CI AKADEMIK :
Disusun Oleh:
(19091015)
Pokok Bahasan : pengertian, tanda dan gejala, dan cara keluarga mengatasi gangguan citra tubuh
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang berada di dunia pasti ingin mengharapkan memiliki bentuk tubuh yang normal dan
baik sehingga individu tersebut mampu melakukan seluruh aktifitas yang mereka dapat lakukan sebagaimana
manusia lainya. Tetapi tidak semua manusia di dunia terlahir dengan memiliki bentuk tubuh atau kondisi yang
baik dan membuat individu tersebut tidak mampu melakukan aktifitas yang mereka dapat lakukan serta
menghambat tugas-tugas perkembangan yang seharusnya dapat dilaksanakan akibat kondisi tuna daksa yang di
alami.
Pengertian tuna daksa secara etimologis, yaitu seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi
anggota tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah perlakuan, dan akibatnya kemampuan untuk
melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan. Tuna daksa dapat didefinisikan sebagai bentuk
kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, persendian dan saraf yang disebabkan oleh penyakit, virus, dan
kecelakaan baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. Machdan & Hartini (2012) mengatakan
bahwa tunadaksa merupakan kecacatan atau ketidaknormalan pada anggota tubuh, seperti kelainan yang terjadi
pada otot, tulang ataupun pada sendi sehingga menyebabkan individu mengalami kekurangan dalam bergerak
dan melakukan kegiatan sehari-hari. Akibat dari kekurangan yang dimiliki, individu yang menderita tuna daksa
menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya, baik dari sisi emosi, sosial, ataupun bekerja. Virlia &
Wijaya (2015) juga menjelaskan bahwa tuna daksa merupakan bentuk kelainan yang dialami individu pada
sistem otot, persendian, dan tulang yang mengakibatka terjadinya gangguan pada komunikasi, koordinasi,
mobilitas, serta gangguan perkembangan. penyandang tunadaksa merupakan penyandang disabilitas fisik terbanyak
yang ada di Indonesia, serta penyandang tunadaksa memiliki keterbatasan secara fisik yang terlihat secara nyata oleh
orang lain. Penyandang tunadaksa adalah orang yang mengalami gangguan atau kelainan yang menetap pada alat
gerak seperti tulang dan otot (Subini, 2014).
Kecacatan atau kekurangan di salah satu tubuh manusia dapat berpengaruh ke individu secara menyeluruh.
Penderita tunadaksa jika dibandingkan dengan penderita ketunaan yang lain, mereka lebih mudah untuk dikenali
karena kekurangan yang dimiliki sangat tampak jelas dan penderitapun menyadari hal tersebut. Akibat dari
kekurangan yag tampak jelas, hal tersebut mempengaruhi kondisi psikis dari penyandangnya. Mereka merasa
dirinya bukanlah manusia yang sempurna dan berbeda dengan individu lainnya. Sehingga mereka tidak dapat
mengembangkan kemampuan yang dimiliki karena kekurangan tersebut (Tentama ,2010).
Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam bagaimana individu mempersepsi dan merasakan tubuhnya
(Healey, 2014), sehingga situasi di lingkungan sekolah merupakan salah satu lingkungan yang dapat memengaruhi
citra tubuh remaja penyandang tunadaksa. Menurut Cash & Smolak (2011), citra tubuh dapat dilihat dari dua
komponen yaitu komponen persepsi dan komponen sikap. Komponen persepsi berkaitan dengan bagaimana individu
melihat dirinya sendiri, dan bagaimana individu melihat tubuh tidak selalu merepresentasikan apa yang terlihat
sebenarnya. Terdapat empat bagian dari komponen sikap, diantaranya; (1) aspek kognitif yang meliputi kepercayaan,
pikiran, interpretasi dan atribusi terhadap penampilan atau penampilan yang ideal dan skema diri tentang seberapa
penting penampilan memengaruhi harga diri seseorang; (2) aspek afektif yang berkaitan dengan emosi atau perasaan
individu terkait dengan penampilan, termasuk stres, perasaan cemas atau ketidaknyamanan serta emosi lain yang
berkaitan dengan tubuh; (3) aspek perilaku termasuk perilaku menghindari situasi atau objek yang dapat menimbulkan
perhatian terhadap citra tubuh dan perilaku memeriksa tubuh; (4) penilaian subjektif terhadap penampilan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan kepuasan ataupun ketidakpuasan terhadap penampilan secara keseluruhan. Selain
dari masalah fisik yang di alami, individu dengan tuna daksa juga berpotensi untuk mengelami masalah dalam
kesehatan jiwa.
