Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang secara terus-
menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan
metode perawatan berubah, karena gaya hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan ada hal
penting yang harus dibahas yaitu Model Praktik Keperawatan Profesioanal yang dapat diterapkan
dalam pemberian asuhan keperawatan dan dalam hal ini, makalah ini akan membicarakan tentang
“Model Praktik Keperawatan Profesional”.
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien termasuk individu, keluarga dan
masyarakat. Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial
dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit,
serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Karena beberapa fenomena diatas
wajib diketahui oleh seorang perawat yang profesional, sehingga profesi keperawatan mampu
memilih dan menerapkan Model Praktik Keperawatan Profesioanl yang paling tepat bagi klien.
Sehingga diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan
mutu asuhan dan pelayanan keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Model Praktik Keperawatan professional ?
2. Apa tujuan Model Praktik Keperawatan professional ?
3. Apa saja pilar dalam Model Praktik Keperawatan professional ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami Model Praktik Keperawatan Profesional.
2. Tujuan khusus
a. Pengertian Model Praktik Keperawatan Professional.
b. Tujuan Model Praktik Keperawatan Professional.
c. Pilar Model Praktik Keperawatan Professional.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli,
2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan
jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien.
Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah
perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk
melakukan tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran dan
fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang jelas.
Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah
tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer
(kombinasi metode tim dan keperawatan primer).

B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh
tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan t ujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim
keperawatan

C. Pilar – Pilar Model Praktik Keperawatan Professional


Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah :
1. Pilar I : Pendekatan Manajemen (manajemen approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar
praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen
terdiri dari :
a. Perencanaan
Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan
visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana
kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana
kegiatan itu dilakukan.
Hierarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan,
kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998). Kegiatan perencanaan yang dipakai
di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk
jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek.
1) Visi : adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk
serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan perencanaan
organisasi.
Contoh visi di Ruang MPKP RSMM Bogor adalah
“Mengoptimalkan kemampuan hidup klien gangguan jiwa sesuai dengan
kemampuannya dengan melibatkan keluarga.”
2) Misi : adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi
yang telah ditetapkan.
Contoh misi di Ruang MPKP di RSMM Bogor adalah “Memberikan pelayanan
prima secara holistik meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual dengan pendekatan
keilmuan keperawatan kesehatan jiwa yang professional.”
3) Filosofi : Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan
semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh
perencanaan jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu.
Beberapa contoh pernyataan filosofi :
“Individu memiliki harkat dan martabat”
“Individu mempunyai tujuan tumbuh dan berkembang”
“Setiap individu memiliki potensi berubah”
“Setiap orang berfungsi holistik (berinteraksi dan bereaksi terhadaplingkungan)”
4) Kebijakan : adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan
keputusan.
Contoh kebijakan di ruang MPKP RSMM Bogor: “Kepala Ruangan MPKP dipilih
melalui fit and proper test”
“Staf MPKP bertugas berdasarkan SK”
5) Rencana jangka pendek di ruangan MPKP
a) Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat
sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi
kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian
dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre
conference.
Rencana harian kepala ruangan
 Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi :
 Asuhan keperawatan
 Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
 Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain
yang terkait
 Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
 Operan
 Pre conference dan Post conference
 Mengecek SDM dan sarana prasarana
 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang
memerlukan perhatian khusus
 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil
 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum
teratasi.
 Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan
untuk sore, malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan
pasien.
 Contoh rencana harian kepala ruangan :

Tabel 1. Contoh Rencana Harian Kepala Ruangan


Nama :
Ruangan :
Tanggal :
Jumlah perawat :
Jumlah pasien :

Waktu Keterangan
Kegiatan
07.00 Operan
Pre conference (jika jumlah tim lebih dari 1), mengecek
SDM dan sarana prasarana.
08.00 Mengecek kebutuhan pasien (pemeriksaan, kondisi dll)
09.00 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang
memerlukan perhatian khusus
10.00 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
Perawat 1 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 2 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 3 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
11.00 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil
12.00 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan
yang belum teratasi
Ishoma
13.00 Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan
keperawatan untuk sore, malam dan esok hari sesuai
tingkat ketergantungan pasien
Mengobservasi post conference
14.00 Operan

Rencana harian ketuan TIM


 Isi rencana harian Ketua Tim adalah:
 Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang
menjadi tanggung jawabnya.
 Melakukan supervisi perawat pelaksana.
 Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
 Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
 Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
 Operan
 Pre conference dan Post conference
 Merencanakan asuhan keperawatan
 Melakukan supervisi perawat pelaksana.
 Menulis dokumentasi
 Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
 Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
 Contoh rencana harian ketua tim :

Tabel 2. Rencana Harian Ketua TIM

Nama perawat :
Ruangan :
Tanggal :
Nama pasien :
Waktu Kegiatan Keterangan
07.00 Operan
Pre conference (jika jumlah anggota tim lebih dari 1 orang)
Membimbing makan dan memberi obat pasien
08.00 Pasien 1…………………………(tindakan)
Pasien 2…………………………(tindakan)
Pasien 3………………………….(tindakan)
09.00 Supervisi perawat (dapat diatur sesuai kondisi dan
kebutuhan)
Perawat 1.......................................(nama)
…………………………………..(tindakan)
Perawat 2.......................................(nama)
.......................................................(tindakan)
10.00 Memimpin Terapi Aktivitas Kelompok
11.00 Pasien 1…………………………(tindakan)
Pasien 2…………………………(tindakan)
Pasin 3…………………………..(tindakan)
12.00 Membimbing makan dan memberi obat pasien
Ishoma
13.00 Post conference dan menulis dokumentasi
Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
14.00 Operan

Rencana harian perawat pelaksana


Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk
sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat
pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam
satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat
pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference.
 Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
 Operan
 Pre conference dan Post conference
 Mendokumentasikan askep

 Contoh rencana harian perawat pelaksana :

Tabel 3. Rencana Harian Perawat Pelaksana

Nama perawat :
Ruangan :
Tanggal :
Nama pasien :
1. _____________ 4. ___________________
2. _____________ 5. ___________________
3. _____________ 6. ___________________
Waktu Kegiatan Ket
07.0 14.0 21.0 Operan
0 0 0 Pre conference (jika 1 tim lebih dari 1 orang)
Membimbing makan dan memberikan obat (dinas pagi)
08.0 15.0 22.0 Pasien 1……………………………(tindakan)
0 0 0 Pasien 2……………………………(tindakan)
Pasien 3……………………………(tindakan)
09.0 16.0 23.0 Pasien 4……………………………(tindakan)
0 0 0 Pasien 5……………………………(tindakan)
Pasien 6……………………………(tindakan)
10.0 17.0 24.0 Pasien 1……………………………(tindakan)
0 0 0 Pasien 2……………………………(tindakan)
Pasien 3……………………………(tindakan)
11.00 18.0 05.0 Pasien 4……………………………(tindakan)
0 0 Pasien 5……………………………(tindakan)
Pasien 6……………………………(tindakan)
12.0 19.0 Membimbing makan dan memberi obat pasien
0 0 Istirahat
13.0 20.0 06.0 Post Conference (jika tim lebih dari satu orang) dan
0 0 0 dokumentasi askep
14.0 21.0 07.0 Operan
0 0 0

Penilaian rencana harian perawat


Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui
observasi menggunakan instrumen jurnal rencana harian. Setiap Ketua Tim
mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan dapat
dihitung presentasi pembuatan rencana harian masing-masing perawat.
Jumlah RH yg dibuat
Presentasi RH x 100% =
Jumlah hari dinas pd bulan tersebut
b) Rencana bulanan
Rencana bulanan kepala ruangan
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar
atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan
akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas
hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah:
 Membuat jadwal dan memimpin case conference
 Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok
keluarga
 Membuat jadual dinas
 Membuat jadual dan memimpin rapat bulanan perawat
 Membuat jadual dan memimpin rapat tim kesehatan
 Membuat jadual supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana
 Melakukan audit dokumentasi
 Membuat laporan bulanan
Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan
kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup
rencana bulanan katim adalah:
 Mempresentasikan kasus dalam case conference
 Meminpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
 Melakukan supervisi perawat pelaksana.

c) Rencana tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam
satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta
penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan
mencakup:
 Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses
kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek
professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
 Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
 Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai
MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
 Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang
karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu),
rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk
mengikuti pelatihan-pelatihan.

b. Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan


daftar alokasi pasien.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP
menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-Primer.
Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian di ruang MPKP
terdiri dari:
1) Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan
adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau
kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur
organiosasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-
primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan yang
membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat
primer membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien.
a) Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP
 Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 Tim dan tiap Tim
diketuai masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih.
 Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas
(pagi, sore, malam)
 Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.
 Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena
kondisi tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat
Pelaksana dari Tim ke Tim yang mengalami kekurangan anggota.
 Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan
shift pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak
bertugas. Untuk itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten
dari perawat yang ada. Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua
Tim, sedangkan jika Ketua Tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh
anggota Tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara
anggota tim.
 Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
 Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat Pelaksana
anggota Timnya.
 Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila
Ketua Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung
jawabnya didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di
dalam Tim.
 Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.
 Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya.

b) Uraian tugas
 Kepala ruangan :
 Manajemen approach
Perencanaan :
- Menusun visi
- Menyusun misi
- Menyusun pilosofi
- Menyusun rencana jangka pendek
Pengorganisasian :
- Menyusun struktur organisasi
- Menyusun jadwal dinas
- Membuat daftar alokasi pasien
Pengarahan :
- Memimpin operan
- Menciptakan iklim motivasi
- Mengatur pendelegasian
- Melakukan supervise

Pengendalian :
- Mengevaluasi indicator mutu
- Melakukan audit dokumentasi
- Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga
kesehatan lainya
- Melkaukan survey masalah kesehatan / keperawatan
 Compensatory reward :
- Melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
- Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf
 Professional relationshif :
- Memimpin rapat keperawatan
- Memimpin konfrensi kasus
- Melakukan rapat tim kesehatan
- Melakukan kolaburasi dengan dokter
 Pasien care delivery : mampu melakukan asuhan keperawatan pada
pasien
 Ketua tim
 Manajemen approach
Perencanaan :
Menyusun rencana jangka pendek : rencana harian dan rencana
bulanan
Pengorganisasian
- Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan
- Membagi alokasi pasien kepada perawat pelaksana
Pengarahan
- Memimpin pre conference
- Menciptakan iklim motivasi di timnya
- Melaksanakan supervise kepada anggota timnya
Pengendalian
- Mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang
dilakukan oleh perawat pelaksana
- Memberikan umpan balik kepada perawat pelaksana
 Compensatory reward : menilai kinerja perawat pelaksana
 Professional relationshif
- Melaksanakan konferensi kasus
- Melakukan kolaburasi dengan dokter
 Patien care delivery : mampu melaksanakan asuhan keperawatan
 Perawat pelaksana
 Perencanaan : menyusun rencana jangka pendek (rencana harian)
 Patien care delivery : mampu melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan kompetensinya.

2) Daftar dinas ruangan


Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung
jawab dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1
minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya
untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh
kepala ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada
minggu yang selanjutnya bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim
mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas
dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari.
3) Daftar pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter,
nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat
menjalankan dinas di tiap shift.
Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung
jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang
bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas.
Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar
kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan
tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien
sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga
memberi informasi bagi kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi
tentang perkembangan dan keperawatan pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi
oleh ketua Tim sebelum operan dengan dinas berikutnya dan dapat
dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Contoh daftar pasien :
No Nama Pasien Nama Dokter Nama Katim Perawat PP Pagi Sore Malam
7/11-07 6/11-07 6/11-07
Tim I
1 Ferri Dr. Anton Anita Beti Beti Ulfa Ujang
2 Zulkifli Dr. Anton Anita Ujang Beti Ulfa Ujang
3 Arman Dr. Anton Anita Henny Henny Pusti Ujang
4 Bary Dr. Meti Anita Ulfa Henny Ulfa Ujang
5 Dullah Dr. Meti Anita Tito Tito Pusti Ujang
6 Ahmad Dr. Meti Anita Pusti Tito Pusti Ujang
7 Dirman Dr. Anton Anita Anita Anita Pusti Ujang
Tim II

Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh ketua Tim berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan
sebelum operan dari dinas pagi ke dinas sore.
Contoh diatas menunjukkan:
a. Dinas pagi tanggal 7 November 2007 adalah Beti, Henny, Tito dan Anita. Beti merawat Ferri sebagai penanggung jawab dan merawat
Zulkifli sebagai perawat asosiet karena Ujang yang bertanggung jawab sedang dinas malam.
b. Dinas sore tanggal 6 November 2007 adalah Ulfa dan Pusti.
c. Dinas malam tanggal 6 November 2007 adalah Ujang.
c. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim
motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam
rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain
yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian,
pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang bermuara pada
”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis &
Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu
kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan
pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis &
Houston, 1998) sebagai berikut:
1) Menciptakan iklim motivasi
2) Mengelola waktu secara efisien
3) Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
4) Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
5) Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
6) Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1) Menciptakan budaya motivasi
a) Pengertian
Motivasi adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang individu
untuk memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan manusia bervariasi,
maka motivasi memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan
kebutuhan individu merupakan salah satu cara memotivasi (Marquis &
Houston, 1998).
Iklim motivasi dapat ditumbuhkan melalui:
 Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan
harapan tersebut secara efektif
 Bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
 Membuat keputusan yang bijaksana
 Mengembangkan konsep kerja kelompok
 Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan kebutuhan
dan tujuan organisasi
 Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf mengetahui
bahwa pimpinan mengetahui keunikan dirinya
 Menghilangkan blok tradisionil antara staf dengan pekerjaan yang
telah dikerjakan
 Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk
mengembangkan diri
 Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan
 Memastikan bahwa staf mengetahui alasan di belakang semua
keputusan dan tindakan
 Memberikan kesempatan kepada staf untuk membuat penilaian
sesering mungkin
 Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong dengan staf
 Memberi kesempatan staf untuk mengontrol lingkungan kerjanya
 Menjadi role model bagi staf
 Memberikan reinforcement sesering mungkin
b) Penerapan penciptaan iklim motivasi di MPKP
Di ruang MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara
sebagai berikut:
 Budaya pemberian reinforcement positif Reinforcement positif adalah
upaya menguatkan perilaku positif dengan memberikan reward.
Reward yang diberikan di MPKP adalah pemberian pujian yang tulus.
Masing-masing staf dibudayakan untuk memberikan pujian yang
tulus diantara mereka terhadap kinerja dan penampilan.
 Doa bersama sebelum memulai kegiatan
 Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah setiap
personil secara mendalam dan membantu penyelesaiannya.
 Manajemen Sumber Daya Manusia melalui penerapan pengembangan
jenjang karir dan kompetensi
 Sistem reward yang fair sesuai dengan kinerja
c) Evaluasi Aktivitas Menciptakan Iklim Motivasi
Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala ruangan
dan ketua tim setiap 6 bulan sekali (per semester) dengan menggunakan
suatu instrumen/kuisioner

