A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn.E Pendidikan : S2
Umur : 44 Tahun Pekerjaan : PNS
Agama : Islam Alamat : Jl. Tuah Karya
Suku : Melayu
b. Komposisi Keluarga :
d. Tipe keluarga
Keluarga Tn. E memiliki tipe keluarga inti, karena keluarga Tn.E terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah.
Tidak ada masalah dalam keluarga Tn.E.
e. Suku bangsa
Keluarga Tn.E dan Ny.N berasal dari suku Melayu. Dalam kesehatan, keluarga Tn.E menggunakan beberapa kebiasaan yang
digunakan suku Melayu, terutama saat persalinan. Dalam suku Melayu, wanita yang telah bersalin harus menggunakan kain panjang,
jempol kaki tidak boleh tersenggol, dan berpantang dalam makan, tidak boleh makan-makanan yang pedas, karena menurut
kepercayaan Melayu dapat mempengaruhi pencernaan bayi. Ny.N menjelaskan bahwa, kalau untuk sakit yang lain, seperti demam dan
lainnya, keluarga Tn.E selalu berobat ke dokter, tidak pernah menggunakan obat tradisional Melayu.
f. Agama dan kepercayaan
Angggota Keluarga Tn.E dan Ny.N beragama Islam, beliau selalu mengajarkan anak-anak untuk dekat dengan Allah, beliau
selalu mengajarkan anak-anak nya untuk shalat tepat waktu. Selama menerapkan kebiasaan agama dirumah, awalnya Tn.E dan Ny.N
merasa kesulitan untuk menemukan cara yang efektif, karena anak-anak kadang masih sulit untuk disipilin, dan sadar akan
kewajibannya. Sehingga, Tn.E dan Ny.N membuatkan sebuah pojok ingat, yang berisikan jadwal shalat harian ke-4 anaknya. Tn.E
mengatakan setelah diterapkan hal yang demikian, ada perubahan yang dirasakan, kalua sekarang anak-anak beliau menjadi sadar akan
waktu shalat, ketika diingatkan langsung bergegas mengambil wudhu. Tn.E memberikan jadwal mengaji setelah maghrib untuk anak-
anaknya.
g. Status sosial ekonomi keluarga
Tn.E adalah seorang ASN di Dinas Perdagangan Kota Pekanbaru, dan istri beliau, Ny.N madalah seorang perawat di RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau, dengan penghasilan Tn.E dan Ny.N ±5.000.000. Tn.E menjelaskan bahwa jika ada anggota keluarga
yang sakit, ekonomi keluarga masih sanggup untuk membawa anggota keluarga ke rumah sakit, Tn.E dan Ny.N masing-masing
memiliki BPJS, yang juga digunakan saat beliau, atau anak nya sakit. Jika ada keuarga yang sakit kurang lebih 3 hari namun tidak ada
perubahan, maka beliau kana segera membawa untuk cek labor, agar dapat diketahui dengan segera, dan tindakan apa yang harus di
lakukan.
h. Aktivitas rekreasi keluarga
Tn. E mengatakan bahwa, di keluarganya jika dalam kondisi normal biasanya akan pergi ke suatu tempat di hari sabtu atau
minggu, unutk melepaskan lelah dan berkumpul Bersama istri dan anak. Tn.E menjelaskan bahwa, rekreasi di keluarganya sangat
dibutuhkan, karena di hari biasa kedua orang tua dan anak sibuk untuk bekerja dan sekolah, selain itu rekreasi bagi keluarga Tn.E juga
dapat menhilangkan stress anak karena tugas sekolah. Sebenarnya jadwal rekreasi bagi keluarga Tn.E fleksibel, namun tetap di
prioritaskan di hari sabtu atau minggu.
Keluarga biasanya melakukan rekreasi dengan pergi ke pusat perbelanjaan seperti mall atau pasar bawah, ke wahana bermain
anak, berenang, ke rumah orang Tn.E di Bangkinang, ke kebun jeruk, atau sekedar bermain laying-layang di sekitar rumah. Tn.E
mengatakan tidak ada masalah dalam rekreasi yang dilakukan keluarganya, semuanya dinikmati dengan baik.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tn.E saat ini berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah, karena Tn.E memiliki 4 orang anak, anak
yang pertama yaitu An.R berumur 8 tahun, saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 2, An.A berumur 7 tahun juga sedang
bersekolah di sekolah dasar kelas 1. Anak ke-3 dan ke-4 Tn.E belum bersekolah. Untuk menentukan tahap perkembangan keluarga
berpatokan pada usia anakk pertama, di kleuarga Tn.E, anak pertama mereka berusia 8 tahun, dimana usia ini masuk ke dalam kategori
anak usia sekolah (6-12 tahun). Berikut adalah tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah ;
1. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat belajar.
Tugas keluarga ini sudah terpenuhi, Tn.E dan Ny.E mengatakan bahwa, setiap hari saat selesai melakukan kegiatan harian seperti
bekerja,dan sekolah. Orang tua selalu menanyakan mengenai kegiatan anak-anak beliau hari ni, apa saja kendalanya, dan selalu di
selipkan dengan wejangan dan nasihat oleh Tn.E dan Ny.N. Tn.E dan Ny.N selalu memantau kegiatan belajar dan social anak
melalui guru kelas.Selain itu, Tn.E kerap membawa anak-anak beliau untuk bermain di luar rumah dengan anak tetangga, dan
pergi kekedai dekat rumah sembari memeprkenallkan anak dengan lingkungan rumahnya, juga mengajarkan anak menyapa
tetangga. Ny.N mengatakan, jika ada acara dirumah, keluarga Tn.E selalu berbagi dengan tetangga, mereka sellau membawa anak
untuk berbagi.
2. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan.
Tn.E mengatakan, sejauh ini hubungannya dengan istri selalu berjalan dengn baik dan harmonis, meskipun ada pertengkaran, tapi
selalu ada solusi dalam menyelesaikannya. Tn.E dan Ny.N mengatakan bahwa, sejauh 9 tahun menikah, beliau berdua selalu
menerapkan pillow talk sebelum tidur, mereka menganggap bahwa hal ini sangat efektif untuk introspeksi diri, dan mengeluarkan
hal hal yang tak disukai dari satu sama lain, beliau juga mengatakan bahwa, dari sinilah sering membahas mengenai
perkembangan anak.
3. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
Tn.E dan Ny.N mengikutsertakan 2 anak beliau yang sudah sekolah untuk mengikuti les, dan Tn.E juga kerap membelikan anak
pertamanya peralatan untuk melukis, karena An.R sangat senang dan bagus dalam menggambar.
4. Menyediakan aktifitas untuk anak.
Tugas ini sudah terpenuhi, Tn.E menyediakan aktifitas untuk anak beliau, seprti jadwal sekolah, les, bermain, termasuk bermain
gadget, jadwal shalat dan mengaji setiap harinya.
5. Menyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.
Tn.E menjelaskan bahwa, aktifitas komunitas di lingkungan RT ini terbatas, kalua unutk gotong royong yang diadakan per-tiga
bulan sekali anak beliau tidak diikutsertakan. Namun, kalau untuk aktifitas yang berskala komunitas seperti perayaan hari
kemerdekaan, ke-4 anak beliau selalu diikut sertakan.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga tidak ada yang belum terpenuhi. Sesui dengan penjelasan pada tugas perkembangan keluarga di
atas.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
1. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Tn.H jarang mengeluh tentang keadaan kesehatannya, hanya saja jika makan yang terlalu banyak santan atau minyak, dan
mengandung kolesterol tinggi, tengkuk mulai berat dan kepala terasa pusing. Beliau mengatakan,tidak selera kalau makanan yang tidak
bersantan atau mengandung minyak, dan seafood karena dirumah belaiu kerap makan makanan laut seperti udang, cumi, dan kepiting.
Meskipun beliau tau kalau itu mengandung kolesterol, namun beliau tetap mengkonsumsinya.
Ny.N sering mengeluh pusing, beliau memiliki Riwayat sinusitis akut. Ny.N sering mengeluh hidung tersumbat, mampet, dan batuk
jika minum es. Ny.N mengatakan ia sering mengeluh kakinya sakit tepatnya di bgaian sendi lutut, terlebih setelah makan kacang-
kacangan, diketahui bahwa orangtua datri Ny.N memiliki Riwayat asam urat. Jika merasa pusing, dan sinusitisnya kambuh, Ny.N selalu
menghubungi dokter terlebih dahulu sebelum membeli obat, biasanya beliau menghubungi dokter setleah 3 hari gejala tidak mereda, dan
selalu hilang timbul. Sebelum menghubungi dokter, biasanya Ny.N meminum air hangat, dan menghirup aromatrehapy untuk mengurangi
nyeri kepalanya.Ny.N mengatakan sangat sulit sekali untuk menjaga pantangan, ia masih kerap mengkonsumsi es dan es-krim.
Anak pertama Tn.E dan Ny.N yaitu An.R Riwayat tonsillitis, namun sudah dilakukan tindakan operasi pembuangan kedua tondilitis
nya 1 tahun yang lalu. Setelah operasi tersebut, An.R jarang sekali merasakan keluhan-keluhan tonsillitis. An.R sesekali demam dan batuk
pilek jika cuaca sedang tidak mendukung, atau kelelahan. Jika demam biasanya orangtua An.R memberikan paracetamol yang selalu
tersedia dirumah, dan kmpres dengan air hangat, serta selalu konsumsi air hangat. Tn.E dan NY.N membatasi An.R untuk mengkonsumsi
makanan dingin salah satunya eskrim, dan juga coklat, karen aitu merupakan anjuran dokter THT nya. Tn.E dan Ny.N selalu
membiasakan, jika anak-anaknya mengalami demam lebih dari 3 hari untuk cek laboratorium ke rumah sakit atau klinik khusus, untuk
pemeriksaan diagnostic, dan membawa anaknya ke dokter.
An.A adalah anak ke-2 dari Tn.E dan Ny.N. An. A tidak memiliki Riwayat atau penyakit bawaan yang serius. Jika cuaca tidak
mendukung atau factor kelelahan An.A biasanya mengeluhkan badannya terasa panas, dan sulit untuk menelan. Seprti yang dijelaskan di
atas, Tn.E dan Ny.N selalu memberikan obat penurun panas jika anak demam, serta jika demam lebih dari 3 hari maka akan di cek
darahnya.
An.An menderita asma, Ny.E mengatakan bahwa, An.A akan kambuh asma nya jika ia terlalu banyak mengkonsumsi makanan
dingin, dan coklat. Ny.N mengatakan bahwa, biasanya jika asma nya kambuh Ny.N dan keluarga langsung memberi obat yang telah
diresepkan dokter, dan memberikan nebulasi sesuai dengan anjuran dokter. An.An juga menderita dermatitis atopic, yang hingga sekarang
belum sembuh dan hilang, terdapat ruam kemerahan pada kedua lipatan tangan, kaki, dan paha. An.An sering menggaruk bagian kulit
yang kemerahan, dan kadang sampai berdarah. Ny.N mengatakan sudah kerap ke dokter kulit, namun hanya hilang sebentar, namun
setelah obat habis dermatitis timbul kembali. Ny.N sudah menggunakan beberapa jenis terapi herbal, namun tidak mengalami perubahan.
Ny.N mengatkan kalau malam An.An merasa gatal dan kadang rewel.
An.D adalah anak bungsu dari Tn.E dan Ny.N, beliau tidak menderita penyakit bawaan, hanya sesekali dia demam dan batuk pilek.
2. Riwayat penyakit keturunan
Orang tua laki-laki dari Tn.E memiliki Riwayat penyakit kanker hati, dan telah meninggal sekitar 8 tahun yang lalu akibat penyakit
tersebut.
3. Riwayat kesehatan masing-masing anggota kelurga
5. An.An :
Menjadi anak, dan pelindung serta pengingat bagi kakak-kakaknya. Ny.N mengatakan bahwa An.An menjadi pembawa informasi
untuk kakak-kakak nya jika bundanya mau pergi atau ke suatu tempat. An.An juga rajin membantu ibunya untuk beberes rumah,
seperti membuang sampah dan merapikan tempat tidur.
6.An.D :
Menjadi anak dan pelindung untuk kakak-kakanya. Ny.N mengatakan bahwa, karena An.D masih kecil, sikap pelindung nya
belum terlihat jelas, namun jika kakaknya jatuh atau terkena sesuatu yang melukai tangan kakak-kakak nya, biasanya dia akan
langsung meniup bagian yang sakit.
d. Nilai dan norma keluarga
Tn.E menganut agama Islam dan norma yang berlaku di masyarakat dan adat istiadat orang melayu. Keluarga Tn.E sangat mematuhi
peraturan yang ada di rumah, seperti anak-anaknya tidak boleh keluar tanpa didampingi oleh orang tua atau anggota keuarga yang lain.
Tn.E dan Ny.N juga mengajarkan pentingnya bersikap/ sopan santun dengan orang lain.
Apabila ada keluarga yang sakit, keluarga mempercayai bahwa ini adalah cobaan yang Allah berikan agar keluarga dapat lebih kuat.
Keluarga selalu berusaha dan bertawakal saat menghadapi musibah apapun. Keluarga tidak pernah pergi ke orang pintar (dukun).
7. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga Tn.E dan Ny.N selalu menyayangi dan perhatian kepada anak-anaknya, Ny.N dan Tn.E juga selalu mendukung dan
mengarahkan segala sesuatu yang dilakukan oleh anak-anaknya selama dalam batas kewajaran dan tidak melanggar norma dan etika
sopan santun.
b. Fungsi sosialisasi
Interaksi Tn.E dengan anak istrinya terjalin dengan sangat baik, saling mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan. Tn.E
memiliki peran yang besar dalam mengambil keputusan, namun Tn.E selalu adil kepada keluarganya.
Masing masing anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan sopan santun dalam berperilaku. Keluarga mengajarkan dan
menanamkan prilaku sosial yang baik, keluarga cukup aktif di dalam masyarakat. Di waktu senggang biasanya keluarga berkumpul.
c. Fungsi keperawatan kesehatan
An.D
Jenis
An. R An. A An.An
Pemeriksaa Tn. E Ny. N
(anak ke-1) (anak ke-2) (anak ke-3)
n
Riwayat Kolesterol Sinusitis tidak ada Tidak ada Asma dan Tidak ada
penyakit saat dermatitis
ini atopic
Keluhan Pusing dan Pusing , hidung Tidak ada Tidak ada Saat ini asma Tidak ada
yang di tengkuk tersumbat, dan tidak kambuh,
rasakan trerasa sangat terasa bau namun
berat biasanya yang
dirasakan
ialah sesak
napas, napas
terasa sempit,
batuk, sulit
berbicara, dan
saat tidur
seeprti suara
tikus terjepit
(mengi)
Tanda dan Nyeri di Nyeri kepala Tidak ada Tidak ada Sesak napas, Tidak ada
gejala bagian saat menunduk, batuk, nafas
tengkuk, cairan kental mengi,
mudah terassa kunging pernapasan
Lelah dan kehijauan, cepat.
nyeri di kaki. batuk, bau tidak
sedap pada
hidung.
Riwayat Sebelumnya Ny.N sering An. R memiliki An.A pernah An.An An. D pernah demam
penyakit Tn.E tidak mengalmai riwayat operasi demam dan diketahui dan batuk pilek
sebelumnya pernah pusing tonsil sekitar 1 radang mendeita
merasakan tahun yang lalu, tenggorokan asma sejak
gejala dan smapai saat umur 1 tahun,
apapun, ini tidak pernah diikuti
gejala kambuh. dengan
kolesterol ini dermatitis
dirrasa atopic.
semenjak 3
bulan yang
lalu.
TTV TD : 110/90 TD : 104/80 RR: 16X/menit RR: 19X/menit RR: RR: 19X/menit
mmHg mmHg N: 78X / menit N: 80X / menit 18X/menit N: 74X / menit
RR:21X RR: 20X/menit S : 36,7 oC S : 36 oC N: 75X / S : 37,0oC
/menit N: 85X / menit menit
N: 88X / S : 36,5 oC S : 36 oC
menit
S : 36, 9 oC
KEPALA Rambut Rambut hitam, Rambut hitam, Rambut hitam, Rambut Rambut hitam, lurus,
hitam, tidak tebal,m dan lurus, pendek lurus, pendek hitam, lurus, pendek, keriting, dan
beruban, tidak beruban, dan bersih dan bersih panjang, bersih.
pendek dan lurus , panjang keriting, dan
bersih dan bersih bersih.
MATA Kedua mata Kedua mata Kedua mata Kedua mata Kedua mata Kedua mata simetris,
simetris, simetris, simetris, simetris, simetris, konjungtiva an-
konjungtiva konjungtiva an- konjungtiva konjungtiva konjungtiva anemis, sklera tidak
normal, anemis, sklera normal, sklera anemis, sklera an-anemis, ikterik, penglihatan
sklera tidak tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, sklera tidak
ikterik, penglihatan penglihatan penglihatan ikterik,
penglihatan baik, apabila baik. baik, reflek penglihatan
baik. membaca tidak pupil positif (+) baik, apabila
menggunakan membaca
kacamata. tidak
menggunakan
kacamata.
HIDUNG Hidung Hidung Hidung Hidung Hidung Hidung simetris, tidak
simetris, tidak simetris, tidak simetris, polip simetris, tidak simetris, tidak ada polip, tidak
ada polip, ada polip, sebelah kanan, ada polip, tidak ada polip, sinusitis, penciuman
tidak sinusitis, sinusitis tidak tidak sinusitis, sinusitis, tidak sinusitis, baik.
penciuman teraba nyeri, penciuman penciuman penciuman
baik. penciuman baik. baik. baik.
baik.
Paru I: I: I: I: I: I : Pengembangan
Pengem Pengemba Pengemba Pengemba Pengem paru simetris
bangan ngan paru ngan paru ngan paru bangan P : Vokal Premitus
paru simetris simetris simetris paru sama
simetris P : Vokal P : Vokal P : Vokal simetris P : Redup
P : Vokal Premitus Premitus Premitus P : Vokal A : Vesikuler
Premitus sama sama sama Premitus
sama P : Redup P : Redup P : Redup sama
P : sonor A : Vesikuler A : Vesikuler A : Vesikuler P : Redup
A : A:
Vesikule Vesikule
r r
Abdomen I : Simetris I : Simetris I : Simetris I : Simetris I : Simetris I : Simetris
A : BU A : BU A : BU A : BU A : BU A : BU 5x/mnt
8x/mnt 10x/mnt 6x/mnt 5x/mnt 5x/mnt P : Tidak ada nyeri
P : Tidak P : Tidak ada P : Ada nyeri P : Ada nyeri P : Tidak tekan
ada nyeri tekan di tekan di ada P : Timpani
nyeri tekan ulu hati ulu hati nyeri
tekan P : Timpani P : Timpani P : Timpani tekan
P : Timpani P : Timpani
Genetalia Tidak Tidak terpasang Tidak terpasang Tidak terpasang Tidak Tidak terpasang
terpasang kateter, tidak kateter, tidak kateter, tidak terpasang kateter, tidak terdapat
kateter, tidak terdapat terdapat terdapat kateter, tidak hemoroid
terdapat hemoroid hemoroid hemoroid terdapat
hemoroid hemoroid
Ekstremitas Pada Pada Pada Pada Pada Pada ekstremitas atas
ekstremitas ekstremitas atas ekstremitas atas ekstremitas atas ekstremitas dan bawah tidak ada
atas dan dan bawah tidak dan bawah tidak dan bawah tidak atas dan pembengkakan ,
bawah tidak ada ada ada bawah pergerakan aktif
ada pembengkakan , pembengkakan , pembengkakan , terdapat
pembengkaka pergerakan aktif pergerakan aktif pergerakan aktif beberapa
n, pergerakan ruam yang
aktif meluas di
lpatan siku,
lutut, dan
tangan serta
paha.
Tepenebalan
pada kulit
yang ruam.
B. Analisa Data
No Data Masalah
1. DS : Ketidakefektipan manajemen
- An.An menderita dermatitis atopic yang sampai kesehatan keluarga Tn.E khususnya
sekarang masih terdapat ruam merah dan gatal. An.An berhubungan dengan
- Ny.N mengatakan An.An sering menggaruk area ketidakmampuan keluarga dalam
ruam, kadang sampai berdarah. merawat An.An dengan dermatitis
- Ny.N mengatakan sudah kerap ke dokter kulit, atopic.
namun hanya hilang sebentar, lalu timbul lagi.
- Ny.N mengatakan kalau malam An.An merasa gatal
dan rewel.
DO :
- TTV
RR : 18X / menit
N : 75X / menit
S : 36 C
- Pada ekstremitas atas dan bawah terdapat beberapa
ruam yang meluas di lipatan siku, lutut, dan tangan
serta paha.
- Teraba penebalan kulit di bagian ruam.
I. Prioritas masalah
a. Ketidakefektipan manajemen kesehatan keluarga Tn.E khususnya An.An berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat An.An dengan dermatitis atopic.
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah Skala: Bila tidak segera di
Wellness 3 tangani, dermatitis
Aktual 3 1 3/3 x 1 = 1 atopic ini akan
Resiko 2 menyebabkan
komplikasi pada kulit,
Potensial 1
maupun aktifitas tidur
anak.
b. Resiko terjadinya kekambuhan pada An.An, Tn.E, dan Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah Skala: Jika keluarga Tn.E tidak
Wellness 3 mematuhi pantangan,
Aktual 3 1 2/3 x 1 = 0,6 maka akan beresiko
menimbulkan
Resiko 2 kekambuhan terhadap
Potensial 1 penyakit yang di derita.
2 Kemungkinan masalah dapat Fasilitas kesehatan yang
diubah Skala: mudah di jangkau oleh
Mudah 2 2 2/2 x 2 = 2 keluarga, dan latar
1 Pendidikan Tn.E dan
Sebagian Ny.E yang memudahkan
Tidak dapat 0 unutk menerima
informasi dari perawat.
3 Potensi masalah untuk dicegah Memanajemen pola
Skala: makan merupakan
Tinggi 3 1 3/3 x 1 = 1 cara teraman untuk
2 mencegah terjadinya
Cukup
1 kekambuhan pada
Rendah keluarga Tn.E.
4 Menonjolnya masalah Skala: Keluarga Tn.E memiliki
Segera 2 1 pola makan yang
Tidak perlu 1 2/2 x 1 = 1 menyebabkan masalah ini
harus segera di tangani
Tidak dirasakan 0
agar tidak terjadi
kekambuhan.
2
b. Resiko terjadinya kekambuhan pada An.An, Tn.E,
dan Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan
4,6
keluarga mengenal masalah
3
Potensial meningkatkan manajemen kesehatan
4,1
c. Perencanaan
Diagnosis keperawatan NOC NIC
Data Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
DS : Ketidakefektipan Tujuan Umum : Keluarga mampu mengenal
Setelah dilakukan 5 kali masalah:
manajemen kunjungan, masalah dapat
- An.An menderita teratasi. a. Bina hubungan saling
kesehatan percaya
dermatitis atopic yang
keluarga Tn.E Tujuan Khusus: b. Berikan informasi tentang
sampai sekarang masih Keluarga mampu mengenal
khususnya An.An pengertian, penyebab,
terdapat ruam merah dan masalah penyakit dermatitis tanda gejala, komplikasi
berhubungan atopic
gatal. serta penanganannya
dengan a. Keluarga mampu c. Tanyakan kembali kepaada
- Ny.N mengatakan An.An menyebutkan pengertian
ketidakmampuan keluarga tentang
sering menggaruk area dermatitis atopic.
pengertian dermatitis atopic
keluarga dalam b. Keluarga mampu
ruam, kadang sampai d. Beri penjelasan tentang
merawat An.An menyebutkan penyebab,
keuntungan mengenal
berdarah. tanda gejala, komplikasi
dengan dermatitis masalah
- Ny.N mengatakan sudah dan penanganannya
e. Beri pujian atas usaha yang
atopic.
kerap ke dokter kulit, dilakukan keluarga
namun hanya hilang
sebentar, lalu timbul lagi.
- Ny.N mengatakan kalau
malam An.An merasa gatal
dan rewel.
DO :
- TTV
RR : 18X / menit
N : 75X / menit
S : 36 C
DO:
TTV Tn.E:
TD : 110/90 mmHg
RR:21X /menit
N: 88X / menit
S : 36, 9 oC
TTV Ny.N :
TD : 104/80 mmHg
RR: 20X/menit
N: 85X / menit
S : 36,5 oC
DO :
SEMARANG
ABSTRACT
Asma merupakan inflamasi kronik pada jalan nafas. Tehnik pernafasan yang dikembangkan untuk mengontrol asma adalah
tehnik pernafasan Buyteko.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiefektivitas teknik pernafasan Buteyko terhadap
pengontrolan asma. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian pre eksperimen. Jumlah responden
sebanyak 34 dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis penelitian ini dengan uji independent sample T-
test.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik pernafasan buyteko Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini, adalah
pengontrolan asma. Instrumen pada penelitian ini adalah Asthma Control Test dan Spirometri
hasil uji paired sample T-Test dengan hasil rata –rata (mean) pengontrolan asma meningkat yaitu 20,35 menjadi 21,29 serta
nilai signifkansinya ( p value < 0,05) adalah 0,00.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan kontrol asma sebelum dan sesudah dilakukan teknik pernafasan
buteyko.
ABSTRACT
Asthma is a chronic inflammation of the airway.Buteyko breathing is developed breathing techniques to control asthma. This
study aimed to explore effectivity of Buteyko breathing techniques to control asthma. Quantitative research study pre-
experimental design was use in this study. The number of respondents as many as 34 were selected using purposive sampling
technique. This research analyzedwith independent sample T-test.
The independent variable in this study is buteyko breathing technique The dependent variable in this study is control of asthma.
Instruments in this study is the Asthma Control Test and Spirometry
Results: A total of 34 respondents had completed the study. Results of analysis usingthe results of paired samples T-test with
results mean average increased asthma control are 21.29 and 20.35 with p value <0.05.
The conclusion of this study is that there are differences in asthma control before and after the Buteyko breathing technique.
Corresponding Author :
Erna Melastuti1, Lailya Husna2, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung, Jalan Raya Kaligawe
Km 4, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, Kode pos 50112 ;e-mail: mela_205@yahoo.com
ISSN 2476-
8987
PENDAHULUAN
Asma merupakan inflamasi kronik pada jalan nafas yang disebabkan oleh hiperresponsivitas
jalan nafas, edema mukosa dan produksi mucus berlebih. Inflamasi ini biasanya kambuh
dengan tanda pada episode asthma seperti batuk, dada sesak, wheezing dan dyspnea(Smeltzer,
Suzanne C. O’Connell., Bare, 2008). Penyakit ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah
udara yang dapat diinduksi oleh kontraksi otot polos, penebalan pada dinding jalan nafas serta
terdapatnya sekresi
ISSN 2476-
8987
berlebih dalam jalan nafas yang merupakan hasil dari respon berlebih pada alergen.( Jeffrey
M.C, 2012).
Alergi merupakan faktor predisposisi terkuat terhadap angka kejadian asma, paparan yang
lama pada iritan jalan nafas atau alergen juga meningkatkan resiko berkembangnya asma.
Sedangkan faktor pencetus terhadap gejala asma dan eksaserbasi pada pasien asma meliputi
iritan jalan nafas, latihan, stress atau kesedihan yang mendalam, sinusitis dengan postnasal
drip, terapi pengobatan, infeksi traktus respiratorius yang disebabkan oleh virus dan
gastroesophageal reflux(Smeltzer, Suzanne C. O’Connell., Bare, 2008)
Data National Health Interview Survey (NHIS) tahun 2011 menunjukkan sebanyak 39,5 juta
warga Amerika yang terdiagnosa asma. Di Indonesia, berdasarkan data RISKEDAS tahun
2013, didapatkan hasil bahwa angka kejadian asma di Sulawesi Tengah 7,8%, Nusa Tenggara
Timur 7,3 %, Daerah Istimewa Yogyakarta 6,7 % dan Sulawesi Selatan 6,7 % dimana angka
kejadian asma lebih sering terjadi pada wanita dengan presentase 4,6 %, 2% lebih tinggi
dibandingkan laki laki.
Angka morbiditas yang diakibatkan oleh asma semakin meningkat setiap tahunnya, sehinggga
tujuan dari pengobatan asma yakni mengontrol asma yang ditunjukkan oleh fungsi pulmonar
yang kembali normal maupun mendekati normal, mempertahankan level aktivitas normal, dan
meminimalkan kebutuhan beta2 agonist inhalers yang berfungsi sebagai quick relief dari
gejala asthma yang diberikan 2 kali seminggu dipantau secara adekuat (Asthma, 2014). Tanda
dan gejala asma yang biasa sering muncul adalah mengi, peningkatan frekuensi pernafasan,
hyperventilation, hyperinflasi, fluktuasi kadar CO2.
Hyperventilation yang diikuti dengan kecemasan merupakan gejala yang sering ditemukan
pada penderita asma, sehingga mengakibatkan bronkokonstriksi jalan nafas (Holloway,
Elizabeth A. Wes, 2007). Hyperventilation merupakan suatu kondisi dimana CO2 dalam darah
dan alveoli berkurang sehingga kompensasi jalan nafas mengalami konstriksi bertujuan untuk
menghindari kehilangan CO secara berlebih (Bruton, 2005). Selain itu penebalan dinding
jalan nafas karena remodelling jalan nafas meningkat dengan tajam dan berkontribusi
terhadap obstruksi aliran udara (Wiley, 2012). Pernafasan yang seperti ini berkontribusi dalam
kerentanan dan kelemahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit dan berhubungan erat
dengan cara bernafas yang efektif dan benar (Zara, 2012).
Pengobatan untuk asma dibedakan atas dua macam yaitu pengobatan secara farmakologis dan
non farmakologis. Terdapat dua golongan medikasi secara farmakologis yakni pengobatan
jangka panjang dan pengobatan cepat atau quick reliefsebagai pereda gejala yang
dikombinasikan sesuai kebutuhan (Smeltzer, Suzanne C. O’Connell., Bare, 2008).
Bentuk pengobatan nonfarmakologis adalah pengobatan komplementer yang meliputi
breathing technique (teknik pernafasan), acupunture, exercise theraphy, psychological
therapies, manual therapies(Council, 2006).
Dewasa ini, teknik pernafasan yang dikembangkan berupa olah raga aerobik, senam, taichi,
waitankung, yoga, mahatma, buteyko dan papworth. Teknik pernafasan ini ditujukan tidak
hanya untuk mereka para penderita asthma, namun juga penderita penyakit paru lainnya
(Adryan, 2012).
ISSN 2476-
8987
Sepanjang data april 2012 data dari RCTs menyebutkan bahwa pernafasan buteyko dapat
memperbaiki gejala asma (Asthma, 2014)
Berdasarkan bukti penelitian yang dilakukan oleh Cooper tahun 2003 menunjukkan hasil
bahwa teknik pernafasan Buteyko terbukti mampu mengurangi gejala asma namun tidak dapat
mengubah fungsi pulmonar pada pasien. Sehingga prinsip dalam pengontrolan asma dimana
derajat gejala dan keterbatasan fungsi dapat diminimalisasi akan mempengaruhi pengobatan
yang didasarkan pada derajat pengontrolan asma.
METODE PENELITIAN
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik pernafasan buteyko dan dalam penelitian
ini, variabel terikatnya adalah pengontrolan asma. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang menggunakan desain penelitian pre experimen dengan menggunakan
kelompok yang mendapat perlakuan (Riyanto, 2011).
Populasi pada penelitian ini adalah pasien asma yang melakukan pemeriksaan di BKPM
Semarang. Jumlah pasien yang melakukan pemeriksaan di BKPM Semarang adalah sebanyak
165, terhitung dari bulan Agustus – Oktober 2014. Teknik pengambilan sampel penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling.Sampel dalam penelitian ini adalah anggota dari
populasi yang memiliki kriteria inklusi dan eksklusi diantaranya pasien yang menderita asma
dan menjalani pemeriksaan di BKPM Semarang, pasien asma dengan kriteria asma persisten
ringan dan sedang, dan bersedia menjadi responden. sedangkan untuk kriteria eksklusinya
yakni pasien asma dengan komplikasi berkelanjutan, pasien dengan penyakit paru lain seperti
tuberkulosis, emfisema, kanker paru, serta tidak bersedia menjadi responden.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November - Desember 2014 di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Semarang. Adapun definisi operasional variabel bebasnya adalah Teknik
pernafasan yang digunakan untuk mengontrol pernafasan serta latihan menahan pernafasan
yang bertujuan untuk mengurangi keadaan hyperventilasi dan hypocapnue dan memperbaiki
pernafasan diafragma. Sedangkan definisi operasional untuk variabel terikatnya adalah
Merupakan hasil pernyataan klien terhadap pengontrolan gejala dengan menggunakan
quesioner Asthma Control test.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Asthma control test
(ACT) yang merupakan kuesioner yang terdiri dari 5 aspek yang digunakan untuk mengkaji
gejala asma (pagi dan malam), kegunaan pengobatan penolong dan dampak asma pada
kehidupan sehari hari. Uji validitas dan reliabilitas menurut Masbimoro, 2009 asthma control
test ini valid ( r hitung 0, 45 ) dan reliabel ( alpha cronchbach 0,83>0,6). Instrumen lainnya
adalah Spirometri adalah salah satu alat yang
ISSN 2476-
8987
digunakan untuk tes fungsi paru, yakni mengukur banyaknya udara yang diekspirasikan dari
satu kali inspirasi yang dalam (Plottel, 2011).
A. Analisa Univariat
1. Umur Responden
Tabel 4.1 Distribusi responden dengan asma berdasarkan umur di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Semarang, 2015 (N=34)
Umur Jumlah Prosentase (%)
26-45 9 26,5 %
46-65 22 64,7 %
> 66 3 8,8 %
Total 34 100
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa karakteristik usia responden di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Semarang yang berumur 26-45 tahun terdapat 9 responden
(26,5%), 46-65
tahun terdapat 22 responden (64,7%) dan > 66 tahun terdapat 3 responden (8,8%).
2. Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Distribusi Responden Dengan Asma Berdasarkan Jenis Kelamin Di Balai Kesehatan
Paru Masyarakat Semarang, 2015 ( N=34)
Jenis kelamin Jumlah Prosentase (%)
Laki-laki 14 41,2 %
Perempuan 20 58,8%
Total 34 100
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil karakteristik jenis kelamin responden di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Semarang adalah 14 responden berjenis kelamin laki-laki
(41,2%) dan 20 responden berjenis kelamin perempuan (58,8%).
3. Pendidikan Resonden
Tabel 4.3 Distribusi Responden Dengan Asma Berdasarkan Pendidikan di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Semarang, 2015 (N=34)
Pendidikann Jumlah Prosentase (%)
SD 2 5,9
SMP 11 32,4
SMA 10 58,8
PT 1 2,9
Total 34 100
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa karakteristik pendidikan responden di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Semarang adalah SD sebanyak 2 responden (5,9%), SMP 11
responden (32,4%), SMA 20 responden (2,9%) dan perguruan tinggi 1 responden (2,9%).
4. Pekerjaan Responden
ISSN 2476-
8987
Tabel 4.4 Distribusi Responden Dengan Asma Berdasarkan Pekerjaan Di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Semarang, 2015 (N=34)
Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)
Swasta 9 26,5
Ibu Rumah Tangga 10 29,4
Lain-lain 15 44,1
Total 34 100
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa karakteristik pekerjaan responden di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Semarang yang bekerja sebagai wiraswasta ada 9 responden
(26,5%), sebagai ibu rumah tangga 10 responden (29,4%) dan yang bekerja selain sebagai
wiraswasta maupun ibu rumah tangga sebanyak 15 responden (44,1%).
6. Tabel 4.9 Distribusi Responden Dengan Asma Berdasarkan Pengontrolan Asma Sesudah
Diberikan Teknik Pernafasan Buteyko Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang, 2015
(N=34)
Kontrol Jumlah Prosentase (%)
Tidak terkontrol 2 11,8
Terkontrol sebagian 15 88,2
Terkontrol total 0 0
Total 17 100
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan hasil bahwa sesudah dilakukan teknik
pernafasanButeyko jumlah responden asma tidak terkontrol sebanyak 11,8% (2
responden) dan terkontrol sebagian sebanyak 88,2% (15 responden).
B. Analisa Bivariat
1. Perbedaan efektivitas teknik pernafasan Buteyko terhadap pengontrolan asma
Tabel 4.11 Perbedaan Efektivitas Pengontrolan Asma Sebelum dan Sesudah Diberikan
Teknik Pernafasan Buteyko Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang, 2015 (N=34)
Variabel Mean SD P value
Pengontrolan asma sebelum 20,35 2,57 0,000
ISSN 2476-
8987
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kontrol
asma sebelum dan sesudah dilakukan teknik pernafasan Buteyko.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian setelah dilakukan tehnik pernafasan Buteyko mnunjukan nilai signifikansi (p
value < 0,05) untuk pengukuran dengan menggunakan asthma control test adalah 0,000.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kontrol asma
sebelum dan sesudah dilakukan tehnik pernafasan Buteyko.
Hasil penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Agustiningsih,
Denny. Kafi, Abdul. Djunaidi, 2007) yang menyatakan bahwa tehnik pernafasan Buteyko
dipercaya dapat menurunkan angka serangan, penggunaan obat bronkodilator dan
pengguanaan steroid menadi minimal. Menurut Thomas (2014) hasil penelitiannya
menerangkan bahwa setelah dilakukan intervensi dengan menggunakan tehnik pernafasan
Buteyko terdapat perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Huyton (2006) menyatakan bahwa dengan diberikan tehnik pernafasan Buteyko pada pasien
dengan asma menghasilkan perbedaan yang signifikan pada pengontrolan asma. Hal ini
didasarkan pada teori yang menenrangkan bahwa hiperventilasi bertanggung awab terhadap
peningkatan bronkospasme yang merupakan akibat dari upaya tubuh menahan
karbondioksida, dengan menggunakan tehnik pernafasan Buteyko yang prinsip dasarnya
adalah nasal breathing (pernafasan hidung), efek turbulensi disaluran nafas yang diakibatkan
oleh penyempitan jalan nafas akan berkurang sehingga ventilasi-perfusi didalam paru akan
meningkat serta kondisi yang mengakibatkan tubuh harus menyimpan karbondioksida
berlebih didalam tubuh dapat berkurang.
KESIMPULAN
1. Karakteristik umur responden di balai Kesehatan :Paru Masyarakat Semarang dari 34 responden
sebagian besar berada pada rentang usia 45-65 tahun sebanyak 22 responden (64,7%),
sedangkan dari segi jenis kelamin, sebagian besar jenis kelamin responden adalah perempuan
(58,8%), dari sedi pendidikan sebagian besar responden pendidikan SMA yaitu sebanyak 20
responden (58,8%) dan berdasarkan jenis pekerjaan responden pekerjaan paling banyak adalah
pekerjaan lain yaitu 15 responden (44,1%)
2. Rata-rata pengontrolan asma sebelum dilakukan tehnik pernafasan Buteyko adalah 20,35
kemudian menjadi 21,29 setelah dilakukan tehnik pernafasan Buteyko.
SARAN
ISSN 2476-
A. Saran 8987
1. Bagi profesi keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan sebagai intervensi mandiri keperawatan dalam memberikan edukasi kepada
pasien asma yang kurang terkontrol. Sehingga resiko komplikasi dapat dicegah yang pada akhirnya angka mobiditas maupun mortalitas
dapat berkuramg
2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan dalam pengembangan penelitian tentang teknik pernafasan buteyko terhadap
pengontrolan asma. Sehingga pengembangan teknik pernafasan tersebut dapat digunakan sebagai bahan ajar terapi non farmakologi
terhadap pengontrolan asma
3. Bagi masyarakat
Masyarakat yang telah mengetahui fungsi dari teknik pernafasan tersebut diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga tingkat pengontrolan pada pasien asma semakin baik. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi
pasien dan keluarga agar mengguakan teknik pernafasan buteyko untuk mengontrol asma.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiningsih, Denny. Kafi, Abdul. Djunaidi, A. (2007). Pernapasan dengan metode buteyko meningkatkan nilai force expiratory volume in
1 second (%fev1) penderita asma dewasa derajat persisten sedang. Berita Kedokteran Masyarakat.
Asthma, G. initiative for. (2014). Pocket guide for asthma management and prevention( for adults and children older than 5 years). Retrieved
from http://www.ginasthma.org/
Council, N. A. (2006). Asthma management handbook 2006. Melbourne: National Asthma Council LTD.
Holloway, Elizabeth A. Wes, R. J. (2007). Integrated breathing and relaxation training (the Papworth method) for adults with asthma in
primary care: a randomised controlled trial. Thorax, 62(10), 1039–1042.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi metodologi penelitian kesehatan. Yogjakarta: Nuha Medika.
Smeltzer, Suzanne C. O’Connell., Bare, B. G. (2008). Brunner and Suddarth’s textbook of medical- surgical nursing 10th edition. Philadelphia:
Lipincott Williams & Wilkins.
Zara, A. (2012). Pengaruh teknik pernafasan buteyko terhadap penurunan gejala asma di wilayah kerja Puskesmas Pasar Baru kecamatan Bayang
Painan Pesisir Selatan. Universitas Andalas.
ISSN 2476-
8987
PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH PADA ORANG
DEWASA
(45-55 TAHUN) DI DUSUN IV NGRAME
TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
FINA DYAH PRAMESTI
201210201023
2016
ISSN 2476-
8987
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
FINA DYAH PRAMESTI
201210201023
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
ISSN 2476-
8987
2016
ISSN 2476-
8987
HALAMAN PENGESAHAN
rRAMESTI
Tanggal
ISSN 2476-
8987
INTISARI
Hasil: Hasil uji Independent t Test untuk mengetahui perbedaan rerata nilai kadar
kolesterol darah antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan
nilai p value 0,002 (p<0,05), artinya terdapat pengaruh pemberian jus tomat
untuk menurunkan kadar kolesterol darah.
Kesimpulan dan Saran: Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jus tomat
dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Untuk konsumen diharapkan jus
tomat dapat dikonsumsi sebagai salah satu alternatif pengobatan kadar
kolesterol yang tinggi.
¹ Judul Skripsi.
METODE PENELITIAN
Metode pendekatan yang
digunakan adalah quasy experiment design
yaitu penelitian yang tidak mempunyai
pembatasan yang ketat terhadap
randomisasi. Disebut eksperimen semu
karena belum atau tidak memiliki ciri-ciri
rancangan eksperimen sebenarnya, karena
variabel yang seharusnya dikontrol atau
dimanipulasi tidak atau sulit dilakukan.
Adapun rancangan pada penelitian ini
berbentuk non equivalent control group
design yaitu desain yang penelitianya
menggunakan kelompok pembanding
(kontrol) (Notoatmodjo, 2012). Adapun
dalam penelitian ini mengambil data kadar
kolesterol dalam menyusun skripsi dengan
intervensi pemberian jus tomat pada
responden usia 45-
55 tahun di Dusun IV Ngrame Tamantirto
Kasihan Bantul Yogyakarta.
Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015).
Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah orang dewasa penuh yang
memililiki kadar kolesterol lebih dari 200
mg/dL yaitu sebanyak 20 orang. Besar
sampel yang digunakan pada penelitian ini
yaitu 20 responden yang didistribusikan
kedalam 2 kelompok yaitu 10 orang
kelompok eksperimen (perlakuan) dan 10
orang menjadi kelompok kontrol.
Pemisahan kedua kelompok secara acak
(Sugiyono, 2015).
Alat pengumpulan data adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun social yang
diamati (Sugiono, 2015). Alat
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat pengukur kadar
ISSN 2476-
8987
Posttest
Setelah data terkumpul, data KKD 224,90
dapat diolah secarah manual maupun Keterangan:
komputerisasi. Adapun langkah-langkah KKD : Kadar Kolesterol Darah
pengolahan data, meliputi penyuntingan
(editting), pengkodean (coding), entri
(entry), penyusunan data (tabulating).
HASIL PENELITIAN
Hasil Uji Normalitas Data Kadar
Kolesterol Responden
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data
Hasil Pengukuran Kadar
Kolesterol Darah pre test dan
post test pada Kelompok
Eksperimen Dan
Kelompok Kontrol.
Variabel Signifikan Keterangan
Pretest KKD Normal
0,808
eksperimen
Posttes KKD Normal
0,634
eksperimen
Pretest KKD Normal
0,666
kontrol
Posttest KKD Normal
kontrol 0,922
Keterangan:
KKD : Kadar Kolesterol Darah
Berdasarkan tabel 1 didapatkan
bahwa hasil uji normalitas data yaitu
data yang terdistribusi normal dimana
nilai p > 0,05 yaitu pada kelompok
eksperimen data pre test dan post test
kadar kolesterol darah sebesar 0,808
dan 0,634 sedangkan pada kelompok
kontrol didapatkan data terdistribusi
normal dimana nilai p > 0,05 yaitu data
pre test dan post test kadar kolesterol
darah sebesar 0,666 dan 0,922.
Berdasarkan hasil uji normalitas
data diatas maka untuk analisis data
variabel dalam penelitian ini akan
dianalisis menggunakan statistik
parametrik dikarenakan semua data
terdistribusi normal.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di wilayah Dusun IV Ngrame
Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta
yaitu RT 02 Ngrame selama 14 hari
diketahui bahwa responden yang
memiliki kadar kolesterol > 200 mg/dL
banyak dialami pada usia 45-55 tahun
yaitu sebanyak 13 orang (65%). Menurut
Info Datin Kemenkes (2013) pada usia
tersebut mulai terjadi proses penuaan dan
metabolisme menjadi lambat, sehingga
dapat meningkatkan resiko penyakit
jantung koroner.
Menurut Setianto (2007) pada usia
45-
55 tahun akan terjadi proses penuaan
pembuluh darah. Faktor usia
mempengaruhi kemunduran fungsi tubuh
termasuk kekakuan pembuluh darah
(mengkerut dan menua). Bertambahnya
usia juga mempengaruhi penurunan
fungsi hormone estrogen dan testosterone
dalam mendistribusikan lemak, sehingga
ISSN 2476-
8987
jantung dan penyakit jantung mengolah informasi yang diperoleh menjadi
koroner (Handajani et all, 2010). suatu perlakuan yang dapat mempengaruhi
Dilihat dari jenis kelamin sebagian kesehatan seseorang. Tingkat pendidikan
besar adalah berjenis kelamin perempuan seseorang dapat mempengaruhi kemampuan
yaitu sebanyak 12 orang (60%). mendengar, menyerap informasi,
Berdasarkan penelitian dari menyelesaikan masalah, perilaku dan gaya
Handajani (2010) menyebutkan bahwa hidup. Latar belakang pendidikan akan
pada usia ini perempuan biasanya sedang
mencapai puncak karir, dan justru pada
masa tersebut mereka akan
mengalami menopause (usia
45–55 tahun). Kondisi
menopouse dapat menurunkan
produksi hormon wanita (estrogen
dan progesteron). Dengan penurunannya,
maka distribusi lemak tubuh mulai
terganggu. Penimbunan lemak yang tidak
terdistribusi dengan baik akan
memengaruhi metabolisme tubuh. Bila
proses ini diikuti dengan pola makan, gaya
hidup, dan aktivitas tidak sehat secara
berkepanjangan, maka setelah usia 60
tahun individu akan rentan terhadap
serangan penyakit degeneratif.
Kondisi perekonomian yang sulit
seperti saat ini, memungkinkan perempuan
bekerja untuk menambah nafkah keluarga.
Kondisi di luar rumah memudahkan
mereka terpapar terhadap pola hidup tidak
sehat. Kompleksnya permasalahan seperti
kurangnya lapangan pekerjaan,
penghasilan keluarga tidak cukup,
pendidikan anak yang semakin mahal,
perkawinan tidak harmonis, juga sering
bermanifestasi pada timbulnya gangguan
emosi dan stres psiko-sosial yang sering
mengawali terjadinya penyakit degeneratif.
Bila kondisi ini berlarut-larut tanpa
penanganan yang cepat, maka kematian
akibat komplikasi penyakit degeneratif
dapat terjadi lebih dini. Dalam penelitian
Sandiyani (2012) pasien meninggal
mendadak akibat serangan jantung yang
disebabkan oleh kadar kolesterol yang
tinggi sebesar 80%, dan sebesar 50%-nya
tidak menampakan gejala sebelumnya.
Wanita menjadi kelompok paling banyak
menderita masalah ini, yakni 14,5% atau
hampir dua kali lipat kelompok laki-laki.
Dilihat dari pendidikan sebagian
besar responden berpendidikan SD
(Sekolah Dasar) yaitu 9 orang (45%).
Menurut Syafiq (2013) dalam Rahmawati
(2016), bahwa tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi kemampuan menerima dan
ISSN 2476-
8987
mempengaruhi pola pikir seseorang selama 14 hari didapatkan nilai rerata
tentang kesehatan guna menjaga penurunan kadar kolesterol darah sebesar
kesehatannya. Sebuah penelitian yang 38,6 mg/dL. Dapat diartikan secara klinis
dilakukan Yenni (2011) dalam jus tomat berpengaruh untuk menurunkan
Rachmawati (2016) menunjukkan bahwa kadar kolesterol darah.
orang yang mempunyai pendidikan Berdasarkan hasil analisis tersebut,
rendah lebih berisiko stroke 6,2 kali dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
dibanding orang yang berpendidikan pemberian jus tomat terhadap kadar
tinggi. kolesterol
Dilihat dari jenis pekerjaan
sebagian besar responden menjadi ibu
rumah tangga yaitu 8 orang (40%).
Kondisi perekonomian yang sulit seperti
saat ini, memungkinkan perempuan
bekerja untuk menambah nafkah
keluarga. Kondisi di luar rumah
memudahkan mereka terpapar terhadap
pola hidup tidak sehat yang dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam
darah. Kompleksnya permasalahan
seperti kurangnya lapangan pekerjaan,
penghasilan keluarga tidak cukup,
pendidikan anak yang semakin mahal,
perkawinan tidak harmonis, juga sering
bermanifestasi pada timbulnya gangguan
emosi dan stres psiko-sosial yang sering
mengawali terjadinya penyakit
degeneratif. Bila kondisi ini berlarut-larut
tanpa penanganan yang cepat, maka
kematian akibat komplikasi penyakit
degeneratif dapat terjadi lebih dini. Hal
ini sesuai dengan pendapat Nurrahmani
(2012) yang menyatakan orang yang
beresiko memiliki kadar kolesterol tinggi
adalah mereka yang menerapkan pola
makan yang mengandung kadar lemak
jenuh yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, I. Prasetiyo. 2015. Pengaruh
Pemberian Jus Tomat Terhadap Kadar
ISSN 2476-
8987
ents/4216.docx diakses pada Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
tanggal 22 September 2015 Kesehatan, ed.revisi. Jakarta: Rineka
DOI:10.1371/Journal.pgen.0020072
Found , Erdman-jr, 2011. Nutritional aspect
of
„Aisyiyah Yogyakarta
Sugiyono. 2015. Statistik Nonparametris
Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta