dokter memberikan masukan terhadap hasil pemeriksaan
d. Ketua tim mendiskusikan rencana tindakan lanjutan untuk pasien
53
e. Ketua tim rnencatatkan hasil pemeriksaan dokter ke dalam catatan
keperawatan
Tujuan/Kegunaan
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan pada kondisi tertentu
b. Memberi pelayanan tim kesehatan jiwa yang segera kepada pasien
c. Melaksanakan pendelegasian via telepon
Syarat:
a) Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien memutuskan bahwa kondisi
pasien membutuhkan tindakan dokler (pagi hari Katim, sore/malam
penanggung jawab shift)
b) Waktu : setiap saat diperlukan
c) Tempat : di ruang tempat pasien dirawat
Langkah-langkah:
a. Perawat penanggung jawab pasien mengobservasi pasien
b. Perawat menelepon dokter untuk berkonsultasi hasil observasi yang
didapatkan
c. Jika dokter memberikan instruksi via telepon, maka satu orang perawat lain
ikut mendengar instruksi sebagai saksi
d. Perawat menulis instruksi dokter pada rekam medik pasien
e. Dokter menuliskan instruksi via telepon dalam waklu 24 jam
54
MODUL IV
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pendahuluan
Tujuan profesi keperawaian adalah memberikan pelayanan kepada pasien dan juga
mempertahankan hidupnya profesi itu sendiri (Keyzer, 1992 dikutip dalam Draper
1996). Untuk mencapai tujuan tersebut perawat periu memiliki keterampilan
intelektual, teknik, interpersonal, dan etik. Semua keterampilan ini harus tampak
dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
55
15. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
penuhan cairan
16. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kurang
pengetahuan
Berdasarkan hasil survey tersebut maka di MPKP patient care delivery system
diterapkan dalam bentuk:
• Pedoman proses keperawatan
• Pedoman asuhan keperawatan pada 10 kasus
• Pedoman pendidikan kesehatan keluarga
Dalam modul berikut ini dipaparkan pedoman asuhan keperawatan pada 10 kasus
dan pendidikan kesehatan yang perlu diberikan kepada keluarga sesuai dengan kasus
yang ditemukan pada pasien, sehingga ditetapkanlah untuk pedoman asuhan
keperawatan di ruang Model Praktek Keperawatan Profesional Rumah Sakit Meilia
terdiri dari enam belas masalah keperawatan.
B. Tujuan
56
C. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara sistematis dan
terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber
daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metoda
proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien atau menyelesaikan
masalah pasien (Keliat. 2000). Tiga komponen penting dalam manajemen
asuhan keperawatan yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan
menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan keperawatan)
dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda pemberian asuhan
keperawatan yaitu proses keperawatan.
D. Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang
sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah pasien
merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah ini.
Untuk pengkajian telah disusun suatu format beserta panduan pengisian format
tersebut. Rencana keperawatan yang mencakup diagnosa, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan dibuat standarnya berdasarkan enam belas masalah
keperawatan utama yang telah disebutkan sebelumnya.
Format evaluasi telah dibuat dan ditujukan untuk menilai kemampuan pasien
setelah diberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan
yang dimiliki. Format evaluasi untuk perawat juga dibuat untuk menilai
kemampuan perawat dalam memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah keperawatan pasien.
57
1. Pedoman Pengkajian
58
Berdasarkan manajemen asuhan keperawatan maka perlu dilakukan sistem
klasifikasi pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Sistem ini
dikembangkan untuk meyakinkan adanya pelayanan prima yang berfokus pada
pelayanan pelanggan.
Dengan system ini dikaji kebutuhan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan
dirancang pemenuhan kebutuhannya melalui standar pelayanan dan asuhan
keperawatan. Diruang MPKP pasien diklasifikasikan berdasarkan tingkat
kebutuhannya terhadap tindakan keperawatan. Klasifikasi ini terdiri dari
perawatan total, parsial, dan mandiri.
59
5. Pendidikan Kesehatan Keluarga
D. Penutup
Sebagai akibatnya perawat perlu menata kembali kinerja dan pelayanan yang
diberikan kepada pasien. Disamping itu, pendidikan kesehatan keluarga juga
sangat diperlukan karena dapat mengurangi kebosanan dan reaksi negatif keluarga
(Ostwald, et al, 1999) dan meningkatkan kepuasan keluarga (Brooker, 1991)
Pedoman asuhan keperawatan yang telah dibuat oleh tim Konsultan Keperawatan
bersama-sama dengan tim pengembang keperawatan Rumah Sakit Meilia adalah
salah satu usaha untuk menjawab tantangan perkembangan kebutuhan diatas.
Walaupun diakui masih banyak yang perlu direvisi dan ditata ulang, namun
setidaknya apa yang telah dilakukan ini dapat membantu pemberian asuhan
keperawatan yang prima bagi ‘customer’ yang dalam hal ini adalah pasien.
60