2) Manajemen waktu
a) Pengertian
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang
dipunyai. Tahapan majanemen waktu meliputi 3 tahapan yaitu :
 Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas
 Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan,
menyelesaikan tugas sebelum memulai tugas yang lain.
 Membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang diterima
b) Penerapan Manajemen Waktu di MPKP
Dalam MPKP manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan
rencana kerja harian yaitu suatu bentuk perencanaan kerja melalui jadual
kerja yang disusun secara berurutan yang disusun sebelum pekerjaan
tersebut dilaksanakan
c) Evaluasi Aktivitas Manajemen Waktu
Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen/kuisioner

3) Pendelegasian
a) Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam
organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap
berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian
dilaksanakan melalui proses :
 Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
 Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas
 Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
 Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa
tujuannya
 Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
 Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi
masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan
menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
 Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
 Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
b) Penerapan Pendelegasian di MPKP
Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas
oleh Kepala Ruangan kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada Perawat
Pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan
tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan secara
berjenjang. Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian
terencana dan pendelegasian insidentil.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara
otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan
di ruang MPKP. Bentuknya dapat berupa :
 Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Ketua Tim untuk
menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
 Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Penanggung Jawab
Shift
 Pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan
 Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang
MPKP berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus
dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah
Kepala Seksi Perawatan, Kepala Ruangan, Ketua Tim atau
Penanggung Jawab Shift, tergantung pada personil yang
berhalangan.
c) Prinsip-prinsip Pendelegasian tugas di MPKP
 Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format
pendelegasian tugas Personil yang menerima pendelegasian tugas
adalah personil yang berkompeten dan setara dengan kemampuan
yang digantikan tugasnya
 Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal
secara terinci, baik lisan maupun tertulis
 Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor
pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang
dihadapi
 Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang
sudah dilaksanakan dan hasilnya.
d) Evaluasi penerapan pendelegasian tugas
Pendelegasian tugas di MPKP dievaluasi dengan menggunakan
instrumen/kuisioner yang diisi oleh seluruh staf perawat dengan cara self
evaluasi
4) Supervisi
a) Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan
untuk memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan
yang mumpuni dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur
organisisi, supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan
atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi diharapkan
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak
menyimpang dan menghasilkan keluaran (produk) seperti yang
diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari
kesalahan, tetapi lebih kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam
proses pengawasan dihargai dahulu pencapaian atau hal positif yang
dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih kurang
agar meningkat. Dengan demikian bawahan tidak merasakan bahwa ia
sekedar dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan pekerjaannya
secara benar.

b) Penerapan supervisi MPKP


Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk
menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu
professional yang telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat
yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan
keperawatan serta menguasai pilar-pilar professional yang diterapkan di
MPKP. Untuk itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut :
 Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan
terhadap Kepala Ruangan.
 Kepala Ruangan Keperawatan melakukan pengawasan terhadap
Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.
 Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas
dari masing-masing staf perawat yang disupervisi. Untuk Kepala
Ruangan materi supervisi adalah kemampuan manajerial dan
kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua Tim disupervisi terkait
dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan
keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana disupervisi terkait dengan
kemampuan asuahan keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi
momok bagi staf maka disusun standar penampilan yang diharapkan dari
masing-masing staf yang sudah dipahami oleh staf dan jadwal supervisi.

c) Evaluasi aktivitas uspervisi


Aktivitas supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim
yang melakukan supervisi dengan menggunakan instrumen/kuisioner
dengan cara self evaluasi

5) Komunikasi efektif
a) Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen
khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu
organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran
organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses
tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antara
2 orang atau lebih yang bekerjasama.
 Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan
malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi
ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari
dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift
sore.
 Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut
yang dipimpin oleh katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim
tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan
tambahan rencana dari katim atau PJ.
 Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada
shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat dan
hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin
oleh katim atau PJ tim.
b) Penerapan komunikasi di MPKP
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP :
 Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan
malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi
ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari
dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift
sore.
 Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut
yang dipimpin oleh katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim
tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan
tambahan rencana dari katim atau PJ.
 Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada
shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat dan
hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin
oleh katim atau PJ tim.
c) Evaluasi pelaksanaan aktivitas komunikasi di MPKP
Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf
perawat MPKP. Evaluasi dilakukan sekali tiap bulan dengan
menggunakan instrumen/kuisioner.

6) Manajemen konflik
a) Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang
dengan orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari
sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik
mudah terjadi. Demikian juga di ruang MPKP konflik pun bisa terjadi.
Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan upaya-
upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini mungkin di
ruang MPKP.
b) Cara – cara penanganan konplik
 Bersaing : Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan
konflik dimana seseorang atau satu kelompok berupaya memuaskan
kepentingannya sendiri tanpa mempedulikan dampaknya pada orang
lain atau kelompok lain. Cara inbi kurang sehat bila diterapkan karena
bisa menimbulkan potensi konflik yang lebih besar terutama pada
pihak yang merasa dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya
menghindari metode penyelesaian konflik jenis ini.
 Berkolaborasi : Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk
memuaskan kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Cara ini
adalah salah satu bentuk kerjasama. Berbagai pihak yang terlibat
konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan
jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan
perbedaan. Situasi yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun
yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini disebut juga
win-win solution.
 Menghindar : Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana
pihak yang sedang berkonflik mengakui adanya konflik dalam
interaksinya dengan orang lain tetapi menarik diri atau menekan
konflik tersebut (seakan-akan tidak ada konflik atau masalah). Cara
ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik karena masalah
mendasar tidak diselesaikan, penyelasaian yang terjadi adalah
penyelesaian semu. Untuk itu tidak dianjurkan organisasi untuk
menggunakan metode ini.
 Mengakomodasi : Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik
dengan cara salah satu pihak yang berkonflik menempatkan
kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan dirinya lebih tinggi.
Salah satu pihak yang berkonflik mengalah kepada pihak yang lain.
Ini suatu upaya lose – win solution. Upaya penyelesaian konflik
dengan akomodasi sebaiknya juga tidak digunakan terlalu sering
karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan bisa menimbulkan
potensi konflik di masa mendatang.
 Berkompromi : Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana
semua pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya demi
terjalinnya keharmonisan hubungan dua belah pihak tersebut. Dalam
upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Ini
adalah lose-lose solution di mana masing-masing pihak akan
mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap
harmonis.
c) Penerapan manajemen konflik di MPKP
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya
yang win-win solution. Suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu
pembudayaan kolaborasi antar staf menjadi prioritas utama dalam
menyelenggarakan pengelolaan ruangan MPKP. Pendekatan
penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan
penyelesaian masalah (problem solving) yang meliputi:
 Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan melakukan
klarifikasi pada pihak yang berkonflik.
 Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik.
 Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin
diterapkan.
 Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan.
 Menerapkan solusi pilihan
 Mengevaluasi peredaan konflik.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi belum berhasil maka kepala ruangan
dapat berkonsultasi dengan kepala Seksi Perawatan atau Konsultan.
d) Evaluasi penerapan aktivitas penyelesaian konflik
Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf keperawatan
MPKP. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrumen/kuisioner.

d. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan.
Fayol mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya
terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan,
serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”.
Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika
muncul isue dapat segera direspon dengan cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar.
Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan
(standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu
pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan
pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang
merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei
masalah keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat
bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa
aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi
untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
1) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4) Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk
menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan
penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit keperawatan
yaitu :
1) Audit struktur : Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia;
lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan,
prosedur, standar, SOP dan rekam medik; pelanggan.
2) Audit proses : Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan
keperawatan untuk menentukan apakah standar keperawatan tercapai.
Pemeriksaan dapat bersifat retropektif, concurrent, atau peer review.
Retropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan
keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan.
Concurrent adalah mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang
berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap
pelaksanaan kegiatan.
3) Audit hasil : Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi
pasien, kondisi SDM, dan indikator mutu.
Pada model praktek keperawatan professional (MPKP) kegiatan
pengendalian diterapkan dalam bentuk kegiatan pengukuran :
1) Indicator mutu umum
a) Penghitungan Tempat Tidur Terpakai (BOR)
Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu
satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar internasional BOR
dianggap baik adalah 80 – 90 % sedangkan standar nasional BOR adalah 70 –
80 %.
Rumus penghitungan BOR sbb :

Jumlah hari perawatan


x 100%
Jumlah TT x Jumlah hari persatuan waktu
Catatan :
 Jumlah hari perawatan adalah hasil penjumlahan lama hari rawat pasien
yang keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu
 Jumlah hari per satuan waktu adalah jumlah hari dalam satu periode waktu
b) Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS)
Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosa
tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut). Secara
umum ALOS yang ideal adalah 6 – 9 hari.
Di MPKP pengukuran ALOS dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat
setiap bulan dengan rumus sbb:
Jumlah hari perawatan pasien keluar
ALOS =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Catatan :
 Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien
keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.
 Jumlah pasien keluar (hidup atau mati): jumlah pasien yang pulang atau
meninggal dalam satu periode waktu.
c) Penghitungan Tempat Tidur Tidak Terisi (TOI)
Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari
saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan gambaran
tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong hanya
dalam waktu 1 – 3 hari.
Di MPKP pengukuran TOI dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat setiap
bulan dengan rumus sbb:
(Jumlah TT x hari) – hari perawatan RS
TOI =
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
d) Angka infeksi infeksi saluran kemih
Di MPKP pengukuran angka infeksi saluran kemih dilakukan oleh kepala
ruangan yang dibuat setiap bulan
e) Angka dekubitus : Angka dekubitus adalah jumlah pasien yang mengalami
dekubitus selama dalam perawatan di rumah sakit
f) Penghitungan angka infeksi luka operasi
g) Penghitungan angka luka tusukan jarum infus
h) Survey Kepuasan
Menurut Philip Kotler, Survey kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan
yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan
penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan
harapan seseorang
Survey kepuasan yang akan dilakukan di ruang MPKP adalah kepuasan
pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain.
Di MPKP survey kepuasan pasien dilakukan setiap pasien pulang, diberikan
saat selesai menyelesaikan administrasi atau saat mempersiapkan pulang
dengan cara pasien dan keluarga mengisi angket yang disediakan. Survey
kepuasan dilakukan 6 bulan sekali.
2) Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Audit dokumentasi adalah kegiatan mengevaluasi dokumen asuhan keperawatan
yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana. Di MPKP kegiatan audit
dilakukan oleh kepala ruangan, pada status setiap pasien yang telah pulang atau
meninggal dan hasil audit dibuat rekapan dalam satu bulan.
Evaluasi Aktivitas Pengendalian
Di MPKP aktivitas pengendalian dievaluasi melalui self evaluasi terhadap Kepala ruangan tiap satu semester dengan
menggunakan instrumen/kuisioner sbb:
Evaluasi Aktivitas Pengendalian di MPKP
No Kriteria Sll Sr Kd Tp
1 BOR dihitung setiap satu bulan
2 ALOS diukur setiap bulan
3 TOI diukur setiap bulan
4 Angka Infeksi Nasokomial dicatat setiap bulan
5 Survey kepuasan pasien dilakukan setiap ada pasien pulang atau meninggal
6 Survey kepuasan keluarga dilakukan setiap ada pasien pulang atau meninggal
7 Survey kepuasan tenaga kesehatan dilakukan setiap ada pasien pulang atau meninggal
8 Survey masalah keperawatan dilakukan tiap bulan
9 Audit dokumen dilakukan tiap bulan
Petunjuk :
Sll : selalu nilai 4
Sr : sering nilai 3
Kd : kadang-kadang nilai 2
Tp : tidak pernah nilai 1
Nilai : Total nilai x 100%
2. Pilar II : Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan
professional berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian
kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan
setiap ada penambahan perawatan baru.
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen
keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan.
Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar
dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat
merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan
praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat
akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional
apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf
yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur,
sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga
keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien sesuai yang diharapkan.
Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen, seleksi,
kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses
ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan
perawat baru.
a. Proses Rekruitmen Tenaga Perawat di Ruang MPKP
Rekruitmen di ruang MPKP berfokus pada rekruitmen perawat yang ada di
rumah sakit. Dalam menentukan perawat yang diperlukan di ruang MPKP, perlu
diketahui kategori Ruang MPKP yang akan dikembangkan. Misalnya Untuk
level MPKP Profesional I diharapkan Karu dan Katim mempunyai latar
belakang pendidikan Ners, Sarjana Keperawatan dengan jenjang karir minimal
Perawat Klinik 3 (PK 3), serta seluruh perawat pelaksana minimal mempunyai
latar belakang pendidikan D III Keperawatan dengan jenjang karir minimal
Perawat Klinik 2 (PK 2). Proses rekuitmen perawat di ruang MPKP :
1) Seluruh perawat di Rumah Sakit harus menyepakati level MPKP yang akan
dipilih, disesuaikan dengan sumber daya keperawatan yang ada di rumah
sakit tersebut, diharapkan minimal memilih MPKP level pemula.
2) Setelah level disepakati maka kepala bidang perawatan melakukan
sosialisasi pembentukan ruang MPKP kepada pimpinan dan para pejabat
struktural yang ada di rumah sakit untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan.
3) Kepala ruangan melakukan sosialisasi kepada semua perawat yang ada di
ruangan tentang pembentukan ruang MPKP disertai kriteria perawat yang
dibutuhkan dengan tujuan merekrut perawat yang memenuhi kriteria.
Kepala ruangan memotivasi perawat di ruangannya yang memenuhi kriteria
untuk mendaftarkan diri dengan mengisi formulir pendaftaran dan biodata.
Sebelum menetapkan proses rekruitmen perlu ditetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan. Jenis tenaga perawat terdiri dari kepala ruangan (Karu), perawat
primer (PP) sebagai ketua tim, dan perawat pelaksana. Selain itu juga perlu
ditetapkan kriteria perawat yang dibutuhkan.
b. Proses seleksi tenaga perawat di ruang MPKP
1) Proses seleksi dimulai dari telaah dokumen untuk menetapkan perawat
yang memenuhi syarat menjadi kepala ruangan, perawat primer/ketua tim,
dan perawat pelaksana/asosiet.
2) Semua perawat yang memenuhi kriteria dipanggil untuk tes tulis. Hasil tes
tulis menetapkan perawat pelaksana yang memenuhi kriteria dan bakal
calon ketua tim dan kepala ruangan.
3) Perawat yang lulus tes tulis mengikuti tes wawancara.
4) Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh perawat yang
memenuhi kriteria karu dan katim untuk memilih kepala ruangan.
5) Jika nama dan jumlah perawat telah ditetapkan sesuai dengan hasil tes
maka pimpinan rumah sakit membuat surat keputusan (SK) penempatan
perawat yang bekerja di ruang MPKP.
6) Sebelum perawat bekerja di ruang MPKP, mereka diminta untuk membuat
pernyataan akan kesediaannya bekerja dan mengembangkan ruang MPKP
dan menandatanganinya. Perawat diberikan penjelasan tentang lingkup
kerja dan pengembangan karir.
c. Proses orientasi tenaga perawat di ruang MPKP
Setiap perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa orientasi
yang sering disebut pelatihan awal sebelum seseorang bekerja pada unit kerja
tertentu. Orientasi berupa pelatihan tentang informasi budaya kerja MPKP dan
informasi umum tentang rumah sakit (visi, misi, program jangka pendek dan
jangka panjang, program mutu, kebijakan dan peraturan). Kegitatan orientasi
menggunakan metode klasikal, praktik lapangan dan praktik kerja.
Kegiatan orientasi dilakukan pada perawat baru yang akan bekerja di ruang
MPKP. Karu dan Katim membuat rencana orientasi. Kegiatan MPKP yang
akan diorientasikan pada program orientasi adalah :
1) Kepala Ruangan
a) Pendekatan Management:
 Perencanaan
 Mengembangkan visi dan misi
 Mempunyai filosofi
 Menetapkan Rencana Jangka Pendek
 Pengorgansasian
 Membuat struktur organisasi
 Membuat jadual dinas bersama ketua tim
 Membuat daftar pasien bersama ketua tim
 Pengarahan
 Mamimpin operan
 Mengawasi dan mengarahkan kegiatan pre dan post conference
 Memberi motivasi pada tim perawat di ruangan
 Mendelegasikan tugas pada bawahan dengan jelas
 Memfasilitasi kolaborasi dengan anggota tim kesehatan yang
lain dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.
 Mengawasi perawat primer dan perawat pelaksana dalam
mengelola pasien melalui komunikasi langsung.
 Memperoleh informasi tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan melalui supervisi dan mendengarkan laporan
langsung dari perawat primer.
 Melakukan pengawasan tidak langsung :
- Mengecek daftar hadir perawat primer, perawat pelaksana,
pekarya dan petugas TU.
- Mengecek kedisiplinan.
 Pengendalian
 Menetapkan indikator mutu
 Melakukan audit dokumentasi
 Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga, perawat, dan
tenaga kesehatan lainnya.
 Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
b) Compensatory reward
 Melakukan rekruitmen tenaga perawat
 Melakukan seleksi tenaga perawat
 Melakukan orientasi
 Melakukan penilaian kinerja
 Melakukan pengembangan tenaga perawat
c) Hubungan Professional
 Memimpin rapat keperawatan
 Mengawasi pelaksanaan konfrensi kasus
 Mengikuti rapat tim kesehatan
 Mengawasi pelaksanaan visit dokter
d) Asuhan keperawatan : Menguasai asuhan keperawatan pada pasien
sesuai masalah keperawatan yang ada
2) Perawat Primer/Ketua Tim
a) Pendekatan Managemen :
 Perencanaan
 Membuat pengkajian lengkap, perencanaan, dan menentukan
kriteria evaluasi untuk pasien
 Membuat rencana jangka pendek
 Pengorgansasian
 Menyusun jadual dinas bersama Kepala Ruangan
 Membuat daftar pasien bersama Kepala Ruangan
 Membagi tugas kepada perawat pelaksana sesuai dengan
kemampuan perawat pelaksana
 Bekerjasama dengan tim kesehatan yang lain untuk
mengintegrasikan pelayanan keperawatan dengan pelayanan
kesehatan lain
 Pengarahan
 Memimpin kegiatan ronde keperawatan, konferensi kasus, Pre
dan Post Conference
 Memberikan pengarahan pada perawat pelaksana masing-
masing secara individual
 Memberikan motivasi kepada perawat pelaksana
 Mendelegasikan tugas kepeda perawat pelaksana secara jelas
 Pengendalian
 Mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
yang dilakukan oleh Perawat Pelaksana
 Memberikan umpan balik pada Perawat Pelaksana
b) Compensatory reward
 Melakukan orientasi kepada perawat baru
 Menilai kinerja Perawat Pelaksana
c) Hubungan Professional
 Memimpin konfrensi kasus
 Mengikuti visit dokter
d) Asuhan keperawatan : Menguasai asuhan keperawatan pada pasien
sesuai masalah keperawatan yang ada
1) Perawat Pelaksana
 Membuat rencana jangka pendek (rencana harian) tindakan
keperawatan yang ditugaskan oleh perawat primer
 Melaksanakan tindakan keperawatan
 Melakukan evaluasi serta dokumentasi keperawatan
 Mengikuti ronde keperawatan, konferensi kasus, dan pre dan post
conference.
 Melakukan kerja sama dengan perawat pelaksana lain dibawah timnya.
 Selama masa orientasi, dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap
kinerja perawat dalam melaksanakan budaya MPKP. Selanjutnya bagi
perawat yang telah menjalani masa orientasi dilakukan penentuan
apakah perawat tersebut diterima atau tidak di ruang MPKP. Penentuan
dilakukan oleh pimpinan keperawatan dan fasilitator (konsultan).
d. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan,
perawat primer dan perawat asosiet. Kemampuan tiap SDM dievaluasi dengan
menggunakan supervisi baik secara langsung (observasi) maupun tidak
langsung (melalui dokumentasi). Kinerja kepala ruangan disupervisi/
dievaluasi oleh kepala bidang perawatan dan fasilitator/konsultan; kinerja
perawat primer disupervisi/ dievaluasi oleh kepala bidang perawatan,
fasilitator/konsultan dan kepala ruangan; kinerja perawat pelaksana
disupervisi/ dievaluasi oleh kepala ruangan dan perawat primer. Kepala
Bidang Perawatan bertanggung jawab mengobservasi dan menilai
keberlllangsungan seluruh aktivitas di ruang MPKP. Dalam supervisinya
didampingi oleh fasilitator atau konsultan.
e. Pengembangan tenaga perawat
Pengembangan tenaga perawat merupakan salah satu proses yang
berhubungan dengan manajemen SDM. Tujuannya adalah membantu masing-
masing perawat mencapai kinerja sesuai dengan posisinya dan untuk
pengakuan/penghargaan terhadap kemampuan profesional tenaga perawat
yang akan memaksimalkan pencapaian jenjang karir. Bentuk pengembangan
tenaga perawat di ruang MPKP adalah Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan
dan Program pengembangan jenjang karier. Pada tahap awal bekerja di ruang
MPKP, perawat mendapat penjelasan tentang proses pengembangan yang
dapat diikuti.

