Anda di halaman 1dari 12

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi dan kesehatan dengan
menyediakan pelayananan. Terdapat juga nerupakan pusat pelatihan bagi tenaga
kesehatan dan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
perorangan secara dengan menyediakan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Dimana unit pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan pada pasien dengan
meliabatkan berbagai multidisplinan. Pasien sebagai konsumen memiliki hak-hak yang
sudah diatur dalam UU keperawatan pasal 38 yakni pasien berhak mendapatakan
informasi seacra benar, jelas dan jujur tentang tindakan keperwatan yang akan dilakukan,
pasien berhak meminta pendapat perawat lain atau tenaga kesehatan yang lainnya, pasien
berhak mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan
keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional dan ketentuan peraturan
perundang-undang, pasien berhak memberi persetujuan atau penolakan tindakan
keperawatan yang akan diterimanya, dan pasien berhak memperoleh kerahasiaan kondisi
kesehatannya. (Misrawati dkk, 2013).
Suatu palayanan kesehatan harus memiliki persyaratan kesehatan yang harus
memilki persyaratan pokok yang memberi pengaruh kepada masyarakat dalam
memberikan pilihannya terhadap penggunaan jasa pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang dapat mudah dicapai, tersedia di
masyarakat, bermutu serta serta berkesinambungan (Azwar, 2009).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengethui dan memahami mengenai pengambilan keputusan dalam
keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Diketahuinya definisi pengambilan keputusan.
b. Diketahuinya proses-proses dalam pengambilan keputusan.
c. Diketahiunya dasar-dasar dalam pengambilan keputusan.
d. Diketahuinya prinsip-prinsip etis dalam pengambilan keuputusan.
e. Diketahuinya teori yang digunakan dalam pengambilan keputusan etis.
2

BAB 2
3

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi
Keputusan adalah suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternative
sesuai kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap
paling menguntungkan. Membuat keputusan merupakan bagian dari kehidupan sehari-
hari ataupun secara kelompok, terutama dalam suatu organisasi. Dimana penting bagi
maju dan mundurnya suatu organisasi. Keputusan yang tepat dapat akan menghasilkan
suatu perubahan terhadap organisasi ke arah yang lebih baik, namun sebaliknya
keputusan yang salah akan berdampak buruk pada suatu organisasi
(Kotler&Keller,2007).
Keputusan (decision) secara harfiah berarti pilihan (choice). Pilihan yang
dimaksudkan adalah pilihan dari dua atau lebih, dapat dikatakan pula sebagai keputusan
dicapai setelah dilakukan pertimbangan dengan memilih. Dalam keputusan terdapat ada
pilihan atas dasar logika atau pertimbangan, ada beberapa alternative yang harus dipilih
salah satu yang terbaik, dan ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin
mendekatkan pada tujuan tersebut (John, 2007).
2.2 Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan
Menurut Siagian (2008) terdapat dasar-dasar dari pengambilan keputusan antara lain :
1. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah
terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Terdapat dua keuntungan
dari keputusan subjektif ini , yaitu; 1) pengambilan keputusan oleh satu pihak
sehingga mudah untuk memutuskan ;2)serta keputusan ini lebih tepat untuk masalah
yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang
singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya
pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan
tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan
mencari pembandingnya, dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan
keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain
sering diabaikan.
2. Pengalaman
Pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah.
Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan
praktis. Pengalaman dan kemampuan memperkirakan latar belakang masalah dan
4

suatu arah penyelesaiaan sangat membantu dalam memudahkan pemecahan


masalah.
3. Fakta
Keputusan berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu
memang merupakan keputusan yang baik, namun untuk mendapatkan informasi
yang cukup itu sangat sulit.
4. Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang(authority) yang
dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan
wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara
lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga
karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat
rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial
5. Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah yang
dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan
yang dibuat rasional dapat diukur apabila keputusan optimal masyarakat dapat
terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat.
2.3 Hal-Hal Yang Penting Dalam Membuat Keputusan
Menurut Siagian (2008) ada beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan keputusan :
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2. Harus berdasarkan pada sistematika tertentu yaitu tersedianya sumber-sumber untuk
melaksanakan keputusan yang akan diambil serta kualifikasi tenaga kerja yang
tersedia.
3. Masalah-masalah yang harus diketahui dengan jelas dan harus diperhatikan
pengaruh dari pengambilan keputusan.
4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan
sistematis.
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternative
yang telah dianalisa.
2.4 Proses-Proses Dalam Pembuatan Keputusan
Proses-proses dalam membuat keputusan meliputi sebagai berikut (Thohiron, 2013) :
1. Perumusan masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu merumuskan masalah yang ada
di dalam suatu organisasi. Suatu masalah hadir karena adanya kesenjangan antara
5

kenyataan, dengan tujuan yang ingin diraih atau yang ingin dicapaikan, adanya
halangan dan kesulitan untuk menyelesaikan kesenjangan tersebut, adanya
kemungkinan penyelesaian masalah bilaperumusannya benar.
2. Pengumpulan dan penganalisis data
Fase pengumpulan data atau fakta meliputi kegiatan mendefinisikan masalah
serta mengumpulkan masalah serta menganalisis data yang penting. Dengan cara
meningkatkan kemampuan pengumpulan data adalah dengan mulai melihat
masaalah yang ada secara luas, kemudian melanjutkannya dengan menentukan
masalah yang ada. Dalam hal ini, diperlukan kemampuan untuk membedakan
antara gejala dari malasah yang sebenarnya.
3. Pembuatan alternative-alternatif kebijakan
Setelah masalah tersusun dengan baik, maka perlu dipikirkan cara-cara
pemecahannya. Adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif
maupun negatif. Oleh karena itu, seseorang pemimpin harus dapat mengadakan
perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya
informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik.
4. Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu
menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang
negatif, pemimpin harus juga mempunyai alterative yang lain. Palaksanaan
penmbilan keputusan sering menjadi masalah karena keputusan yang mesti
ditanggapi oleh orang banyak ditangani oelh sedikit orang. Hal sebaliknya juga
sering terjadi. Keputusan yang seharusnya dapat ditangani oleh 2-3 orang
diserahkan kepada sebuah tim yang terdiri dari 40 orang atau lebih. Akibatnya
akan timbul perdebatan yang tidak henti-hentinya. Jadi permasalahan ini harus
ditentukan dulu cara pengambilan keputusan yang paling cocok dengan situasi
dan masalah yang ada, individu, tim, musyawarah, voting dan lain-lainnya.
5. Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mebgukur dampak
dari keputusan yang telah dibuat. Penilaian ulang harus diadakan. Faktor-faktor
penentu yang akan dinilai harus diputuskan sejak awal dan tidak setelah
pelaksanaan perjalanan. Dengan cara ini memang akan mudah terjadi debat,
namun akurasi akan lebih terjamin.
2.5 Prinsip- Prinsip Etik Keperawatan Dalam Pengambilan Keputusan
Etik keperawatan merupakan hal penting bagi perawat untuk mengambil keputusan
khususnya dalam masalah-masalah yang bersifat klinis (Suhaemi, 2004) :
a. Autonomi
6

Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri


sendiri, berarti menghargai manusia sehingga harapannya perawat memperlakukan
mereka sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu
menentukan sesuatu bagi dirinya.
b. Benefisience
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau
tidak menimbulkan bahaya bagi pasien
c. Justice
Merupakan prinsip untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap individu
mendapat perlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik
tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk
kebaikan hidup seseorang
d. Veracity
Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. Kewajiban
untuk mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau penghargaan terhadap otonomi
seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang sebenarnya
e. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
f. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah menjaga privasi (informasi) klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorang pun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti
persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari
g. Accountability
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab
pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain.
7

Akuntabilitas merupakan standar pasti yang mana tindakan seorang professional


dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
h. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien
2.6 Teori Dalam Mengambil Keputusan Etis
Di dalam pengambilan keputusan ada dua teori yang menjadi dasar bagi perawat dalam
mengambil keputusan secara etis, yaitu (Masruroh.H., dkk, 2012) :
a. Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani telos yang berarti akhir atau tujuan.
Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end fustifies the means atau
makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini
menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan
sekecil mungkin bagi manusia.
b. Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti tugas. Teori ini
berprinsip pada aksi atau tindakan. Contoh penerapan deontologi adalah seorang
perawat yang yakin bahwa pasien harus diberitahu tentang apa yang sebenarnya
terjadi, walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain misalnya
seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya
yang melarang tindakan membunuh. Penerapan teori ini perawat tidak menggunakan
pertimbangan, misalnya seperti tindakan abortus dilakukan untuk menyelamatkan
nyawa ibu, karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi)
merupakan tindakan yang secara moral buruk. Prinsip etika keperawatan meliputi
kemurahan hati (beneficence).Inti dari prinsip kemurahan hati adalah tanggung jawab
untuk melakukan kebaikan yang menguntungkan pasien dan menghindari perbuatan
yang merugikan atau membahayakan pasien.
8

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Kasus
Seorang pasien datang ke tempat praktek mandiri perawat dengan luka karena
terkena tusukan pisau. Keadaan luka cukup dalam, terjadi banyak perdarahan dan
membutuhkan pertolongan segera. Perawatan luka dan balutan saja tidak cukup,
sehingga perlu untuk dilakukan penjahitan. Perawat menyarankan kepada pasien untuk
dirujuk ke dokter atau puskesmas. Namun pasien menolak dan bersikukuh untuk
mendapatkan perawatan hanya dari perawat tersebut. Perawat tahu bahwa tindakan harus
segera dilakukan, namun tindakan tersebut bukan wewenangnya dan jika perawat tidak
segera ditangani maka prognosis buruk akan terjadi kepada pasien.
3.1 Pembahasan
Perawat sebagai pemberi asuhan kepada pasien selama 24 jam, tidak hanya dituntut
untuk mahir dalam menjalankan tindakan, namun juga dituntut untuk menjadi problem
solving , yaitu seseorang yang mampu memecahkan sebuah masalah dengan analisis dan
solusi yang tepat. Dalam memecahkan masalah, perawat harus melalui beberapa proses
sebagai pondasi bagi perawat dalam membuat keputusan; 1) merumuskan masalah,
9

dalam hal ini perawat harus menghubungkan kasus yang terjadi dengan teori yang tepat,
sehinga perawat mendapat gambaran mengenai pilihan keputusan yang harus
diambilnya; 2) mengumpulkan data dan mengidentifikasi masalah yang terjadi; 3)
perawat memutuskan alternatf-alternatif mengenai keputusan yang diambil beserta
konsekuensinya; 4) melaksanakan keputusan yang telah ditetapkan; 5) mengevaluasi
keputusan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan kasus di atas, memberikan tindakan dan memberikan perawatan
merupakan kewajiban seorang perawat yang harus dipernuhi. Pasien meminta perawat
saja yang memberikan pengobatan, sedangkan perawat tahu bahwasannya hal tersebut
bukan wewenangnya. Namun, diisnilah peran perawat sebagai edukator dan konselor
yang harus dijalankan. Perawat harus memberikan penjelasan mengenai kondisi dan
pertimbangan –pertimbangan yang akan terjadi pada pasiennya. Perawat juga harus
melindungi hak pasien yaitu mmeilih dan memutuskan perawatan atau pengobatan
dirinya sendiri. .
Dalam mengambil keputusan perawat harus mengedepankan prinsip-prinsip etik.
Termasuk dalam kasus di atas, prinsip etik harus menjadi pertimbangan dalam perawat
tersebut mengambil keputusan. Menurut kelompok, berikut uraian dari prinsip etik jika
dikaitkan dengan kasus diatas :
a. Otonomi
Dalam hal ini, pasien berhak memilih dengan siapa dan dimana ia ingin dirawat.
Sebagai perawat kita harus menghargai keputusan klien tersebut, karena di dalam
prinsip otonomi disebutkan bahwa perawat diharapkan mampu memperlakukan
pasien sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu
menentukan sesuatu bagi dirinya. Namun, kembali lagi kepada etik keperawatan,
bahwa perawat memiliki batasan wewenang dalam memberikan tindakan. Mak adari
itu, fungsi perawat sebagai konselor dan edukator harus dijalankan dalam kasus ini,
yaitu dengan menjelasakan kondisi pasien sekarang, kenapa ia harus diberi tindaka
oleh dokter, kemudian jikalau ia kehilangan banyak darah apa yang terjadi, dan
berbagai hal yang menyangkut prognosis pasien.
b. Nonmalefience
Nonmaleficien berarti tidak merugikan pasien. Yang berarti, dalam hal ini, perawat
dituntut untuk melakukan tindakan yang tidak membahayakan atau beresiko
mencederai pasiennya. Maka dari itu, perawat berdasarkan kasus di atas, harus
memberikan tindakan sesuai kewenangannya, tapi tidak membahayakan dan beresiko
10

mencederai pasien. Mungkin yang dapat dilakukan perawat sesuai kasus di atas
ialah,menjelaskan terlebih dahulu bagaimana prognosis pasien jika tidak segera
dirujuk, sembari men-deep perdarahan terlebih dahulu. Kemudian rujuk pasien untuk
mendapatkan penanganan segera oleh dokter.
c. Beneficience
Berarti melakukan hal yang baik, yaitu perawat melakukan proses keperawatan
dengan baik danmaksimal. Pada prinsip ini, peawat dituntut untuk memberikan
tindakan yang menguntungkan atas dasar kebaikan kepada pasiennya. Namun, pada
kenyatannya, prinsip ini kerap kali memubat risiko bagi profesi perawat sendiri.
Sama dengan kasus diatas, perawat ingin melakukan tindakan kebaikan pada pasien
diatas yang kehilangan banyak darah, namunakan ada risiko yang ditanggung oleh
perawat tersebut dikarenakan perawat melakukan tindakan diluar kewenangannya.
d. Veracity and justice
Veracity ialah kejujuran, di mana di dalam keperawatan kejujuran merupakan salah
satu dasar dalam membentuk hubungan saling percaya. Berdasarkan kasus diatas jika
mengikuti prinsip veracity, maka perawat harusnya menjelaskan dengan jujur, akurat,
komprehensif, dan objektif bagaimana keadaan dirinya sekarang dan keadaannya
apabila tidak dirujuk segera ke dokter.
justice artinya berarti perawat harus memberikan praktik keperawatan kepada pasien
secara adil dan asuhan yang diberikan harus sesuai dengan standar praktik
keperawatan profesional dan juga sesuai dengan hukum yang berlaku. Berdasarkan
kasus diatas, perawat harusnya memgang teguh prinsip ini, karena ia harus
memberikan tindakan sesuai dengan kewenangannya.
Perawat adalah problem solver bagi kliennya atau dengan kata lain perawat
memberikan solusi bagi kliennya. Namun, dengan tipe klien dan bermacam-macam
kasus yang ditemui seorang perawat selama menjadi tenaga profesional. Maka dari itu,
dengan adanya prinsip-prinsip etik dalam pengambilan keputusan keperawatan
diharapkan perawat dapat menimbang dan memilih prinsip apa saja yang bertenangan
dan prinsip yang mendukug dalam proses pengambilan keputusan. Karena adanya
prinsip ini, membuat pasien dan perawat memiliki pandangan teradap keputusan apa
yang akan diambil. Setelah menganalisa prinsip-prinsip etis mengenai apa hal yang
terbaik yang harus dilakukan pada pasien, selanjutnya perawat menetukan apa yang
seharusnya dilakukan pada pasien (mengambil keputusan). Dalam mengambil keputusan
11

etis, dikenal dua dasar teori yang kerap digunakan, yaitu teleologi, yang berasal dari kata
yunani “telos” yang artinya ialah tujuan. Berdasarkan teori ini, berarti dalam mengambil
keputusan perwat harus menentukan pada tujuan apa yang ingin dicapai. Suatu tindakan
dinilai baik, apabila tindakan tersebut bertujuan baik pula. Teori yang kedua ialah teori
deontologi yang berasal dari kata “deon” yang artinya tugas, atau dengan kata lain, teori
ni menitkberatkan pada pada moral dan kewajiban. Suatu tindakan dianggap baik apabila
tindaan tersebut dilakukan berdasarkan kewajiban , terlepas dari tujuan tindakan
tersebut( Kant dalam Masruroh, 2014).

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. Keputusan (decision) secara harfiah berarti pilihan (choice). Pilihan yang
dimaksudkan adalah pilihan dari dua atau lebih, dapat dikatakan pula sebagai
keputusan dicapai setelah dilakukan pertimbangan dengan memilih.
b. Untuk mendapatkan sebuah keputusan akan melalui proses-proses yaitu perumusan
masalah, pengumpulan dan analisis data, pembuatan alternatif-alternatif kebijakan,
pelaksanaan keputusan, pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan.
c. Prinsip-prinsip etis dalam keperawatan ada autonomi, benefience, justice, veracity,
kerahasiaan, accountability, dan tidak merugikan.
4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna. Untuk perbaikan kedepan,
penulis akan lebih fokus dan detail dalam hal menjelaskan topik pada makalah yang akan
dibuat dengan sumber-sumber yang lebih banyak, dan dapat dipertanggung jawabkan.
12

Anda mungkin juga menyukai