Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

“NOP (NEOPLASMA)”

Oleh :

NAMA : Febi Try Mentari


NIM : 22222024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU


KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN
TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH
PALEMBANG 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
“NOP (NEOPLASMA)”

A. Konsep Dasar NOP


1. Definisi
Neoplasma merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel -
sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (Melya,2018)
Neoplasma ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium, cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput
yang terbentuk dari lapisan terluar ovarium. Neoplasma ovarium kistik atau
padat disebut juga kista ovarium, yaitu merupakan suatu tumor baik yang kecil
maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Kista ovarium
merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada
wanita di masa reproduksinya.(Afriani, 2021)

2. Etiologi
Berdasarkan (Najmih 2019) Penyebab dari kista belum diketahui secara
pasti, kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan pembentukan hormon
dihipotalamus, hipofisis atau di indung telur sendiri (ketidakseimbangan
hormon). Faktor resiko terjadinya kista ovarium :
1. Riwayat kista ovarium sebelumnya
2. Siklus menstruasi yang tidak teratur
3. Menstruasi dini
4. Tingkat kesuburan
5. ketidakseimbangan hormon estrogen maupun progesteron

3. Patofiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung pada sejumlah hormon, dan
kegagalan salah satu pembentukan hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium
tersebut. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat.
Pada ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan
menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm
dengan kista ditengahtengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan (Karim 2020).

4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
Mayoritas penderita tumor ovarium tidak menunjukkan adanya gejala
sampai periode waktu tertentu. Pada umumnya kista jenis ini tak mempunyai
ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum.
Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagala karena kista
ovariumpun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu.
Warna kista putih keabu-abuan.

6. Tanda dan Gejala


Kista ovarium dengan ukuran besar umumnya dapat menyebabkan
gejala seperti terjadi perasaan begah, mudah kenyang, keinginan untuk
berkemih, dan rasa nyeri pada perut. Pada Kista ovarium yang sudah berubah
menjadi ganas, gejalanya dapat lebih beragam akibat kemungkinan terjadinya
metastasis, baik di daerah sekitar abdomen bahkan dapat mencapai payudara.
Gejala yang dapat ditemukan pada kista ovarium ganas berupa malaise,
penurunan berat badan, nyeri pada daerah yang terdampak (nyeri abdomen atau
nyeri dada), dan kesulitan untuk bernapas (Suryoadji et al. 2022).

7. Komplikasi
1. Torsi
Faktor yang menyebabkan torsi bermacam–macam, yaitu penting adalah
faktor faktor dari tumor sendiri, gerakan yang sekonyan – konyang dan
gerakan peristaltik dari usus.
2. Ruptur dari kista
Hal ini jarang terjadi tetapi dapat terjadi secara spontan atau oleh trauma.
Pada kedua – duanya disertai gejala sakit, mual dan muntah.
3. Superasi dari kista
Kista Dermoid lebih sering dikenal radang, mungkin karena isinya yang
merangsang atau mungkin pula berat tumornya yang dapat mengganggu
peredaran darah, gejala – gejalanya seperti pada peradangan biasanya, yaitu
: sakit, nyeri tekanan, perut tegang, demam dan leukositosis, kalau
dibiarkan bisa terjadi peritonitis.
4. Perubahan Keganasan
Dari suatu tumor kistik benigna dapat terjadi keganasan lebih kecil
dibandingkan dengan jenis serosum. Biasanya bila terjadi keganasan,
berupa Ca. Epidermoid, kadang – kadang berbentuk sarcoma.

8. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Diagnostik Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-
sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor
kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan
bubur barium dalam colon disebut di atas.
4. Pap smear
untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker
atau kista.
5. Pemeriksaan darah
CS – 125 (menilai tinggi rendahnya kadar protein pada darah).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, suku, bangsa, pendidikan, alamat, agama, pekerjaan,
nomor register, diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit sekarang
keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti terlambat haid, keluar darah dari vagina, tidak akan berhenti sampai
hasil konsepsi dikeluarkan, rasa mulas atau kram perut., keluhan nyeri pada
perut bagian bawah.
3. Riwayat penyakit dahulu
Mulai hamil pernah menderita penyakit menular atau keturunan, pernah
MRS, dan adakah hiperemesis gravidarum.
4. Riwayat penyakit keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular atau
keturunan, adakah kelahiran kembar.
5. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
Kaji tentang menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna, adanya dismenorhoe, dan fluor albus.
b. Riwayat kehamilan
Kaji hari pertama haid terakhir, tanggal perkiraan persalinan dan bagaimana
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Klien mengerti atau tidak tentang pemeliharaan kesehatan mengenai
keadaan yang terjadi pada dirinya, yaitu perdarahan yang berlebihan.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan menurun, berat badan menurun, klien lemah.
c. Pola aktivitas Aktivitas terganggu
keadaan ibu lemah karena nyeri perut yang timbul.
d. Pola eliminasi
Frekwensi defekasi dan miksi tidak ada kesulitan, warna, jumlah, dan
konsistensi.
e. Pola istirahat dan tidur
Terjadi adanya perubahan pola tidur akibat dari adanya perdarahan.
f. Pola sensori dan kognitif Mengalami kecemasan dengan penyakitnya
sehingga kadang mudah tersinggung dan gelisah.
g. Pola persepsi diri Terjadi perubahan pola konsep diri (harga diri) kerena
timbul anggapan tidak bisa merawat dirinya.
h. Pola hubungan dan peran Hubungan klien dan keluarga kemungkinan
mengalami perubahan karena kurang mampu memperhatikan keadaan
sekitar.
i. Pola reproduksi dan sexual Kemungkinan keadaan sexual terganggu
karena keadaan klien yang lemah.
j. Pola penanggulangan stress Kemungkinan dalam mengatasi masalah yang
dihadapi mengalami perubahan karena kadang-kadang klien mudah
tersinggung dan gelisah.
7. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi kesadaran, suara bicara, pernafasan, suhu tubuh, nadi, tekanan
darah, GCS, BB, TB.
b. Kepala dan Leher
Ada tidaknya kelainan pada kepala dan leher, seperti pembesaran kelenjar
tyroid, keadaan rambut, stomatitis, icterus.
c. Telinga
Meliputi kebersihan, ada tidaknya serumen atau benda asing.
d. Hidung
Ada tidaknya pernafasan cuping hidung, polip dan sekret.
e. Dada
Ada tidaknya nyeri dada, pergerakan pernafasan, kebersihan payudara,
hiperpigmentasi pada areola mamae, pembesaran pada payudara.
f. Abdomen
Meliputi tinggi fundus uteri sesuai atau tidak dengan umur kehamilan, ada
tidaknya linea alba dan linea nigra dan bekas operasi SC.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor D. 0078
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
D. 0019
3. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek samping
terapi radiasi D. 0129
3. Intervensi keperawatan
No Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan

1. Nyeri kronis Kontrol nyeri (L.08063) Manajemen nyeri (I.08238)


(D.0078) Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan 3x24 jam, diharapkan
Definisi: kriteria dapat teratasi. 1. Identifikasi lokasi,
pengalaman karakteristik, durasi,
sensorik atau No Kriteria Aw Tuj frekuensi, kualitas, intesitas
emosional yang al uan nyeri
berkaitan dengan 1. Pasien 5 2 2. Identifikasi skala nyeri
kerusakan jaringan mampu 3. Identifikasi respon nyeri non
actual atau mengenali verbal
fungsional, dengan penyebab 4. Identifikasi faktor yang
onset mendadak nyeri memperberat dan
atau lambat dan memperingan nyeri
berintensitas ringan 2. Pasien 5 2 5. Identifikasi pengaruh nyeri
hingga berat dan melaporkan terhadap kualitas hidup
konstan, yang jika nyeri 6. Monitor keberhasilan
berlangsung lebih sudah terhadap kualitas nyeri
dari 3 bulan. berkurang 7. Monitor efek samping
pengunaan analgesic
3. Pasien 5 2
mampu Terapeutik:
menggunak
an teknik 1. Berikan teknik
non- nonfarmakologi untuk
farmakolog mengurangi nyeri (mis.
is yang TENS, hypnosis, akupuntur,
telah terapi musik, terapi pijat,
diajarkan aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
Skala Indikator : bermain)
1. Meningkat 2. Kontrol lingkungan yang
2. Cukup meningkat memperberat rasa nyeri (mis.
3. Sedang Suhu ruangan, pencahayaan,
4. Cukup menurun kebisingan)
5. Menurun 3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihann strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgesic secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
2. Defisit Nutrisi Status Nutrisi ( L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi:
(D.0019) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam, diharapkan 1. Identifikasi status nutrisi
Definisi: asupan kriteria dapat teratasi. 2. Identifikasi alergi dan
nutrisi tidak cukup intoleransi makanan
untuk memenuhi No Kriteria Aw Tuj 3. Identifikasi makanan yang
kebutuhan al uan disukai
metabolisme 1. Berat badan 5 3 4. Monitor asupan makanan
indeks massa 5. Monitor berat badan
tubuh 6. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Frekuensi 5 2 7. Berikan makanan tinggi serat
makan untuk mencegah konstipasi
Terapeutik:
3. Nafsu makan 5 1 1. Lakukan oral hygine sebelum
4 Pasien 5 1 makan, jika perlu
mampu 2. Sajikan makanan secara
menghabiska menarik dan suhu yang
n makanan sesuai
yang sudah 3. Berikan makanan tinggi serat
disediakan 4. Berikan makanan tinggi
kalori dan protein
Skala Indikator: 5. Berikan suplemen makanan,
1. Meningkat jika perlu
2. Cukup meningkat Edukasi:
3. Sedang 1. Anjurkan posisi duduk, jika
4. Cukup menurun mampu
5. Menurun 2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
medikasi makanan (mis.
Pereda nyeri, antimietik) jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
3. Gangguan Penyembuhan luka (L.14130) Perawatan integritas kulit
Setelah dilakukan tindakan
(I.11353)
integritas
keperawatan 3x24 jam, diharapkan Observas:
kulit/jaringan kriteria dapat teratasi. 1. Identifikasi penyebab
gangguan integritas kulit
(D.0129)
No Kriteria Awal Tujuan (mis. Perubahan sirkulasi,
Definisi: kerusakan 1. Peradanga 2 5 perubahan status nutrisi,
kulit (dermis n luka penurunan kelembaban, suhu
dan/atau epidermis) 2. Nyeri 2 5 lingkungan ekstrem dan
atau jaringan 3. Kerusaka 1 5 penurunan mobilitas)
(membrane mukosa, n lapisan Teraupetik:
kornea, fasia, otot, kulit 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika
tendon, tulang, 4. Tekstur 2 5 tirah baring
kartilago, kapsul, kulit 2. Gunakan produk berbahan
sendi dan/atau ringan atau alami dan
ligament). Skala Indikator: hipoalergik pada kulit
1. Menurun Edukasi:
2. Cukup menurun 1. Anjurkan memakai pelembab
3. Sedang (mis. Lotion, serum)
4. Cukup meningkat 2. Anjurkan minum air yang
5. Meningkat cukup
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tindakan medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan. Pada
tahap ini perawat juga akan berkolaborasi dengan tenaga ahli medis lainnya
untuk memenuhi kebutuhan pasien (Ida, 2016)

5. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan kriteria hasil yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
yang berkesinambungan dengan melibatkan tenaga medis yang lain agar
mencapai tujuan kriteria hasil yang ditetapkan (Ida, 2016).
Referensi

Astrid Savitri, D. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim, dan Rahim.
Yogyakarta: Pustaka Perss.
Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM.
Budiono, dkk. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika.
Brunner, and S. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta: EGC.
Debora, O. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba
Medika.
Endang Purwoastuti, and E. S. M. (2015). Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial Bagi
Kebidanan. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.
M.F.Rozi. (2013). Kiat Mudah Mengatasi Kanker Serviks. Yogyakarta: Aulia
Publishing.
Morita, D. (2016). Kajian Pengobatan Pasien Kanker Serviks di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. In Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals
Conferences (Vol. 4, pp. 330-334).
Kemenkes. (2015). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Situasi Penyakit
Kanker.
Reeder, D. (2013). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga,
Edisi 18 Volume 1. Jakarta: EGC.
Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Sinar
Kejora.
Wuriningsih. (2016). Potret Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Klien Dengan
Kanker Serviks Melalui Pendekatan Konservasi Dan Efikasi Diri. Nurscope.
Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 2(2), 49-6
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai