keperawatan yang merupakan suatu system, struktur, proses dan nilai-nilai yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli,
2006).
Pilar pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
1.
a.
1.
2.
3.
1.
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah
Pilar I : pendekatan manajemen (manajemen approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar
praktik perawatan professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi
(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan
tahunan)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana
kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana
kegiatan itu dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3
sampai 10 tahun.
Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.
Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan,
kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi,
filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah
perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan tahunan.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
2.
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya
seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain
untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang
lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi
dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang
pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior
menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada
tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan kriteria
efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing
perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu
mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang
akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini
merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh
perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua.
Kelebihan :
a. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat dengan
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
e. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk tugas sederhana.
f. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yan g
melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
a. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam
penerapan proses keperawatan.
b. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja
d. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
e. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
f. Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk
2. Metode TIM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab
dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas memberi
pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan
selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan /
asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun
1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim
dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk
menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model
tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien
di bawah arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat bekerja
bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien
dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim didasarkan
pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan
rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan
kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu
mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim
saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan
kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam
pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada
filosofi ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang
berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan
kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan
klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan
untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien.
Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus
diperhatikan:
a. Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi anggota
tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.
b. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau partisipatif
dalam berinteraksi dengan anggota tim.
c. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada kelompok
pasien.
d. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi
meliputi: penu!Isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan dari
pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik
informal di antara anggota tim.
Kelebihan :
a. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
b. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
c. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
d. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
e. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda secara
efektif.
f. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat menghasilkan
sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan, memberikan
anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan
keperawatan yang diberikan
g. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan
h. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
Kelemahan :
a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota tim
dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat pemimpin
maupun perawat klinik
Sebagai contoh :
Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien minimal, 15 pasien
partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga pagi adalah :
10 x 0,17 = 1,7
15 x 0,27 = 4,05
5 x 0,36 = 1,8
-------------------Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk dinas pagi.
Untuk mengetahui kebutuhan aktual tenaga keperawatan diruang perawatan sebaiknya
dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu yang sama.
Misalnya rata-rata perawat yang diperlukan di Ruang Bedah menurut perhitungan
Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang diperlukan pada ruang tersebut adalah
a. Perawat shift : 10 orang
b. Libur cuti : 5 orang
c. Ketua tim : 3 orang
d. Kepala Ruangan : 1 orang
Jumlah = 19 orang
Terdapat pula cara lain dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus yang dikembangkan Arndt dan huckabay, 1975
(Gillies, 1994) yang selanjutnya secara populer disebut Formula Gillies, yaitu dengan
komponen yang dipertimbangkan dalam perhitungan :
a. Penentuan Rata-rata jam perawatan yang diperlukan pasien setiap hari
b. Rata-rata sensus harian pasien.
c. jumlah hari/tahun = 365 hari,
d. Rata-rata hari libur perawat setiap tahun = 140 hari.
e. Jumlah jam kerja perawat setiap hari.
f. Jam perawatan yang dibutuhkan pertahun
g. Jam perawatan yang diberikan oleh masing-masing perawat pertahun
h. Jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat.
Rumus :
aXbXc
f
------------- = ----- = h
(c-d) e
g
Contoh :
a=4
b = 20
e=8
4 x 20 x 365 29.200
--------------- = ---------- = 16.20 dibulatkan 16 Perawat shift (pagi, sore, malam)
(365 140) 8 1800
Catatan : penentuan jumlah rata-rata jam perawatan pasien dengan
mempertimbangkan :
1. Minimal care : 1-2 jam/24 jam
2. Moderate care/partial care : 3 - 4 jam/24 jam
3. Total care : 5 6 jam/24 jam.
C) Pengendalian Model Praktik Keperawatan Profesional
Pada pelaksanaan MPKP kegiatan pengendalian diterapkan dalam bentuk kegiatan
pengukuran :
1) Layanan mutu umum
X 100 %
Keterangan
-
Jummlah hari perawatan adalah julah total pasien dirawat dalam satu hari
jumlah hari dalam satu satuan waktu
- Jumlah hari persatuan waktu, jika diukur persatu bulan maka jumlahnya 28-1
hari, tergantung jumlah hari dalam bulan
b) Penghitungan rata-rata lama dirawat (ALOS)
ALOS (avarage lenght of stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efesiensi, juga dapat emberikan gambaaran
mutu pelayanan. Secara umum ALOS ideal 6-9 hari.
Rumus perhitungan ALOS :
Rumus : jumlah hari perawatan pasien keluar x 100 %
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
Keterangan :
- Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien
keluar hidup atau mati dalam satu peiode waktu
- Jumlah pasien keluar ( hidup+mati ) adalah jumlah pasien yang pulang atau
meninggal dalam satu periode tertentu
c) Penghitugan lama tempat tidur tidak terisi (TOI)
TOI (turn over interval) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi ke
saat terisi berikutnya. Indikator ini tidak dapat memberikan gambaran tingkat efesiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong 1- hari
Rumus penghitungan TOI :
Rumus : (jumlah TT x hari ) hari perawatan RS X 100 %
Jumlah pasien keluar (hidup + mati )
Keterangan :
- Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki
- Hari perawatan : jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan
mati
- Jumlah pasien keluar (hidup + mati ) adalah jumlah pasien yang dimutasikan
keluar baik pulang, lari atau meninggal
2) Indikator Mutu Khusus
a. Kejadian Infeksi Nosokomial
Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau
muncul selama dalam perawatan dirumah sakit.
b. Kejadian Cedera
Angka cedera adalah jumlah pasien yang mengalami luka selama dalam
perawatan yang disebabkan karena tindakan jatuh, fiksasi dan lainnya. Indikator ini
dapat menggambarkan mutu pelayanan yang diberikan pada pasien. Idealnya tidak
ada kasus pasien yang cedera
c. Kondisi Pasien
a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan
Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang
atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey
masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang
bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat
standar asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh
kepala ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan mpkp.
b) Survey masalah baru
Survey masalah keperawatan adalah survey dengan standart nanda untuk
pasien baru opname yang dilakukan untuk satu periode waktu tertentu (satu bulan).
c) Kepuasan pasien dan keluarga
Kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang
merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang
dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Survey kepuasan yang
dilakukan diruang mpkp adalah kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga
kesehatan lain.
d. Kondisi sdm
a) Kepuasan tenaga kesehatan (perawat dan dokter)
Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit;
Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat,
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Busono, Presidentyas Bimo Tri. 2010. Evaluasi Penerapan Model Praktek Keperawatan
Profesional di ruang Maranata I Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Undergraduate
thesis, Semarang: Universitas Diponegoro.
Douglas, LM. (1984) , the Effevtive Nurse Leader and Menager, Second edition, St. Louis,
the CV Mosby.
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi & Praktek Keperawatan Profesional .Jakarta : EGC
Rantung, Fredna Robot, Rivelino Hamel. 2013. Perbedaan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Ruangan SP2KP dan non-SP2KP di Irina A dan Irina F RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan
Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat,
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Supit, Desire Farlind. 2011. Efektivitas Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Advent Bandung. Undergraduate
thesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada