Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.3 Latar belakang


Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang diobati secara
tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara mastoid
yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik, nekrosis karena tekanan dinding-
dinding sel tulang dan pembentukan empiema. Munculnya mastoiditis biasanya
terjadi pada anak yang mengalami pemecahan membran timpani secara spontan
selama otitis media dan yang kemudian mengalami nyeri telinga yang makin
mendenyut dengan bertambahnya volume cairan purulen yang keluar dari telinga
(Blacks & Hawks, 2014).
Di Amerika Serikat dan negara maju lain, kejadian dari mastoiditis cukup
rendah, sekitar 0,004%, meskipun lebih tinggi di negara-negara berkembang. Usia
paling umum terkena adalah 6-13 bulan, Laki-laki dan perempuan sama-sama
terpengaruh dan beresiko terkena penyakit mastoiditis. Di negara indonesia belum
diketahui secara jelas persentasi kejadian dari pada mastoiditis ini, tetapi negara kita
merupakan negara berkembang menuju negara yang maju yang masih rentan dan
beresiko tinggi terhadap penyakit ini. Pengobatan biasanya diawali dengan
pemberian suntikan antibiotik lalu disambung dengan antibiotik per oral minimal
selama 2 minggu. Jika pemberian antibiotik tidak memberikan hasil untuk
mengatasi masalah ini, dilakukan mastoidiktomi (pengangkatan sebagian tulang dan
pembuangan nanah) (Marom&Koivisto, 2015).
Berdasarkan dari latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa mastoiditis
merupakan yang perlu diatasi dengan perawatan yang cepat dan tepat. Maka dari
itu, penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan
mastoiditis.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep dasar mastoiditis, dan asuhan
keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan mastoiditis.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui dan memahami defenisi mastoiditis.
b. Mengetahui dan memahami etiologi dari mastoiditis.
c. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari mastoiditis.
d. Mengetahui dan memahami patofisiologi atau WOC (web of caution)
mastoiditis.
e. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari mastoiditis.
f. Mengetahui dan memahami pentalaksanaan dari mastoiditis.
g. Mengetahui dan memahami komplikasi dari mastoiditis.
h. Mengetahui, memahami, dan dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan
yang tepat pada pasien dengan mastoiditis.

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Defenisi
Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang
yang menonjol dibelakang telinga)yang berlangsung cukup lama. Mastoiditis
marupakan peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari
otitis media kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan
epitel sel-sel mastoid udara yang melekat ditulang temporal. Mastoiditis merupakan
peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani. Perluasan infeksi
telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya perubahan
pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan
terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin
banyak,yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di
belakang telinga, menyebabkan abses superiosteum. (Ferri, 2015). Mastoiditis adalah
segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal.
Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita
infeksi akut pada telinga tengah (Kartika, 2015).
Menurut Brunner & Suddarth (2000), mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang
sebabkan oleh suatu infeksi telinga tengah, dan jika tidak diobati akan berkomplikasi
pada terjadinya osteomyelitis.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa mastoiditis adalah proses
peradangan di tulang mastoid beserta sel yang ada didalamnya. komplikasi dari
terjadinya otots media yang berada di telinga bagian tengah.
2.2 Etiologi
Menurut Marom & Koivisto (2016) berikut adalah penyebab dari mastoiditis :
a. Umumnya mastoiditis timbul sebagai komplikasi dari AOM (acute otitis media),
bakteri yang ditemukan juga sama dengan bakteri penyebab otitis media. Bakteri
yang umumnya menyebabkan mastoiditits ialah Streptococcus pneumoniae (22–
40%), dan Streptococcus pyogenes (7–14%).
b. Kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam
telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi.
Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di
sel-sel udara mastoid.
c. Terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut.
d. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang
dideritanya. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut
yaitu streptococcus pnemonieae.
e. Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis,
streptococcusgroup-A dan staphylococcus aureus,streptococcus aureus. Bakteri
yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak adalah streptococcus
pnemonieae.
2.3 Klasifikasi
Berikut adalah klasifikasi dari mastoiditis (Ferri, 2015) :

a. Akut mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari otitis media
akut suppurative.
b.Kronik mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan penyakit telinga
kronis.
c. Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian mastoid.
d.Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari infeksi di organ
tubuh yang lain
2.4 Web of caution (WOC)
2.4 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala mastoiditis sama dengan manifestasi klnis yang timbul akibat
peradanagn lainnya, yaitu nyeri yang akan terasa lebih berat di malam hari dan demam.
Berikut adalah tanda dan gejala khusus yang ada pasa mastoiditis (Ferri, 2015) :
a. Bagian postauricular yang teraba lembut.
b. Ertema dan edema pada postaurikular
c. Tonjolan pinna inferiror dan anterior.
d. Membrane timpani biasanya utuh dengan tanda otitis media.
e. Cairan yang keluar dari telinga baik bening maupun berlendir (tergantung dari jenis
bakteri).
f. Kemerahan pada kompleks mastoid.
g. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah.
h. Pendengaran yang terganggu jika kompleks mastoid yang terinfeksi besar.
2.5 Penatalaksanaan
Menurut Ferri(2015) Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan ialah sebagai
berikut:
a. Pemberian antibiotik sistemik: diberikan beberapa minggu sebelum operasi guna
mengurangi atau menghentikan supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.
b. Pembedahan
1) Timpanoplasti
Adalah tindakan bedah yang bertujuan untuk merekonstruksi mekanisme
pendnegaran di bagian telinga tengah, dengan memperbaiki membrane tympani,
melindungi finestra cochlease dari tekanan suara. Tujuan dari itndakan ini ialah
untuk menyelmatkan dan memulihkan pendengaran , dengan cangkok
membrane timpani. Sedangkan, tujuan sekundernya ialah untuk
mempertahankan atau memperbaiki pendengaran bila mungkin. Terdapat
beberapa teknik timpanoplasti yaitu pencangkokan (kulit, fasia, membrane
timpani homolog, dan rekonstruksi (osikula homolog, kartilago, dan aloplastik).
2) Mastoidektomi
Merupakan tindakan pembedahan pada tulang mastoid, yang bertujuan untuk
menghilangkan jaringan infeksi, dan menciptakan telinga yang kering dan aman.
2.6 Komplikasi
Mastoiditis yang tidk ditangani dengan cepat, dan tepat maka akan menyebabkan
prognosis penyakit yang buruk, dengan menimbulkan beberapa komplikasi sebagai
berikut (Marom & Kovistio, 2016) :
a. Petrositis, yaitu infeksi yang terjadi disekitar tulang telinga tengah perforasi
gendang telinga dengan cairan yang terus menerus keluar.
b. Labrinitis, adalah peradangan pada labirin yang dapat disertai dengan kehilangan
penengaran atau vertigo.
c. Meningitis, yang diakibat oleh bakteri dari mastoiditis yang sudah sampai ke otak
melalui pembuluh darah.
d. Abses otak, yaitu kumpulan nanah yang terkumpul di dalam jaringan otak.

2.7 Asuhan keperawatan


2.7.1 Anamnesa
a. Identitas klien
Berisi mengenai data demografi pasien, diagnosa medic, tanggal pengkajian,
tanggal masuk, hari rawat, suku, agama, dan penanggung jawab biaya.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pasa mastoiditis, keluhan utama yang akan dirasakan pasien ialah nyeri
(kaji PQRST), demam, kesulitan dalam pendengaran.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mastoiditis, yang dilengkapi dengan alasan pasien masuk rumah sakit,
serta alur kenapa pasien bisa mengalami mastoiditis.
3) Riwayat ksesehatan sebelumnya
OMA (Otitis media akut) dengan episode yang berulang
4) Riwayat kesehatan keluarga (genogram)
2.7.2 Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Rambut dan kulit kepala
Kaji warna rambut, tekstur, ketebalan rambut, konidis kulit kepala, apakah
ada nodul atau massa yang teraba di kulit kepala, kesimetrisan tulang
cranium, dan kesimetrisan bentuk wajah. Pada umumnya rambut dan kulit
kepala tidak ditemukan masalah pada pasien dengan mastoiditis.
2) Mata
Distribusi alias mata dan kondisi tulang orbital, kesimetrisan papebra, reflex
korne dan pupil serta ukuran pupil pasien, ketajaman lapang pandang,
3) Telinga
a. Kaji apakah ada cairan yang keluar dari telinga, jika ada, lihat warna
cairan yang keluar.
b. Kondisi aurikula apakah kemerahan atau tidak, apakah ada
pembengkakan atau tidak.
c. Tulang mastoid akan teraba keras, kemudian pasien akan merasakan
nyeri tekan pada tulang mastoid, terlihat kemerahan pada tulang mastoid.
d. Kaji kemampuan syaraf pendengaran (syaraf kranial ke VII
vestibulokoklearis) dengan menggunakan garpu tala. Lakukan tes Rhine,
weber, swabach.
e. Kaji apakah ada bend asing didalam telinga.
4) Mulut

Kaji apakah bibir simetris, kelengkapan gigi, kondisi mukosa, pergerakan


lidah, dan kondisi orofaring.

5) Hidung

Kaji apakah ada discharge, apakah ada sinusitis, terpasang alat bantu nafas
atau tidak.

b. Dada dan abdomen


Kaji keadaan paru dan jantung dengan inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi pada pasien. Pada pasien dengan mastoiditis, pada umumnya ditemui
pemeriksaan fisik paru dan jantung yang normal.

2.7.3 Pemeriksaan penujang


a. Pemeriksaan darah rutin.
b. CT Scan
c. MRI
d. Tympanocentesis
e. Radiologi
2.7.4 Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
b. Hipertermia b.d faktor biologis
c. Gangguan persepsi/sendori b.d kerusakan pada telinga tengah
d. Risiko infeksi

Anda mungkin juga menyukai