Anda di halaman 1dari 39

PENATALAKSANAAN TRAUMA FISIK

PADA KONDISI BENCANA

Oleh :

PURWO SUWIGNJO, SKp., MKep., Sp., KMB


PENDAHULUAN

Tempo, 27 Mei 2007


SPGDT
(Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Tarpadu)

 SPGDT – SEHARI-HARI
 SPGDT – BENCANA
 KORBAN PENGUNGSI
Ketersediaan sumber
Kebutuhan dasar
kebutuhan & pelayanan

korban

Contoh masalah

Jumlah korban yang tak tertangani.


Korban yang tak dapat akses ke yankes yang ada.
Korban yang menerima yankes tak adequat.
Populasi yang tak akses ke sarana air bersih.
dll
Tim Penanganan bencana
Tim Reaksi Cepat
1) Pelayanan medis
 Dr. Umum/BSB (sertifikasi GELS, PPGD)
 Dokter spesialis (bedah, anastesi)
 Perawat mahir (bedah,gadar,OK)
 Tenaga Disaster victim investigation (DVI)
 Apoteker/asisten apoteker
 Supir ambulance
2) Surveilans (epidemiolog/ sanitarian)
3) Petugas komunikasi
 RED ZONE (area
penyelamatan)
Lokasi bencana, lokasi kerja tim
rescue, polisi,” tim medis”
tergantung aman /tdk utk
melakukan pertolongan pertama

 YELLOW ZONE (area III II I


pertolongan medis). Lokasi pos
medis lapangan dan tim pendukung

 GREEN ZONE (area


penunjang)
Lokasi utk media masa, lokasi
menunggu bagi keluarga korban,
lokasi utk pemberian penjelasan /
info, utk tim relawan
ARUS PELAYANAN KORBAN
DILAPANGAN
(satu arah tidak bersilang, “3 T rule” ; TAG/TRIASE – TREAT –
TRANSFER )

TRIASE Ke
EVAKUASI
MEDIS Pos medis
Lanjutan
(Rumah sakit)

I
II III
RED
YELLOW GREEN
ZONE
(area ZONE (area ZONE (area pendukung,
Penyelamatan) Pertolongan) Info publik)
 Tenaga Pelaksana : dilakukan oleh para
sukarelawan, petugas pemadam kebakaran,
polisi, tenaga dari unit khusus

 Tempat Pelaksanaan
o Di lokasi kecelakaan, sebelum
korban dipindahkan
o Tempat penampungan sementara
o Pada korban Tidak gawat
dilakukan di pos medis lanjutan
 Kontrol jalan nafas, fungsi pernafasan dan
jantung, pengawasan posisi korban, kontrol
perdarahan, imobilisasi pada patah tulang

 Jika korban masih berada dilokasi kejadian


yang paling penting adalah memindahkan
korban sesegera mungkin ke tempat yang
aman
 Daerah perawatan dengan
peralatan medik sederhana
 Garis depan dari upaya
pertolongan
 Jarak 50 – 100 meter
 Aman
 Ada akses langsung
kejalan raya tempat
evakuasi
 Dekat dengan pos
komando
Tempat perawatan/Area Rawat
Sementara/Pos Medis Lapangan
 Tempat Perawatan Gawat Darurat
Tempat Perawatan Merah (korban dengan kondisi
gawat darurat)
 Ketua tim : dokter ahli anestesi, dokter
UGD atau perawat yang berpengalaman
 Perawat emergensi
 Tenaga bantuan : tenaga penolong
pertama
 Tenaga pengangkut tandu
Tempat Perawatan
 Tempat Perawatan Kuning (korban
darurat tidak gawat)
Ketua Tim Perawat emergensi
Tenaga bantuan : tenaga penolong
pertama
Tenaga pengangkut tandu
Tempat Perawatan
TIDAK GAWAT TIDAK MENINGGAL
DARURAT (HIJAU)
(HITAM)
EVAKUASI, STABILISASI, DAN TRANSPORTASI