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun tidak terhadap tubuhnya, termasuk persepsi
masa lalu atau sekarang mengenai ukuran, fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang kontak secara terus menerus, baik
masalalu maupun sekarang. Citra tubuh harus realistis karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya
ia akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap
tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan menarik atau tidak, gemuk ataut idak dan
sebagainya adalah menunjukan adanya gangguan citra tubuh (Yusuf, Fitriasari, & Nihayati,2015).
Berdasarkan penjelasan di atas, tuna daksa dan gangguan citra tubuh adalah dua hal yang saling berkaitan erat, maka
dari itu untuk membantu pasien dalam meningkatkan aspek positif diri, penulis akan melakukan suatu penyuluhan kepada
pasien mengenai gangguan citra tubuh.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan, klien dapat mengetahui dan mampu mengenal bagian tubuh yang dirasa
terganggu, mengidentifikasi bagian tubuh yang berfungsi, dan yang dirasa terganggu, mengafirmasi bagian
tubuh yang sehat dan tidak terganggu, dan memotivasi untuk melatih bagian tubuh yang dirasa terganggu.
2. Tujuan Khusus
C. Materi Penyuluhan
1. Defenisi
Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar yang emncakup
persepsi saat ini dan masa lalu dan perasaan tentang bentuk, ukuran, fungsi penampilan, dan potensi tubuh
yang dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan penglaman baru setiap individu.
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap seseorang terhadap tubuhnya yang diakibatkan
oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Gangguan citra tubuh merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami atua berseiko untuk
mengalami gangguan dalam penerapan citra diri seseorang (Keliat, Helena, & Farida, 2011).
2. Etiologi
Menurut Keliat, Helena, Farida (2011), menyatakan bahwa penyebab gangguan citra tubuh secara umum
ialah sebagai berikut :
a. Kerusakan atau kehilangan bagian tubuh
b. Perubahan ukuran tubuh
c. Perubahan bentuk dan penampilan tubuh
d. Perubahan bagian tubuh akibat dari tindakan pembedahan
3. Tanda dan gejala
Seorang individu di diagnosis mengalami gangguan citra tubuh bila terdapat satu atau lebih gejala sebagai
berikut (Nanda, 2015) :
a. Berespons pada masa lalu dan kekuatan sebelumnya.
b. Berfokus pada penampilan masa lalu
c. Depersonalisasi bagian tubuh
d. Gangguan fungsi tubuh
e. Gangguan struktur
f. Memperluas Batasan tubuh
g. Menonjolkan kemampuan yang masih ada
h. Menekankan pencapaian
i. Persepsi yang merefleksikan perubahan pandangan tentang penampilan.
j. Menghindari untuk melihat tubuh, menghindari untuk menyentuh tubuh.
k. Menolak menerima perubahan, menyembunyikan bagian tubuh
l. Perasaan yang negative, perubahan pada hidp dan lingkungan social.
D. Metode Penyuluhan
1. Edukasi
2. Diskusi tanya jawab
E. Media Penyuluhan
1. Leaflet
F. Setting Tempat
Keterangan :
peserta penyuluhan
penyuluh
G. Pengorganisasian
a. Pembimbing akademik : Ners. Dewi Kurnia Putri, M.Kep
b. Penyuluh : Chyntia Utami, S.Kep
H. Kegiatan Penyuluhan
No
Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan peserta
.
1. 5 menit Pembukaan :
1) Memberikan salam 1) Menjawab salam
2) Memperkenalkan diri 2) Mendengarkan
3) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
4) Menyebutkan materi dan memperhatikan
kegiatan yang akan dilakukan 3) Menjawab
5) Menggali pengetahuan peserta pertanyaan
tentang cara-cara menurunkan
kecemasan
2. 10 menit Pemberian materi :
1) Pengertian gangguan citra 1) Menyimak dan
tubuh memperhatikan
2) Penyebab gangguan citra
tubuh
3) tanda gejala gangguan citra
tubuh
4) cara keluarga mengatasi
gangguan citar tubuh
4. 10 menit Diskusi: Tanya jawab 1) Peserta
menanyakan hal-
hal yang belum
jelas pada
pemateri
2) Pemateri
memberikan
jawaban
4. 5 menit Evaluasi :
1) Memberikan pertanyaan kepada 1) Menjawab
peserta seputar materi yang pertanyaan dari
disampaikan. pemateri
2) Memberikan reward atau pujian
bagi peserta yang mampu
menjawab
Penutup :
Mengucapkan salam dan terima
kasih 1) Menjawab salam
I. Metode Evaluasi
(1) Metode evaluasi : Tanya jawab
(2) Jenis evaluasi : Lisan
J. Evaluasi Struktur
(1) Persiapan Media
Media yang digunakan dalam edukasi semua lengkap dan dapat digunakan dalam penyuluhan yaitu:
a. Leaflet
(2) Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk leaflet dengan ringkas,menarik, lengkap mudah dimengerti oleh peserta
K. Evaluasi proses
(1) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta mampu memahami materi yang
disampaikan melalui edukasi dan leaflet yang diberikan.
