Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Defenisi

Endometriosis adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang

masih berfungsi terdapat diluar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar-

kelenjar dan stroma, terdapat di dalam miometrium ataupun luar uterus

(Wiknjosastro, 2008).

Endometriosis ialah lapisan selaput yang sepatutnya melapisi dinding

dalam rahim (uterus) ada di luar rongga uterine atau pada otot rahim.

Biasanya di atas permukaan organ dalam pelvik dan abdomen, boleh

dianggap tumor atau pertumbuhan baru (neoplasma) yang bertindak setempat

dan boleh merebak. Ia bukan barah, tetapi bisa merebak seperti barah,

biasanya didapati di atas atau bawah ovari, belakang uterus, atas selaput yang

memegang uterus, atas usus atau vesika urinaria. Dalam sesetengah kasus,

endometriosis bisa tumbuh di dalam paru-paru atau organ lain, tetapi kasus

seperti ini jarang berlaku (Utamadi, Gunadi, 2005).

Endometriosis merupakan tumbuhnya jaringan endometrium diuar

batas rongga uterus. Jaringan ektopik ini biasanya terbatas hanya pada area

pevis, paling sering terdapat disekitar ovarium, peritoneum uterovesika,

igamen uterosakra, dan kavum Douglas atau cul de sac, namun dapat pula

tumbuh pada semua tempat dalam tubuh (joan dan Lyndon,2014).

B. Etiologi

Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim. Lokasi

tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii, jaringan

yang menunjang uterus, daerah di antara vagina dan rectum, juga di kandung
kemih. Endometriosis bukanlah suatu infeksi menular seksual, sehingga tidak

ada hubungannya dengan apakah seorang remaja pernah berhubungan seksual

atau tidak.

Sampai saat ini para dokter belum mengetahui alasan yang pasti

mengapa endometrium sampai dapat tumbuh di luar rahim. Sejauh ini hanya

diketahui bahwa endometriosis banyak ditemui di kalangan perempuan yang

keluarganya menderita endometriosis juga. Ada beberapa teori yang

menjelaskan mengapa endometrial implant dapat sampai keluar rahim. Kista

endometriosis biasanya mengenai salah satu atau kedua ovarium (indung

telur) kiri atau kanan. Sifatnya memang ikut tumbuh sesuai dengan siklus

menstruasi karena sel-sel endometriosis ini sangat peka terhadap pengaruh

hormon estrogen dan progesteron yang berfluktuasi setiap bulannya sesuai

dengan siklus menstruasi tsb. Yang namanya kista berarti suatu kantung yang

didalamnya berisi cairan, sehingga bila kista tersebut bertambah besar maka

akan dapat mengganggu proses ovulasi (pematangan sel telur) (Joan dan

Lyndon, 2014).

C. Patofisiologi

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki

ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko

lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen

abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi

seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal

tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan

progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium.

Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel


endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen

dan progesteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan

menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme

tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun

menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat

seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal. Jaringan

endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.

Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii

menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu,

ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai

endometriosis.

Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa,

sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran

regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi

terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin

normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen

dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami

perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan

progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan

menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic. Perdarahan di

daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri

saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di

pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis.

Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah
permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat

melakukan hubungan seks.

Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di

uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba

fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa

ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan

terjadinya infertil pada endometriosis ( Smeltzer & Bare, 2006).

D. Manifestasi Klinik

Menurut Joan dan Lyndon (2014), dalam buku ajar visual nursing

medical-bedah tanda dan gejala dari endometriosis diantaranya yaitu :

1. Nyeri perut bagian bawah dan di daerah panggul progresif.

2. Disminorea (nyeri hebat di perut bagian bawah saat haid yang menganggu

aktifitas).

3. Dispareunea (nyeri ketika melakukan hubungan seksual), disebabkan

karena adanya endometriosis di kavum douglas.

4. Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada

saat menstruasi. Disebabkan karena adanyaendometriosis pada dinding

rektosigmoid.

5. Poli dan hipermenorea (siklus lebih pendek dari normal < 21 hari, darah

lebih banyak atau lama dari normal lebih dari 7 hari).

6. Infertilitas (kemandulan), apabila mobilitas tuba terganggu karena fibriosis

dan karena perlekatan jaringan disekitarnya.

7. Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spoting sebelum menstruasi).

8. Haid yang banyak (menorragia).


E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis

ini antara lain:

1. Uji serum

a. Protein plasent : Mungkin meningkat pada endometriosis yang

mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.

b. Antibodi endometrial : Sensitifitas dan spesifisitas berkurang

2. Teknik pencitraan

a. Ultrasound : Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma

dengan sensitifitas 11%

b. MRI : 90% sensitif dan 98% spesifik

3. Pembedahan

Melalui laparoskopi dan eksisi.

F. Penatalaksanaan

1. Terapi obat : terapi menggunakan obat dengan mekanisme kerja menekan

pengeluaran hormon estrogen menggunakan GnRH antagonis, pil


kontrasepsi, progestin, danazol, antiprogesteron, dan obat pereda nyeri

2. Terapi operasi : dipertimbangkan pada wanita infertil (tidak subur) atau

pada wanita yang nyerinya tidak berkurang dengan obat-obatan.

Tindakan operasi yang dilakukan adalah histerektomi total

(pengangkatan rahim keseluruhan) atau operasi konservatif yang tetap

mempertahankan rahim.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Data yang

terkumpul dari pasien, pengkajian terdiri dari pengumpulan, pengelompokan

data, analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan.

1. Pengumpulan Data

Identitas

a. Identitas Klien

Identitas klien meliputi nama, umur, agama, pendidikan,pekerjaan,

suku, status perkawinan, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, no medrek dan alamat.

b. Identitas Penanggung jawab

Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

b. Keluhan yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian dengan

menggunakan metode PQRST :

P : Provokatif atau paliatif yang menyebabkan nyeri dirasakan.

Q : Kualitas nyeri yang dirasakan, apakah tertusuk, kram, kaku,

terjepit, atau tertekan.

R : Region, nyeri yang dirasakan mempengaruhi system tubuh atau

tidak seperti nadi, tekanan darah, pernafasan, serta apakah


mempengaruhi aktifitas selama perubahan posisi atau nyeri

dirasakan menjalar ke area lain.

S : Saverity, nyeri dirasakan hebat. Menengah – sedang, atau

sedikit, tentukan dengan menggunakan skala 0 – 10

T : Time, apakah nyeri secara khas terus – menerus, cepat hilang

dan dirasakan menetap.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Perjalanan penyakit klien sebelum, selama perjalanan dan

sesampainya di rumah sakit hingga saat dilakukan pengkajian.

Tindakan yang dilakukan sebelumnya, dan pengobatan yang didapat

setelah masuk rumah sakit.

d. Riwayat Menstruasi

Kaji menarche, siklus menstruasi, banyaknya haid yang keluar,

keteraturan menstruasi, lamanya, keluhan yang menyertai.

e. Riwayat Obstetri

Kaji tanggal partus, umur hamil, jenis partus, tempat penolong, jenis

kelamin bayi, berat dan panjang badan bayi, masalah yang terjadi

saat hamil, lahir, nifas dan keadaan bayi yang dilahirkan.

f. Riwayat Keluarga Berencana

Kaji penggunaan KB pada klien, jenis kontrasepsi yang digunakan,

sejak kapan penggunaan alat kontrasepsi, adakah masalah yang

terjadi dengan alat kontrasepsi.

g. Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan penyakit yang pernah dialami dan berhubungan dengan

sistem reproduksi, dan riwayat pengobatan klien.


h. Riwayat pernikahan

Kaji usia pernikahan, lamanya pernikahan, dan pernikahan yang

keberapa.

i. Riwayat seksual

Kaji usia pertama kali klien melakukan hubungan seksual, frekuensi

perminggu, respon pasca hubungan seksual : Nyeri / perdarahan /

tidak ada keluhan.

j. Riwayat kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit yang sama,

penyakit keturunan atau riwayat penyakit menular.

k. Riwayat kebiasaan sehari – hari

3. Personal hygiene

Kaji kebiasaan personal hygiene klien meliputi keadaan kulit, rambut,

mulut dan gigi, pakaian, kuku, vulva hygiene.

4. Pola makan

Kaji pola makan klien meliputi kebiasaan makan klien dalam porsi

makan, frekuensi makan, nafsu makan, sumber dan jenis makanan yang

di sukai dan makanan yang tidak disukai, alergi makanan, serta kaji

kebiasaan minum klien.

5. Pola eliminasi

a. BAB

Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi, dan keluhan saat BAB.

b. BAK

Kaji frekuensi, warna, bau dan keluhan saat berkemih.

6. Pola aktifitas dan latihan


Kaji kegiatan dalam pekerjaan dan kegiatan diwaktu luang sebelum dan

selama dirawat di rumah sakit.

7. Pola tidur dan istirahat

Kaji waktu, lama tidur/ hari, kebiasaan pengantar tidur, kebiasaan saat

tidur, dan kesulitan dalam tidur.

8. Riwayat penggunaan zat

Kaji kebiasaan dan lama penggunaan rokok, minuman alkohol, dan

obat – obatan.

9. Riwayat sosial ekonomi

Kaji pendapatan perbulan, hubungan sosial, dan hubungan dalam

keluarga.

10. Riwayat psiko sosial dan spiritual

a. Psikososial

Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini, dan

mekanisme koping klien.

b. Spiritual

Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan di rumah dan

di rumah sakit.

11. Pemeriksaan Fisik

Kaji keadaan umum, kesadaran, berat badan atau tinggi badan dan

tanda–tanda vital.

a. Kepala

Kaji adanya keluhan pusing atau sakit kepala, warna rambut,

keadaan, distribusi rambut, dan kebersihan rambut.


b. Mata

Kaji kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera, kornea, dan

fungsi penglihatan.

c. Hidung

Kaji kesimetrisan, keadaan kehersihan hidung, dan fungsi

penciuman.

d. Mulut

Kaji kelembaban mukosa mulut dan bibir, keadaan gigi, fungsi

pengecapan, keadaan mulut dan fungsi menelan.

e. Telinga

Kaji adanya kelainan bentuk, keadaan, dan fungsi pendengaran.

f. Leher

Kaji adakah pembekakan, pembesaran kelenjar tiroid, distensi vena

jugularis,pebesaran kelenjar getah bening.

g. Daerah dada

Kaji adanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi

suara jantung, bunyi jantung, frekuensi nadi, dan tekanan darah.

h. Abdomen

Kaji adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus, bekas luka,

nyeri tekan, karakteristik nyeri, kondisi hepar dan kandung kemih.

i. Genitalia Eksterna

Kaji adanya pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau, keluhan

gatal dan  kebersihan.

j. Anus

Kaji adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi adanya hemoroid

eksterna.
k. Ektremitas

Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian, refleks -

refleks, dan kesulitan pergerakan.

12. Pemeriksaan Penunjang

Pre operasi : Kaji hemoglobin, Pembekuan darah dan USG

B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, tidak ada nafsu makan, cancer cahexia.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek fisiologis

neoplasma

3. Resiko cidera perdarahan berhubungan dengan perubahan faktor

pembekuan

4. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.

C. Intervensi

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah, tidak ada nafsu makan, cancer cahexia.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam

kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Kriteria hasil:

a. BB tetap/ meningkat

b. Klien menyatakan mual muntah berkurang/ hilang

c. Klien menyatakan nafsu makan meningkat

d. Klien menghabiskan porsi makan yang disediakan

Intervensi:

a. Identifikasi mual, muntah dan nafsu makan klien


b. Berikan / anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dalam

keadaan hangat dan sedikit-sedikit tapi sering

c. Berikan ijin klien untuk memilih makanan yang disukai asal masih

dalam batas toleransi diit klien.

d. Timbang berat badan klien setiap hari dengan timbangan yang sama.

e. Mempertahankan kebersihan mulut klien.

f. Kolaborasi: berikan diit khusus untuk menambah asupan nutrisi klien.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek fisiologis

neoplasma

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri

klien teratasi.

Kriteria hasil:

a. Klien menyatakan nyeri berkurang/ hilang

b. Ekspresi wajah klien lebih rileks

TTV: TD 120/80 mmHg, N 80-100x/mnt, RR16-24 x/mnt, suhu 36,5-

37,5 ˚ C (disesuaikan usia anak)

Intervensi:

a. Identifikasi nyeri klien: karakteristik, lokasi, skala,

penyebab nyeri bertambah dan berkurang, durasi.

b. Monitor TTV

c. Lakukan kompres hangat pada daerah yang nyeri

d. Ajarkan pada keluarga cara mengompres daerah nyeri

e. Kolaborasi: berikan analgetik

3. Resiko cidera perdarahan berhubungan dengan perubahan faktor

pembekuan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak

terjadi perdarahan pada anak.

Kriteria hasil:

a. TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100 x/mnt reguler kuat

b. Tidak ada tanda-tanda perdarahan seperti melena, epistaksis,

perdarahan membran mukosa, petechie.

c. CRT < 2 detik, ekstremitas hangat.

Intervensi:

a. Evaluasi tanda-tanda perdarahan setiap hari

b. Ukur tekanan darah dan nadi

c. Ukur CRT setiap hari

d. Gunakan sikat gigi yang lembut

e. Kolaborasi: pantau trombosit

4. Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem pertahanan

tubuh sekunder gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit

immatur, imunosupresi, peneknan sumsum tulang.

Tujuan : pasien bebas dari infeksi

Kriteria hasil :

a. Normotermia

b. Hasil kultur negatif

c. Peningkatan penyembuhan

Intervensi :

a. Tempatkan pada ruangan yang khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.

b. Cuci tangan untuk semua petugas dan pengunjung.


c. Awsi suhu, perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan

kemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan takikardia, hipotensi,

perubahan mental samar.

d. Cegah menggigil : tingkatkan cairan, berikan mandi kompres

e. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk.

f. Auskultsi bunyi nafas, perhatikan gemericik, ronkhi; inspeksi sekresi

terhadap perubahan karakteristik, contoh peningktatan sputum atau sputum

kental, urine bau busuk dengan berkemih tiba-tiba atau rasa terbakar.

g. Inspeksi kulit unutk nyeri tekan, area eritematosus; luka terbuka. Besihkan

kulit dengan larutan antibakterial.

h. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan sikat gigi

halus.

i. Tingkatkan kebersihan perianal. Berikan rendam duduk menggunakan

betadine atau Hibiclens bila diindiksikan.

j. Berikan periode istirahat tanpa gangguan

k. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan cairan.

l. Hindari prosedur invasif (tusukan jarum dan injeksi) bila mungkin.

Kolaborasi :

a. Awasi pemeriksaan laboratorium misal : hitung darah lerngkap, apakah

SDP turun atau tiba-tiba terjadi perubahan pada neutrofil; kultur

gram/sensitivitas.

b. Kaji ulang seri foto dada.

c. Berikan obat sesuai indikasi contoh antibiotik.

d. Hindari antipiretik yang mengandung aspirin.

e. Berikan diet rendah bakteri misal makanan dimasak, diproses


DAFTAR PUSTAKA

Joan, Lyndon. 2014. Buku Ajar Visual Nursing Medikal-Bedah.Tanggerang

Selatan : Binarupa Aksara Publiser

NANDA NIC-NIC .2014.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, Jakarta :

EGC.

Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:

Jakarta

Smeltzer Suzanne C. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.

Jakarta : EGC.

Winkjosastro Hanifa. 2008. Ilmu Kanduungan. PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai