Anda di halaman 1dari 28

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PADA KELUARGA KLIEN DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH

CI AKADEMIK :

Ners. Dewi Kurnia Putri, M.Kep

Disusun Oleh:

Chyntia Utami, S.Kep

(19091015)

PRAKTIK PROFESI NERS


STIKes HANGTUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Cara keluarga mengatasi ganggguan citra tubuh

Pokok Bahasan : pengertian, tanda dan gejala, dan cara keluarga mengatasi gangguan citra tubuh

Sasaran : Keluarga klien yang mengalami gangguan citra tubuh

Tempat : Di rumah klien

Hari/tanggal : Sabtu, 11 Juli 2020

Waktu : 09.00 s.d selesai

A. Latar Belakang
Setiap manusia yang berada di dunia pasti ingin mengharapkan memiliki bentuk tubuh yang normal dan
baik sehingga individu tersebut mampu melakukan seluruh aktifitas yang mereka dapat lakukan sebagaimana
manusia lainya. Tetapi tidak semua manusia di dunia terlahir dengan memiliki bentuk tubuh atau kondisi yang
baik dan membuat individu tersebut tidak mampu melakukan aktifitas yang mereka dapat lakukan serta
menghambat tugas-tugas perkembangan yang seharusnya dapat dilaksanakan akibat kondisi tuna daksa yang di
alami.
Pengertian tuna daksa secara etimologis, yaitu seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi
anggota tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah perlakuan, dan akibatnya kemampuan untuk
melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan. Tuna daksa dapat didefinisikan sebagai bentuk
kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, persendian dan saraf yang disebabkan oleh penyakit, virus, dan
kecelakaan baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. Machdan & Hartini (2012) mengatakan
bahwa tunadaksa merupakan kecacatan atau ketidaknormalan pada anggota tubuh, seperti kelainan yang terjadi
pada otot, tulang ataupun pada sendi sehingga menyebabkan individu mengalami kekurangan dalam bergerak
dan melakukan kegiatan sehari-hari. Akibat dari kekurangan yang dimiliki, individu yang menderita tuna daksa
menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya, baik dari sisi emosi, sosial, ataupun bekerja. Virlia &
Wijaya (2015) juga menjelaskan bahwa tuna daksa merupakan bentuk kelainan yang dialami individu pada
sistem otot, persendian, dan tulang yang mengakibatka terjadinya gangguan pada komunikasi, koordinasi,
mobilitas, serta gangguan perkembangan. penyandang tunadaksa merupakan penyandang disabilitas fisik terbanyak
yang ada di Indonesia, serta penyandang tunadaksa memiliki keterbatasan secara fisik yang terlihat secara nyata oleh
orang lain. Penyandang tunadaksa adalah orang yang mengalami gangguan atau kelainan yang menetap pada alat
gerak seperti tulang dan otot (Subini, 2014).
Kecacatan atau kekurangan di salah satu tubuh manusia dapat berpengaruh ke individu secara menyeluruh.
Penderita tunadaksa jika dibandingkan dengan penderita ketunaan yang lain, mereka lebih mudah untuk dikenali
karena kekurangan yang dimiliki sangat tampak jelas dan penderitapun menyadari hal tersebut. Akibat dari
kekurangan yag tampak jelas, hal tersebut mempengaruhi kondisi psikis dari penyandangnya. Mereka merasa
dirinya bukanlah manusia yang sempurna dan berbeda dengan individu lainnya. Sehingga mereka tidak dapat
mengembangkan kemampuan yang dimiliki karena kekurangan tersebut (Tentama ,2010).
Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam bagaimana individu mempersepsi dan merasakan tubuhnya
(Healey, 2014), sehingga situasi di lingkungan sekolah merupakan salah satu lingkungan yang dapat memengaruhi
citra tubuh remaja penyandang tunadaksa. Menurut Cash & Smolak (2011), citra tubuh dapat dilihat dari dua
komponen yaitu komponen persepsi dan komponen sikap. Komponen persepsi berkaitan dengan bagaimana individu
melihat dirinya sendiri, dan bagaimana individu melihat tubuh tidak selalu merepresentasikan apa yang terlihat
sebenarnya. Terdapat empat bagian dari komponen sikap, diantaranya; (1) aspek kognitif yang meliputi kepercayaan,
pikiran, interpretasi dan atribusi terhadap penampilan atau penampilan yang ideal dan skema diri tentang seberapa
penting penampilan memengaruhi harga diri seseorang; (2) aspek afektif yang berkaitan dengan emosi atau perasaan
individu terkait dengan penampilan, termasuk stres, perasaan cemas atau ketidaknyamanan serta emosi lain yang
berkaitan dengan tubuh; (3) aspek perilaku termasuk perilaku menghindari situasi atau objek yang dapat menimbulkan
perhatian terhadap citra tubuh dan perilaku memeriksa tubuh; (4) penilaian subjektif terhadap penampilan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan kepuasan ataupun ketidakpuasan terhadap penampilan secara keseluruhan. Selain
dari masalah fisik yang di alami, individu dengan tuna daksa juga berpotensi untuk mengelami masalah dalam
kesehatan jiwa.
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun tidak terhadap tubuhnya, termasuk persepsi
masa lalu atau sekarang mengenai ukuran, fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang kontak secara terus menerus, baik
masalalu maupun sekarang. Citra tubuh harus realistis karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya
ia akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap
tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan menarik atau tidak, gemuk ataut idak dan
sebagainya adalah menunjukan adanya gangguan citra tubuh (Yusuf, Fitriasari, & Nihayati,2015).
Berdasarkan penjelasan di atas, tuna daksa dan gangguan citra tubuh adalah dua hal yang saling berkaitan erat, maka
dari itu untuk membantu pasien dalam meningkatkan aspek positif diri, penulis akan melakukan suatu penyuluhan kepada
pasien mengenai gangguan citra tubuh.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Setelah mendapat penyuluhan, klien dapat mengetahui dan mampu mengenal bagian tubuh yang dirasa
terganggu, mengidentifikasi bagian tubuh yang berfungsi, dan yang dirasa terganggu, mengafirmasi bagian
tubuh yang sehat dan tidak terganggu, dan memotivasi untuk melatih bagian tubuh yang dirasa terganggu.
2. Tujuan Khusus

Setelah diberikan pendidikan kesehatan ini diharapkan peserta mampu:

1. Memahami pengertian gangguan citra tubuh


2. Memahami penyebab gangguan citra tubuh
3. Memahami tanda gejala gangguan citra tubuh
4. Memahami dan mampu mempraktikan cara mengatasi gangguan citra tubuh