3. Pilar III : hubungan professional ( professional relationshif)


Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawatan merupakan standar dari
hubungan antara pemberi pelayanan keperawatan dan penerima pelayanan keperawatan
(klien dan keluarga (Cameron, 1997 dalam elizabet & Kathleen).
Hubungan professional yang terjadi di ruang Model Praktek Keperawatan Professional yaitu:
a. Rapat ruangan
Merupakan suatu media komunikasi untuk menyampaikan informasi permasalahan
yang ditemukan pada klien. Evaluasi hasil kerja secara keseluruhan,
informasi/peraturan/ perkembangan IPTEK dan lain – lain. focus pembicaraan adalah
membahas hasil – hasil kerja keperawatan selama sebulan selama aktivitas di ruangan.
Tujuanya :
1) Mengidentifikasi keberhasilan tindakan keperawatan
2) Mengidentifikasi hambatan – hambatan yang ditemukan
3) Mendiskusikan penyelesaian masalah
4) Menyusun POA bulan berikutnya
5) Meningkatkan hubungan antar perawat antar ruangan
Syarat rapat perawat ruangan :
1) Dipimpin oleh kepala ruangan
2) Peserta rapat adalah seluruh perawat ruangan tanpa menggangu kegiatan ruangan,
waktu : 60 menit
3) Dilakukan setiap awal bulan setelah evaluasi bulan sebelumnya
4) Dilakukan diruangan
Langkah - langkah rapat :
1) Persiapan :
 Penjadwalan yang disepakati semua perawat ruangan
 Menyiapkan bahan rapat ( hasil kerja, dan masalah yang dihadapi)
2) Pelaksanaan
 Pembukaan
 Penjelasan agenda rapat
 Pembacaan ringkasan laporan oleh kepala ruangan
 Kepala ruangan menerima masukan
 Kepala ruangan menampung masukan
 Mencari jalan solusi bersama – sama
 Kepala ruangan menyimpulkan hasil rapat dan menyampaikan POA bulan
berikutnya
3) Dokumentasi
Hasil rapat di dokumentasikan oleh notulen
b. Konfrensi kasus (case conference) keperawatan
Diskusi kelompok tentang kasus asuhan keperawatan klien / keluarga. Dilakukan dua
kali per bulan dan kasusnya bergantian antar TIM. Topic atau isi dari kasus yang
disampaikan adalah:
1) Kasus pasien baru
2) Kasus pasien pulang
3) Kasus pasien yang meninggal
4) Kasus pasien dengan masalah yang jarang ditemukan
Tujuanya :
1) Mengenal kasus dan permasalahan
2) Mendiskusikan alternative penyelesaian masalah asuhan keperawatan
3) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam menangani kasus
Syarat :
1) Dipimpin oleh ketua TIM atau kepala ruangan
2) Peserta seluruh perawt ruangan tanpa mengganggu kegiatan ruangan, waktu : 30 –
60 menit
3) Dilakukan 2 kali sebulan atau disesuaikan dengan kondisi dan tingkat urgensi
sesuai dengan penjadwalan masing – masing
4) Kasus klien dipersiapkan oleh TIM yang bertanggungjawab
5) Dilakukan di ruangan
Langkah – langkah :
1) Persiapan
 Masing – masing ketua tim membuat jadwal case conference
 Alat dan bahan di siapkan oleh ketua TIM
2) Pelaksanaan
 Pembukaan oleh ketua TIM
 Ketua tIM menyampaikan kasus yang akan di bahas
 Ketua TIM meminta masukan
 Ketua TIM menyimpulkan
 Ketua TIM menyampaikan POA, kontrak pertemuan berikutnya dan menutup
kegiatan
3) Dokumentasi
 Ketua TIM mendokumentasikan hasil dari case conference
 Kepala ruangan menilai kemampuan ketua TIM dalam melakukan case
confrence
4) Evaluasi
Format penilaian kinerja case conperence untuk ketua TIM
c. Rapat TIM kesehatan
1) Pengertian
Media komunikasi antar tim kesehatan ( rapat multidisiplin) untuk membahas
manajerial ruangan MPKP
2) Tujuan / kegunan
a) Menyamankan persepsi terhadap informasi yang di dapatkan dari masalah yang
ditemukan, khususnya masalah manajerial
b) Meningkatkan kesinambungan pemberian pelayanan kesehatan
c) Mengurangi kesalahan informasi antar tim kesehatan
d) Meningkatkan koordinasi antar tim kesehatan
3) Syarat
a) Dipimpin oleh kepala ruangan
b) Peserta : ka ruangan, ka tim dan profesi lainya
c) Waktu : 60 menit
d) Dilaksanakan di ruangan
e) Dilakukan setiap 1 bulan sekali
4) Bahan : laporan bulan lalu atau kasus
Langkah – langkah :
1) Persiapan
a) Kepala ruangan menjadwalkan rapat tim kesehatan ruang MPKP dan di sepakati
oleh semua perawat dan timkesehatan yang terlibat di ruangan
b) Menyiapkan bahan untuk rapat tim kesehatan : laporan bulan sebelumnya, masalah
yang akan dibahas bisa permasalahan pasien/keluarga, perawat dan tim kesehatan
lainya atau kerjasama, sarana dan prasarana yang terkait dengan pemberian
pelayanan kesehatan, ataupun anggaran yang diperlukan. bentuknya bisa kebijakan,
prosedur tetap, regulasi. Koordinasi dan lainya
2) Pelaksanaan
a) Acara dimulai dengan pembukaan salam oleh kepala ruangan
b) Kepala ruangan menjelaskan tujuan atau agenda rapat tim kesehatan
c) Kepala ruangan membacakan laporan bulan sebelumnya tentang permasalahan
yang dihadapi
d) Kepala ruangan meminta masukan dan tanggapan kepada perawat dan tim
kesehatan lainya yang hadir tentang permasalahan yang ada
e) Kepala ruangan mendengarkan masukan dan tanggapan dari yang hadir
f) Kepala ruangan beserta peserta yang hadir mencari jalan keluar dan memutuskan
tindakan bersama
g) Kepala ruangan menyimpulkan hasil rapat
h) Kepala ruangan menyampaikan pertemuan berikutnya dan permasalahan yang akan
di bahas
3) Dokumentasi
Kepala ruangan melakukan dokumentasi hasil rapat tim kesehata
d. Kolaburasi dengan dokter
1) Visit dokter
Kunjungan dokter ke ruangan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pada pasien, dan
ketua tim bertanggungjawab melakukan kolaburasi serta mendampingi dokter saat
melakukan pemeriksaan dan menyampaikan informasi tentang pasien
2) Tujuan/kegunaan
a) Meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan
b) Meningkatkan koordinasi dalam pemberian pelayanan kesehatan
c) Meningkatkan kesinambungan pemberian pelayanan kesehatan
3) Syarat
a) Penanggunjawab visit dokter adalah ketua tim atau perawat asosiate yang
bertanggungjawab terhadap pasien yang mendapat pendelegasian dari ketua tim
b) Waktu disesuaikan dengan kondisi pasien dan kesepakatan waktu visit
c) Tempat di ruangan pasien
4) Langkah – langkah
a) Ketua tim atau perawat yang di delegasikan yang menjadi penanggungjawab terhadap
pasien atau keluarga menyiapkan data – data yang dibutuhkan
b) Ketua tim memberikan informasi tentang kemajuan dan masalah klien, tindakan yang
dilakukan dan hasilnya kepada dokter
c) Ketua tim mendampingi dokter saat melakukan pemeriksaan dan meminta dokter
memberikan masukan terhadap hasil pemeriksaan
d) Ketua tim mendiskusikan rencana tindak lanjut untuk klien
e) Ketua tim mencatatkan hasil pemeriksaan dokter kedalam catatan keperawatan
e. Konsultasi dengan dokter via telepon
Melaporkan kondisi pasien kepada dokter melalui telepon. Konsultasi melalui telepon
dilakukan jika menurut perawat pasien membutuhkan tindakan kedokteran. Harus ada
seorang saksi yang ikut mendengarkan instruksi.
1) Tujuan
a) Meningkatkan pelayanan pada kondisi tertentu
b) Melaksanakan pendelegasian via telepon
2) Syarat
a) Perawat yang bertanggungjawab terhadap pasien memuluskan bahwa kondisi pasien
membutuhkan tindakan dokter (pagi ka tim, sore/malam penanggungjawab tim)
b) Waktu : setiap saat jika diperlukan
c) Tempat di ruangan pasien rawat inap
3) Langkah – langkah
a) Perawat penanggungjawab pasien mengobservasi pasien
b) Perawat menelpon dokter untuk berkonsultasi hasil observasi yang didapatkan
c) Jika dokter memberikan instruksi via telepon, maka satu orang perawat lain ikut
mendengar instruksi sebagai saksi
d) Perawat menulis instruksi dokter pada rekam medic pasien
e) Dokter menuliskan instruksi via telepon dalam 24 jam
4. Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan
keperawatan merupakan pengaturan sumberdaya dalam menjalankan sumberdaya manusia
(perawat) dengan menggunakan system pengorganiasasian pekerjaan perawat dan klasifikasi
kebutuhan klien dalam metoda pemberian asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan,
kegiatan keperawatan dengan menggunakan metoda proses keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien. Tiga komponen penting dalam
manajemen asuhan keperawatan asuhan keperawatan yaitu manajemen.

D. Komponen-Kopmponen MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu
sebagai berikut :
1. Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien
dibagi 3 kategori, yaitu :
a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam yang terdiri atas :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri atas :
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Voley kateter/intake output dicatat
5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
c. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :
1) Segala diberikan/dibantu
2) Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
4) Pemakaian suction
5) Gelisah/disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan
perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.
Klasifikasi Waktu
Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,10
Partial 0,27 0,15 0,07
Total 0,36 0,30 0,20

Sebagai contoh :
Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien minimal, 15
pasien partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga
pagi adalah :
10 x 0,17 = 1,7
15 x 0,27 = 4,05
5 x 0,36 = 1,8
Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk dinas
pagi.
Untuk mengetahui kebutuhan aktual tenaga keperawatan diruang perawatan sebaiknya
dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu yang sama.
Misalnya rata-rata perawat yang diperlukan di Ruang Bedah menurut perhitungan
Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang diperlukan pada ruang tersebut
adalah :
a. Perawat shift : 10 orang
b. Libur cuti : 5 orang
c. Ketua tim : 3 orang
d. Kepala Ruangan : 1 orang
Jumlah = 19 orang
Terdapat pula cara lain dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan
yang diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus yang dikembangkan Arndt dan
huckabay, 1975 (Gillies, 1994) yang selanjutnya secara populer disebut Formula
Gillies, yaitu dengan komponen yang dipertimbangkan dalam perhitungan :
a. Penentuan Rata-rata jam perawatan yang diperlukan pasien setiap hari
b. Rata-rata sensus harian pasien.
c. jumlah hari/tahun = 365 hari
d. Rata-rata hari libur perawat setiap tahun = 140 hari.
e. Jumlah jam kerja perawat setiap hari
f. Jam perawatan yang dibutuhkan pertahun
g. Jam perawatan yang diberikan oleh masing-masing perawat pertahun
h. Jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat.
Rumus :

AXBXC F
= =H
(C-D) E G

Contoh :
A=4
B = 20
E=8
4 x 20 x 365 29.200
--------------- = ---------- = 16.20 dibulatkan 16 Perawat shift (pagi, sore, malam)
(365 – 140) 8 1800
Catatan : penentuan jumlah rata-rata jam perawatan pasien dengan
mempertimbangkan :
a. Minimal care : 1-2 jam/24 jam
b. Moderate care/partial care : 3 - 4 jam/24 jam
c. Total care : 5 – 6 jam/24 jam.
Contoh :
Berdasarkan soal pada klasifikasi tingkat ketergantungan pasien pada Ruang Rawat
yaitu terdapat 30 orang pasien, yang terdiri dari 10 minimal care, 15 partial care
dan 5 total care. Maka jumlah rata-rata jam perawatan adalah :
Perawatan minimal : 10 x 2 = 20 jam/10 pasien.
Perawatan partial : 15 x 4 = 60 jam/15 pasien
Perawatan total : 5 x 6 = 30 jam/5 pasien.
= 110 : 30 → 3,66 → 4 jam
Menentukan komposisi tenaga :
Abdellah dan Levine pada tahun 1965 (Gillies, 1994) menyarankan kombinasi
tenaga keperawatan yaitu 55 % tenaga profesional dan 45 % tenaga non
profesional. Bila disesuaikan dengan katagori tenaga keperawatan di Indonesia,
maka 55 % minimal lulusan D III Keperawatan dan 45 % tenaga keperawatan
lulusan SPK. Intermountain Health Care menyarankan bahwa kombinasi tenaga
keperawatan adalah : 58 % RN, 26 % LPN, dan 16 % Aides (perawat pembantu).
Apabila dikonversi kategori diatas pada situasi ketenagaan keperawatan di
Indonesia maka 58 % Sarjana Keperawatan/D IV Keperawatan, 26 % D III
Keperawatan dan 16 % Perawat Kesehatan (SPK).
Perbandingan dinas pagi-sore-malam : 47 % Pagi, 36 % Sore, dan 17% Malam
2. Metoda pemberian asuhan keperawatan :
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan
keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda
memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan, yaitu:
a. Penugasan Keperawatan Fungsional :
Metode fungsional dilaksanakan olehperawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka satu perawat
hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya
perawatan luka) kepada semua pasien di bangsal.
System Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

