Anda di halaman 1dari 22

Accelerat ing t he world's research.

SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN HAFSHAWATY
ZAINUL HASAN GENGGONG 2013
Dita William

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Askep Dist osia INSYA ALLAH FIX


Vika Ulya

MAKALAH KOMPLIKASI PERSALINAN ASKEP DIST OSIA DAN KEDARURATAN OBST ET RIK Guna unt uk m…
Riris Wibowo

Laporan Kasus ANC INC PNC BBL lengkap


IMA N U R C A H Y A N T I PUT RI, Bd
LAPORAN PENDAHULUAN
dan
KERANGKA KONSEP ASKEP
“DISTOSIA”

OLEH :
AHMAD TAUFIK BAIDAWI
(2010.01.074)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG
2013
LAPORAN PENDAHULUAN DISTOSIA

1. DEFINISI
Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan.
(Rustam Mukhtar, 1994)
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat
berbagai kondisi.
(Bobak, 2004 : 784)
2. INSIDEN

Data dari Reproductive Health Library menyatakan terdapat 180 sampai 200 juta
kehamilan setiap tahun. Dari angka tersebut terjadi 585.000 kematian maternal akibat
komplikasi kehamilan dan persalinan. Sebab kematian tersebut adalah perdarahan 24,8%,
infeksi dan sepsis 14,9%, hipertensi dan preeklampsi/eklampsi 12,9%, persalinan macet
(distosia) 6,9%, abortus 12,9%, dan sebab langsung yang lain 7,9%.1
Seksio sesarea di Amerika Serikat dilaporkan meningkat setiap tahunnya, Pada tahun
2002 terdapat 27,6 % seksio sesarea dari seluruh proses kelahiran. Dari angka tersebut,
19,1% merupakan seksio sesarea primer. Laporan American College of Obstretician and
Gynaecologist (ACOG) menyatakan bahwa seksio sesarea primer terbanyak pada
primigravida dengan fetus tunggal, presentasi vertex, tanpa komplikasi. Indikasi
primigravida tersebut untuk seksio sesarea adalah presentasi bokong, preeklampsi,
distosia, fetal distress, dan elektif. Distosia merupakan indikasi terbanyak untuk seksio
sesarea pada primigravida sebesar 66,7%. Angka ini menunjukkan peningkatan
dibandingkan penelitian Gregory dkk pada 1985 dan 1994 masing-masing 49,7% dan
51,4% distosia menyebabkan seksio sesarea
Kasus distosia amat bervariasi tergantung kriteria diagnosis yang digunakan.
Sebagai contoh, Gross dan rekan (1987) berhasil mengidentifikasi 0,9 persen dari hampir
11.000 persalinan pervaginam yang dikategorikan sebagai mengalami distosia bahu di
Toronto General Hospital. Meski demikian,distosia sejati—yang baru didiagnosis ketika
diperlukan manuver lain selaintraksi ke bawah dan episiotomi untuk melahirkan bahu—
hanya ditemukan pada 24 kelahiran (0,2 persen). Trauma nyata pada janin ditemukan
hanya pada distosia yang memerlukan manuver untuk melahirkan. Laporan-
laporanterkini, yang membatasi diagnosis distosia bahu pada pelahiran yangmemerlukan
manuver, menyatakan insidensi yang bervariasi antara 0,6 sampai1,4 persen (American
College of Obstetricians and Gynecologists, 2000; Baskettand Allen, 1995; McFarland et
al, 1995; Nocon et al, 1993).Berkisar dari 1 per 1000 bayi dengan berat badan kurang
dari 3,500g, sampai16 per 1000 bayi yang lahir di atas 4000 g. Di samping banyak studi
untuk mengidentifikasi faktor predisposisi distosia bahu, lebih dari 50% kasus terjadi
tanpa adanya faktor resiko.

