Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

NOP

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Shinta Febrina

NIM : 22222069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN 2022
A. Pengertian
Neoplasma merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel - sel
yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (Melya,2018)
Neoplasma ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium, cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput yang
terbentuk dari lapisan terluar ovarium. Neoplasma ovarium kistik atau padat
disebut juga kista ovarium, yaitu merupakan suatu tumor baik yang kecil maupun
yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Kista ovarium merupakan salah
satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa
reproduksinya.(Afriani, 2021)

B. Etiologi
Berdasarkan (Najmih 2019) Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti,
kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan pembentukan hormon
dihipotalamus, hipofisis atau di indung telur sendiri (ketidakseimbangan hormon).
Faktor resiko terjadinya kista ovarium :
1. Riwayat kista ovarium sebelumnya
2. Siklus menstruasi yang tidak teratur
3. Menstruasi dini
4. Tingkat kesuburan
5. ketidakseimbangan hormon estrogen maupun progesteron

C. Patofisiologi
fungsi ovarium yang normal tergantung pada sejumlah hormon, dan kegagalan
salah satu pembentukan hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium tersebut.
Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan
hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat.
Pada ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih
dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista
ditengahtengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan (Karim 2020)

D. Manifestasi Klinis
Mayoritas penderita tumor ovarium tidak menunjukkan adanya gejala sampai
periode waktu tertentu. Pada umumnya kista jenis ini tak mempunyai ukuran yang
amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagala karena kista ovariumpun dapat
berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih
keabu-abuan.

E. Tanda dan gejala


Kista ovarium dengan ukuran besar umumnya dapat menyebabkan gejala
seperti terjadi perasaan begah, mudah kenyang, keinginan untuk berkemih, dan
rasa nyeri pada perut. Pada Kista ovarium yang sudah berubah menjadi ganas,
gejalanya dapat lebih beragam akibat kemungkinan terjadinya metastasis, baik di
daerah sekitar abdomen bahkan dapat mencapai payudara. Gejala yang dapat
ditemukan pada kista ovarium ganas berupa malaise, penurunan berat badan,
nyeri pada daerah yang terdampak (nyeri abdomen atau nyeri dada), dan kesulitan
untuk bernapas (Suryoadji et al. 2022)

F. Komplikasi
1. Torsi
Faktor yang menyebabkan torsi bermacam–macam, yaitu penting adalah
faktor faktor dari tumor sendiri, gerakan yang sekonyan – konyang dan
gerakan peristaltik dari usus.
2. Ruptur dari kista
Hal ini jarang terjadi tetapi dapat terjadi secara spontan atau oleh trauma.
Pada kedua – duanya disertai gejala sakit, mual dan muntah.
3. Superasi dari kista
Kista Dermoid lebih sering dikenal radang, mungkin karena isinya yang
merangsang atau mungkin pula berat tumornya yang dapat mengganggu
peredaran darah, gejala – gejalanya seperti pada peradangan biasanya, yaitu :
sakit, nyeri tekanan, perut tegang, demam dan leukositosis, kalau dibiarkan
bisa terjadi peritonitis.
4. Perubahan Keganasan
Dari suatu tumor kistik benigna dapat terjadi keganasan lebih kecil
dibandingkan dengan jenis serosum. Biasanya bila terjadi keganasan, berupa
Ca. Epidermoid, kadang – kadang berbentuk sarcoma.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Laparaskopi
Diagnostik Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan
silat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor
kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan
bubur barium dalam colon disebut di atas.
4. Pap smear
untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya
kanker atau kista.
5. Pemeriksaan darah
CS – 125 (menilai tinggi rendahnya kadar protein pada darah).
H. Pathway
I. Asuhan Keperawatan
A.Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, suku, bangsa, pendidikan, alamat, agama, pekerjaan,
nomor register, diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit sekarang
keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti terlambat haid, keluar darah dari vagina, tidak akan berhenti sampai
hasil konsepsi dikeluarkan, rasa mulas atau kram perut., keluhan nyeri pada
perut bagian bawah.
3. Riwayat penyakit dahulu
Mulai hamil pernah menderita penyakit menular atau keturunan, pernah MRS,
dan adakah hiperemesis gravidarum.
4. Riwayat penyakit keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular atau keturunan,
adakah kelahiran kembar.
5. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
Kaji tentang menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna, adanya dismenorhoe, dan fluor albus.
b. Riwayat kehamilan
Kaji hari pertama haid terakhir, tanggal perkiraan persalinan dan bagaimana
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Klien mengerti atau tidak tentang pemeliharaan kesehatan mengenai
keadaan yang terjadi pada dirinya, yaitu perdarahan yang berlebihan.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan menurun, berat badan menurun, klien lemah.
c. Pola aktivitas Aktivitas terganggu
keadaan ibu lemah karena nyeri perut yang timbul.
d. Pola eliminasi
Frekwensi defekasi dan miksi tidak ada kesulitan, warna, jumlah, dan
konsistensi.
e. Pola istirahat dan tidur
Terjadi adanya perubahan pola tidur akibat dari adanya perdarahan.
f. Pola sensori dan kognitif Mengalami kecemasan dengan penyakitnya
sehingga kadang mudah tersinggung dan gelisah.
g. Pola persepsi diri Terjadi perubahan pola konsep diri (harga diri) kerena
timbul anggapan tidak bisa merawat dirinya.
h. Pola hubungan dan peran Hubungan klien dan keluarga kemungkinan
mengalami perubahan karena kurang mampu memperhatikan keadaan
sekitar.
i. Pola reproduksi dan sexual Kemungkinan keadaan sexual terganggu karena
keadaan klien yang lemah.
j. Pola penanggulangan stress Kemungkinan dalam mengatasi masalah yang
dihadapi mengalami perubahan karena kadang-kadang klien mudah
tersinggung dan gelisah.
7. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi kesadaran, suara bicara, pernafasan, suhu tubuh, nadi, tekanan
darah, GCS, BB, TB.
b. Kepala dan Leher
Ada tidaknya kelainan pada kepala dan leher, seperti pembesaran kelenjar
tyroid, keadaan rambut, stomatitis, icterus.
c. Telinga
Meliputi kebersihan, ada tidaknya serumen atau benda asing.
d. Hidung
Ada tidaknya pernafasan cuping hidung, polip dan sekret.
e. Dada
Ada tidaknya nyeri dada, pergerakan pernafasan, kebersihan payudara,
hiperpigmentasi pada areola mamae, pembesaran pada payudara.
f. Abdomen
Meliputi tinggi fundus uteri sesuai atau tidak dengan umur kehamilan, ada
tidaknya linea alba dan linea nigra dan bekas operasi SC.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut bd agen fisiologis
2. Ansietas b.d Krisis Situasional
3. Gangguan pola tidur bd nyeri

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
Nyeri akut bd Setelah dilakukan tindakan A. observasi
agen fisiologis keperawatan dalam 1-2 kali 1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
24 jam tingkat nyeri pasien
frekuensi, kualitas,
dapat menurun dengan intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil sebagai berikut :
3. Identifikasi respon nyeri
Kemampuan 2 5 non verbal
4. Identifikasi faktor yang
menuntaskan
memperberat dan
aktivitas memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
Mengeluh nyeri 2 5 dan keyakinan tentang
Meringis 2 5 nyeri
6. Identifikasi pengaruh
Kesulitan tidur 2 5 budaya terhadap respon
Ket: nyeri
B. Terapeutik :
2. Cukup meningkat 1. Berikan teknik nonfarmakologi
5. Menurun untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Hipnosis, terapi musik,
terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat atau dingin, terapi
bermain, relaksasi nafas dalam,
dll)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

C. edukasi
1. jelaskan penyebab,
priode, dan pemacu
nyeri
2. jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
4. anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

- Kolaborasi :
6. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan A. observasi


Krisis Situasional keperawatan dalam 1-2 kali 1.Identifikasi saat tingkat
24 jam kecemasan pasien ansietas berubah
dapat menurun dengan 2. Monitor tanda-tanda
kriteria hasil sebagai berikut : ansietas
3. Ciptakan suasana
Perilaku Gelisah 2 5
teraupetik untuk
Perilaku tegang 2 5
menumbuhkan
kepercayaan
Ket: B. terapi
2. Cukup meningkat 1. Temani pasien untuk
5. Menurun mengurangi kecemasan,
jika perlu
1. Latih teknik relaksasi
C. edukasi
1. Dengarkan pasien dengan
penuh perhatian
2. Jelaskan procedure,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Anjurkan keluarga tetap
bersama pasien, jika
perlu
D. kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan A. observasi
tidur bd kontrol keperawatan dalam 2 x 24 jam 1. obesrvasi TVV
tidur diharapkan perdarahan tidak 2. identifikasi keamanan dan
terjadi dengan kriteria hasil : kenyamanan lingkungan
Keluhan sulit tidur 2 5 B. terapi
1. atur suhu lingkungan
Pola tidur 2 5 yang sesuai
membaik 2. atur posisi senyaman
Merinti 2 5 mungkin
3. ciptakan lingkungan yang
Ket: aman dan nyaman
2. Cukup meningkat C. edukasi
1. membuat lingkungan
5. Menurun yang nyaman
2. ajarkan keluarga klien
untuk kompres air
hangat sebelum tidur
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, Nurul. 2021. “A suhan keperawatan perioperatif pada NY n dengan diagnosis medis
neoplasma ovarium kistik suspek ganas tingkat konservatif surgical staging salpinggo -
ooferektomi billateral dan ementektomi Di Ruang central operating theatre RUMAH
SAKIT PERGURUAN.” Pesquisa Veterinaria Brasileira 26(2): 173–80.
http://www.ufrgs.br/actavet/31-1/artigo552.pdf.

Karim, Cecy Rahma. 2020. “E dukasi gizi sebagai salah satu modalitas terapi pengaruh
Survival rate pasien dengan neoplasma ovarium kistik.” Suparyanto dan Rosad (2015
5(3): 248–53.

Melya, Permata. 2018. “A suhan keperawatan pada Nyonya n 40 tahun dengan neoplasma
ovarium kistik Nok suspek malignancy dan penerapan ebn teknik relaksasi Benson di
ruang ginekologis onkologi RSUP DR. M. DJAMIL Padang .” Teaching and Teacher
Education12(1):1–17.
http://dx.doi.org/10.1080/01443410.2015.1044943%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.sbspro.2010.03.581%0Ahttps://publications.europa.eu/en/publication-detail/-/
publication/2547ebf4-bd21-46e8-88e9-f53c1b3b927f/language-en%0Ahttp://europa.eu/.
%0Ahttp://www.leg.st.

Najmih, Nur. 2019. “MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


KEGAWATDARURATAN PADA NY ‘J’ DENGAN DIAGNOSAMEDIS KISTA
OVARIUM DI RUANGAN INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) OBGYN RSUP
DR WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR.” Αγαη 8(5): 55.

Suryoadji, Kemal Akbar, Ahmad Fauzi, Alifaturrasyid Syafaatullah Ridwan, and Fitriyadi
Kusuma. 2022. “Diagnosis Dan Tatalaksana Pada Kista Ovarium: Literature Review.”
Khazanah: Jurnal Mahasiswa 14(1).

Anda mungkin juga menyukai