Ka. Ruangan

Perawat obat Perawat suntik Pembantu asuhan Pengatur


hygiene rumahtangga

Pasien

1) Kelebihan :
a) Setiap perawat menjadi sangat terampil dalam melaksanakan tugas tertentu
b) Pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat
2) Kekurangan :
a) Pelayanan keperawatan terpisah – pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
b) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja
c) Komunikasi antar perawat minimal

b. MPKP tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda – beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2 – 3 tim. Yang terdiri atas tenaga professional, teknikal, dam
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
System keperawatan tim adalah system pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien melalui upaya
kooperatif dan kolaburatif (douglas 1984)
1) Konsep metoda tim :
a) Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d) Peran kepala ruang penting dalam metoda tim, model tim akan berhasil bila
di dukung oleh kepala ruang
2) Besarnya tim
a) 1 ruangan 2-3 tim, setiap tim terdiri dari 3-5 perawat (merawat 10 – 20
klien)
b) Ketenagaan dalam tim : 1 atau 2 perawat professional teregistrasi, 1 atau 2
perawat praktikal, dan 1 atau 2 pembantu perawat untuk memberikan asuha
kepada sekelompok klien
3) Kelebihan
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi keputusan kepada naggota tim
4) Tanggungjawab anggota tim:
a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggungjawabnya
b) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c) Memberikan laporan
5) Tanggungjawab ketua tim :
a) Membuat perencanaan
b) Membuat penugasan, supervise dan evaluasi
c) Mengenal / mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien
d) Mengembangkan kemampuan anggota
e) Menyelenggarakan konfrensi
6) Tanggungjawab kepala ruang
a) Perencanaan
b) Pengorganisasian
c) Pengarahan
d) Pengawasan

Keperawatan Tim
Ka. Ruang

Ketua tim Ketua tim

Anggota tim Anggota tim

Pasien Pasien

c. MPKP primer
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan,
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat

Dokter Kepala ruang Sumber RS

Perawat primer

Pasien / klien

Perawat asosiet pagi Perawat asosiet siang Perawat asosiet malam


1) Kelebihan:
a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif;
b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri;
c) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan
informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensi
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
2) Konsep dasar metode primer:
a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat;
b) Ada otonomi;
c) Ketertiban pasien dan keluarga

3) Tugas perawat primer:


a) Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
d) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
e) Disiplin lain maupun perawat lain;
f) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
g) Menerima dan menyesuaikan rencana
h) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
i) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat;
j) Membuat jadwal perjanjian klinis
k) Mengadakan kunjungan rumah
4) Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer
a) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
d) Evaluasi kerja
e) Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf
f) Membuat 1–2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi
5) Ketenagaan metode primer:
a) Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat dengan pasien;
b) Beban kasus pasien 4–6 orang untuk satu perawat primer;
c) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal;
d) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun nonprofesional sebagai
perawat asisten
d. MAKP Kasus.
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi
dan perawatan intensif intensive care
1) Kelebihannya
a) Perawat lebih memahami kasus per kasus;
b) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
2) Kekurangannya
a) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

Keapa ruang

Perawat Perawat Perawat

Pasien Pasien Pasien

e. Modifikasi MPKP tim primer


1) Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut
Sitorus (2002) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan
berikut.
2) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.
3) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
4) Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang
ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan
diberikan oleh perawat primer/ketua tim.
Contoh (dikutip dari Sitorus, 2002):Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat.
Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan empat
orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang
rawat yang juga Ners. Perawat pelaksana (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat
pelaksana terdiri atas lulusan D-3 Keperawatan (tiga orang) dan SPK (18 orang).
Pengelompokan tim pada setiap sif jaga terlihat pada Figur 9.7.

Ka ruang

PP 1 PP 1 PP 1 PP 1

Pagi Pagi Pagi Pagi


PA PA PA PA
PA PA PA PA

Siang Siang Siang Siang


PA PA PA PA
PA PA PA PA

Malam Malam Malam Malam


PA PA PA PA
PA PA PA PA

Libur /cuti Libur /cuti Libur /cuti Libur /cuti


Pa Pa Pa Pa
PA PA PA PA
7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien

Pelayanan prima keperawatan dikembangkan dalam bentuk model praktek


keperawatan profesional (MPKP), yang pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono
(2000) di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo dan beberapa rumah sakit umum lain.
Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan
kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu:
a. Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang
sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di
ruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian
klinis.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis
yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini
digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian
keperawatan.
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian
asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada
model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang
disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan
menuju profesional I.

3. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah
pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang
fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah :
a. Identifikasi masalah
b. Menyusun alternatif penyelesaikan masalah
c. Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
d. Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses
keperawatan yaitu :
a. Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic
b. Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah
keperawatan
c. Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah
d. Implementasi rencana dan
e. Evaluasi hasil tindakan.

4. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai
keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu,
dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan.
Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi
Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk
penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan
keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan
masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan
keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart &
Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai
professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode
pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan
pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
Lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut :
a. Nilai – nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi
partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi
renpra. PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan
asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. hal ini berarti
PP mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar melakukan tindakan
berdasarkan nilai-nilai profesional. Nilai-nilai profesional digariskan dalam kode
etik keperawatan yaitu:
1) Hubungan perawat – klien
2) Hubungan perawat dan praktek
3) Hubungan perawat dan masyarakat
4) Hubungan perawat dan teman sejawat
5) Hubungan perawat dan profesi
b. Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi
informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter.
Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana
tindakan medik.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer ehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP akan
mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra
sesuai kebutuhan klien.
d. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang
jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP.
Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai
seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan
kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin
yang efektif.
e. Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau
kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli,
2006).Model Praktik Keperawatan Profesional memiliki salah satu tujuan yaitu menciptakan
kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan, Model Praktik Keperawatan
Profesional juga memiliki 4 pilar yang terdiri dari :
1. Pendekatan Manajemen Keperawatan
2. Sistem Penghargaan,
3. Hubungan Profesional,
4. Manajemen Asuhan Keperawatan.
Model Praktik Keperawatan Profesional memiliki 4 komponen utama yaitu :
1. Ketenagaan keperawatan,
2. Metode Pemberian asuhan keperawatan,
3. Proses Keperawatan
4. Dokumentasi keperawatan serta Model Praktik Keperawatan Profesional Juga memiliki
diagnosa keperawatan yang mencakup mulai dari resiko prilaku kekerasan hingga gangguan
konsep diri (harga diri rendah).
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi bagi mahasiswa, menambah ilmu dan wawasan
mengenai MPKP serta agar nanti setelah bekerja bisa

Anda mungkin juga menyukai