A. Pengertian
Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan tumor ovarium yang dijumpai yang
paling sering adalah kista demonal, kista coklat atau kista lutein, tumor ovarium yang
cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang –
halangi masuknya kepala kedalam panggul. (winjosastro.et.all 2011).
B. Etiologi
Kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium. Dan
dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
diantaranya adalah:
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam
korteks
b. Kista fungsional
- Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau
folikel yang tidak matang di reabsorbsi cairan folikuler di antara siklus
menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun
- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone
setelah ovulasi
- Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
mola hidatidosa
- Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simplek adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista
b. Kista denoma ovarii musinosusm : asal kista ini belum pasti, mungkin berasal
dari suatu terutama yang pertumbuhanya 1 elemen mengalahkan elemen yang
lain
c. Kistodenoma ovarii serosum : berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal
ovarium)
d. Kista endrometreid : belum diketahui penyebab dan tidak ada hubunganya
dengan endometroid
e. Kista dermoid : tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
Pada kehamilan yang dijumpai dengan kista ovarium ini memerlukan tindakan
operasi untuk mengangkat kista tersebut (pada kehamilan 16 minggu) karena dapat
mangakibatkan gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan abortus,
kematian dalam rahim.
C. Manifestasi klinis
Kadang – kadang kista ovarium ditemkan pada pemeriksaan fisik, tanpa ada
gejala (asimtomatik)
Mayoritas penderita tumor ovarium tidak menunjukan adanya gejala sampai
periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan penyakit ini berlangsung secara
tersembunyi sehingga diagnosa sering ditemukan pada saat pasien dalam keadaan
stadium lanjut sampai pada waktu klien mengeluh adanya ketidakteraturan menstruasi,
nyeri pada perut bawah, rasa sebah pada perut dan timbul benjol pada perut
Pada umumnya kista adenoma ovarii serosim tak mempunyai ukuran yang amat
besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu. Permukaan tumor biasanya licin,
akan tetapi dapat pula berbagai karena ovarium pun dapat berbentuk multivokuler.
Meskipun lazimnya berongga satu, warna kista putih keabu – abuan. Ciri khas kista ini
adalah potensi pertumbuhan papiler kedalam rongga kista sebesar 0% dan keluar pada
permukaan kista sebesar 5 % isi kista cair kuning dan kadang – kadang coklat karena
campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiripun kecil tetapi permukaanya penuh
dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma)
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adanya
kanker / kista
2. Ultrasound /CT scan: membantu mengidentifikasi ukuran / lokasi massa
3. Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan endometrial
4. Hitung darah lengkap
5. Foto rontgent : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks
E. Penatalaksanaan
Pengobatan kista ovarium biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah bila ukuranya kurang dari 5cm dan tampak terisi oleh cairan / fisiologis pada
pasien muda yang sehat. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 80% lesi yang terjadi pada wanita berusia 29
tahun dan yang lebih muda adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50% yang jinak.
Perawatan pasca operatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah
serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian.
Penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah
sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
Komplikasi peritonis
Gangguan perfusi jaringan
Peritonitis
Resiko perdarahan
Hipolisis asam laktat Diskontinuitas jaringan
Kelebihan
Gangguan metabolisme
Anastesi
Reflek menelan & muntah Nervus
- Hambatan memasang kaos kaki mengancing pakain 12.Gunakan terapi fisik dan okupasi
- Hambatan melepas pakain - Menggunakan pakaian secara sebagai sumber dalam perencanaan
- Hambatan melepas sepatu rapi dan bersih tindakan pasien dalam perawatan
- Hambatan melepas kaos kaki - Mampu melepas pakaian secara pasien dengan alat bantu
- Hambatan menggunakan resletik - Mampu melepas pakain, kaos Tunjukan penggunaan alat bantu dan
kaki, dan sepatu. aktivitas yang adavtif
- Menunjukan rambut yang rapi Kolaburasi :
dan bersih Gunakan terapi fisisk dan okupasi
- Menggunakan tata rias sebagai sumber dalam perencanaan
tindakan perawatan pasien dan untuk
alat bantu
Defisit perawatan diri eleminasi b.d Mampu melakukan eleminasi Self asitence : Eleminasi
kelemaha fisik, ditandai dengan : secara mandiri, kriteria evaluasi: 1. Pertimbangkan budaya apasien
DS: - Perawatan diri: aktivitas ketika mempromosikan aktivitas
- Mengatakan sesak kehidupan sehari – hari (ADL) perawatan diri
- Tidak mampu ke toilet mampu untuk melakukan 2. Pertimbangkan usia pasien ketika
DO: aktivitas perawatan fisik dan mempromosikan aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan hygiene pribadi secara mandiri atau perawatan diri
eleminasi yang tepat dengan alat bantu 3. Lepaskan pakaian yang penting
- Ketidakmampuan menyiram toilet atau - Perawatan diri higiene : mampu untuk memungkinkan penghapusan
korsi buang air untuk mempertahankan 4. Membantu pasien ketoilet
- Ketidakmampuan naik ke toilet kebersihan dan penampilan yang 5. Pertimbangkan respon pasien
- Ketidakmampuan memanipulasi rapi secara mandiri dengan atau terhadap kurangnya privasi
pakaian untuk eleminasi tanpa alat bantu 6. Menyediakan privasi selama
- Ketidakmampuan berdiri dari toilet - Perawatan diri eleminasi : eleminasi
- Ketidakmampuan duduk di toilet mampu untuk melakukan 7. Memfasilitasi kebersihan
aktivitas eleminasi secra mandiri toiletsetelah selesai eleminasi
atau tanpa alat bantu 8. Ganti pakaian pasien setelah
- Mampu duduk dan turun dari eleminasi
kloset 9. Menyiram toilet /membersihkan
- Membersihkan diri setelah 10.Menyediakan alat bantu ( kateter
eleminasi eksternal atau urinal
- Mengenali dan mengetahui 11.Memantau integritas kulit pasien
kebutuhan bantuan untuk
eleminasi
Defisit perawatan diri makan b.d Makan tidak terganggu, kriteria Self asitence : Makan
kelemahan fisik, ditandai dengan : evaluasi : 1. Memonitor kemampuan menelan
DS: - Status nutrisi : ketersedia zat gizi 2. Identifikasi diet yang diresepkan
- Mengatakan sesak untuk memenuhi kebutuhan 3. Mengatur nampan kananan dan
- Tidak mampu ke toilet metabolik meja
DO: - Status nutrisi : asupan makanan 4. Ciptakan lingkungan yang
- Ketidakmampuan mengambil makanan - Cairan : kualitas makanan dan menyenangkan selama waktu
dan memasukan ke mulut cairan yang diasup kedalam makan (penempatan pispot, urinal
- Ketidakmampuan mengunyah makanan tubuh selama periode 24 jam dan peralatan)
- Ketidakmampuan menghabiskan - Perawatan diri : aktivitas 5. Pastikan posisi pasien yang tepat
makanan keperlengkapan makanan perawatan fisik dan pribadi 6. Memberikan bantuan fisisk sesuai
- Kontak mata yang buruk mengontrol cemas pada situasi saat ini, sebagai cara
- Mengekspresikan kekawatiran karena - Vital sign dalam batas normal untuk mengidentifikasi mekanisme
perubahan dalam peristiwa hidup - Postur tubuh, ekspresi wajah, koping yang dibutuhkan untuk
3. Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan diatas, disesuaikan dengan keadaan dan reaksi atau respon pasien terhadap penyakitnya.
4. Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan