Anda di halaman 1dari 81

P|ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.

E DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn.E Pendidikan : S2
Umur : 44 Tahun Pekerjaan : PNS
Agama : Islam Alamat : Jl. Tuah Karya
Suku : Melayu

b. Komposisi Keluarga :

No Nama L/P Umur Hubungan keluarga Pekerjaan Pendidikan


1. Ny.N P 38 Istri PNS S1
2. An.R L 8 Anak Belum Bekerja SD
3. An.A L 7 Anak Belum Bekerja SD
4. An.A P 5 Anak Belum Bekerja Belum Sekolah
6. An. D L 4 Anak Belum Bekerja Belum Sekolah

c. Genogram : genogram 3 generasi


Keterangan :

= laki-laki = laki-laki meninggal = anggota keluarga yang sakit

= perempuan = perempuan meninggal = anggota yang tinggal serumah

d. Tipe keluarga
Keluarga Tn. E memiliki tipe keluarga inti, karena keluarga Tn.E terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah.
Tidak ada masalah dalam keluarga Tn.E.

e. Suku bangsa
Keluarga Tn.E dan Ny.N berasal dari suku Melayu. Dalam kesehatan, keluarga Tn.E menggunakan beberapa kebiasaan yang
digunakan suku Melayu, terutama saat persalinan. Dalam suku Melayu, wanita yang telah bersalin harus menggunakan kain panjang,
jempol kaki tidak boleh tersenggol, dan berpantang dalam makan, tidak boleh makan-makanan yang pedas, karena menurut
kepercayaan Melayu dapat mempengaruhi pencernaan bayi. Ny.N menjelaskan bahwa, kalau untuk sakit yang lain, seperti demam dan
lainnya, keluarga Tn.E selalu berobat ke dokter, tidak pernah menggunakan obat tradisional Melayu.
f. Agama dan kepercayaan
Angggota Keluarga Tn.E dan Ny.N beragama Islam, beliau selalu mengajarkan anak-anak untuk dekat dengan Allah, beliau
selalu mengajarkan anak-anak nya untuk shalat tepat waktu. Selama menerapkan kebiasaan agama dirumah, awalnya Tn.E dan Ny.N
merasa kesulitan untuk menemukan cara yang efektif, karena anak-anak kadang masih sulit untuk disipilin, dan sadar akan
kewajibannya. Sehingga, Tn.E dan Ny.N membuatkan sebuah pojok ingat, yang berisikan jadwal shalat harian ke-4 anaknya. Tn.E
mengatakan setelah diterapkan hal yang demikian, ada perubahan yang dirasakan, kalua sekarang anak-anak beliau menjadi sadar akan
waktu shalat, ketika diingatkan langsung bergegas mengambil wudhu. Tn.E memberikan jadwal mengaji setelah maghrib untuk anak-
anaknya.
g. Status sosial ekonomi keluarga
Tn.E adalah seorang ASN di Dinas Perdagangan Kota Pekanbaru, dan istri beliau, Ny.N madalah seorang perawat di RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau, dengan penghasilan Tn.E dan Ny.N ±5.000.000. Tn.E menjelaskan bahwa jika ada anggota keluarga
yang sakit, ekonomi keluarga masih sanggup untuk membawa anggota keluarga ke rumah sakit, Tn.E dan Ny.N masing-masing
memiliki BPJS, yang juga digunakan saat beliau, atau anak nya sakit. Jika ada keuarga yang sakit kurang lebih 3 hari namun tidak ada
perubahan, maka beliau kana segera membawa untuk cek labor, agar dapat diketahui dengan segera, dan tindakan apa yang harus di
lakukan.
h. Aktivitas rekreasi keluarga
Tn. E mengatakan bahwa, di keluarganya jika dalam kondisi normal biasanya akan pergi ke suatu tempat di hari sabtu atau
minggu, unutk melepaskan lelah dan berkumpul Bersama istri dan anak. Tn.E menjelaskan bahwa, rekreasi di keluarganya sangat
dibutuhkan, karena di hari biasa kedua orang tua dan anak sibuk untuk bekerja dan sekolah, selain itu rekreasi bagi keluarga Tn.E juga
dapat menhilangkan stress anak karena tugas sekolah. Sebenarnya jadwal rekreasi bagi keluarga Tn.E fleksibel, namun tetap di
prioritaskan di hari sabtu atau minggu.
Keluarga biasanya melakukan rekreasi dengan pergi ke pusat perbelanjaan seperti mall atau pasar bawah, ke wahana bermain
anak, berenang, ke rumah orang Tn.E di Bangkinang, ke kebun jeruk, atau sekedar bermain laying-layang di sekitar rumah. Tn.E
mengatakan tidak ada masalah dalam rekreasi yang dilakukan keluarganya, semuanya dinikmati dengan baik.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tn.E saat ini berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah, karena Tn.E memiliki 4 orang anak, anak
yang pertama yaitu An.R berumur 8 tahun, saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 2, An.A berumur 7 tahun juga sedang
bersekolah di sekolah dasar kelas 1. Anak ke-3 dan ke-4 Tn.E belum bersekolah. Untuk menentukan tahap perkembangan keluarga
berpatokan pada usia anakk pertama, di kleuarga Tn.E, anak pertama mereka berusia 8 tahun, dimana usia ini masuk ke dalam kategori
anak usia sekolah (6-12 tahun). Berikut adalah tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah ;
1. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat belajar.
Tugas keluarga ini sudah terpenuhi, Tn.E dan Ny.E mengatakan bahwa, setiap hari saat selesai melakukan kegiatan harian seperti
bekerja,dan sekolah. Orang tua selalu menanyakan mengenai kegiatan anak-anak beliau hari ni, apa saja kendalanya, dan selalu di
selipkan dengan wejangan dan nasihat oleh Tn.E dan Ny.N. Tn.E dan Ny.N selalu memantau kegiatan belajar dan social anak
melalui guru kelas.Selain itu, Tn.E kerap membawa anak-anak beliau untuk bermain di luar rumah dengan anak tetangga, dan
pergi kekedai dekat rumah sembari memeprkenallkan anak dengan lingkungan rumahnya, juga mengajarkan anak menyapa
tetangga. Ny.N mengatakan, jika ada acara dirumah, keluarga Tn.E selalu berbagi dengan tetangga, mereka sellau membawa anak
untuk berbagi.
2. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan.
Tn.E mengatakan, sejauh ini hubungannya dengan istri selalu berjalan dengn baik dan harmonis, meskipun ada pertengkaran, tapi
selalu ada solusi dalam menyelesaikannya. Tn.E dan Ny.N mengatakan bahwa, sejauh 9 tahun menikah, beliau berdua selalu
menerapkan pillow talk sebelum tidur, mereka menganggap bahwa hal ini sangat efektif untuk introspeksi diri, dan mengeluarkan
hal hal yang tak disukai dari satu sama lain, beliau juga mengatakan bahwa, dari sinilah sering membahas mengenai
perkembangan anak.
3. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
Tn.E dan Ny.N mengikutsertakan 2 anak beliau yang sudah sekolah untuk mengikuti les, dan Tn.E juga kerap membelikan anak
pertamanya peralatan untuk melukis, karena An.R sangat senang dan bagus dalam menggambar.
4. Menyediakan aktifitas untuk anak.
Tugas ini sudah terpenuhi, Tn.E menyediakan aktifitas untuk anak beliau, seprti jadwal sekolah, les, bermain, termasuk bermain
gadget, jadwal shalat dan mengaji setiap harinya.
5. Menyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.
Tn.E menjelaskan bahwa, aktifitas komunitas di lingkungan RT ini terbatas, kalua unutk gotong royong yang diadakan per-tiga
bulan sekali anak beliau tidak diikutsertakan. Namun, kalau untuk aktifitas yang berskala komunitas seperti perayaan hari
kemerdekaan, ke-4 anak beliau selalu diikut sertakan.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga tidak ada yang belum terpenuhi. Sesui dengan penjelasan pada tugas perkembangan keluarga di
atas.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
1. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Tn.H jarang mengeluh tentang keadaan kesehatannya, hanya saja jika makan yang terlalu banyak santan atau minyak, dan
mengandung kolesterol tinggi, tengkuk mulai berat dan kepala terasa pusing. Beliau mengatakan,tidak selera kalau makanan yang tidak
bersantan atau mengandung minyak, dan seafood karena dirumah belaiu kerap makan makanan laut seperti udang, cumi, dan kepiting.
Meskipun beliau tau kalau itu mengandung kolesterol, namun beliau tetap mengkonsumsinya.
Ny.N sering mengeluh pusing, beliau memiliki Riwayat sinusitis akut. Ny.N sering mengeluh hidung tersumbat, mampet, dan batuk
jika minum es. Ny.N mengatakan ia sering mengeluh kakinya sakit tepatnya di bgaian sendi lutut, terlebih setelah makan kacang-
kacangan, diketahui bahwa orangtua datri Ny.N memiliki Riwayat asam urat. Jika merasa pusing, dan sinusitisnya kambuh, Ny.N selalu
menghubungi dokter terlebih dahulu sebelum membeli obat, biasanya beliau menghubungi dokter setleah 3 hari gejala tidak mereda, dan
selalu hilang timbul. Sebelum menghubungi dokter, biasanya Ny.N meminum air hangat, dan menghirup aromatrehapy untuk mengurangi
nyeri kepalanya.Ny.N mengatakan sangat sulit sekali untuk menjaga pantangan, ia masih kerap mengkonsumsi es dan es-krim.
Anak pertama Tn.E dan Ny.N yaitu An.R Riwayat tonsillitis, namun sudah dilakukan tindakan operasi pembuangan kedua tondilitis
nya 1 tahun yang lalu. Setelah operasi tersebut, An.R jarang sekali merasakan keluhan-keluhan tonsillitis. An.R sesekali demam dan batuk
pilek jika cuaca sedang tidak mendukung, atau kelelahan. Jika demam biasanya orangtua An.R memberikan paracetamol yang selalu
tersedia dirumah, dan kmpres dengan air hangat, serta selalu konsumsi air hangat. Tn.E dan NY.N membatasi An.R untuk mengkonsumsi
makanan dingin salah satunya eskrim, dan juga coklat, karen aitu merupakan anjuran dokter THT nya. Tn.E dan Ny.N selalu
membiasakan, jika anak-anaknya mengalami demam lebih dari 3 hari untuk cek laboratorium ke rumah sakit atau klinik khusus, untuk
pemeriksaan diagnostic, dan membawa anaknya ke dokter.
An.A adalah anak ke-2 dari Tn.E dan Ny.N. An. A tidak memiliki Riwayat atau penyakit bawaan yang serius. Jika cuaca tidak
mendukung atau factor kelelahan An.A biasanya mengeluhkan badannya terasa panas, dan sulit untuk menelan. Seprti yang dijelaskan di
atas, Tn.E dan Ny.N selalu memberikan obat penurun panas jika anak demam, serta jika demam lebih dari 3 hari maka akan di cek
darahnya.
An.An menderita asma, Ny.E mengatakan bahwa, An.A akan kambuh asma nya jika ia terlalu banyak mengkonsumsi makanan
dingin, dan coklat. Ny.N mengatakan bahwa, biasanya jika asma nya kambuh Ny.N dan keluarga langsung memberi obat yang telah
diresepkan dokter, dan memberikan nebulasi sesuai dengan anjuran dokter. An.An juga menderita dermatitis atopic, yang hingga sekarang
belum sembuh dan hilang, terdapat ruam kemerahan pada kedua lipatan tangan, kaki, dan paha. An.An sering menggaruk bagian kulit
yang kemerahan, dan kadang sampai berdarah. Ny.N mengatakan sudah kerap ke dokter kulit, namun hanya hilang sebentar, namun
setelah obat habis dermatitis timbul kembali. Ny.N sudah menggunakan beberapa jenis terapi herbal, namun tidak mengalami perubahan.
Ny.N mengatkan kalau malam An.An merasa gatal dan kadang rewel.
An.D adalah anak bungsu dari Tn.E dan Ny.N, beliau tidak menderita penyakit bawaan, hanya sesekali dia demam dan batuk pilek.
2. Riwayat penyakit keturunan
Orang tua laki-laki dari Tn.E memiliki Riwayat penyakit kanker hati, dan telah meninggal sekitar 8 tahun yang lalu akibat penyakit
tersebut.
3. Riwayat kesehatan masing-masing anggota kelurga

No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan


kesehatan (BCG/Polio/D kesehatan yang telah
PT/HB/Camp dilakukan
ak)
1. Tn.E 44 Tn.E akan Lengkap Kolesterol Tn.E
merasakan meminum air
pusing dan rebusan
tengkuk cengkeh dan
terasa berat serai untuk
jika terlalu meredakan
banyak gejala
mngkonsum kolesterol.
si makanan
yang
mengandun
g klesterol
tinggi.
2. Ny.Y 38 Ny.N Lengkap Sinusitis Jika gejala
. merasakan tidak lebih dari
psuign jika 3 hari biasanya
sinusnya Ny.N
kambuh. membiarkan
Sinusitis nya saja
yang beliau terlebih dahulu
derita akan , dan
kambuh jika menguhubungi
beliau dokter jika 3
terllau hari gejala
banyak tidak mereda.
mengkonsu
msi
makanan
dan
minuman
dingin.
Saat sinus
kambuh,
Ny.n sering
merasa
hidungnya
tersumbat
dan bau.
3. An.R 8 Saat ni Lengkap Riwayat An.R segera
An.R sehat, tonsillitis diberi obat
dan jarang ppenurun
sekali panas dan
tonsillitis dikompres jika
nya demam
kambuh,
An.R juga
jarang
demam dan
batuk pilek.

4. An.A 7 An.A saat Lengkap Tidak ada An.A segera


ni An.A diberi obat
sehat, An.R ppenurun
juga jarang panas dan
demam dan dikompres jika
batuk pilek demam

5. An.An 5 Selama 6 Lengkap Asma An.A akan


bulan diberikan obat
terakhir, bronkodilator
asma An.A sesau resep
tidak pernah dokter dan di
kambuh. nebulasi sesuai
An.A dengan abjuran
menderita dokter (bila
dermatitis asma kambuh)
atopic yang
sampai
sekarang
masih
terdapat
ruam merah
dan gatal
yang sering
di garuk,
kemerahan
terdapat di
tangan,
kaki, dan
paha.
6. An.D 4 An.D tidak Tidak ada An.D selalu
mengeluhka diberikan
n gejala vitamin oleh
apapun. Ny.N guna
Nyn mnginkatkan
mengatakan daya tahan
babhwa 6 tubuh An.D.
bulan
terakhir
An.D tidak
pernah
demam dan
batuk pilek.

4. Sumber pelayanan kesehatan yang di manfaatkan


Keluarga Tn.E dan Ny.N memiliki BPJS, dan selalu berobat ke rumah sakit umum atau rumah sakit ibu dan anak jika anak mereka
sakit. Keluarga memiliki dokter spesialis anak yang sudah dipercaya sejak anank pertama.
5. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Orang tua laki-laki dan perempuan Ny.N memiliki Riwayat asam urat, begitu juga dengan ibu dari Tn.E, selian itu mendiang ayah
Tn.E memiliki Riwayat kanker hati.
3. Pengkajian Keluarga
a. Karakteristik rumah
Tempat tinggal Tn.E memiliki luas 220,45 m, dan milik pribadi . Rumah Tn.E memiliki kamar/ ruangan sebanyak 8 ruangan,
Ventilasi/ penerangan cukup, dengan pemanfaatan ruangan : 1 ruang tamu, 6 kamar tidur, 1 R.serbaguna, 1 R keluarga, 1 dapur, 4
kamar mandi (2 didalam kamar pribadi, dan 2 di luar kamar). Rumah Tn.E memiliki 1 Septik tenk, jarak pembuangan (Septik tenk)
dengan sumber mata air ±5 m. Keluarga Tn.H menggunakan sumber air minum sendiri dari air galon. tersedia tempat sampah, untuk
limbah rumah tangga ada di depan rumah dnegan tong sampah yang tekah tersedia, sampah tersebut akan di angkat oleh petugas
kebersihan sebanyak 1 kali sehari. Lingkungan rumah Tn.E bersih, jarak ke pelayanan Kesehatan puskesmas kurang kebih 4 Km, dan
jarak ke kota agak jauh.seharo-ahri keluarga Tn.E menggunakan air bersih yang berasal dari sumur bor, air putih bersih dan tidak
berjentik-jentik.

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Keluarga Tn.E tinggal di daerah perumahan, tetangga yang ada di sekitar rumah jarang keluar dan bersosialisasi dengan warga
sekitar, hanya satu dua rumah saja yang aktif bersosialisasi termasuk keluarga Tn.E.Warga di sekitar sering mengadakan kerja bakti
membersihkan lingkungan setiap 3 bulan sekali. Apalagi jika sudah memasuki musim penghujan. Saat bulan Ramadhan, ketua RT
memiliki jadwal tersendiri, untuk membagikan makanan dan takjil gratis di masjid dekat rumah.
Secara demografi, tingkat pendidikan di lingkungan tempat tinggal Ny.N dan Tn.E ialah lulusan strata 1, ada juga yang strata 2,
dan SMA. Mayoritas masyarakat sekitar, masuk dalam kategori dewasa muda, dan satu orang lansia. Pekerjaan tetangga juga beragam,
mulai dari wirausaha, wiraswasta, guru, dan PNS. Lingkungan sekitar di dominasi oleh kaum perempuan. Suku masyarakat di sekitar
rumah Tn.E dan Ny.N beragam ,mulai dari suku Melayu, Minang, Jawa, dan Batak.
c. Mobilitas geografi keluarga
Keluarga Tn.E sudah menempati rumah itu sejak Desember 2013 sampai sekarang. Tn.E lahir dan besar di Bangkinang, dan
berdomisili di Pekanbaru. Sedangkan Ny.N lahir di Tembilahan, besar di Tembilahan, lalu merantau ke Pekanbaru unutk kuliah dan
bekerja. Setelah menikah, keduanya seppakat untuk tinggal di Pekanbaru, karena pekerjaan.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Ny.N biasanya memberikan jadwal mengunjungi rumah nenek (ibu dari Tn.E) yang ada di bangkinang seminggu sekali atau jika
beliau libur dinas, Ny.N dan Tn.E tidak pernah absen unutk menghadiri acar yang diselenggarakan oleh kedua belah keluarga. Ny.N
memiliki jadwal terseniri untuk berkumpul dengan saudara-saudara kandung nya yang kebetulan semuanya berdomisili di Pekanbaru,
dengan makan Bersama di salah satu rumah adiknya. Setiap lebaran idul fitri, Ny.N dan Tn. E memiliki jadwal pergantian mudik
setiap tahunnya, ke Tembilahan atau ke Bangkinang.
Tn.E dan Ny.N memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar, dan tetangga. Namun, hanya satuu atau dua orang
tetangga saja yang sering berkomunikasi dengan keluarga, selebihnya kelihatan lebih tertutup, hanya seseklai menyapa dan
bercengkrama dengan warga sekitar rumah. Tn.E mengikuti kerja bakti dan sempat menjadi bendahara RT.
e. Sistem pendukung keluarga
Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antara anggota keluarga saling menyayangi dan membantu satu sama lain. Jika salah
satu anggota keluarga ada masalah, biasanya Tn.E yang selalu memberikan dan mencari solusi dengan musyawarah Bersama Ny.E
dan yang bersangkutan, sejauh ini Tn.E mengatakan tidak ada masalah atas support dan solusi yang telah di rembukkan bersama jika
ada masalah. Kalau di luar keluarga inti, Ny.N mengatakan bahwa , orang tua Ny.E dan ibu Tn.E menjadi tempat mencari solusi jika
ada masalah baik secara finansial, ataupun permaslahan anak, dan ada masalah antara Tn.E dan Ny.N. Jika setelah berdisukusi dengan
orang tua belum menemukan jalan keluar, biasanya Ny.N dan Tn.E menghubungi salah satu dari saudara kandung tertua untuk
mencari solusi dan pencerahan.
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn.E dalam kesehariannya baik berkomunikasi langsung/ tidak langsung menggunaka Bahasa Indonesia, dalam keadaan
emosi keluarga Tn.H menggunakan kalimat yang positif. Ny.N selalu memberikan system reward dan punishment di keluarganya.
Anak Tn.E dan Ny.E selalu akur, meskipun sekali atau dua kali mereka berdebat karena berebut mainan, dalam hal ini Ny.N telah
menerapkan system reward dan punishment, terlebih dalam kejujuran anak mengaku sesuatu.
b. Struktur kekuatan keluarga
Sejauh ini, saudara dari Tn.E dan Ny.N, serta orang tua maisng-masing merupakan pendukung dan pemberi kekuatan terbesar
bagi kleuarga Tn.E.
c. Struktur peran masing-masing anggota keluarga
1. Tn.E
Sebagai suami dari istri, sebagai kepala keluarga, ayah, pelindung dan pemberi rasa aman dalam keluarga, sebagai anggota
masyarakat dan pengambil keputusan tertinggi di rumah. Dalam pelaksanaan, Tn.E membina rumah tangga Selama 9 tahun, dan
mengurus ke-4 anak, pasti ada masalah. masalah yang sering muncul biasanya antara Tn.E dan Ny.N terkadang berebeda persepsi
untuk mengambil suatu keputusan, namun Tn.E mengatakan, tetap beliau sebagai pengambil keputusan akan memikirkan Langkah
apa yang akan di ambil. Tn.E juga mengatakan bahwa, sebagai ayah dengan 4 orang anak yang memiliki tingkatan usia berbeda,
tidak mudah untuk mendidik dan menerapkan pola komunikasi nya pun berbeda. Namun, karena kadang biasanya beliau sibuk,
maka dari itu beliau selalu menerapkan makan malam selalu dirumah, dan berkumpul Bersama anak dan sitri saat hari libur.
2. Ny.N
Sebagai istri dari suami, ibu, mengurus rumah tangga, mendidik anak-anak, dan sebagai pendamai antar anggota keluarga. Ny.E
mengatakan bahwa kadang sulit mengatur emosi dengan keadaan anak yang masih kecil, karena mereka memiliki perilaku yang
berbeda.dalam menggurus rumah tangga Ny.E di bantu oleh seorang pekerja rumah tangga yang bekerja setengah hari. Jika beliau
masuk shift malam, maka anak-anak akan dijaga oleh ayahnya. Ny.N mengajari langsung anaknya setiap malam, atau ada tugas
dari sekolah, jika beliau tidak sedang bekerja, karena Ny.N bekerja dengan system shift, maka jika beliau tidak dapat menemani
anak belajar, maka beliau akan memberikan tanggung jawab kepada ayah atau adik kandung nya, tergantung kondisi.
3. An.R
Menjadi anak, pelajar, dan sebagai pelindung adik-adinya. Ny.n mengatakan, sejauh ini An.R sudah melewati perkembangan
dengan baik, meskipun kadang susah untuk di disiplinkan belajar, namun tetap dijalani. Ny.N mengatakan, An.R sebagai penengah
adik-adiknya kalau bertengkar, dan memberitahu pada Ny.N jika ada perbuatan adik yang menurutnya tidak benar. An.R sering
menemani ibunya kepasar, dan membersihkan rumah. Jika setekah selesai bermain, biasanya ia dapat bagian untuk menyapu.
4. An.A :
Menjadi anak, pelajar, dan pelingung untuk adik-adiknya. An.A lebih suka mengajak adiknya bermain, sebagai anak, Ny.N
mengatakn, ia juga yang sering membujuk ayahnya untuk pergi ke suatu tempat.

5. An.An :
Menjadi anak, dan pelindung serta pengingat bagi kakak-kakaknya. Ny.N mengatakan bahwa An.An menjadi pembawa informasi
untuk kakak-kakak nya jika bundanya mau pergi atau ke suatu tempat. An.An juga rajin membantu ibunya untuk beberes rumah,
seperti membuang sampah dan merapikan tempat tidur.
6.An.D :
Menjadi anak dan pelindung untuk kakak-kakanya. Ny.N mengatakan bahwa, karena An.D masih kecil, sikap pelindung nya
belum terlihat jelas, namun jika kakaknya jatuh atau terkena sesuatu yang melukai tangan kakak-kakak nya, biasanya dia akan
langsung meniup bagian yang sakit.
d. Nilai dan norma keluarga
Tn.E menganut agama Islam dan norma yang berlaku di masyarakat dan adat istiadat orang melayu. Keluarga Tn.E sangat mematuhi
peraturan yang ada di rumah, seperti anak-anaknya tidak boleh keluar tanpa didampingi oleh orang tua atau anggota keuarga yang lain.
Tn.E dan Ny.N juga mengajarkan pentingnya bersikap/ sopan santun dengan orang lain.
Apabila ada keluarga yang sakit, keluarga mempercayai bahwa ini adalah cobaan yang Allah berikan agar keluarga dapat lebih kuat.
Keluarga selalu berusaha dan bertawakal saat menghadapi musibah apapun. Keluarga tidak pernah pergi ke orang pintar (dukun).
7. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga Tn.E dan Ny.N selalu menyayangi dan perhatian kepada anak-anaknya, Ny.N dan Tn.E juga selalu mendukung dan
mengarahkan segala sesuatu yang dilakukan oleh anak-anaknya selama dalam batas kewajaran dan tidak melanggar norma dan etika
sopan santun.
b. Fungsi sosialisasi
Interaksi Tn.E dengan anak istrinya terjalin dengan sangat baik, saling mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan. Tn.E
memiliki peran yang besar dalam mengambil keputusan, namun Tn.E selalu adil kepada keluarganya.
Masing masing anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan sopan santun dalam berperilaku. Keluarga mengajarkan dan
menanamkan prilaku sosial yang baik, keluarga cukup aktif di dalam masyarakat. Di waktu senggang biasanya keluarga berkumpul.
c. Fungsi keperawatan kesehatan

1) Kemampuan keluarga mengenal kesehatan


Ny. N mengetahui dan memahami system Kesehatan keluarganya, dan penyakit yang diderita oleh suami dan anak-anaknya, Ny.N
juga sudah paham jika salah stau anak nya sakit, atau kambuh akan di berikan apa. Ny.N selalu memebrikan pengertian kepada
anaknya mengenai penyakit yang diderita, dan hal yang harus dihindari atau pantangan yang harus di patuhi oleh anak. Begitu juga
pengertian kepada suaminya Tn.E. Namun. Akan tetapi, Ny.N, Tn.E dan An.An masih sering melanggar pantangan, karena sussah
untuk menahan selera.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Keluarga Tn.E dan Ny.N akan membawa anak segera ke rumah sakit jika dalam tiga hari anak tidak emngalami pengurangan gejala.
Sebelum 3 hari biasanya Ny.N memberikan obat-obatan yang dapat mengobati gejala, atau yang telah diresepkan oleh dokter
sebelumnya.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Tn.E dan Ny.N saling bahu membahu menjaga anak mereka jika anak nya sakit, dan memberikan intervensi sederhaan seperti
kompres hangat, atau menaikkan posisi bantal.
4) Modifikasi lingkungan yang dimiliki
Karena An.An memiliki penyakit asma yang kambuh jika banyak mengkonsumsi es dan debu, juga Ny,N yang menderita sinusitis,
maka Ny. Dan Tn.E memodifikasi lingkungan dengan melembabkan, meminimalisir debu dengan alat humidifier, juga setiap
Kasur yang ada dirumah dijemur seminggu sekali.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Tn.E dan Ny.N sudah mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, fasilitas kesehatan utama yang dituju jika ada anggota keluarga
yang sakit ialah rumah sakit.
8. Stres Dan Koping Keluarga
a. Stresor Jangka Panjang
Tn.E dan Ny.N memikirkan biaya untuk melanjutkan sekolah bagi ke-4 ananknya, ini menjadi sebuah hal yangs elalu dipikrkan oleh
Tn.E. Tn.E mengatakn ia akan pension saat anak pertamanya berusia 18 tahun atau setara dengan tamat SMA, meskipun dua-duanya
berkerja tapi dirasa belum cukup untuk menutup biaya sekolah anak-anaknya kedepan yang semkain meningkat harganya. Maka dari
itu, beliau sekarang sudah mempersiapkan kebun, dan join usaha bersam temannya, uang nya akan di masukkan ke tabungan deposito
masing-masing anak.
b. Stresor Jangka Pendek
Tn.E takut kondisi kolesterol dapat mempengaruhi kerjanya, karena jika tidak bekerja maka akan menumpuk kerjaan di kantornya,
jadi jika kolesterol naik dan gejala sudah terasa, biasanya Tn.E langsung minum ramuan kayu manis, dll seperti yang dijelaskan di
atas.
c. Respons keluarga terhadap stresor
Untuk stress jangka panjang Tn.E berusaha untuk mencukupi kebutuhan sekolah anak-anaknya dengan bekerja keras. Sedangkan
Ny.N berusaha membantu Tn.E mencari uang untuk memenuhi keperluan lain yang mendadak dengan bekerja, diselngi dengan
berjualan kue, makanan frozen yang dapat di pesan melalui online.
Untuk stress jangka pendek,biasanya Tn.E dan Ny.N akan berdiskusi untuk mencari solusi, saat ,malam sebelum tidiur Tn.E dan Ny.N
selalu melakukan hal ini setiap hari.
d. Strategi koping
Strategi koping yang digunakan Tn.E dan Ny.N baik, Bila ada permasalahan, Tn. E dan Ny.N berusaha untuk selalu
menyelesaikannya dengan bermusyawarah dan tetap tenang dalam berfikir. Namun, keputusan tertinggi tetap berada di tangan Tn.E
sebagai kepala rumah tangga.
e. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam kepada anak ataupun istrinya ataupun memberikan ancaman-
ancaman dalam menyelesaikan masalah.
9. Harapan Keluarga
Tn.E berharap keluarganya selalu sehat wal’afiat, anak-anak mereka dapat sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Tn.E berharap
komunikasi dalam keluarganya selalu terjalin denga naik dan harmonis.

10. Pemeriksaan Fisik

An.D
Jenis
An. R An. A An.An
Pemeriksaa Tn. E Ny. N
(anak ke-1) (anak ke-2) (anak ke-3)
n

Riwayat Kolesterol Sinusitis tidak ada Tidak ada Asma dan Tidak ada
penyakit saat dermatitis
ini atopic

Keluhan Pusing dan Pusing , hidung Tidak ada Tidak ada Saat ini asma Tidak ada
yang di tengkuk tersumbat, dan tidak kambuh,
rasakan trerasa sangat terasa bau namun
berat biasanya yang
dirasakan
ialah sesak
napas, napas
terasa sempit,
batuk, sulit
berbicara, dan
saat tidur
seeprti suara
tikus terjepit
(mengi)

Tanda dan Nyeri di Nyeri kepala Tidak ada Tidak ada Sesak napas, Tidak ada
gejala bagian saat menunduk, batuk, nafas
tengkuk, cairan kental mengi,
mudah terassa kunging pernapasan
Lelah dan kehijauan, cepat.
nyeri di kaki. batuk, bau tidak
sedap pada
hidung.

Riwayat Sebelumnya Ny.N sering An. R memiliki An.A pernah An.An An. D pernah demam
penyakit Tn.E tidak mengalmai riwayat operasi demam dan diketahui dan batuk pilek
sebelumnya pernah pusing tonsil sekitar 1 radang mendeita
merasakan tahun yang lalu, tenggorokan asma sejak
gejala dan smapai saat umur 1 tahun,
apapun, ini tidak pernah diikuti
gejala kambuh. dengan
kolesterol ini dermatitis
dirrasa atopic.
semenjak 3
bulan yang
lalu.

TTV TD : 110/90 TD : 104/80 RR: 16X/menit RR: 19X/menit RR: RR: 19X/menit
mmHg mmHg N: 78X / menit N: 80X / menit 18X/menit N: 74X / menit
RR:21X RR: 20X/menit S : 36,7 oC S : 36 oC N: 75X / S : 37,0oC
/menit N: 85X / menit menit
N: 88X / S : 36,5 oC S : 36 oC
menit
S : 36, 9 oC

STATUS BB : 78kg BB : 60kg BB : 30 kg BB : 35 kg BB : 17 kg BB:15 Kg


GIZI TB : 177cm TB : 155cm TB : 135 cm TB : 130cm TB : 110 cm TB: 110 cm
BMI : BMI : BMI : BMI : BMI : BMI :

KEPALA Rambut Rambut hitam, Rambut hitam, Rambut hitam, Rambut Rambut hitam, lurus,
hitam, tidak tebal,m dan lurus, pendek lurus, pendek hitam, lurus, pendek, keriting, dan
beruban, tidak beruban, dan bersih dan bersih panjang, bersih.
pendek dan lurus , panjang keriting, dan
bersih dan bersih bersih.

MATA Kedua mata Kedua mata Kedua mata Kedua mata Kedua mata Kedua mata simetris,
simetris, simetris, simetris, simetris, simetris, konjungtiva an-
konjungtiva konjungtiva an- konjungtiva konjungtiva konjungtiva anemis, sklera tidak
normal, anemis, sklera normal, sklera anemis, sklera an-anemis, ikterik, penglihatan
sklera tidak tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, sklera tidak
ikterik, penglihatan penglihatan penglihatan ikterik,
penglihatan baik, apabila baik. baik, reflek penglihatan
baik. membaca tidak pupil positif (+) baik, apabila
menggunakan membaca
kacamata. tidak
menggunakan
kacamata.
HIDUNG Hidung Hidung Hidung Hidung Hidung Hidung simetris, tidak
simetris, tidak simetris, tidak simetris, polip simetris, tidak simetris, tidak ada polip, tidak
ada polip, ada polip, sebelah kanan, ada polip, tidak ada polip, sinusitis, penciuman
tidak sinusitis, sinusitis tidak tidak sinusitis, sinusitis, tidak sinusitis, baik.
penciuman teraba nyeri, penciuman penciuman penciuman
baik. penciuman baik. baik. baik.
baik.

Paru I: I: I: I: I: I : Pengembangan
Pengem Pengemba Pengemba Pengemba Pengem paru simetris
bangan ngan paru ngan paru ngan paru bangan P : Vokal Premitus
paru simetris simetris simetris paru sama
simetris P : Vokal P : Vokal P : Vokal simetris P : Redup
P : Vokal Premitus Premitus Premitus P : Vokal A : Vesikuler
Premitus sama sama sama Premitus
sama P : Redup P : Redup P : Redup sama
P : sonor A : Vesikuler A : Vesikuler A : Vesikuler P : Redup
A : A:
Vesikule Vesikule
r r
Abdomen I : Simetris I : Simetris I : Simetris I : Simetris I : Simetris I : Simetris
A : BU A : BU A : BU A : BU A : BU A : BU 5x/mnt
8x/mnt 10x/mnt 6x/mnt 5x/mnt 5x/mnt P : Tidak ada nyeri
P : Tidak P : Tidak ada P : Ada nyeri P : Ada nyeri P : Tidak tekan
ada nyeri tekan di tekan di ada P : Timpani
nyeri tekan ulu hati ulu hati nyeri
tekan P : Timpani P : Timpani P : Timpani tekan
P : Timpani P : Timpani
Genetalia Tidak Tidak terpasang Tidak terpasang Tidak terpasang Tidak Tidak terpasang
terpasang kateter, tidak kateter, tidak kateter, tidak terpasang kateter, tidak terdapat
kateter, tidak terdapat terdapat terdapat kateter, tidak hemoroid
terdapat hemoroid hemoroid hemoroid terdapat
hemoroid hemoroid
Ekstremitas Pada Pada Pada Pada Pada Pada ekstremitas atas
ekstremitas ekstremitas atas ekstremitas atas ekstremitas atas ekstremitas dan bawah tidak ada
atas dan dan bawah tidak dan bawah tidak dan bawah tidak atas dan pembengkakan ,
bawah tidak ada ada ada bawah pergerakan aktif
ada pembengkakan , pembengkakan , pembengkakan , terdapat
pembengkaka pergerakan aktif pergerakan aktif pergerakan aktif beberapa
n, pergerakan ruam yang
aktif meluas di
lpatan siku,
lutut, dan
tangan serta
paha.
Tepenebalan
pada kulit
yang ruam.

B. Analisa Data

No Data Masalah
1. DS : Ketidakefektipan manajemen
- An.An menderita dermatitis atopic yang sampai kesehatan keluarga Tn.E khususnya
sekarang masih terdapat ruam merah dan gatal. An.An berhubungan dengan
- Ny.N mengatakan An.An sering menggaruk area ketidakmampuan keluarga dalam
ruam, kadang sampai berdarah. merawat An.An dengan dermatitis
- Ny.N mengatakan sudah kerap ke dokter kulit, atopic.
namun hanya hilang sebentar, lalu timbul lagi.
- Ny.N mengatakan kalau malam An.An merasa gatal
dan rewel.
DO :
- TTV
RR : 18X / menit
N : 75X / menit
S : 36 C
- Pada ekstremitas atas dan bawah terdapat beberapa
ruam yang meluas di lipatan siku, lutut, dan tangan
serta paha.
- Teraba penebalan kulit di bagian ruam.

2 DS: Resiko terjadinya kekambuhan pada


- An.An menderita asma, dan kambuh jika konsumsi An.An, Tn.E, dan Ny.N
makanan dan minuman dingin berlebihan. berhubungan dengan
- Tn.E mengatakan bahwa sulit untuk tidak ketidakmampuan keluarga mengenal
mengkonsumsi makan-makanan yang bersantan, dan masalah
berminyak
- Dirumah Tn.E dan Ny.N selalu memasak makanan
yang berminyak dan bersantan, juga sering masak
seafood.
DO:
TTV Tn.E:
TD : 110/90 mmHg
RR:21X /menit
N: 88X / menit
S : 36, 9 oC
TTV Ny.N :
TD : 104/80 mmHg
RR: 20X/menit
N: 85X / menit
S : 36,5 oC

3 DS : Potensial peningkatan manajemen


- Tn.E dan Ny.N berharap bahwa keluarga dapat kesehatan
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang
terjadi.
- Tn.E dan Ny.N berharap keluarga sellau sehat, dan
kebahagian sellau bertambah.
- Ny.N mengatakan ingin membangun sebuah alur
komunikasi yang tidak membosankan bagi anak-
anak.
DO :
- Tn.E dan Ny.E tampak antusias ketika di tanya
mengenai harapan ke depan untuk keluarga.
- Tn.E dan Ny.E memiliki semangat yang tinggi untuk
meningkatkan proses keluarga terutama dalam
Kesehatan.

I. Prioritas masalah
a. Ketidakefektipan manajemen kesehatan keluarga Tn.E khususnya An.An berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat An.An dengan dermatitis atopic.
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah Skala: Bila tidak segera di
Wellness 3 tangani, dermatitis
Aktual 3 1 3/3 x 1 = 1 atopic ini akan
Resiko 2 menyebabkan
komplikasi pada kulit,
Potensial 1
maupun aktifitas tidur
anak.

2 Kemungkinan masalah dapat Fasilitas kesehatan yang


diubah Skala: mudah di jangkau oleh
Mudah 2 2 2/2 x 2 = 2 keluarga, dan latar
Sebagian 1 Pendidikan Tn.E dan
0 Ny.E yang memudahkan
Tidak dapat
unutk menerima
informasi dari perawat.
3 Potensi masalah untuk dicegah Pengetahuan, dan
Skala: manajemen kesehatan
Tinggi 3 1 3/3 x 1 = 1 dan lingkungan
Cukup 2 merupakan cara yang
1 dapat membantu
Rendah
untuk mengatasi
masalah
4 Menonjolnya masalah Skala: An.An sudah pernah
Segera 2 1 2/2 x 1 = 1 berobat, namun DA
kembali lagi, bahkan
Tidak perlu 1
gatal, dan sering digaruk
Tidak dirasakan 0 hingga berdarah.

b. Resiko terjadinya kekambuhan pada An.An, Tn.E, dan Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah Skala: Jika keluarga Tn.E tidak
Wellness 3 mematuhi pantangan,
Aktual 3 1 2/3 x 1 = 0,6 maka akan beresiko
menimbulkan
Resiko 2 kekambuhan terhadap
Potensial 1 penyakit yang di derita.
2 Kemungkinan masalah dapat Fasilitas kesehatan yang
diubah Skala: mudah di jangkau oleh
Mudah 2 2 2/2 x 2 = 2 keluarga, dan latar
1 Pendidikan Tn.E dan
Sebagian Ny.E yang memudahkan
Tidak dapat 0 unutk menerima
informasi dari perawat.
3 Potensi masalah untuk dicegah Memanajemen pola
Skala: makan merupakan
Tinggi 3 1 3/3 x 1 = 1 cara teraman untuk
2 mencegah terjadinya
Cukup
1 kekambuhan pada
Rendah keluarga Tn.E.
4 Menonjolnya masalah Skala: Keluarga Tn.E memiliki
Segera 2 1 pola makan yang
Tidak perlu 1 2/2 x 1 = 1 menyebabkan masalah ini
harus segera di tangani
Tidak dirasakan 0
agar tidak terjadi
kekambuhan.

c. Potensial peningkatan manajemen kesehatan


No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah Skala: Tn.E berharap bahwa
Wellness 3 keluarganya dapat
3 1 3/3 x 1 = 0,6 menjalani perubahan-
Aktual
perubahan yang terjadi.
Resiko 2
Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat Ny.N merupakan petugas
diubah Skala: kesehatan, sehingga lebih
Mudah 2 2 2/2 x 2 = 2 mudah untuk melakukan
1 perubahan.
Sebagian
Tidak dapat 0

3 Potensi masalah untuk dicegah Keluarga Tn.E


Skala: memiliki sistem
Tinggi 3 1 3/3 x 1 = 1 keluarga dan
2 lingkungan yang
Cukup
1 mendukung
Rendah
4 Menonjolnya masalah Skala: Keluarga sangat antusias
Segera 2 1 untuk meningkatkan
Tidak perlu 1 1/2 x 1 = 0,5 proses keluarga.
Tidak dirasakan 0
d. Prioritas masalah

No Diagnose keperawatan Score


1
a. Ketidakefektipan manajemen kesehatan keluarga
Tn.E khususnya An.An berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat An.An
dengan dermatitis atopic. 5

2
b. Resiko terjadinya kekambuhan pada An.An, Tn.E,
dan Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan
4,6
keluarga mengenal masalah

3
Potensial meningkatkan manajemen kesehatan
4,1
c. Perencanaan
Diagnosis keperawatan NOC NIC
Data Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
DS : Ketidakefektipan Tujuan Umum : Keluarga mampu mengenal
Setelah dilakukan 5 kali masalah:
manajemen kunjungan, masalah dapat
- An.An menderita teratasi. a. Bina hubungan saling
kesehatan percaya
dermatitis atopic yang
keluarga Tn.E Tujuan Khusus: b. Berikan informasi tentang
sampai sekarang masih Keluarga mampu mengenal
khususnya An.An pengertian, penyebab,
terdapat ruam merah dan masalah penyakit dermatitis tanda gejala, komplikasi
berhubungan atopic
gatal. serta penanganannya
dengan a. Keluarga mampu c. Tanyakan kembali kepaada
- Ny.N mengatakan An.An menyebutkan pengertian
ketidakmampuan keluarga tentang
sering menggaruk area dermatitis atopic.
pengertian dermatitis atopic
keluarga dalam b. Keluarga mampu
ruam, kadang sampai d. Beri penjelasan tentang
merawat An.An menyebutkan penyebab,
keuntungan mengenal
berdarah. tanda gejala, komplikasi
dengan dermatitis masalah
- Ny.N mengatakan sudah dan penanganannya
e. Beri pujian atas usaha yang
atopic.
kerap ke dokter kulit, dilakukan keluarga
namun hanya hilang
sebentar, lalu timbul lagi.
- Ny.N mengatakan kalau
malam An.An merasa gatal
dan rewel.
DO :

- TTV

RR : 18X / menit
N : 75X / menit

S : 36 C

- Pada ekstremitas atas dan


bawah terdapat beberapa
ruam yang meluas di
lipatan siku, lutut, dan
tangan serta paha.

Teraba penebalan kulit


di bagian ruam.
Keluarga mampu mengambil Keluarga mampu mengambil
keputusan keputusan
a. Keluarga mampu a. Musyawarah bersama
mengambil keputusan keluarga mengenai akibat-
akibat bila mereka tidak
mengambil keputusan
b. Perkenalkan kepada
keluarga tentang alternatife
yang dapat mereka pilih
dan sumber – sumber yang
diperlukan tindakan
keperawatan
c. Identufikasi sumber-
sumber yang dimiliki
keluarga
Keluarga mampu merawat Keluarga mampu merawat :
a. Keluarga mampu a. Beri penjelasan keluarga
menjelaskan cara cara perawatan anggota
perawatan keluarga jika keluarga yang sakit dengan
mengalami kekambuhan penyakit dermatitis atopic.
asma b. Gunakan alat dan fasilitas
b. Keluarga mampu yang ada didalam rumah
menggunakan alat fasilitas c. Bantu anggota keluarga
yang ada dirumah mengembangkan
c. Keluarga sanggup merawat kesangguapan dalam
anggota keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit

Keluarga mampu Keluarga mampu


memodifikasi lingkungan memodifikasi lingkungan :
a. Keluarga mampu a. Anjurkan keluarga untuk
memodifikasi lingkungan memodifikasi lingkungan
rumah yang mendukung
kesehatan.
b. Beri penjelasan tentang
keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan

Keluarga mampu Keluarga mampu


memanfaatkan fasilitas memanfaatkan fasilitas
kesehatan kesehatan :
a. Keluarga mampu a. Kenalkan fasilitas
mengetahui manfaat kesehatan yang ada
fasilitas kesehatan dilingkungan keluarga
b. Berikan penjelasan kepada
keluarga tentang fungsi
fasilitas keluarga kesehatan
c. Berikan penjelasan
mengenai keuntungan
menggunakan fasilitas
kesehatan
DS: Resiko terjadinya Keluarga mampu mengenal Keluarga mampu mengenal
masalah penyakit asma, masalah:
kekambuhan pada
- An.An menderita asma, sinusitis, dan kolesterol. a. Bina hubungan saling
An.An, Tn.E, dan a. Keluarga mampu percaya
dan kambuh jika
Ny.N berhubungan menyebutkan pengertian b. Berikan informasi
konsumsi makanan dan sinusitis, asma, dan
dengan tentang pengertian,
minuman dingin kolesterol. penyebab, tanda
ketidakmampuan
berlebihan. b. Keluarga mampu gejala, komplikasi
keluarga mengenal menyebutkan penyebab, serta penanganannya
- Tn.E mengatakan bahwa
masalah tanda gejala, komplikasi c. Tanyakan kembali
sulit untuk tidak dan penanganannya kepaada keluarga
mengkonsumsi makan- tentang pengertian
makanan yang bersantan, asma, sinusitis, dan
kolesterol
dan berminyak
d. Beri penjelasan tentang
- Dirumah Tn.E dan Ny.N keuntungan mengenal
masalah
selalu memasak makanan e. Beri pujian atas usaha yang
yang berminyak dan dilakukan keluarga
bersantan, juga sering
masak seafood.

DO:
TTV Tn.E:

TD : 110/90 mmHg
RR:21X /menit
N: 88X / menit
S : 36, 9 oC
TTV Ny.N :

TD : 104/80 mmHg
RR: 20X/menit
N: 85X / menit
S : 36,5 oC

Keluarga mampu mengambil Keluarga mampu mengambil


keputusan keputusan
a. Keluarga mampu a. Musyawarah bersama
mengambil keputusan keluarga mengenai akibat-
akibat bila mereka tidak
mengambil keputusan
b. Perkenalkan kepada
keluarga tentang alternatife
yang dapat mereka pilih
dan sumber – sumber yang
diperlukan tindakan
keperawatan
c. Identufikasi sumber-
sumber yang dimiliki keluarga
Keluarga mampu merawat Keluarga mampu merawat :
a. Keluarga mampu a. Beri penjelasan keluarga
menjelaskan cara cara perawatan anggota
perawatan keluarga keluarga yang sakit dengan
dengan asma, sinusitis, penyakit asma, sinusitis,
dan kolesterol dan kolesterol
b. Keluarga mampu b. Gunakan alat dan fasilitas
menggunakan alat fasilitas yang ada didalam rumah
yang ada dirumah c. Bantu anggota keluarga
c. Keluarga sanggup mengembangkan
merawat anggota keluarga kesangguapan dalam
merawat anggota keluarga
yang sakit
Keluarga mampu Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan memodifikasi lingkungan :
a. Keluarga mampu a. Anjurkan keluarga untuk
memodifikasi lingkungan memodifikasi lingkungan
rumah
yang mendukung
kesehatan seperti
kebersihan rumah
b. Beri penjelasan tentang
keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan
Keluarga mampu Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas memanfaatkan fasilitas
kesehatan kesehatan :
a. Keluarga mampu a. Kenalkan fasilitas
mengetahui manfaat kesehatan yang ada
fasilitas kesehatan dilingkungan keluarga.
c. Berikan penjelasan kepada
keluarga tentang fungsi
fasilitas keluarga kesehatan
d. Berikan penjelasan
mengenai keuntungan
menggunakan fasilitas
Kesehatan
DS : Potensial Keluarga mampu mengenal Keluarga mampu mengenal
meningkatkan masalah masalah:
a. Tn.E dan Ny.N manajemen a. Keluarga mampu a. Bina hubungan saling
kesehatan keluarga memahami manjemen percaya
berharap bahwa
kesehatan keluarga. b. Berikan informasi tentang
keluarga dapat
b. Keluarga mampu pemeliharaan proses
beradaptasi dengan menyebutkan cara -cara keluarga
perubahan-perubahan dalam manajemen c. Tentukan gangguan khas
kesehatan keluarga Tn.E pada proses keluarga
yang terjadi.
d. Berikan dukungan dan
b. Tn.E dan Ny.N pujian pada keluarga
berharap keluarga
sellau sehat, dan
kebahagian sellau
bertambah.
c. Ny.N mengatakan
ingin membangun
sebuah alur
komunikasi yang tidak
membosankan bagi
anak-anak.

DO :

a. Tn.E dan Ny.E tampak


antusias ketika di
tanya mengenai
harapan ke depan
untuk keluarga.
b. Tn.E dan Ny.E
memiliki semangat
yang tinggi untuk
meningkatkan proses
keluarga terutama
dalam Kesehatan.
Keluarga mampu mengambil Keluarga mampu mengambil
keputusan keputusan
a. Keluarga mampu a. Musyawarah bersama
mengambil keputusan keluarga mengenai akibat-
akibat bila mereka tidak
mengambil keputusan
b. Perkenalkan kepada
keluarga tentang alternatife
yang dapat mereka pilih
dan sumber – sumber yang
diperlukan tindakan
keperawatan
c. Identufikasi sumber-
sumber yang dimiliki keluarga
Keluarga mampu merawat Keluarga mampu merawat :
a. Keluarga mampu a. Beri penjelasan keluarga
menjelaskan cara cara perawatan anggota
perawatan keluarga jika keluarga yang sakit
mengalami kekambuhan d. Gunakan alat dan fasilitas
asma yang ada didalam rumah
c. Keluarga mampu e. Bantu anggota keluarga
menggunakan alat fasilitas mengembangkan
yang ada dirumah kesangguapan dalam
d. Keluarga sanggup merawat merawat anggota keluarga
anggota keluarga yang sakit
Keluarga mampu Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan memodifikasi lingkungan :
a. Keluarga mampu c. Anjurkan keluarga untuk
memodifikasi lingkungan memodifikasi lingkungan
rumah
yang mendukung
kesehatan seperti
kebersihan rumah
d. Beri penjelasan tentang
keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan

Keluarga mampu Keluarga mampu


memanfaatkan fasilitas memanfaatkan fasilitas
kesehatan kesehatan :
a. Keluarga mampu a. Kenalkan fasilitas
mengetahui manfaat kesehatan yang ada
fasilitas kesehatan dilingkungan keluarga
c. Berikan penjelasan kepada
keluarga tentang fungsi
fasilitas keluarga kesehatan
e. Berikan penjelasan
mengenai keuntungan
menggunakan fasilitas
kesehatan
f. Implementasi dan Evaluasi
No Dignosis Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Rabu, 17 Juni 2020 a. Membina hubungan saling S:
Ketidakefektian manajemen
Pukul 16.00 WIB percaya dengan keluarga Tn.E - Keluarga mengatakan bahwa
kesehatan keluarga Tn.E
b. memberikan informasi tentang
sekarang menjadi lebih mengerti
khususnya An.An pengertian, penyebab, tanda gejala,
komplikasi serta penanganan terhadap dermatitis atopic yang
berhubungan dengan
dermatitis atopic pada An.An, di diderita An.An.
ketidakmampuan keluarga
berikan melalui media lembar
- Ny.N mengatakan bahwa akan
dalam merawat An.An dengan balik. EBN (Evidence Based
Nursing) penggunaan minyak mencoba minyak kelapa untuk
dermatitis atopic.
kelapa (VCO atau Virgin coconut kulit An.An. Ny.N mengatakan
Oil) untuk melembapkan dan selama ini takut unutk mencoba
mencegah kerusakan integritas
kulit anak dengan dermatitis menggunkaan minyak kelapa.
(penelitian oleh Zuniarti, 2019) Tapi, karena sudah dijelaskan
juga dijelaskan pada lembar balik bahwa ada penelitiannya, makanya
ini.
c. Memberikan umpan balik, atau mau mencoba.
pertanyaan kembali kepada O:
keluarga mengenai penjelasan yang
telah diberikan. - Tn.E dan Ny.N dapat
d. Memberikan penjelasan menyebutkan kembali inti dari apa
mengenai untungnya jika
yang disampaikan mahasiswa.
keluarga mengenal lebih dalam
masalah dermatitis atopic yang - Keluarga tampak serius dan
di derita An.An. antusias mendengarkan penjelasan
e. Memberikan reinforcement yang diberikan.
positif atas pencapaian keluarga
terhadap informasi yang telah - Setelah 2 hari pemakaian,
diberikan hari ini. permukaan kulit yang ruam sudah
mulai berkurang, namun hanya
sedikit.
A:
Masalah teratasi
P:
a. Tanyakan/review kembali
tentang materi eduksi yang
diberikan di pertemuan.
b. Lanjutkan intervensi ke TUK 2.
Jumat

2 a. Mereview kembali materi S:


Ketidakefektipan manajemen
pertemuan-1 mengenai materi - Keluarga Tn.E dan Ny.N
kesehatan keluarga Tn.E Jumat, 19 Juni 2020
dermatitis atopic.
Pukul 16.32 WIB mengatakan bahwa untuk saat ini
khususnya An.An \
b. Bermusyawarah bersama keluarga
mengenai akibat- akibat bila memilih alternative penggunaan
berhubungan dengan
keluarga tidak segera mengambil VCO dulu. Mengingat sekarang
ketidakmampuan keluarga sebuah keputusan untuk mengatasi
lagi situasi pandemic, dan An.An
dalam merawat An.An dengan dermatitis atopic yang di alami
An.An. punya Riwayat asma, jadi
dermatitis atopic.
c. Menginformasikan kepada keluarga menggunakan obat yang ada
tentang alternatife yang dapat pilih
terlebih dahulu, dibantu dengan
keluarga dan sumber – sumber yang
diperlukan tindakan keperawatan. obat oles VCO.
d. Mengidentifikasi sumber-sumber O:
yang dimiliki keluarga - Keluarga memiliki sumber
penghasilan yang cukup untuk
melakukan perawatan pada An.An.
- Keluarga memiliki sumber
dukungan dari external dan internal
dalam merawat kesehatan An.An.
- Ny.N dan Tn.E dapat
mengemukakan kembali apa yang
ditanya oleh perawat mengenai
materi sebelumnya.
A:
Masalah teratasi
P:
a. Lanjutkan TUK 3 dan 4.
3 Sabtu, 20 Juni 2020 a. Memberi informasi pada keluarga S:
Ketidakefektipan manajemen
mengenai cara perawatan anggota - Tn.E dan Ny.N paham dengan apa
kesehatan keluarga Tn.E keluarga dengan penyakit dermatitis yang dijelaskan mengenai
perawatan An.An dengan
khususnya An.An atopic.
dermatitis atopic.
berhubungan dengan b. Membantu anggota keluarga - Tn.E dan Ny.N mengatakn sejauh
mengembangkan kesangguapan ini masih sanggup merawat
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga An.An dengan dermatitisnya, dan
dalam merawat An.An dengan dengan memebrikan dukungan akan mencoba berbagai cara,
psikologis. termasuk yang telah di diskusikan
dermatitis atopic.
c. menganjurkan keluarga untuk sebelumnya.
- Tn.E dan Ny.N mengatakan, kalua
memodifikasi lingkungan yang unutk merubah lingkungan ,
sesuai untuk dermatitis atopic, mungkin akan di terapkan satu-
seperti menyeimbangkan suhu peratu, kalua untk saat ini
ruangan dan kamar tidur, hindari keluarga ingin memodifikasi
rumah dari debu, jemur Kasur, dan lingkungan kamar dengan
bantal untuk menghindari tungau mematikan suhu AC, karena AC
sepertinya menjadi pemberat
masuk ke kulit. Berikan informasi
dermatitis anaknya smapai gak
kepada keluarga, bahwa segera ilang-ilang, karena setiap hari satu
ganti baju anak ketika berkeringat, rumah kena AC, dan akan
gunakan baju yang tipis, dan meletakkan tanaman hias peace
ringan, serta tak mengandung wol. lily di sudut sudut rumah.
Memasukkan tanaman hias di
dalam rumah yang lebih mudah O:
beradaptasi dan dapat hiudp di - Keluarga mengikuti diskusi
cahaya yang tidak langsung atau dengan atusias dan baik.
A:
terang seperti bunga Peace lily,
Masalah teratasi
dan Lady Palm. P:
d. Memberi penjelasan tentang Lanjutkan intervensi ke-5
keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan
4 Selasa, 23 Juni 2020 a. Mengenalkan fasilitas kesehatan S:
Ketidakefektipan manajemen
Jam 15.00 WIB yang ada dilingkungan keluarga
- Keluarga mengatakan bahwa, jika
kesehatan keluarga Tn.E (rumah sakit, dan puskesmas yang
mudah dijangkau oleh keluarga) ada anggota keluarga yang sakit
khususnya An.An
b. Memberikan penjelasan kepada
setelah 2 atau tiga hari tak
berhubungan dengan keluarga tentang fungsi fasilitas kesehtan
kepada keluarga. mengalami perubahan, maka akan
ketidakmampuan keluarga
c. Memberikan penjelasan mengenai
langsung di bawa ke rumah sakit.
dalam merawat An.An dengan keuntungan menggunakan fasilitas
kesehatan. - Tn.E dan Ny.N mengatakan sudah
dermatitis atopic.
mampu membedakan dan
menetapkan jenis pelyanan
kesehatan yang akan dituju.
O:
- Keluarga antusias dan Nyman
dalam diskusi
A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan pengetahuan keluarga
tentang fasilitas kesehatan.
5 Kamis, 25 Juni 2020 a. Memeberikan informasi S:
Resiko terjadinya
tentang pengertian, penyebab, a. Keluarga mengatakan paham
kekambuhan pada An.An,
tanda gejala, komplikasi serta
dengan apa yang dijelaskan
Tn.E, dan Ny.N berhubungan penanganannya
b.Keluarga mengatakan An.An
b. Menanyakan kembali kepaada
dengan ketidakmampuan keluarga tentang pengertian memang sering minum es.
keluarga mengenal masalah asma, sinusitis, dan O:
kolesterol
a. Selama edukasi keluerga
c. Memberi penjelasan tentang
keuntungan mengenal masalah memperhatikan dengna baik.
b. Ada feed back dan pertanyaan di
sela diskusi.
A:
Masalah teratasi
P:
Evaluasi kembali TUK 1
&Lanjutkan implementasi ke TUK
2
6 Sabtu, 27 Juni 2020 a. Berdiskusi bersama keluarga S:
Resiko terjadinya
mengenai akibat- akibat bila mereka a. Keluarga mengatakan, untuk
kekambuhan pada An.An, tidak mengambil keputusan
memuulai sesuatu kebiasaan
Tn.E, dan Ny.N berhubungan b. Memperkenalkan kepada keluarga
tentang alternatife yang dapat yang baru seperti hidup sehat,
dengan ketidakmampuan
mereka pilih dan sumber – sumber dan menjauhi pantangan tu
keluarga mengenal masalah yang diperlukan tindakan
memang susah. Udah di coba
keperawatan
c. Mengidentufikasi sumber- berkali-kali tetap juga tak bisa.
sumber yang dimiliki b. Keluarga mengatakan, mungkin
keluarga
untuk sekarang muali dari yang
kecil-kecil dulu, seperti kurangi
konsumsi minum dingin bagi
Ny.N dan An.An. atau kalau
Tn.E ingin mengganti santan
dengan jenis lain yang rasanya
sama seperti santan.
O:
a. Keluarga memiliki sumber
penghasilan yang cukup untuk
melakukan pengobatan
b.Keluarga memiliki pengetahuan
yang cukup unutk melakuakn
perubahan gaya hidup.
c. Keluarga memahami apa yang
telah dijelaskan oleh perawat.
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan intervensi ke TUK 3,4
dan 5.
7 Selasa, 30 Juni 2020 a. Memberi penjelasan pada keluarga S:
Resiko terjadinya
cara perawatan anggota keluarga a.Keluarga paham dengan apa yang
kekambuhan pada An.An,
yang sakit dengan penyakit asma, dijelaskan oleh perawat.
Tn.E, dan Ny.N berhubungan
sinusitis, dan kolesterol b. Keluarga menggunakan alat
dengan ketidakmampuan
b. Mengguunakan alat dan fasilitas yang pelembap dan penyerap debu udara
keluarga mengenal masalah
ada didalam rumah dirumah unutk menjaga agar debu
c. Membantu anggota keluarga dapat di minimalisir.
mengembangkan kesangguapan c.Keluarga mengatakan bahwa, jika
dalam merawat anggota keluarga ada anggota keluarga yang sakit
yang sakit. setelah 2 atau tiga hari tak
d. Menganjurkan keluarga untuk mengalami perubahan, maka
memodifikasi lingkungan yang akanlangsugn di bawa ke rumah
mendukung kesehatan seperti sakit.
kebersihan rumah O:
e. Memberi penjelasan tentang a. Keluarga dapat menjawab
keuntungan dan manfaat pertanyaan yang kemukakan oleh
pemeliharaan lingkungan perawat tentang apa yang telah
f. Mengenalkan fasilitas kesehatan dijelaskan.
yang ada di lingkungan keluarga. b. Selama diskusi keluarga
g. Memberikan penjelasan kepada mempearhatikan dengan baik.
keluarga tentang fungsi fasilitas A:
kesehatan keluarga Masalah teratasi
h. Memberikan penjelasan mengenai P:
keuntungan menggunakan fasilitas Pertahankan pengetahuan dan sikap
Kesehatan keluarga terhadap asuhan yang telah
diberikan.
8 Kamis, 2 Juli a. Memberikan informasi tentang S:
Potensial meningkatkan
manajemen kesehatan. a. Keluarga mengatakan bahwa
manajemen kesehatan b. Memberikan dukungan dan
pujian pada keluarga. mengerti dengan apa yang sudah
keluarga
c. Bermusyawarah bersama keluarga dijelaskan oleh perawat.
mengenai akibat- akibat bila b. Keluarga mengatakan akan segera
mereka tidak mengambil keputusan
memulai untuk mengubah gaya
d. Memperkenalkan kepada keluarga
tentang alternatife yang dapat hidup, dan menghindari apa yang
mereka pilih dan sumber – sumber selama ini menjadi pantangan.
yang diperlukan tindakan
c. Keluarga Tn.E mengatakn bahwa
keperawatan
e. Mengidentifikasi sumber-sumber akan berusaha menerapkan
yang dimiliki keluarga maanjemen yang tepat untuk
megelola kesehatan keluarga
O:
a. Respon keluarga baik selama
kunjungan berlangsung.
b. Keluarga Tn.E memiliki
penghasilan, pengetahuan,
informasi, dan pengalaman yang
berpotensi untuk mengubah
masalah kesehatan yang sering
terjadi pada keluarga Tn.E.
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan TUK 3.4. dan 5
9 Jumat, 3 Juli 2020 a. Memberi penjelasan keluarga cara S:
Potensial meningkatkan
perawatan anggota keluarga yang a. Keluarga mengatakan sudah
manjamen kesehatan
sakit mampu dan paham mengenai
keluarga
b. Menggunakan alat dan fasilitas fasilitas kesehatan yang akan
yang ada didalam rumah digunakan.
c. Membantu anggota keluarga b. Keluarga mengatakan kebiasaan
mengembangkan kesangguapan di rumah gotong royong setiap 2
dalam merawat anggota keluarga minggu sekali
yang sakit O:
d. Menganjurkan keluarga untuk a. Keluarga memperhatikan dengan
memodifikasi lingkungan yang baik selama proses diskusi
mendukung kesehatan seperti berlangsung.
kebersihan rumah A:
e. Memberi penjelasan tentang Masalah teratasi
keuntungan dan manfaat P:
pemeliharaan lingkungan Pertahankan perilaku ekluarga
f. Memperkenalkan fasilitas terhadap manajemen kesehatan.
kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga
g. Memberikan penjelasan kepada
keluarga tentang fungsi fasilitas
keluarga kesehatan
h. Memberikan penjelasan mengenai
keuntungan menggunakan fasilitas
kesehatan

Jadwal Kunjungan (Hari, Tanggal, Tahun) Dokumentasi


Rabu, 17 Juni 2020
Jumat, 19 Juni 2020

Sabtu, 20 Juni 2020

Selasa, 23 Juni 2020


Kamis, 25 Juni 2020

Sabtu, 27 Juni 2020


Selasa, 30 Juni 2020

Kamis, 2 Juli 2020

Jumat, 3 Juli 2020


ISSN 2476-
8987

EFEKTIVITAS TEKNIK NURSCOPE


Jurnal Keperawatan dan Pemikiran
PERNAFASAN BUTEYKO Ilmiah
TERHADAP PENGONTROLAN Melastuti, E (2015). Efektivitas Teknik
Pernafasan Buteyko terhadap Pengontrolan Asma di
ASMA DI BALAI KESEHATAN Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang.
Nurscope. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah.
PARU MASYARAKAT 1 (4). 1-7

SEMARANG

Erna Melastuti1, Lailya Husna2


1,2
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang

ABSTRACT

Asma merupakan inflamasi kronik pada jalan nafas. Tehnik pernafasan yang dikembangkan untuk mengontrol asma adalah
tehnik pernafasan Buyteko.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiefektivitas teknik pernafasan Buteyko terhadap
pengontrolan asma. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian pre eksperimen. Jumlah responden
sebanyak 34 dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis penelitian ini dengan uji independent sample T-
test.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik pernafasan buyteko Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini, adalah
pengontrolan asma. Instrumen pada penelitian ini adalah Asthma Control Test dan Spirometri

Hasil : Sebanyak 34 responden telah menyelesaikan penelitian. Hasil analisa menggunakan

hasil uji paired sample T-Test dengan hasil rata –rata (mean) pengontrolan asma meningkat yaitu 20,35 menjadi 21,29 serta
nilai signifkansinya ( p value < 0,05) adalah 0,00.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan kontrol asma sebelum dan sesudah dilakukan teknik pernafasan
buteyko.

Keywords : buteyko breathing tecnique, pengontrolan asma

BUTEYKO BREATHING TECHNIQUE EFFECTIVE TO ASTHMA CONTROL

ABSTRACT

Asthma is a chronic inflammation of the airway.Buteyko breathing is developed breathing techniques to control asthma. This
study aimed to explore effectivity of Buteyko breathing techniques to control asthma. Quantitative research study pre-
experimental design was use in this study. The number of respondents as many as 34 were selected using purposive sampling
technique. This research analyzedwith independent sample T-test.

The independent variable in this study is buteyko breathing technique The dependent variable in this study is control of asthma.
Instruments in this study is the Asthma Control Test and Spirometry

Results: A total of 34 respondents had completed the study. Results of analysis usingthe results of paired samples T-test with
results mean average increased asthma control are 21.29 and 20.35 with p value <0.05.

The conclusion of this study is that there are differences in asthma control before and after the Buteyko breathing technique.

Keywords : Buteyko breathing tecnique, controlling asthma

Corresponding Author :

Erna Melastuti1, Lailya Husna2, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung, Jalan Raya Kaligawe
Km 4, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, Kode pos 50112 ;e-mail: mela_205@yahoo.com
ISSN 2476-
8987

PENDAHULUAN
Asma merupakan inflamasi kronik pada jalan nafas yang disebabkan oleh hiperresponsivitas
jalan nafas, edema mukosa dan produksi mucus berlebih. Inflamasi ini biasanya kambuh
dengan tanda pada episode asthma seperti batuk, dada sesak, wheezing dan dyspnea(Smeltzer,
Suzanne C. O’Connell., Bare, 2008). Penyakit ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah
udara yang dapat diinduksi oleh kontraksi otot polos, penebalan pada dinding jalan nafas serta
terdapatnya sekresi
ISSN 2476-
8987

berlebih dalam jalan nafas yang merupakan hasil dari respon berlebih pada alergen.( Jeffrey
M.C, 2012).

Alergi merupakan faktor predisposisi terkuat terhadap angka kejadian asma, paparan yang
lama pada iritan jalan nafas atau alergen juga meningkatkan resiko berkembangnya asma.
Sedangkan faktor pencetus terhadap gejala asma dan eksaserbasi pada pasien asma meliputi
iritan jalan nafas, latihan, stress atau kesedihan yang mendalam, sinusitis dengan postnasal
drip, terapi pengobatan, infeksi traktus respiratorius yang disebabkan oleh virus dan
gastroesophageal reflux(Smeltzer, Suzanne C. O’Connell., Bare, 2008)

Data National Health Interview Survey (NHIS) tahun 2011 menunjukkan sebanyak 39,5 juta
warga Amerika yang terdiagnosa asma. Di Indonesia, berdasarkan data RISKEDAS tahun
2013, didapatkan hasil bahwa angka kejadian asma di Sulawesi Tengah 7,8%, Nusa Tenggara
Timur 7,3 %, Daerah Istimewa Yogyakarta 6,7 % dan Sulawesi Selatan 6,7 % dimana angka
kejadian asma lebih sering terjadi pada wanita dengan presentase 4,6 %, 2% lebih tinggi
dibandingkan laki laki.

Angka morbiditas yang diakibatkan oleh asma semakin meningkat setiap tahunnya, sehinggga
tujuan dari pengobatan asma yakni mengontrol asma yang ditunjukkan oleh fungsi pulmonar
yang kembali normal maupun mendekati normal, mempertahankan level aktivitas normal, dan
meminimalkan kebutuhan beta2 agonist inhalers yang berfungsi sebagai quick relief dari
gejala asthma yang diberikan 2 kali seminggu dipantau secara adekuat (Asthma, 2014). Tanda
dan gejala asma yang biasa sering muncul adalah mengi, peningkatan frekuensi pernafasan,
hyperventilation, hyperinflasi, fluktuasi kadar CO2.

Hyperventilation yang diikuti dengan kecemasan merupakan gejala yang sering ditemukan
pada penderita asma, sehingga mengakibatkan bronkokonstriksi jalan nafas (Holloway,
Elizabeth A. Wes, 2007). Hyperventilation merupakan suatu kondisi dimana CO2 dalam darah
dan alveoli berkurang sehingga kompensasi jalan nafas mengalami konstriksi bertujuan untuk
menghindari kehilangan CO secara berlebih (Bruton, 2005). Selain itu penebalan dinding
jalan nafas karena remodelling jalan nafas meningkat dengan tajam dan berkontribusi
terhadap obstruksi aliran udara (Wiley, 2012). Pernafasan yang seperti ini berkontribusi dalam
kerentanan dan kelemahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit dan berhubungan erat
dengan cara bernafas yang efektif dan benar (Zara, 2012).

Pengobatan untuk asma dibedakan atas dua macam yaitu pengobatan secara farmakologis dan
non farmakologis. Terdapat dua golongan medikasi secara farmakologis yakni pengobatan
jangka panjang dan pengobatan cepat atau quick reliefsebagai pereda gejala yang
dikombinasikan sesuai kebutuhan (Smeltzer, Suzanne C. O’Connell., Bare, 2008).
Bentuk pengobatan nonfarmakologis adalah pengobatan komplementer yang meliputi
breathing technique (teknik pernafasan), acupunture, exercise theraphy, psychological
therapies, manual therapies(Council, 2006).

Dewasa ini, teknik pernafasan yang dikembangkan berupa olah raga aerobik, senam, taichi,
waitankung, yoga, mahatma, buteyko dan papworth. Teknik pernafasan ini ditujukan tidak
hanya untuk mereka para penderita asthma, namun juga penderita penyakit paru lainnya
(Adryan, 2012).
ISSN 2476-
8987

Sepanjang data april 2012 data dari RCTs menyebutkan bahwa pernafasan buteyko dapat
memperbaiki gejala asma (Asthma, 2014)

Berdasarkan bukti penelitian yang dilakukan oleh Cooper tahun 2003 menunjukkan hasil
bahwa teknik pernafasan Buteyko terbukti mampu mengurangi gejala asma namun tidak dapat
mengubah fungsi pulmonar pada pasien. Sehingga prinsip dalam pengontrolan asma dimana
derajat gejala dan keterbatasan fungsi dapat diminimalisasi akan mempengaruhi pengobatan
yang didasarkan pada derajat pengontrolan asma.

Berdasarkan uraian diatas, pengontrolan asma menggunakan teknik pernafasan menjadi


alternative pilihan bagi penderita asma (Council, 2006). Teknik pernafasan buteyko diyakini
mampu mengurangi gejala hyperventilation karena produksi nitric oxide dapat menyebabkan
bronkodilator jalan nafas (Bruton, 2005). Sehingga kurva disosiasi oksihemoglobin yang
dapat menghambat kelancaran oksigenasi dan efek bohr dapat dikurangi (Zara, 2012).

METODE PENELITIAN
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik pernafasan buteyko dan dalam penelitian
ini, variabel terikatnya adalah pengontrolan asma. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang menggunakan desain penelitian pre experimen dengan menggunakan
kelompok yang mendapat perlakuan (Riyanto, 2011).

Populasi pada penelitian ini adalah pasien asma yang melakukan pemeriksaan di BKPM
Semarang. Jumlah pasien yang melakukan pemeriksaan di BKPM Semarang adalah sebanyak
165, terhitung dari bulan Agustus – Oktober 2014. Teknik pengambilan sampel penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling.Sampel dalam penelitian ini adalah anggota dari
populasi yang memiliki kriteria inklusi dan eksklusi diantaranya pasien yang menderita asma
dan menjalani pemeriksaan di BKPM Semarang, pasien asma dengan kriteria asma persisten
ringan dan sedang, dan bersedia menjadi responden. sedangkan untuk kriteria eksklusinya
yakni pasien asma dengan komplikasi berkelanjutan, pasien dengan penyakit paru lain seperti
tuberkulosis, emfisema, kanker paru, serta tidak bersedia menjadi responden.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November - Desember 2014 di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Semarang. Adapun definisi operasional variabel bebasnya adalah Teknik
pernafasan yang digunakan untuk mengontrol pernafasan serta latihan menahan pernafasan
yang bertujuan untuk mengurangi keadaan hyperventilasi dan hypocapnue dan memperbaiki
pernafasan diafragma. Sedangkan definisi operasional untuk variabel terikatnya adalah
Merupakan hasil pernyataan klien terhadap pengontrolan gejala dengan menggunakan
quesioner Asthma Control test.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Asthma control test
(ACT) yang merupakan kuesioner yang terdiri dari 5 aspek yang digunakan untuk mengkaji
gejala asma (pagi dan malam), kegunaan pengobatan penolong dan dampak asma pada
kehidupan sehari hari. Uji validitas dan reliabilitas menurut Masbimoro, 2009 asthma control
test ini valid ( r hitung 0, 45 ) dan reliabel ( alpha cronchbach 0,83>0,6). Instrumen lainnya
adalah Spirometri adalah salah satu alat yang
ISSN 2476-
8987

digunakan untuk tes fungsi paru, yakni mengukur banyaknya udara yang diekspirasikan dari
satu kali inspirasi yang dalam (Plottel, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat
1. Umur Responden
Tabel 4.1 Distribusi responden dengan asma berdasarkan umur di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Semarang, 2015 (N=34)
Umur Jumlah Prosentase (%)
26-45 9 26,5 %
46-65 22 64,7 %
> 66 3 8,8 %
Total 34 100
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa karakteristik usia responden di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Semarang yang berumur 26-45 tahun terdapat 9 responden
(26,5%), 46-65
tahun terdapat 22 responden (64,7%) dan > 66 tahun terdapat 3 responden (8,8%).

2. Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Distribusi Responden Dengan Asma Berdasarkan Jenis Kelamin Di Balai Kesehatan
Paru Masyarakat Semarang, 2015 ( N=34)
Jenis kelamin Jumlah Prosentase (%)
Laki-laki 14 41,2 %
Perempuan 20 58,8%
Total 34 100
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil karakteristik jenis kelamin responden di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Semarang adalah 14 responden berjenis kelamin laki-laki
(41,2%) dan 20 responden berjenis kelamin perempuan (58,8%).

3. Pendidikan Resonden
Tabel 4.3 Distribusi Responden Dengan Asma Berdasarkan Pendidikan di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Semarang, 2015 (N=34)
Pendidikann Jumlah Prosentase (%)
SD 2 5,9
SMP 11 32,4
SMA 10 58,8
PT 1 2,9
Total 34 100
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa karakteristik pendidikan responden di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Semarang adalah SD sebanyak 2 responden (5,9%), SMP 11
responden (32,4%), SMA 20 responden (2,9%) dan perguruan tinggi 1 responden (2,9%).

4. Pekerjaan Responden
ISSN 2476-
8987

Tabel 4.4 Distribusi Responden Dengan Asma Berdasarkan Pekerjaan Di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Semarang, 2015 (N=34)
Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)
Swasta 9 26,5
Ibu Rumah Tangga 10 29,4
Lain-lain 15 44,1
Total 34 100
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa karakteristik pekerjaan responden di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Semarang yang bekerja sebagai wiraswasta ada 9 responden
(26,5%), sebagai ibu rumah tangga 10 responden (29,4%) dan yang bekerja selain sebagai
wiraswasta maupun ibu rumah tangga sebanyak 15 responden (44,1%).

5. Pengontrolan asma sebelum dilakukan teknik pernafasan Buteyko


Tabel 4.7 Distribusi Responden Dengan Asma Berdasarkan Pengontrolan Asma Sebelum
Diberikan Teknik Pernafasan Buteyko Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang, 2015
(N=34)
Kontrol Jumlah Prosentase (%)
Tidak terkontrol 4 23,5
Terkontrol sebagian 13 76,5
Terkontrol total 0 0
Total 17 100
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan hasil bahwa sebelum dilakukan teknik pernafasan
buteyko jumlah responden asma tidak terkontrol sebanyak 23,5% (4 responden) dan
terkontrol sebagian sebanyak 76,5% (13 responden).

6. Tabel 4.9 Distribusi Responden Dengan Asma Berdasarkan Pengontrolan Asma Sesudah
Diberikan Teknik Pernafasan Buteyko Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang, 2015
(N=34)
Kontrol Jumlah Prosentase (%)
Tidak terkontrol 2 11,8
Terkontrol sebagian 15 88,2
Terkontrol total 0 0
Total 17 100
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan hasil bahwa sesudah dilakukan teknik
pernafasanButeyko jumlah responden asma tidak terkontrol sebanyak 11,8% (2
responden) dan terkontrol sebagian sebanyak 88,2% (15 responden).

B. Analisa Bivariat
1. Perbedaan efektivitas teknik pernafasan Buteyko terhadap pengontrolan asma
Tabel 4.11 Perbedaan Efektivitas Pengontrolan Asma Sebelum dan Sesudah Diberikan
Teknik Pernafasan Buteyko Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang, 2015 (N=34)
Variabel Mean SD P value
Pengontrolan asma sebelum 20,35 2,57 0,000
ISSN 2476-
8987

Pengontrolan asma sesudah 21,29 2,77


Berdasarkan tabel 4.11 merupakan tabel hasil uji paired sample T-Test dengan hasil rata–
rata (mean) pengontrolan asma meningkat yaitu 20,35 menjadi 21,29 serta nilai
signifkansinya ( p value < 0,05) adalah 0,00.

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kontrol
asma sebelum dan sesudah dilakukan teknik pernafasan Buteyko.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian setelah dilakukan tehnik pernafasan Buteyko mnunjukan nilai signifikansi (p
value < 0,05) untuk pengukuran dengan menggunakan asthma control test adalah 0,000.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kontrol asma
sebelum dan sesudah dilakukan tehnik pernafasan Buteyko.

Hasil penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Agustiningsih,
Denny. Kafi, Abdul. Djunaidi, 2007) yang menyatakan bahwa tehnik pernafasan Buteyko
dipercaya dapat menurunkan angka serangan, penggunaan obat bronkodilator dan
pengguanaan steroid menadi minimal. Menurut Thomas (2014) hasil penelitiannya
menerangkan bahwa setelah dilakukan intervensi dengan menggunakan tehnik pernafasan
Buteyko terdapat perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Huyton (2006) menyatakan bahwa dengan diberikan tehnik pernafasan Buteyko pada pasien
dengan asma menghasilkan perbedaan yang signifikan pada pengontrolan asma. Hal ini
didasarkan pada teori yang menenrangkan bahwa hiperventilasi bertanggung awab terhadap
peningkatan bronkospasme yang merupakan akibat dari upaya tubuh menahan
karbondioksida, dengan menggunakan tehnik pernafasan Buteyko yang prinsip dasarnya
adalah nasal breathing (pernafasan hidung), efek turbulensi disaluran nafas yang diakibatkan
oleh penyempitan jalan nafas akan berkurang sehingga ventilasi-perfusi didalam paru akan
meningkat serta kondisi yang mengakibatkan tubuh harus menyimpan karbondioksida
berlebih didalam tubuh dapat berkurang.

KESIMPULAN

1. Karakteristik umur responden di balai Kesehatan :Paru Masyarakat Semarang dari 34 responden
sebagian besar berada pada rentang usia 45-65 tahun sebanyak 22 responden (64,7%),
sedangkan dari segi jenis kelamin, sebagian besar jenis kelamin responden adalah perempuan
(58,8%), dari sedi pendidikan sebagian besar responden pendidikan SMA yaitu sebanyak 20
responden (58,8%) dan berdasarkan jenis pekerjaan responden pekerjaan paling banyak adalah
pekerjaan lain yaitu 15 responden (44,1%)
2. Rata-rata pengontrolan asma sebelum dilakukan tehnik pernafasan Buteyko adalah 20,35
kemudian menjadi 21,29 setelah dilakukan tehnik pernafasan Buteyko.

SARAN
ISSN 2476-
A. Saran 8987
1. Bagi profesi keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan sebagai intervensi mandiri keperawatan dalam memberikan edukasi kepada
pasien asma yang kurang terkontrol. Sehingga resiko komplikasi dapat dicegah yang pada akhirnya angka mobiditas maupun mortalitas
dapat berkuramg
2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan dalam pengembangan penelitian tentang teknik pernafasan buteyko terhadap
pengontrolan asma. Sehingga pengembangan teknik pernafasan tersebut dapat digunakan sebagai bahan ajar terapi non farmakologi
terhadap pengontrolan asma
3. Bagi masyarakat
Masyarakat yang telah mengetahui fungsi dari teknik pernafasan tersebut diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga tingkat pengontrolan pada pasien asma semakin baik. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi
pasien dan keluarga agar mengguakan teknik pernafasan buteyko untuk mengontrol asma.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih, Denny. Kafi, Abdul. Djunaidi, A. (2007). Pernapasan dengan metode buteyko meningkatkan nilai force expiratory volume in
1 second (%fev1) penderita asma dewasa derajat persisten sedang. Berita Kedokteran Masyarakat.
Asthma, G. initiative for. (2014). Pocket guide for asthma management and prevention( for adults and children older than 5 years). Retrieved
from http://www.ginasthma.org/
Council, N. A. (2006). Asthma management handbook 2006. Melbourne: National Asthma Council LTD.

Holloway, Elizabeth A. Wes, R. J. (2007). Integrated breathing and relaxation training (the Papworth method) for adults with asthma in
primary care: a randomised controlled trial. Thorax, 62(10), 1039–1042.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi metodologi penelitian kesehatan. Yogjakarta: Nuha Medika.

Smeltzer, Suzanne C. O’Connell., Bare, B. G. (2008). Brunner and Suddarth’s textbook of medical- surgical nursing 10th edition. Philadelphia:
Lipincott Williams & Wilkins.

Zara, A. (2012). Pengaruh teknik pernafasan buteyko terhadap penurunan gejala asma di wilayah kerja Puskesmas Pasar Baru kecamatan Bayang
Painan Pesisir Selatan. Universitas Andalas.
ISSN 2476-
8987

PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH PADA ORANG
DEWASA
(45-55 TAHUN) DI DUSUN IV NGRAME
TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
FINA DYAH PRAMESTI
201210201023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA

2016
ISSN 2476-
8987

PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT TERHADAP KADAR


KOLESTEROL DARAH PADA ORANG DEWASA

(45-55 TAHUN) DI DUSUN IV NGRAME


TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana


Keperawatan Pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu
Keperawatan di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
FINA DYAH PRAMESTI
201210201023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
ISSN 2476-
8987

2016
ISSN 2476-
8987

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUR PEMBERIAN JUS TOMAT TERHADAP KADAR


KOLESTEROL BARAil PADA ORANG DEWASA (45-55
TAHUN} DI DUSUN IV
NGRAME TAMANTIRTO KASIIIAN

rRAMESTI

Studi Ilmu Kepernwaian Fakultas iiisehatnn

Tanggal
ISSN 2476-
8987

PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT TERHADAP KADAR


KOLESTEROL DARAH PADA ORANG DEWASA
(45-55 TAHUN) DI DUSUN IV NGRAME TAMANTIRTO
KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA¹

Fina Dyah Pramesti², Diyah Candra Anita K.³

INTISARI

Latar Belakang: Penyakit jantung koroner di Indonesia menduduki posisi


keempat sebagai penyebab kematian. Hal ini terjadi karena adanya penimbunan
plak di dalam pembuluh darah koroner. Penimbunan plak tersebut disebabkan
oleh jumlah kolesterol yang terlalu banyak di dalam darah. Salah satu
pengobatan non farmakologinya yaitu menggunakan tomat. Tomat mengandung
likopen yang dapat menurunkan kadar kolesterol total dan low density
lipoprotein (LDL).

Tujuan: Diketahuinya pengaruh pemberian jus tomat terhadap kadar kolesterol


darah di Dusun IV Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen dengan


rancangan Non-Equivalent Control Group. Sampel pada penelitian ini adalah 20
orang yang memiliki kadar kolesterol > 200 mg/dL yang diambil dengan cara
Total Sampling.

Hasil: Hasil uji Independent t Test untuk mengetahui perbedaan rerata nilai kadar
kolesterol darah antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan
nilai p value 0,002 (p<0,05), artinya terdapat pengaruh pemberian jus tomat
untuk menurunkan kadar kolesterol darah.

Kesimpulan dan Saran: Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jus tomat
dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Untuk konsumen diharapkan jus
tomat dapat dikonsumsi sebagai salah satu alternatif pengobatan kadar
kolesterol yang tinggi.

Kata Kunci : Kadar Kolesterol Darah, Jus Tomat


Kepustakaan : 25 Jurnal, 17 Buku, 4 Skripsi

Jumlah Halaman : i-xiii, 61 halaman, 10 tabel, 3 gambar, 12 lampiran

¹ Judul Skripsi.

² Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta. ³


Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
ISSN 2476-
8987

PENDAHULUAN sekitar 23,6 juta penduduk dunia meninggal


Latar Belakang Masalah karena penyakit jantung koroner. Menurut
Riskesdas (2007) prevalensi penyakit
Penyakit jantung koroner jantung koroner di Indonesia (berdasarkan
merupakan penyakit jantung yang sering
dialami oleh orang dewasa (Riskesdas,
2013). Penyakit ini juga merupakan
penyebab kematian nomor satu di dunia
(WHO, 2008). Penyakit jantung koroner di
Indonesia menduduki posisi keempat
sebagai penyebab kematian. Penyakit
jantung koroner terjadi karena adanya
penimbunan plak di dalam pembuluh
darah koroner. Penimbunan plak dalam
pembuluh darah koroner tersebut
disebabkan oleh jumlah kolesterol yang
terlalu banyak di dalam darah. Hal ini
menyebabkan arteri koroner menyempit
atau tersumbat. Penyempitan arteri koroner
tersebut sering disebut dengan penyakit
arterosklerosis (Mumpuni dan Wulandari,
2011).
Pemerintah Indonesia telah
memberikan perhatian serius dalam
pencegahan dan penanggulangan penyakit
tidak menular. Hal ini dapat dilihat dengan
dibentuknya Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575
Tahun 2005 dalam melaksanakan
pencegahan
dan penanggulangan
penyakit jatung dan pembuluh darah
termasuk hiperkolesterolemia, diabetes
melitus dan penyakit metabolik, kanker,
penyakit kronik dan penyakit generatif
lainnya serta gangguan akibat kecelakaan
dan cedera (Depkes RI, 2013 dalam
Puspito, 2014).
Proporsi kematian akibat penyakit
jantung koroner (PJK) di negara Asia
sebagai berikut: Asia Timur (Jepang
35/100.000 penduduk per tahun, Korea
Selatan 35/100.000 penduduk per tahun,
Cina 65/100.000 penduduk per tahun),
Asia Tenggara (Thailand 60/100.000
penduduk per tahun, Malaysia
105/100.000 penduduk per tahun,
Indonesia 170/100.000 penduduk per
tahun) (Hata dan Kiyohara, 2013). Badan
Kesehatan Dunia (WHO, 2011) juga
menyebutkan bahwa pada tahun 2030
diperkirakan akan terjadi peningkatan
ISSN 2476-
8987

diagnosis tenaga kesehatan dan gejala) (Dwijayanthi, 2011). Terapi non


berkisar 7,2% kematian akibat PJK. farmakologi dalam penatalaksaan kadar
Info Datin Kemenkes, 2013 kolesterol yang lebih dari 200 mg/dL salah
menyebutkan bahwa penderita penyakit satunya adalah menggunakan tomat.
jantung koroner, gagal jantung dan stroke
banyak ditemukan pada kelompok umur
45-55 tahun. Lebih dari 3 juta kematian
akibat penyakit jantung koroner terjadi
sebelum usia
60 tahun. Terjadinya kematian dini yang
disebabkan oleh penyakit jantung
berkisar sebesar 4% di negara
berpenghasilan tinggi, dan 42% terjadi di
negara berpenghasilan rendah, termasuk
Indonesia (Depkes, 2014).
Indonesia merupakan negara
berkembang. Hal ini menyebabkan
perubahan gaya hidup di dalam
masyarakatnya termasuk dalam
perubahan perilaku konsumsi makanan.
Perilaku konsumsi makanan yang
beresiko menimbulkan penyakit
degeneratif seperti PJK yang digemari
oleh masyarakat antara lain kebiasaan
mengkonsumsi makanan atau minuman
manis, asin, berlemak tinggi, makanan
yang dipanggang atau dibakar,
diawetkan, berkafein, dan berpenyedap
rasa (Riskesdas, 2013).
Makanan yang mengandung
tinggi lemak jenuh akan menyebabkan
timbunan kolesterol dalam darah dengan
jumlah banyak yang akhirnya akan
menyebabkan arterosklerosis. Makanan
yang mengandung tinggi lemak jenuh
sebaiknya diimbangi dengan makanan
yang mengandung banyak serat dan
antioksidan. Serat dan antioksidan
tersebut banyak terkandung di dalam
buah- buahan dan sayuran seperti tomat
(Found dan Erdman, 2011).
Penatalaksaan kadar kolesterol
yang lebih dari 200 mg/dL menggunakan
dua metode yaitu dengan terapi
farmakologi dan non farmakologi. Terapi
farmakologi yang biasanya digunakan
oleh penderita hiperkolesterol salah
satunya adalah obat asam nikotinik
(niasin). Niasin memiliki efek samping
pada sebagian orang yaitu mual dan rasa
sakit di bagian abomen, meningkatkan
kadar asam urat (hiperurikemia) dengan
menghambat sekresi tubular asam urat
ISSN 2476-
8987
Menurut Dalimartha dan Adrian, kadar trigliserida dalam plasma. Sebagai
(2013) secara botani tomat termasuk buah, tambahan, diketahui bahwa jus tomat
tetapi lebih sering diolah dan dikonsumsi mengandung 13- oxo-9,11-octadecadienoic
sebagai sayuran. Mudah ditemukan di acid (13-oxo-ODA) yang merupakan isomer
kalangan masyarakat Indonesia, mudah dari 9-oxo-ODA dan merupakan agonist
diolah, harganya yang relatif bisa dibeli PPARα yang lebih kuat
oleh kalangan masyarakat mulai dari
ekonomi menengah keatas maupun
menengah kebawah.
Tomat adalah jenis sayuran yang
banyak mengandung senyawa antioksidan,
diantaranya karatinoid, vitamin E, vitamin
C dan likopen. Menurut Di Mascio, et al.,
(1989) menjelaskan likopen merupakan
karotenoid yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh dan merupakan salah satu
antioksidan yang sangat kuat.
Kemampuannya mengendalikan radikal
bebas 100 kali lebih efisien daripada
vitamin E atau 12.500 kali dari pada
gluthation. Selain sebagai anti skin aging,
likopen juga memiliki manfaat untuk
mencegah penyakit kardiovaskular. Selain
itu buah tomat juga kaya serat yang larut
dalam air dan kandungan pektin terutama
dibagian kulitnya sehingga dapat
mengganggu penyerapan lemak dan
glukosa yang berasal dari makanan (dalam
Sumardiono et al, 2009).
Beberapa mekanisme
yang memungkinkan
turunnya kadar kolesterol total dan low
density lipoprotein (LDL) oleh likopen
antara lain: (1) likopen dapat mencegah
aktifitas dari enzim 3-hydroxy-3-
methylglutaryl-CoA reductase (HMGKoA
reduktase) yang merupakan enzim kunci
pada sintesis kolesterol sehingga sintesis
kolesterol terhambat; (2) likopen dapat
meningkatkan pengambilan dan degradasi
LDL oleh makrophag; dan (3) likopen
dapat meningkatkan pengaturan reseptor
LDL sehingga kadar LDL dalam darah
dapat berkurang. 9-oxo-ODA merupakan
agonist dari Peroxisome Proliferator-
Activated Receptor (PPARα). PPARα
merupakan reseptor yang berfungsi dalam
oksidasi lemak. Apabila reseptor ini
diaktifkan maka akan terjadi oksidasi asam
lemak di jaringan sehingga akan
mengurangi akumulasi trigliserida di
jaringan. Reseptor ini juga akan
menginduksi ekspresi dari lipoprotein
lipase yang akan meningkatkan lipolisis
dari lipoprotein sehingga akan mengurangi
ISSN 2476-
8987
dibandingkan 9-oxo-ODA. Sehingga “Adakah pengaruh pemberian jus
dengan mengkonsumsi tomat dalam tomat terhadap kadar kolesterol
jumlah tertentu, maka tubuh mampu darah?”
mereduksi kadar kolesterol total dan ada
perbedaan kadar kolesterol sebelum dan Tujuan Penelitian
sesudah pemberian jus tomat (Preedy dan Tujuan umum dilakukannya
Waston, 2008). penelitian ini adalah diketahuinya
Penelitian Anggraeni (2015) pengaruh pemberian jus tomat terhadap
sudah meneliti tentang pengaruh kadar kolesterol darah pada
pemberian jus tomat terhadap kadar
kolesterol dalam darah pada pasien
hiperkolesterolemia di Puskesmas Bergas
Kabupaten Semarang dengan hasil
penelitian ada perbedaan kadar kolesterol
dalam darah pada pasien
hiperkolesterolemia sebelum dan sesudah
diberikan jus tomat pada kelompok
intervensi, dengan nilai p-value 0,001 <
0,05. Tidak ada perbedaan kadar
kolesterol dalam darah pada pasien
hiperkolesterolemia sebelum dan sesudah
penelitian pada kelompok kontrol,
dengan nilai p-value 0,684 > 0,05.
Namun, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang pengaruh pemberian jus tomat
terhadap kadar kolesterol darah di Desa
Ngrame Kecamatan Kasihan Kabupaten
Bantul DI Yogyakarta.
Studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 15 November
2015 di Desa tersebut terdapat 20 orang
dari usia 45-55 tahun memiliki kadar
kolesterol lebih dari 200 mg/dL dan hasil
pendataan di wilayah Puskesmas Kasihan
II Bantul Yogyakarta yang dilakukan
pada tanggal 01 Desember 2015
didapatkan data dari bulan September s/d
November 2015 sebanyak 189 orang dari
2037 pemeriksaan memiliki kadar
kolesterol > 200 mg/dL. Dapat
disimpulkan bahwa yang memiliki kadar
kolesterol > 200 mg/dL sebesar 10 %
atau bisa dikatakan setiap 10 orang yang
melakukan pemeriksaan memiliki kadar
kolesterol > 200 mg/dL. Hasil
wawancara dengan 20 orang didapatkan
data bahwa mereka belum mengetahui
jika jus tomat dapat digunakan sebagai
obat alternatif untuk menurunkan kadar
kolesterol.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan, maka dapat
diambil rumusan masalah yaitu
ISSN 2476-
8987
orang dewasa (45-55 Tahun) di Dusun IV kolesterol darah atau alat GCU. Pengumpulan
Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul data dilakukan dengan mengukur kadar
Yogyakarta.Tujuan khusus dilakukannya kolesterol responden sebelum diberikan jus
penelitian ini diketahui kadar kolesterol tomat dan mengukur kembali kadar kolesterol
responden setelah 14 hari pada kelompok
sebelum dan sesudah diberikan jus tomat intervensi yang diberi jus tomat maupun
pada kelompok eksperimen. Diketahui kelompok kontrol.
kadar kolesterol sebelum dan sesudah
pada kelompok kontrol.

METODE PENELITIAN
Metode pendekatan yang
digunakan adalah quasy experiment design
yaitu penelitian yang tidak mempunyai
pembatasan yang ketat terhadap
randomisasi. Disebut eksperimen semu
karena belum atau tidak memiliki ciri-ciri
rancangan eksperimen sebenarnya, karena
variabel yang seharusnya dikontrol atau
dimanipulasi tidak atau sulit dilakukan.
Adapun rancangan pada penelitian ini
berbentuk non equivalent control group
design yaitu desain yang penelitianya
menggunakan kelompok pembanding
(kontrol) (Notoatmodjo, 2012). Adapun
dalam penelitian ini mengambil data kadar
kolesterol dalam menyusun skripsi dengan
intervensi pemberian jus tomat pada
responden usia 45-
55 tahun di Dusun IV Ngrame Tamantirto
Kasihan Bantul Yogyakarta.
Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015).
Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah orang dewasa penuh yang
memililiki kadar kolesterol lebih dari 200
mg/dL yaitu sebanyak 20 orang. Besar
sampel yang digunakan pada penelitian ini
yaitu 20 responden yang didistribusikan
kedalam 2 kelompok yaitu 10 orang
kelompok eksperimen (perlakuan) dan 10
orang menjadi kelompok kontrol.
Pemisahan kedua kelompok secara acak
(Sugiyono, 2015).
Alat pengumpulan data adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun social yang
diamati (Sugiono, 2015). Alat
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat pengukur kadar
ISSN 2476-
8987
Posttest
Setelah data terkumpul, data KKD 224,90
dapat diolah secarah manual maupun Keterangan:
komputerisasi. Adapun langkah-langkah KKD : Kadar Kolesterol Darah
pengolahan data, meliputi penyuntingan
(editting), pengkodean (coding), entri
(entry), penyusunan data (tabulating).
HASIL PENELITIAN
Hasil Uji Normalitas Data Kadar
Kolesterol Responden
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data
Hasil Pengukuran Kadar
Kolesterol Darah pre test dan
post test pada Kelompok
Eksperimen Dan
Kelompok Kontrol.
Variabel Signifikan Keterangan
Pretest KKD Normal
0,808
eksperimen
Posttes KKD Normal
0,634
eksperimen
Pretest KKD Normal
0,666
kontrol
Posttest KKD Normal
kontrol 0,922
Keterangan:
KKD : Kadar Kolesterol Darah
Berdasarkan tabel 1 didapatkan
bahwa hasil uji normalitas data yaitu
data yang terdistribusi normal dimana
nilai p > 0,05 yaitu pada kelompok
eksperimen data pre test dan post test
kadar kolesterol darah sebesar 0,808
dan 0,634 sedangkan pada kelompok
kontrol didapatkan data terdistribusi
normal dimana nilai p > 0,05 yaitu data
pre test dan post test kadar kolesterol
darah sebesar 0,666 dan 0,922.
Berdasarkan hasil uji normalitas
data diatas maka untuk analisis data
variabel dalam penelitian ini akan
dianalisis menggunakan statistik
parametrik dikarenakan semua data
terdistribusi normal.

Hasil Uji Statistik Paired T-Test Kadar


Kolesterol Darah Pada Kelompok
Eksperimen.
Tabel 2. Hasil Uji Statistik Paired T-Test

Kadar Kolesterol Darah Pada


Kelompok Eksperimen
Variabel Mean SD Df p
Value
Pretest 16,921 9 0,006
186,30
KKD
ISSN 2476-
8987
Berdasarkan tabel 2 didapatkan kelompok selisih
bahwa hasil uji statistik dengan
menggunakan peringkat bertanda Paired
T-test pada kadar kolesterol darah sebelum
dan sesudah perlakuan didapatkan nilai p
0,006 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukan
bahwa ada perbedaan kadar kolesterol
darah sebelum dan sesudah perlakuan.

Hasil Uji Statistik Paired T-Test Kadar


Kolesterol Darah Pada Kelompok Kontrol
Tabel 3. Hasil Uji Statistik Paired T-Test

Kadar Kolesterol Darah Pada


Kelompok Kontrol
Variabel Mean Sd Df p
Value
Pretest 13,385 9 0,177
227,50
KKD
Posttest
KKD 220,60
Keterangan:
KKD : Kadar Kolesterol Darah
Berdasarkan tabel 3 didapatkan
bahwa hasil uji statistik dengan
menggunakan peringkat bertanda Paired
T-test pada kadar kolesterol darah sebelum
dan sesudah perlakuan didapatkan nilai p
untuk kadar kolesterol darah pre test dan
post test kelompok kontrol sebesar 0,177
(p>0,05). Hasil tersebut menunjukan
bahwa tidak terdapat perbedaan rerata
kadar kolesterol darah yang bermakna.

Hasil Uji Statistik Independent-Sample T- Test


Kadar Kolesterol Darah Pada Kelompok
Eksperimen Dan Kelompok Kontrol

Tabel 4. Hasil Uji Statistik Independent T-


Test Selisih Rerata Kadar
Kolesterol Darah Pada Kelompok
Eksperimen
Dan Kelompok Kontrol
Variabel Mean SD Df p
Value
Posttest 29,334 18 0,002
KKD 186,3
eksperimen
Posttest 18,969
KKD 227,5
kontrol
Keterangan:
KKD : Kadar Kolesterol Darah
Berdasarkan tabel 4 didapatkan
bahwa hasil uji statistik dengan
menggunakan Independent T-test, antara
ISSN 2476-
8987
kadar kolesterol darah pada kelompok memungkinkan terjadinya penumpukan
eksperimen dengan selisih kadar lemak dalam tubuh. Bahayanya jika
kolesterol darah pada kelompok kontrol penumpukan lemak ini menempel pada
saat pre test didapatkan nilai p value dinding pembuluh darah maka
sebesar 0,536 (p>0,05). Hasil tersebut penimbunan ini akan mempersempit aliran
menunjukan bahwa Ha pre test ditolak, darah, apalagi jika pembuluh darah telah
artinya ada perbedaan namun tidak menua. Kondisi ini akan mengakibatkan
signifikan. Sedangkan antara kelompok penyumbatan pembuluh darah
selisih kadar kolesterol darah pada
kelompok eksperimen dengan selisih
kadar koleterol darah pada kelompok
kontrol saat post test didapatkan nilai p
value sebesar 0,002 (p<0,05). Hasil
tersebut menunjukan bahwa Ha post test
diterima, artinya ada perbedaan yang
signifikan.
Berdasarkan keseluruhan hasil
analisis statistik tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian jus tomat terhadap kadar
kolesterol darah di Dusun IV Ngrame
Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta,
dengan menggunakan uji klinis
pemberian jus tomat memiliki arti yang
bermakna yaitu dapat menurunkan kadar
kolesterol darah. Dimana terdapat 9
(90%) responden mengalami penurunan
kadar kolesterol darah setelah
mengkonsumsi jus tomat.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di wilayah Dusun IV Ngrame
Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta
yaitu RT 02 Ngrame selama 14 hari
diketahui bahwa responden yang
memiliki kadar kolesterol > 200 mg/dL
banyak dialami pada usia 45-55 tahun
yaitu sebanyak 13 orang (65%). Menurut
Info Datin Kemenkes (2013) pada usia
tersebut mulai terjadi proses penuaan dan
metabolisme menjadi lambat, sehingga
dapat meningkatkan resiko penyakit
jantung koroner.
Menurut Setianto (2007) pada usia
45-
55 tahun akan terjadi proses penuaan
pembuluh darah. Faktor usia
mempengaruhi kemunduran fungsi tubuh
termasuk kekakuan pembuluh darah
(mengkerut dan menua). Bertambahnya
usia juga mempengaruhi penurunan
fungsi hormone estrogen dan testosterone
dalam mendistribusikan lemak, sehingga
ISSN 2476-
8987
jantung dan penyakit jantung mengolah informasi yang diperoleh menjadi
koroner (Handajani et all, 2010). suatu perlakuan yang dapat mempengaruhi
Dilihat dari jenis kelamin sebagian kesehatan seseorang. Tingkat pendidikan
besar adalah berjenis kelamin perempuan seseorang dapat mempengaruhi kemampuan
yaitu sebanyak 12 orang (60%). mendengar, menyerap informasi,
Berdasarkan penelitian dari menyelesaikan masalah, perilaku dan gaya
Handajani (2010) menyebutkan bahwa hidup. Latar belakang pendidikan akan
pada usia ini perempuan biasanya sedang
mencapai puncak karir, dan justru pada
masa tersebut mereka akan
mengalami menopause (usia
45–55 tahun). Kondisi
menopouse dapat menurunkan
produksi hormon wanita (estrogen
dan progesteron). Dengan penurunannya,
maka distribusi lemak tubuh mulai
terganggu. Penimbunan lemak yang tidak
terdistribusi dengan baik akan
memengaruhi metabolisme tubuh. Bila
proses ini diikuti dengan pola makan, gaya
hidup, dan aktivitas tidak sehat secara
berkepanjangan, maka setelah usia 60
tahun individu akan rentan terhadap
serangan penyakit degeneratif.
Kondisi perekonomian yang sulit
seperti saat ini, memungkinkan perempuan
bekerja untuk menambah nafkah keluarga.
Kondisi di luar rumah memudahkan
mereka terpapar terhadap pola hidup tidak
sehat. Kompleksnya permasalahan seperti
kurangnya lapangan pekerjaan,
penghasilan keluarga tidak cukup,
pendidikan anak yang semakin mahal,
perkawinan tidak harmonis, juga sering
bermanifestasi pada timbulnya gangguan
emosi dan stres psiko-sosial yang sering
mengawali terjadinya penyakit degeneratif.
Bila kondisi ini berlarut-larut tanpa
penanganan yang cepat, maka kematian
akibat komplikasi penyakit degeneratif
dapat terjadi lebih dini. Dalam penelitian
Sandiyani (2012) pasien meninggal
mendadak akibat serangan jantung yang
disebabkan oleh kadar kolesterol yang
tinggi sebesar 80%, dan sebesar 50%-nya
tidak menampakan gejala sebelumnya.
Wanita menjadi kelompok paling banyak
menderita masalah ini, yakni 14,5% atau
hampir dua kali lipat kelompok laki-laki.
Dilihat dari pendidikan sebagian
besar responden berpendidikan SD
(Sekolah Dasar) yaitu 9 orang (45%).
Menurut Syafiq (2013) dalam Rahmawati
(2016), bahwa tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi kemampuan menerima dan
ISSN 2476-
8987
mempengaruhi pola pikir seseorang selama 14 hari didapatkan nilai rerata
tentang kesehatan guna menjaga penurunan kadar kolesterol darah sebesar
kesehatannya. Sebuah penelitian yang 38,6 mg/dL. Dapat diartikan secara klinis
dilakukan Yenni (2011) dalam jus tomat berpengaruh untuk menurunkan
Rachmawati (2016) menunjukkan bahwa kadar kolesterol darah.
orang yang mempunyai pendidikan Berdasarkan hasil analisis tersebut,
rendah lebih berisiko stroke 6,2 kali dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
dibanding orang yang berpendidikan pemberian jus tomat terhadap kadar
tinggi. kolesterol
Dilihat dari jenis pekerjaan
sebagian besar responden menjadi ibu
rumah tangga yaitu 8 orang (40%).
Kondisi perekonomian yang sulit seperti
saat ini, memungkinkan perempuan
bekerja untuk menambah nafkah
keluarga. Kondisi di luar rumah
memudahkan mereka terpapar terhadap
pola hidup tidak sehat yang dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam
darah. Kompleksnya permasalahan
seperti kurangnya lapangan pekerjaan,
penghasilan keluarga tidak cukup,
pendidikan anak yang semakin mahal,
perkawinan tidak harmonis, juga sering
bermanifestasi pada timbulnya gangguan
emosi dan stres psiko-sosial yang sering
mengawali terjadinya penyakit
degeneratif. Bila kondisi ini berlarut-larut
tanpa penanganan yang cepat, maka
kematian akibat komplikasi penyakit
degeneratif dapat terjadi lebih dini. Hal
ini sesuai dengan pendapat Nurrahmani
(2012) yang menyatakan orang yang
beresiko memiliki kadar kolesterol tinggi
adalah mereka yang menerapkan pola
makan yang mengandung kadar lemak
jenuh yang tinggi.

Kadar Kolesterol Kelompok Eksperimen


Berdasarkan hasil tabel 2
didapatkan bahwa hasil rerata kadar
kolesterol darah pre test eksperimen
sebesar 224,9 mg/dL dan post test
sebesar 186,3 mg/dL, dimana hasil rerata
kadar kolesterol darah tersebut pada saat
pre test cenderung tinggi dibandingkan
dengan post test.
Uji statistik penurunan kadar
kolesterol darah dari pre test ke post test
menunjukan ada nilai beda yaitu 0,006
(p<0,05), dengan demikian secara klinis
kadar kolesterol darah dari pre test ke
post test didapatkan penurunan yang
bermakna dimana dalam penelitian
ISSN 2476-
8987
darah di Dusun IV Ngrame Tamantirto Kadar Kolesterol Kelompok Kontrol
Kasihan Bantul Yogyakarta, secara selisih Berdasarkan hasil penelitian pada
rerata antara pre test dengan post test pada tabel 3 dimana rerata kadar kolesterol darah
kelompok perlakuan menunjukkan ada
penurunan rerata kadar kolesterol darah
setelah diberikan jus tomat, berdasarkan
hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada
perbedaan kadar kolesterol darah pada saat
pre test dan post test pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
Berpengaruhnya intervensi tersebut
cara kerja buah tomat dalam menurunkan
kadar kolesterol darah yaitu kandungan
likopennya yang diperkirakan dapat (1)
meningkatkan pengambilan dan degradasi
LDL oleh makrophag; (2) mencegah
aktifitas dari enzim 3-hydroxy-3-
methylglutaryl-CoA reductase (HMGKoA
reduktase) yang merupakan enzim kunci
pada sintesis kolesterol sehingga sintesis
kolesterol terhambat; (3) meningkatkan
pengaturan reseptor LDL sehingga kadar
LDL dalam darah dapat berkurang. 9-oxo-
ODA merupakan agonist dari Peroxisome
Proliferator-Activated Receptor (PPARα)
(Preedy dan Waston, 2008). Oleh sebab itu
dengan cara tersebut waktu penelitian
selama
14 hari cukup untuk menurunkan kadar
kolesterol darah.
Penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Anggraeni (2015) dimana
penelitian tersebut dalam memberikan jus
tomat yang diminum secara teratur 2 kali
sehari setelah makan pada pagi pukul
07.00-08.00 dan sore pukul 15.00-16.00
yaitu sebanyak 100 cc jus tomat. Hasil dari
penelitian tersebut adalah pretest
kelompok intervensi 219.6875 dan pada
kelompok kontrol 218.0000, hasil posttest
kelompok intervensi 198.0625 dan pada
kelompok kontrol 217.8750. Terdapat
pengaruh kadar kolesterol pada kelompok
intervensi sebelum dan sesudah pemberian
jus tomat dengan nilai p-value 0.001 < α
0,05. Kesimpulan ada pengaruh pemberian
jus tomat terhadap kadar kolesterol dalam
darah pada pasien hiperkolesterolemia.
Dengan kesimpulan tersebut penelitian ini
dapat juga memperkuat penelitian
Anggraeni (2015) dikarenakan dilihat dari
hasil p value pada penelitian ini sebesar
0,002 (p<0,05) walaupun terdapat
perbedaan pada waktu pemberian.
ISSN 2476-
8987
pre test sebesar 220,6 mg/dL dan post test fisik menyebabkan adanya penumpukan
jumlah deposit lemak pada dinding
227,5 mg/dL. pembuluh darah dapat menyebabkan suatu
Uji statistik penurunan kadar sumbatan pada pembuluh darah atau yang
kolesterol darah dari pre test ke post test dikenal dengan aterosklerosis. Penelitian
tidak menunjukan ada nilai beda yaitu ini juga mendukung penelitian dari
0,177 (p>0,05), dengan demikian secara Tjokroprawiro (2008) yang menyebutkan
klinis kadar kolesterol darah dari pre test bahwa pola hidup terdiri atas dua, yakni
ke post test didapatkan perbedaan, makan dan gerak. Pola makan kurang sehat
namun tidak ada penurunan yang
bermakna dimana dalam penelitian
selama 14 hari didapatkan nilai rerata
penurunan kadar kolesterol darah sebesar
6,9 mg/dL.
Tidak terjadinya penurunan kadar
kolesterol darah pada kelompok kontrol
dipengaruhi oleh faktor genetik
(keturunan), aktivitas fisik, gaya hidup
(life style). Hal ini sama seperti yang
dikemukakan oleh Farral et all (2006)
bahwa faktor genetik mempengaruhi
penurunan atau peningkatan kadar
kolesterol LDL dengan adanya mutasi
atau polimorfisme pada gen-gen tertentu
juga menjadi penyebab kejadian penyakit
jantung koroner (PJK). Faktor genetik
digolongkan sebagai faktor yang tidak
dapat dikendalikan. Mutasi atau
polimorfisme yang terjadi ada akan
diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Berdasarkan penelitian the
British heart foundation, setiap penderita
PJK memiliki sekurang-kurangnya dua
saudara kandung yang juga menderita
PJK. Studi genomwide linkage
menunjukkan adanya lokus pada
kromosom 2 yang mempengaruhi resiko
atherosklerosis koroner. Selain di
kromosom 2, lokus yang terkait dengan
resiko PJK juga ditemukan pada
kromosom 3, 11 dan
17. Dapat disimpulkan bahwa tidak
menutup kemungkinan jika dalam
silsilah keluarga ada salah satu yang
menderita PJK maka keturunan yang
lainpun sama. Sama halnya yang
dikemukakan oleh responden kelompok
kontrol yang mengatakan bahwa
memiliki keturunan dari ibu atau bapak
terdahulu yang memiliki riwayat
penyakit jantung dan stroke.
Penyakit jantung dan stroke
dipengaruhi oleh kadar kolesterol yang
tinggi. Hal ini didukung oleh pernyataan
dari Taqwin (2014) kurangnya aktivitas
ISSN 2476-
8987
terlihat apabila mengonsumsi lemak, Kolesterol Dalam Darah Pada Pasien
kalori, kolesterol, serta kadar gula Hiperkoleterolemia Di Puskesmas
makanan dalam jumlah berlebih. Menjaga Bergas Kabupaten Semarang dalam
pola makan tidak harus menunggu tua,
sebab sejak lahir pola makan sudah perpusnwu.web.id/karyailmiah/docum
mempengaruhi tubuh. Selain pola makan,
pola gerak juga mempengaruhi munculnya
penyakit degeneratif. Banyaknya
kemudahan fasilitas membuat aktivitas
fisik jauh berkurang. Kondisi ini akan
semakin buruk bila tidak diimbangi
dengan olahraga.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan

Berdasarkan hasil analisis statistik


secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh pemberian jus tomat
terhadap kadar kolesterol darah di Dusun
IV Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul
Yogyakarta, didapatkan nilai p value 0,002
p<0,05, sehingga terdapat perbedaan rerata
nilai kadar kolesterol darah antara
kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.
Saran
Bagi masyarakat diharapkan agar
masyarakat meneruskan pengobatan
selanjutnya baik pengobatan farmakologi
maupun non farmakologi dan rutin
memeriksakan kadar kolesterol darahnya.
Bagi Profesi Keperawatan diharapkan
penelitian ini sebagai bahan referensi
dalam memberikan informasi tentang obat
herbal bagi penderita hiperkolesterolemia.
Bagi Penelitian Selanjutnya
diharapkan dapat menambah responden
penelitian untuk melihat keefektifan dari
jus tomat dalam menurunkan kadar
kolesterol darah dan dapat mengendalikan
seluruh variabel pengganggu sehingga bisa
didapatkan hasil yang signifikan. Bagi
Ilmu Pengetahuan penelitian ini
diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan serta menambah referensi
bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya pada tanaman herbal sebagai
obat terutama dalam menangani penyakit
degeneratif.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, I. Prasetiyo. 2015. Pengaruh
Pemberian Jus Tomat Terhadap Kadar
ISSN 2476-
8987
ents/4216.docx diakses pada Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
tanggal 22 September 2015 Kesehatan, ed.revisi. Jakarta: Rineka

Dalimartha, S.,&Adrian, F. 2013. Fakta Nurrahmani, U. 2012. Stop! Kolesterol Tinggi.


Ilmiah Buah Dan Sayur. Jakarta: Yogyakarta : Group Relasi Inti Media.
Penebar Plus+
Preedy, Victor R&Waston, Ronald R. 2008.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tomatoes And Tomato Product
(DEPKES). 2014. Situasi Kesehatan Nutritional Medical And Therapeutic
Jantung Properties. Post Office Box 699 Enfield
dala New Hampshire 03748 United States
m Of America dalam
http://www.googlebook.com//
www.depkes.go.id/pusdatin/infodat diakses pada tanggal 13 Januari 2016
in- jantung.pdf diakses pada tanggal
20 Oktober 2015. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI , 2013. Situasi Kesehatan
Dwijayanthi, L. 2011. Edisi 2 Ilmu Gizi Jantung dalam
Menjadi Sangat Mudah. Jakarta: EGC www.depkes.go.id/article/view/20141
Farral M, Green FR, Peden JF, Olsson PG, 0 080002/lingkungan-sehat-jantung-
Clarke R, et al. Genomewide Mapping

of Susceptibility to Coronary Artery


Disease Identifies a Novel Replicated
Locus on Chromosome 17. Plos
Genet. 2006;
2(5):e7
2.

DOI:10.1371/Journal.pgen.0020072
Found , Erdman-jr, 2011. Nutritional aspect
of

phytoene and phytofluene,


Carotenoid precussors to lycopene.
Ad

Handajani, A. et all. 2010. Faktor-Faktor


Yang Berhubungan Dengan Pola
Kematian Pada Penyakit Degeneratif
Di Indonesia. Buletin penelitian
sistem kesehatan, 13 (1 Jan).

Hata J&Kiyora Y, 2013. Epidemiology Of


Stroke And Coronary Artery Disease
In Asia. Circulation Journal : Official
Journal of the Japanese Circulation
Society [2013, 77(8):1923-1932]

Mumpuni , Y &Wulan,A. 2011. Cara Jitu


Mengatasi Kolesterol. Yogyakarta:
ANDI Offset
ISSN 2476-
8987
sehat.html#sthash.RZsYDECK.dpuf, Tikus Putih Jantan (Rattus
diakses tanggal 20 Oktober 2015 Norvegicus) Galur Wistar
Dengan Dislipidemia.
Puspito, H. 2014. Studi Komparasi Efektivitas
Pemberian Madu Labu Siam Labu Tjokroprawiro A. 2008. Hindari Penyakit
Siam Dan Madu Terhadap Tekanan Degeneratif dengan Pola Hidup
Darah Penderita Hipertensi Primer Di Sehat, Awas Lingkar Pinggang
Dusun Pundung Nogotirto Gamping Besar. Sn., Available at:
Sleman Yogyakarta. SKRIPSI tidak di
http://www.indopos.co.id/index.php?
publikasikan. STIKES „Aisyiyah act=detail c&id-343872
Yogyakarta
World Health Organization
Rachmawati, E. 2016. Hubungan Antara Usia, (WHO). 2011.
Jenis Kelamin, Pendapatan, Cardiovascular Disease dalam
Pendidikan, Kebiasaan Merokok,
Asupan Makanan Dan Stres Dengan
Risiko Stroke Iskemik Di Kabupaten
Kudus (Doctoral Dissertation,
Universitas Sebelas Maret).

Rahmawati, N. 2016. Hubungan Asupan


Lemak Dan Rasio Lingkar Pinggang
Panggul (RLPP) Dengan Kadar Low
Density Lipoprotein (LDL) Pada Wanita
Menopause Di Posyandu Ngudi
Waluyo Surakarta (Doctoral
disestation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013


dalam
www.depkes.go.id/resources/downlo
a
d/general/Hasil%20Riskesdas%20201
3.pdf, diakses tanggal 20 Oktober
2015

Sandiyani, Z. 2012. Pengaruh Pemberian Air


Rebusan Daun Slam Terhadap Kadar
Kolesterol Darah Pada Usia Dewasa Di
Wilayah Kerja Puskesmas Wirobrajan
Yogyakarta. SKRIPSI tidak di
publikasikan. STIKES

„Aisyiyah Yogyakarta
Sugiyono. 2015. Statistik Nonparametris
Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Taqwin RM. 2014. Uji Efek Ekstrak Etanol 70%


Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus
indical) Terhadap Penurunan Kadar
Kolesterol Total Dan Trigliserida Pada
ISSN 2476-
8987
www.who.int/cardiovascular_disease/

diakses tanggal 24 Oktober 2015


ISSN 2476-
8987

Anda mungkin juga menyukai