Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS KISTA OVARIUM

A. Pengertian
Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan tumor ovarium yang dijumpai yang
paling sering adalah kista demonal, kista coklat atau kista lutein, tumor ovarium yang
cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang –
halangi masuknya kepala kedalam panggul. (winjosastro.et.all 2011).

B. Etiologi
Kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium. Dan
dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
diantaranya adalah:
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam
korteks
b. Kista fungsional
- Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau
folikel yang tidak matang di reabsorbsi cairan folikuler di antara siklus
menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun
- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone
setelah ovulasi
- Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
mola hidatidosa
- Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simplek adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista
b. Kista denoma ovarii musinosusm : asal kista ini belum pasti, mungkin berasal
dari suatu terutama yang pertumbuhanya 1 elemen mengalahkan elemen yang
lain
c. Kistodenoma ovarii serosum : berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal
ovarium)
d. Kista endrometreid : belum diketahui penyebab dan tidak ada hubunganya
dengan endometroid
e. Kista dermoid : tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
Pada kehamilan yang dijumpai dengan kista ovarium ini memerlukan tindakan
operasi untuk mengangkat kista tersebut (pada kehamilan 16 minggu) karena dapat
mangakibatkan gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan abortus,
kematian dalam rahim.

C. Manifestasi klinis
Kadang – kadang kista ovarium ditemkan pada pemeriksaan fisik, tanpa ada
gejala (asimtomatik)
Mayoritas penderita tumor ovarium tidak menunjukan adanya gejala sampai
periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan penyakit ini berlangsung secara
tersembunyi sehingga diagnosa sering ditemukan pada saat pasien dalam keadaan
stadium lanjut sampai pada waktu klien mengeluh adanya ketidakteraturan menstruasi,
nyeri pada perut bawah, rasa sebah pada perut dan timbul benjol pada perut
Pada umumnya kista adenoma ovarii serosim tak mempunyai ukuran yang amat
besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu. Permukaan tumor biasanya licin,
akan tetapi dapat pula berbagai karena ovarium pun dapat berbentuk multivokuler.
Meskipun lazimnya berongga satu, warna kista putih keabu – abuan. Ciri khas kista ini
adalah potensi pertumbuhan papiler kedalam rongga kista sebesar 0% dan keluar pada
permukaan kista sebesar 5 % isi kista cair kuning dan kadang – kadang coklat karena
campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiripun kecil tetapi permukaanya penuh
dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma)
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adanya
kanker / kista
2. Ultrasound /CT scan: membantu mengidentifikasi ukuran / lokasi massa
3. Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan endometrial
4. Hitung darah lengkap
5. Foto rontgent : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks

E. Penatalaksanaan
Pengobatan kista ovarium biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah bila ukuranya kurang dari 5cm dan tampak terisi oleh cairan / fisiologis pada
pasien muda yang sehat. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 80% lesi yang terjadi pada wanita berusia 29
tahun dan yang lebih muda adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50% yang jinak.
Perawatan pasca operatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah
serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian.
Penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah
sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.

F. Masalah yang lazim muncul


1. Resiko perdarahan b.d komplikasi terkait penyakit (komplikasi peritonitis) dan efek
samping terkait perdarahan histerektomi
2. Resiko aspirasi b.d penurunan reflek muntah, penurunan tingkat kasadaran (tindakan
efek anastesi)
3. Konstipasi b.d penurunan peristaltik usus
4. Resiko cidera b.d poste de entry kuman, trauma jaringan (luka operasi)
5. Defisit perawatan diri
6. Ansietas b.d kurangnya informasi tentang penyakit
G. Patofisiologi`

Degenerasi ovarium Infeksi ovarium

Cistoma ovari Histerektomi

Kurang informasi Pembesaran ovarium Coverektomi, kistektomi

Kurang pengetahuan Rupture ovarium

Ansietas Resiko perdarahan

Komplikasi peritonis
Gangguan perfusi jaringan

Peritonitis

Metabolisme menurun Luka operasi

Resiko perdarahan
Hipolisis asam laktat Diskontinuitas jaringan

Kelebihan

Gangguan metabolisme

Deficit perawatan diri

Nyeri Port d’entri

Resiko cidera Resiko infeksi

Anastesi
Reflek menelan & muntah Nervus

Resiko aspirasi Peristaltik usus menurun

Konstipasi Absorbsi air dikolon


H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama,umur, agama, suku/bangsa,pendidikan, pekerjaan, golongan darah,
diagnosa medis, status marital dan alamat
b. Kidentitas penanggungjawab
Identitas penanggungjawab yang perlu dikaji adalah nama, umur, suku/atau
bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat.
c. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan klien dengan kista ovarium adalah klien biasanya
mengeluh nyeri perut kanan bawah dan menstruasi yang tidak teratur
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan perasaan penuh dan tekan di
perut bagian bawah, nyeri saat bersenggama, klien biasanya merasa berat pada
daerah pevis dan cepat merasa lelah.
e. Riwayat penyakit dahulu
Yang perlu dikaji riwayat kesehatan dahulu apakah klien pernah mengalami
penyakit ini sebelumnya, apakah klien ada mengalami/menderita penyakit
molahidatidos/kehamilan anggur, kehamilan ektopik.
f. Riwayat penyakit keluarga
Dikaji dalam keluarga apakah keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti
diabetes militus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat
kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental
Tanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
g. Riwayat obstetri
1) Keadaan haid
Dikaji tetang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atropi pada masa
menopause.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan
keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan.
h. Pola kebiasaan sehari – hari
1) Respirasi
Respirasi bisa meningkatkan atau menurun
2) Nutrisi
Biasanya klien mengalmi gangguan dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya,
klien mengalami anoreksia, mual – muntah, intoleransi makanan, penurunan
berat badan. Klien biasanya memiliki kebiasaan diet buruk : rendah serat,
tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet.
3) Eliminasi
Klien dengan kista ovarium mengalami perubahan buang air kecil : nyeri saat
berkemih, hematuri, sering berkemih.
Retensio urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien
yang hidrasinya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah output urin yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh
saat operasi, muntah akibat anastesi.
Klien dengan kista ovarium mengalami perubahan pola defekasi, darah pada
peces, nyeri pada defekasi. Perubahan pada bising usus : distensi abdomen.
Pada klien dengan pots operasi fungsi gastrointestinal biasanya pulih dalam
24 – 74 jam setelah pembedahan.
4) Istirahat tidur
Klien biasanya mengalami gangguan dalam istirahat / tidurnya karena nyeri
dan ketidaknyamanan yang dirasakanya.
5) Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan kista ovarium biasanya tidak mengalami gangguan dalam
hal temperatur tubuh, suhu tubuh 37°C
Palpitasi (denyut jatung cepat/tidak beraturan/berdebar – debar), nyeri dada,
perubahan tekanan darah.
6) Kebutuhan personal hygiene
Kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan untuk diri sendiri, dimana
kebutuhan personal hygiene klien dengan kista ovarium tidak mengalami
gangguan. Sedangkan pada klien post operasi dibantu oleh keluarganya.
7) Aktivitas
Pada klien dengan kista ovarium aktivitasnya terganggu, pekerjaan/kegiatan
sehari – hari tidak mampu dilakukan maksimal karena keadaanya yang
semakin lemah. Sedangkan pada klien post operasi kista ovarium klien
mengalami keterbatasan aktivitas.
8) Gerak dan keseimbangan tubuh
Aktivitas berkurang, tidak bisa berjalan karena nyeri akibat adanya trauma
apembedahan
9) Kebutuhan berpakaian
Klien dengan kista ovariumaktivitasnya terganggu, pekerjaan/kegiatan sehari
– hari. Tidak mampu dilakukan maksimal karena keadaanya yang semakin
lemah. Sedangkan pada klien post operasi mioma klien mengalami gangguan
dalam pemenuhan kebutuhan berpakaian.
10) Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah klien tetap merasa aman
dan terlindungi oleh keluarganya. Klien mampu menghidari bahaya dari
lingkungan.
11) Sosialisasi
Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresikan emosi, kebutuhan, kehawatiran dan opini
Faktor stres (pekerjaan, keuangan, perubahan peran), cara mengatasi stres
(keyakinan, merokok, minum alkohol dan lain – lain).
Klien ada masalah dalam perubahan dalam penampilan: pembedahan, bentuk
tubuh, klien menyangkal, menarik diri, marah.
12) Kebutuhan spiritual
Pada kebutuhan spiritual ini tanyakan apakah klien tetap menjalankan ajaran
agamanya ataukah terhambat karena keadaan yang sedang dialami
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Klien dengan kista ovarium biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan
bermain dan rekreasi karena dalam kondisi yang lemah
14) Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin
tau yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan dan
penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: keadaan umum klien biasanya lemah
2) Kesadaran : kesadaran klien biasanya composmentis, sedangkan kesadaran
klien dengan post operasi pengangkatan kista biasanya somnolen sampai
composmentis
3) Pemeriksaan tanda – tanda vital