3. ETIOLOGI
Distosia dapat disebabkan oleh :
• Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak
efektif atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan/power)
• Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/passage)
• Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi,
bayi besar, dan jumlah bayi (passengger)
• Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan
dengan pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung

4. KLASIFIKASI DISTOSIA

1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan


Kekuatan)
Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal
yang menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan
pendataran/effacement (kekuatan primer), dan atau kemajuan
penurunan (kekuatan sekunder). Gilbert (2007) menyatakan
beberapa faktor yang dicurigai dapat meningkatkan resiko
terjadinya distosia uterus sebagai berikut:
a) Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)
b) Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital,
distensi yangberlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion)
c) Kelainan bentuk dan posisi janin
d) Disproporsi cephalopelvic (CPD)
e) Overstimulasi oxytocin
f) Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan
kecemasan
g) Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya
Kontraksi uterus abnormal terdiri dari disfungsi kontraksi
uterus primer (hipotonik) dan disfungsi kontraksi uterus sekunder
(hipertonik).
a) Disfungsi Hipotonik
Perempuan yang semula membuat kemajuan normal tahap
kontraksi persalinan aktif akan menjadi lemah dan tidak efisien,
atau berhenti sama sekali.
Uterus mudah “indented”, bahkan pada puncak kontraksi.
Tekanan intrauterin selama kontraksi (biasanya kurang dari 25
mmHg) tidak mencukupi untuk kemajuan penipisan serviks dan
dilatasi. CPD dan malposisi adalah penyebab umum dari jenis
disfungsi dari uterus.

HIS bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih


kuat dan lebih dahulu daripada bagian lain, kelainannya terletak
dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang
daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik dan rasa
nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak
banyak bahaya baik bagi ibu ataupun janin. Apabila his terlampau
kuat maka akan terjadi disfungsi hipertonik
b) Disfungsi Hipertonik
Ibu yang mengalami kesakitan/ nyeri dan frekuensi kontraksi
tidak efektif menyebabkan dilatasi servikal atau peningkatan
effacement. Kontraksi ini biasa terjadi pada tahap laten,yaitu
dilatasi servikal kurang dari 4 cm dan tidak terkoordinasi. Kekuatan
kontraksi pada bagian tengah uterus lebih kuat dari pada di fundus,
karena uterus tidak mampu menekan kebawah untuk mendorong
sampai ke servik. Uterus mungkin mengalami kekakuan diantara
kontraksi (Gilbert, 2007).
Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik
pada servik, misalnya karena jaringan parut atau karsinoma.
Dengan HIS kuat serviks bisa robek, dan robekan ini bisa menjalar
ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu setiap wanita yang pernah
mengalami operasi pada serviks selalu harus diawasi persalinannya
di rumah sakit. Kondisi distosia ini jarang ditemukan kecuali pada
wanita yang tidak diberi pengawasan yang baik waktu persalinan.
Perbedaan antara Disfungsi Hipertonik dan Disfungsi Hipotonik
Disfungsi Hipertonik Disfungsi Hipotonik
Kontraksi
· -Tidak teratur dan tidak · -Terkoordinasi tetapi lemah
terorganisasi · - Frekuensi kurang dan pendek
· -Intensitas lemah dan selama durasi kontraksi
pendek, tetapi nyeri dan · -Ibu mungkin kurang nyaman
kram karena kontraksi lemah

· -Tidak meningkat
Uteri resting tone
· -Diatas normal, hampir

sama dengan karakteristik


-Aktif, biasanya terjadi setelah
ablusio plasenta. dilasi 4 cm
· - Lebih sering terjadi dari pada

Fase persalinan hipertonik


· -Laten, terjadi sebelum

dilasi 4 cm. - Amniotomy


· -Lebih jarang terjadi · - Augmentasi oksitoksin
daripada hypotonik · - seksio sesaria jika tidak ada

disfungsi peningkatan

Manajemen terapeutik
· -Koreksi penyebab jika bisa

diidentifikasi
· -Pemberian obat penenang

untuk bisa beristirahat · -Intervensi berhubungan


· -Hidrasi dengan amniotomy dan
· -Tocolytics untuk augmentasi oksitosin.
mengurangi “high uterine · -Mendorong perubahan posisi.

tone” dan promoteperfusi · -Ambulasi jika tidak

plasenta kontraindikasi dan bisa diterima


oleh ibu
Nursing Care · -Dukungan emosional: jelaskan

· - Promote aliran darah tindakan yang diambil untuk


uterus meningkatkan ketidakefektifan
· -Promote istirahat, kontraksi. Libatkan anggota
kenyamanan, dan relaksasi keluarga dalam mendukung
· -Menghilangkan nyeri emosi ibu untuk mengurangi
· -Dukungan emosional: kecemasan
terima kenyataan tentang
nyeri dan frustasi. Jelaskan
alasan tindakan untuk
menyelesaikan persalinan
abnormal, tujuan dan
akibat yang dipresiksi.

2. Distosia karena Kelainan jalan lahir


• Karena struktur pelvis.
Jenis-jenis panggul:
a) Panggul Ginekoid
Pintu atas panggul bundar dengan diameter transversa yang
lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan dengan
panggul tengah dan pintu bawah panggul yang cukup luas.
b) Panggul Antropoid
Diameter anteroposterior yang lebih panjang dari diameter
transversa dengan arkus pubis menyempit sedikit
c) Panggul Android
Pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga
berhubungan dengan penyempitan kedepan, dengan spina iskiadika
menonjol kedalam dan arkus pubis menyempit.
d) Panggul Platypelloid
Diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada
diameter transversa pada pintu atas panggul dengan arkus pubis
yang luas.
Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis
yang mengurangi kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet
(pintu atas panggul), pelvis bagian tengah,pelvis outlet (pintu
bawah panggul), atau kombinasi dari ketiganya.
Disproporsi pelvis merupakan penyebab umum dari
distosia.Kontraktur pelvis mungkin disebabkan oleh ketidak
normalan kongenital, malnutrisi maternal, neoplasma atau kelainan
tulang belakang. Ketidakmatangan ukuran pembentukan pelvis
pada beberapa ibu muda dapat menyebabkan distosia pelvis.

Kesempitan pada pintu atas panggul


Kontraktur pintu atas panggul terdiagnosis jika diagonal
konjugata kurang dari 11,5 cm. Insiden pada bentuk wajah dan
bahu meningkat. Karena bentuk interfere dengan engagement dan
bayi turun, sehingga beresiko terhadap prolaps tali pusat.
Kesempitan panggul tengah
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi
oksipitalis posterior persisten atau posisi kepala dalam posisi lintang
tetap.
Kesempitan pintu bawah panggul
Agar kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih
besar pada bagian belakang pintu bawah panggul. Dengan distansi
tuberum bersama dengan diameter sagittalis posterior kurang dari
15 cm, timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran normal.
• Kelainan traktus ginetalis
a) Vulva
Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema,
stenosis, dan . Edema biasanya timbul sebagai gejala preeklampsia
dan terkadang karena gangguan gizi. Pada persalinan jika ibu
dibiarkan mengejan terus jika dibiarkan dapat juga mengakibatkan
edema. Stenosis pada vulva terjadi akibat perlukaan dan
peradangan yang menyebabkan ulkus dan sembuh dengan parut-
parut yang menimbulkan kesulitan. Tumor dalam neoplasma jarang
ditemukan. Yang sering ditemukan kondilomata akuminata, kista,
atau abses glandula bartholin.
b) Vagina
Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina,
dimana septum ini memisahkan vagina secara lengkap atau tidak
lengkap dalam bagian kanan dan bagian kiri. Septum lengkap
biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang
satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun untuk
lahirnya janin. Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan
turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong terlebih
dahulu.
Stenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan merupakan
halangan untuk lahirnya bayi, perlu dipertimbangkan seksio
sesaria. Tumor vagina dapat menjadi rintangan pada lahirnya janin
per vaginam
c) Servik uteri
Konglutinasio orivisii externi merupakan keadaan dimana pada
kala I servik uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi,
sehingga merupakan lembaran kertas dibawah kepala
janin. Karsinoma servisis uteri, merupakan keadaan yang
menyebabkan distosia.
d) Uterus
Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat
menyebabkan distosia apabila mioma uteri menghalangi lahirnya
janin pervaginam, adanya kelainan letak janin yang berhubungan
dengan mioma uteri, dan inersia uteri yang berhubungan dengan
mioma uteri.

e) Ovarium
Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi
lahirnya janin pervaginam. Dimana tumor ini terletak pada cavum
douglas. Membiarkan persalinan berlangsung lama mengandung
bahaya pecahnya tumor atau ruptura uteri atau infeksi intrapartum.
3. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin
a) Kelainan letak, presentasi atau posisi
Ø Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun
melalui pintu atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau
miring sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang,
kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan
belakang. Namun keadaan ini pada umumnya tidak akan terjadi
kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila keadaan kepala janin
dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran
normal.
Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah
usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.
Ø Presentasi puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat
defleksinya maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi
dahi atau presentasimuka. Presentasi puncak kepala (presentasi
sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-
ubun besar berada dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan
sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang
kepala.
Ø Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal
sehingga muka bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada
panggul sempit atau janin besar. Multiparitas dan perut gantung
juga merupakan faktor yang menyebabkan persentasi muka.
Ø Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih
berat, sehingga dahi merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi
ini merupakan kedudukan yang bersifat sementara yang kemudian
berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang
kepala. Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi
muka.
Ø Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada
dibawah cavum uteri. Beberapa jenis letak sungsang yakni :
- Presentasi bokong
Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi
lutut, kedua kaki terangkat keatas sehingga ujungnya
terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Sehingga pada
pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
- Presentasi bokong kaki sempurna
Disamping bokong dapat diraba kedua kaki.

- Presentasi bokong kaki tidak sempurna


Hanya terdapat satu kaki disamping bokong
sedangkan kaki yang lain terangkat keatas.
- Presentasi kaki
Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah
satu atau dua kaki.
Ø Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong
berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit
lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada
pintu atas panggul. Punggung janin berada di depa, di belakang, di
atas, atau di bawah.
Ø Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga
panggul dijumpai tangan, lengan/kaki, atau keadaan dimana
disamping bokong janin dijumpai tangan.
b) Kelainan bentuk janin
Ø Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari
4000 gram. Kepala dan bahu tidak mampu menyesuaikannya ke
pelvis, selain itu distensi uterus oleh janin yang besar mengurangi
kekuatan kontraksi selama persalinan dan kelahirannya. Pada
panggul normal, janin dengan berat badan 4000-5000 gram pada
umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya.
Ø Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan
serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar
sehingga terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.
Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic
Ø Kelainan bentuk janin yang lain
a) Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus(pelekatan pada dada) merupakan janin
kembar melekat yang paling sering menimbulkan kesukaran
persalinan.
b) Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari
asites atau tumor hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali
dijumpai.
Ø Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati
bagian terendah janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah.
Pada presentasi kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya bagi
janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian
terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan
oksigenasi.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh
gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga
pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin.

4. Distosia karena respon psikologis


Stress yang diakibatkan oleh hormon dan neurotransmitter
(seperti catecholamines) dapat menyebabkan distosia. Sumber
stress pada setiap wanita bervariasi, tetapi nyeri dan tidak adanya
dukungan dari seseorang merupakan faktor penyebab stress.
Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi servik secara
normal, persalinan berlangsung lama, dan nyeri meningkat. Cemas
juga menyebabkan peningkatan level strees yang berkaitan dengan
hormon (seperti: β endorphin, adrenokortikotropik, kortisol, dan
epinephrine). Hormon ini dapat menyebabkan distosia karena
penurunan kontraksi uterus.

5. MANIFESTASI KLINIK
a. Ibu :
• Gelisah
• Letih
• Suhu tubuh meningkat
• Nadi dan pernafasan cepat
• Edem pada vulva dan servik
• Bisa jadi ketuban berbau
b. Janin
• DJJ cepat dan tidak teratur
• Distress janin
• Keracunan mekonium.

6. PATOFISIOLOGI
Terlampir

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- MRI
Menggunakan kekuatan magnet dan gelombang radio. Signal dari medan
magnet memantulkan gambaran tubuh dan mengirimkannya ke computer, dimana
yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk gambar. Tidak seperti X-ray dan CT-
scan yang menggunakan radiasi. Namun penggunaan MRI masih terbatas dikarenakan
biaya mahal, waktu pemeriksaan yang sulit dan lama, serta ketersediaan alat.
Kegunaannya :
· pelvimetri yang akurat
· gambaran fetal yang lebih baik
· gambaran jaringan lunak di panggul yang dapat menyebabkan distosia

- USG
Menggunakan gelombang suara yang dipantulkan untuk membentuk
gambaran bayi di layar komputer yang aman untuk bayi dan ibu.

Kegunaan :
• Menilai pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.
• Masalah dengan plasenta. USG dapat menilai kondisi plaasenta dan menilai adanya
masalah2 seperti plasenta previa dsb.
• Kehamilan ganda/ kembar. USG dapat memastikan apakah ada 1 / lebih fetus di
rahim.
• Kelainan letak janin. Bukan saja kelainan letak janin dalam rahim tapi juga banyak
kelainan janin yang dapat di ketahui dengan USG, seperti: hidrosefalus, anesefali,
sumbing, kelainan jantung, kelainan kromoson (syndrome down), dll.
• Dapat juga untuk menilai jenis kelamin bayi jika anda ingin mengetahuinya.

8. PENATALAKSANAAN DISTOSIA PERSALINAN


 Penanganan Umum
- Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
- Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
- Kolaborasi dalam pemberian :
o Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
o Berikan analgesia berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg
(IM)
- Perbaiki keadaan umum
• Dukungan emosional dan perubahan posisi
• Berikan cairan

 Penanganan Khusus
1. Kelainan His
TD diukur tiap 4 jam
DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
Pemeriksaan dalam : VT
• Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)
• Berikan analgetik seperti petidin, morfin
• Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his
2. Kelainan letak dan bentuk janin
- Pemeriksaan dalam
- Pemeriksaan luar
- MRI
- Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksio sesaria baik
primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan
3. Kelainan jalan lahir
- Persalinan percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada
hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam
semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai
kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginam
dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan
percobaan. Dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap
kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin; kedua fakto
ini tidak dapat diketahui sebelum persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan
dengan cermat. Di atas sudah dibahas indikasi-indikasi untuk seksio sesarea
elektif; keadaan-keadaan ini dengan sendirinya merupakan kontra indikasi untuk
persalinan percobaan. Selain itu, janin harus berada dalam presentasi kepala dan
tuanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Karena kepala janin bertambah
besar serta lebih sukar mengadakan moulage, dan berhubung dengan
kemungkinan adanya disfungsi plasenta, janin mungkin kurang mampu
mengatasi kesukaran yang dapat timbul pada persalina percobaan. Perlu disadari
pula bahwa kesempitan panggul dalam satu bidang, seperti pada panggul picak,
lebih menguntungkan daripada kesempitan dalam beberapa bidang. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
 Pengawasan terhadap keadaan ibu dan janin. Pada persalina yang agak lama
perlu dijaga agar tidak terjadi dehidrasi dan asidosis.
 Pengawasan terhadap turunnya kepala janin dalam rongga panggul. Karena
kesempitan pada panggul tidak jarang dapat menyebabkan gangguan pada
pembukaan serviks.
 Menentukan berapa lama partus percobaan dapat berlangsung.

- Simfisiotomi
Simfisotomi ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari tulang
panggul kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi lebih luas. Tindakan ini
tidak banyak lagi dilakukan karena terdesak oleh seksio sesarea. Satu-satunya
indikasi ialah apabila pada panggul sempit dengan janin masih hidup terdapat
infeksi intrapartum berat, sehingga seksio sesarea dianggap terlalu berbahaya.

- Kraniotomi
Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-berlarut dan dengan janin sudah
meninggal, sebaiknya persalina diselesaikan dengan kraniotomi dan kranioklasi.
Hanya jika panggul demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat dilahirkan
dengan kraniotomi, terpaksa dilakukan seksio sesarea.

- Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secar elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada
kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau
karena terdpat disproporsi sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio tersebut
diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada factor-faktor lain yang
merupakan komplikasi, seperti primigrvida tua, kelainan letak janin yang tidak
dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang
lama, penyakit jantung dan lain-lain.
Seksio sesarea sekundar dilakukan karena persalinan percobaan dianggap
gagal, atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum
dipenuhi.