(2) Peserta memperhatikan saat edukasi berlangsung.
L. Evaluasi Hasil
(1) Klien mampu menjelaskan kembali mengenai materi yang telah disampaikan.
(2) Klien mampu mengidentifikasi bagian tubuh yang masih dapat digunakan, dan meningkatkan fungsi
bagain tubuh tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Machdan, D.M., Hartini.N. Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja
Pada Tuna Daksa Di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh Pasuruan. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
Mental. 1(2), 79-85. https://www.researchgate.net/publication/311738594.
Virlia.S., Wijaya.A.(2015). Penerimaan Diri Terhadap Penyandang Tuna Daksa. Seminar Psikologi dan
Kemanusiaan. http://mpsi.umm.ac.id/files/file/372-377%20Stefani%20Andri.pdf.
Tentama.F. (2010), Berpikir Positif dan Penerimaan Diri Pada Remaja Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan. Jurnal
Psikologi Ahmad Dahlan, 7(1). 66.http://journaldatabase.info/articles/berpikir_positif_dan_penerimaan_diri.html.
Cash.T.F., Smolak.F. (2011). A Handbook Of Science, Practice, and Prevention. New York: The Guilford.
Yusuf., Fitriyasari., Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat.B.S., Helena.N., Farida.P. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial & Kader Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
PENGARUH INTERVENSI GENERALIS GANGGUAN
CITRATUBUH TERHADAPCITRATUBUH SISWAOBESITAS DI
SMA VIRGO
FIDELIS KECAMATAN BAWEN
Efvi Muninggar Jati*), Titik Suerni **), Sawab ***)
ABSTRAK
Remaja dengan obesitas berdampak pada masalah kesehatan fisik maupun mental
emosional. Dampak dari mental emosional yaitu harga diri rendah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi generalis gangguan citra tubuh
terhadap citra tubuh siswa obesitas di SMA Virgo Fidelis Kecamatan Bawen. Desain
penelitian ini menggunakan quasy eksperimen one group pre post test without control.
Jumlah sampel 21 responden dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan
sebelum diberikan intervensi generalis gangguan citra tubuh, seluruh responden
mengalami gangguan citra tubuh. Sesudah di berikan intervensi generalis gangguan citra
tubuh, terdapat 12 responden yang mengalami gangguan citra tubuh. Ada pengaruh
intervensi generalis gangguan citra tubuh terhadap citra tubuh siswa obesitas di SMA
Virgo Fidelis Kecamatan Bawen dengan nilai p value =0,003 (α <0,05). Berdasarkan hasil
penelitian ini siswa SMA yang mengalami obesitas sebaiknya perlu senantiasa berfikir
positif terhadap kemampuan lain yang dimilikinya untuk membangun citra tubuh yang
positif.
ABSTRACT
Obesity in teenagers can cause physical health problem or emotional mental problem.
The effect of emotional mental problem is low self-esteem. The study aims to determine
influence of generalist intervention of body image disorder towards body image of
students with obesity at SMA Virgo Fidelis Bawen. The research design used in the study is
quasy experiment one group pre post test without control. The number of samples is 21
respondents with total sampling technique. The result of the study shows that before
generalist intervention of body image disorder, all respondents experience body image
disorder. After generalist intervention of body image disordes being given, 12
respondents experience body image disorder. There is an influence of generalist
intervention of body image disorder towards body image of students with obesity at SMA
Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 1
Virgo Fidelis Bawen with p value = 0.003 (ɑ <0.05). Based on the study, senior high school
students with obesity should always think positively to other abilities they have to build
positive body image.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah quasy eksperimen one group pre post
test without control. Penelitian dengan
rancangan sekelompok subjek diberi
intervensi tanpa pembanding. Efektifitas
perlakuan dinilai dengan cara
membandingkan nilai pre test dan post test
(Dharma, 2011, hlm.39).
Tekhnik sampling merupakan suatu proses Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu
seleksi yang digunakan dalam penelitian dari dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat
populasi yang ada, sehingga jumlah sampel memperkuat hasil penelitian. Alat ukur
adakan mewakili keseluruhan populasi yang pengumpulan data tersebut antara lain dapat
ada (Hidayat, 2009, hlm.35). Berdasarkan berupa kuesioner/angket, observasi,
dari jumlah populasi yang didapat peneliti wawancara atau gabungan ketiganya
menetapkan jumlah metode sampel dengan (Hidayat, 2009, hlm.48). Alat pengumpulan
cara total sampling yaitu suatu teknik data pada penelitian ini dengan menggunakan
penetapan sampel dengan cara memilih instrumen penelitian berupa lembar alat
sampel di antara populasi sesuai dengan yang pengumpulan data dan kuesioner.
dikehendaki peneliti, sehingga sampel
tersebut dapat mewakili karakteristik Validitas adalah pengukuran dan pengamatan
populasi yang telah dikenal sebelumnya yang berarti prinsip keandalan instrumen
untuk mendapatkan sampel yang sebenarnya dalam mengumpulkan data. Instrumen harus
(Nursalam, 2014, hlm.31). Penelitian ini dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
sampel yang digunakan yaitu sebanyak 21 Pada penelitian ini peneliti menggunakan
responden obesitas yang mengalami instrumen lembar observasi BMI (body mass
gangguan citra tubuh. index) yang digunakan untuk mencatat hasil
observasi IMT responden, sehingga tidak
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika perlu dilakukan uji validitas. Instrumen
yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian penelitian lembar observasi BMI diadopsi
yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak dari Putri (2012, ¶9) dan kuesioner gangguan
yang diteliti (subjek penelitian) dan citra tubuh dari multidimensional body self
masyarakat yang memperoleh dampak hasil relations questionnaire (MBRSQ) yang
penelitian tersebut. Etika penelitian ini dikembangkan oleh Cash (2000, hlm.89)
mencakup juga perilaku peneliti atau (dalam Putri, 2012, ¶15). Alat ukur ini
perlakuan bagi masyarakat. Pengertian dipakai untuk mengukur citra tubuh remaja
peneliti di sini adalah seseorang yang karena dan orang dewasa yang sudah baku, dan
pendidikan dan kewenangannya memiliki dinyatakan valid, oleh karena itu peneliti
kemampuan untuk melakukan investigasi tidak perlu melakukan uji validitas.
ilmiah dalam suatu bidang keilmuan tertentu,
dan atau keilmuan yang bersifat lintas Reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran
disiplin. Sedangakan subjek yang diteliti atau pengamatan bila fakta atau kenyataan
Bentuk analisis univariate tergantung dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa umur
jenis datanya. Apabila data dalam bentuk siswa obesitas di SMA Virgo Fidelis
skala numeric maka disajikan dalam bentuk Kecamatan Bawen rata-rata 17 tahun,
mean atau rata-rata, median dan standar umur terendah 16 tahun dan umur
devisi dan jika data berupa kategorik tertinggi 18 tahun dengan standar deviasi
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. 0,598.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan
distrubusi frekuensi yaitu jenis kelamin dan Berdasarkan hasil penelitian di SMA
skala gangguan citra tubuh. Virgo Fidelis Kecamatan Bawen,
didapatkan jumlah rata-rata responden
Analisis bivariate yang dilakukan terhadap berumur 17 tahun. Umur 17 tahun
dua variabel yang diduga berhubungan atau termasuk dalam kategorik usia remaja.
berkorelasi. Analisis bivariate yaitu analisis Remaja menurut Stuart (2013, hlm.211)
yang dilakukan untuk melihat hubungan dua adalah suatu tahap perkembangan yang
variabel yang meliputi variabel bebas unik dimana terjadi perubahan dalam
(intervensi generalis gangguan citra tubuh) pertumbuhan dan perekembangan.
dan variabel terikat (citra tubuh siswa
obesitas). Pada penelitian ini data atau skala Didukung penelitian dari Rahmawati
gangguan citra tubuh sebelum dan sesudah di (2013, ¶20) mengatakan bahwa perhatian
terhadap citra tubuh seseorang sangat
Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 6
kuat terjadi pada remaja yang berusia 12
hingga 18 tahun, baik pada remaja putri responden (33,3%).
maupun remaja putra. Perempuan sudah
mulai memperhatikan penampilannya
dimulai pada umur 11 tahun dan pada
laki-laki mereka mulai memperhatikan
penampilannya mulai umur 12-13 tahun
(dalam Santrock (2008, ¶19).
2. Jenis Kelamin
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa
Gangguan Citra Tubuh Pada Siswa
Obesitas Di SMA Virgo Fidelis
Kecamatan Bawen
(n=21)
Tabel 7
Pengaruh Intervensi Generalis
Gangguan Citra Tubuh Terhadap Citra
Tubuh Siswa Obesitas Di SMA Virgo
Fidelis Kecamatan (n=21)
Mean
Variabel N Mean Rank Z ρ Value
Citra 21 81,76 0,00 - 0,003
tubuh
sebelum
perlakuan
21 86,76 5,00 3,000
Citra
tubuh
sesudah
perlakuan
http://opac.say.ac.id/240/1/NASKAH
%20PUBLIKASI%20ALON.pdf
diperoleh tanggal 23 November 2015.