Suhu : Normal 37°C


Nadi : Meningkat (>90x/menit)
Pernapasan : Normal /meningkat (>20x/menit)
Tekanan darah : Normal /meningkat 120/80mmhg

4) Kepala dan rambut


Pada kepala perlu dikaji adalah bentuk kepala, kulit kepala apakah kotor atau
berketombe, rambut apakah tampak lusuh atau kusut, apakah ada laserasi/luka
5) Wajah
Yang perlu dikaji adalah warna kulit apakah pucat atau tidak, bentuk wajah
apakah lonjong atau oval
6) Mata
Bentuk bola mata, ada tidaknya gerak mata, konjungtiva anemis atau tidak,
bentuk mata apakah simetris atau tidak. Biasanya dengan klien kista ovarium
konjungtiva anemis dan seclera ikterik
7) Hidung
Ada tidaknya septum nasi, polip dan kebersihanya
8) Telinga
Kebersihan atau tidaknya kelainan fungsi pendengaran kelainan anatomi pada
telinga
9) Mulut, bibir, faring
Bentuk bibir apakah simetris atau tidak, kelembaban, kebersihan mulut, ada
tidaknya pembesaran tonsil, ada tidaknya kelainan bicara
10) Gigi
Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan gigi, ada tidaknya peradangan
11) Leher
Tampak adanya pembesaran kelenjar limpe dan kelenjar sub mandibularis
12) Integumen
Meliputi warna kulit, apakah pucat atau tidak, kebersihan, turgor, tekstur
kulit.
13) Thorax
Dikaji kesimetrisanya, ada tidaknya suara ronchi, ada tidaknya kolostrum,
apakah puting susu masuk atau tidak, apakah tampak kotor atau tidak
14) Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, tinggi fundus uteri masih setinggi pusat,
bagaimana dengan bising usus, apakah ada nyeri tekan. Teraba massa, ukuran
dan konsistensi massa, nyeri tekan, perabaan hepar, ginjal dan hati.
15) Genetalia
Dikaji kebersihanya, apakah pengeluaran darah di luar siklus menstruasi
16) Ekstremitas atas
Kesimetrisanya, ujung – ujung jari sianosis.ada tidaknya oedema
17) Ekstremitas bawah
Kesimetrisanya, ujung – ujung jari sianosis.ada tidaknya oedema, sianosis,
bagaimana pergerakanya, refleks patela .
2. Diagnosa Keperawatan, Tujuan dan Rencana Tindakan

N Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Keperawatan


o
1 Resiko perdarahan b.d komplikasi terkait Perdarahan abnormal tidak terjadi, Pencegahan perdarahan:
penyakit (komplikasi peritonitis) dan efek kriteria evaluasi : 1. Monitor ketat tanda – tanda
samping terkait perdarahan histerektomi Tidak ada hematuria dan perdarahan
hematemesis 2. Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan
- Kehilangan darah yang terlihat sesudah terjadinya perdarahan
- Tekanan darah dalam batas 3. Monitor nilai lab (koagulasi) yang
normal sistol dan diastol meliputi PT,PTT,trombocyt
- Tidak ada perdarahan 4. Monitot TTV ortostatik
pervagina 5. Pertahankan bedrest selama
- Tidak ada distensi abdomen perdarahan aktif
- Hemoglobin dan hamatokrit 6. Lindungi pasien dari trauma yang
dalam batas normal dapat menyebabkan perdarahan
- Plasma, PT, PTT dalam batas 7. Hindari mengukur suhu lewat
normal rectal
8. Hindari pemberian aspirin dan
anticoagulant
9. Hindari terjadinya konstipasi
dengan menganjurkan untuk
mempertahankan intake cairan
yang adekuat dan pelembut peces
10.Idemtifikasi penyebab perdarahan
11.Monitor trend tekanan darah dan
parameter hemodinamik (CVP,
pulmonary capillary / artery wedge
presure
12.Monitor intake dan out put
13.Monitor penentu pengiriman
oksigen ke jaringan (PaO2, SaO2,
dan level Hb dan cardiac output)
14.Pertahankan IV line
Perawatan perdarahan :
1. Lakukan manual presure (tekan)
pada area perdarahan
2. Gunakan ice pack pada area
perdarahan
3. Lakukan presure dressing (perban
yang menekan) pada area luka.
4. Tinggikan ekstremitas yang
perdarahan
5. Monitor nadi distal
6. Instruksikan pasien untuk
membatasi aktivitas
7. Observasi adanya darah dalam
secresi cairan tubuh : emesis,
feces, urine, residu lambung, dan
drainase luka
8. Lakukan pemasangan NGT untuk
memonitor sekresi dan perdarahan
lambung
9. Lakukan bilas lambung dengan
NaCL dingin
10. Dokumentasikan warna, jumlah
dan karakteristik peces
11. Kurangi faktor stres
12. Pertahankan jalan nafas
Penyuluhan :
1. Anjurkan pasisen untuk
meningkatkan intake makanan
yang banyak mengandun vitamin
K
2. Ajarkan untuk menghindari
antikoagulan (aspirin, ibuprofen)
Kolaburasi :
1. Kolaburasi dalam pemberian
produkdarah (platelet atau fresh
frozen plasma)
2. Kolaburasi dalam pemberian
terapi
2 Resiko aspirasi b.d penurunan reflek Tidak terjadi aspirasi, kriteria Pencegahan aspirasi :
muntah, penurunan tingkat kasadaran evaluasi : 1. Monitor tingkat kesadaran, reflek
(tindakan efek anastesi) - Klien dapat bernafas dengan batuk dan kemampuan menelan
mudah, irama, frekuensi 2. Monitor status paru pelihara jalan
pernapasan normal napas
- Pasien mampu menelan, 3. Lakukan suction jika diperlukan
mengunyah tanpa terjadi 4. Cek nasogastrik sebelum makan
aspirasi, dan mampu 5. Hindari pemberian makan kalau
melakukan oral hygiene residu masih banyak
- Jalan napas paten, mudah 6. Potong makanan kecil – kecil
bernapas, tidak merasa tercekik 7. Haluskan obat sebelum pemberian
dan tidak ada suara napas 8. Posisi tegak 90°C
abnormal
3 Konstipasi b.d penurunan peristaltik usus Klien dapat BAB sesuai dengan Konstipasi management :
DS : polanya setiap hari, Kriteria 1. Monitor tanda dan gejala konstipasi
- Pasien mengeluh nyeri abdomen, nyeri evaluasi : 2. Monitor bising usus
tekan pada abdomen - Pasien tidak mengeluh nyeri 3. Monitor peces, frekuensi,
- Perasaan penuh atau tekanan pada perut konsistensi dan volume
rectum - Klien mengatakan BAB tidak 4. Konsultasi dengan dokter tentang
- Kelemahan umum, nyeri kepala keras penurunan dan peningkatan bising
- Peningkatan tekanan abdomen - Klien tidak nyeri pada saat usus
- Mual defekasi 5. Monitor tanda dan gejala ruptur
- Nyeri saat defekasi - BAB lembek usus / peritonitis
- Distensi abdomen - Frekuensi bising usus normal 6. Jelaskan etiologi dan rasionalisasi
DO : - Klien BAB dengan lancar tindakan terhadap pasien
- Distensi abdomen 7. Identifikasi faktor penyebab dan
- Bising usus menurun/meningkat konstribusi konstipasi

- Teraba adanya feces yang mengeras 8. Dukung intake cairan

- Darah merah segar menyertai 9. Kolaburasi pemberian laksatif

pengeluaran feses 10.Pantau tanda dan gejala impaksi

- Perubahan pada pola defekasi 11.Memantau gerakan usus, termasuk

- Penurunan frekuensi, penurunan konsistensi frekuensi, bentuk,

volume feses volume dan warna

- Feses yang kering , keras dan padat 12.Konsultasikan dengan dokter

- Flatus berat tentang penurunan/kenaikan

- Mengejan saat defekasi frekuensi bising usus.


13.Pantau tanda – tanda dan pecahnya
- Tidak mampu mengeluarkan feses
usus/peritonitis.
- Muntah
14.Jelaskan etiologi masalah dan
tindakan untuk pasien
15.Menyusun jadwal ke toilet
16.Mendorong meningkatkan asupan
cairan, kecuali di kontraindikasikan
17.Evaluasi profil obat untuk efek
samping gastrointestinal
18.Anjurkan pasien/keluarga untuk
mencatat warna, volume, frekuensi
dan konsistensi tinja
19.Anjurkan untuk diet tinggi serat
20.Lepaskan implikasi tinja secara
manual, jika perlu
21.Timbang pasien secara teratur
22.Ajarkan pasien atau keluarga
tentang proses pencernaan secara
normal
Kolaburasi :
1. Pengaturan diet
2. Pemberian obat untuk merangsang
BAB
3. Konsultasi dengan bagian gizi
untuk meningkatkan cairan dalam
diet
4. Kolaburasi dengan dokter untuk
pemberian obat laksatif
4 Resiko cidera b.d poste de entry kuman, Risiko cedera menurun atau tidak Manajemen lingkungan:
trauma jaringan (luka operasi) ada. Kriteria evaluasi : 1. Sediakan lingkungan yang aman
 Klien terbebas dari cedera untuk pasien
 Klien mampu menjelaskan 2. Identifikasi kebutuhan keamanan
cara / metode untuk mencegah pasien, sesuai dengan kondisi fisik
injuri / cedera dan fungsi kognitif pasien dan
 Klien mampu menjelaskan riwayat penyakit terdahulu pasien
faktor resiko dari lingkungan / 3. Menghindarkan lingkungan yang