C. Materi Penyuluhan

1. Defenisi
Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar yang emncakup
persepsi saat ini dan masa lalu dan perasaan tentang bentuk, ukuran, fungsi penampilan, dan potensi tubuh
yang dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan penglaman baru setiap individu.
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap seseorang terhadap tubuhnya yang diakibatkan
oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Gangguan citra tubuh merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami atua berseiko untuk
mengalami gangguan dalam penerapan citra diri seseorang (Keliat, Helena, & Farida, 2011).
2. Etiologi
Menurut Keliat, Helena, Farida (2011), menyatakan bahwa penyebab gangguan citra tubuh secara umum
ialah sebagai berikut :
a. Kerusakan atau kehilangan bagian tubuh
b. Perubahan ukuran tubuh
c. Perubahan bentuk dan penampilan tubuh
d. Perubahan bagian tubuh akibat dari tindakan pembedahan
3. Tanda dan gejala
Seorang individu di diagnosis mengalami gangguan citra tubuh bila terdapat satu atau lebih gejala sebagai
berikut (Nanda, 2015) :
a. Berespons pada masa lalu dan kekuatan sebelumnya.
b. Berfokus pada penampilan masa lalu
c. Depersonalisasi bagian tubuh
d. Gangguan fungsi tubuh
e. Gangguan struktur
f. Memperluas Batasan tubuh
g. Menonjolkan kemampuan yang masih ada
h. Menekankan pencapaian
i. Persepsi yang merefleksikan perubahan pandangan tentang penampilan.
j. Menghindari untuk melihat tubuh, menghindari untuk menyentuh tubuh.
k. Menolak menerima perubahan, menyembunyikan bagian tubuh
l. Perasaan yang negative, perubahan pada hidp dan lingkungan social.
D. Metode Penyuluhan
1. Edukasi
2. Diskusi tanya jawab
E. Media Penyuluhan
1. Leaflet

F. Setting Tempat

Keterangan :

peserta penyuluhan

penyuluh

G. Pengorganisasian
a. Pembimbing akademik : Ners. Dewi Kurnia Putri, M.Kep
b. Penyuluh : Chyntia Utami, S.Kep
H. Kegiatan Penyuluhan
No
Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan peserta
.
1. 5 menit Pembukaan :
1) Memberikan salam 1) Menjawab salam
2) Memperkenalkan diri 2) Mendengarkan
3) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
4) Menyebutkan materi dan memperhatikan
kegiatan yang akan dilakukan 3) Menjawab
5) Menggali pengetahuan peserta pertanyaan
tentang cara-cara menurunkan
kecemasan
2. 10 menit Pemberian materi :
1) Pengertian gangguan citra 1) Menyimak dan
tubuh memperhatikan
2) Penyebab gangguan citra
tubuh
3) tanda gejala gangguan citra
tubuh
4) cara keluarga mengatasi
gangguan citar tubuh
4. 10 menit Diskusi: Tanya jawab 1) Peserta
menanyakan hal-
hal yang belum
jelas pada
pemateri
2) Pemateri
memberikan
jawaban
4. 5 menit Evaluasi :
1) Memberikan pertanyaan kepada 1) Menjawab
peserta seputar materi yang pertanyaan dari
disampaikan. pemateri
2) Memberikan reward atau pujian
bagi peserta yang mampu
menjawab
Penutup :
Mengucapkan salam dan terima
kasih 1) Menjawab salam

I. Metode Evaluasi
(1) Metode evaluasi : Tanya jawab
(2) Jenis evaluasi : Lisan
J. Evaluasi Struktur
(1) Persiapan Media
Media yang digunakan dalam edukasi semua lengkap dan dapat digunakan dalam penyuluhan yaitu:
a. Leaflet
(2) Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk leaflet dengan ringkas,menarik, lengkap mudah dimengerti oleh peserta

K. Evaluasi proses
(1) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta mampu memahami materi yang
disampaikan melalui edukasi dan leaflet yang diberikan.
(2) Peserta memperhatikan saat edukasi berlangsung.
L. Evaluasi Hasil
(1) Klien  mampu menjelaskan kembali mengenai materi yang telah disampaikan.
(2) Klien mampu mengidentifikasi bagian tubuh yang masih dapat digunakan, dan meningkatkan fungsi
bagain tubuh tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Machdan, D.M., Hartini.N. Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja
Pada Tuna Daksa Di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh Pasuruan. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
Mental. 1(2), 79-85. https://www.researchgate.net/publication/311738594.

Virlia.S., Wijaya.A.(2015). Penerimaan Diri Terhadap Penyandang Tuna Daksa. Seminar Psikologi dan
Kemanusiaan. http://mpsi.umm.ac.id/files/file/372-377%20Stefani%20Andri.pdf.

Tentama.F. (2010), Berpikir Positif dan Penerimaan Diri Pada Remaja Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan. Jurnal
Psikologi Ahmad Dahlan, 7(1). 66.http://journaldatabase.info/articles/berpikir_positif_dan_penerimaan_diri.html.

Cash.T.F., Smolak.F. (2011). A Handbook Of Science, Practice, and Prevention. New York: The Guilford.

Yusuf., Fitriyasari., Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat.B.S., Helena.N., Farida.P. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial & Kader Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
PENGARUH INTERVENSI GENERALIS GANGGUAN
CITRATUBUH TERHADAPCITRATUBUH SISWAOBESITAS DI
SMA VIRGO
FIDELIS KECAMATAN BAWEN
Efvi Muninggar Jati*), Titik Suerni **), Sawab ***)

*) Alumni Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


**)Perawat RSJD Amino Gondohutomo Prov. Jawa Tengah
***)Dosen jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Semarang

ABSTRAK

Remaja dengan obesitas berdampak pada masalah kesehatan fisik maupun mental
emosional. Dampak dari mental emosional yaitu harga diri rendah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi generalis gangguan citra tubuh
terhadap citra tubuh siswa obesitas di SMA Virgo Fidelis Kecamatan Bawen. Desain
penelitian ini menggunakan quasy eksperimen one group pre post test without control.
Jumlah sampel 21 responden dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan
sebelum diberikan intervensi generalis gangguan citra tubuh, seluruh responden
mengalami gangguan citra tubuh. Sesudah di berikan intervensi generalis gangguan citra
tubuh, terdapat 12 responden yang mengalami gangguan citra tubuh. Ada pengaruh
intervensi generalis gangguan citra tubuh terhadap citra tubuh siswa obesitas di SMA
Virgo Fidelis Kecamatan Bawen dengan nilai p value =0,003 (α <0,05). Berdasarkan hasil
penelitian ini siswa SMA yang mengalami obesitas sebaiknya perlu senantiasa berfikir
positif terhadap kemampuan lain yang dimilikinya untuk membangun citra tubuh yang
positif.