Prinsip
Pengaturan ketat
terhadap laju dan
tujuan evakuasi sangat
diperlukan untuk
mencegah dilampauinya
kapasitas fasilitas
kesehatan tujuan
PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
PADA SAAT TERJADI BENCANA

 Triase bencana sesuai dengan kompetensi


 Penanganan korban sesuai kondisi dan
kompetensi mulai dari triase, pos medis
lanjutan (perawatan merah, kuning, hijau,
hitam) sampai evakuasi dan transportasi
 Penyediaan alat dan obat
 Membantu kelompok beresiko
 Membantu korban yang mengalami stress
berat
 Transportasi dan rujukan dalam bencana
PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
PADA SAAT TERJADI BENCANA
 Pengkajian primer (kontrol jalan nafas, fungsi pernafasan dan
jantung, RJP kontrol perdarahan, resusitasi cairan) dan
sekunder

 Pertolongan pertama

 pengawasan posisi korban, imobilisasi fraktur, pembalutan dan


usaha-usaha untuk membuat korban merasa lebih nyaman
 Tindakan stabilisasi korban dan monitoring
keadaan korban
 perawatan luka pencegahan tetanus
 membantu tindakan pemasangan WSD, intubasi,
trakheotomi, fasiotomi (dilakukan oleh dokter ahli
dibantu oleh perawat mahir)
 mempersiapan, mendampingi dan terlibat dalam
evakuasi, transportasi, dan rujukan.
 Trauma terjadi akibat terkena langsung benda-
benda keras/tajam atau tumpul. Contoh trauma
antara lain : luka robek, luka tusuk, luka sayat, dan
fraktur.

 Kasus-kasus trauma banyak terjadi pada korban


bencana seperti gempa bumi, tsunami, tanah
longsor, banjir, angina puyuh, kerusuhan,
kecelakaan industri, tindakan terror bom, dan lain-
lain.
Lokasi kejadian/area musibah
 Pertolongan pertama
 Penatalaksanaan Airway  pasang penyangga leher, posisi
 Penatalaksanaan Breathing  posisi, oksigen
 Penatalaksanaan sirkulasi  stop perdarahan, posisi
 Balut bidai
 Evakuasi

 Pada bencana massal RJP(Resusitasi Jantung Paru) tidak


boleh dilakukan dilokasi kejadian.
Tindakan :
 Primary Survey
▪ Airway (Jalan Napas)
▪ Posisi untuk menjaga jalan
napas , pasang collar
neck/penyangga leher
▪ Pemasangan alat untuk
menjaga jalan napas (OPA,
NA, Intubasi  dilakukan
oleh petugas yang
berkompeten)
▪ Suction
Breathing (Pernapasan)
▪ Perbaiki posisi
▪ Pemberian oksigen
▪ Tindakan bila ditemukan
trauma thoraks yang
mengancam jiwa, misalnya :
Needle thorakotomi pada
tension pneumothorak,
menutup luka terbuka yang
menembus ke paru-paru
▪ Tidak mencabut benda asing
yang menancap)
▪ Observasi TTV dan respon
pasien
TINDAKAN
Sirkulasi
 Pasang Infus ,
resusitasi cairan
pada kasus syok
hipovolemik 
dilakukan oleh
petugas yang
berkompeten
 Hentikan

perdarahan eksternal
dengan balut tekan
 Monitor tanda-tanda
vital dan respon
PENATALAKSANAAN
Disability
 Mempertahankan posisi netral
 Memantau tingkat kesadaran

 Monitor tanda-tanda vital

Eksposure
Pemeriksaan dari ujung kepala-ujung
kaki
• Mekansime cedera/perlukaan
• Head to toe (trauma ditempat lain)
• Reevaluasi : Untuk menemukan hal yang
terlewat, menilai keadaan memburuk,
mengurangi nyeri pasien, monitoring.
• Penilaian status keasadaran
• Cuci luka dengan menggunakan NaCl 0.9 %,
atau menggunakan antiseptic yang dianjurkan,
tutup luka dengan kassa steril yang sudah
dibasahi dengan NaCl 0,9 % (diberikan di pos
medis lanjutan /RS lapangan atau RS rujukan)

• Kolaborasi pemberian anti tetanus serum atau TT


sesuai indikasi/program medis (diberikan di
pos medis lanjutan /RS lapangan atau RS
rujukan)
 Memilih ambulans yang sesuai
 Pemeriksaan kondisi/stabilisasi pasien
 Memeriksa apakah semua pipa/selang dalam kondisi
yang benar
 Memastikan efisiensi peralatan imobilisasi (collar
neck, bidai, dll)
 Memastikan kartu triase terpasang dan mudah dilihat
 Monitoring selama diperjalanan dan melaporkan, jika
kondisi korban semakin memburuk
 Lukabakar terjadi akibat terkena
langsung benda panas/api/bahan kimia.

 Kasus-kasus luka bakar banyak terjadi


pada korban bencana seperti kebakaran,
gunung meletus, kecelakaan industri,
kerusuhan, tindakan terror bom, dan lain-
lain.
Lokasi kejadian/area musibah/Penatalaksanaan
awal
 Hentikan proses luka bakar (bila dalam kondisi terbakar)
 Memadamkan api
 Membuka pakaian
 Memutuskan aliran listrik
 Mencegah terjadinya kerusakan bertambah parah,
misalnya dengan menetralisir suhu dengan cara kompres
dengan air
 Pada korban yang ditemukan pada ruang tertutup,
segera dibawa ke ruang terbuka atau ruangan yang
memiliki ventilasi baik  berikan oksigen bila ada
 Kontrol jalan nafas, fungsi pernafasan dan jantung,
pengawasan posisi korban
Primary Survey
A : airway dengan kontrol sevikal
 Tindakan :
 Monitor adanya tanda obstruksi jalan nafas pada luka
baker daerah leher, wajah atau dada dan trauma
inhalasi
 Posisi untuk menjaga jalan napas
 Pasang alat untuk menjaga jalan napas (OPA, NA,
suction, intubasi)  dilakukan oleh petugas yang
berkompeten
B : Breathing (pernapasan)

 Inspeksi : frekuensi pernafasan, inspeksi


adanya eskar melingkar didinding dada, serta
adanya cedera thoraks
 Perbaiki posisi
 Pemberian oksigen
 Observasi TTV dan respon pasien
Sirkulasi

 Pasang infus untuk penggantian cairan

 Tutup luka dengan kassa/kain lembab untuk


mengurangi kehilangan cairan melalui
penguapan

 Monitor tanda-tanda vital dan respon


Pencegahan infeksi/perawatan luka
 Cuci luka dengan menggunakan NaCl 0.9 %,
atau menggunakan antiseptic yang dianjurkan,
tutup luka dengan kassa steril yang sudah
dibasahi dengan NaCl 0,9 %.
 Berikan obat-obat topical sesuai program
(misalkan silversulvadiazine)
 Kolaborasi pemberian anti tetanus serum atau
TT sesuai indikasi/program medis (diberikan di
pos medis lanjutan (RS lapangan atau RS
rujukan)
 Mengatasi nyeri
◦ Kompres dengan air
◦ Pemberian analgetika (kolaborasi)

 Dekontaminasi pada luka bakar kimia


◦ Penolong menggunakan pakaian pelindung
◦ Buka pakaian simpan dalam plastik/tempat
khusus
◦ Segera bilas dengan air mengalir
◦ Bila tidak ada air, buka pakaian keringkan badan
dengan kain dan jangan di gosok
 Memahami tupoksi masing-masing
 Melakukan koordinasi/kolaborasi dalam
melaksanakan tugas
 Melakukan komunikasi interpersonal dalam
tim

Anda mungkin juga menyukai