9. KOMPLIKASI DISTOSIA
 Komplikasi Maternal
• Perdarahan pasca persalinan
• Robekan perineum derajat III atau IV
• Rupture Uteri
 Komplikasi Fetal
• Fraktura Clavicle
• Kematian janin
• Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
• Fraktura humerus
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DISTOSIA

1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku/bangsa.
2. Keluhan utama : proses persalinan yang lama menyebabkan adanya keluhan nyeri dan
cemas.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia sebelumnya,
biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul
sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar dll.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan letak janin (lintang,
sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalamkeluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan
pre eklamsi
4. Pengkajian pola fungsional
 Aktifitas/istirahat
Melaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan
 Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu hipertensi
karena kehamilan
 Eliminasi
Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai
 Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan
 Nyeri atau ketidaknyamanan
Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses kehamilan,kontraksi
jarang,dengan intensitas ingan sampa sedang,dapat terjadi sebelum awitan persalinan atau
sesudah persalinan terjadi,fase laten dapat memanjang,
 Keamanan
Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemerisaan vagina dapat menunjukkan janin dalam
malposisi,penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari
2 cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,dapat mengalami versi eksternal
setelah getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah presentasi bokong menjadi
presentasi kepala.
 Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara,uterus mungkin distensi berlebihan karena
hidramnion,gestasi multipel.janin besar atau grand multiparis.

5. Pemeriksaan Fisik
 Kepala
rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe
 Mata
Biasanya konjungtiva anemis
 Thorak
Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian paru yang
tertinggal saat pernafasan
 Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal persalinan atau
menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal atau
tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab
pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan
kandung kemih.
 Vulva dan Vagina
Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/ servik,
biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba
jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa
 Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentukpanggul dan kelainan
tulang belakang

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak efektif
2. Resiko tinggi cedera terhadap maternal(ibu) b/d penurunan tonus otot/poa kontraksi
otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d hipermetabolisme, muntah, pembatasan masukan
cairan
4. Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan invasive
5. Cemas b/d persalinan lama
3. INTERVENSI
1. Nyeri akut b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak efektif
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang
Kriteria :
- Klien tidak merasakan nyeri lagi
- Klien tampak rilek
- Kontraksi uterus efektif
- Kemajuan persalinan baik
Intervensi :
1. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic dan nyeri
tekan abdomen
R/ Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan, penekanan kepala pada
servik yang berlangsung lama akan menyebabkan nyeri
2. Kaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri
R/ Setiap individu mempunyai tingkat ambang nyeri yang berbeda, denga skala
dapat diketahui intensitas nyeri klien
3. Kaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap kejadian
R/ Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat
ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan takut nyeri
4. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk mengalihkan nyeri,
Bantu klien dalam menggunakan metode relaksasi dan jelaskan prosedur
R/ Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa nyeri
5. Kuatkan dukungan social/ dukungan keluarga
R/ Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan dapat
mengurangi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan, klien merasa
diperhatikan dan perhatian terhadap nyeri akan terhindari
6. Kolaborasi :
- Berikan narkotik atau sedative sesuai instruksi dokter
R/ Pemberian narkotik atau sedative dapat mengurangi nyeri hebat
- Siapkan untuk prosedur bedah bila diindikasikan
2. Resiko tinggi cedera terhadap maternal(ibu) b/d penurunan tonus otot/poa kontraksi
otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
Tujuan : setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi cedera
pada ibu
Criteria hasil :
- Tidak ada laserasi derajat 3 atau 4.
- Tidak ada ruptur
Intervensi :
1. Tinjau ulang riwayat persalinan,awitan dan durasi
R/ Membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
2. Catat waktu/jenis obat.hindari pemberian narkotik dan anastesi blok epidural
sampai serviks dilatasi 4 cm.
R/ Sedatif yang diberikan terlalu dini dapat menghambat atau menghentikan
persalinan.
3. Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat,sebelum
awitan persalinan
R/ Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder, atau
mungkin akibat dari persalinan lama
4. Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
R/ Disfungsi kontraksi dapat memperlama persalinan,meningkakan resiko
komplikasi maternal/janin

5. Catat kondisi serviks.pantau tanda amnionitis.catat peningkatan suhu atau jumlah


sel darah putih;catat bau dan rabas vagina
R/ Serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi, menghambat penurunan
janin/kemajuan persalinan. terjadi amniositis secara langsung dihubungkan
dengan lamanya persalinan sehingga melahirkan harus terjadi dalam 24 jam
setelah pecah ketuban
6. Catat penonjolan,posisi janin dan presentase janin
R/ Digunakan sebagai indikator dalam mengidentifikasi persalinan yang lama
7. Anjurkan klien berkemih setiap1-2 jam.kaji terhadap penuhan kandung kemih
diatas simfisis pubis
R/ Kandung kemih dapat menghambat aktifitas uterus dan mempengaruhi
penurunan janin
8. Tempatkan klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring atau
ambulasi sesuai toleransi
R/ Ambulasi dapat membantu kekuatan gravitasi dalam merangsang pola
persalinan normal dan dilatasi serviks
9. Bantu dengan persiapan seksio sesaria sesuai indikasi untuk malposisi, CPD atau
cincin bandl
R/ Melahirkan seksio sesari segera diindifikasikan untuk cincin bandl untuk
distres janin karena CPD
3. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d status hipermetabolik, muntah,
diaforesis hebat, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian oksitosin.
Tujuan : setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam tidak terjadi defisit
cairan tubuh
Kriteria hasil : - TTV di batas normal
- Kulit elastis
- CRT < 2 detik
- Mukosa lembab
- DJJ 160- 180 x/menit
Intervensi :
1. Pantau masukan dan keluaran cairan
R/ Membandingkan apakah pemasukan dan pengeluaran seimbang sehingga tidak
terjadi dehidrasi
2. Pantau tanda vital. Catat laporan pusing pada perubahan posisi
R/ Peningkatan frekuensi nadi dan suhu ,dan perubahan tekanan darah ortostatik
dapat menandakan penurunan volume sirkulasi
3. Kaji elastisitas kulit
R/ Kulit yang tidak elastis menandakan terjadi dehidrasi
4. Kaji bibir dan membran mukosa oral dan derajat saliva
R/ Membran mukosa atau bibir yang kering dan penurunan saliva adalah
indikator lanjut dari dehidrasi
5. Perhatikan respon denyut jantung janin yang abnormal
R/ Indikasi menunjukkan efek dehidrasi maternal dan penurunan perfusi
6. Berikan masukan cairan adekuat melalui pemberian minuman > 2500 liter
R/ Pemenuhan cairan pada mengurangi dehidrasi
7. Berikan cairan secara intravena
R/ Larutan parenteral mengandung elektrolit dan glukosa dapat memperbaiki atau
mencegah ketidakseimbangan maternal dan janin serta apat menurunkan
keletihan maternal
DAFTAR PUSTAKA

Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC

FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan ginekologi.


Bandung : Eleman

Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawihardjo

Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Buku ajar patologi obstetric untuk mahasiswa
kebidanan. Jakarta:EGC

Farrer, Helen. 2001. Perawatan meternitas edisi II. Jakarta: EGC


PATOFISIOLOGI

Kelainan tenaga Kelainan bentuk dan letak Kelainan jalan lahir Kelainan respon psikologis
janin (janin besar,letsu )
Kurang pengetahuan ttg PAP sempit Ketokolamin
cara mengejan dg benar
Vasokontriksi pmb.
Kontraksi tdk sinkron Darah di miometrium
dg tenaga Janin kesulitan
melewati PAP His/ kontraksi uterus
Tenaga cepat habis

Kesulitan persalinan/ macet


DISTOSIA

Tonus otot Partus lama Rencana


tindakan SC
Obstruksi mekanis pd Penekanan pd jalan Penekanan kepala Energy ibu Jalan lahir terpapar
penurunan janin lahir janin pd panggul terlalu lama dg udara Krisis situasi
hipermetabolisme luar
Menekan saraf Ketokolamin
Resiko cedera Resiko cedera Pathogen mudah
maternal Respon hipotalamus janin Resiko stress
masuk
kekurangan vol.
Pengeluaran mediator nyeri cairan dan
elektrolit Resiko infeksi Ansietas
Respon nyeri

Nyeri akut

Anda mungkin juga menyukai