perilaku perrsonal berbahaya

 Mampu memodifikasi gaya 4. Memasang side rail tempat tidur

hidup untuk mencegah injuri 5. Menyediakan tempat tidur yang

 Menggunakan fasilitas nyaman dan bersih

kesehatan yang ada 6. Menempatkan saklar lampu


ditempat yang mudah di jangkau
 Mampu mengenali perubahan
pasien
status kesehatan
7. Membatasi pengunjung
8. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
9. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
10.Memindahkan barang – barang
yang dapat membahayakan
11.Berikan penjelassan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit
5 Defisit perawatan diri berpakaian Perawatan diri berpakaian tidak Self asitence : berpakaian
berhubungan dengan kelemahan fisik, terganggu, kriteria evaluasi : 1. Pantau tingkat kekuatan dan
ditandai dengan : - Mampu melakukan tugas fisik toleransi aktivitas
DS: yang paling mendasar dan 2. Pantau peningkatan dan penurunan
- Mengatakan tidak bisa menggunakan aktivitas perawatan pribadi kemampuan untuk berpakain dan
pakain secara mandiri dengan atau melakukan perawatan rambut
DO: tanpa alat bantu 3. Pertimbangkan budaya pasien
- Ketidakmampuan mengancingkan - Mampu untuk mengenakan ketika mempromosikan aktivitas
pakaian pakain dan berhias sendiri secara perawatan diri
- Ketidakmampuan mendapatkan mandiri atau tanpa alat bantu 4. Bantu pasien memilih pakaian
mendapatkan pakaian - Mampu mempertahankan yang mudah dipakai dan dilepas
- Ketidakmampuan mendapatkan atribut kebersihan pribadi dan 5. Sediakan pakaian pasien pada
pakaian penampilan yang rapi secara tempat yang mudah di jangkau
- Ketidakmampuan mengenakan sepatu mandiri dengan atau tanpa alat 6. Fasilitasi pasien untuk menyisir
- Ketidakmampuan mengenakan kaos bantu rambut, bila memungkinkan
kaki - Mampu mempertahankan 7. Dukung kemandirian dalam
- Ketidakmampuan melepas atribut kebersihan pribadi dan berpakaian, berhias, bantu pasien
pakaian penampilan yang rapi secara jika diperlukan
- Ketidakmampuan melepas sepatu mandiri dengan atau tanpa alat 8. Pertahankan privasi saat pasien
- Ketidakmampuan melepas kaos kaki bantu berpakain
- Hambatan melepas pakain - Mengungkapkan kepuasan 9. Bantu pasien untuk menaikan,
- Hambatan mempertahankan penampilan dalam berpakaian dan menata mengancingkan, dan meresleting
yang memuaskan rambut pakaian jika perlu
- Hambatan mengambil pakain - Menggunakan alat bantu untuk 10.Gunakan alat bantu tambahan,
- Hambatan mengenakan pakaian pada memudahkan dalam berpakaian misalnya pengait kancing dan
bagian tubuh bawah - Dapat memilih pakain dan penarik resleting untuk menarik
- Hambatan mengenakan pakaian pada mengambilnya lemari atau laci pakain jika perlu.
bagian tubuh atas baju 11.Beri pujian atas usaha untuk
- Hambatan memasang sepatu - Mampu merisleting dan berpakaian sendiri

- Hambatan memasang kaos kaki mengancing pakain 12.Gunakan terapi fisik dan okupasi

- Hambatan melepas pakain - Menggunakan pakaian secara sebagai sumber dalam perencanaan

- Hambatan melepas sepatu rapi dan bersih tindakan pasien dalam perawatan

- Hambatan melepas kaos kaki - Mampu melepas pakaian secara pasien dengan alat bantu

- Hambatan menggunakan alat bantu rapi dan bersih Penyuluhan :

- Hambatan menggunakan resletik - Mampu melepas pakain, kaos Tunjukan penggunaan alat bantu dan
kaki, dan sepatu. aktivitas yang adavtif
- Menunjukan rambut yang rapi Kolaburasi :
dan bersih Gunakan terapi fisisk dan okupasi
- Menggunakan tata rias sebagai sumber dalam perencanaan
tindakan perawatan pasien dan untuk
alat bantu
Defisit perawatan diri eleminasi b.d Mampu melakukan eleminasi Self asitence : Eleminasi
kelemaha fisik, ditandai dengan : secara mandiri, kriteria evaluasi: 1. Pertimbangkan budaya apasien
DS: - Perawatan diri: aktivitas ketika mempromosikan aktivitas
- Mengatakan sesak kehidupan sehari – hari (ADL) perawatan diri
- Tidak mampu ke toilet mampu untuk melakukan 2. Pertimbangkan usia pasien ketika
DO: aktivitas perawatan fisik dan mempromosikan aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan hygiene pribadi secara mandiri atau perawatan diri
eleminasi yang tepat dengan alat bantu 3. Lepaskan pakaian yang penting
- Ketidakmampuan menyiram toilet atau - Perawatan diri higiene : mampu untuk memungkinkan penghapusan
korsi buang air untuk mempertahankan 4. Membantu pasien ketoilet
- Ketidakmampuan naik ke toilet kebersihan dan penampilan yang 5. Pertimbangkan respon pasien
- Ketidakmampuan memanipulasi rapi secara mandiri dengan atau terhadap kurangnya privasi
pakaian untuk eleminasi tanpa alat bantu 6. Menyediakan privasi selama
- Ketidakmampuan berdiri dari toilet - Perawatan diri eleminasi : eleminasi
- Ketidakmampuan duduk di toilet mampu untuk melakukan 7. Memfasilitasi kebersihan
aktivitas eleminasi secra mandiri toiletsetelah selesai eleminasi
atau tanpa alat bantu 8. Ganti pakaian pasien setelah
- Mampu duduk dan turun dari eleminasi
kloset 9. Menyiram toilet /membersihkan
- Membersihkan diri setelah 10.Menyediakan alat bantu ( kateter
eleminasi eksternal atau urinal
- Mengenali dan mengetahui 11.Memantau integritas kulit pasien
kebutuhan bantuan untuk
eleminasi
Defisit perawatan diri makan b.d Makan tidak terganggu, kriteria Self asitence : Makan
kelemahan fisik, ditandai dengan : evaluasi : 1. Memonitor kemampuan menelan
DS: - Status nutrisi : ketersedia zat gizi 2. Identifikasi diet yang diresepkan
- Mengatakan sesak untuk memenuhi kebutuhan 3. Mengatur nampan kananan dan
- Tidak mampu ke toilet metabolik meja
DO: - Status nutrisi : asupan makanan 4. Ciptakan lingkungan yang
- Ketidakmampuan mengambil makanan - Cairan : kualitas makanan dan menyenangkan selama waktu
dan memasukan ke mulut cairan yang diasup kedalam makan (penempatan pispot, urinal
- Ketidakmampuan mengunyah makanan tubuh selama periode 24 jam dan peralatan)

- Ketidakmampuan menghabiskan - Perawatan diri : aktivitas 5. Pastikan posisi pasien yang tepat

makanan kehidupan sehari – hari mampu untuk memfasilitasi megunyah dan

- Ketidakmampuan menempatkan untuk melakukan aktivitas menelan

makanan keperlengkapan makanan perawatan fisik dan pribadi 6. Memberikan bantuan fisisk sesuai

- Ketidakmampuan menggunakan secara mandiri atau dengan alat kebutuhan

perlengkapan makanan bantu 7. Menyediakan untuk


- Perawatan diri: kemampuan menghilangkan rasa sakit yang
- Ketidakmampuan memakan makanan
untuk menyiapkan dan memakan memadai sebelum makan
dalam cara yang dapat diterima secara
makanan dan cairan secara 8. Membersihkan mulut sebelum
sosial
mandiri dengan atau tanpa alat makan
- Ketidak mampuan memakan makanan bantu 9. Sediakan makanan di nampan
dengan aman - Status menelan : perjalanan (seperti mengupas telur, memotong
- Ketidakmampuan makan makanan makanan padat atau cairan daging)
dalam jumlah memadai secara aman dari mulut ke 10.Buka makanan kemasan
- Ketidakmampuan memanipulasi lambung 11.Hindari menempatkan makanan di
makanan dalam mulut - Mampu makan secara mandiri sisi seseorang yang buta
- Ketidakmampuan membuka wadah - Mengungkapkan kepuasan 12.Jelaskan lokasi makanan diatas

makanan makan dan terhadap kemampuan nampan untuk orang dengan

- Ketidakmampuan mengambil gelas atau untuk makan sendiri gangguan penglihatan

cangkir - Menerima suapan dari pemberi 13.Tempatkan pasien dalam posisi

- Ketidakmampuan menyiapkan makanan asupan nyaman makan

untuk dimakan ketidakmampuan 14.Lindungi dengan kain alas dada

menelan makanan 15.Menyediakan sedotan sesuai

- Ketidakmampuan menggunakan alat dengan kebutuhan


16.Menyiakan makanan pada suhu
bantu
sesuai selera
17.Menyediakan makanan dan
minuman yang disukai
18.Memantau berat badan pasien
19.Memonitor status hidrasi pasien
20.Menggunakan cangkir dengan
pegangan besar
Defisit perawatan diri mandi b.d kelemahan Mandi tidak ada gangguan, kriteria Self asitence : Mandi
fisik, ditandai dengan : evaluasi: 1. Pertimbangkan budaya pasien
DS: - Perawatan diri : aktivitas ketika mempromosikan aktivitas
- Mengatakan sesak kehidupan sehari – hari mampu perawatan diri
- Tidak mampu ke kamar mandi untuk melakukan aktivitas 2. Pertimbangkan usia pasien ketika
DO: perawatan fisik dan pribadi mempromosikan aktivitas
- Ketidakmampuan untuk mengakses secara mandiri atau dengan alat perawatan diri
kamar mandi bantu 3. Menentukan jumlah dan jenis
- Ketidakmampuan mengeringkan tubuh - Mampu membersihkan tubuh bantuan yang dibutuhkan
- Ketidakmampuan mengambil sendiri secara mandiri atau 4. Tempat handuk, sabun, deodoran,
perlengkapan mandi dengan atau tanpa alat bantu alat pencukur, dan aksesoris lainya
- Ketidakmampuan menjangkau sumber - Perawatan diri hygiene: yang dibutuhkan di samping
air mampu untuk mempertahankan tempat tidur atau dikamar mandi
- Ketidakmampuan mengatur air mandi kebersihan dan penampilan 5. Menyediakan lingkunga yang
- Ketidakmampuan membasuh tubuh yang rapi secara mandiri terapeutik dengan memastikan
dengan atau tanpa alat bantu hangat, santai, pengalaman pribadi
- Mampu mempertahankan dan personal
mobilitas yang diperlukan 6. Memfasilitasi pasien menyikat gigi
untuk ke kamar mandi dan 7. Memfasilitasi pasien mandi
menyediakan perlengkapan 8. Memantau pembersihan kuku,
mandi menurut kemampuan perawatan
- Membersihkan dan diri pasien
mengeringkan tubuh 9. Memantau integritas kulit pasien
- Megungkapkan secara verbal 10.Memfasilitasi pemeliharaan rutin
kepuasan tentang kebersihan pasien
tubuh dan higiene oral
6 Ansietas b.d prognosis penyakit Ansietas berkurang, menunjukan 1. Pada saat ansietas berat, damping
DS: pengendalian diri tehadap ansietas, pasien, bicara dengan tenang, dan
DO: kriteria evaluasi : berikan ketenangan serta rasa
 Perilaku - Klien mampu mengidentifikasi nyaman
- Penurunan produktivitas dan mengungkapkan gejala 2. Beri dorongan kepada pasien untuk
- Gerakan yang ireleven cemas mengungkapkan secara verbal
- Gelisah - Mengidentifikasi, pikiran dan perasaan untuk
- Melihat sepintas mengungkapkan dan mengeksternalisasikan ansietas

- Insomnia menunjukan teknik untuk 3. Bantu pasien untuk memfokuskan

- Kontak mata yang buruk mengontrol cemas pada situasi saat ini, sebagai cara

- Mengekspresikan kekawatiran karena - Vital sign dalam batas normal untuk mengidentifikasi mekanisme

perubahan dalam peristiwa hidup - Postur tubuh, ekspresi wajah, koping yang dibutuhkan untuk

- Agitasi bahasa tubuh dan tingkat mengurangi ansietas

- Mengintai aktivitas menunjukan 4. Sediakan pengalihan melalui

- Tampak waspada berkurangnya kecemasan televisi, radio, permainan serta


terapi oupasi untuk menurunkan
 Affektif
ansietas dan memperluas focus
- Gelisah, distress
5. Coba teknik, seperti imajinasi dan
- Kesediihan yang mendalam
relaksasi progresif
- Ketakutan
6. Berikan penguatan positif ketika
- Perasaan tidak adekuat pasien mampu meneruskan
- Berfokus pada diri sendiri aktivitas sehari – hari dan aktivitas
- Peningkatan kewaspadaan lainya meskipun mengalami
- Iritabilitas ansietas
- Gugup senang berlebihan 7. Dorong pasien untuk
- Rasa nyeri yang meningkatkan ketidak mengekspresikan kemarahan dan
berdayaan iritasi, serta izinkan pasien untuk
- Peningkatan ketidak berdayaan yang menangis
persisten 8. Kurangi rangsangan yang
- Bingung, menyesal berlebihan dengan menyediakan

- Ragu / tidak percaya diri lingkungan yang tenang, kontak

- Khawatir yang terbatas, dengan orang lain

 Fisiologis jika dibutuhkan, serta pembatasan

- Wajah tegang, tremor tangan penggunaan kafein dan stimulant


lain
- Peningkatan keringat
9. Sarankan terapi alternatif untuk
- Peningkatan ketegangan
mengurangi ansietas yang dapat
- Gemetar, tremor
diterima oleh pasien
- Suara bergetar
10.Singkirkan sumber – sumber
 Simpatik
ansietas jika memungkinkan
- Anoreksia
Anxiety reduction (penurunan
- Eksitasi kardiovaskular
kecemasan) :
- Diare, mulut kering
- Wajah merah 1. Gunakan pendekatan yang
- Jantung berdebbar – debar menenangkan
- Peningkatan tekanan darah 2. Nyatakan dengan jelas harapan
- Peningkatan denyut nadi terhadap perilaku pasien
- Peningkatan reflek 3. Jelaskan semua prosedur dan apa
- Peningkatan frekwensi pernapasan yang dirasakan selama prosedur
- Pupil melebar 4. Pahami perspektif pasien terhadap
- Kesulitan bernapas situasi stress

- Vasokontriksi superficial 5. Temani pasien untuk memberika

- Lemah, kedutan pada otot keamanan dan mengurangi takut


6. Dorong keluarga untuk untuk

 Parasimpatik menemani anak

- Nyeri abdomen 7. Lakukan back / neck rub


8. Dengarkan dengan penuh
- Penurunan tekanan darah
perhatian
- Penurunan denyut nadi
9. Identifikasi tingkat kecemasan
- Diae, mual, vertigo
10.Bantu pasien mengenal situasi
- Letih, gangguan tidur
yang menimbulkan kecemasan
- Kesemutan pada ekstremitas
11.Dorong pasien untuk
- Sering berkemih
mengungkapkan perasaan,
- Anyang – anyangan
ketakutan, persepsi
- Dorongan segera berkemih
12.Instruksikan pasien menggunakan
 Kognitif
- Menyadari gejala fisiologis teknik relaksasi
- Bloking fikiran, konfusi 13.Berikan obat untuk mengurangi
- Penurunan lapang persepsi kecemasan
- Kesulitan berkonsentrasi Penyuluhan:
- Penurunan kemampuan belajar 1. Buat rencana penyuluhan dengan
- Penurunan kemampuan untuk tujuan yang realistis, termasuk
memecahkan masalah kebutuhan untuk pengulangan,
- Ketakutan terhadap konsekwensi yang dukungan, dan pujian terhadap
tidak spesifik tugas – tugas yang telah dipelajari
- Lupa, gangguan perhatian 2. Berikan informasi mengenai

- Khawatir, melamun sumber komunitas yang tersedia,

- Cenderung menyalahkan orang lain seperti teman, tetangga, tempat


ibadah, lembaga sukarelawan dan
pusat rekreasi.
3. Informasikan tentang gejala
ansietas
4. Ajarkan anggota keluarga
bagaimana membedakan antara
serangan panic dan dan gejala
penyakit fisik
5. Sediakan informasi factual
menyangkut diagnosis, terapi dan
prognosis
6. Instruksikan pasien tentang
penggunaan teknik relaksasi
7. Jelaskan semua prosedur,
termasuk sensasi yang biasanya
dialami selama prosedur
Kolaborasi : berikan obat untuk
menurunkan ancietas jika perlu

3. Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan diatas, disesuaikan dengan keadaan dan reaksi atau respon pasien terhadap penyakitnya.
4. Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan

Anda mungkin juga menyukai