Kata Kunci : Intervensi Generalis, Gangguan Citra Tubuh, Obesitas

ABSTRACT

Obesity in teenagers can cause physical health problem or emotional mental problem.
The effect of emotional mental problem is low self-esteem. The study aims to determine
influence of generalist intervention of body image disorder towards body image of
students with obesity at SMA Virgo Fidelis Bawen. The research design used in the study is
quasy experiment one group pre post test without control. The number of samples is 21
respondents with total sampling technique. The result of the study shows that before
generalist intervention of body image disorder, all respondents experience body image
disorder. After generalist intervention of body image disordes being given, 12
respondents experience body image disorder. There is an influence of generalist
intervention of body image disorder towards body image of students with obesity at SMA
Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 1
Virgo Fidelis Bawen with p value = 0.003 (ɑ <0.05). Based on the study, senior high school
students with obesity should always think positively to other abilities they have to build
positive body image.

Key words: Generalist Intervention, Body Image Disorder, Obesity


PENDAHULUAN menghadapi perubahan fisik, kognitif dan
Kesehatan jiwa menurut World Health emosional yang dapat menimbulkan kondisi
Organization (WHO) adalah tidak hanya stres dan memicu perilaku unik pada remaja.
bebas dari gangguan jiwa tetapi mengandung Salah satu perubahan fisik pada remaja yaitu
berbagai karakteristik yang positif yang remaja mengalami perubahan bentuk tubuh,
menggambarkan keselarasan dan contoh dari perubahan tersebut adalah ukuran
kesimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadian (Yosep, 2011,
hlm.34). Kesehatan jiwa menurut undang-
undang kesehatan No. 18 tahun 2014 adalah
seseorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual & sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, & mampu
memberikan konstribusi untuk komunitasnya.
Ciri-ciri orang sehat jiwa adalah merasa
senang terhadap dirinya sendiri, merasa
nyaman berhubungan dengan orang lain dan
mampu memenuhi tuntutan hidup (Martono,
2008, hlm.24). Kesehatan jiwa menurut
Stuart (2013, hlm.162) dapat terjadi pada
siapa saja tanpa terkecuali yaitu ibu hamil,
anak, dewasa, lansia dan remaja.

Remaja menurut Stuart (2013, hlm.211)


adalah satu tahap perkembangan yang unik
dimana terjadi perubahan dalam
pertumbuhan dan perkembangan. Tugas
perkembangan yang harus diselesaikan
selama masa remaja salah satunya yaitu
menerima perubahan fisik dan menjaga tubuh
secara efektif. Ciri-ciri remaja. Sehat jiwa
adalah merasa nyaman terhadap dirinya,
merasa nyaman berhubungan dengan orang
lain, dan mampu memenuhi kebutuhan
hidup. Sedangkan cirri-ciri remaja tidak sehat
jiwa yaitu remaja yang tidak merasa nyaman
terhadap dirinya, lingkungan, dan tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidup
(Sumiati, 2009, hlm.33). Remaja harus

Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 2


tubuh yang tidak dalam batas normal yaitu pada remaja umur 16-18 tahun
(kurus dan obesitas). sebanyak 7.3% yang terdiri dari 5.7% gemuk
dan 1.6% obesitas. Prevalensi tertinggi
Obesitas menurut Stuart (2013, hlm.223) adalah DKI Jakarta (4,2 %) dan terendah
didefinisikan sebagai akumulasi lemak adalah Sulawesi Barat (0, 06 %). Lima belas
tubuh yang berlebihan sedikitnya 20 % di provinsi dengan prevalensi sangat gemuk
atas berat badan rata-rata sesuai usia, jenis diatas prevalensi nasional, yaitu salah
kelamin, dan tinggi badan. Prevalensi satunya di Jawa Tengah dengan remaja
menurut (WHO) memperkirakan, di dunia sangat gemuk 1,8% dan remaja gemuk 5,5%.
ada sekitar 1.6 milyar orang dewasa
berumur 15 tahun kelebihan berat dan Remaja dengan obesitas menimbulkan
setidak-tidaknya sebanyak 400 juta orang dampak yaitu pada kesehatan fisik dan
dewasa gemuk obese pada tahun 2005, gangguan mental emosional (Hasdianah,
dan diperkirakan 2012, hlm.47). Gangguan mental emosional
>700 juta orang dewasa akan gemuk obese adalah kondisi dimana keadaan yang
pada tahun 2015. Prevalensi obesitas mengindikasikan seseorang sedang
sentral pada laki-laki Amerika Serikat mengalami perubahan psikologis. Gangguan
meningkat dari 37% (periode 1999- ini dapat dialami semua orang salah satunya
2000) menjadi remaja, pada keadaan tertentu tetapi dapat
42.2% (periode 2003-2004), sedangkan pulih seperti semula (Riskesdas, 2013).
prevalensi obesitas sentral pada perempuan Angka kejadian gangguan mental emosional
Amerika Serikat meningkat dari 55.3% secara nasional sendiri yaitu 6.0 %,
menjadi 61.3% pada periode yang sama. sedangkan angka kejadian di Jawa Tengah
Prevalensi gemuk menurut Riskesdas 2013 sendiri yaitu 4, 7 %. Bentuk dari gangguan
mental emosional salah satunya adalah
gangguan citra tubuh (Riskesdas, 2013). dirinya akan meningkat. Sikap individu
Hasil penelitian dari Sutejo (2014, ¶8) terhadap tubuhnya mencerminkan aspek
diperoleh hasil adanya hubungan yang penting dalam dirinya misalnya perasaan
signifikan antara obesitas dengan citra tubuh menarik atau tidak, gemuk ataut idak dan
pada mahasiswa PSIK di STIKES „Aisyiyah sebagainya adalah menunjukan adanya
Yogyakarta. Berdasarkan dari wawancara 5 gangguan citra tubuh (Nihayati, 2015, hlm.56).
siswa SMA Virgo Fidelis yang mengalami
berat badan berlebih (obesitas) 3 diantaranya Dampak dari gangguan citra tubuh menurut
mengatakan bahwa dengan berat badan Soegih dan Wiramiharja (2009, ¶9) yaitu harga
berlebih (obesitas) berdampak pada rasa diri rendah, isolasi sosial, keputuasaan, dan
kepercayaan diri. risiko bunuh diri. Jika seseorang mengalami
gangguan citra tubuh dan tidak diatasi atau
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu dibiarkan saja, akan berdampak buruk bagi diri
baik yang disadari maupun tidak terhadap seseorang tersebut.
tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu atau
sekarang mengenai ukuran, fungsi, Beberapa cara untuk mengatasi dampak
keterbatasan, makna, dan objek yang kontak tersebut yaitu dengan berpikir positif, sesuai
secara terus menerus, baik masalalu maupun yang diungkapkan Mukhlis (2013, ¶7) pada
sekarang. Citra tubuh harus realistis karena hasil penelitiannya berpikir positif memiliki
semakin seseorang dapat menerima dan pengaruh dalam menurunkan tingkat
menyukai tubuhnya ia akan lebih bebas dan ketidakpuasan terhadap citra tubuh remaja
merasa aman dari kecemasan sehingga harga perempuan. Cara lain untuk mengatasi dampak

Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 3


dari gangguan citra tubuh menurut Keliat, et menerapkan intervensi keperawatan
al., (2014, hlm.98) yaitu dengan (intervensi generalis) melalui, mengenal
bagian tubuh yang dirasa terganggu,
mengidentifikasi bagian tubuh yang
berfungsi dan yang dirasa terganggu,
mengafirmasi bagian tubuh yang sehat dan
tidak terganggu, dan memotivasi untuk
melatih bagian tubuh yang dirasa terganggu
yang bertujuan untuk membantu mengatasi
akibat lanjut dari dampak gangguan citra
tubuh. Intervensi generalis adalah suatu
intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
membantu melaksanakan suatu permasalahan
yang dilakukan oleh perawat generalis.

Dari uraian diatas peneliti tertarik melakukan


penelitian tentang “Pengaruh Intervensi
Generalis Gangguan Citra Tubuh Terhadap
Citra Tubuh Siswa Obesitas Di SMA Virgo
Fidelis Kecamatan Bawen”.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah quasy eksperimen one group pre post
test without control. Penelitian dengan
rancangan sekelompok subjek diberi
intervensi tanpa pembanding. Efektifitas
perlakuan dinilai dengan cara
membandingkan nilai pre test dan post test
(Dharma, 2011, hlm.39).

Populasi atau universe merupakan jumlah


keseluruhan dari unit analisa yang ciri-
cirinya akan diduga. Populasi juga diartikan
keseluruhan individu yang menjadi acuan
hasil-hasil penelitian akan berlaku
(Kasjono&Hasril, 2009, hlm.45). Populasi
dalam penelitian ini yaitu tahun 2016 di
SMA Virgo Fidelis Kecamatan Bawen
dengan jumlah siswa obesitas sebanyak 43
siswa.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang


telah diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat,
2009, hlm.33). Supaya karakteristik sampel

Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 4


tidak menyimpang dari populasi, maka adalah orang yang menjadi sumber informasi,
sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu baik masyarakat awam atau professional
ditentukan kriteria inklusi, maupun kriteria berbagai bidang, utamanya profesional
eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2012,
ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap hlm.58).
anggota populasi yang dapat diambil sebagai
sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah Dalam melaksanakan penelitian khususnya
ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat jika yang menjadi subjek penelitian adalah
diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012, manusia, maka peneliti harus memahami hak
hlm.56). Sampel pada penelitian ini adalah dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan
siswa obesitas di SMA Virgo Fidelis dalam menentukan dirinya, sehingga
Kecamatan Bawen yang mengalami penelitian yang akan dilaksanakan benar-
gangguan citra tubuh. benar menjunjung tinggi kebebasan manusia.

Tekhnik sampling merupakan suatu proses Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu
seleksi yang digunakan dalam penelitian dari dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat
populasi yang ada, sehingga jumlah sampel memperkuat hasil penelitian. Alat ukur
adakan mewakili keseluruhan populasi yang pengumpulan data tersebut antara lain dapat
ada (Hidayat, 2009, hlm.35). Berdasarkan berupa kuesioner/angket, observasi,
dari jumlah populasi yang didapat peneliti wawancara atau gabungan ketiganya
menetapkan jumlah metode sampel dengan (Hidayat, 2009, hlm.48). Alat pengumpulan
cara total sampling yaitu suatu teknik data pada penelitian ini dengan menggunakan
penetapan sampel dengan cara memilih instrumen penelitian berupa lembar alat
sampel di antara populasi sesuai dengan yang pengumpulan data dan kuesioner.
dikehendaki peneliti, sehingga sampel
tersebut dapat mewakili karakteristik Validitas adalah pengukuran dan pengamatan
populasi yang telah dikenal sebelumnya yang berarti prinsip keandalan instrumen
untuk mendapatkan sampel yang sebenarnya dalam mengumpulkan data. Instrumen harus
(Nursalam, 2014, hlm.31). Penelitian ini dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
sampel yang digunakan yaitu sebanyak 21 Pada penelitian ini peneliti menggunakan
responden obesitas yang mengalami instrumen lembar observasi BMI (body mass
gangguan citra tubuh. index) yang digunakan untuk mencatat hasil
observasi IMT responden, sehingga tidak
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika perlu dilakukan uji validitas. Instrumen
yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian penelitian lembar observasi BMI diadopsi
yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak dari Putri (2012, ¶9) dan kuesioner gangguan
yang diteliti (subjek penelitian) dan citra tubuh dari multidimensional body self
masyarakat yang memperoleh dampak hasil relations questionnaire (MBRSQ) yang
penelitian tersebut. Etika penelitian ini dikembangkan oleh Cash (2000, hlm.89)
mencakup juga perilaku peneliti atau (dalam Putri, 2012, ¶15). Alat ukur ini
perlakuan bagi masyarakat. Pengertian dipakai untuk mengukur citra tubuh remaja
peneliti di sini adalah seseorang yang karena dan orang dewasa yang sudah baku, dan
pendidikan dan kewenangannya memiliki dinyatakan valid, oleh karena itu peneliti
kemampuan untuk melakukan investigasi tidak perlu melakukan uji validitas.
ilmiah dalam suatu bidang keilmuan tertentu,
dan atau keilmuan yang bersifat lintas Reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran
disiplin. Sedangakan subjek yang diteliti atau pengamatan bila fakta atau kenyataan

Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 5


hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali berikan terapi intervensi generalis gangguan
dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara citra tubuh terlebih dahulu dilakukan uji
mengukur atau mengamati sama-sama normalitas data sebelum dilakukan uji
memegang peranan penting dalam waktu statistik. Pada penelitian ini menggunakan uji
yang bersamaan. Alat yang digunakan untuk Shapiro wilk, data berdistribusi tidak normal
mengukur IMT adalah timbangan berat karena nilai probabilitasnya 0,003 (≤ dari
badan dan alat ukur tinggi badan milik taraf signifikan 5% atau 0,05). Kemudian di
pribadi. Timbangan berat badan dan alat ukur uji Wilcoxon dengan nilai probabilitas 0,003 (
tinggi badan yang digunakan dalam ≤ dari taraf signifikan 5% atau 0,05) berarti
penelitian ini harus menunjukkan tingkat terdapat pengaruh antara intervensi generalis
keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. gangguan citra tubuh pada citra tubuh siswa
Untuk menjaga ketetapan hasil pengukuran, obesitas.
maka diperlukan pengujian pada alat
tersebut. Timbangan berat badan dan alat
ukur tinggi badan yang digunakan dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini telah dilakukan pengujian oleh
1. Umur
Balai Metrologi Wilayah Semarang pada
Tabel 1
tahun 2016 dengan hasil baik dan berlaku
Karakteristik Responden
sampai dengan 28 Januari 2017. Sedangkan
Berdasarkan Umur Siswa Gangguan
instrumen kuesioner gangguan citra tubuh
Citra Tubuh Pada Siswa Obesitas Di
dari multidimensional body self relations
SMA Virgo Fidelis Kecamatan
questionnaire (MBRSQ) yang dikembangkan
Bawen
oleh Cash (2000, hlm.89) (dalam Putri, 2012,
(n=21)
¶15) merupakan instrumen yang sudah baku,
oleh karena itu peneliti tidak melakukan uji
Standar
reabilitas. Nilai reabilitas sebelumnya adalah Variabel Mean Median
deviasi
Min Max

r = 0.812. Umur 16,57 17,00 0,598 16 18

Bentuk analisis univariate tergantung dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa umur
jenis datanya. Apabila data dalam bentuk siswa obesitas di SMA Virgo Fidelis
skala numeric maka disajikan dalam bentuk Kecamatan Bawen rata-rata 17 tahun,
mean atau rata-rata, median dan standar umur terendah 16 tahun dan umur
devisi dan jika data berupa kategorik tertinggi 18 tahun dengan standar deviasi
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. 0,598.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan
distrubusi frekuensi yaitu jenis kelamin dan Berdasarkan hasil penelitian di SMA
skala gangguan citra tubuh. Virgo Fidelis Kecamatan Bawen,
didapatkan jumlah rata-rata responden
Analisis bivariate yang dilakukan terhadap berumur 17 tahun. Umur 17 tahun
dua variabel yang diduga berhubungan atau termasuk dalam kategorik usia remaja.
berkorelasi. Analisis bivariate yaitu analisis Remaja menurut Stuart (2013, hlm.211)
yang dilakukan untuk melihat hubungan dua adalah suatu tahap perkembangan yang
variabel yang meliputi variabel bebas unik dimana terjadi perubahan dalam
(intervensi generalis gangguan citra tubuh) pertumbuhan dan perekembangan.
dan variabel terikat (citra tubuh siswa
obesitas). Pada penelitian ini data atau skala Didukung penelitian dari Rahmawati
gangguan citra tubuh sebelum dan sesudah di (2013, ¶20) mengatakan bahwa perhatian
terhadap citra tubuh seseorang sangat
Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 6
kuat terjadi pada remaja yang berusia 12
hingga 18 tahun, baik pada remaja putri responden (33,3%).
maupun remaja putra. Perempuan sudah
mulai memperhatikan penampilannya
dimulai pada umur 11 tahun dan pada
laki-laki mereka mulai memperhatikan
penampilannya mulai umur 12-13 tahun
(dalam Santrock (2008, ¶19).

Perhatian terhadap penampilan ini lebih


cepat terjadi pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki.

Sesuai dengan hasil penelitian Riskesdas


(2013) yang menyatakan bahwa pada
remaja umur 16-18 tahun sebanyak 7.3%
yang terdiri dari 5.7% gemuk dan 1.6%
obesitas. Remaja harus menghadapi
perubahan fisik, kognitif dan emosional
yang dapat menimbulkan stres dan
memicu perilaku unik pada remaja. Salah
satu perubahan fisik pada remaja yaitu
remaja mengalami perubahan bentuk
tubuh, contoh dari perubahan tersebut
adalah ukuran tubuh yang tidak dalam
batas normal (kurus dan obesitas).

2. Jenis Kelamin

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa
Gangguan Citra Tubuh Pada Siswa
Obesitas Di SMA Virgo Fidelis
Kecamatan Bawen
(n=21)

Jenis Frekuensi Persentase


Kelamin (n) (%)
Laki-laki 7 33,3
Perempuan 14 66,7
Jumlah 21 100,0

Tabel 2 dapat diketahui bahwa jenis


kelamin siswa obesitas di SMA Virgo
Fidelis Kecamatan Bawen sebagian besar
perempuan sebanyak 14 responden
(66,7%) sedangkan laki-laki sebanyak 7

Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 7


seseorang, baik itu laki-laki maupun
Berdasarkan penelitian di SMA Virgo perempuan. Semakin sering melihat
Fidelis Kecamatan Bawen, didapatkan tubuh sempurna, maka semakin besar
jumlah responden perempuan lebih besar obsesi untuk bisa seperti model di
yaitu 14 responden (66,7%) sedangkan majalah.
laki-laki sebanyak 7 responden (33,3%).
Sesuai dengan teori menurut Rahmawati Citra tubuh lebih sering dikaitkan dengan
(2013, ¶8) yang menyatakan bahwa bagi perempuan, karena perempuan
remaja putri yang mengalami obesitas, cenderung lebih memperhatikan
masalah yang sering kali muncul adalah penampilannya. Perubahan-perubahan
gangguan citra tubuh dan kondisi ini fisik yang dialami oleh perempuan,
berbeda jika dibandingkan dengan remaja terutama pada masa remaja,
putra yang lebih mengutamakan prestasi menghasilkan persepsi yang berubah-
dari pada mengurus bentuk tubuh yang ubah mengenai citra tubuh, namun
ideal. Perempuan merasa tidak bahagia hampir selalau bersifat negatif dan
dengan bentuk tubuhnya dan berusaha penolakan terhadap fisiknya.
untuk menurunkan berat badannya
meskipun mereka sudah memiliki badan Sesuai dengan penelitian Bestiana (2012,
yang ideal. Hal ini dapat disebabkan karena ¶9). Hasil penelitiannya pada siswa SMU
adanya figur ideal yang menjadi panutan di Yogyakarta menyatakan ada
yang diperoleh dari faktor luar seperti perbedaan yang bermakna mengenai
media. Media sangat mempengaruhi persepsi citra tubuh pada siswa laki-laki
gambaran ideal akan sosok tubuh dan siswa perempuan Hal-hal yang
menyebabkan remaja putri tidak
menerima keadaaan fisiknya antara lain: 2. Citra Tubuh Siswa Sebelum Diberikan
tinggi badan, berat badan, warna kulit, Intervensi Generalis
bentuk susunan gigi, jenis rambut, dan Tabel 4
jerawat. Distribusi Frekuensi Citra Tubuh Siswa
Gangguan Citra Tubuh Sebelum
Hasil penelitian dari Philips & Olivardia Diberikan Intervensi Generalis
(2005, ¶17) menunjukkan bahwa Gangguan Citra Tubuh Pada
perempuan lebih memperhatikan Siswa Obesitas Di SMA Virgo
Fidelis Kecamatan Bawen
penampilan fisik dibandingkan laki-laki.
(n=21)
Penjelasan ini bukan berarti penampilan
fisik yang menarik hanya pada Sebelum di berikan Frekuensi Persentase
intervensi generalis (n) (%)
perempuan saja tetapi laki-laki pun terkadang Negatif 21 100,0
memperhatikan penampilan mereka. Positif 0 0,0
Jumlah 21 100,0
Intervensi Generalis Gangguan
ANASLISIS UNIVARIAT Citra Tubuh Pada
Siswa Obesitas Di
1. Skor Citra Tubuh Sebelum Diberikan
SMA Virgo Fidelis
Intervensi Generalis
Kecamatan Bawen
(n=21)
Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel N Mean SD Min Max
Skor Citra Tubuh Siswa Gangguan Skor pre 21 81,76 3,548 77 86
Citra Tubuh Sebelum Diberikan intervensi

Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 8


generalis
Tabel 4 dapat diketahui bahwa distribusi
frekuensi citra tubuh sebelum dilakukan
Tabel 3 menunjukkan bahwa skor citra
intervensi generalis gangguan citra tubuh
tubuh siswa obesitas dan mengalami
pada siswa obesitas di SMA Virgo Fidelis
gangguan citra tubuh rata-rata skor 81,76,
Kecamatan Bawen sebagian besar negatif
skor citra tubuh terendah 77, skor citra
sebanyak 21 responden (100,0%), dan
tubuh tertinggi 86 dan standart devisiasi
tidak ada yang gangguan citra tubuh
3,548.
positif.

Menurut Indika (2010, hlm.23) citra tubuh


merupakan sikap yang dimiliki seseorang
terhadap tubuhnya yang dapat berupa
penilaian positif dan negatif. Dalam
penelitian ini gambaran citra tubuh remaja
yang obesitas cenderung negatif yang
artinya remaja memandang atau
beranggapan bahwa citra tubuh sebagai
suatu hal yang penting untuk menunjang
penampilan mereka sehingga remaja
tersebut menganggap citra tubuh remaja
obesitas sebagai hal yang negatif. Papalia
& Olds (2008, hlm.32) menyatakan bahwa
remaja yang memiliki persepsi positif
terhadap gambaran tubuh lebih mampu
menghargai dirinya. Individu tersebut
cenderung menilai dirinya sebagai orang
dengan kepribadian cerdas, asertif, dan
menyenangkan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa


sebelum dilakukan intervensi generalis,
citra tubuh seluruhnya kategori negatif.
Hal ini menunjukan bahwa remaja tidak 3. Skor Citra Tubuh Sesudah Diberikan
menerima kondisi tubuhnya dan
Intervensi Generalis
menganggap bahwa citra tubuh yang
negatif dapat menghambat dalam Tabel 5
berhubungan dengan remaja yang lain. Karakteristik Responden Berdasarkan
Hal ini dapat disebabkan karena remaja Skor Citra Tubuh Siswa Gangguan Citra
obesitas. Sesuai dengan teori bahwa Tubuh Sesudah Diberikan Intervensi
penyebab gangguan citra tubuh menurut Generalis Gangguan Citra Tubuh Pada
Potter & Perry (2010, hlm.81) salah Siswa Obesitas Di SMA Virgo Fidelis
satunya yaitu perubahan dalam Kecamatan Bawen (n=21)
penampilan (obesitas). Didukung dengan
Variabel N Mean SD Min Max
teori Dacey&Kenny (2005) (dalam Putri,
Skor post
2012, ¶8) yang mengemukakan bahwa intervensi 21 86,76 5,375 78 93
persepsi negatif remaja terhadap gambaran generalis
tubuh akan menghambat
Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 9
perkembangan kemampuan interpersonal Tabel 5 menunjukkan bahwa skor citra
dan kemampuan membangun hubungan tubuh siswa obesitas yang mengalami
yang positif dengan remaja lain. gangguan citra tubuh rata-rata 86,76, skor
gangguan terendah 78, skor gangguan
Didukung hasil penelitian dari Sutejo tertinggi 93 dan standart devisiasi 5,375.
(2014, ¶8) diperoleh hasil adanya
hubungan yang signifikan antara obesitas 4. Citra Tubuh Siswa Sesudah Diberikan
dengan citra tubuh pada mahasiswa PSIK Intervensi Generalis
di STIKES „Aisyiyah Yogyakarta. Tabel 6
Distribusi Frekuensi Citra Tubuh
Hasil penelitian menunjukan bahwa Siswa Gangguan Citra Tubuh
sebelum dilakukan intervensi generalis, Sesudah Diberikan Intervensi
citra tubuh seluruhnya kategori negatif. Generalis Gangguan Citra Tubuh
Hal ini menunjukan bahwa remaja tidak Pada Siswa Obesitas Di SMA
menerima kondisi tubuhnya dan Virgo
menganggap bahwa citra tubuh yang Fidelis Kecamatan Bawen
negatif dapat menghambat dalam (n=21)
berhubungan dengan remaja yang lain.
Hal ini dapat disebabkan karena remaja Distribusi frekuensi
obesitas. Sesuai dengan teori bahwa citra tubuh sesudah Frekuensi Persentase
penyebab gangguan citra tubuh menurut diberikan (n) (%)
intervensi generalis
Potter & Perry (2010, hlm.81) salah Negatif 12 57,1
satunya yaitu perubahan dalam Positif 9 42,9
penampilan (obesitas). Didukung dengan Jumlah 21 100,0
teori Dacey&Kenny (2005) (dalam Putri,
2012, ¶8) yang mengemukakan bahwa Tabel 6 dapat diketahui bahwa sesudah
persepsi negatif remaja terhadap diberikan intervensi generalis pada siswa
gambaran tubuh akan menghambat obesitas di SMA Virgo Fidelis Kecamatan
perkembangan kemampuan interpersonal Bawen, gangguan citra tubuh negatif
dan kemampuan membangun hubungan sebanyak 12 responden (57,1%), dan
yang positif dengan remaja lain. positif sebanyak 9 responden (42,9%).
Citra tubuh menurut Potter & Perry (2010, citra tubuh. Salah satu teknik terapi yang
hlm.80) meliputi perilaku yang berkaitan dapat digunakan untuk mengurangi
dengan tubuh, termasuk penampilan, ketidakpuasan terhadap citra tubuh adalah
struktur, atau fungsi fisik. Sedangkan terapi intervensi generalis. Sesuai dengan
gangguan citra tubuh menurut Damaiyanti teori menurut Keliat, et al., (2014, hlm.101)
dan Iskandar (2014, hlm.46) adalah tindakan yang dapat dilakukan pada
kumpulan sikap individu yang disadari gangguan citra tubuh yaitu: salah satunya
dan tidak disadari terhadap tubuhnya, dengan intervensi keperawatan (intervensi
termasuk persepsi serta perasaan masa generalis).
lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi,
penampilan, dan potensi yang Intervensi generalis gangguan citra tubuh
mengakibatkan ada perasaan tidak puas dilakukan untuk membantu klien gangguan
terhadap tubuhnya. Ketidakpuasan citra tubuh dengan cara mengenal bagian
terhadap citra tubuh berkaitan dengan tubuh yang dirasa terganggu,
berbagai dampak negatif sehingga mengidentifikasi bagian tubuh yang
diperlukan suatu intervensi yang efektif berfungsi dan yang dirasa terganggu,
untuk mengurangi ketidakpuasan terhadap mengafirmasi bagian tubuh yang sehat dan
Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 10
tidak terganggu, dan memotivasi untuk generalis kepada setiap responden
melatih bagian tubuh yang dirasa sebanyak 3 kali (3 kali pertemuan) dalam
terganggu. Yang dilakukan oleh perawat 1 bulan. Tetapi ada 5 responden yang
generalis harus 4 kali pertemuan, karena harus
mengulang pada SP 1 yaitu pada saat
Hasil penelitian sesudah di berikan latihan afirmasi untuk meningkatkan
intervensi generalis gangguan citra tubuh fungsi bagian tubuh yang dirasa
mengalami perubahan yang sebelumnya terganggu: melihat, menyentuh, dan
negatif menjadi positif. Hal ini memotivasi. Hal ini terjadi karena pada
membuktikan bahwa intervensi yang saat peneliti memberikan SP, mereka
dilakukan berhasil dalam mengatasi tidak dapat hanya berkonsentrasi dengan
gangguan citra tubuh. Pada saat proses proses tersebut, dikarenakan malu tehadap
penelitian, peneliti memberikan intervensi dirinya sendiri ketika melihat di cermin
dan lingkungan sekitar.

Dari total responden yang mempunyai


citra tubuh negatif yaitu sebanyak 21, 9
diantaranya sudah berhasil mempunyai
citra tubuh positif, tetapi 12 responden
belum berhasil, pada hal ini dikarenkana
ada beberapa faktor lain yang
menghambat dalam pikiran meraka.
Contohnya, ketika pada saat melakukan
intervensi generalis ada 10 responden
yang sedang bermasalah dengan keluarga.

Contoh dari masalah keluarga tersebut


yaitu sedang bermasalah dengan ibu
mengenai penampilan anaknya yang
dirasa ibunya anak tersebut semakin hari
semakin gemuk dan membuat jengkel hati
si ibu. Anak yang bersangkutan menjadi
rendah diri, merasa tidak berguna menjadi
anak dari ibunya. Adapula 2 responden
yang tinggal di asrama milik sekolah, dan
jauh dari keluarganya. Kedua anak
tersebut di asrama selalu menjadi bahan
ejekan teman-temanya karena tubuhnya
yang gemuk dan susah untuk melakukan
aktivitas olahraga. Dia merasa sangat
malu dan beranggapan bahwa dialah anak
yang paling buruk. Faktor lingkungan
yang kurang privasi juga mempengaruhi
jalannya intervensi generalis yang peniliti
lakukan, hal ini mempengaruhi responden
menjadi kurang fokus dikarenakan dapat
melihat teman-temannya yang lewat.

Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 11


ANALISIS BIVARIAT mengatasi gangguan citra tubuh. Hal ini
karena intervensi generalis yang
1. Analisis Pengaruh Intervensi Generalis terdiri

Tabel 7
Pengaruh Intervensi Generalis
Gangguan Citra Tubuh Terhadap Citra
Tubuh Siswa Obesitas Di SMA Virgo
Fidelis Kecamatan (n=21)

Mean
Variabel N Mean Rank Z ρ Value
Citra 21 81,76 0,00 - 0,003
tubuh
sebelum
perlakuan
21 86,76 5,00 3,000
Citra
tubuh
sesudah
perlakuan

Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebelum


pemberian intervensi generalis gangguan
citra tubuh rata-rata skor gangguan citra
tubuh sebesar 81,76 (negatif) dan sesudah
pemberian intervensi generalis gangguan
citra tubuh rata-rata sebesar 86,76
(negatif), yang mengalami perubahan dari
negatif menjadi positif sebanyak 9
responden. Hasil uji Wilcoxon match pair
test didapatkan nilai ρ value =0,003
(<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima
artinya ada pengaruh yang bermakna
intervensi generalis gangguan citra tubuh
terhadap citra tubuh siswa obesitas di
SMA Virgo Fidelis kecamatan Bawen
sesudah di berikan intervensi generalis
gangguan citra tubuh.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada


pengaruh yang bermakna intervensi
generalis gangguan citra tubuh terhadap
citra tubuh siswa obesitas di SMA Virgo
Fidelis kecamatan Bawen sesudah di
berikan intervensi generalis gangguan
citra tubuh didapatkan nilai p
value
=0,003 (α <0,05). Berdasarkan hasil
penelitian menunjukan bahwa intervensi
generalis gangguan tubuh efektif dalam

Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 12


dari 3 sp yaitu sp pertama adalah teknik menjadi nilai positif bagi diri seseorang.
afirmasi, sp kedua adalah memotivasi untuk Selain itu afirmasi dapat membantu orang
pembentukan tubuh yang ideal, SP ketiga untuk melakukan internalisasi nilai atau
latih hingga membudaya dari kedua SP keyakinan bagi dirinya, juga memberikan
tersebut. Dalam hal ini SP pertamalah yang beberapa manfaat yang lain yaitu: afirmasi
mampu memberikan dorongan untuk merupakan alat yang sangat efektif untuk
berpikir positif, sehingga responden yang menemukan hal-hal positif dalam diri
mempunyai citra tubuh negatif dapat seseorang, afirmasi memberikan sumber
menjadi citra tubuh positif. inspirasi secara berkelanjutan, dan
afirmasi dapat memberikan kekuatan
Dalam pengetahuan Pychocybernetics dari kepada diri seseorang.
Maxwell, afirmasi merupakan salah satu
langkah untuk membentuk citra diri (self Didukung dengan penelitian yang
image) baru, dan pada umumnya perubahan dilakukan oleh Mukhlis (2013, ¶7) pada
self image ini dapat terjadi setelah hasil penelitiannya berpikir positif
deprogram secara intensif selama 5-6 memiliki pengaruh dalam menurunkan
minggu termasuk penerapan afirmasi secra tingkat ketidakpuasan terhadap citra tubuh
terus menerus. Sesuai dengan teori teknik remaja perempuan.
afirmasi sendiri merupakan rangkaian kata-
kata indah yang dipersiapkan sebagai Didukung juga penelitian dari
pendorong dan dilakukan dengan frekuensi Purnamasari (2011, ¶2) pada hasil
yang tinggi. Rangkaian kata positif tersebut penelitiannya ada hubungan yang sangat
membentuk kalimat indah yang dapat signifikan antara berpikir positif dengan
harga diri pada wanita yang mengalami dengan p value =0,003 (α <0,05).
masa premenopause. Peningkatan berpikir
positif diikuti dengan peningkatan harga
diri, penurunan berpikir positif diikuti SARAN
dengan penurunan harga diri. 1. Bagi siswa
Mengingat masih terdapat (57,1%) siswa
yang mempunyai citra tubuh negatif, maka
SIMPULAN hendaknya siswa lebih mampu untuk
1. Berdasarkan karakteristik responden menerima keadaan fisiknya, dan akan lebih
rata- rata berusia 17 tahun dan jenis maksimal, jika siswa selalu berusaha untuk
kelamin sebagian besar perempuan apa yang menjadi tujuannya.
sebanyak 14 responden (66,7%). 2. Bagi institusi pendidikan (SMA Virgo Fidelis
2. Sebelum di berikan intervensi generalis Kecamatan Bawen)
gangguan citra tubuh, citra tubuh negatif Perlunya pemberian edukasi pembelajaran
sebanyak 21 responden (100%) dalam bimbingan konseling terhadap siswa
3. Sesudah di berikan intervensi generalis SMA Virgo Fidelis kecamatan Bawen yang
gangguan citra tubuh, citra tubuh negatif mengalami gangguan citra tubuh. Selain itu
pihak sekolah dapat melakukan kerjasama
sebanyak 12 responden (57,1%) dan citra
dengan pihak-pihak yang berkompeten
tubuh positif sebanyak 9 responden
untuk memfasilitasi adanya tindakan
(42,9%)
intervensi generalis gangguan citra tubuh
4. Ada pengaruh yang bermakna pemberian sebagai salah satu
intervensi generalis gangguan citra tubuh
terhadap citra tubuh siswa obesitas di
SMA Virgo Fidelis kecamatan Bawen,
Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 13
cara untuk mengatasi gangguan citra FISIP Universitas Airlangga
tubuh. Surabaya. http://01%20citra%20
3. Bagi profesi keperawatan tubuh%20dan%20konsep%20tubuh
Hasil penelitian dapat digunakan
sebagai informasi terutama mengenai %20ideal%20mahasiswi%20FISIP%
pengaruh intervensi generalis gangguan 20universitas%20airlangga%20surab
citra tubuh terhadap citra tubuh siswa aya+Desi+Bestiana.pdf diperoleh
obesitas dan diharapkan adanya tanggal 10 Mei 2016.
peningkatan mutu pelayanan perawatan
atau pemberian asuhan keperawatan Damaiyanti & Iskandar. (2014). Asuhan
terhadap seseorang yang mengalami keperawatan jiwa. Bandung: Refika
gangguan citra tubuh. Aditama.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
Dharma KK. (2011). Metodologi penelitian
sebagai bahan acuan dan masukan untuk
keperawatan. Jakarta: CV Trans Info
penelitian selanjutnya
Media.
dengan menggunakan
variabel yang berbeda misalnya dengan
membandingkan intervensi lain seperti Hidayat. (2009).Metode penelitian
berfikir positif, serta keperawatan dan teknik analisis
mempertimbangkan faktor-faktor yang data. Jakarta: Salemba Medika.
mempengaruhi gangguan citra tubuh.

DAFTAR PUSTAKA . (2014). Metode penelitian


Bestiana Desi. (2012). Citra Tubuh dan kebidanan dan teknik analisis data.
Konsep Tubuh Ideal Mahasiswi Jakarta: Salemba Medika.

Kusjono H S & Hasril. (2009). Teknik http://psikologi.uin-malang.ac.id/wp-


sampling untuk penelitian content/uploads/2014/03/1-
kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. BERPIKIR-POSITIF-PADA-
KETIDAKPUASAN-TERHADAP- CITRA-
TUBUH-Ahmad-
Keliat, B.A., Walter., Sunarto, M., Imelisa, R.,
&Jalil, A (2014). Draft Mukhlis.pdf diperoleh tanggal 23
standarasuhankeperawatanjiwa. November 2015.

Depok: FIKUI (tidak dipublikasikan) Nasir, abd. &Muhith. (2011). Dasardasar


keperawatan jiwa pengantar dan
Martono L.H & Joewana S. (2008). Belajar teori. Jakarta: Salemba Medika.
hidup bertanggung jawab,
menangkal narkoba dan kekerasan.
Jakarta: Persero. Nihayati, Fitriyasari, Yusuf AH.(2015). Buku
Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Mukhlis Akhmad. (2013). Berpikir positif
pada ketidakpuasan terhadap citra
tubuh (body Notoatmodjo. S (2012). Metodologi penelitian
image). kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 14


Potter & Perry. (2010). Fundamental
Nursalam. (2014). Metodologi penelitian
keperawatan buku 1 edisi
ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba
7.Singapore. Salemba Medika.
Medika.

. Fundamental keperawatan buku 2


Papilia, D.E., Olds, S. W., & Feldman, R.D.
edisi 7.Singapore: Salemba Medika.
(2008). Human Development
(Psikologi Perkembangan Edisi ke 9).
Jakarta: Kencana. Purnamasari, A&Damayanti, E.S. (2011).
Berpikir Positif Dan Harga Diri Pada
Wanita Yang Mengalami Masa
Premenopause. http://461-577-1-
PB.pdf diperoleh tanggal 21 Juni
2016

Putri Rosiana. (2012). Hubungan obesitas


dengan gambaran citra tubuh pada
mahasiswa fakultas
ilmu pengetahuan
budaya universitas Indonesia (FIB
UI).
http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/203 12640-S 43155-
Hubungan obesitas- full text.pdf
diperoleh tanggal 11 Desember
2015.

Rahmawati Aprilia Dewi. (2013). Hubungan


Antara Citra Tubuh dan Kontrol Diri
Pada Pola Makan Remaja Putri Di
SMK Negeri 2 Godean.
http://hub_citra_tubuh_2013.pdf
diperoleh tanggal 10 Mei 2016.

Santrock, J. W. (2008). Adolescence :


Perkembangan Remaja. Edisi IV.
Jakarta : Erlangga.

Soegih, R.R, & Wiramihardja, K.K. (2009).


Obesitas permasalahan dan terapi
praktis. Jakarta: Sagung Seto.

Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 15


Sumiati. (2009). Kesehatan remaja dan
konseling. Jakarta timur: Trans Info
Media.

Sutejo, Ekawati Alon. (2014). Hubungan


obesitas dengan citra tubuh pada
mahasiswa program studi ilmu
keperawatan di stikes aisyiyah

Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan … (efvimuninggarjati@gmail.com) 16


yogyakarta 2014.

http://opac.say.ac.id/240/1/NASKAH
%20PUBLIKASI%20ALON.pdf
diperoleh tanggal 23 November 2015.

Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang


Kesehatan Jiwa.
http://sinforeg.litbang.depkes.go.id/u
pload/regulasi/UU_No._18_Th_2014

_ttg_Kesehatan_Jiwa_.pdf/ diperoleh tanggal 11


Desember 2015.

Stuart GW. (2013). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Riskesdas Tentang Gangguan Mental


Emosional.http://www.depkes.go.id/r
esources/download/general/Hasil%2 0Riskesdas
%202013.pdf diperoleh tanggal 11 Desember 2015.

Yosep I&Sutini T. (2011).Buku ajar keperawatan jiwa dan


advance mental health nursing. Bandung: Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai